Skoring Dan Intervensi Kusta

38
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA KUSTA DI SIMPANG SURABAYA. A. DATA PENGENALAN KELUARGA A. DATA IDENTITAS Nama Kepala Keluarga (KK) : Bpk. X Umur KK : 60 tahun Alamat : Jl. Simpang 4 no.45, RT 03/RW 05, Surabaya. Telp :- Pekerjaan : Nelayan Pendidikan : Lulus SMP Agama : Islam Suku Bangsa :Jawa/Indonesia Komposisi Keluarga : Ayah, Ibu, dan 3 Anak No Nama Umur (Th) Jenis Kelam in Hubungan dengan KK Pendidi kan Pekerjaan Keteran gan 1. Bapak X 60 L KK SMP Nelayan - 2. Ibu N 55 P Istri SMP Penjahit - 3. Anak I 25 L Anak pertama SMA Buruh Pabrik - 4. Anak Y 22 L Anak SMP Penjaga - 1

description

skoring

Transcript of Skoring Dan Intervensi Kusta

Page 1: Skoring Dan Intervensi Kusta

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA KUSTA

DI SIMPANG SURABAYA.

A. DATA PENGENALAN KELUARGA

A. DATA IDENTITAS

Nama Kepala Keluarga (KK) : Bpk. X

Umur KK : 60 tahun

Alamat : Jl. Simpang 4 no.45, RT 03/RW 05, Surabaya.

Telp :-

Pekerjaan : Nelayan

Pendidikan : Lulus SMP

Agama : Islam

Suku Bangsa :Jawa/Indonesia

Komposisi Keluarga : Ayah, Ibu, dan 3 Anak

No Nama Umur

(Th)

Jenis

Kelamin

Hubungan

dengan KK

Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1. Bapak X 60 L KK SMP Nelayan -

2. Ibu N 55 P Istri SMP Penjahit -

3. Anak I 25 L Anak pertama SMA Buruh Pabrik -

4. Anak Y 22 L Anak kedua SMP Penjaga Parkiran -

5. Anak L 18 P Anak ketiga SMA Pelajar -

1

Page 2: Skoring Dan Intervensi Kusta

GENOGRAM

Keterangan

: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

2

45

65

Tahun 1920Sakit tua

Sehat

Tahun 1922Sakit tua

Tahun 1932Sakit tua

Tahun 1923Sakit tua Tahun 1923

Sakit tuaTahun 1922Sakit tua

Tahun 1920kecelakaan

Tahun 1920kecelakaan

Tahun 1956Sakit tua

Tahun 1938kecelakaan

Tahun 1938kecelakaan

Tahun 1939Perang

Sehat Sehat

Sehat

Sehat Sehat Sehat

Kusta

57

Tahun 1935Perang

55

60

18

2125

Page 3: Skoring Dan Intervensi Kusta

: Klien (Pak “A”)

: Tinggal serumah

: Menikah.

1. TIPE KELUARGA

Tipe keluarga dari Bapak X adalah The Nuclear Family,(Keluarga Inti), yaitu keluarga

yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

2. SUKU BANGSA

Bapak X dan Ibu N mengatakan, jika mereka berasal dari Suku Jawa Bahasa yang

digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa.

3. AGAMA

Bapak X dan Ibu N mengatakan, jika kepercayaan yang mereka anut adalah Agama

Islam.

4. STATUS SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA

Bapak X bekerja sebagai Nelayan, sedangkan Ny. N bekerja sebagai Penjahit dan yang

mencukupi kebutuhan sehari-hari adalah kedua suami-istri tersebut. Rata-rata

pengahasilan keluarga Bapak X berkisar dari 500.000,- sampai 750.000,- per bulan.

Penghasilan tersebut dipakai untuk makan, dan biaya anak sekolah. Keluarga Bapak X

tidak mempunyai tabungan jangka panjang untuk biaya sekolah anaknya, maupun biaya

kesehatan keluarganya. Perabotan Rumah Tangga yang dimiliki Televisi 14 inch, 2

tempat tidur, dan 1 kompor Gas.

5. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA

Kegiatan yang dilakukan keluarga adalah berekreasi ke rumah Nenek dan sanak

saudaranya di Madura setahun sekali hanya saat libur lebaran.

3

Page 4: Skoring Dan Intervensi Kusta

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

6. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap perkembangan melepas anak dewasa

muda, yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang

didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui dan

menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, dan membantu orang tua lanjut usia dan

sakit-sakitan dari suami atau istri.

7. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BELUM TERPENUHI

Anak I belum dapat membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.

8. RIWAYAT KELUARGA INTI

Bpk. X dan Ibu N menikah karena dijodohkan orang tua, pada tahun 1975. Bpk X

menikah pada umur 25 tahun dan Ibu N umur 20 tahun. Anak 1, 2 dan ke 3 tidak pernah

mengalami sakit, jika sakit hanya berupa batuk pilek, dan tidak pernah berobat ke

puskemas.

Sejak bulan Agustus 2008 Bpk. X melihat bercak-bercak merah di sekitar pipi dan

merasakan bahwa pada telapak kaki sebelah kanan tidak dapat merasakan rasa tajam dan

tumpul. Kemudian oleh keluarga ditanyakan ke tetangganya. Tetangganya berkata bahwa

penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan karena merupakan penyakit kutukan, sehingga

Bpk X tidak pernah pergi beroibat ke puskesmas.

9. RIWAYAT KELUARGA SEBELUMNYA

Bpk X dan ibu N mengetahui riwayat kesehatan orang tuanya. Ayah dari Bpk. X

meninggal karena tenggelam di laut saat mencari ikan tahun 1956, sedangkan ibu bpk X

meninggal karena sakit tua tahun 1977. Ayah dari ibu N, meninggal karena di gigit ular

tahun 1970, sedangkan ibu dari Ibu N meninggal karena keracunan tahun 1972. Kakek

dan nenek bpk X dan ibu N tidak tahu meninggal karena apa.

4

Page 5: Skoring Dan Intervensi Kusta

C. DATA LINGKUNGAN

10. KARAKTERISTIK RUMAH

Status kepememilikan Rumah yang ditempati sekarang adalah rumah pribadi/sendiri.

Luas rumah yang dtempati Bapak X 38m2, memiliki 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1

ruang dapur dan ruang makan, 1 WC dan kamar mandi. Bangunan rumah berbentuk

semi permanen. Sumber air minum, mandi dan mencuci menggunakan air sumur.

Denah Rumah Keluarga:

Keterangan :

1. Ruang tamu

2. Kamar tidur

3. WC

4. Dapur

5. Kamar tidur

11. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS

Jarak rumah Bpk. X dengan tetangga berdekatan. Namun hubungan kekerabatan bpk X

dengan tetangga kurang baik karena penyakit yang diderita bapak X. status pekerjaan

masyarakat di daerah tersebut sebagian besar sebagai nelayan dan petani. Transportasi

yang sering digunakan yaitu menggunakan motor dan angkutan umum.kebersihan

lingkungan masyarakat sekitar kurang baik, karena sebagian besar mengolah hasil laut

menjadi ikan asin.

5

3

5

2

1

4

Page 6: Skoring Dan Intervensi Kusta

12. MOBILISASI GEOGRAFIS KELUARGA

Keluarga ini tidak pernah pindah tempat tinggal sejak menikah. Anak pertama sudah

menikah dan bekerja sebagai buruh pabrik dan tidak tinggal bersama dengan bpk X. anak

kedua tinggal bersama bpk X dan bekerja sebagai penjaga parkir di sebuah mall,

sedangkan anak ketiga bpk X, masih sekolah dan tinggal bersama bpk X membantu ibu

N menjahit.

13. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI DENGAN MASYARAKAT

Keluarga ini dulunya rajin mengikuti kegiatan warga. Bapak X juga rajin mengikuti

pengajian yang dilaksanakan setiap kamis malam. Namun, semenjak bapak X menderita

penyakit kusta, Bapak X tidak lagi mengikuti pengajian. Begitu juga dengan Ibu N tidak

pernah mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat.

14. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA DAN ECOMAP

Yang menjaga bpk X saat sakit adalah istri dan anak ketiganya. Jarak antara rumah ke

puskesmas sekitar 13 km.

D. STRUKTUR KELUARGA

14. POLA KOMUNIKASI

Pola komunikasi keluarga bpk X bersifat terbuka dimana apabila ada masalah akan

dibicarakan bersama-sama, masing-masing anggota keluarga memiliki hak yang sama

untuk berpendapat dan mengutarakan masalah dalam keluarga. Untuk komunikasi antar

keluarga biasanya menggunakan bahasa Jawa.

