Skizofrenia paranoid .doc
Click here to load reader
-
Upload
anis-khairunnisa -
Category
Documents
-
view
98 -
download
3
description
Transcript of Skizofrenia paranoid .doc
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Rawamangun
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (anak
perempuan) pada tanggal 27 Maret 2013, pukul 12.00 WIB di Poliklinik Psikiatri
RS Persahabatan.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan untuk kontrol rutin
dan meminta resep karena obat yang dikonsumsi sudah habis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri Persahabatan untuk kontrol rutin dan
meminta resep karena obat yang dikonsumsi sudah habis. Saat ini pasien
mengeluh masih mendengar adanya suara-suara atau bisikan pada kedua
telinganya. Suara yang didengar oleh pasien tersebut dalam bentuk suara wanita
yang merupakan suara dari kakak ipar pasien sendiri. Pasien mengaku suara-suara
tersebut bersifat mengejek seperti “kamu bloon” dan terkadang menyuruh seperti
“kembalikan baju saya”. Pasien mengungkapkan bahwa suara-suara tersebut tidak
pernah menyuruhnya untuk berbuat jahat atau menyakiti orang lain. Pasien juga
mengaku bahwa suara-suara tersebut terdengar hampir setiap saat. Pasien merasa
kakak iparnya berniat berbuat jahat kepada dirinya dan menjambak rambut pasien
serta menampar pasien, padahal menurut penututran anaknya hal itu tidak pernah
terjadi. Anak pasien juga mengatakan ibunya masih suka berbicara sendiri. Satu
1
minggu yang lalu pasien mengaku seperti melihat sosok wanita memakai baju
berwarna hijau di rumahnya dan ingin berniat jahat, tetapi setelah di tanya kepada
anak pasien memang kakak iparnya pergi mengunjungi pasien sekitar satu
minggu yang lalu.
Menurut pasien dan anaknya, pasien tidak pernah marah-marah sendiri
tanpa sebab yang jelas. Pasien merasa bahwa sebenarnya keluhannya sudah mulai
membaik sejak beberapa bulan terakhir ini. Saat ini pasien sudah lebih mampu
untuk mengabaikan suara-suara yang terdengar dan apabila pasien sedang
beribadah atau beraktivitas seperti mengepel dan menyapu suara-suara yang ia
dengar kadang menghilang. Sejak awal pasien mengeluhkan mendengar suara-
suara, keluarga pasien rutin membawa pasien untuk berobat di Poliklinik Psikiatri
RSUP Persahabatan. Pasien merasa cocok dengan obat yang diberikan oleh
dokter sehingga sampai saat ini pasien selalu rutin untuk kembali kontrol dan
meminta resep obat bila habis.
Mulanya keluhan pasien dirasakan sejak 9 tahun yang lalu tepatnya pada
tahun 2004. Pasien mendengar suara bisikan berupa suara seorang perempuan
yaitu suara kakak ipar pasien yang memerintahkan untuk meminum baygon dan
pasien mengikutin perintah tersebut sehingga membuat pasien dirawat dirumah
sakit. Sebelum kejadian meminum baygon, pasien sudah marah – marah dan
curiga tanpa sebab jelas. Menurut cerita anak pasien, ibu nya pernah tiba –tiba
datang ke tempat kerjanya lalu berteriak teriak sambil mengatakan bahwa ada
seseorang yang berniat jahat kepada anaknya dan dia. Pada tahun 2005, pasien
pernah tiba – tiba pergi ke rumah kakak iparnya yang menurut pasien berniat
jahat kepadanya, disana pasien marah – marah sambil berteriak teriak. Pasien
merasa bahwa kakak iparnya berniat jahat kepada dirinya dan sering menghina
dirinya. Menurut cerita anak pasien, kakak iparnya pernah memberikan baju
kepada pasien, lalu pasien mendengar bisikan suara kakak iparnya untuk
mengembalikan baju tersebut karena baju itu miliknya, lalu pasien
mengembalikannya dan marah – marah sampai menampar kakak iparnya.
Menurut pengakuan anaknya, sebelumnya memang kakak ipar pasien jika
berbicara agak ketus dan pernah menghina pasien sebelum sakit. Sebelum sakit
pasien merupakan pribadi yang tertutup.
