SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK...
Transcript of SKRIPSI ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK...
SKRIPSI
ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK
DESA MENSANAK KECAMATAN SENAYANG
KABUPATEN LINGGA
KEPULAUAN RIAU
E-JORNAL
Oleh
ARITA
NIM 100388201291
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITASMARITIM RAJAALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
ABSTRAK
Arita. 2016. Analisi Afiksasi Bahasa Melayu Sub Dilaek Desa Mensanak
Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga. Skiripsi. Tanjungpinang: Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Pembimbing I: Drs. Suhardi,
M.pd. Pembimbing II: Ahada Wahyusari, M.pd.
Kata Kunci : Afiksasi, Dialek Melayu
Banyaknya kesalahan penggunaan Afiksasi Bahasa Melayu Dialek Desa
Mensanak Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga ketika masyarakat
menggunakan bahasa sehari-hari. Kesalahan ini terjadi karena meningkatnya
perpindahan penduduk yang beraneka ragam suku, ilmi pengetahuan dan
teknologi juga dapat mengakibatkan perkembangan bahasa, serta pergaulan juga
bisa mengakibatkan berkurangnya keaslian bahasa tersebut. Berdasarkan masalah-
masalah tersebut peneliti merumuskan masalah penelitian menjadi 2 (dua) yaitu :
(1) Bagaimanakah bentuk-bentuk kata Bahasa Melayu Sub Dialek Desa
Mensanak Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga? (2) Apakah perubahan yang
terjadi akibat Bahasa Bahasa Melayu Sub Dialek Desa Mensanak Kecamatan
Senayang Kabupaten Lingga?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk Kata Bahasa
Melayu Sub Dialek Desa Mensanak Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga dan
perubahan yang terjadi akibatBahasa Melayu Sub Dialek Desa Mensanak
Kecamatan Senayang Kabupaten Lingga.
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 145 orangyaitu masyarakat
kelurahan Desa Mensanak RT II RW II, sampel penelitian ini diambil 15% dari
penduduk desa mensanak yaitu sebanyak 21 orang yang diambil dengan teknik
acak proporsional. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan teknik catat.
Dari hasil pengumpulan data, peneliti memperoleh delapan afiks
yang terdiri dari lima prefiks, satu infiks dan dua sufiks. Adapun delaapan
prefiks tersebut yaitu /bә-/, /tә-/, /pә-/, /mә-/ dan /ŋ-/, satu infiks yaitu /-mә-/, dan
dua sufiks yaitu /-an/, dan /-kan/.
Abstract
Arita, 2016. Affixation analysis Malay Dialect Sub Mensanak Great Lingga.
Essay. Tanjungpinang: Language and Literature Department of Education of
Indonesia, Techer Training and Education Faculty, Maritime Raja Ali Haji
University, Supervisor I: Drs. Suhardi, M.pd. and Supervisor II: Ahada
Wahyusari, M.pd.,
Key word: affixation, Malay Dialect
Numerous errors affixation Malay dialectuse Mensanak Great when
people use every day language. This error occurs due to the increased movement
of people of diverse ethnic, science and technology can also lead tonthe
development of language, as well as the association could also result in reduced
authenticity of the language. Based on these problems, we propose the research
problem into two, namely: (1) How the Word Forms Malay Dialect Sub Mensanak
Great Lingga? (2) Are the changes that occur due Malay Dialect Sub Mantang
Great Lingga?
The purpose of this study was to determine the word form of malay
language Dialect Sub Mensanak Great Lingga. Population in this research are
145 people Mensanak RT II RW II Mensanak Great Lingga.
The sample taken 15% of the total population of as many as 21 people were taken
to the proportional random techniques. This research uses descriptive qualitative
method. The data collection techniques were observation, interview and record
engineering. The result of the research shared that eight affixes consisting offive
prefixes, one infixis, and two suffixes.
As for the eigh-prefixs is /bә-/,/ tә-/, /pә-/, /mә-/ and / ŋ-/, the infixis /-mә-/, and
two suffixes are /-an/, and /-it/.
1. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak sehingga terjadi komunikasi dan
intreraksi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008:119), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi yang
berwenang-wenang dan konvesional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk
melanjutkan perasaan dan pikiran”. Hal tersebut juga sesuai dengan yang
dikatakan Chaer (2006:2),”Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang dipergunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berintraksi, dan mengidentifikasikan diri”.
Adapun Sifat dan ciri bahasa antara lain (1) bahasa itu adalah sebuah sistem,
(2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu
bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7)
bahasa itu bersifat universal, (8) bahasa itu bersifat unik, (9) bahasa itu bersifat
produktif, (10) bahasa itu berpariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa
itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas
penuturnya. Bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol dari tiap-tiap
kelompok sosial, karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya
sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Adapun yang
melatarbelakangi perbedaan bahasa tersebut adalah penciptaan bahasa yang
bersipat arbitrer dan konvesional.
Setiap bahasa dibentuk oleh kaidah dan pola yang tidak boleh dilanggar.
Kaidah dan pola-pola tersebut dibentuk agar komunikasi yang dilakukan dapat
berjalan dengan lancar. Jika masyarakat penutur suatu bahasa tidak
memperhatikan kaidah yang sudah disepakati tersebut maka sudah tentu kegiatan
berkomunikasi akan terganggu, misalnya dalam hal afiksasi jika penggunaannya
tidak sesuai dengan kesepakatan penutur maka pesan atau maksud yang
disampaikan akan menimbulkan respon yang tidak sesuai dengan harapan.
1
Bahasa Melayu merupakan satu diantara bahasa yang digunakan
sekelompok masyarakat Indonesia dalam berinteraksi sehari-hari. Sekelompok
masyarakat yang berinteraksi dengan bahasa tersebut sebagian terdapat di
Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena penciptaan bahasa yang bersifat arbitrer
dan konvisional maka Bahasa Melayu di Kepulauan Riau sendiri terdiri dari
beranekaragam. Dari keanekaragaman inilah tercipta banyak dialek yang
digunakan masyarakat Kepulauan Riau.
2. Metode Penelitian
Metode berperan sangat penting dalam sebuah penelitian, sehingga
perlu diketahui metode penelitian itu sendiri. Menurut Chaer (2007:18),
“Penelitian adalah suatu proses, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan tertentu yang diajukan sebagai masalah dalam penelitian tersebut.
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mengambil, menganalisis,
mengidentifikasikan variabel yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai masalah dalam penelitian”.
jadi, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
berupaya menggambarkan suatu fenomena yang diteliti secara apa adanya
dilapangan. Menurut Sugiono (2005:87), bahwa “ penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu
variable atau lebih (indevenden) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan antara variable satu dengan variable lainnya”. Dengan
menggunakan data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan
gambar.
3. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang peneliti peroleh melalui teknik wawancara tak
terstruktur, teknik simak dan teknik cakap, dan teknik rekam dan catat, maka
peneliti memperoleh bentuk-bentuk afiks dan perubahan bentuk afiks yang terjadi
akibat afiksasi yang terjadi dalam bahasa Melayu subdialek Desa Mensanak
Kecamatan Senayang, seperti pada tebel berikut:
AFIKSASI BAHASA MELAYU
SUB DIALEK DESA MENSANAK KECAMATAN SENAYANG
No. Tuturan yang Mengandung Afiksasi
dan Makna Tuturan Dalam Bahasa
Indonesia
Afiksasi Afiks/
Alomorf
yang
Melekat
Dasar
kata
yang
Dilekati
Jenis
Afiks
1. na? Dibawa? bǝlaya di Kalimantan
‘Mau dibawa berlayar di Kalimantan.’
dibawa? /di-/ bawa? Prefiks
2. na? Dibawa? bǝlaya di Kalimantan
‘Mau dibawa berlayar di Kalimantan’
bǝlaya /bǝ-/ laya Prefiks
3. kalau diǝ na? tǝkǝncɛŋ baŋɔnkan.
‘Kalau dia mau terkencing
bangunkan.’
tǝkǝncɛŋ /tǝ-/ kǝncɛŋ Prefiks
4. kalau diǝ na? tǝkǝncɛŋbaŋɔnkan.
‘Kalau dia mau terkencing
bangunkan.’
baŋɔnkan /-kan/ baŋɔn Sufiks
5. Biasǝ baŋɔn sǝsuRaŋ.
‘Biasa bangun sendiri.’
sǝsuRaŋ.
