SKRIPSI 2_Improvisasi Cello Keroncong
description
Transcript of SKRIPSI 2_Improvisasi Cello Keroncong
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam
bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaaannya.
Setiap cetusan hati nurani atau daya cipta manusia dalam bentuk suara
adalah suatu penjelmaan dari buah pikiran manusia yang dinyatakan dalam
suatu bentuk yang bernama musik. Musik selalu mengandung keindahan
dan merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari
daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari jiwa yang
mengeluarkan musik itu, sehingga musik selalu dijadikan tolak ukur dari tinggi
rendahnya nilai-nilai dan karakter suatu bangsa.1
Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat tumbuhlah alur untuk
saling memperngaruhi, sehingga terjadilah suatu proses inkulturasi.
Perkembangan musik Indonesia juga mengalami proses inkulturasi,
beberapa musik di Indonesia merupakan hasil inkulturasi dari berbagai
macam jenis musik, musik keroncong adalah salah satunya.
1 AH. Suharto, (1995), Serba-serbi keroncong, Jakarta: OK INDAH SARI, hlm. 58.
1
Keroncong merupakan musik yang digarap dan diciptakan asli oleh
bangsa Indonesia. Bermula dari alat musik yang dibawa oleh para pelaut
Portugis yang bernama ukulele. Para penduduk pribumi merasa aneh
mendengar suaranya, karena mereka terbiasa mendengar nada pentatonik
sedangkan ukulele bernada diatonik. Walaupun sudah dicoba berkali-kali
namun dalam penyajiannya masih terdengar tidak sama seperti aslinya.
Inilah embrio dari musik keroncong.2
Seiring dengan perjalanan waktu musik keroncong terus mengalami
perkembangan, yaitu dengan digunakannya alat musik lain selain ukulele
dalam mengiringi musik keroncong. Pada saat ini susunan alat yang sering
dilihat dalam mengiringi musik keroncong ialah ukulele, cakalele, cello, bass,
gitar, flute dan biola. Namun menurut pengamatan penulis di lapangan,
formasi utama dari alat musik keroncong yaitu hanya ukulele, cakalele, cello,
dan bass. Hal ini berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa keempat alat
ini selalu dipakai dalam musik keroncong, sedangkan gitar, flute, dan biola
sering diganti oleh alat lain atau bahkan tidak dipakai sama sekali.
Dari keempat alat keroncong ini penulis sangat tertarik kepada cello.
Karena menurut penulis cello keroncong ini sangat unik. Pertama, dari cara
memainkannya yaitu dengan jari telunjuk dan ibu jari. Kedua, dari bunyinya
yang dapat menyerupai alat perkusi seperti kendang dan conga. Dan ketiga
dari pola irama dan melodi yang dimainkan oleh pemainnya, dimana hampir
2 Ibid, hlm. 25.
2
tidak ada pola yang dibentuk atau dengan kata lain dimainkan dengan
improvisasi. Tidak seperti alat-alat lainnya dalam formasi utama alat
keroncong, seperti ukulele, cak, dan bass yang dimainkan dengan suatu
pola tertentu. Memang, sesekali ketiga alat ini boleh diimprovisasi namun
hanya sekedar untuk memberikan sedikit variasi.
Dalam hal ini penggunaan cello merupakan hasil dari evolusi alat pada
musik keroncong, yang menurut dugaan diprakarsai oleh Tjok Shinsu(1934).3
Dilihat dari bentuknya “cello keroncong” sama dengan cello pada umumnya,
namun yang unik dari alat ini ialah cara memainkannya yang berbeda dari
cello biasa(cello gesek). Dimana “cello keroncong” dimainkan dengan cara
dipetik dengan menggunakan dua jari yaitu jari telunjuk/tengah dan Ibu Jari.4
Dari hasil petikan cello tersebut timbullah suara seperti suara pukulan
kendang. Namun berbeda dengan kendang, cello merupakan alat melodis
sehingga dari hasil petikan “cello keroncong” yang seperti kendang tersebut,
pemain cello juga harus mengikuti harmonisasi dari akord lagu yang
diiringinya. Permainan cello keroncong dalam mengiringi lagu dimainkan
dengan bebas, seperti tidak ada pola tertentu yang menjadi acuannya atau
dengan kata lain dimainkan dengan improvisasi. Seiring dengan berjalannya
waktu pola improvisasi permainan cello ini terus mengalami perkembangan
sehingga pada saat ini terdapat 2 jenis gaya improvisasi iringan cello
3 Ibid, hlm. 42.4 Ibid, hlm. 42.
3
keroncong yang sering didengar, yaitu improvisasi iringan cello gaya Jakarta
dan gaya Surakarta(Solo).5
Namun dari pengamatan dan pengalaman penulis di lapangan salah
satu masalah yang terjadi dalam mempelajari alat musik keroncong
khususnya cello pada umumnya ialah kurang tersedianya sumber-sumber
literatur yang cukup di dalam musik keroncong, sehingga mempersulit para
calon-calon pemain keroncong untuk mempelajari musik keroncong. Hal lain
yang juga mempersulitnya ialah karena salah satu unsur utama dalam
memainkan musik keroncong adalah Improvisasi. Namun dalam
pelaksanaannya apabila kita berimprovisasi tanpa aturan dengan alat musik
keroncong khususnya cello, mungkin akan tidak terdengar seperti musik
keroncong, oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajarinya. Sama
seperti jenis musik lain yang memiliki teori sebagai acuan dalam proses
pembelajarannya seperti Jazz, Country, dan Latin, musik keroncong
khususnya cello sebenarnya juga memiliki teori untuk pembelajarannya.
Hanya saja belum banyak orang yang mau menelitinya. Berdasarkan
permasalahan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti “Pola improvisasi
iringan instrument cello pada musik keroncong”.
5 Harmunah, S. Mus, (1987), Musik Keroncong, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, hlm. 34.
4
2. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah diuraikan
di atas, maka fokus dari penelitian ini adalah :
“Bagaimana pola improvisasi iringan cello keroncong dilihat dari aspek ritmik
dan melodis dalam musik keroncong?”
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan menuliskan pola improvisasi yang dihasilkan dari
permainan instrumen cello dalam mengiringi musik keroncong. Penelitian
ini diharapkan juga dapat memperkaya sumber literatur dalam dunia
akademis musik di Indonesia, khususnya musik keroncong.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak
di antaranya masyarakat umum, insan keroncong, mahasiswa, dan lembaga
musik yang berminat pada musik keroncong. Untuk menjadi salah satu
kajian yang dapat memberikan masukan untuk pengembangan musik
keroncong.
5
BAB II
TEORI ACUAN
A. Kerangka Teori
1. Hakekat keroncong
Istilah keroncong sebenarnya sudah lama ada dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Istilah tersebut mempunyai berbagai
macam arti, antara lain: 6
Gelang keroncong, yaitu perhiasan wanita yang bernama gelang terbuat
dari logam emas atau perak yang tipis. Gelang-gelang tersebut
berjumlah lima sampai dengan sepuluh buah, dan dipakai di pergelangan
tangan ataupun kaki. JIka digerakkan akan menimbulkan bunyi crong-
crong keroncong.
Alat musik “keroncong”, yaitu alat musik petik yang bentuknya semacam
gitar tetapi ukurannya lebih kecil. Alat musik ini memang bukan alat
musik Indonesia yang dinegeri asalnya dinamakan ukulele dan lidah
bangsa Indonesia disebut cuk, atau kencrung. Ukulele ini mempunyai
empat utas tali senar yang jika dipetik bersamaan akan menghasilkan
bunyi yang hampir sama dengan bunyi gelang keroncong sehingga alat
6 AH. Suharto, Op.Cit., hlm. 22
6
musik ini juga biasa disebut “keroncong”. Menurut dugaan sementara
cuk inilah yang merupakan asal mula “Musik Keroncong”.
Teh Keroncong, yaitu minuman teh yang dibuat dengan cara
dikeroncongkan, artinya teh dimasukkan dalam cangkir dan langsung
dituang air panas sehingga warna dan rasanya sangat pekat. Apabila
airnya telah diminum maka di cangkir itu akan tertinggal ampas tehnya.