2
Pasien menyangkal pernah melihat adanya bayangan atau penampakan
yang hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga mengaku tidak pernah merasakan
halusinasi pada indera pengecapannya. Pasien mengatakan tidak pernah
merasakan menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh dirinya sendiri
sedangkan lingkungan sekitarnya tidak menghidu bau yang dikeluhkan pasien.
Selain itu pasien juga mengungkapkan bahwa tidak pernah merasakan di sekujur
tubuhnya seperti ada yang meraba atau merayapi. Pasien juga menyangkal saat
menonton televisi pembawa acara mengejek atau menertawakan pasien. Pasien
juga tidak pernah merasa seolah-olah rumah pasien menjadi lebih besar atau lebih
kecil daripada biasanya.
Sebelumnya pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala sehingga
kemungkinan besar tidak adanya gangguan mental organik. Pasien dan anak
perempuannya mengungkapkan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
keluhan yang sama seperti pasien. Pasien juga mengaku tidak pernah
mengkonsumsi atau memiliki riwayat menggunakan zat psikotropik (NAPZA),
alkohol, dan merokok.
Saat ini suasana perasaan pasien adalah cenderung senang karena pasien
mengatakan baru mendapatkan cucu. Pasien masih dapat melakukan aktivitas
sehari-hari untuk menjaga higienitas dirinya sendiri seperti mandi sendiri serta
melakukan beberapa pekerjaan rumah di antaranya menyapu, memasak, mencuci,
mengepel, dan menyetrika. Untuk mengisi waktu senggang, pasien bekerja di
rumah kakaknya membantu mencuci baju dan menyetrika. Tidak ada masalah
dalam nafsu makan. Pasien adalah seorang ibu dari 3 orang anak yang terdiri dari
2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Pasien juga telah memilki 3 orang cucu.
Saat ini pasien tinggal di rumahnya sendiri bersama anak laki-laki
pertamanya dan cucunya sedangkan kedua anaknya yang lain tinggal cukup jauh
dari rumah pasien. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dan biaya
berobat pasien dapatkan dari anak perempuannya. Pasien menikah saat usia 17
tahun dan menikah karena telah hamil duluan. Karena hal ini, pasien sering di
pojokan oleh saudaranya khususnya kakak iparnya. Suami pasien telah meninggal
sejak tahun 2006 karena kompilkasi Diabetes mellitus. Sebelum suami pasien
meninggal pasien merasa sedih dan kecewa karena suami pasien sakit sakitan dan
3
tidak kunjung sembuh. Menurut penyataan anaknya, ayah ibu nya dulu sering
bertengkar dan ayah pasien pernah berselingkuh. Menurut pasien, ia dilahirkan
secara normal dan tidak ada penyulit selama masa kandungan maupun proses
persalinan. Pasien mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 2 SD dikarenakan
pasien tidak memiliki keinginan untuk meneruskan sekolah dan faktor ekonomi
keluarga yang tidak mencukupi dan hingga saat ini pasien tidak dapat membaca.
Pasien merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Hubungan pasien
dengan anggota keluarga terjalin baik termasuk dengan anak-anaknya akan tetapi
terhadap kakak iparnya pasien sedikit takut dan menjauh karena pasien merasa
kakak iparnya ingin berbuat jahat terhadapnya. Menurut anak pasien, kakak ipar
pasien memang memiliki sifat ketus terhadap pasien akan tetapi kakak ipar pasien
tidak pernah menyakiti ibunya secara kasar. Anak pasien juga mengatakan bahwa
pasien merasa kakak iparnya ketus sejak sakit. Pasien tidak pernah merasa takut
untuk berinteraksi dengan orang lain atau berada di tempat keramaian. Pasien
masih mengikuti arisan keluarga yang diadakan setiap dua bulan sekali. Pasien
tidak pernah merasa orang lain sedang membicarakan atau menertawakan pasien.
