Skripsi (Bab I - Bab 5)

129
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi satu sama lain dan saling bertukar pesan. Inilah yang disebut komunikasi. Pesan atau informasi disampaikan melalui komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung. Tetapi untuk melakukan komunikasi memerlukan perantara atau media. Di era keterbukaan informasi saat ini, telah banyak bermunculan saluran komunikasi. Salah satunya adalah media yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak terdiri dari surat kabar, majalah, dan tabloid. Sedangkan media elektronik terdiri dari televisi, radio, dan internet. Di tengah peradaban ini modern yang dipenuhi dengan informasi baru atau media baru dan semakin canggihnya alat-alat komunikasi, tak secelah pun informasi terabaikan. Media merupakan sumber informasi 1

Transcript of Skripsi (Bab I - Bab 5)

Page 1: Skripsi (Bab I - Bab 5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi satu sama lain dan

saling bertukar pesan. Inilah yang disebut komunikasi. Pesan atau informasi

disampaikan melalui komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung. Tetapi

untuk melakukan komunikasi memerlukan perantara atau media. Di era keterbukaan

informasi saat ini, telah banyak bermunculan saluran komunikasi. Salah satunya

adalah media yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak terdiri dari surat

kabar, majalah, dan tabloid. Sedangkan media elektronik terdiri dari televisi, radio,

dan internet.

Di tengah peradaban ini modern yang dipenuhi dengan informasi baru

atau media baru dan semakin canggihnya alat-alat komunikasi, tak secelah pun

informasi terabaikan. Media merupakan sumber informasi yang sangat cepat

penyebarannya. Dengan media itu kita dapat mengetahui banyak hal yang sedang

terjadi dan yang menjadi topik pembicaraan yang baik di dalam negeri maupun luar

negeri. Media merupakan jembatan masuknya kebudayaan dan informasi, kemasan

berita yang menarik dalam media dapat membuat khalayak tertarik untuk melihat

atau membaca informasi tersebut. Bagaimana sebuah media mengonstruksi realitas

sehingga menjadi kemasan menarik.

1

1

Page 2: Skripsi (Bab I - Bab 5)

“Media massa merupakan (sebagai alat utama dalam komunikasi massa) mampu membentuk masa depan umat manusia. Ini berarti, media massa telah mempengaruhi atau bahkan membentuk perilaku manusia itu sendiri. Salah satu alasan media massa tidak bisa dipungkiri adalah bahwa media massa saat ini kian tumbuh pesat pertumbuhannya tersebut merupakan dampak sejarah panjang proses komunikasi umat manusia.”1

Maka, proses panjang komunikasi itulah yang kemudian secara langsung

akan mempengaruhi bentuk komunikasi yang saat ini masyarakat nikmati.

“Media massa berperan sebagai penengah dan penghubung dalam pengertian bahwa: media massa seringkali berada di antara kita (sebagai penerima) dengan bagian pengalaman lain yang berada di luar persepsi dan kontak langsung kita; media massa dapat saja berada di antara kita dengan institusi lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan kita – hukum, industri, pemerintah, dan lain-lainnya; media massa dapat menyediakan saluran penghubung bagi pelbagai institusi yang berbeda; media juga menyalurkan pihak lain untuk menghubungi kita, dan menyalurkan kita untuk menghubungi pihak lain; media massa seringkali menyediakan bahan bagi kita untuk membentuk persepsi kita terhadap kelompok dan organisasi lain, serta peristiwa tertentu. Melalui pengalaman langsung kita hanya mampu memperoleh sedikit pengetahuan. Bahkan pengetahuan kita tentang masyarakat sendiri pun kebanyakan bersumber dari media.”2

Media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat

dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis

Althusser, seperti yang dikutip oleh Alex Sobur, menyatakan bahwa

“media dalam hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa.”3

1 Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Jakarta, 2004, hal 362 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1987, hal 523 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 29-30

2

Page 3: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Seperti kita ketahui, beberapa media massa memiliki ideologi yang

berbeda-beda.

“Adapula yang menganggap informasi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan ideologis. Informasi disampaikan untuk mempengaruhi dan membujuk pembaca agar berbuat serta bersikap sesuai dengan tujuan ideologis yang hendak dicapai. Bagi media massa yang menempatkan tujuan ideologis sebagai hal terpenting, oplah jual yang tinggi bukan prioritas utama”.4

“Peristiwa politik selalu menarik media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa. Malahan para aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, seumpamanya rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik dengan para pendukungnya.”5

Para aktor politik seperti MPR, DPR, DPA, Presiden, MK, MA, dan KY

mempunyai kode etik untuk mengatur moral masing-masing aktor politik yang

berada di lembaga. Dalam praktiknya sering kali tidak sesuai dengan kode etik yang

mengatur mereka untuk beretika atau bermoral dengan baik khususnya pada saat

persidangan apapun yang mereka selenggarakan. Seperti sidang paripurna kasus

Century yang mereka (DPR) selenggarakan beberapa waktu lalu dan persidangan

tersebut menimbulkan keributan tanpa memikirkan etika mereka sebagai anggota

Dewan.

Pemberitaan kericuhan pada rapat sidang paripurna century anggota

dewan DPR cukup mendapat porsi yang besar dan menyeluruh, karena itu setiap

pemberitaannya, media harus memperhatikan dampak yang bisa timbul dari

4 Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Cerita untuk Media Massa, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hal 19.5 Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004, hal 1.

3

Page 4: Skripsi (Bab I - Bab 5)

pemberitaan kericuhan tersebut. Pengaruh media sangat kuat dalam pembentukan

opini dan pemicu reaksi dalam masyarakat.

Rapat Paripurna DPR dengan agenda mendengarkan laporan Panitia Khusus (Pansus) Angket Kasus Bank Century kemarin berlangsung ricuh.Puluhan anggota DPR merangsek ke meja pimpinan DPR dan nyaris terjadi baku hantam. Kericuhan dipicu ketidakpuasan sebagian anggota DPR atas sikap Ketua DPR Marzuki Alie yang dianggap menutup sidang secara sepihak.Kericuhan ini bermula dari perbedaan pendapat di antara anggota DPR tentang kapan hasil pansus diputuskan. Ada yang menginginkan keputusan diambil kemarin, sebagian memilih hari ini sesuai keputusan rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPR. Perbedaan ini tidak diselesaikan dan pimpinan sidang yaitu Marzuki Alie langsung menutup sidang.6

Di dalam kericuhan rapat paripurna century terdapat pelanggaran kode etik

yang dilakukan oleh anggota dewan DPR. Seperti terjadi pelemparan botol air

mineral yang dilakukan oleh anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar Markus Nari ke

arah Ketua DPR Marzukie Alie yang menutup rapat paripurna secara sepihak di

Gedung Parlemen, Jakarta, 2 Maret 2010 pada Surat Kabar Media Indonesia.

Pada penelitian ini penulis menggunakan dua media yaitu Surat Kabar

Media Indonesia dan Rakyat Merdeka. Alasan pemilihan kedua media tersebut

adalah penulis memilih Surat kabar Media Indonesia dikarenakan Media Indonesia

merupakan koran nasional yang beritanya faktual, lugas, dan ringkas, sehingga

masyarakat mampu memahami berita tanpa ada berita bersambung di korannya.

Selain itu juga Media Indonesia dikenal sebagai surat kabar yang memiliki nilai

tinggi (news value) dan juga bermakna bagi publik (public meaning). Arti dari

bermakna bagi publik disini dalam konteks Media Indonesia bisa menjadikan publik

mengerti berita, memberikan penjelasan, dan memberikan kematangan moral.

6 www.tempointeraktif.com

4

Page 5: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Penulis juga memilih Rakyat Merdeka dikarenakan dalam memberitakan

sesuatu lebih berani, menggunakan bahasa sehari-hari, dan termasuk surat kabar

yang nasionalis.

Secara spesifik, penulis akan meneliti dan melihat pengonstruksian berita

dan menggambarkan berita dibaliknya dengan menggunakan analisis Teun A. Van

Dijk.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang

memadu peneliti untuk mengungkapkan atau memotret situasi sosial yang akan

diteliti secara menyeluruh, luas dan dalam.7

Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya suatu perumusan masalah

agar penulis dapat tepat sasaran dalam memperoleh hasil yang maksimal.

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka menggambarkan

wacana pemberitaan kericuhan pada saat sidang paripurna kasus Bank Century

yang dipimpin oleh Marzuki Ali?

2. Bagaimana media mengonstruksi wacana pemberitaan kericuhan pada saat

sidang paripurna kasus Bank Century yang dipimpin oleh Marzuki Ali?

1.3 Tujuan Penelitian

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2007, hal 35

5

Page 6: Skripsi (Bab I - Bab 5)

a. Melakukan analisis wacana terhadap pemberitaan Kericuhan Sidang

Paripurna Century dalam surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka

serta dapat mengetahui dengan jelas hal-hal yang ditonjolkan atau menjadi

fokus berita dalam surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka.

b. Mengetahui surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka

memproduksi pesan dan teks atas pemberitaan mengenai terjadinya

kericuhan sidang paripurna Century.

c. Mengetahui penggambaran kericuhan sidang paripurna Century dalam

pemberitaan di surat kabar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis dan memberikan

konstribusi pada pengaplikasian dan pengembangan teori jurnalistik,

terutama penelitian dengan menggunakan analisis wacana dalam

memahami makna bahasa, struktur pesan dalam komunikasi, dan upaya

media dalam mendefinisikan realitas sosial ke dalam teks berita. Selain

itu juga diharapkan dapat menjadi sumber kajian untuk studi lanjutan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan isi pemberitaan media.

1.4.2 Manfaat Praktis

6

Page 7: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Hasil penelitian ini dapat memberi pemahaman terhadap

masyarakat bahwa pekerjaan media adalah mengonstruksi realitas, serta

diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi Surat Kabar Media

Indonesia dan Rakyat Merdeka dalam mengontruksi sebuah pesan dengan

idealisme tertentu, sehingga dapat menghasilkan dampak yang diinginkan

khalayak dan juga memperkaya penelitian mengenai ilmu jurnalistik.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan bahan dasar bagi

penelitian selanjutnya dengan menggunakan analisis wacana pada

pemberitaan surat kabar.

BAB II

7

Page 8: Skripsi (Bab I - Bab 5)

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konstruksi Realitas Sosial

Pada prinsipnya, pembaca harus memiliki kemampuan yang memadai

untuk menyaring dan memiliki sebuah berita agar pembaca menemukan kebenaran.

Oleh karena itu, salah satu cara untuk membantu pembaca menyikapi pers adalah

konteks pemberitaan. Lewat konteks pemberitaan, pembaca bisa memahami masalah

yang ada dan pemecahan masalah yang ditampilkan tidak berlaku untuk konteks lain.

Kemudian melalui konteks pemberitaan pula pembaca menyadari bahwa wartawan

terkadang menghidangkan “madu” dalam menu beritanya, kadang pula dalam berita

yang lain menuangkan “racun”. Melalui konteks pemberitaan ini pembaca mengerti

bahwa berita yang buruk bisa dibungkus dengan bahasa yang manis sehingga tampak

samar-samar dan menyenangkan singkat kata, konteks pemberitaan menjadi alat

yang sangat penting.8

Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas. Isi

media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang

dipilihnya, di antaranya realitas politik. Misalnya saja, sebuah liputan mengenai

kegiatan orang yang berkumpul di sebuah lapangan terbuka untuk mendengarkan

pidato-pidato politik pada musim pemilu adalah hasil konstruksi realitas mengenai

peristiwa yang lazim disebut kampanye pemilu itu.9

Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah

menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah

8 Alex Sobur, Loc. Cit, hal. 88.9 Ibid, hal. 88

8

8

Page 9: Skripsi (Bab I - Bab 5)

dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak

lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah “cerita” (Tuchman,

1980).10

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa

sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat

merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan

diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai

peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang

dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.11

Dalam proses konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia

merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat

konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita,

ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbol)

tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Sedangkan jika dicermati

secara teliti, seluruh isi media entah media cetak ataupun media eletronik

menggunakan bahasa, baik bahasa verbal (kata-kata tertulis atau lisan) maupun

bahasa non-verbal (gambar, foto, gerak-gerik, grafik, angka, dan tabel).