2. Sejarah musik keroncong
Pada tahun 1511 bangsa Portugis merebut Malaka. Dan setelah 11
tahun bercokol di Malaka maka pada tahun 1522 mereka melanjutkan
ekspansinya ke Ternate dan Ambon untuk mencari rempah-rempah. Dalam
perjalanannya mereka singgah pula di beberapa pulau yang dilaluinya, salah
satu diantaranya adalah Jakarta. 7
Karena mereka datang dari negeri yang sangat jauh tentu saja mereka
sangat kesepian. Untuk mengisi rasa kesepian itu ada diantara mereka yang
membawa alat musik kecil yang bernama ukulele. Oleh karena bunyi yang
keluar dari alat musik tersebut dan nyanyian merdu yang didendangkan oleh
portugis itu terasa asing, maka para penduduk pribumi mencoba
membawakannya dengan cara mereka sendiri yaitu dengan menggunakan
7 AH. Suharto, Op.Cit., hlm. 32.
7
tangga nada pentatonik. Inilah embrio dari musik keroncong yang akan
bersemi.8
3. Pengembangan instrumen musik keroncong
Seperti yang telah kita ketahui bersama, alat musik keroncong terdiri
dari 7 macam alat, yaitu :9
1. Biola
Salah satu jenis alat musik gesek yang memiliki stem nada sebagai
berikut : g-d1-a1-e2
2. Suling/Flute
Alat musik ini adalah alat musik tiup yang mempunyai ambitus
suara dari not b/c1 sampai dengan c4.
3. Gitar
8 Ibid., hlm. 10.9 Ibid., hlm. 11.
8
Alat musik gitar mempunyai 6 utas tali senar dengan stem nada : e-
a-d-g-b-e1
4. Ukulele
Alat musik ini ada yang mempunyai 4 utas tali
senar dan ada juga yang hanya 3 utas tali
senar.
- Untuk yang 4 senar disebut juga
ukulele stem A, memiliki stem nada :
g2-b2-e2-a2.
- Untuk yang 3 senar disebut juga ukulele stem E, memiliki
stem nada : g2-b1-e2. Khusus pada ukulele stem E senar
b1 yang terletak di tengah memiliki ukuran yang lebih besar
daripada senar lain yang ada diatas dan dibawahnya.
9
5. Cakalele(Cak)
Alat musik ini pada umumnya mempunyai 4 utas
tali senar, dimana dua senar yang paling atas
memiliki jarak yang sangat berdekatan
dibandingkan 2 senar lainnya. Jarak antara 2
senar paling atas yang berdekatan tersebut
sama halnya seperti jarak antara 2 senar yang
saling berdekatan pada gitar 12 string.
Cakalele memiliki 2 stem nada yaitu :
- Cakalele stem B : d2(2 senar paling atas)-fis1-b1.
- Cakalele stem E : g2(2 senar palin atas)-b1-e2 atau g1-b1-
e2.
10
6. Cello
Cello pada musik keroncong memiliki
bentuk yang sama seperti cello yang
digunakan dalam musik klasik, namun
memiliki perbedaan dalam bahan senar
yang digunakannya. Pada cello
keroncong senar yang digunakan terbuat dari bahan nylon atau
dari kulit sapi yang dalam bahasa Jawa disebut “jangat:.
7. Kontra Bass
Kontra Bass yang digunakan dalam musik
keroncong ialah sama seperti yang
digunakan dalam musik klasik atau Jazz
hanya saja senar yang digunakan terbuat
dari bahan nylon.
11
Untuk menjadi sebuah susunan tersebut memerlukan suatu proses
inkulturasi instrumen yang cukup lama.
Seperti yang telah penulis tuliskan di sejarah musik keroncong, bahwa
awal dari musik keroncong di mulai dari permainan alat musik yang bernama
ukulele atau biasa disebut keroncong, yang dimainkan seorang diri. Seiring
dengan perkembangan zaman, maka bermunculan pula alat-alat lain yang
mendampingi ukulele. Hal ini timbul karena bermain ukulele dengan
seorang diri terasa membosankan sehingga timbullah ide untuk mencari
teman untuk meramaikannya, dalam hal ini digunakanlah alat apa saja yang
diketemukan seperti, tempurung kelapa, kentongan bambu, dan sebagainya.
Pada awal abad ke-16 lebih kurang bersamaan dengan kedatangan
bangsa Portugis ke Indonesia, sedang berkembang juga agama Islam di
Nusantara, sehingga pada saat itu alat musik rebana pun ikut masuk juga ke
dalam musik Keroncong. Setelah tersusun kelompok pemain musik yang
terdiri dari dua atau lebih Ukulele dan Rebana, masuk pulalah alat musik
Mandolin. Bentuk seperti ini bertahan sampai lebih kurang akhir abad ke-
19.10
Pada tahun 1930, berdasarkan keterangan yang diberikan oleh
Supardi dari Radio Orkes Surakarta, ada tambahan alat musik dalam
mengiringi musik keroncong yaitu Harmonika dan bahkan sering digunakan
10 AH. Suharto, Op.Cit., hlm. 41.
12
juga sempritan burung. Kemudian setelah itu muncullah Biola dan Gitar yang
ikut masuk ke dalam musik keroncong.11
Pada tahun 1934 Gitar tersebut diganti oleh Cello yang dipetik secara
pizzicato yaitu teknik memetik alat musik gesek dengan menggunakan jari,
oleh Tjok Shinsu. Alat musik Cello yang di negeri asalnya merupakan alat
musik gesek tersebut, oleh orang Indonesia dirubah menjadi alat musik petik
yang kini dikenal sebagai “cello keroncong”. Memang ada teknik pizzicato
dalam bermain cello gesek, tetapi uniknya “cello keroncong” dipetik tidak
hanya dengan ibu jari saja tetapi juga menggunakan telunjuk/jari tengah,
bahkan kadang badan cello juga dipukul untuk menimbulkan efek suara
tertentu.12
Pada tahun yang sama Dul Rajak membuat kreasi pada petikan
Ukulele sehingga tidak lagi dimainkan secara strumming yaitu teknik
membunyikan alat musik berdawai dengan cara membunyikan semua senar
yang ada secara bersama-sama dalam satu aksen ketukan mulai dari senar
yang paling atas sampai senar paling bawah dan sebaliknya, tetapi dipetik
sehingga menimbulkan kesan “indah meloncat-loncat”. Berikutnya Sapari
mengadakan penggantian fungsi Mandolin dengan Gitar yang dimainkan
dengan cara dipetik sama halnya seperti Mandolin. Alur melodi dari gitar ini
bergerak lincah meloncat-loncat mengiringi lagu.13
11 Loc.Cit12 Ibid., hlm.42.13 Ibid., hlm.43.
13
Akhirnya terbentuklah susunan awal alat musik keroncong yang terdiri dari
Biola, Cello, Gitar, dan Ukulele yang kemudian ditambah dengan Kontra
Bass. Pada tahun 1940 masuklah Flute atau Piccollo dan Tenor Banyo atau
yang sekarang disebut cakalele(Cak). Sehingga susunan dari alat musik
keroncong menjadi 7 macam yaitu Biola, Suling/Flute, Gitar,Ukulele,
Cakalele, Cello, dan Contra Bass. Biola dan Flute biasa disebut alat musik
depan karena biasanya membawakan melodi pokok, sedangkan selebihnya
disebut alat musik belakang atau pengiring.14
Adapun ciri khas dari musik keroncong tersebut adalah suara
permainan cuk, cak, dan cello yang merupakan sebuah kombinasi yang tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Jika dalam suatu permainan
musik keroncong suara cuk, cak, dan cello tersebut tidak terdengar atau
kurang terdengar maka permainan musik keroncong tersebut telah hilang ciri
khasnya.