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik terhadap tetangganya. Pasien seorang
pemeluk agam Islam yang taat beribadah dan rajin sholat 5 waktu. Saat ini pasien
memiliki keinginan untuk sembuh dan bisa beraktivitas seperti layaknya orang
normal.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
2. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif, alkohol, dan merokok.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Pranatal
4
Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal dan tidak ditemukan
adanya penyulit selama masa dalam kandungan maupun saat proses
persalinan.
2. Riwayat Masa Kanak-Kanak dan Rsemaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia sebagaimana anak seusianya
usianya sehingga pasien tidak terdapat gangguan dalam masa
pertumbuhan dan perkembangannya. Pasien mengaku pernah menempuh
pendidikan hanya sampai kelas 2 SD dan sampai saat ini pasien tidka
dapat membaca. Prestasi pasien selama menjalani pendidikan tersebut
termasuk biasa-biasa saja dan tidak ada yang menonjol. Pasien tidak
pernah tinggal kelas.
3. Riwayat Masa Akhir Anak – Anak
Pasien tumbuh dengan baik dan tidak terdapat masalah dalam kehidupan
sosial.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien mengaku pernah mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SD.
Prestasi pasien selama menjalani masa pendidikan termasuk biasa-biasa
saja dan tidak ada yang menojol. Pasien mampu bersosialisasi dengan
teman-teman disekolahnya.
5. Riwayat pekerjaan
Saat ini pasien membantu pekerjaan rumah untuk mencuci dan menyetrika
di rumah saudaranya.
6. Riwayat agama
Pasien seorang pemeluk agam Islam, taat dalam menjalankan ibadahnya,
dan rajin sholat 5 waktu.
7. Aktivitas sosial
Aktivitas sosial yang dijalankan pasien yaitu bergaul dengan lingkungan
sekitarnya dan sesekali masih ikut dalam kegiatan kumpul keluarga seperti
5
arisan keluarga. Selain itu kegiatan pasien selebihnya berada di rumah dan
melakukan aktivitas sehari-hari seperti mencuci, menyapu, mengepel,
menyetrika, memasak, makan, tidur, dan menonton televisi.
E. Hubungan dengan keluarga
Hubungan pasien dengan keluarganya terjalin baik, hanya saja pasien merasa
bahwa kakak iparnya ketus terhadapnya. Keluarga pasien juga mendukung
pasien untuk sembuh.
F. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien
G. Riwayat Situasi Sosial Sekarang
Pasien seorang perempuan berusia 61 tahun, berstatus janda dengan 3 orang
anak. Saat ini tinggal bersama anak laki-lakinya dan cucu nya di rumah milik
pasien sendiri sedangkan kedua anaknya yang lain tinggal cukup jauh dari
pasien. Hubungan dengan anak dan keluarganya baik. Aktivitas sehari hari
pasien saat ini dirumah menonton tv, menyapu dan mengepel, terkadang
pasien membantu mencuci di rumah kakaknya. Saat ini pasien ingin sembuh
dan beraktivitas seperti layaknya orang normal. Untuk biaya hidup sehari-hari
dan biaya pengobatan pasien diperoleh dari upah menerima pekerjaan
mencuci di rumah saudaranya, dan bantuan dari anak-anaknya.
H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Harapan pasien adalah pasien ingin sembuh dan mampu beraktivitas serta
menjalani hidup seperti layaknya orang normal.
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
6
Pasien perempuan usia 61 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian
rapi, ekspresi tenang, perawatan diri baik, proporsi tubuh normal, rambut
keriting ikal berwarna hitam keputihan, dan warna kulit sawo matang.
2. Kesadaran
Kesadaran umum : Compos Mentis.
Kontak psikis : Dapat dilakukan pasien dan cukup wajar.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cara berjalan : Baik.
a. Aktifitas psikomotor : Pasien kooperatif, kontak mata baik, tidak ada
gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
4. Pembicaraan
Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan
dokter dengan baik dan pasien mampu mengungkapkan isi hatinya
dengan cukup jelas.
Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal,
artikulasi jelas, pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif.
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood : Cenderung senang.
2. Afek : Cukup luas.
3. Keserasian : Mood dan afek serasi.
4. Empati : Pemeriksa dapat meraba rasakan perasaan pasien
saat ini.