Lebih jauh dari itu, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa ini

tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa

menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang

akan muncul di benak khalayak. Terdapat berbagai cara media massa mempengaruhi

bahasa dan makna ini: mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya;

10 Ibid, hal. 8811 Ibid, hal. 88

9

Page 10: Skripsi (Bab I - Bab 5)

memperluas makna dari istilah-istilah yang ada; mengganti makna lama sebuah

istilah dengan makna baru menetapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu

sistem bahasa.

Oleh karena persoalan makna itulah, maka penggunaan bahasa

berpengaruh terhadap konstruksi realitas, terlebih atas hasilnya (baca, makna atau

citra). Sebabnya ialah, karena bahasa mengandung makna. Padahal, manakala kita

bercerita kepada orang lain, sesungguhnya esensi yang ingin kita sampaikan adalah

makna. Padahal, setiap kata, angka, dan simbol lain dalam bahasa yang kita pakai

untuk menyampaikan pesan pada orang lain tentulah mengandung makna. Begitu

juga, rakitan antara satu kata (angka) dengan kata (angka) lain menghasilkan suatu

makna. Penampilan secara keseluruhan sebuah wacana bahkan bisa menimbulkan

makna tertentu.12

Istilah konstruksi realitas diperkenalkan oleh Peter L. Beger dan Thomas

Luckman melalui bukunya “The social Construction of Reality: A Treatise in The

sociological of knowladge”. Berger dan Luckman memulai penjelasan realiti sosial

dengan memisahkan pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Mereka

mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas, yang

diakui memiliki keberadaan yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.

Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu

nyata dan memiliki karakteristik secara spesifik. Menurut mereka, realitas sosial

dikonstruksikan melalui proses eksternalisasi, objektivitas dan internalisasi.

12 Ibnu Hamad, Op.Cit, hal. 12-13

10

Page 11: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Konstruksi realitas dalam pandangan mereka, tidak berlangsung dalam ruang hampa,

namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.13

Dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan

manusia kreatif melalui konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.14

“Berger dan Luckman mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga macam; yaitu realitas subyektif, realitas obyektif dan realitas simbolik. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerepan kembali realitas obyektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi (Subiakto, 1997:93)”.15

Sehingga dapat dilihat dari ketiga realitas yang dijabarkan oleh Berger

dan Luckman menyatakan bahwa saling berkaitan satu sama lain.

2.2 Representasi dalam Pemberitaan

Arti dari representasi ialah:

a. “Perbuatan mewakili;

b. Keadaan diwakili;

c. Apa yang mewakili; perwakilan”16

Istilah representasi itu sendiri menunjuk pada bagaimana seseorang, satu

kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.

Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau

13 Alex Sobur, Loc Cit, hal 9114 Bungin Burhan, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal 415 Ibid, hal 516 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2007, hal 1167

11

Page 12: Skripsi (Bab I - Bab 5)

gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu

pada apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adanya, atau diburukkan.

Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan

cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu. Di sini hanya citra yang

buruk saja yang ditampilkan sementara citra atau sisi yang baik luput dari

pemberitaan. Kedua, bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Dengan kata,

kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto macam apa seseorang, kelompok, atau gagasan

tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.17

2.3. Analisis Wacana

Istilah wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin

ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar dari berbagai

definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi

mengenai bahasa / pemakaian bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis

wacana? Di sini ada beberapa perbedaan pandangan. Mohammad A. S. Hikam dalam

suatu tulisannya telah membahas dengan baik perbedaan paradigma analisis wacana

dalam melihat bahasa ini yang akan diringkas sebagai berikut.18

Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.

Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Oleh penganut ini,

bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya.

Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan

melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ia dinyatakan

17 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, Jakarta, LKIS, hal 11318 Ibid, hal 3-4

12

Page 13: Skripsi (Bab I - Bab 5)

dengan pemakaian pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki

hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah

pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana,

konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-

makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah

apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan

semantik. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari

aliran positivisme-empiris tentang wacana. Analisis wacana dimaksudkan untuk

menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana diukur

dengan pertimbangan kebenaran / ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik).19

Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak

dipengaruhi oleh pemikiran fenomenalogi. Aliran ini menolak pandangan

empirisme / positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam

pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk

memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai

penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor

sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Setiap

pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan

pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu,

analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-

maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi

dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan

19 Eriyanto, Opcit, hal 4

13

Page 14: Skripsi (Bab I - Bab 5)

di antaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan

penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara.20

Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana

dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses

produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral

yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat

berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.

Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar dari si

pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang

berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun

strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk

membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang

diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang

dibicarakan. Dengan pandangan semacam ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat

dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai

tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai paradigma

kritis, analisis wacana kategori yang ketiga itu juga disebut sebagai analisis wacana

kritis (Critical Discourse Analysis / CDA). Ini untuk membedakan dengan analisis

wacana dalam kategori yang pertama atau kedua (Discourse Analysis).21

2.4. Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk

20 Eriyanto, Opcit, hal 5-621 Ibid, hal 6-7

14

Page 15: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi

sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik

pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas

wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks

hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.22

Berbagai masalah yang kompleks dan rumit coba digambarkan oleh Van

Dijk. Van Dijk tidak mengeksekusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks

saja. Van Dijk juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok

kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan

kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.

“Pendekatan wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai 3 (tiga) dimensi atau bangunan, antara lain adalah : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.”23

Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual yang

memusatkan perhatian melulu pada teks ke arah analisis yang komprehensif

bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu

wartawan maupun dari masyarakat. Model dari analisis Van Dijk ini dapat

digambarkan sebagai berikut:24

Skema 125

22 Eriyanto, Opcit, hal. 22123 Ibid, hal. 22424 Ibid, hal. 224-22525 Eriyanto, Opcit, hal 225

15

Page 16: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Kognisi Sosial

Teks

Model Van Dijk

Konteks

Pada skema model Van Dijk dapat dilihat terdiri dari tiga elemen dimana

inti dari model Van Dijk ini adalah menggabungkan ketiganya ke dalam satu analisis.

2.4.1 Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur / tingkatan

yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga

tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari suatu

teks yag dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam

suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan

dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita

secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari

bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase,

dan gambar.26

2.4.2 Kognisi Sosial

26 Ibid, hal. 226

16

Page 17: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada

struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan

sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.27 Analisis wacana tidak hanya membatasi

perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi.

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.

Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema dikonseptualisasikan sebagai

struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang manusia,

peranan sosial, dan peristiwa. Skema menunjukkan bahwa kita menggunakan

struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang datang dari

lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi. Sebagai

sebuah struktur mental, skema menolong kita menjelaskan realitas dunia kompleks.

Kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam yang

akan digunakan untuk memandang peristiwa. Analisis kognisi menyediakan

gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks tetapi juga representasi dan strategi

yang digunakan dalam memproduksi suatu teks. Kognisi sosial menjelaskan

bagaimana wartawan merepresentasikan kepercayaan atau prasangka dan

pengetahuan sebagai strategi pembentukan teks peristiwa yang spesifik yang

tercermin lewat berita. Pendekatan Van Dijk disebut sebagai kognisi sosial karena

meskipun keyakinan, prasangka itu bersifat personal dalam diri wartawan tetapi ia

diterima sebagai bagian dari anggota kelompok (socially shared). Semua persepsi

dan tindakan, dan pada akhirnya produksi dan interpretasi wacana didasarkan pada

representasi mental dari setiap peristiwa.28

27 Eriyanto, Opcit, hal. 26028 Eriyanto, Opcit, hal. 261

17

Page 18: Skripsi (Bab I - Bab 5)

2.4.3 Analisis Sosial

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur teks. Van Dijk

memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat,

proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks.

“Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting:1. Praktik Kekuasaan

Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggotanya) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya berdasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh Van Dijk dalam bentuk persuasif (tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan).

2. Akses Mempengaruhi WacanaAnalisis wacana Van Dijk, memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses diantara masing-masing kelompok dalam masyarakat.”29

Hal penting dari analisis ini adalah untuk menunjukan bagaimana makna

yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi melalui praktik diskursus atau

legitimasi.

2.5 Kode Etik DPR

Pada awalnya etika merupakan salah satu cabang filsafat yang terkenal,

beriringan dengan logika. Dalam perkembangannya kemudian, etika juga sudah

29 Ibid, hal. 272

18

Page 19: Skripsi (Bab I - Bab 5)

banyak ditinjau dari berbagai sudut pandang pendekatan dan disiplin ilmu. Walaupun

berbagai analisis, telaah dan pembahasan itu memang sudah mampu menghasilkan

pengertian-pengertian umum yang sama terhadap makna etika, tetapi sampai

sekarang, sebenarnya, masih tetap belum ada satu defenisi etika yang dianggap

“sempurna.” Istilah etika dalam profesi biasanya hampir selalu digandeng dengan

istilah atau kata “kode” sehingga menjadi “kode etik” sebagai satu kesatuan istilah.

Ditinjau dari pendekatan bahasa, ada perbedaan mendasar antara etika dan

etiket. Etiket berasal dari kata bahasa Inggris etiquette yang berarti sopan santun atau

juga selembar kertas yang ditempatkan di botol atau benda. Sedangkan kata “etika”

berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak atau moral. Dalam bahasa

Latin ada pula kata “mos” (tunggal) atau “mores” (jamak) yang artinya kebiasaan

yang baik. Dari pengertian itu kemudian dewasa ini etika secara sederhana diartikan

sebagai prinsip-prinsip atau tatanan berperilaku yang baik dari suatu kelompok

masyarakat tertentu yang bersumber dari keahlian, moral atau hati nurani kelompok

masyarakat itu.

Adapun kata “kode” berasal dari bahasa Inggris “code”. Pengertian

dasarnya adalah himpunan ketentuan atau peraturan atau petunjuk yang sistematis.

Dari gabungan pengertian kedua kata itu, akhirnya Kode Etik dapat diartikan sebagai

himpunan atau kumpulan etika. Maka Kode Etik Jurnalistik bermakna himpunan

etika di bidang Jurnalistik.30

Untuk melaksanakan tugas konstitusionalnya, Anggota DPR RI bersepakat

untuk menyusun suatu Kode Etik DPR RI, yang bersifat mengikat serta wajib

30 Wina Armada Sukardi, Keutamaan di Balik Kontroversi Undang-undang Pers, Dewan Pers, Jakarta, 2007, hal 135.

19

Page 20: Skripsi (Bab I - Bab 5)

dipatuhi oleh setiap Anggota DPR RI dalam menjalankan tugasnya selama di dalam

ataupun di luar gedung demi menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas

DPR RI. Kode Etik ini merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan

peraturan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau

tidak patut dilakukan oleh Anggota DPR RI.31

Bab XIX32

Kode Etik

Pasal 286

1. DPR menyusun kode etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh setiap

anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan,

citra, dan kredibilitas DPR.

2. Ketentuan mengenai kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan DPR tentang Kode Etik.

2.6. Sidang Paripurna DPR

Sidang Paripurna DPR adalah forum tertinggi di DPR. Hakekatnya adalah

musyawarah-mufakat. Azasnya demokrasi. Semangatnya demi kesatuan dan

persatuan bangsa. Karenanya, Paripurna yang pertama saat anggota dewan baru

masuk, agendanya adalah membuat agenda. Istilahnya: tata tertib. Karena berasal

31 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/kode-etik32 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/bab-24

20

Page 21: Skripsi (Bab I - Bab 5)

dari proses konstituante yang sama, maka setiap anggota DPR adalah keterwakilan

konstituen partai politik.

Rapat Paripurna dan jenis rapat-rapat lainnya yang sering dilaksanakan

anggota MPR/DPR telah diatur dalam beberapa pasal pada beberapa pasal Peraturan

Tata Tertib DPR yaitu:

Pasal 22133

1. Rapat paripurna adalah rapat anggota yang dipimpin oleh pimpinan

DPR dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan tugas dan

wewenang DPR,kecuali rapat paripurna pengucapan sumpah/janji

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

2. Selama penyelenggaraan rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak boleh ada rapat lain.

3. Dalam setiap pembukaan rapat paripurna DPR RI, lagu kebangsaan

Indonesia Raya wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan.