4. Gaya Iringan Musik Keroncong
Didalam irama keroncong saat ini pada umumnya ada dua macam gaya
iringan, yaitu :
1. Iringan musik keroncong gaya Jakarta
14 Ibid., hlm.44.
14
Pada iringan musik keroncong gaya Jakarta terdapat dua macam
jenis iringan, yaitu iringan irama tunggal dan iringan irama rangkap.
Dimana pada iringan irama tunggal musik dimainkan berdasarkan
banyaknya aksen yang terdapat pada birama lagu yang diiringinya.
Sedangkan pada iringan irama rangkap dimainkan berdasarkan dua kali
lipat banyaknya aksen yang terdapat dalam birama irama tunggal.
Pada iringan keroncong gaya Jakarta, alat Ukulele yang
dipergunakan adalah ukulele stem A, yang bertali empat dan dimainkan
secara rasgueado yaitu membunyikan senar dengan cara memetiknya
secara berurutan dari senar yang paling atas menuju ke senar yang paling
bawah dengan menggunakan bagian luar dari jari mulai dari jari kelingking
hingga jari telunjuk, sehingga menimbulkan istilah “irama komprong”.
Ukulele dimainkan secara ritmis, atau dengan kata lain dimainkan dengan
mengikuti aksen dari birama yang digunakan. Permainan ini lebih mudah
dan tidak banyak variasi, sedangkan pada irama rangkap hanya
meningkatkan pukulannya menjadi dua kali lipat pada setiap
biramanya(menggunakan birama 4/4). Kadang-kadang ditambahkan pula
dengan ritmik-ritmik sinkop pada akhir irama rangkap.
Pada cakalele permainannya lebih terlihat jelas dengan variasi-
variasi ritmik yang dihasilkannya pada aksen sinkop. Tetapi ada pula
yang hanya dimainkan dengan satu nada pada satu tali, dari akord yang
sedang dimainkan. Sedangkan pada gitar memiliki alur melodi yang naik
15
turun dari nada atas ke bawah dan sebaliknya. Terkadang permainannya
timbul seakan-akan dialah yang menentukan iramanya. Hal ini kelihatan
nyata pada waktu pergantian irama, dari irama tunggal ke rangkap.
Permainan gitar dengan tiba-tiba muncul seakan-akan mengajak pemain
lainnya untuk lari ke irama rangkap, dan terus disambut oleh semua
pemain alat pengiring masuk ke irama rangkap.
Permainan Cello untuk pembawaan gaya Jakarta ini sangat lincah,
not dan bunyi yang dihasilkannya kelihatan hidup, walaupun sedang
dalam permainan dengan irama tunggal. Sedangkan untuk permainan
Bass tidak banyak variasi, hanya memainkan nada bass saja pada aksen
kuat dari tiap birama. Pada Biola, untuk irama keroncong gaya Jakarta
dimainkan dengan lincah dan hidup baik dalam membawakan melodi
utama lagu maupun dalam mengisi kekosongan melodi dalam lagu.
2. Pembawaan musik keroncong gaya Surakarta (Solo)
Sama seperti iringan gaya Jakarta, gaya Surakarta juga memiliki 2
jenis irama yaitu irama tunggal dan rangkap. Dimana dalam hal ini bentuk
irama dan cara memainkannya sama persis seperti irama tunggal dan
rangkap yang terdapat pada iringan gaya Jakarta. Untuk membawakan
keroncong gaya solo ini, alat Ukulele yang digunakan ialah ukulele
dengan stem E dengan tiga tali. Cara memainkannya dengan dipetik satu
per satu pada talinya, sesuai dengan akord yang dibawakan, dan kadang-
16
kadang mempergunakan petikan repetisi pada satu tali, sehingga timbul
istilah “irama Prolog”. Pada permainan akor Tonika, sering ditambah
dengan nada keenamnya, dan pada birama ke empat atau ke delapan
sering ditambah dengan petikan pada aksen sinkop.
Pada irama ini Cak yang digunakan mempergunakan stem E atau
pun stem B, dengan tiga tali, dimainkan secara rasgueado atau
strumming pada pukulan sinkop. Pada permainan Gitar melodinya tidak
begitu jelas terdengar, tugasnya hanya mengimbangi jalannya tempo.
Banyak mempergunakan not-not 1/8 dan 1/6.
Pada Cello dimainkan secara improvisasi, pada irama ini cello
mempunyai peranan yang sangat penting yaitu bertugas mengendalikan
tempo irama seperti halnya kendang dalam irama karawitan Jawa, dan
dari alat inilah diberikan tanda-tanda untuk memasuki irama rangkap,
dengan didahului agak melambatnya tempo dari irama tunggal. Cello
dimainkan secara bebas berimprovisasi, tetapi sekaligus juga
mengendalikan tempo irama permainan.
Permainan Bass pada iringan gaya solo ini bebas bervariasi, untuk
irama tunggal maupun irama rangkap petikan Bass sama saja, namun
harus menyesuaikan dengan tempo yang dikehendaki oleh pemain Cello.
Bass dipetik dengan petikan tunggal pada aksen kuat dalam setiap bar.
17
Sedangkan Biola dan Flute dimainkan pada intro, interlude, dan akhir
lagu(coda). Selain pada ketiga tempat tersebut Biola dan Flute juga
dimainkan pada kekosongan melodi yang terdapat pada lagu.
5. Bentuk baku lagu keroncong
Lagu-lagu keroncong telah lama ada di belahan bumi nusantara ini,
menurut Harmunah15 kurun waktu dari perkembangan masing-masing jenis
lagu keroncong adalah sebagai berikut :
1) Keroncong asli dan Stambul dimulai sekitar tahun 1920
2) Ekstra keroncong dimulai tahun 1924
3) Langgam dimulai tahun 1940
Pada waktu itu ketiga jenis lagu di atas adalah jenis lagu yang paling
sering dibawakan oleh para orkes keroncong, seiring dengan perkembangan
jaman jenis lagu dan irama yang dibawakan oleh orkes keroncong semakin
beragam. Saat ini orkes keroncong sudah mampu membawakan beberapa
jenis lagu lain yang memiliki karakter irama yang berbeda dengan lagu
keroncong, langgam, dan stambul yaitu irama keroncong. Lagu dengan irama
dangdut, rhumba, cha-cha, tango, dan 8beat adalah beberapa bentuk lagu
yang sudah mampu dibawakan oleh orkes keroncong.
15 Harmunah, Op.Cit., hlm. 45.
18
Keroncong, langgam dan stambul memiliki struktur lagu yang baku,
masing-masing bentuk tersebut memiliki berbagai macam perbedaan dan
kesamaan satu dengan yang lain. Menurut Drs. Suharto AH, dkk, ada
berbagai macam jenis lagu keroncong, antara lain :14
1) Keroncong asli I
2) Keroncong asli II
3) Stambul I
4) Stambul II
5) Langgam
6) Ekstra/Khusus
Masing-masing jenis lagu tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Keroncong asli I memiliki susunan bar yang terdiri dari 14 bar dan
terbagi dalam dua bagian adalah bagian A disebut Angkatan : 10 Bar,
bagian B disebut Senggakan : 4 Bar. 14 bar tersebut biasa disebut
kuplet, dalam pembawaannya lagu keroncong dibawakan 2 kuplet,
lagu Kr. Kemayoran.
I … /V … /II … /V … /V … /IV … /II . V . /I … /II . V . /I …
I … /I … /V … /I ...
14 AH. Suharto, Op. Cit., hlm 80.
19
b. Keroncong asli II memiliki susunan bar yang terdiri dari 28 bar dan
terbagi dalam dua bagian adalah bagian A disebut Angkatan : 20 Bar,
bagian B disebut Senggakan : 8 Bar. 28 bar tersebut biasa disebut kuplet,
dalam pembawaannya lagu keroncong dibawakan 2 kuplet, lagu Kr.
Moritsko adalah salah satu contohnya.
Susunan akord lagunya :
I . . . / I . . . / V . . . / V . . ./ II . . . / II . . . / V . . . / V . . .
V. . . / V . . . / IV . . . / IV . . . / IV . . . / IV . . . / V . . . / I . . .
I . . . / V . . . / V . . . / I . . . / IV . V . / I . . . / IV . V . / I . . .