15. STRUKTUR KEKUATAN/KEKUASAAN KELUARGA

Dalam keluarga Bpk X yang berpaling berperan dalam mengambil keputusan, bila ada

masalah, tetapi sebelumnya dibicarakan bersama-sama terlebih dahulu.

16. STRUKTUR PERAN KLUARGA

a. Bp. X sebagai kepala keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga, pencari nafkah

dalam keluarga, dan pemimpin dalam keluarga.

b. Ibu N sebagai ibu rumah tangga, pencari nafkah (bekerja sebagai penjahit), mengatur

keuangan dalam keluarga dan ikut membimbing anak-anaknya.

6

Page 7: Skoring Dan Intervensi Kusta

c. Anak I adalah sebagai anak pertama, sekarang berusia 25 tahun, dan sudah

berkeluarga.

d. Anak Y adalah sebagai anak kedua, sekarang berusia 22 tahun,sudah mempunyai

penghasilan sendiri.

e. Anak L adalah sebagai anak ketiga, sekarang berusia 18 tahun, dan sekarang masih

duduk di bangku SMA.

17. NILAI DAN NORMA KELUARGA

Keluarga meyakini bahwa agama telah mengajarkan segala sesuatu dengan baik dan

benar. Keluarga mengikuti ajaran agama Islam. Keluarga meyakini bahwa sakit yang

diderita Bpk. X berasal dari kutukan Tuhan. Ia selalu berdoa sendiri agar diberi

kesembuhan.

E. FUNGSI KELUARGA

18. Fungsi Afektif

Menurut Bapak X dan Ibu N, mereka senang memiliki keluarga seperti ini walaupun

hidup mereka sederhana namun mereka tetap bahagia karena semua anggota kelurga

saling memperhatikan, begitupun dengan sanak-saudara kakek dan neneknya.

19. Fungsi Sosial

Menurut Bapak X dan Ibu N, hubungan antar anggota keluarga baik, dimana keluarga ini

tampak kepedulian anggota keluarga dengan saling tolong menolong dalam

melaksanakan tugas dalam keluarga. Hubungan dengan tetangganya tetap baik walaupun

keluarga ini sering dikucilkan akibat penyakit yang diderita oleh Bapak X. namun disisi

lain karena keluarga bapak X sering dikucilkan, menyebabkan bapak X sudah jarang

keluar rumah dan mengikuti kegiatan warga setempat.

20. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga mengatakan bahwa orang yang dikatakan sehat yaitu mampu melakukan

aktivitas sehari-hari tanpa ada keluhan. Sedangkan orang sakit yaitu jika seseorang tidak

dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan terserang suatu penyakit. Jika ada salah

satu anggota keluarga yang sakit ringan, keluarga membelikan obat di warung dekat

rumah. Keluarga Bapak X, mengungkapkan bahwa ia tidak tahu tentang penyakitnya

7

Page 8: Skoring Dan Intervensi Kusta

dan tanda-tanda dari penyakitnya. Yang dia tahu yaitu ada bercak-bercak pada pipinya

dan Bapak X mengalami mati rasa pada telapak kakinya. Keluarga Bapak X pun tidak

tahu cara penularan kusta dan ia menganggap bahwa penyakit ini adalah penyakit

kutukan yang tidak dapat disembuhkan. Namun bapak X mencoba mengobati

penyakitnya dengan membeli obat di salep kulit yang dijual di warung. Keluarga juga

mengatakan tidak pernah memeriksakan diri ke Puskesmas di tempat tinggalnya.

21. Fungsi Reproduksi

Keluarga Bapak X dan Ibu N, sudah memenuhi fungsi reproduksi, dimana keluarga ini

sudah mempunyai 3 orang anak yaitu An. 1 yang bekerja sebagai buruh pabrik, An. 2

yang bekerja sebagai penjaga parkiran, dan An. 3 yang saat ini masih bersekolah.

F. STRES DAN KOPING KELUARGA

22. Stressor yang dimiliki oleh keluarga adalah masalah ekonomi dan penyakitnya yang tidak

bisa disembuhkan. Penghasilan keluarga yang terbatas, sering membuat bingung keluarga

untuk mengatur agar mencukupi kebutuhan keluarga selama satu bulan dan untuk

merencanakan biaya pendidikan jangka panjang anaknya yang saat ini masih duduk di

bangku sekolah. Keluarga melakukan tindakan untuk mengatasi stres dengan pasrah pada

keadaannya dan tetap menjadikan kepala keluarga sebagai pengambil keputusan. Strategi

koping internal dari keluarga untuk mengatasi stressor adalah pengaturan keuangan

secara lebih teliti oleh Ibu N, dan berapapun hasil yang diterima dari pekerjaannya selalu

dia pergunakan dengan baik. Sedangkan strategi koping eksternal yang digunakan adalah

tetap bekerja seperti biasa walaupun Bapak X dalam keadaan sakit, dan merasa bahwa

penyakitnya sudah tidak dapat disembuhkan lagi.