Sidang dilakukan untuk banyak kepentingan dan wujud. Sidang dengan

pemerintah, sidang membahas dan menetapkan undang-undang dan dengar pendapat.

Ada sidang komisi dan sidang paripurna. Dari namanya, sidang paripurna adalah

sidang yang melampaui tingkat sempurna.34

Rapat paripurna merupakan forum tertinggi yang bisa mengubah kebijakan

apa pun, termasuk hasil rapat Badan Musyawarah DPR yang dijadikan pedoman

Marzuki menutup rapat paripurna. Dalam pasal 221 Peraturan Tata Tertib DPR yang 33 http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/34 http://indonesiafile.com/content/view/208/46/

21

Page 22: Skripsi (Bab I - Bab 5)

berbunyi “Rapat paripurna adalah yang tertinggi, semua bisa diubah dalam rapat

paripurna.”35

2.7. Terjadinya awal kasus Century

Kejanggalan yang melatarbelakangi penyelamatan (bailout) Bank Century

menyadarkan kita bahwa ada yang tidak beres dengan mekanisme kerja Bank

Indonesia (BI). Dari kasus Century itu, kita mendapatkan kejelasan, pengawasan

bank oleh BI ternyata tidak profesional. Apa jadinya industri perbankan nasional

kalau treatment terhadap Bank Century diberikan ke semua bank di dalam negeri?

Bank Century sudah bobrok dari sononya, begitu pandangan para auditor

BPK. Bank hasil merger ini menyimpan surat berharga dalam valuta asing milik

warga negara Pakistan. Tapi uang itu tidak pernah masuk. Bank Century juga

berulang kali melanggar batas maksimal pemberian kredit, dan selalu gagal

memenuhi rasio kecukupan modal. Orang nomor satu di bank ini pun bermasalah

karena tidak lulus uji kelayakan dan kepatutan untuk mengelola bank.

Kebobrokan manajemen Bank Century juga tergambar dari kasus yang

ditangani Kejaksaan Agung (Kejagung) soal dugaan korupsi Rp 11,6 triliun di Bank

Century yang menetapkan dua bekas pemegang saham Bank Century, Hesham Al

Warraq dan Rafat Ali, sebagai tersangka. Dua warga negara asing itu diduga

melarikan dana belasan triliun ke luar negeri.

Alih-alih dipertahankan, melikuidasi bank ini memang lebih bisa diterima

akal sehat. Justru menjadi aneh jika bailout sampai dilakukan dalam empat tahap

sejak November 2008. Penggunaan hak angket DPR untuk mempertanyakan proses

35 Kompas, Rabu, 03 Maret 2010

22

Page 23: Skripsi (Bab I - Bab 5)

bailout itu dirasa sebagai keharusan mengingat uang negara yang dipakai untuk

menyelamatkan bank bobrok ini mencapai Rp 6,7 triliun. Jumlah ini melampaui

modal pemerintah di LPS (4 triliun). Pun, tak sebanding dengan alokasi anggaran

stimulus fiskal 2009 untuk sektor infrastruktur (sekitar Rp 12 triliun).36

“Perhatian saya kepada kasus Bank Century sejak awal memang sudah besar. Koran-koran, di sekitar Agustus 2009, memberitakan dana talangan (bailout) yang mencapai Rp 6,7 triliun. Rasa hati saya mengatakan, ada yang tidak beres dalam proses tersebut. Terlalu banyak uang yang terbuang dan saya agak sensitif jika mendengar kata “bailout”. Pengalaman bangsa ini dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yang merupakan bailout di masa krisis, memang amat kelam. Kita kehilangan uang ratusan triliun rupiah untuk menolong sektor perbankan dan mengorbankan banyak urusan”.Hingga kemudian saya bertemu Natsir Mansyur, salah seorang anggota Fraksi Partai Golkar di Komisi XI DPR periode 2004-2009. “Lu harus angkat kasus ini,” ujar Natsir sambil membawakan setumpuk dokumen soal bailout tersebut. Saya belum bisa menyahut, perhatian tercurah pada dokumen.37

Natsir lalu memberondong saya dengan keterangan soal dugaan

ketidakberesan dalam proses bailout. Dari sana, sedikit rasa penasaran tertutup dan

penasaran lebih besar muncul. Selarik pertanyaan menyergap dalam kepala.

“Bagaimana kasus ini awalnya bisa mencuat?”.38

Ah, lidah memang tak bertulang. Natsir lalu berkisah, seorang pejabat Departemen Keuangan tiba-tiba kelepasan omong. “Pejabat itu bilang, salah satu persoalan yang sedang ditangani Departemen Keuangan adalah kasus Bank Century, yang sudah menghabiskan dana bailout Rp 6,7 triliun,” kata Natsir.39

36 Bambang Soesatyo, Skandal Gila Bank Century, PT. Ufuk Publishing House, Jakarta, 2010, hal xii-xv37 Ibid, hal 3

38 OpCit, hal 339 Ibid, hal 4

23

Page 24: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Kenyataan soal bailout itu diungkapkan sang pejabat dalam rapat

membahas RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK), antara Departemen

Keuangan (sekarang namanya Kementerian Keuangan) dan Komisi XI DPR-RI, di

Hotel Sheraton Bandara, Tangerang, 1 Agustus 2009. Sontak para anggota dewan

yang hadir disana kaget.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. PARADIGMA PENELITIAN

24

Page 25: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Pada umumnya penelitian adalah wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen (1982: 32), adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.40

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu

distruktur (bagian atau hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi

(perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu).41

Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan-

pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang

seharusnya ditafsirkan. “Ciri khas utama dari suatu paradigma itu adalah penjabaran

berbagai variabel yang lain. Untuk menentukan hubungan antara variabel yang lain,

maka harus ada konsep yang mendasar.42

Dalam menemukan hakikat realitas atau ilmu pengetahuan yang

dikembangkan oleh para ilmuwan. Paradigma tersebut adalah (1) Positivisme, (2)

Postpostivisme (yang kemudian dikenal sebagai Classical Paradigm atau

Conventionalism Paradigm), (3) Critical Theory (Realism) dan (4) Constructivism.43

Paradigma penelitian yang digunakan oleh penulis adalah paradigma

penelitian konstruktivis. Paradigma konstruktivis mempunyai sejumlah asumsi

mengenai bagaimana penelitian harus djalankan dan bagaimana teks berita

seharusnya dianalisis. Dilihat dari aksioma keilmuan yang dikembangkan (baik

40 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 1441 Ibid, hal. 4942 Ardy Karsadi, Metode Penelitian “Sosial dan Bisnis”, Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta, hal. 2143 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001, hal. 38

25

23

Page 26: Skripsi (Bab I - Bab 5)

ontologi, epistemologi, maupun metodologi). Paradigma ini secara frontal bertolak

belakang dengan paradigma positivisme. 44 Dalam arti paradigma konstruktivis itu

bagaimana suatu teks berita dianalisis dan dibangun oleh wartawan sehingga publik

memahami isi teks berita tersebut.

Bila dihubungkan dengan fokus permasalahan dalam penelitian ini,

paradigma konstruktivis menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut

dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk dan dalam studi komunikasi

paradigma konstruktivis ini sering disebut paradigma produksi.

Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai

alat untuk memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek sebagai

penyamai kenyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek memiliki

kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam

setiap wacana. Oleh karena itu, setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan

penciptaan makna.45

3.2. JENIS PENELITIAN

“Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh)”.46 Jadi, dalam hal ini tidak

44 Agus Salim, Ibid, hal 8945 Eriyanto, Loc Cit, hal 546 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal 3

26

Page 27: Skripsi (Bab I - Bab 5)

boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari satu kesatuan.

Menurut Bogdan dan Biklen, serta Linchon dan Guba, Lexy J. Moleong

mengatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari

penelitian lainnya, diantaranya adalah:

1. Latar Alamiah: penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keseluruhan.

2. Manusia sebagai alat (instrument): peneliti merupakan alat pengumpul utama. Hanya manusia sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusia yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan.

3. Metode Kualitatif: digunakan berdasar beberapa pertimbang. Pertama, metode ini lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

4. Deskriptif: data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data yang menjawab pertanyaan “mengapa”, “alasan apa”, dan “bagaimana terjadinya”.

5. Adanya kriterian khusus untuk keabsahan data: penelitian kualitatif tidak menggunakan validitas, reliabilitas, dan objektivitas seperti yang lazim digunakan dalam penelitian klasik.

6. Desain yang bersifat sementara: penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan.47

Dalam memahami realitas, pendekatan kualitatif sangat cocok untuk

menganalisa wacana yang terdapat dalam suatu pemberitaan. Karena pendekatan

kualitatif lebih menekankan pada proses bagaimana berita tersebut diproduksi dan

dapat menjawab pertanyaan mengapa, alasan apa, dan bagaimana proses terjadinya

berita hingga sampai pada khalayak.

47 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hal 4-8

27

Page 28: Skripsi (Bab I - Bab 5)

3.3. SIFAT PENELITIAN

Menurut Jalaludin Rakhmat, ciri penelitian deskriptif ialah titik berat pada

observasi dan suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti bertindak sebagai

pengamat. Ia hanya membuat kategori pelaku, mengamati gejala, dan mencatatnya

dalam buku observasi.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual

secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau

memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan

atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana

dan keputusan pada waktu yang akan datang.48

Menurut Moh. Nasir, tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sestematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.49

3.4. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian analisis wacana ini

adalah bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka

menggambarkan pemberitaan kericuhan pada saat sidang paripurna kasus Bank

Century dan bagaimana media mengonstruksi pemberitaan kericuhan pada saat

48 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal 2549 Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hal 63

28

Page 29: Skripsi (Bab I - Bab 5)

sidang paripurna kasus Bank Century ke I (2 Maret 2010) yang disajikan dengan

menggunakan analisis wacana Teun Van Dijk.

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak

disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi besar dari

berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan

studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa.50

Analisis menurut Eriyanto adalah salah satu alternatif dari analisis isi ayng

lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui

analisis wacana, kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga

bagaimana pesan itu disampaikan lewat kata, frasa, kalimat, metafora macam apa

suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasan

tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu

teks.51 Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk

membongkar isi teks berita dan pesan itu disampaikan ke publik.

Skema 2

Kerangka Van Dijk52

STRUKTUR METODE

Teks

Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan

Critical Linguistic

50 Eriyanto, Loc.Cit, hal 3-451 Eriyanto, Ibid, hal xv52 Eriyanto, Ibid, hal 275

29

Page 30: Skripsi (Bab I - Bab 5)

seseorang atau peristiwa tertentu.Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu.

Kognisi Sosial

Menganalisis bagaimana kognisi wartawan dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang ditulis.

Wawancara Mendalam

Analisis Sosial

Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.

Studi Pustaka,Penelusuransejarah

3.4.1 Teks

Van Dijk melihat teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang

masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya dalam tiga tingkatan.

Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari suatu teks yang

dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.

Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan

kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara

utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian

kecil dari teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.53

Skema 3

Elemen Wacana Van Dijk54

STRUKTURWACANA

HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro Tematik Topik

53 Eriyanto, Op.Cit, hal 22654 Eriyanto, Ibid, hal 228-229

30

Page 31: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.

Superstruktur Skematik

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.

Skema

Struktur Mikro Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan member detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.

Latar, Detil,Maksud, Pra-

anggapan, Nominalisasi

Struktur Mikro Sintaksis

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.

Bentuk Kalimat,Koherensi,Kata Ganti

Struktur Mikro Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.

Leksikon

Struktur Mikro Retoris

Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan.

Grafis, Metafora,Ekspresi

3.4.1.1 Tematik

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks.

Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang

utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin

diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik

menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari

isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema

atau topik.55

3.4.1.2 Skematik

55 Eriyanto, Op.Cit, hal 229

31

Page 32: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi

wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin

disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan

tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang

didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai

strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya

penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian

akhir agar terkesan kurang menonjol.56

3.4.1.3 Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi

semantik (arti) ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika

menulis berita biasanya mengemukan latar belakang atas

peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah

mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi

alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh

karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena

dapat membongkar apa maksud yang disampaikan oleh

wartawan.57

3.4.1.4. Detil

Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan

mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap

atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala

56 Eriyanto, Ibid, hal 23457 Eriyanto, OpCit, hal 235

32

Page 33: Skripsi (Bab I - Bab 5)

tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detail bagian

mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan

detail yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana

yang dikembangkan oleh media.58

3.4.1.5 Maksud

Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana

secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik

bahasa tertentu untuk menonjolkan basis kebenarannya dan

secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.59

3.4.1.6 Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat

dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang

berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.

Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana

seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk

menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Koherensi merupakan

elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa dihubungkan

atau dipandang saling terpisah oleh wartawan.60

3.4.1.7 Koherensi Kondisional

Koherensi kondisional di antaranya ditandai dengan pemakaian

anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana

kalimat ke dua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi

58 Eriyanto, Ibid, hal 23859 Eriyanto, Ibid, hal 24160 Eriyanto, OpCit, hal 242-243

33

Page 34: Skripsi (Bab I - Bab 5)

pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi)

seperti “yang”, atau “di mana”. Koherensi ini dalam banyak hal

sering kali menggambarkan kepada kita bagaimana sikap

wartawan atas peristiwa, kelompok, atau seseorang yang ditulis.

Bagaimana sikap tersebut dilekatkan dan tanpa disadari

menggiring pembaca pada pemahaman atau pemaknaan

tertentu.61

3.4.1.8 Koherensi Pembeda

Kalau koherensi kondisional berhubungan dengan pertanyaan

bagaimana dua peristiwa dihubungkan / dijelaskan, maka

koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana

dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah

peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan

berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini.62

3.4.1.9 Pengingkaran

Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana

yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan

apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti umum,

pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui

sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi

61 Eriyanto, Ibid, hal 244-24562 Eriyanto, OpCit, hal 247

34

Page 35: Skripsi (Bab I - Bab 5)

atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Dengan

kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di

mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan

pendapat dan gagasannya kepada khalayak.63

3.4.1.10 Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek diekspresikan

secara eksplisit atau implisit dalam teks. Kalimat aktif umumnya

digunakan agar seseorang menjadi subjek dari tanggapannya,

sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang sebagai

objek.64

3.4.1.11 Kata Ganti

Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi

bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata

ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk

menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam

mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata

ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap

tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata.

Akan tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap

tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu

komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak

dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang

63 Ibid, hal 24964 Ibid, hal 252

35

Page 36: Skripsi (Bab I - Bab 5)

menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara

keseluruhan.65

3.4.1.12 Leksikon

Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang

melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang

tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang

merujuk pada fakta. Kata “meninggal”, misalnya, mempunyai

kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh,

menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Diantara

beberapa kata itu seseorang dapat memilih diantara pilihan yang

tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak

semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis

menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta /

realitas.66

3.4.1.13 Praanggapan

Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan

pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.

Kalau latar berarti upaya mendukung pendapat dengan jalan

memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya

mendukung pendapat dengan memberikan premis yang

65 Eriyanto, OpCit, hal 253-25466 Eriyanto, OpCit, hal 255

36

Page 37: Skripsi (Bab I - Bab 5)

dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan

yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.67

3.4.1.14 Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang

ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh

seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita,

grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain

dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,

pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih

besar. Termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster,

grafik, gambar, atau tabel utuk mendukung arti penting suatu

pesan.68

3.4.1.15 Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya

menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,

ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau

bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora

tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna

suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara

strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas

pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan

menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,

67 Ibid, hal 25668 Ibid, hal 257

37

Page 38: Skripsi (Bab I - Bab 5)

peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan

mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang

semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.69

3.4.2 Kognisi Sosial

Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada

struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan

sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.

Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, kita

membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif

didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu

diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari

pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi

kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.70

Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema.

Van Dijk menyebut skema ini dengan mode. Ada beberapa macam skema/model

yang digunakan oleh Van Dijk sebagai berikut :

Skema 471

SKEMA KOGNISI SOSIAL

Skema Person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.Skema Diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dipandang oleh seseorang.Skema Peran (Role Chemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana

69 Eriyanto, OpCit, hal 25970 Ibid, hal 26071 Eriyanto, Op.Cit, hal 262-263

38

Page 39: Skripsi (Bab I - Bab 5)

seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Pandangan mengenai peran yang harus dijalankan seseorang dalam masyarakat sedikit banyak akan berpengaruh juga dalam pemberitaan.Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini barang kali yang paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan paling banyak dipakai oleh wartawan.

3.4.3 Analisis Sosial

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,

sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti

bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.

Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang

dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi.

Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin

yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces).72

Praktik KekuasaanVan Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan.

Akses mempengaruhi wacanaAnalisis wacana Van Dijk, memberi perhatian besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak

72 Ibid, hal 271

39

Page 40: Skripsi (Bab I - Bab 5)

lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.73

3.5 UNIT ANALISIS

Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah teks yang ada pada

naskah berita-berita mengenai pelanggaran kode etik kasus Bank Century pada Surat

Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka tanggal 3 Maret 2010. Berita yang

dianalisis adalah berita yang dianggap penting .

Untuk menganalisis bagaimana suatu berita di konstruksikan dan di

interpretasikan oleh khalayak dan apa yang dapat diambil dari berita tersebut, maka

peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap masyarakat, baik terhadap

wartawan maupun pengamat politik serta peneliti melihat pengaruh ideologi media

terhadap pemberitaan kericuhan sidang paripurna kasus Bank Century yang ke I (2

Maret 2010).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI SURAT KABAR

4.1.1. Surat Kabar Media Indonesia

Media Indonesia pertama kali didirikan pada tanggal 19

January 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media

73 Eriyanto, Ibid, hal 272-274

40

Page 41: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas.

Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media

Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah

Yayasan Warta Indonesia.

Tahun 1976, surat kabar ini kemudian berkembang menjadi 8

halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan

penerbitan terjadi. Salah satunya adalah perubahan SIT (Surat Izin

Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena

perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak

semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai

badan usaha.

Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku

Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan

dengan Surya Paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan

kerjasama ini, dua kekuatan bersatu : kekuatan pengalaman

bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun

tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru di bawah

PT. Citra Media Nusa Purnama.

Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku

Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan

dipegang oleh Lestary Luhur. Sementara itu, markas usaha dan

redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.

41

39

Page 42: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media

Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Delta Kedoya, Jl.

Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung

baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha,

Percetakan, Pusat Dokumentasi Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan

Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan.

Sejarah panjang serta motto “Pembawa Suara Rakyat“ yang

dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-

sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.

Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di

bawah payung PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaan

tentang apa yang menjadi visi harian ini dalam industri pers nasional.

Terjun pertama kali dalam industri pers tahun 1986 dengan

menerbitkan harian Prioritas. Namun Prioritas memang kurang

bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi koran alternatif

bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara

Prioritas dengan Media Indonesia memang ada “benang merah”, yaitu

dalam karakter kebangsaannya.

Surya Paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia,

tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud

kegigihan ini ditunjukkan dengan mengajukan kasus penutupan harian

Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk

42

Page 43: Skripsi (Bab I - Bab 5)

mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu

kebebasan pers di tanah air.

Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan

tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang

pernah memimpin beberapa harian dan majalah, serta menjabat

sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh

dipercayai untuk memimpin harian Media Indonesia sebagai

Pemimpin Redaksi.

Saat ini Djafar H. Assegaff dipercaya sebagai Corporate

Advisor. Para pimpinan Media Indonesia saat ini adalah : Direktur

Utama dijabat oleh Rahni Lowhur Schad, Direktur Pemberitaan

dijabat oleh Saur Hutabarat dan Bidang Usaha dipimpin oleh

Alexander Stefanus selaku Direktur Pengembangan Bisnis.

Waktu berganti, warna berubah, tetapi visi untuk membangun sebuah

harian independen serta menatap hari esok yang lebih baik, tetap tidak

berubah.

Visi

“Menjadi Surat Kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya,

dan Paling Berpengaruh.”

Uraian Visi

Pengertian Visi adalah:

43

Page 44: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana

karyawan tidak menjadi pengurus partai politik; menolak segala

bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektifitas; dan

mempunyai keberanian bersikap beda.

Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan

mengembangkan kemampuan tekhnologi dan Sumber Daya

Manusia; serta secara terus menerus mengembangkan rubric;

halaman dan penyempurnaan perwajahan.

Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dna langsung.

Terpercaya, yaitu selalu melakukan chek dan recheck; meliput

berita dari dua pihak dan seimbang; serta selalu melakukan

investigasi dan pendalaman.

Paling berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan;

memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan; mampu membangun kemampuan

antisipatif; mampu membangun network narasumber; dan

memiliki pemasaran/distribusi yang andal.

Misi

Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional

serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan.

Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar.

44

Page 45: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Membangun sumber daya manusia dan manajemen yang

profesional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan

penerbitan yang sehat dan menguntungkan.74

4.1.2 Rakyat Merdeka

PT Wahana Ekonomi Semesta (WES) merupakan

perusahaan yang menerbitkan surat kabar Rakyat Merdeka,

perusahaan ini beralamat di Gedung Graha Pena, lantai 8 dan 9. Jl.

Raya Kebayoran Lama No. 12, Jakarta Selatan 12210. PT Wahana

Ekonomi Semesta didirikan berdasarkan Akta Notaris H Asmawel

Amin, SH berkedudukan di Jakarta, dengan akta nomor 149

tanggal 30 Desember 1997 dan telah mendapat pengesahan

Departemen Kehakiman dan HAM RI Nomor C-13117 HT 01.01

tahun 2001. Rakyat Merdeka telah mendapat izin dari Menteri

Penerangan berdasarkan SK Menpen Merdeka RI No. 326 / SK /

Menpen / SIUPP / 1998, dengan perubahan pada tanggal 6 April

1999, Surat Menpen / Dirjen PPG No. 88 / Ditjen PPG 1999,

tepatnya hari Kamis, 22 April 1999, yang berisi untuk pertama

kalinya penerbitan dan peredaran koran Rakyat Merdeka dengan 12

halaman, dengan judul berita utama (Headline) di halaman 1 yakni:

“Mega Dikawal Ketat Ketat Kol Marinir.”

Surat kabar harian Rakyat Merdeka, bukan surat kabar

harian Merdeka. Masing-masing berdiri sendiri dan tidak ada

74 SDM Media Indonesia

45

Page 46: Skripsi (Bab I - Bab 5)

kaitannya – begitu pula dalam hal manajemen. Kalaupun ada

anggapan seperti itu, semua adalah hanya karena tulisan nama

koran tersebut yang secara kebetulan sama berwarna merah. Hal ini

karena jiwa dan semangat BM Diah (pendiri surat kabar harian

Merdeka) tetap dibawa oleh wartawan Rakyat Merdeka yang

merupakan eks Merdeka. Surat Kabar harian Merdeka masuk

dalam Jawa Pos Group.

Logo Rakyat Merdeka di halaman 1 dan 12 mengalami

beberapa kali perubahan. Yakni, huruf ‘Rakyat’-nya ketika pertama

kali terbit adalah miring. Kemudian, esok harinya disejajarkan.

Selanjutnya mulai tanggal 29 April 1999, tulisan logonya menjadi

Rakyat MERDEKA. Kata “MERDEKA” sengaja dibuat dengan

huruf kapital agar kelihatan lebih gagah, lebih berani.