/sǝ-/+/s-
/
suRaŋ.
Prefiks
6.
sayǝÑuci semuǝ.
‘Saya mencuci semua.’
Ñuci /Ñ-/ cuci Prefiks
30
7. lah sǝtaɔn lɛbɛh.
‘Sudah setahun lebih.’
sǝtaɔn /sǝ-/ taɔn Prefiks
8. adǝkatǝñǝubat satu juta duǝ Ratɔs.
‘Ada katanya obat satu juta dua
ratus.’
Katǝñǝ /-ñǝ/ katǝ Sufiks
9. sǝbǝlɔm kǝna? pǝñakɛt ini, diam di
selakau.
‘Sebelum terkena penyakit ini, tinggal
di selakau.’
sǝbǝlɔm /sǝ-/ bǝlɔm Prefiks
10. sǝbǝlɔm kǝna? pǝñakɛt ini, diam di
selakau.
‘Sebelum terkena penyakit ini, tinggal
di selakau.’
pǝñakɛt /pǝñ-/ sakɛt Prefiks
11. minta? tǝmankan buat tambɔl.
‘Minta temanin buat kue.’
tǝmankan /-kan/ tǝman Sufiks
12. nda? tau rǝsǝpñǝ.
‘Tidak tau resepnya.’
rǝsǝpñǝ. /-ñǝ/ rǝsǝp Sufiks
13. jadi dipaŋgɛl dukun sini?.
‘Jadi panggilkan dukun sini.’
dipaŋgɛl /di-/ paŋgɛl Prefiks
14. dipǝgaŋ macam ini nda? tǝRasǝ.
‘Dipegang seperti ini tidak terasa.’
Dipǝgaŋ /di-/ pǝgaŋ Prefiks
15. dipǝgaŋmacam ini nda? tǝRasǝ.
‘Dipegang seperti ini tidak terasa.’
tǝRasǝ /tǝ-/ Rasǝ Prefiks
16. biasǝsǝpiŋgan abɛs.
‘Biasa sepiring habis.’
sǝpiŋgan /sǝ-/ piŋgan prefiks
17. makin kuat gaŋguan diǝ.
‘Semakin kuat gangguan dia.’
Gaŋguan /-an/ gaŋgu Sufiks
18. nah, itu yaŋdiharapkan.
‘Nah, itu yang diharapkan.’
diharapkan /di-kan/ harap Konfiks
19. tǝRambɛ? aɛ?.
‘Terambil air.’
tǝRambɛ? /tǝR-/ ambɛ? Prefiks
20. na? bǝbalɛ? sǝsuRaŋ nda? bisǝ.
‘Mau balek sendiri tidak bisa.’
bǝbalɛ? /bǝ-/ balɛ? Prefiks
21. kalau diǝÑǝbɔt na? tǝkǝncɛŋ, baŋɔn.
‘Kalau dia menyebut mau terkencing,
bangun.’
Ñǝbɔt /Ñ-/ sǝbɔt Prefiks
22. habɛs bǝkǝcai.
‘Habis berserakan.’
bǝkǝcai /bǝ-/ kǝcai Prefiks
23. nda? dapat ditahan agɛ?.
‘Tidak bisa ditahan lagi.’
Ditahan /di-/ tahan Prefiks
24. kini kitǝ pula? mbɛRɛ? Makan.
‘Sekarang kita pula memberi makan.’
mbɛRɛ? /m-/ mbɛRɛ? Prefiks
25. ajaɛ? Mbuat lapis.
‘Ajakan membuat lapis.’
ajaɛ? /-ɛ?/ aja Prefiks
26. ajaɛ? Mbuat lapis.
‘Ajarkan membuat lapis.’
mbuat /m-/ buat Prefiks
27. nda? sada mǝgaŋ taŋan kau te.
‘Tidak sadar memegang tangan kamu
tu.’
Mǝgaŋ /m-/ pǝgaŋ Prefiks
28. kǝna? uRaŋ nda? bǝduɛt makin susah.
‘Karna orang tidak berduit semakin
susah.’
bǝduɛt /bǝ-/ duɛt Prefiks
29. lɛtɛh ŋǝlawan ubat.