G. PEMERIKSAAN FISIK

23. Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang diidentifikasi

sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.

Pemeriksaan Bapak X Ibu N An. 2 An. 3

Keadaan Cukup Cukup Cukup Cukup

8

Page 9: Skoring Dan Intervensi Kusta

Umum

Kesadaran

GCS

TTV : TD

N

S

RR

BB

Kepala

Kulit Kepala

Rambut

Wajah

Mata

Composmentis

4 – 5 – 6

130/80 mmHg

78x/menit

36,5 0C

24 x / menit

BB : 67 Kg

Bersih, tidak

terdapat benjolan,

tidak ada bekas

luka, bersih tidak

ada ketombe

Merata, lurus, ada

kerontokan rambut

pada alis mata

(madarosis).

Simetris, tidak ada

bekas luka

Simetris,

konjungtiva merah

muda, sklera putih,

fungsi penglihatan

baik, pupil isokor.

Terdapat hidung

Composmentis

4 – 5 – 6

120 / 80 mmHg

80 x/menit

36,3 0C

20 x/menit

BB : 65 Kg

Bersih, tidak

terdapat benjolan,

tidak ada bekas

luka, bersih tidak

ada ketombe

Lurus, panjang,

merata, bersih,

tidak berbau

Simetris, tidak

ada bekas luka

Simetris,

konjungtiva

merah muda,

sklera putih,

fungsi

penglihatan baik,

pupil isokor.

Tidak ada

Composmentis

4 – 5 – 6

110 / 70 mmHg

88x / menit

36,4 0C

20 x/menit

BB : 55kg

Bersih, tidak

terdapat benjolan,

tidak ada bekas

luka, bersih tidak

ada ketombe

Hitam, lurus,

bersih, tidak

rontok

Simetris, tidak

ada bekas luka

Simetris,

konjungtiva

merah muda,

sklera putih,

fungsi

penglihatan baik,

pupil isokor.

Tidak ada

Composmentis

4 – 5 – 6

100/80 mmHg

82x/menit

36,2 ºC

20x/menit

BB : 45 kg

Bersih, tidak

terdapat benjolan,

tidak ada bekas

luka, bersih tidak

ada ketombe

Ombak, bersih,

tidak rontok

Simetris, tidak ada

bekas luka

Simetris,

konjungtiva

merah muda,

sklera putih,

fungsi penglihatan

baik, pupil isokor.

Tidak ada

9

Page 10: Skoring Dan Intervensi Kusta

Hidung

Telinga

Mulut

Leher

pelana, fungsi

penciuman baik,

simetris, tidak ada

sekret, tidak ada

pernafasan cuping

hidung.

Simetris, terdapat

penebalan daun

telinga.

Tidak ada

stomatitis, gigi

lengkap. Fungsi

pengecapan baik,

bibir kering.

Tidak ada

pembesaran

kelenjar tyroid,

tidak terdapat

bendungan kelenjar

getah bening, tidak

ada bendungan vena

jugularis. Terdapat

penebalan pada N.

auric.magnus

pembengkokan,

tidak ada polip

nasi, fungsi

penciuman baik,

simetris, tidak

ada sekret, tidak

ada pernafasan

cuping hidung

Simetris, bersih,

tidak ada

kelainan, fungsi

pendengaran

baik.

Tidak ada

stomatitis, gigi

lengkap. Fungsi

pengecapan baik,

bibir lembab.

Tidak ada

pembesaran

kelenjar tyroid,

tidak terdapat

bendungan

kelenjar getah

bening, tidak ada

bendungan vena

jugularis

pembengkokan,

tidak ada polip

nasi, fungsi

penciuman baik,

simetris, tidak

ada sekret, tidak

ada pernafasan

cuping hidung

Simetris, bersih,

tidak ada

kelainan, fungsi

pendengaran

baik.