I . . . / V . . ./ V . . . / I . . . / I . . .
c. Stambul I memiliki susunan bar yang terdiri dari 8 bar dan umumnya
berupa pantun yang terdiri dari bagian A disebut kulitnya, bagian B
disebut isinya. Dibawakan 2 kuplet, lagu Stb. I Si Jampang adalah salah
satu contohnya.
Susunan akord lagunya :
IV . . . / IV . . . / I . . . / I . . . / V . . . / V . . . / I . . . / I . . .
IV . . . / IV . . . / I . . . / I . . . / V . . . / V . . . / I . . . / I . . .
20
d. Stambul II memiliki susunan bar yang terdiri dari 16 bar dan terbagi dalam
bagian A bagian B. Dibawakan 2 kuplet, lagu Stb. II Janjiku adalah salah
satu contohnya.
Susunan akord lagunya : . . . . .
IV . . . / IV . . . / IV . . . / IV . V . / I . . . / IV . V . / I . . . / I . . .
V . . . / V . . . / V . . . / V . . . / I . . . / IV . V . / I . . . / I . .
.
e. Langgam memiliki susunan bar yang terdiri dari 32 bar dan terbagi dalam
4 bagian ialah A, A1, B, A1. Dibawakan 2 kuplet, lagu Lgm. Pesan
Seniman adalah salah satu contohnya.
Susunan akord lagunya :
I . . . / IV . V . / I . . . / I . . .
V . . . / V . . . / I . . . / I . . .
I . . . / IV . V . / I . . . / I . . .
Penggunaan akord dalam keroncong dan stambul terbatas pada akord I,
II, IV dan V, sedangkan dalam langgam akord yang digunakan lebih banyak
dimulai dari akord I, II, III, IV, V dan VI.
Ekstra/khusus adalah jenis-jenis lagu yang memiliki bentuk yang berbeda
dengan bentuk-bentuk yang ada di atas. Sebagai contoh, lagu jali-jali, lagu-
lagu daerah, lagu pop, dan lain-lain. Dalam bentuk ini penggunaan akord
21
tidak terbatas pada akord I, II, IV dan V, dalam bentuk ini penggunaan akord
lebih bebas disesuaikan dengan struktur lagu yang dibawakan.
6. Aransemen dan Improvisasi
Aransemen adalah sebuah adaptasi dari komposisi yang sudah ada ke
dalam sebuah bentuk yang berbeda dibandingkan dengan komposisi yang
sebenarnya.16
Di dalam sebuah aransemen terdapat unsur-unsur berikut ini, yaitu :17
1. Melodi, ialah satu not anggota dari sebuah frase kalimat lagu.
Contoh :
2. Ritmik, ialah salah satu bentuk/pola dari kumpulan not dan aksentuasi.
Contoh :
notasi ritmiknya
16 Chapman. Richard, (1990), The Complete Guitarist, Italy: Dorling Kindersley, hlm. 186.17 Levine. Mark, (1995), The Jazz Theory, California: Sher Music Co, hlm. 5.
22
3. Harmoni, ialah sebuah ikatan yang serasi/harmonis berdasarkan
bentuk dan persamaan overtones yang ada dalam setiap not.
Contoh :
jika ditulis harmonisasinya menjadi :
Improvisasi, ialah sebuah komposisi spontan yang dibuat oleh seorang
pemain musik/vokalis.18 Improvisasi sering kita lihat pada permainan musik
Jazz, dimana seorang pemain musik/vokalis secara spontan melantunkan
sebuah frase-frase yang membentuk sebuah kalimat lagu tanpa persiapan
sebelumnya. Frase-frase singkat itu sering juga disebut licks. 19
18 Http://www.creativemusic.com/features/dictionary.html1#119 Budi Dharma. Pra, (2001),Teori Improvisasi dan Referensi Musik Kontemporer, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, hlm. 21.
23
7. Interval
Interval adalah jarak antara dua nada. Interval terkecil berjarak
setengah nada. Suatu interval dapat ditentukan dari nada pertama, nada
pertama ini disebut nada dasar.20
Beberapa jenis Interval :
- Interval Diatonik
Interval yang terbentuk dari jarak antara dua nada dalam sebuah
tangga nada.
Contoh dalam tangga nada C Mayor :
C ke C adalah interval Perfect Unison
C ke D adalah interval Major Second M2
20 Budi Dharma. Pra, (2001), Pengantar Komposisi dan Aransemen, Jakarta; PT. Elex Media Komputindo, hlm. 11.
24
C ke E adalah interval Major Third M3
C ke F adalah interval Perfect Fourth P4
C ke G adalah interval Perfect Fifth P5
C ke A adalah interval Major Sixth M6
C ke G adalah Interval Major Seventh M7
Cke C adalah interval Perfect Octave O8
25
- Interval Kromatik
Interval yang terbentuk dari menaikkan atau menurunkan nada bawah
dan nada atas secara kromatis, yang akan mempersempit atau memperlebar
jarak interval. Dalam hal ini terdapat 3 jenis Interval yaitu :21
1. Interval Minor
Didapat dari mempersempit jarak antara 2 not interval mayor sebesar
½ nada.
Contoh :
C ke D adalah Interval Mayor Second - M2
C ke Db adalah interval Minor Second(jaraknya dipersempit) - m2
2. Interval Diminished
Didapat dari mempersempit jarak antara 2 not interval minor sebesar
½ nada.
Contoh :
C ke Db adalah Interval Minor Second – m2
21 Ibid., hlm. 12.
26
C ke Dbb adalah Interval Diminished(jaraknya dipersempit ½ nada)
3. Interval Augmented
Didapat dari memperlebar jarak antara 2 not interval mayor ataupun
perfect sebesar ½ nada.
Contoh :
C ke D adalah interval Major Second diperlebar ½ nada menjadi C ke
D# yang disebut interval Augmented second.
C ke F adalah interval Perfect Fourth diperlebar ½ nada menjadi C ke
F# yang disebut interval Augmented Fourth.
- Interval inversi
Yaitu, interval yang diperoleh dengan cara memindahkan nada bawah
satu oktaf ke atas atau nada atas satu oktaf ke bawah. Untuk mendapatkan
nilai interval yang diinversikan adalah dengan cara mengurangi nilai interval
27
dengan angka sembilan. Misalnya, inversi interval ke-3 dipindahkan satu
oktaf ke atas maka menjadi interval ke-6(9-3), jadi inverse interval M3 adalah
m6. Inversi mengubah jenis interval, kecuali interval Perfect. Maka, interval
Perfect disebut “perfect”(sempurna) karena tidak mengalami perubahan.
Inversi interval Major akan menjadi Minor, Minor akan menjadi Major,
sedangkan Diminished menjadi Augmented dan sebaliknya.22
Sebagai contoh :
Interval Jarak dalam setengah nada Inversi
Perfect Unison 0 Perfect Octave
Major 3rd/M3 4 minor 6 th/m6
8. Tangga Nada Mayor dan Minor
Tangga nada ialah susunan beberapa buah nada yang disusun
berdasarkan jarak-jarak interval tertentu dalam jangkauan satu oktaf.23
Tangga nada pada dasarnya ada 2 yaitu tangga nada mayor dan minor,
kedua tangga nada tersebut memiliki jarak-jarak interval sebagai berikut :
22 Loc.Cit.23 Chapman. Richard, Op.Cit., hlm. 60.
28
a. Tangga nada Mayor disusun dari 7 buah not dengan jarak interval
sebagai berikut :
C D E F G A B C
1 1 ½ 1 1 1 ½
b. Tangga nada minor disusun dari 7 buah not dengan jarak interval sebagai
berikut :
C D Eb F G Ab Bb C
1 ½ 1 1 ½ 1 1
9. Akord
29
Akord adalah susunan tiga not atau lebih yang dibunyikan secara
bersamaan. 24
Akord pada dasarnya terdiri dari 4 jenis, yaitu :
- Akord Mayor(M) adalah susunan tiga not dengan jarak masing-masing not
2-1 ½ .