Akan tetapi, perubahan logo itu masih dianggap

kurang sempurna. Akhirnya diputuskan untuk membuka sayembara

logo Rakyat Merdeka yang diikuti oleh seluruh pembaca. Pada

tanggal 1 Juli 1999, tim juri mengumumkan pemenang sayembara

logo sekaligus mulai dipakainya logo Rakyat Merdeka hasil kreasi

Gito JK dari Jakarta. Setelah logo, menyusul kemudian slogan

Rakyat Merdeka yang disayembarakan. Dengan demikian, slogan

awal terbit: “Reformasi Total Untuk Rakyat” berubah menjadi

“Apinya Demokrasi Indonesia” makna slogannya dijelaskan:

“Raykat Merdeka ialah pemegang kedaulatan tinggi, dan Rakyat

46

Page 47: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Merdeka ialah cermin tertinggi semangat kedaulatan itu”. Harian

ini terus mencari inovasi dan memaasuki usia ketiga, jajaran

redaksi memperkenalkan logo baru: RAKYAT MERDEKA hasil

karya bagian artistik dengan slogan The Politics News Leader yang

mengandung makna bahwa Rakyat Merdeka ingin menjadi surat

kabar terdepan dalam isu-isu politik dan lebih dikenal sebagai surat

kabar politik (tanpa meninggalkan berita hiburannya). Rakyat

Merdeka selalu tampil dengan berita-beritanya yang keras,

sehingga tak salah jika kemudian Rakyat Merdeka menempatkan

dirinya sebagai surat kabar oposisi. Oposisi di sini adalah surat

kabar yang siap mengkritik siapa pun yang berkuasa jika

kebijakan-kebijakannya merugikan rakyat banyak. Harian ini tetap

konsisten sebagai surat kabar oposisi. Peredarannya sementara ini

lebih terfokus pada wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi

(Jabodetabek), Bandung dan Lampung. Kalaupun ada yang beredar

di luar wilayah itu dalam jumlah masih terbatas.

Memasuki usia ke-enam, tanggal 22 April 2005 harian

Rakyat Merdeka tetap konsisten sebagai surat kabar oposisi dengan

visi dan misi: “Tegaknya demokrasi, Supremasi hukum dan HAM

serta kedaulatan rakyat”.

4.2 HASIL PENELITIAN

47

Page 48: Skripsi (Bab I - Bab 5)

4.2.1 Hasil Penelitian Teks Berita Surat Kabar Media Indonesia

1) Analisis Teks Surat Kabar Media Indonesia Tanggal 3 Maret 2010

Tabel 5

Analisis Teks Berita Surat Kabar Media Indonesia

Judul Berita: Rapat DPR Memalukan

STRUKTUR

WACANA

HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro

(Tematik)

Ketua DPR Marzuki Alie

kembali dituding otoriter.

Keputusannya menutup Rapat

Paripurna DPR yang

membahas kesimpulan akhir

Pansus Hak Angket Kasus

Bank Century secara sepihak.

Topik: Ketua DPR Marzuki

Alie kembali dituding otoriter.

Superstruktur

(Skematik)

Sub Kategori Situasi:

Kategori situasi disini

menggambarkan bahwa situasi

yang terjadi di dalam gedung

DPR sangat ricuh pada saat

Marzuki Alie tetap

mengetukkan palu untuk

mengakhiri rapat paripurna.

Bahkan terjadi pelemparan

Sub Kategori Situasi:

Marzuki tetap mengetukkan

palu untuk mengakhiri rapat

paripurna. Anggota DPR F-PG

Markus Nari langsung

menghampiri Marzuki dan

melemparkan botol air mineral

di meja pimpinan.

48

Page 49: Skripsi (Bab I - Bab 5)

botol air mineral oleh salah

satu anggota dewan kepada

Marzuki Alie.

Susunan Pendapat:

1. Marzuki yang tidak

menghargai pendapat tiap-

tiap anggotanya dianggap

mirip seorang diktator.

2. Seharusnya Marzuki tidak

memutuskan sidang secara

sepihak.

3. Pramono memprediksi

sikap sebagian anggota

dewan dalam rapat

paripurna hari ini akan

mengeras setelah peristiwa

kemarin.

4. Akbar Faizal mengatakan

bahwa Marzuki telah

bersikap otoriter sehingga

mencederai konstitusi.

5. Marzuki Alie mengatakan

bahwa agenda-agenda rapat

Skema Pendapat: Pendapat

Narasumber

1. Cara mengelola sidang

paripurna mirip seorang

diktator, tanpa menghargai

pendapat tiap-tiap anggota.

2. Pramono mengatakan

seharusnya Marzuki tidak

memutuskan sidang secara

sepihak.

3. Ia bahkan memprediksi

sikap sebagian fraksi dan

anggota dewan dalam rapat

paripurna hari ini justru

akan mengeras setelah

peristiwa kemarin. Lobi-

lobi tertutup justru tidak

akan mempan.

4. Memalukan. Ia telah

bersikap otoriter sehingga

mencederai konstitusi.

5. Itu sudah selesai sesuai

agenda. Interupsi-interupsi

49

Page 50: Skripsi (Bab I - Bab 5)

paripurna sudah selesai dan

interupsi-interupsi itu di

luar konteks.

itu di luar konteks.

Struktur Mikro

(Semantik)

Marzuki mengetuk palu

sebagai tanda penutupan rapat

paripurna di tengah hujan

interupsi anggota dewan yang

meminta agar rapat paripurna

dipersingkat, dari dua hari

menurut agenda Bamus

menjadi satu hari saja. Hanya

anggota DPR dari Fraksi Partai

Demokrat dan PKB yang

meminta rapat paripurna tetap

digelar dua hari.

Latar: Keputusannya menutup

Rapat Paripurna DPR yang

membahas kesimpulan akhir

Pansus Hak Angket Kasus

Bank Century secara sepihak

memicu kericuhan.

Ini adalah kali kedua Marzuki

Alie dikritik telah bertindak

otoriter. Sebelumnya, pada 28

Oktober 2009, politikus Partai

Demokrat tersebut dituding

otoriter karena melarang

Komisi IX DPR memanggil

Menkes Endang Rahayu

Sedyaningsih untuk didengar

penjelasannya pada rapat

kerja.

Detail: Cara mengelola

sidang paripurna mirip seorang

dictator, tanpa menghargai

50

Page 51: Skripsi (Bab I - Bab 5)

pendapat tiap-tiap anggota.

Maksud: Pramono Anung

bahkan menyebut Marzuki

memihak. Marzuki hanya

mengakomodasi aspirasi

Fraksi Demokrat yang ingin

keputusan dan voting

dilakukan pada rapat paripurna

besok (hari ini).

Praanggapan: Anggota DPR

dari Fraksi Hanura Akbar

Faizal menyebut Marzuki telah

mencederai konstitusi.

Memalukan. Ia telah bersikap

otoriter sehingga mencederai

konstitusi.

Nominalisasi: Marzuki

mengetuk palu sebagai tanda

penutupan rapat paripurna di

tengah hujan interupsi anggota

dewan yang meminta agar

rapat paripurna dipersingkat.

Sktruktur Mikro Marzuki Alie mengetukkan Bentuk Kalimat: Pramono

51

Page 52: Skripsi (Bab I - Bab 5)

(Sintaksis) palu sebagai tanda akhir rapat

paripurna dan Ia hanya

menyediakan sesuatu untuk

pemenuhan kebutuhan aspirasi

Fraksi Demokrat yang ingin

keputusan.

mengatakan seharusnya

Marzuki tidak memutuskan

sidang secara sepihak.

Kepemimpinan DPR,

tukasnya, bersifat kolektif

kolegial.

Koherensi: Opsi kedua (opsi

C) menyebutkan bailout

Century melanggar hukum dan

merugikan negara dan

meminta sejumlah nama,

termasuk mantan Gubernur BI

Boediono dan mantan KSSK

Sri Mulyani, bertanggung

jawab.

Kata Ganti:

1. Ia bahkan memprediksi

sikap sebagian fraksi dan

anggota dewan dalam rapat

paripurna hari ini justru

akan mengeras setelah

peristiwa kemarin.

2. Ia telah bersikap otoriter

52

Page 53: Skripsi (Bab I - Bab 5)

sehingga mencederai

konstitusi.

Struktur Mikro

(Stilistik)

Adanya kalimat melemparkan

botol air mineral di meja

pimpinan mengindikasikan

bahwa anggota DPR Fraksi

Partai Golkar Markus Nari

mengekspresikan kekesalan

kepada Ketua DPR Marzuki

Alie karena menutup sidang

secara sepihak tanpa

memperdulikan pendapat para

anggota dewan.

Kata mengeras dan tidak akan

mempan disini

mengindikasikan bahwa situasi

rapat paripurna akan

mempertahankan pendapatnya

masing-masing dan sikap

anggota dewan menjadi sulit

dikendalikan.

Kata memalukan dan

mencederai konstitusi

Leksikon:

1. Anggota DPR F-PG

Markus Nari langsung

menghampiri Marzuki dan

melemparkan botol air

mineral di meja pimpinan.

2. Ia memprediksikan sikap

sebagian fraksi dan anggota

dewan dalam rapat

paripurna hari ini justru

akan mengeras setelah

peristiwa kemarin. Lobi-

lobi tertutup justru tidak

akan mempan.

3. Memalukan. Ia telah

bersikap otoriter sehingga

mencederai konstitusi.

53

Page 54: Skripsi (Bab I - Bab 5)

mengindikasikan bahwa sikap

Marzuki yang otoriter

dianggap membuat malu

anggota dewan dan melukai

norma sistem politik dan

hukum.

Sktruktur Mikro

(Retoris)

Gambar:

Pada gambar tersebut terlihat

bahwa Markus Nari bersiap

melemparkan botol air mineral

ke arah Marzuki Ali yang

menutup rapat paripurna secara

sepihak. Tindakan Markus Nari

terhadap Marzuki

Grafis:

1. Gambar: Lempar Ketua

DPR: Anggota DPR dari

Fraksi Partai Golkar

Markus Nari bersiap

melemparkan botol air

mineral ke arah Ketua DPR

Marzuki Alie (kedua dari

kiri) yang menutup rapat

paripurna secara sepihak di

Gedung Parlemen, Jakarta,

kemarin.

2. Opsi pertama (opsi A)

menyebutkan keputusan

bailout Bank Century

sudah tepat.

Metafora: Marzuki mengetuk

54

Page 55: Skripsi (Bab I - Bab 5)

palu sebagai tanda penutupan

rapat paripurna di tengah

hujan interupsi anggota dewan

yang meminta agar rapat

paripurna dipersingkat.

Hasil Penelitian Teks Berita Rakyat Merdeka

4.2.2 Analisis Teks Rakyat Merdeka Tanggal 3 Maret 2010

Tabel 6

Analisis Teks Berita Rakyat Merdeka

Judul Berita: Marzuki Memimpin Sidang Kekacauan

Saat Paripurna Kasus Century

55

Page 56: Skripsi (Bab I - Bab 5)

STRUKTUR

WACANA

HAL YANG DIAMATI ELEMEN

Struktur Makro

(Tematik)

Marzuki memimpin sidang

kekacauan saat paripurna kasus

Century.

Topik: Wakil Ketua! Ambil

alih saja sidangnya! Ambil alih

sidangnya! Teriakan itu

bergema berulang-ulang di

ruang persidangan paripurna

DPR, kemarin, sesaat setelah

Marzuki Ali menutup sidang.

Superstruktur

(Skematik)

Sub Kategori Situasi:

Situasi yang digambarkan oleh

wartawan Rakyat Medeka

mengenai situasi rapat

paripurna di dalam gedung

DPR adalah drama kericuhan

yang ditampilkan oleh para

anggota dewan setelah

mendengar keputusan Marzuki

Alie yang dianggap otoriter

dalam memimpin sidang. Di

dalam maupun di luar gedung

terjadi kericuhan. Situasi

memanas karena tindakan

Sub Kategori Situasi:

Marzuki lalu berdiri dari

mejanya. Tiba-tiba ada

anggota Dewan mendatangi,

lalu menunjuk-nunjuk

hidungnya. Air mukanya

marah. Dia menggebrak meja,

dan melempar botol air

mineral. Marzuki juga terlihat

emosi dan balik menunjuk-

nunjuk. Melihat gelagat

kurang bagus, pasukan

pengamanan langsung

bergerak. Mereka

56

Page 57: Skripsi (Bab I - Bab 5)

anggota dewan yang begitu

marah dengan keputusan

Marzuki.

Susunan Pendapat:

1. Anggota dewan

mengatakan bahwa Ketua

DPR tidak demokratis

dalam memimpin sidang.

2. Sebagian anggota dewan

mengatakan bahwa sikap

Marzuki termasuk

kejahatan konstitusi.