C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien mengaku hanya sekolah sampai kelas 2 SD dan saat ini pasien
tidak dapat membaca. Prestasi pasien biasa-biasa saja dan tidak
menonjol selama menempuh pendidikan, serta tidak pernah tinggal
kelas.
7
Pengetahuan umum
Cukup baik, pasien dapat mengetahui siapa presiden Republik
Indonesia sekarang.
2. Daya konsentrasi
Cukup baik, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal
sampai dengan selesai. Pasien juga mampu menjawab dengan benar
pertanyaan 100-7 = 93, 93-7= 86.
3. Orientasi
Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat yaitu siang
hari.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berada di
poliklinik psikiatri RS. Persahabatan.
Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter.
Situasi : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang berobat dan
berkomunikasi dengan dokter.
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana SD tempat dia sekolah.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien datang ke RS. Persahabatan menggunakan bajaj
ditemani oleh anak perempuannya.
Daya ingat segera
Tidak optimal, pasien hanya dapat mengulang kembali 3 nama kota
dari lima nama kota yang diberikan oleh pemeriksa secara berurutan.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini.
5. Pikiran abstrak
Tidak baik, pasien tidak mengerti makna dari pribahasa “air susu dibalas
dengan air tuba” dan “tong kosong nyaring bunyinya” yang diberikan oleh
pemeriksa.
8
6. Bakat kreatif
Baik, mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel,
mencuci, menyetrika, dan memasak.
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu
mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi dan ilusi
Halusinasi : terdapat halusinasi auditorik sedangkan halusinasi visual,
olfaktorik, gustatorik, dan taktil tidak ditemukan.
Ilusi : tidak terdapat ilusi pada pasien.
2. Depersonalisasi dan derealisasi
Depersonalisasi : Tidak terdapat depersonalisasi pada pasien.
Derealisasi : Tidak terdapat derealisasi pada pasien.
E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
Produktivitas : Baik, pasien dapat menjawab spontan bila
diajukan pertanyaan, banyak ide-ide yang diutarakan pasien.
Kontinuitas : Baik, koheren.
Hendaya : Tidak terdapat hendaya berbahasa pada pasien
ini.
2. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada preokupasi.
Gangguan pikiran : Terdapat waham kejar pada pasien. Pasien
merasa kakak iparnya ingin berbuat jahat kepadanya.
F. PENGENDALIAN IMPULS
9
Baik, pasien dapat mengendalikan dirinya sendiri serta melakukan wawancara
dengan baik.
G. DAYA NILAI
1. Norma Sosial
Pasien dapat besosialisasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Uji Daya Nilai
Baik, karena ketika diberikan perumpamaan jika pasien bertemu anak
kecil yang sedang berada di pinggir jalan yang ramai dan ingin
menyebrang maka pasien akan membantu nya untuk menyebrang.
3. Penilaian realitas
Terdapat gangguan dalam menilai realita, karena pasien memiliki
halusinasi auditorik.
H. PERSEPSI PASIEN TERHADAP DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Menurut penilaian pemeriksa sebagai dokter terhadap pasien yaitu saat ini
pasien sadar bahwa dia sakit dan memiliki keinginan untuk sembuh sehingga
pasien rutin kontrol ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.
I. TILIKAN / INSIGHT
Tilikan derajat 5, dimana pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan gejala-
gejala yang dideritanya itu disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan
sendiri, tanpa menerapkan pengetahuan hal ini untuk masa yang akan datang.
J. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat
dipercaya, karena pasien konsisten terhadap setiap pertanyaan yang diberikan.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
1. Keadaan umum : Baik, Compos Mentis
2. Tanda vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
10
- Frekuensi nadi : 78 x / menit
- Frekuensi napas : Kesan dalam batas normal
- Suhu : Afebris
3. Bentuk badan : Kesan dalam batas normal
4. Sistem kardiovaskular : Tidak ada kelainan
5. Sistem muskuloskeletasl : Tidak ada kelainan
6. Sistem gastrointestinal : Tidak ada kelainan
7. Sistem urogenital : Tidak ada kelainan
8. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan
b. Status Neurologis
1. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal
2. Saraf motorik : Kesan dalam batas normal
3. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal
4. Susunan saraf vegetatif : Tidak ada kelainan
5. Fungsi luhur : Tidak ada kelainan
6. Gangguan khusus : Tidak ada kelainan
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien perempuan berumur 61 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RS.