Contoh :
Akord C Mayor disusun dari not C – E – G.
Dimana antara not C ke E berjarak 2 dan E ke G berjarak 1 ½ .
- Akord minor(m) adalah susunan tiga not dengan jarak masing-masing not
1 ½ - 2 .
Akord C minor disusun dari not C – Eb – G.
Dimana antara not C ke Eb berjarak 1 ½ dan Eb ke G berjarak 2 .
- Akord diminished(dim) adalah susunan tiga not dengan jarak masing-
masing not 1 ½ - 1 ½ .
Akord C diminished disusun dari not C – Eb – Gb.
Dimana antara not C ke Eb berjarak 1 ½ dan Eb ke Gb berjarak 1 ½.
- Akord augmented(aug) adalah susunan tiga not dengan jarak masing-
masing not 2 - 2 .
Akord C augmented disusun dari not C – E – G#.
Dimana antara not C ke E berjarak 2 dan E ke G# berjarak 2 .
24 Ibid., hlm. 64.
30
Di dalam tangga nada mayor secara alami terbentuk 7 macam jenis
akord, yaitu :
C D E F G A B
E F G A B C D
G A B C D E F
M m m M M m dim
I II III IV V VI VII
Seperti terlihat pada contoh diatas jadi pada tangga nada C Mayor
terbentuk 7 macam akord, yaitu
I II III IV V VI VII
CM Dm Em FM GM Am Bdim
1 1 ½ 1 1 1
Dimana petunjuk angka romawi di atas akord menunjukkan tingkatan akord.
Contoh :
- Pada tangga nada C Mayor tingkat I ialah CM(Mayor) berarti
tingkat IV-nya ialah FM(Mayor). Tingkat I ke IV berjarak
2 ½.
- Pada tangga nada G Mayor tingkat I ialah GM(Mayor) berarti
tingkat IV-nya ialah CM(Mayor). Ini didapat dari menghitung
jarak dari tingkat I ke tingkat IV dalam tangga nada G Mayor.
31
Tingkat I ke IV berjarak 2 ½ , jadi GM diurutkan ke not
berikutnya yang berjarak 2 ½ nada menjadi not CM.
Contoh : G A B C
1 1 ½ = 2 ½
I II III IV
10. Arpeggio
Arpeggio adalah penguraian nada-nada dari konstruksi akord.
Didalam teknik bermusik, arpeggio dapat menjadi bahan latihan yang baik.
Kegunaannya adalah dalam menginterpretasikan simbol akord.
0Dengan cara menguraikan akord dalam bentuk arpeggio, kita dapat
mengenal harmoni secara linear atau melodis.25
Contoh :
11. Ritme melodi
Ritmik adalah aspek temporal pada melodi. Apabila mayoritas nada-
nada terdiri dari nada panjang, maka melodi akan berkesan kurang energi
25 Budi Dharma. Pra, Op.Cit., hlm. 55.
32
atau pasif. Sebaliknya, nada-nada pendek melodi akan memberikan energi
pada melodi dan terasa lebih aktif.26
Salah satu yang harus diperhatikan dalam memainkan melodi ialah
pola ritme melodi. Bilamana melodi diarahkan untuk memiliki alur yang
lancar, hindari pola ritme yang ganjil. Kebanyakan kendala dalam hal ini
adalah kurangnya perhatian pada ketukan kuat dan lemah, yaitu ketukan kuat
dan lemah dalam satu bar dan bar yang kuat dan lemah. Pada umumnya,
bar-bar yang bernomor ganjil lebih kuat daripada bar yang bernomor genap.
Prinsip dasarnya, hindari nada pendek pada ketukan kuat yang akan
mengarah kepada renspons pada ketukan lemah untuk membentuk alur
melodi yang lebih menentu.
B. Kerangka Berpikir
Pada awal bab ini dijelaskan asal-usul kata keroncong dan berbagai
data yang ada sehingga lahirlah kata keroncong. Asal-usul kata keroncong
ini sangat berhubungan erat dengan sejarah musik keroncong yang
menerangkan bagaimana keroncong dapat sampai masuk ke Indonesia dan
menjadi berkembang salah satu jenis musik yang ada di Indonesia.
Dari musik keroncong yang telah masuk ke Indonesia tersebut
akhirnya berkembanglah alat musik pengiring untuk musik keroncong mulai
dari yang paling sederhana sampai pada formasi yang ada pada saat ini,
26 Ibid., hlm. 64.
33
yaitu ukulele, cakelele, cello, bass, flute, gitar dan biola serta fungsinya
masing-masing dalam iringan irama keroncong. Tidak hanya alat musik
yang berkembang, tetapi gaya iringan musik keroncong pun ikut berkembang
sehingga pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 gaya iringan yakni gaya
Solo dan gaya Jakarta.
Musik keroncong mempunyai 5 bentuk baku lagu, yaitu Keroncong asli
I, Keroncong asli II, Langgam, Stambul 1, Stambul 2, dan Ekstra/Khusus.
Bentuk aransemen dari musik keroncong merupakan hasil improvisasi dari
tiap pemain yang saling berinteraksi satu sama lain seperti improvisasi dalam
musik lain pada umumnya.
Untuk berimprovisasi setidaknya harus mengetahui dasar-dasar
improvisasi yaitu seperti akord dan melodi. Dimana setiap frase atau kalimat
melodi harus sesuai dengan harmonisasi akord yang sedang berlangsung.
Akord apabila konstruksinya dipecah akan menjadi bagian-bagian kecil not
yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam memasukkan melodi ke dalam
frase ataupun kalimat lagu, proses ini disebut juga arpeggio. Melodi yang
baik dapat terbentuk apabila dipadukan dengan ritme yang bervariasi sesuai
dengan jenis irama yang dibawakan. Oleh karena itu ritme sangat
berpengaruh terhadap melodi yang dimasukkan dalam suatu irama.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Bekasi dari bulan Desember 2005
sampai dengan Mei 2006. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi
tempat latihan/acara yang melibatkan pemain musik keroncong. Serta
mendengarkan langsung dari rekaman musik keroncong.
Tempat tersebut diantaranya :
1. Tempat latihan O.K. KEKAL Pulo Gadung Jakart Timur.
2. Acara “Symphony Islami Al-azhar Kemang Pratama ke-2” di SMA Al-
Azhar Kemang Pratama Bekasi.
3. Tempat tinggal pakar keroncong di Jl. Perjuangan Teluk Buyung Bekasi.
B. Jenis Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan studi lapangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang
bersifat kualitatif.
35
C. Keabsahan Data
1. Validity :
Validity ialah tingkat keabsahan, dalam hal ini penulis menggunakan metode
triangulasi, yaitu :
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung
dengan pakar/pemain keroncong.
a.1. Informan Kunci :
Dalam hal ini ialah Pakar Keroncong, point-point yang akan ditanyakan
ialah :
Antara gaya iringan cello irama Jakarta dan irama Surakarta(Solo),
lebih dahulu mana yang muncul?
Bagaimana pola ritme cello keroncong ?
Bagaimana pola dasar irama cello keroncong?
Bagaimana improvisasi cello pada irama tunggal gaya Surakarta ?
Bagaimana improvisasi cello irama rangkap gaya Surakarta?
Bagaimana improvisasi cello irama tunggal gaya Jakarta ?
Bagaimana improvisasi cello irama rangkap gaya Jakarta?
36
a.2. Informan Informal :
Dalam hal ini ialah pemain Keroncong itu sendiri, penulis melakukan
wawancara terhadap beberapa pemain keroncong, poin-poin yang akan
ditanyakan ialah :
Bagaimana improvisasi cello irama tunggal gaya Surakarta ?
Bagaimana improvisasi cello irama rangkap gaya Surakarta ?
Bagaimana improvisasi cello irama tunggal gaya Jakarta ?
Bagaimana improvisasi cello irama rangkap gaya Jakarta?
b. Observasi dan studi dokumentasi
Teknik ini dilakukan yaitu dengan cara mendengar suatu bentuk
improvisasi cello pada rekaman musik keroncong.