3. Marzuki mengatakan bahwa

protes-protes yang datang

dari anggota dewan tidak

ada substansialnya karena

keputusan (mengenai

Century) akan dilakukan

besok (hari ini).

4. Marzuki mengatakan bahwa

kalau ada keputusan di luar

jadwal rapat bisa dikatakan

otoriter. Tetapi

menghalangi. Tangan Marzuki

yang menunjuk-nunjuk ditepis

oleh Pramono Anung. Wakil

Ketua DPR dari PDIP itu,

berada di samping kiri

Marzuki. Itulah drama yang

membuat suasana dalam

gedung DPR makin panas.

Skema Pendapat: Pendapat

Narasumber

1. Pimpinan tidak demokratis.

2. Ini kejahatan konstitusi.

3. Protes itu kan tidak ada

yang substansial. Hanya

soal waktu saja yang

dibahas. Itu pun sudah jelas

jadwalnya, keputusan

(mengenai Century) akan

dilakukan besok (hari ini).

4. Kalau ada keputusan di luar

itu, ya otoriter. Tapi, kan

tidak ada.

5. Mereka sudah berupaya

57

Page 58: Skripsi (Bab I - Bab 5)

kenyataannya tidak ada.

5. Marzuki tidak menyambut

baik, saran dari tiga Wakil

Ketua DPR agar

menyelenggarakan rapat

intern pimpinan DPR.

6. Priyo Wakil Ketua DPR

mengatakan bahwa

menyesalkan sikap Ketua

DPR cenderung kecewa

atas langkah yang kami

ambil.

7. Sikap Ketua DPR yang

begitu, ditenggarai bisa

membuat sikap fraksi malah

makin keras dan galak.

8. Anis Matta menilai Marzuki

tidak mempunyai

kelapangan dada untuk

berbeda pendapat dan tidak

menghargai kerja pansus

yang telah membuat citra

Dewan terangkat.

bicara dengan Marzuki agar

ada rapat intern pimpinan

DPR. Tapi bukannya

disambut baik, melainkan

malah tidak diacuhkan.

6. Agak disesalkan, saat

berpapasan, Ketua DPR

malah cenderung kecewa

atas langkah yang kami

ambil.

7. Dengan tindakan itu, sikap

fraksi-fraksi akan makin

mengeras, makin kompak

dan tambah galak.

8. Dia tidak punya kelapangan

dada untuk berbeda

pendapat. Sepertinya dia

mau menang sendiri.

9. Sebelum kejadian itu, saya

sudah berupaya

mengingatkan Pak Marzuki

agar sidang diskors dan

dilakukan lobi tapi tidak

58

Page 59: Skripsi (Bab I - Bab 5)

9. Priyo sudah mengingatkan

Ketua DPR agar sidang

diskors dan dilakukan lobi.

dianggap dan dia langsung

main ketok palu.

Struktur Mikro

(Semantik)

Sikapnya yang otoriter pada

saat rapat paripurna

menimbulkan kericuhan di

gedung DPR dan anggota

Dewan banyak beranggapan

mengenai sikap Marzuki.

Marzuki dinilai tak bisa

mengendalikan Dewan dan

Marzuki juga dinilai tidak

menghargai kerja pansus yang

telah membuat citra Dewan

terangkat. Ketua DPR malah

menodai lembaganya sendiri.

Latar: Sedetik setelahnya,

puluhan anggota Dewan yang

tak puas merangsek maju ke

meja pimpinan. Bergerombol

dan berteriak-teriak. Mereka

marah, karena interupsinya tak

diakomodir. Apalagi, mikrofon

di setiap meja mati.

Detail: Anggota Fraksi Golkar

Nudirman Munir terlihat

paling semangat menuju meja

pimpinan, dan diikuti yang

lainnya. Tetapi, langkah dia

dihadang anggota Fraksi lain.

Akibatnya, terjadi dorong-

dorongan di depan dan

disamping meja pimpinan.

Maksud: Penampilan Marzuki

di paripurna wajarlah menuai

kemarahan. Hujan interupsi

59

Page 60: Skripsi (Bab I - Bab 5)

yang dilontarkan anggota,

hanya beberapa saja yang

digubris. Sebagian besar tidak.

Praanggapan: Padahal,

banyak juga usulan yang

cukup krusial. Semisal, agar

keputusan diambil saat itu

juga, tak perlu menunggu

besok. Atau ada juga yang

meminta agar tak perlu lagi

ada pandangan akhir fraksi.

Nominalisasi: Penampilan

Marzuki di paripurna wajarlah

menuai kemarahan.

Sktruktur Mikro

(Sintaksis)

Kericuhan di paripurna adalah

tanggung jawab Ketua DPR

Marzuki, dikarenakan Marzuki

sudah membuat suasana ricuh

dengan keputusan rapat secara

sepihak. Menurut Marwan

Jafar, keputusan Ketua DPR

dasarnya adalah ketetapan

Bamus.

Bentuk Kalimat: Ketua

Fraksi PKB Marwan Jafar

mengatakan, keputusan Ketua

DPR dasarnya adalah

ketetapan Bamus. Sehingga

tak bisa dipersalahkan.

Koherensi: Kata dia,

kericuhan di paripurna adalah

tanggung jawab Marzuki,

60

Page 61: Skripsi (Bab I - Bab 5)

karena pimpinan DPR yang

lain tidak dilibatkan.

Kata Ganti:

1. Anggota Fraksi Golkar

Nudirman Munir terlihat

paling semangat menuju

meja pimpinan, dan diikuti

yang lainnya. Tetapi,

langkah dia dihadang

anggota Fraksi lain.

2. Dia lalu masuk kerumunan,

dan duduk di meja

pimpinan. Namun, baru

saja mau membacakan

pasal mengenai tatib

persidangan, tiba-tiba

seseorang mendorongnya.

Dan, dengan paksa, dia

juga dibawa ke luar ruang

paripurna.

Struktur Mikro

(Stilistik)

Kemarahan anggota Dewan di

paripurna dikarenakan Marzuki

menutup sidang paripurna

Leksikon:

1. Penampilan Marzuki di

paripurna wajarlah menuai

61

Page 62: Skripsi (Bab I - Bab 5)

secara sepihak dan Marzuki

hanya menerima beberapa

interupsi saja.

Kata menuai marah

mengindikasikan bahwa

kemarahan anggota Dewan

muncul dikarenakan sikap

otoriter yang ditampilkan oleh

Marzuki.

Kata pimpinan tidak

demokratis mengindikasikan

bahwa Marzuki sebagai

pimpinan DPR yang tidak

demokratis atau bijaksana

dalam mengambil keputusan

rapat sidang paripurna kasus

Century.

Kata kejahatan konstitusi

mengindikasikan bahwa

anggota Dewan merasa

Marzuki telah berperilaku

melanggar aturan

ketatanegaraan atau undang-

kemarahan. Hujan interupsi

yang dilontarkan anggota,

hanya beberapa saja yang

digubris. Sebagian besar

tidak.

2. “Pimpinan tidak

demokratis!” kata anggota

Dewan di tengah floor.

3. Ada juga teriakan: “Ini

kejahatan konstitusi!”

teriak Akbar Faisal, kader

Hanura.

4. Dengan tindakan itu, sikap

fraksi-fraksi akan makin

mengeras, makin kompak

dan tambah galak.

62

Page 63: Skripsi (Bab I - Bab 5)

undang dasar suatu negara.

Kata makin mengeras disini

menjelaskan bahwa tindakan

anggota Dewan semakin

menunjukkan kerasnya sifat-

sifat fraksi yang melihat

tindakan Marzuki yang

otoriter.

Struktur Mikro

(Retoris)

Kericuhan rapat paripurna

tidak hanya terjadi di dalam

ruang sidang tetapi terjadi di

luar gedung DPR juga. Banyak

anggota Dewan yang

menyerang Marzuki dan maju

ke depan meja pimpinan.

Marzuki pada saat itu juga

tampak panik dan ada salah

satu anggota Dewan yang

melempar botol air mineral ke

ketua DPR.

Grafis:

1. Gambar: Panas di luar,

panas di dalam:

Demonstran kocar-kacir

saat ditembak oleh gas air

mata di depan Gedung

DPR, kemarin. Sedangkan

di gedung DPR, Marzuki

Ali tampak panik.

Tangannya menunjuk-

nunjuk anggota Dewan

yang marah kepadanya.

Metafora: Hujan interupsi

yang dilontarkan anggota,

hanya beberapa saja yang

63

Page 64: Skripsi (Bab I - Bab 5)

digubris.

4.2.3 Hasil Penelitian Kognisi Sosial

SKEMA Media Indonesia Rakyat Merdeka

Skema Person

(Person Schemas)

Pandangan Yohanes –

Askadiv Content

Enrichment Media

Indonesia, pelanggaran

tata tertib sidang yang

berpengaruh terhadap

berita yang akan ditulis.

Pemberitaan sidang

paripurna mengenai

Marzuki Alie bukan

menyudutkan Marzuki

tetapi sidang itu tidak

teratur. Sidang DPR itu

sidang ada aturannya,

berarti DPR melanggar

tata tertib yang mereka

buat.

Menurut Buya A. A

Arubone – Redaktur

Executive, sidang

paripurna tersebut diduga

ada pelanggaran etika

sidang. Seperti Markus

Nari melempar botol air

mineral pada saat Marzuki

tiba-tiba mengetukkan

palu persidangan.

Skema Diri

(Self Schemas)

Anggota dewan

digambarkan telah

Menurut pandangan

redaktur Rakyat Merdeka,

64

Page 65: Skripsi (Bab I - Bab 5)

melanggar tata tertib

sidang yang mereka buat

sendiri. Selain itu,

jalannya sidang paripurna

kasus Bank Century telah

memberikan citra buruk

bagi DPR.

Marzuki tidak layak

menjadi ketua DPR

dikarenakan Marzuki

dalam memimpin seperti

ketua DPR sekelas DPRD.

Skema Peran

(Role Schemas)

Sebagai Surat Kabar

Umum Media Indonesia

memberitakan

pelanggaran etika anggota

dewan pada saat sidang

paripurna kasus Bank

Century. Seharusnya

anggota dewan lebih

memahami tata tertib

sidang yang telah

ditetapkan. Namun pada

kenyataannya terjadi

pelanggaran tata tertib

yang mereka buat sendiri.

Rakyat Merdeka sebagai

Surat Kabar yang ke

rakyat-rakyatan dan juga

kritis terhadap koruptor.

Menurutnya yang meliput

jalannya sidang paripurna,

sidang paripurna kasus

Bank Century diduga

terjadi pelanggaran etika.

Seperti yang dilakukan

oleh Markus Nari anggota

dewan Fraksi Golkar.

Skema Peristiwa

(Event Schemas)

Pelanggaran etika sidang

paripurna kasus Bank

Pelanggaran kode etik

sidang paripurna kasus

65

Page 66: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Century dilihat oleh Surat

Kabar Media Indonesia

sebagai pelanggaran tata

tertib yang telah DPR

buat. Dengan melihat

pelanggaran etika tersebut

berarti anggota dewan

telah bertindak yang tidak

semestinya dengan

mempertontonkan drama

kericuhan di dalam

gedung DPR. Kejadian

tersebut dipicu karena

Ketua DPR Marzuki Alie

yang dianggap otoriter

oleh anggota dewan pada

saat memimpin sidang

paripurna kasus Bank

Century.

Bank Century dilihat oleh

Rakyat Merdeka sebagai

pelanggaran etika yang

nyata dilakukan oleh

anggota dewan pada saat

Marzuki Alie

mengetukkan palu

sidangnya. Pelanggaran

etika itu seperti anggota

dewan dari Fraksi Partai

Golkar yang bernama

Markus Nari. Tindakan

Markus Nari yang

dianggap melanggar tata

tertib sidang. Dikarenakan

Markus melemparkan

botol air mineral ke arah

Ketua DPR Marzuki Alie.

“Dalam pandangan Van Dijk, produksi berita sebagian besar dan

terutama terjadi pada proses mental dalam kognisi seorang wartawan.”75

Disini peran wartawan sangat penting dalam terciptanya suatu teks berita

75 Eriyanto, Loc.Cit, hal. 266

66

Page 67: Skripsi (Bab I - Bab 5)

tertentu. Dan untuk membongkar bagaimana makna tersebut tersembunyi

dari teks, maka dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan

strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.