‘Lelah melawan obat.’
ŋǝlawan /ŋǝ-/ lawan Prefiks
30. Nabɔŋ lo? Iket-iket.
‘Menabung dulu sedikit-sedikit.’
Nabɔŋ /N-/ tabɔŋ Prefiks
31. bǝkǝjǝdi Rumah Sakɛt.
‘Bekerja di Rumah Sakit.’
Bǝkǝjǝ /bǝ-/ kǝjǝ Prefiks
32. di Kalimantan baŋa? bǝRasɛl.
‘Di Kalimantan banyak berhasil.’
bǝRasɛl
/bǝR-/ hasɛl. Prefiks
33. nda? bisǝdiubah nda?
‘Tidak bisa diganti mungkin.’
Diubah /di-/ ubah Prefiks
34. ŋǝlayaŋ ja? suRat tu. ŋǝlayaŋ /ŋǝ-/ layaŋ Prefiks
‘Melayang saja surat itu.’
35. ŋapos sǝmuǝ macam manǝ.
‘Menghapus semua bagaimana.’
Ŋapos /ŋ-/ hapos Prefiks
36. na? dihapos semuǝ.
‘Mau dihapus semua.’
Dihapos /di-/ Hapos
Prefiks
37. mbuka?dari manǝtadɛ?.
‘Membuka dari mana tadi.’
mbuka? /m-/ buka? Prefiks
38. paksǝlah ŋikɔt aja?.
‘Terpaksalah mengikut saja.’
ŋikɔt /ŋ-/ ikɔt Prefiks
39. diǝ puñǝpǝnǝkan macam BB.
‘Dia punya tombolnya seperti BB.’
pǝnǝkan /Pǝn-/ tǝkan Prefiks
40. katǝ kau nda? ŋǝluaɛ? duɛt.
‘Katamu tidak mengeluarkan uang.’
ŋǝluaɛ? /ŋǝ-ɛ?/ lua Konfiks
41. pasti bǝtǝŋka duǝ bǝRadɛ? te.
‘Pasti bertengkar dua bersaudara tu.’
bǝtǝŋka /bǝ-/ tǝŋka Prefiks
42. pasti bǝtǝŋka duǝbǝRadɛ? te.
‘Pasti bertengkar dua bersaudara tu
bǝRadɛ? /bǝR-/ adɛ? Prefiks
43. Ŋape macam itu.
‘Mengapa seperti itu.’
Ŋapǝ /ŋ-/ apǝ prefiks
44. malas na? bǝjalan. bǝjalan /bǝ-/ jalan prefiks
‘Malas mau berjalan.’
45. masǝh mikɛɛ? ana?.
‘Masih memikirkan anak.’
mikɛɛ? /m-ɛ?/ pikɛ Konfiks
46. bia Ayah yaŋmbaya.
‘Biar Ayah yang membayar.’
Mbaya /m-/ baya Prefiks
47. ambɛ? Kan duǝ butɛ?.
‘Ambilkan dua buah.’
ambɛ?kan /-kan/ ambɛ? Sufiks
48. usah dihaRapɛ? Agɛ?.
‘Jangan diharapkan lagi.’
diharapɛ? /di-ɛ?/ haRap konfiks
49. usah didǝŋaɛ? gila?.
‘Jangan terlalu didengarkan.’
didǝŋaɛ? /di-ɛ?/ dǝŋa Konfiks
50. bǝkǝRiŋat malas makai baju.
‘Berkeringat malas memakai baju.’
bǝbǝkǝRiŋat /bǝ-/ kǝRiŋat Prefiks
51. lah diambɛ?.
‘Sudah diambil.’
diambɛ? /di-/ ambɛ? Prefiks
52. bukan mǝrɔkɔ? agɛ?.
‘Bukan merokok lagi.’
mǝrɔkɔ? /mǝ-/ rɔkɔ? Prefiks
53. nda? tǝRabɛs kǝla?.
‘Tidak terhabis nanti.’
tǝRabɛs
/tǝR-/ habɛs Prefiks
54. lah bǝcakap dǝngan diǝ?