Langkah-langkah :
1. Menganalisis hasil transkrip dari rekaman musik keroncong dengan
cara berikut :
Transposisi : Pengulangan ide yang sama pada kunci
atau tingkat scale yang berbeda.
Ekspansi : Ekspansi atau memperluas ide
dengan menggunakan interval yang lebih
37
lebar.
Kontraksi : Kontraksi atau mempersempit ide
menggunakan interval yang lebih kecil.
Augmentasi : Harga tempo dari setiap nada diperpanjang.
Diminution : Harga tempo dari setiap nada diperpendek.
Repetisi Fragmen : Memperluas ide dengan membuat
pengulangan dari kalimat nada.
Mengubah ide dasar : Susunan nada dari ide dasar diubah atau
“staggered”.
Membalikkan ide dasar : Membalikkan ide tanpa mengubah tempo.
2. Improvisasi Melodi
Menganalisa improvisasi yang dilakukan dari hasil pergerakan melodi.
Pergerakan melodi dapat digolongkan dalam dua corak, yaitu ‘scalar
motion’ dan ‘chordal motion’. Scalar motion adalah alur pergerakan
melodi yang menggunakan not-not yang merupakan anggota dari
tangga nada yang dipakai dalam suatu lagu. Chordal Motion adalah
alur pergerakan melodi yang menggunakan not-not anggota dari akord
yang sedang dipakai.27
27 Ibid., hlm. 63.
38
2. Kredibiliti :
Kredibiliti yaitu menguji tingkat keabsahan data dalam hal ini dengan cara
melakukan beberapa triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi Informan kunci
Yaitu dengan melakukan wawancara dengan pakar keroncong.
2. Triangulasi informan Informal
Yaitu melakukan wawancara dengan beberapa pemain keroncong.
3. Diskursus
Temuan penelitian didiskusikan dengan pakar.
D. Analisis Data : Konteks(Analisis).
Mengklasifikasi temuan penelitian sesuai dengan fokus penelitian dan
mengklasifikasi temuan penelitian berdasarkan fenomena yang
ditemukan.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Observasi
Dalam observasi ini penulis mentranskrip improvisasi instrument cello
dari beberapa rekaman lagu keroncong. Kemudian penulis mempelajari
setiap kalimat/frase yang terbentuk dan menganalisisnya untuk
mendapatkan suatu ciri dan pola improvisasi cello dalam iringan cello
keroncong.
1. Irama tunggal gaya Surakarta
Untuk irama tunggal gaya Surakarta ini penulis mengambil contoh
irama dari lagu yang telah penulis transkrip yaitu Kr. Moritsko dan Lg.
Bengawan Solo yang diambil dari kaset Keroncong dari masa ke masa
produksi Hins Record. Dapat dilihat pada sub lampiran V nomor 1
sampai dengan 4.
40
Dalam hal ini penulis menganalisisnya dari 2 aspek yaitu :
1.1 Ritmik
a. Permainan cello pada irama tunggal gaya Surakarta setiap frase
banyak dimainkan di ketukan-ketukan “up beat” atau sinkop. Atau
berakhir di aksen up beat pada setiap frasenya.
Contoh :
b. Dari hasil pengamatan penulis bentuk dasar frase ritmik yang
sering dipakai dalam permainan cello gaya Surakarta ialah sebagai
berikut :
41
: Bentuk seperti ini terlihat pada lagu Lg. Bengawan
Solo bar 4, 15,23,24,25,dan 28. Serta pada lagu Kr.
Moritsko pada bar 7, 10, 11, 14, 16, 18, dan 24.
Contoh :
Pada lagu Bengawan Solo :
Pada lagu Kr.Moritsko :
42
: Bentuk seperti ini terlihat pada lagu Kr. Moritsko
bar 2, 5, 12, 21, 27, 29, 30. Serta pada lagu Lg.
Bengawan Solo pada bar 4 dan 7.
Contoh :
Pada lagu Kr. Moritsko :
43
Pada lagu Bengawan Solo :
: Bentuk seperti ini terlihat pada lagu Kr. Moritsko
bar 1, 3, 7, 11, 15, 17, 19, 20, 21, dan 24. Serta
pada lagu Lg. Bengawan Solo pada bar 2, 6, 8, 11,
12, 14, 15, 17, 18, 20, 24, 26, 27, 28, 30.
Contoh :
Pada lagu Kr.Moritsko :
44
Pada lagu Bengawan Solo :
45
46
c. Sedangkan frase-frase ritmik lain yang terbentuk, merupakan hasil
proses pengembangan dari bentuk dasar frase ritmik diatas.
Contoh :
Pada bar 31 lagu Kr. Moritsko bagian interlude.
disini frase yang terbentuk dari 3 not pertama merupakan hasil
augmentation dari frase ritmik .
Pada bar 13 lagu Lg. Bengawan Solo
Pada bar ini terjadi perluasan ide dari frase ritmik dimana
jarak antara 2 not 1/32 di awal frase dan 2 not 1/32 di akhir frase
diperlebar.
d. Karena permainan cello ini menggunakan teknik mirip pizzicato
maka durasi dari setiap not yang dibunyikan sama seperti teknik
47
pizzicato, yaitu walaupun not yang tertulis ¼ namun kenyataannya
durasi suaranya kurang dari ¼ ketuk tersebut.
1.2 Melodi
a. Improvisasi melodi pada cello iringan irama tunggal gaya Surakarta
banyak menggunakan trinada dari akord dalam membentuk melodi
dalam setiap frasenya.
Contoh :
Pada contoh diatas terlihat bahwa :
Pada bar ke-1 sampai 4 terlihat bahwa akord yang digunakan
ialah A Mayor. Pembentukan melodinya mengunakan not E, B,
dan A. Dimana sebagian besar not yang digunakan ialah not
akord dari A Mayor, yaitu A dan E.
48
Pada bar ke-4 sampai 6 terlihat bahwa akord yang digunakan
ialah E Mayor. Pembentukan melodinya menggunakan not E,
G, dan B. Dimana not E, G, dan B ialah not akord dari E
Mayor.
b. Improvisasi melodi pada irama ini banyak melakukan pengulangan
not dalam pembentukan melodi pada setiap frasenya.
Contoh :
Dari contoh diatas terlihat bahwa pada bar 1 mulai dari frase
pertama hingga keempat terdapat pengulangan not dalam
pambentukan melodinya. Demikian pula pada bar-bar
sesudahnya.
c. Improvisasi pada irama ini banyak menggunakan lompatan interval
berjarak M3, m3, P4, P5, M6, m6 dan Oktaf.
Contoh :
1. Diambil dari lagu Kr. Moritsko bar 10-14.
49
2. Diambil dari lagu Bengawan Solo bar 16-17.
Dari contoh diatas terlihat bahwa :
Pada bar 10 frase ke-2 lagu Kr. Moritsko, terdapat lompatan
interval dari not G# ke B yang berjarak M6.
Pada bar 11 antara frase ke-2, 3, dan 4 lagu Kr. Moritsko,
berturut-turut terjadi lompatan interval G# ke E (M3), dan E ke B
(P4).
Pada bar 13 frase ke-2 terdapat lompatan interval dari not F#
ke B yang berjarak P5.
Pada bar 16 dan 17 lagu Bengawan Solo terdapat lompatan
interval satu Oktaf yaitu antara not F pada bar 16 dan not E
pada bar 17.
50
2. Irama rangkap gaya Surakarta
Untuk irama rangkap gaya Surakarta ini penulis mengambil contoh
irama dari lagu yang telah penulis transkrip yaitu lagu Kr. Moritsko yang
diambil dari kaset Keroncong dari masa ke masa produksi Hins Record.
Dapat dilihat pada sub lampiran V nomor 5 dan 6.
Dalam hal ini penulis menganalisisnya dari 2 aspek yaitu :
2.1 Ritmik
a. Sama dengan irama tunggal gaya Surakarta ritmik pada irama
rangkap gaya Surakarta juga banyak dimainkan di ketukan-
ketukan “up beat” atau sinkop. Atau berakhir di aksen up beat
pada setiap frasenya.