Tidak ada

stomatitis, gigi

lengkap. Fungsi

pengecapan baik,

bibir lembab.

Tidak ada

pembesaran

kelenjar tyroid,

tidak terdapat

bendungan

kelenjar getah

bening, tidak ada

bendungan vena

jugularis

pembengkokan,

tidak ada polip

nasi, fungsi

penciuman baik,

simetris, tidak ada

sekret, tidak ada

pernafasan cuping

hidung

Simetris, bersih,

tidak ada

kelainan, fungsi

pendengaran baik.

Tidak ada

stomatitis, gigi

lengkap. Fungsi

pengecapan baik,

bibir lembab.

Tidak ada

pembesaran

kelenjar tyroid,

tidak terdapat

bendungan

kelenjar getah

bening, tidak ada

bendungan vena

jugularis

10

Page 11: Skoring Dan Intervensi Kusta

Thorax

Inspeksi

Palpasi

Auskultasi

Abdomen

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Ekstremitas

Simetris, tidak

terdapat tarikan

intercosta.

Tidak terdapat

benjolan abnormal,

tidak ada nyeri

tekan

Wheezing - ,

ronchi + , S1 S2

tunggal

Tidak ada bekas

luka, tidak ascites,

tidak ada benjolan

abnormal.

Tidak ada nyeri

tekan, pembesaran

hepar tak teraba.

Suara tympani

Bising usus 8 x /

menit

Akral hangat, tidak

ada oedem, adanya

reabsorbsi tulang

yang

Simetris, tidak

terdapat tarikan

intercosta.

Tidak terdapat

benjolan

abnormal, tidak

ada nyeri tekan

Wheezing - ,

ronchi - , S1 S2

tunggal

Tidak ada bekas

luka, tidak

ascites, tidak ada

benjolan

abnormal.

Tidak ada nyeri

tekan,

pembesaran

hepar tak teraba.

Suara tympani

Bising usus 10 x /

menit

Akral hangat,

tidak ada oedem,

pergerakan baik.,

Simetris, tidak

terdapat tarikan

intercosta.

Tidak terdapat

benjolan

abnormal, tidak

ada nyeri tekan

Wheezing - ,

ronchi - , S1 S2

tunggal

Tidak ada bekas

luka, tidak

ascites, tidak ada

benjolan

abnormal.

Tidak ada nyeri

tekan,

pembesaran

hepar tak teraba.

Suara tympani

Bising usus 10 x /

menit

Akral hangat,

tidak ada oedem,

pergerakan baik.,

Simetris, tidak

terdapat tarikan

intercosta.

Tidak terdapat

benjolan

abnormal, tidak

ada nyeri tekan

Wheezing - ,

ronchi - , S1 S2

tunggal

Tidak ada bekas

luka, tidak ascites,

tidak ada benjolan

abnormal.

Tidak ada nyeri

tekan, pembesaran

hepar tak teraba.

Suara tympani

Bising usus 10 x /

menit

Akral hangat,

tidak ada oedem,

pergerakan baik.,

11

Page 12: Skoring Dan Intervensi Kusta

Integumen

mengakibatkan

pemendekan dan

kerusakan tulang

(ujung bengkok),

terutama dari

tangan dan kaki,

kadang sering terasa

nyeri sampai mati

rasa.

Kulit sawo matang,

adanya makula

hiperpigmentasi /

hipopigmentasi dan

eritementosa

dengan permukaan

yang kasar dengan

batas yang kurang

jelas, turgor cukup,

kulit kering.

tidak ada bekas

luka.

Kulit kuning,

bersih, /turgor

cukup, kulit

lembab

tidak ada bekas

luka.

Kulit sawo

matang bersih,

turgor cukup,

kulit lembab

tidak ada bekas

luka.

Kulit sawo

matang bersih,

turgor cukup, kulit

lembab

H. HARAPAN KELUARGA

Keluarga Bapak X dan Ibu N, berharap agar dapat segera disembuhkan dan petugas kesehatan dapat membantu masalah kesehatan yang sedang dihadapi serta menjelaskan perawatan yang benar untuk keluarganya.

12

Page 13: Skoring Dan Intervensi Kusta

Analisa Data

DATA Penyebab Masalah

S : Bpk X mengungkapkan 5 bulan yang

lalu mengeluh ada bercak putih di

pipi, pada telapak kaki tidak dapat

membedakan rasa tajam dan tumpul.