Dalam penelitian ini kognisi sosial juga dapat diartikan

bagaimana Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka mengemas

suatu peristiwa menjadi berita yang sangat menarik perhatian publik

sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk berita dapat tersampaikan

dengan baik kepada pembaca. Redaksi memilih kata-kata atau kalimat

tertentu untuk mempertegas pilihan, sikap, membentuk kesadaran politik,

dan sebagainya.

Pembuatan berita mengenai sidang paripurna kasus Bank Century

tanggal 3 Maret 2010 pada Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat

Merdeka memiliki pesan penting untuk disampaikan kepada publik bahwa

peristiwa kericuhan pada saat sidang paripurna kasus Bank Century tanggal

3 Maret 2010 yang dianggap selesai oleh Ketua DPR yaitu Marzuki Alie

menuai kontroversi di kalangan anggota dewan maupun masyarakat.

Peristiwa tersebut menimbulkan kericuhan baik di dalam ruangan DPR

maupun di luar gedung DPR.

Didalam ruangan bukan hanya terjadi kericuhan tetapi diduga

adanya pelanggaran etika yang dilakukan oleh anggota dewan kepada

Ketua DPR. Hal ini dipertegas dari hasil wawancara dengan Redaktur

Executive Rakyat Merdeka yang bernama Buya A. A Arubone.

67

Page 68: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Selain itu Ia juga menjelaskan bahwa Rakyat Merdeka dikenal

sebagai media umum yang gaya bahasanya mengarah ke rakyat-rakyatan.

Rakyat Merdeka berpedoman dalam menulis berita adalah harus pro rakyat

dan koruptor tidak dibela. Kemudian Rakyat Merdeka juga harus kritis dan

tidak memuji partai politik. Jika mengkritik pun dengan cara yang halus dan

bahasanya tidak terlalu fulgar.

Berbicara mengenai pelanggaran etika sidang paripurna kasus

Bank Century, penulis juga mewawancarai Yohanes Widada sebagai

Askadiv Content Enrichment Media Indonesia. Yohanes berpendapat

bahwa DPR itu setiap sidang ada aturannya atau tata tertib sidang, dengan

melihat kericuhan yang terjadi di ruang sidang paripurna kasus Bank

Century berarti DPR telah melanggar tata tertib yang mereka buat sendiri.

Media Indonesia pasti mengkritisi pelanggaran etika yang terjadi di ruang

DPR tersebut.

Yohanes berpandangan juga mengenai pemberitaan sidang

paripurna kasus Bank Century bahwa Media Indonesia menyampaikan

informasi dan pesannya harus jelas. Century itu tentang apa dan uang

negara dipakai untuk apa. Dalam konteks Century informasi yang kita dapat

adalah uang yang dipakai tidak untuk menalangi dana Century atau dana

tersebut tidak diberikan kepada nasabah Bank Century. Dana nasabah

Century yang tidak sampai ke nasabah mencapai 6,7 triliun. Kepentingan

media menyampaikan kemana dana Century itu dipakai.

68

Page 69: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Kemudian didalam media ingin ada kejelasan dana tersebut

dialirkan kemana dan publik juga mengetahui dana tersebut mengalir

kemana. Media Indonesia ingin dana itu dipakai untuk mengganti dana

nasabah. Tetapi dana itu tidak dialirkan ke nasabah sebenarnya. Oleh

karena itu, dana nasabah Century harus ada kejelasan dan uang negara itu

seharusnya untuk kepentingan publik.

Secara umum citra Ketua DPR Marzuki Alie terkait dengan sikap

arogannya ia pada saat memimpin sidang paripurna kasus Bank Century

menurut Rakyat Merdeka, Marzuki Alie tidak layak menjadi ketua DPR

karena Marzuki dianggap seperti ketua DPR sekelas DPRD. Seharusnya

Marzuki sebagai ketua DPR dan pimpinan sidang mampu mengatur

jalannya sidang. Adapun prinsip Rakyat Merdeka dalam menyajikan berita

kepada publik adalah harus pro rakyat, kritis, dan tidak memuji partai

politik. Kalaupun mengkritik partai politik dengan cara yang halus dan

bahasanya tidak terlalu fulgar.

Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka adalah sama-

sama koran nasional tetapi gaya bahasa dari ke dua media tersebut berbeda.

Media Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dalam arti beritanya faktual, lugas, dan ringkas. Konstruksi beritanya

dikemas secara simple dan sederhana. Dalam setiap pemberitaannya Media

Indonesia harus memenuhi kaedah-kaedah bahasa Indonesia. Pada dasarnya

jika Media Indonesia menggunakan bahasa asing, kami selalu menulis

pengertiannya atau penjelasannya disamping kata asing tersebut. Media

69

Page 70: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Indonesia juga dalam penggunaan bahasa setiap harinya selalu ada

evaluasinya. Setiap cetak ada evaluasi bahasa, kecuali hari sabtu dan hari

minggu. Alasan diadakannya evaluasi bahasa karena ada aturan-aturan

ketatabahasaannya yang harus dilakukan oleh Media Indonesia.

Sedangkan gaya bahasa Rakyat Merdeka adalah kritis ke rakyat-

rakyatan. Dalam arti Rakyat Merdeka menyajikan berita kepada publiknya

harus kritis dan sesuai dengan karakter masyarakatnya. Gaya bahasa Rakyat

Merdeka memang berbeda dari yang lain. Tetapi Rakyat Merdeka tetap

mendukung rakyat dengan penuh dan koruptor tidak kami bela apalagi

partai politik kami tidak akan dipuji.

4.2.4 Hasil Penelitian Konteks Sosial

Dalam kerangka model Teun A. Van Dijk, kita perlu

mengetahui bagaimana wacana Pelanggaran Kode Etik anggota

dewan pada saat sidang paripurna Century DPR diproduksi

masyarakat. Dimana kita harus melihat bagaimana praktek diskursus

dan legitimasi. Dua poin penting yang ditunjuk Van Dijk adalah

power (kekuasaan) dan access (akses). Kekuasaan ini umumnya

didasarkan pada kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai,

seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain dimaknai sebagai

dominasi, kita juga dapat menganalisis bagaimana proses produksi

itu secara umum dipakai untuk membentuk kesadaran dan

konsensus.76

76 Eriyanto, Loc Cit, hal 272

70

Page 71: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Pelanggaran kode etik sidang merupakan kasus kericuhan

sidang paripurna Century yang banyak menyita perhatian masyarakat

karena kasus ini melibatkan orang-orang memiliki dedikasi tinggi

yang mewakili rakyat. Marzuki Alie yang merupakan ketua DPR

membuat keputusan sepihak sehingga memicu kericuhan di dalam

ruang sidang. Dimana Marzuki Alie mengetukkan palu untuk

mengakhiri rapat paripurna pertama tanggal 2 Maret 2010. Lalu

Anggota DPR F-PG Markus Nari langsung menghampiri Marzuki

dan melemparkan botol air mineral ke meja pimpinan. Tindakan

Marzuki Alie tersebut dikritik karena bertindak secara otoriter

sebagai pimpinan sidang.

Motif Marzuki Ali mengetuk palu dilatarbelakangi sebagai

tanda penutupan rapat paripurna di tengah hujan interupsi anggota

dewan yang meminta agar rapat dipersingkat terkait pemberitaan

yang ditulis Akhmad Mustain pada Surat Kabar Media Indonesia.

Secara terbuka pemberitaan yang ditulis oleh Akhmad Mustain sikap

otoriter yang dilakukan Ketua DPR dalam rapat paripurna.

Sedangkan pemberitaan yang ditulis Buya pada Surat Kabar Rakyat

Merdeka adalah Marzuki memimpin sidang kekacauan saat

paripurna Kasus Century. Dalam pemberitaannya tindakan Marzuki

Alie juga menuai reaksi dari pimpinan DPR lainnya.

Kericuhan terjadi berawal ketika Ketua DPR Marzuki Alie

menutup Rapat Paripurna DPR dengan mengetukan palu. Dimana

71

Page 72: Skripsi (Bab I - Bab 5)

pada saat itu tengah terjadi hujan interupsi agar rapat paripurna

dipersingkat, dari dua hari menurut agenda Bamus menjadi satu hari

saja. 77 Mengetahui tindakan Marzuki Ali yang tiba-tiba mengetukan

palu tersebut tanpa bertanya kepada wakil pimpinan yang berada di

samping kiri kanan, Markus Nari pun dari Fraksi Partai Golkar

menuai aksi dan reaksi yang cukup keras dengan melemparkan botol

air mineral ke arah meja pimpinan atau di hadapan pimpinan sidang

yaitu Marzuki Ali.

Tindakan Marzuki Ali bisa saja dibawa ke badan kehormatan

karna Ia menutup sidang secara sepihak dan perilaku itu bisa

mengganggu asas kedaulatan anggota DPR.78 Fahri Hamzah sebagai

komisi III anggota DPR dari fraksi PKS yang pada saat itu menjadi

panita khusus (pansus) mengatakan Di dalam DPR mempunyai

namanya kode etik dan badan kehormatan. Badan kehormatan itu

isinya semua partai. Badan kehormatan yang menentukan apakah

pelanggaran anggota berdasarkan pengaduan masyarakat atau

pengaduan dari anggota lainnya sudah bisa dikategorikan sebagai

pelanggaran etik atau tidak, kalau dia pelanggaran etik seberapa

besar pelanggarannya itu apakah pelanggarannya itu menyebabkan

diusulkannya dia dikeluarkan atau hanya dibatasi haknya misalnya

tidak boleh menjadi pimpinan dan seterusnya tergantung pada

musyawarah badan kehormatan.

77 Surat Kabar Media Indonesia, tanggal 3 Maret 2010, hal. 178 Surat Kabar Media Indonesia, tanggal 3 Maret 2010, hal. 1

72

Page 73: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Fahri hamzah menambahkan bahwa kasus Markus Nari itu

menjadi susah karna ada aksi, ada reaksi. Di satu sisi tindakan

pimpinan yang tidak mau mendengar suara daripada sidang lalu

mengambil dan mengetuk palu sendiri, palu memang Cuma dia yang

pegang palu menyebabkan bahwa yang dibawah ini merasa bahwa

pimpinan sidang otoriter dan memaksakan kehendaknya. Nah inilah

yang mendatangkan reaksi dari floor, reaksinya kan lebih keras juga

karna memakai kekerasan lagi. Jadi nanti kalau misalkan masing-

masing ditimbang dan dibawa ke badan kehormatan, maka Markus

akan bilang “saya nggak mungkin keras begitu, kalau pimpinan juga

tidak ngotot dan tidak memaksakan diri. Jadi dia maksa, saya maksa.

Dia pakai fisik karna dia pakai palu, saya juga pakai fisik, saya

memakai botol air”. Jadi fisik dilawan fisik. Karna itu nanti siapa

yang dianggap tidak etis. Yaitulah yang akan disidangkan di Badan

Kehormatan itu.

Selain itu juga pak Eep Saefulloh Fattah sebagai Chief

Executive Officer melihat mengenai pelanggaran etika yang

dilakukan oleh Markus Nari itu adalah suatu kejelasan bahwa orang

yang melempar botol air minuman ke arah meja pimpinan sidang,

orang berteriak ketika seharusnya bukan dia yang berbicara, orang

membuat kegaduhan justru ketika orang yang harus didengar

argumennya orang melakukan tindakan sangat fisik ketika

seharusnya Ia secara terhormat hanya berdebat mempertandingkan

73

Page 74: Skripsi (Bab I - Bab 5)

argumen, itu semua pelanggaran etika. Persoalannya kemudian

adalah dilembaga-lembaga resmi, etika itu dibakukan dengan kode

etik jurnalistik, setiap jurnalistik harus baca kode etik jurnalistik,

karna itu etika yang sudah dibakukan. Nah di DPR ada tata tertib

yang mengatur larangan tidak boleh ini, tidak boleh itu. Ada kode

etiknya juga bahkan ada badan kehormatan yang dibentuk untuk

menjaga etika.