Contoh :
51
Atau untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran V no.6.
b. Pada irama rangkap bentuk frase ritmik yang sering muncul sama
dengan irama tunggal hanya pada irama rangkap jarak antara
setiap frase lebih didominasi oleh jarak yang lebih rapat
dibandingkan irama tunggal.
Contoh :
Pada bar 15 lagu Kr. Moritsko dimainkan dengan irama tunggal,
jarak antar frase ritmiknya terlihat sebagai berikut :
Pada bar 15 lagu Kr. Moritsko dimainkan dengan irama rangkap,
jarak antar frase ritmiknya terlihat sebagai berikut :
Dari kedua contoh di atas terlihat bahwa jarak antara setiap frase
ritmik pada irama rangkap cenderung dipersempit jaraknya. Tetapi
hal ini tidak berlaku mutlak, hanya pada irama rangkap jarak antar
frase lebih didominasi oleh jarak yang lebih rapat.
Untuk lebih jelasnya terlihat pada contoh dibawah ini :
52
Irama Tunggal.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran V no. 4.
Irama rangkap
53
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran V no. 6.
2.2 Melodi
Improvisasi melodi pada irama rangkap secara umum sama dengan
irama tunggal. Perbedaannya hanya pada ritmiknya saja seperti yang
telah dijelaskan diatas.
3. Irama tunggal gaya Jakarta
54
Untuk irama tunggal gaya Jakarta penulis mengambil contoh irama
dari lagu Bunga Seroja dari kaset rekaman koleksi penulis yang tidak
diketahui label perusahaan rekamannya dan Kr. Tangis Sukamto dari
kaset Kr. Dari Masa ke Masa produksi Hins Record. Dapat dilihat pada
sub lampiran V no. 7 sampai dengan 10.
3.1 Ritmik
a. Permainan cello pada irama tunggal gaya Jakarta banyak
dimainkan di ketukan-ketukan “up beat” atau sinkop. Atau
berakhir di aksen up beat pada setiap frasenya.
Contoh :
Diambil dari Kr. Tangis Sukamto bar 1-4.
b. Permainan cello pada irama tunggal gaya Jakarta mempunyai pola
ritmik yang jelas dan dibunyikan secara berulang-ulang.
Contoh :
55
Pada lagu Bunga Seroja mempunyai pola ritmik :
Pada lagu Kr. Tangis Sukamto mempunyai pola ritmik :
3.2 Melodi
a. Sama dengan irama tunggal gaya Surakarta, improvisasi melodi
cello pada irama tunggal gaya Jakarta alur melodinya mengikuti
harmonisasi dari trinada akord yang digunakan.
Contoh :
b. Improvisasi melodi cello pada irama tunggal gaya Jakarta juga
banyak melakukan pengulangan pada nada yang sama pada
setiap frasenya sama seperti pada irama tunggal gaya Surakarta.
56
Contoh :
c. Sama dengan irama tunggal gaya Surakarta, improvisasi melodi
pada irama ini juga banyak menggunakan lompatan interval
berjarak M3, m3, P4, P5, M6, m6 dan Oktaf dalam pembentukan
pola iramanya
Contoh :
Pola Irama Bunga Seroja
Dalam pola irama ini menggunakan interval Oktaf.
Pola Irama Kr. Tangis Sukamto
57
Dalam pola irama ini menggunakan interval P4.
d. Harmonisasi melodi pada irama ini bergerak mengikuti pergerakan
akord. Pergerakan melodi tersebut bergerak meresolusi ke not
terdekat.
Contoh :
Pola Irama Kr. Tangis Sukamto pada akord FMayor
Namun apabila akord pindah ke C Mayor maka not F akan
bergerak turun ke E dan not F register bawah akan naik ke not G
mengikuti harmonisasi akord dari C Mayor yaitu C-E-G. Hal ini
dapat terlihat pada hasil transkrip dibawah ini :
4. Irama rangkap gaya Jakarta
Untuk irama rangkap gaya Jakarta penulis mengambil contoh
irama dari lagu Kr. Kemayoran dan Stb. Jampang dari kaset berjudul
keroncong betawi produksi Hins Record. Secara umum ritmik dan melodi
58
pada irama rangkap gaya Jakarta sama dengan irama rangkap gaya
Surakarta. Dapat dilihat pada sub lampiran V no. 11 sampai dengan 14.
4.1 Ritmik
a. Permainan cello pada irama rangkap gaya Jakarta banyak
dimainkan di ketukan-ketukan “up beat” atau sinkop. Atau
berakhir di aksen up beat pada setiap frasenya.
Contoh :
Atau untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran V no. 11.
b. Dari hasil pengamatan penulis bentuk dasar frase ritmik yang
sering dipakai dalam permainan cello irama rangkap gaya Jakarta
sama dengan irama rangkap gaya Surakarta hanya saja pada lagu-
lagu tertentu yang berirama cepat pola ritmik tersebut mengalami
diminution seperti terlihat pada lagu Kr. Kemayoran.
59
Contoh :
Pada contoh diatas frase ritmik ini diperlebar durasinya
menjadi seperti yang terlihat pada frase pertama. Dan frase ritmik
ini diperlebar durasi masing-masing notnya sehingga
menjadi seperti yang terlihat pada frase kedua.
c. Selain dari dua hal tersebut diatas bentuk variasi ritmik dari irama
rangkap gaya Jakarta sama dengan irama rangkap gaya
Surakarta.
3.2 Melodi
Improvisasi melodi pada irama rangkap gaya Jakarta secara umum
sama dengan irama rangkap gaya Surakarta.
60
Contoh :
Atau untuk lebih lengkapnya dapat dilaihat pada lampiran V no. 13.
B. Wawancara
1. Informan Kunci
61
Penulis melakukan wawancara pada salah satu sesepuh dan pakar
keroncong yaitu Drs. Suharto AH. Dapat dilihat pada lampiran I.
Dari hasil wawancara penulis menemukan bahwa menurut Drs. Suharto AH. :
1. Antara pola irama cello gaya Jakarta dan gaya Surakarta(Solo), yang
lebih dahulu muncul ialah gaya Jakarta.
2. Pola ritme cello keroncong itu mengisi tempat yang kosong diantara
ritmik yang dihasilkan oleh alat-alat keroncong lain.
3. Pola dasar irama cello keroncong mengikuti pola dasar irama kendang
baik itu pola karawitan Jawa atau seperti iringan lenong atau irama
gambang di Jakarta
4. Pola irama cello irama tunggal gaya Surakarta mengikuti seperti irama
tunggal kendang Jawa.
5. Pola irama cello irama rangkap gaya Surakarta mengikuti seperti irama
rangkap kendang Jawa.
6. Pola irama cello irama tunggal gaya Jakarta mengikuti seperti irama
perkusi yang ada di Jakarta seperti rebana, kendang, dsb.
7. Pola irama cello irama rangkap gaya Surakarta mengikuti seperti irama
rangkap kendang Betawi.
2. Informan Informal
62
Penulis melakukan wawancara terhadap beberapa pemain keroncong,
dalam hal ini penulis berhasil mewawancarai 3 pemain cello keroncong, yaitu
Rangga, Puguh, dan Heru :
Berikut hasil wawancaranya :
Rangga :
1. Pola irama irama tunggal dan rangkap gaya Surakarta itu pola dasarnya
seperti contoh dibawah ini, selanjutnya hanya diimprovisasi saja dari pola
dasar tersebut.
2. Pola irama irama tunggal dan rangkap gaya Jakarta itu pola dasarnya
seperti contoh dibawah ini, selanjutnya hanya diimprovisasi saja dari pola
dasar tersebut.
Puguh :
1. Pola irama irama tunggal gaya Surakarta itu pola dasarnya seperti contoh
dibawah ini, hanya perbandingan antara suara register bawah dan atas
dari cello itu seperti 1 : 4 kalau dihitung secara matematis. Lalu jarak
63
antara satu frase melodi ke frase lainnya agak lebih renggang
dibandingkan irama rangkap.