‘Sudah berbicara dengan dia.’
bǝcakap /bǝ-/ cakap Prefiks
Berdasarkan hasilsil pengumpulan data dilapangan, peneliti menemukan 22
bentuk afiks yang terdiri dari delapan bentuk prefiks yaitu prefiks /-bǝ-/, /tǝ-/, /pǝ-
/, /di-/, /g-/, /m-/, /N-/, dan /sǝ-/; satu bentuk infiks yaitu infiks /-ǝm-/; empat
konfiks yaitu konfiks /N-ɛ?/, /m-ɛ?/, /di-kan/, di-ɛ?/, /sǝ-ñǝ/, /N-ñǝ/, /g-ɛ?/, /pǝ-
an/, dan /kǝ-an/.
4. Simpulan dan Saran
Smpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan peneliti, diperoleh 22
bentuk afiks dalam bahasa Melayu dialek Mensanak yang terdiri dari delapan
bentuk prefiks yaitu prefiks bә-/, /tә-/, /pә-/, /m-/, /N-/, /di-/, /g-/, dan /sә-/; Satu
bentuk infiks yaitu infiks /-әm-/ ; empat bentuk sufiks yaitu sufiks /-ñә/,/ε?/, /-an/,
dan /-kan/ ; Sembilan bentuk konfiks yaitu konfiks /N-ε?/, /N-/ñә/, dan /kә-an/,
m-ε?/, /di-kan/, /di-ε?/, /sә-ñә/, /g-ε?/, dan /pә-an/.
Selain itu, bentuk-bentuk afiks akan mengalami perubahan bentuk setelah
proses afiksasi sesuai dengan huruf awal dasar kata yang dilekatinya. Kaidah
perubahan bentuk afiks setelah afiksasi dalam Bahasa Melayu Subdialek
Mensanak adalah sebagai berikut.
Prefiks /bә-/
Prefiks /tә-/
Prefiks/pә-/
Prefiks /m-/
Prefiks /N-/
Prefiks /sә-/
Konfiks /N-ε/
Konfiks /N-ñә/
Konfiks /kә-an/
Saran
Berdasarkan pengalaman peniliti dalam melakukan penelitian ini, peneliti
ingin memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi peneliti yang akan meneliti bahasa daerah agar menguasai fonetik
beserta lambang fonetisnya, hal ini di karenakan setiap bahasa daerah
memiliki artikulasi yang berbeda dengan bahasa Indonesia.
2. Bagi peneliti berikutnya, terutama putra dari daerah Kabupaten Lingga
agar dapat meneliti dari segi kebahasaan. hal ini mengingat penelitian
mengenai aspek kebahasaan masih kurang mendapat perhatian.
3. Peneliti juga menyarankan kepada pihak Pemerintah daerah Kabupaten
Lingga untuk memberi dukungan kepada para peneliti lain yang meneliti
bahasa daerah di Lingga, agar generasi berikutnya tetap dapat mempelajari
tata bahasa melayu Lingga yang menjadi asset budaya Kabupaten Lingga,
Kepulauan Riau.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa
Depertemen Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balain
Pustaka.
Arifin, Zaenal dan Junaiah. 2009. Morfologi, Bentuk, makna dan Fungsi. Jakarta:
PT. Grasindo.
Arikunto Suharmi, 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2011. Kamus Bahasa Indonesia (untuk pelajar). jakarta
Chaer, A . 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, A . 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A . 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Semarang: Penerbit Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia
Muslicin, Mansur. 2010. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan
Infleksional). Bandung: Refika Aditama.
Rosita, 2013. Analisis Afiksasi Bahasa Melayu Sub Dialek Mantang Besar
Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan. Skripsi. Tanjungpinang:
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tidak diterbitkan
Febriani, Laoli. 2011. Afiksasi dalam bahasa nias (dalam
htt://repository.usu.id/handle. 123456789/28528). Diakses pada tanggal 14
April 2015
Irwan. 2007. Proses Afiksasi dalam Bahasa Anggola/mandailing (dalam
htt://repository.usu.ac.id.handle/123456789/1681). Diakses pada tanggal
14 April 2015
Misran. 2007. Fonologi Bahasa Melayu.(dalam
hht://melayuonline.com/cultrure/dig1925). Diakses pada tanggal 14 april
2011