Persahabatan untuk kontrol rutin dan meminta resep karena obatnya habis.
Pada pasien masih didapatkan halusinasi auditorik suara-suara yang
didengar hampir setiap saat. Suara yang didengar adalah suara seorang
wanita menyerupai suara kakak ipar pasien yang sifatnya mengejek
(commenting) pasien serta keluarganya, saat ini pasien mencoba
mengabaikan suara tersebut dengan cara mengalihkan dengan melakukan
aktivitas. Terdapat waham kejar dimana pasien merasa kakak iparnya
berniat berbuat jahat kepadanya. Berdasarkan pengakuan dari anak
kandung pasien, pasien suka berbicara sendiri (autism) dan tidak pernah
marah-marah tanpa sebab yang jelas. Keluhan ini sudah berlangsung sejak
tahun 2004.
11
Pasien merasa cocok dengan obat yang diberikan dokter, menurut pasien
dengan obat itu membuat perasaan pasien sehari-hari menjadi lebih enak.
Fungsi kognitif pada pasien masih baik, begitu pula dengan pengendalian
impuls masih baik.
Pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala. Orientasi waktu, tempat,
orang, dan situasional masih baik. Daya ingat jangka pendek, panjang, dan
sewaktu masih baik.
Terdapat masalah pada pikiran abstrak pasien dimana pasien tidak
mengerti makna dari pribahasa “tong kosong nyaring bunyinya” dan “air
susu dibalas dengan air tuba” dan ujia daya nilai baik.
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa dengan
pasien.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikotropika (NAPZA), minum
alkohol, dan merokok.
Pasien tidak mengalami rasa gembira berlebihan dan sedih berlebihan.
Pasien lahir secara normal dan tidak terdapat penyulit selama masa
kandungan dan saat proses persalinan. Masa kanak-kanak, remaja, hingga
dewasa pasien memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik.
Pasien hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SD dengan prestasi
biasa-biasa saja, tidak menonjol, dan tidak pernah tinggal kelas. Sampai
sekarang pasien tidak dapat membaca.
Keadaan umum baik dan tidak ditemukan gangguan medis pada pasien.
Pasien adalah seorang ibu dari tiga orang anak, suami pasien telah
meninggal pada tahun 2006. Saat ini pasien tinggal bersama anak
pertamanya di rumahnya sendiri sedangkan kedua anaknya tinggal cukup
jauh dari pasien. Untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya
pengobatan diperoleh dari bantuan dari anak-anak pasien.
Hubungan pasien dengan keluarganya terjalin baik, hanya saja pasien
merasa bahwa kakak iparnya ketus terhadapnya. Keluarga pasien juga
mendukung pasien untuk sembuh.
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
Pasien ini didapatkan gejala sedang dan disabilitas sedang (moderate).
12
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
pasien terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna
sehingga dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi
sehari-hari maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa.
Diagnosis Aksis I
Pasien ini tidak memiliki riwayat trauma kepala ataupun penyakit yang
dapat mengakibatkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat
kesadaran, daya konsentrasi, orientasi, serta fungsi kognitif pasien yang
masih baik sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental
organik (F.0).
Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat konsumsi obat psikoaktif
(NAPZA) serta tidak ditemukan riwayat mengkonsumsi alkohol dan
merokok sehingga pasien ini bukan menderita gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol (F.1).
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang
ditandai dengan adanya halusinasi sehingga pasien ini dapat dikatakan
menderita gangguan psikotik (F.2).
Gangguan berupa halusinasi ini sudah berlangsung selama kurang lebih 8
tahun sejak tahun 2004, sehingga pasien dapat dikatakan penderita
Skizofrenia (F.20).