2. Pola irama irama rangkap gaya Surakarta itu pola dasarnya seperti
contoh dibawah ini, hanya perbandingan antara suara register bawah
dan atas dari cello itu seperti 1 : 4 kalau dihitung secara matematis. Lalu
jarak antara satu frase melodi ke frase lainnya agak lebih rapat
dibandingkan irama tunggal.
3. Pola irama irama tunggal gaya Jakarta itu seperti irama rangkap gaya
Surakarta, hanya polanya lebih mudah dan banyak diulang-ulang.
4. Pola irama irama rangkap gaya Jakarta itu hampir sama seperti irama
tunggalnya hanya dimainkan lebih variatif dan penuh improvisasi serta
lebih lincah.
Heru :
1. Pola irama cello irama tunggal dan rangkap gaya Surakarta itu seperti
irama kendang karawitan Jawa.
2. Pola irama cello irama tunggal dan rangkap gaya Jakarta itu seperti
kendang betawi.
64
3. Kredibiliti
Setelah penulis melakukan observasi secara teoritis dan melakukan
wawancara terhadap pakar dan pemain keroncong. Temuan penulis tersebut
kemudian penulis diskusikan kembali pada pakar keroncong Drs. Suharto AH
dan menghasilkan sebuah kesimpulan.
Menurut pakar, ia setuju terhadap sebagian besar hasil penelitian
penulis hanya ia menambahkan bahwa pada irama rangkap, tempo
permainan irama keroncong itu agak diperlambat. Hal ini ditandai atau
dikendalikan oleh instrument cello, dengan cara memperlambat tempo
permainan(ritardando) kemudian masuk ke tempo baru yang lebih lambat.
Kemudian, instrument lain mengikuti tempo baru yang dimainkan oleh
instrument cello tersebut.. Hal ini dilakukan agar iringan irama keroncong
tidak terkesan tergesa-gesa atau terdengar semrawut.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa, pola
improvisasi iringan cello pada musik keroncong dibangun dari beberapa
frase-frase singkat yang didalamnya terdapat beberapa not-not 1/8, 1/16, dan
1/32 dengan menggunakan trinada dari akord lagu yang sedang diiringinya.
Dimana antar frase tersebut banyak dibatasi oleh tanda diam berdurasi 1/16
pada irama tunggal dan 1/32 pada irama rangkap. Di dalam frase singkat
tersebut sering terlihat not-not berdurasi 1/32 dan 1/16 dimainkan berulang
dua kali yang diikuti oleh not berdurasi lebih lama dari not sebelumnya.
Jadi, pada dasarnya improvisasi iringan cello keroncong banyak
melakukan improvisasi pada aspek ritmiknya dengan menggunakan trinada
dari akord lagu yang sedang diiringinya, baik itu pada iringan gaya Jakarta
maupun Surakarta. Namun khusus pada irama tunggal gaya Jakarta, iringan
cello dimainkan dengan suatu pola tertentu yang diciptakan sebelumnya oleh
pemain cello dan dimainkan diulang-ulang mengikuti harmonisasi dari akord
lagu.
66
B. Saran
1. Sebelum seorang calon pemain cello mencoba untuk bermain cello
keroncong, hendaknya ia mengetahu teori dasar mengenai harmonisasi
akord. Karena pengetahuan ini sangat penting dalam iringan cello
keroncong.
2. Dalam berlatih cello keroncong seorang calon pemain hendaknya sering
melatih dulu variasi ritmik antara not 1/32 dan 1/16 atau 1/16 dan 1/8.
Mengingat variasi ritmik tersebut sering muncul pada iringan cello
keroncong. Serta tidak lupa juga juga harus sering mendengar rekaman-
rekaman lagu kaset keroncong dan pola-pola iringan kendang Jawa dan
Betawi.
3. Khusus untuk para arranger atau komposer yang ingin membuat karya
yang didalamnya terdapat iringan cello keroncong, hendaknya tidak hanya
terpaku pada pola dasar irama cello keroncong yang sering ia dengar.
Namun juga harus memperhatikan unsur improvisasi yang ada pada cello
keroncong, sehingga tidak terkesan monoton. Dalam hal ini efek suara
serta bentuk iringan yang dihasilkan dibuat agar menyerupai suara iringan
perkusi.
4. Kepada para peneliti, khususnya dikalangan mahasiswa agar lebih
banyak meneliti bentuk iringan-iringan irama yang ada di Indonesia.
67
Seperti layaknya improvisasi pada musik Jazz, yang bisa dijadikan
sebuah teori yang baku sebagai petunjuk memainkan musik Jazz.
5. Kepada para kaum pendidik, khususnya guru hendaknya semakin sering
memperkenalkan bentuk-bentuk irama yang berkembang di Indonesia
kepada para muridnya. Hal ini penulis sarankan agar wawasan bermusik
siswanya menjadi lebih luas dan juga dalam rangka melestarikan
berbagai macam bentuk irama yang berkembang di Indonesia.
68
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Richard (1970). The Complete Guitarist, Italy:Dorling Kindersley.
Dharma, Pra Budi (2001). Pengantar Komposisi dan aransemen, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ . Teori Improvisasi dan Referensi Musik Kontemporer, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
DP Johnson (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: PT. Gramedia.
Harmunah, S. Mus (1987). Musik Keroncong, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Levine, Mark (1995). The Jazz Theory, California: Sher Music Co.
Suharto, AH, Achmad Sunardi, Samidi Sunopratomo (1995). Serba-serbi Keroncong, Jakarta: OK INDAH SARI.
[Http://www.creativemusic.com/features/dictionary.html#a]
69
Lampiran I
Hasil rekaman wawancara pada salah satu sesepuh dan pakar keroncong
yaitu Drs. Suharto AH. Berikut hasil wawancaranya :
Penulis Pakar
Gaya permainan Cello antara gaya
Surakarta dan gaya Jakarta lebih
dahulu mana yang muncul?
“Menurut saya karena keroncong
pertama kali mendarat di Jakarta
maka Jakarta duluan yang muncul.”
Gaya permainan Cello Surakarta dan
Jakarta itu terpengaruh dari alat
apa ?
“Kendang..!!!, ya… kalau di Jawa itu
kendang jawa, kalau di Jakarta
mungkin kendang yang biasa dipakai
untuk iringan lenong.”
“Apa perbedaan pukulan tunggal dan
rangkap?”
“Perbedaannya kalau misalnya
pukulan engkel itu 4 maka pukulan
dobel jadi delapan gitu lho”.
70
Bagaimana pola ritme cello
keroncong?
Bagaimana permainan irama tunggal
dan rangkap gaya Surakarta?
“ Cello itu mengatur ritme dan
mengisi tempat yang kosong.”
“ Cello itu pukulannya seperti
gabungan dari pukulan cuk dan cak.”
“Kalau, permainan gaya Surakarta itu
kan, terpengaruh dari kendang
Jawa, jadi pukulan dobel dan
engkelnya(tunggal) seperti pukulan
engkel dan dobel kendang karawitan
Jawa.”
Bagaimana permainan irama tunggal
dan rangkap gaya Jakarta?
“Mungkin, kalau di Jakarta. Bisa jadi
terpengaruh dari alat perkusi yang
ada di Betawi, seperti rebana atau
kendang iringan lenong atau
gambang kromong.”
71
Lampiran II
Pedoman Wawancara
(Pada Pemain Keroncong)
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara tertutup kepada beberapa
pemain keroncong, pedoman wawancaranya :
1. Bagaimana pola irama cello irama tunggal gaya Surakarta ?
2. Bagaimana pola irama cello irama rangkap gaya Surakarta ?
3. Bagaimana pola irama cello irama tunggal gaya Jakarta ?
72
TEKNIK IMPROVISASI CELLO
PADA MUSIK KERONCONG
Disusun oleh :
Nama : Dwi Kurniadi
No Registrasi : 2815990563
Mata Kuliah Seminar Persiapan Skripsi
Diseminarkan tanggal 23 Desember 2002
Disetujui oleh :
73
1. Dra. Sri Hermawati (………………….)
JURUSAN SENI MUSIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2002
74