Bapak x hanya membeli obat salep

di kios, tanpa memeriksakannya ke

puskesmas.

O: Saat kunjungan Bpk X masih terlihat

kehitaman pada pipi, madarosis dan

terlihat pelana hidung.

Ketidakmampuan anggota

keluarga dalam mengenal

masalah penyakit kusta.

Kurang pengetahuan

S: keluarga mengatakan dilingkungan

bpk X, dikucilkan, karena

masyarakat menganggap penyakit

yang di derita bapak X itu adalah

penyakit kutukan.

O: Bpk X dan keluarga tidak lagi

mengikuti kegiatan yang ada

dilingkungan.

Persepsi negatif dari masyarakat:

tentang penyakit kusta

Gangguan interaksi

sosial

S:

O: bapak X hanya mandi 1x sehari,

keluarga masih memakai handuk dan

peralatan mandi secara bersamaan

kecuali sikat gigi.

Ketidakmampuan keluarga

memodifikasi lingkungan rumah

Resiko penularan

S: bapak X mengatakan mati rasa pada

telapak kakinya.

Ketidak mampuan keluarga

merawat anggota keluarga

yang sakit kusta.

Resiko cidera

13

Page 14: Skoring Dan Intervensi Kusta

O: setelah dilakukan pemeriksaan

dengan menggunakan jarum pentul,

bapak X tidak dapat membedakan

rasa tajam dan tumpul.

Ketidakmampuan keluarga

memodifikasi lingkungan

rumah.

Diagnose keperawatan

1. Kurang pengetahuan pada Bapak X keluarga Bapak X b/d ketidakmampuan anggota

keluarga dalam mengenal masalah penyakit kusta yang ditandai dengan Bpk X

mengungkapkan 5 bulan yang lalu mengeluh ada bercak putih di pipi, pada telapak kaki

tidak dapat membedakan rasa tajam dan tumpul, Bapak x hanya membeli obat salep di

kios, tanpa memeriksakannya ke puskesmas, saat kunjungan Bpk X masih terlihat

kehitaman pada pipi, madarosis dan terlihat pelana hidung.

2. Gangguan interaksi sosial pada bapak X keluarga bapak X berhubungan dengan persepsi

negative tentang penyakit kusta yang ditandai dengan keluarga mengatakan dilingkungan

bpk X, dikucilkan, karena masyarakat menganggap penyakit yang di derita bapak X itu

adalah penyakit kutukan, Bpk X dan keluarga tidak lagi mengikuti kegiatan yang ada

dilingkungan.

3. Resiko penularan pada Bpk X keluarga Bpk X b/d ketidakmampuan keluarga

memodifikasi lingkungan rumah yang ditandai dengan keluarga masih memakai handuk

secara bersamaan dan peralatan mandi kecuali sikat gigi, bapak X hanya mandi 1x sehari.

4. Resiko cidera pada bapak X keluarga bapak X behubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota yang sakit kusta yang ditandai dengan bapak X mengatakan

mati rasa pada telapak kakinya, dan setelah dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan

jarum pentul, bapak X tidak dapat membedakan rasa tajam dan tumpul.

14

Page 15: Skoring Dan Intervensi Kusta

Skoring prioritas masalah

Kurang pengetahuan pada Bapak X keluarga Bapak X b/d ketidakmampuan anggota

keluarga dalam mengenal masalah penyakit kusta.

Kriteria Bobot Skala Skoring Pembenaran

a. Sifat

masalah :

aktual

b. Kemungkin

an masalah

dapat diubah :

sebagian

c. Potensial

masalah untuk

dicegah : cukup

d. Menonjoln

ya masalah:

tidak perlu

segera

3

1

2

1

1

2

1

1

3/3x1=1

1/2x2=1

2/3x1=2/3

1/2x1=1/2

bapak X mengatakan 5 bulan yang lalu

terdapat bercak putih diwajah, bpk X tidak

periksa ke dokter, tapi hanya beli saleb

dikios saja.

Bapak X memiliki keinginan untuk sembuh,

tetapi tidak mau pergi ke puskesmas untuk

periksa dikarenakan tetangganya berkata

bahwa itu adalah penyakit kutukan.

bapak X memiliki keinginan untuk sembuh,

tapi tidak memeriksakan diri ke puskesmas,

bapak X hanya berupaya untuk

menyembuhkannya dengan menggunakan

salep yang dibelinya di kios.

keluarga tidak bertanya tentang penyakit

bapak X ke puskesmas.