Pada pasien ini terdapat halusinasi auditorik. Keluhan ini sudah
berlangsung selama 9 tahun tepatnya sejak tahun 2004, maka pasien ini
menderita Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
Saat ini suara-suara atau bisikan yang dirasakan pasien sudah berkurang,
terutama pada saat pasien beribadah atau saat beraktivitas. Pasien
mengakui saat ini kondisinya lebih baik dari sebelumnya. Hal itu pun
didukung oleh anak kandung pasien. Pasien juga rutin kontrol serta
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan secara teratur. Oleh karena itu,
pasien didiagnosis menderita gangguan Skizofrenia Paranoid dalam
Remisi Partial (F.20.5).
13
Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang pasien normal, pasien mampu bersosialisasi dan
berinteraksi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya. Maka pada
pasien ini tidak didapatkan gangguan kepribadian. Pasien hanya dapat
menyelesaikan pendidikan sampai kelas 2 SD dan tidak dapat membaca, fungsi
kognitif kurang baik & terdapat retardasi mental ringan maka pada pasien ini
terdapat gangguan retardasi mental ringan. Oleh karena ditemukan gangguan
retardasi mental ringan maka pada pasien ini aksis II terdapat Retradasi Mental
Ringan.
Diagnosis Aksis III
Dari Anamnesa dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis pada
pasien ini tidak ditemukan kelainan, maka pada pasien ini aksis III tidak
terdapat diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Pasien adalah Pasien adalah seorang ibu dari tiga orang anak, suami
pasien telah meninggal pada tahun 2006. Saat ini pasien tinggal bersama anak
pertamanya di rumahnya sendiri sedangkan kedua anaknya yang lain tinggal
cukup jauh dari pasien. Untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya
pengobatan diperoleh dari upah menerima pekerjaan mencuci di rumah saudara
pasien dan bantuan dari anak-anak pasien. Pasien merasa kurang dalam memnuhi
kebutuhan sehari-hari. Pasien dapat berinteraksi serta bersosialisasi terhadap
keluarga dan orang lain dengan baik. Maka pada aksis IV pasien ini dapat
diambil kesimpulan adanya masalah ekonomi.
Diagnosis Aksis V
Pada pasien ini didapatkan beberapa gejala sedang (moderate) serta
disabilitas sedang. Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale 60-51.
14
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid dalam Remisi Partial (F.20.5).
Aksis II : Tidak ada diagnosis.
Aksis III : Tidak ada diagnosis.
Aksis IV : Terdapat masalah ekonomi.
Aksis V : GAF Scale 60-51.
VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : Tidak ada kelainan.
Psikologis : Terdapat halusinasi auditorik.
Sosioekonomi : Terdapat masalah ekonomi.
IX. PROGNOSIS
Prognosis ke arah baik
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan
pasien.
Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.
Respon terhadap pengobatan baik
Mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga terhadap kesembuhan
pasien
Prognosis ke arah buruk
Perjalanan penyakit sudah berlangsung cukup lama sejak 9 tahun yang
lalu.
Pasien memiliki masalah ekonomi.
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah:
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
15
X. TERAPI
Psikofarmaka :
Trihexyphenidil 3 x 2 mg
Haloperidol 3 x 5 mg
Chlorpromazine 2 x 100 mg, malam
Psikoterapi :
a. Pada pasien
- Berusaha untuk beradaptasi dan mengabaikan jika ada suara-suara yang
terdengar.
- Edukasi pada pasien pentingnya untuk kontrol rutin setiap bulan dan
minum obat secara teratur.
- Melakukan hobi yang disukai oleh pasien untuk mengisi waktu kosong
seperti mendengarkan musik apabila gejala yang dirsakan pasien kambuh.
- Menyarankan agar pasien lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri
kepada Tuhan YME agar dirinya diberi ketenangan dalam menghadapi
masalah yang ada.
b. Pada keluarga
- Edukasi tentang keadaan penyakit pasien dan kondisi pasien,
mengingatkan pasien untuk minum obat teratur, mengingatkan pasien
untuk menjaga dan merawat diri dengan baik.
- Memberikan perhatian, dukungan, serta semangat penuh terhadap pasien.
- Mendampingi pasien untuk kontrol berikutnya.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003.
2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
pertama. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
3. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT.
Nuh Jaya. Jakarta. 2007.
18