Jalannya persidangan itu seperti diambil alih oleh ketua rapat

dalam hal ini pak Marzuki Ali. Lalu Marzuki mengambil keputusan-

keputusan yang seharusnya secara etnis dia harus bertanya kanan

atau kiri karena disampingnya terdapat wakil pimpinan lainnya yang

bisa ditanya mengenai keputusan-keputusan yang masih

kontroversial. Pada saat itu Marzuki Ali tidak bertanya kepada wakil

ketuapun tidak. Oleh karena itu, dia disebut otoriter.

Keotoriterianisme dalam memimpin rapat termasuk pelanggaran

etik.

Pelanggaran etika persidangan tersebut dikarenakan karena

orang-orang yang ada di DPR tidak menaati benar-benar apa yang

telah dituliskan dan dimusyawarahkan oleh mereka. Tata tertib

sidang seharusnya dilakukan oleh seluruh anggota DPR maupun

ketua pimpinan. Tata tertib sidang atau aturan sidang bisa dilihat

sebagaimana dilampirkan.

74

Page 75: Skripsi (Bab I - Bab 5)

Dilihat dari tata tertib atau aturan sidang yang ada di dalam

DPR dengan kenyataannya pada saat sidang paripurna tidak ada

suatu aplikasi yang nyata dari anggota DPRnya maupun ketua

pimpinannya. Dalam hal ini ketua pimpinan maupun Markus Nari

sebagai anggota DPR dikatakan melanggar etika atau tata tertib

aturan sidang. Dikarenakan pertama Marzuki Ali sebagai pimpinan

sidang dalam mengambil keputusan-keputusannya tidak patut.

Seharusnya pimpinan sidang bertanya dahulu kepada peserta rapat

atau wakil pimpinan lainnya seperti yang tertera pada tata tertib

aturan sidang. Kemudian dalam hal ini juga Markus Nari juga

bertindak yang tidak layak dan tidak sesuai dengan tata tertib aturan

sidang. Kalau dilihat lebih jauh dalam hal ini Marzuki Ali maupun

Markus Nari sama-sama bersalah. Kritik untuk Marzuki Ali terus

berdatangan termasuk dari anggota DPR Fraksi Hanura Akbar Faisal

menyebut Marzuki telah mencederai konstitusi dan memalukan, ia

telah bersikap otoriter sehingga mencederai konstitusi.

Sidang paripurna kasus Bank Century cukup menyita

perhatian publik. Kasus Bank Century ini menurut Fahri Hamzah,

kalau uang itu jelas transfer-nya kan bisa ditelusuri. Ia mengalir ke

mana saja, seperti dalam kasus bank bali. Kenapa tidak? Kemudian

dia juga berkata “saya katakan, bahwa uang 6,7 T itu real. itu uang

kita, transfer dari BI dan LPS. Lalu mengalir sebagai FPJP dan PMS.

kan jelas”. Fahri Hamzah pun mengkritik pemerintah dengan kata-

75

Page 76: Skripsi (Bab I - Bab 5)

katanya “saya merasakan telah hilang itikad baik dari pemerintah

untuk menyelesaikan kasus ini. Tidak baik terus bersandiwara di

depan rakyat”.

Lalu tanggapan dari Eep Saefulloh Fattah mengenai kasus

bank Century adalah proses politik sudah berjalan, vonis politik

sudah diberikan dengan menganggap bahwa kebijakan yang dibuat

dan sejumlah orang mesti bertanggung jawab, itu proses politik.

Samapai sekarang yang tidak berjalan adalah proses hukum Century

dan disini misalnya KPK disini dikarenakan proses hukum

memerlukan pembuktian lebih rumit dan juga mendalam serta rinci

dibandingkan proses politik, kalau proses politik penentunya adalah

kekuatan. Anda boleh benar tapi ketika kemudian sebagian orang

dianggap menurut Anda salah maka bisa terjadi salah. Anda boleh

jadi membuat kebijakan tepat tetapi ketika koalisi partai yang

mengatakan itu salah jauh lebih kuat maka Anda akan dianggap

membuat kebijakan yang salah, itu proses politik. Nah kalau proses

hukum, bekerja dengan cara yang berbeda yang semestinya. Proses

hukum jauh lebih independen tetapi tidak ditentukan oleh kekuatan

tapi dia ditentukan oleh kekuatan bukti maka keadilan itu harus

dibuat. Nah dari sisi ini menurut saya, kasus Bank Century adalah

kasus yang menggantung sampai sekarang karna proses politik yang

berbasis kekuatan hukum yang berjalan tetapi proses hukumnya

tidak dilanjutkan. Karna sebab itu, ini akan menjadi semacam api

dalam sekam seperti bom waktu yang tidak dikelola dengan baik

76

Page 77: Skripsi (Bab I - Bab 5)

bisa akan muncul kembali suatu saat dalam masa pemerintahan SBY

sekarang yaa.

Kericuhan pada saat sidang di dalam maupun di luar ruang

sidang sudah menjadi bahan pembicaraan publik yang menyaksikan

di media cetak ataupun media elektronik. Media kini dianggap

kekuatan demokrasi, artinya media mempunyai kekuatan masyarakat

yang dapat mengakses berita-berita yang disampaikan oleh media.

Demokrasi menyebabkan power media itu sangat besar dan termasuk

mempengaruhi kebijakan publik, termasuk anggota dewan, termasuk

eksekutif, legislatif, dan juga yudikatif. Karna itu, semakin hari

media itu semakin penting.

Eep Saefulloh Fattah berpendapat bahwa Kasus Bank

Century adalah kasus yang pertama kali dibahas di pansus DPR dan

semua persidangan pansus dibikin terbuka. Karna itu, inilah pertama

kali sebuah kasus skandal itu melibatkan peranan media yang luar

biasa besar dan peranan media itu terlihat dari antara lain bukan

hanya televisi seperti juga oleh jenis media (media cetak, media

online, social media, seperti facebook, twitter, dan semua jaringan

sosial media atau new media).

Jadi kalau ditanya soal keterlibatan media, saya kira

keterlibatan media dalam merekonstruksi realitas dalam kasus Bank

Century sangat besar dan ini akibatnya bisa berlapis-lapis buat

mereka yang terlibat termasuk buat mereka yang memproses, DPR

misalnya. Mungkin orang DPR merasa ketika ada kasus langsung

Bank Century, mereka merasa mempunyai panggung dan bisa

77

Page 78: Skripsi (Bab I - Bab 5)

mencari popularitas dimuka dan memunculkan wajahnya masing-

masing, berlomba-lomba bersuara sekeras-kerasnya. Karna itu

mendapatkan sorotan media atau sorotan kamera dan dengan itu

mereka menganggap keuntungan berada dipihak mereka tapi

kenyataannya kan tidak begitu. Banyak orang yang semakin hari

semakin merasa bahwa sudah begitu membosankan, sebuah drama

yang menarik pertunjukan yang menurut banyak orang menyebalkan

dan mereka mencuri media akhirnya mereka bukannya partisipasi

malahan antipasti. Ini makin menegaskan bahwa peran media luar

biasa.

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap kericuhan dan pelanggaran etika yang

dilakukan oleh anggota dewan pada saat sidang paripurna kasus Bank Century

tanggal 3 Maret 2010 dengan menggunakan metode analisis wacana model Van Dijk

78

Page 79: Skripsi (Bab I - Bab 5)

yang terkenal dengan kognisi sosial. Dimana model Van Dijk ini terdiri dari tiga

elemen yang dianalisis yaitu ananlisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Oleh karena itu, dengan adanya kesimpulan ini peneliti dapat menjawab

pertanyaan sebagai berikut

1. Bagaimana surat kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka

menggambarkan pemberitaan kericuhan pada saat sidang paripurna kasus

Bank Century yang dipimpin oleh Marzuki Ali?

2. Bagaimana media mengonstruksikan pemberitaan kericuhan pada saat

sidang paripurna kasus Bank Century yang dipimpin oleh Marzuki Ali?

Dan berikut kesimpulannya:

1. Surat Kabar Media Indonesia dan Rakyat Merdeka menggambarkan

pemberitaan kericuhan ini dengan memojokan atau menyalahkan

pimpinan sidang yang mengambil keputusan secara sepihak.

2. Pada dasarnya jika dilihat dari segi Analisis Teks pada Media Indonesia

dan Rakyat Merdeka tanggal 3 Maret 2010, Struktur Makro (tematik)

dijelaskan bahwa Marzuki Alie sebagai Ketua DPR kembali dituding

otoriter oleh anggota dewan dalam memimpin sidang paripurna yang

menimbulkan kericuhan antara anggota dewan dengan Ketua DPR.

Superstruktur (skematik) dijelaskan mengenai alur peristiwa yang

disajikan dalam rangkaian berita utuh baik situasi maupun komentar

narasumber. Struktur Mikro (Semantik), Marzuki Alie dinilai oleh

anggota dewan tidak bisa mengendalikan dewan dan Marzuki juga tidak

79

77

77

Page 80: Skripsi (Bab I - Bab 5)

seharusnya bersikap otoriter karena dengan sikapnya itu dianggap

menodai lembaganya sendiri.

Dilihat dari aspek kognisi sosial dapat terlihat jelas bagaimana

teks diproduksi. Dapat dideskripsikan pula bagaimana redaksi Media

Indonesia dan Rakyat Merdeka dalam memilih berita yang menarik

kepada khalayak, alur proses produksi, sudut pandang wartawan dalam

menulis berita dan wacana ada yang dikedepankan surat kabar Media

Indonesia dan Rakyat Merdeka dari adanya kericuhan sidang yang

diselenggerakan oleh DPR untuk membahas kasus Bank Century. Media

Indonesia dan Rakyat Merdeka berusaha menjaga objektivitas

pemberitaan, Media Indonesia dan Rakyat Merdeka juga memiliki

subjektivitas sendiri harus sesuai dengan kebijakan yang mereka pakai.

Kemudian juga pada level konteks yang dapat dijelaskan

bahwa wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan

reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan. Penelitian ini

menganalisis pelanggaran kode etik anggota dewan pada saat sidang

paripurna Century yang secara terang-terangan membahas tindakan-

tindakan anggota dewan maupun pimpinan sidang yang tidak sesuai

dengan aturan sidang yang sudah mereka buat bersama-sama anggota

dewan lainnya.

Dari pandangan Fahri Hamzah sebagai komisi III anggota

DPR fraksi PKS dan Eep Saefulloh Fattah sebagai Chief Executive

Officer, mereka menyoroti kasus pelanggaran etik yang dilihat dengan

80

Page 81: Skripsi (Bab I - Bab 5)

masing-masing pandangan mereka. Mereka berpendapat bahwa yang

dilakukan oleh Marzuki Ali maupun Markus Nari merupakan

pelanggaran etik. Eep Saefulloh fattah mengatakan sangat tidak bijak dan

sangat tidak tepat pimpinan sidang itu bertindak seperti itu untuk

membahas persoalan yang sangat penting dan bukan hanya penting tetapi

juga publik menyaksikan persidangan itu dikarnakan proses persidangan

Bank Century dan pada waktu itu di DPR dibikin terbuka, pansusnya saja

disiapkan terus menerus kan. Jadi dari sisi itu tidak bijak dan tidak tepat

soal salah dan benar ukurannya relatif.

5.2 SARAN

Berdasarkan penemuan peneliti dari hasil analisis wacana mengenai

pelanggaran kode etik anggota dewan pada sidang paripurna DPR di Surat Kabar

Media Indonesia dan Rakyat Merdeka tanggal 3 Maret 2010, peneliti memiliki saran

sebagai berikut:

1. Diharapkan Media Indonesia dan Rakyat Merdeka tetap

mempertahankan objektifitas media agar tidak memihak kepada salah

satu partai yang memiliki modal untuk membangun suatu media.

2. Media Indonesia dan Rakyat Merdeka juga harus memberikan

informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat agar masyarakat

dapat menilai peristiwa yang dibangun oleh media.

81

Page 82: Skripsi (Bab I - Bab 5)

3. Kepada calon peneliti agar meneliti lebih mendalam mengenai

pelanggaran kode etik sidang yang terkait dengan kericuhan yang

terjadi sesaat setelah sidang ditutup oleh pimpinan sidang.

82