TOTAL 3 7/6

15

Page 16: Skoring Dan Intervensi Kusta

Gangguan interaksi sosial pada bapak X keluarga bapak X berhubungan denngan persepsi

negative dari masyarakat tentang penyakit kusta.

Kriteria Bobot Skala Skoring Pembenaran

a. Sifat masalah :

aktual

b. Kemungkinan

masalah dapat

diubah :

sebagian

c. Potensial

masalah untuk

dicegah : cukup

d. Menonjolnya

masalah: perlu

segera

3

1

2

1

1

2

1

1

3/3x1=1

1/2x2=1

2/3x1=2/3

1/2x1=1/2

Bapak X sudah jarang mengikuti kegiatan

warga seperti pengajian karena sering

dikucilkan oleh warga.

Bapak X ingin cepat sembuh agar bisa

kembali ikut berpartisipasi.

Masalah lebih lanjut belum terjadi tetapi

keluarga memiliki rasa kawatir jika

dikemudian bapak X semakin dikucilkan

oleh warga.

Keluarga merasakan adanya masalah

sehingga keluarga ingin bapak X segera

disembuhkan agar keluarga bapak X tidak

dikucilkan lagi.

TOTAL 2 7/3

16

Page 17: Skoring Dan Intervensi Kusta

Resiko penularan pada Bpk X keluarga Bpk X b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi

lingkungan rumah.

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

a. Sifat masalah : Resiko

b. Kemungkinan masalah dapat diubah : Sebagian

c. Potensial masalah untuk dicegah : sedang

d. Menonjolnya masalah : tidak segera

2

1

2

1

1

2

1

1

2/3x1=2/3

1/2x2= 1

2/3x1=2/3

1/2x1=1/2

Masalah ini belum terjadi dan belum ada tanda-tanda adanya penularan pada anggota keluarga yang lain.

Bapak X memiliki keinginan untuk sembuh dan bersifat kooperatif pada perawat yang memberikan informasi tentang perawatan untuk penyakit kusta.

Masalah lebih lanjut belum terjadi tetapi keluarga memiliki rasa kawatir jika penyakitnya menular kepada anggota keluarga yang lain ,sementara ini bapak X masih beraktifitas seperti biasa namun jarang mengikuti kegiatan warga.

Keluarga bapak X memiliki persepsi bahwa kondisi ini bukan merupakan masalah yang tidak memerlukan penanganan segera

Total skor 2 5/6

17

Page 18: Skoring Dan Intervensi Kusta

Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit.

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

a. Sifat masalah :

Resiko

b. Kemungkinan

masalah dapat

diubah :

Sebagian

c. Potensial

masalah untuk

dicegah :

sedang

d. Menonjolnya

masalah : tidak

segera

2

2

2

2

1

2

1

1

2/3x1=2/3

2/2x2= 2

2/3x1=2/3

2/2x1=1

Masalah ini belum terjadi tetapi

kemungkinan untuk terjadi sangan

besar karena bapak X

mengalamimati rasa pada telapak

kakinya.

Bapak X memiliki keinginan

untuk sembuh dan bersifat

kooperatif pada perawat yang

memberikan informasi tentang

perawatan untuk penyakit kusta.

Masalah lebih lanjut belum terjadi

tetapi keluarga memiliki rasa

kawatir jika sampai terjadi cidera.

Sementara ini bapak X masih

beraktifitas seperti biasa.

Keluarga bapak X memiliki

persepsi bahwa kondisi ini bukan

merupakan masalah yang tidak

memerlukan penanganan segera

Total skor 3 4/3

18

Page 19: Skoring Dan Intervensi Kusta

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Dx Kep

Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana TindakanUmum Khusus Kriteria Standar

1. Setelah diberikan

tindakan, keluarga

mampu mengenal

masalah penyakit

kusta.

Setelah melakukan

kunjungan selama 3x30

menit keluarga mampu:

TUK 1 keluarga mampu:

a. Menyebutkan

pengertian tentang

penyakit kusta.

b. Menjelaskan

penyebab penyakit

kusta.

c. Menjelaskan tentang

tanda dan gejala

penyakit kusta.

verbal

verbal

verbal

Keluarga dapat menyebutkan pengertian dari penyakit kusta yaitu penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta

Penyebab dari penyakit

kusta yaitu disebabkan

oleh infeksi

Mycobacterium leprae

(M.leprae).

tanda dan gejala penyakit

kusta yaitu adanya bercak

putih seperti panu, terjadi

mari rasa.

Diskusikan dengan keluarga : Pengertian penyakit kusta.

Penyebab terjadinya penyakit kusta

Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya apabila ada hal yang kurang dimengerti

Tanda dan gejala penyakit kusta. Berikan reward pada keluarga

apabila dapat menjelaskan kembali hasil diskusi

19

Page 20: Skoring Dan Intervensi Kusta

2. setelah dilakukan

tindakan, tidak

terjadi masalah

gangguan interaksi

sosial pada bapak X

dan keluarga.

Setelah melakukan

kunjungan selama 3x30

menit keluarga mampu:

TUK 1:

1. Tentangga terdekat

bapak X mau menerima

keadaan bapak X

2. Bapak X mulai

mengikuti kegiatan yang

ada di masyarakat

verbal

verbal

Tetangga mengerti tentang

penyakit kusta dan

penularannya. Sehingga

tetangga mampu menerima

keadaan penyakit yang

diderita bapak X

bapak X dan keluarga

mulai mengikuti kegiatan

yang diadakan di

lingkungan masyarakat.

Jelaskan kepada tetangga terdekat tentang penyakit kusta dan penularannya.

Anjurkan kepada keluarga untuk kembali mengikuti kegiatan yang diadakan dilingkungan.

3. Setelah dilakukan tindakan, tidak terjadi penularan kusta pada anggota keluarga yang lain

Setelah melakukan

kunjungan selama 3x30

menit, keluarga mampu:

TUK 1 keluarga mampu

20

Page 21: Skoring Dan Intervensi Kusta

Mengenal adanya masalah

penyebaran kuman

mykobakterium leprae:

a. Menjelaska

n tentang proses

penyebaran kuman

M.Leprae.

Tuk 2

Keluarga mampu

melakukan tindakan

untuk mencegah

terjadinya masalah

akibat penyebaran

kuman M. Leprae

dengan :

a. Mengidentifikasi

tindakan yang

dapat dilakukan

untuk mencegah

verbal

verbal

Keluarga mengerti tentang

penyebaran kuman M.

leprae yang kemungkinan

di sebarkan melalui

hygiene yang kurang.

keluarga dapat mencega

penyebaran kuman

M.Leprae dengan menjaga

kebersihan diri dan

lingkungan, yaitu dengan

mandi min. 2x sehari, tidak

Diskusikan dengan

keluarga tindakan yang dapat

dilakukan untuk mencegah

penyebaran kuman M. Leprae

Berikan kesempatan

pada keluarga untuk bertanya

Diskusikan dengan

keluarga tentang cara membuat

lingkungan yang sehat yaitu

dengan membuang sampah

pada temppatnya sehingga

21

Page 22: Skoring Dan Intervensi Kusta

penyebaran kuman

dengan menjaga

kebersihan diri dan

lingkungan.

TUK 3

Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas

kesehatan untuk

mencegah terjadinya

penyebaran penyakit

lepra

a. Menjelaskan

fasilitas kesehatan

yang dapat

digunakan dan

verbal

memakai handuk dan

peralatan mandi secara

bersama-sama, serta

menjaga kebersihan

lingkungan tempat tinggal.

Fasilitas yang dapat

digunakan adalah

Puskesmas untuk kontrol

kesehatan dan pemberian

pengobatan lepra.

lingkungan tidak kotor.

Mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan.

Mandi min 2x sehari.

Anjurkan pada

keluarga untuk mengulang

kembali hasil diskusi tentang

cara pencegahan penyebaran

penyakit M. Leprae.

Diskusikan bersama keluarga

tentang fasilitas layanan

kesehatan yang dapat

dimanfaatkan untuk penderita

TB Paru

22

Page 23: Skoring Dan Intervensi Kusta

4. setelah dilakukan tindakan, tidak terjadi resiko cedera pada bapak X keluarga bapak X

manfaatnya

b. Memanfaatkan

fasilitas kesehatan

setelah melakukan

kunjungan selama 3x30

menit, keluarga mampu :

TUK 1

verbal

Kunjungan Bpk X ke

Puskesmas untuk kontrol

penyakit lepra, pengobatan

dan pencegahan

komplikasi

Motivasi keluarga untuk

memanfaatkan fsilitas

kesehatan untukm kontrol

penyakit dan pengobatan lepra

secara rutin.

23