Skenario 4 Bayi Kuning

35
Skenario 4 BAYI KUNING Seorang ibu membawa bayi laki-laki yang berumur 5 hari ke poliklinik dengan keluhan bayi tampak kuning. Sudah 2 hari bayi tampak kuning dan tidak menghilang dengan dijemur dipanas matahari. Bayi merupakan anak pertama, hamil premature 35 minggu, lahir secara spontan ditolong oleh bidan dan lahir langsung menangis, BBL 2.200 gr, PBL 47 cm. Saat hamil ibu tidak ada keluhan sama sekali. Selama 1 hari terakhir bayi tampak sulit menetek, lebih sering tidur. Bayi demam dan tali pusat kemerahan dan berbau. KATA KUNCI : Kuning, Prematur, Sulit menetek, Demam, Tali pusat kemerahan dan berbau. I. Kata Sulit Lahir Spontan Dengan kekuatan ibu sendiri. Bayi kuning (icterus neonatorum) Warna kuning pada kulit dan mukosa dan meningkatnya kadar bilirubin darah. PBL Panjang lahir yang diukur 1 jam setelah kelahiran dengan panjang kisaran normal 48-52 cm BBL Berat badan lahir yang dinilai max 1 jam setelah kelahiran dengan kisaran normal 2500-3999 gr 1

description

ss

Transcript of Skenario 4 Bayi Kuning

Page 1: Skenario 4 Bayi Kuning

Skenario 4

BAYI KUNING

Seorang ibu membawa bayi laki-laki yang berumur 5 hari ke poliklinik dengan keluhan bayi

tampak kuning. Sudah 2 hari bayi tampak kuning dan tidak menghilang dengan dijemur dipanas

matahari. Bayi merupakan anak pertama, hamil premature 35 minggu, lahir secara spontan

ditolong oleh bidan dan lahir langsung menangis, BBL 2.200 gr, PBL 47 cm. Saat hamil ibu

tidak ada keluhan sama sekali.

Selama 1 hari terakhir bayi tampak sulit menetek, lebih sering tidur. Bayi demam dan tali pusat

kemerahan dan berbau.

KATA KUNCI : Kuning, Prematur, Sulit menetek, Demam, Tali pusat kemerahan dan berbau.

I. Kata Sulit

Lahir Spontan

Dengan kekuatan ibu sendiri.

Bayi kuning (icterus neonatorum)

Warna kuning pada kulit dan mukosa dan meningkatnya kadar bilirubin darah.

PBL

Panjang lahir yang diukur 1 jam setelah kelahiran dengan panjang kisaran

normal 48-52 cm

BBL

Berat badan lahir yang dinilai max 1 jam setelah kelahiran dengan kisaran

normal 2500-3999 gr

Bayi dengan berat badan normal, yaitu > 2500 gram.

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram  – 

2500 gram.

Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya

adalah 1000-1500 gram

Bayi dengan berat lahir  ekstrem rendah (BBLER), dimana  berat  lahirnya 

adalah < 1000 gram

1

Page 2: Skenario 4 Bayi Kuning

II. Rumusan Masalah

1. Diagnosis ?

2. Mengapa kuning tidak hilang saat dijemur?

3. Hubungan talipusat berbau dengan kasus?

4. Hubungan sulit menetek dengan kasus?

5. Adakah hubungan prematuritas dengan kuning ?

6. Onset dengan kasus?

7. Tatalaksana awal?

8. Emergensi / tidak ?

9. Keluhan selama kehamilan yang berhubungan dengan bayi kuning ?

10. Hubungan BBL dan PBL abnormal dengan kasus?

11. Patofisiologis / fisiologis ?

III. Analisis masalah

1. Omphalitis tali pusat kemerahan dan berbau, demam, malas minum.

Ikterus patofis : ikterus yang berkaitan dengan proses hemolitik dan infeksi

Ikterus Fisiologis muncul setelah 5 hari

Dx Kerja : Ikterus Neonatorum

2. Ikterus yang fisiologis akan hilang setelah 2 minggu.

3. Tanda infeksi

4. Tanda infeksi

5. Ikterus pada BBLR dan bayi kuning kurang bulan

Hepar belum bekerja optimal, albumin rendah

HbF banyak dan bayi baru lahir HbF mudah pecah

6. Onset dapat menentukan fisiologis atau tidak

7. Lakukan px TSB dan TCB

Evaluasi penyebab terapi sinar

Tetap diberi ASI untuk mencegah penyerapan bilirubin

Bersihkan talipusat dengan antiseptic dan beri AB selep neomisin

8. Unconjugated bilirubin otak Kernikterus (GAWAT)

2

Page 3: Skenario 4 Bayi Kuning

9. Menanyakan penyakit terdahulu dan sekarang apakah ibunya mempunyai

riwayat penyakit hepatitis.

10. Ikterus dan BBLR akibat bayi premature dimana hepar belum terlalu matur dan

hemolisis HbF masih ditinggi dimana nantinya akan pembentukan bilirubin juga

tinggi.

11. Harus lakukan pemeriksaan penunjang dan lihat indeks Kramer dan konversinya.

IV. Peta Konsep

3

Edukasi

Patofisiologi ikterus neonatorum

Etiologi dan Faktor Risiko

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis Banding

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala dan Tanda

Komplikasi

Tatalaksana

Page 4: Skenario 4 Bayi Kuning

V. Sasaran Belajar

1. Gejala dan Tanda bayi dengan hiperbilirubinemia

2. Patofisiologi hiperbilirubinemia

3. Etiologi hiperbilirubinemia dan cara membedakannya.

4. Diagnosis banding bayi kuning

5. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis

6. Pengelolaan hiperbilirubinemia

7. Komplikasi

VI. Balajar Mandiri

1. Gejala dan Tanda bayi dengan hiperbilirubinemia.

Perubahan warna pada KULIT dan MATA bayi yang menjadi kekuningan,

biasanya terlihat pada bagian hidung dan wajah, kemudian menjalar ke arah bawah

ke seluruh bagian tubuhnya hal ini diakibatkan karena kelebihan bilirubin dalam

darah bayi .

TANDA-TANDA BAYI KUNING :

Kulit kuning.

Mata kuning.

Bayi kurang aktif.

Susah untuk diberi ASI

Dari Pemeriksaan Klinis didapatkan :

Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan

menggunakan pencahayaan yang memadai.

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak

terlihat dengan penerangan yang kurang.

Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan

ekstremitas.

Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit

dan jaringan subkutan:

4

Page 5: Skenario 4 Bayi Kuning

Hari 1, tekan pada ujung hidung atau dahi;

Hari 2, tekan pada lengan atau tungkai;

Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.

salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan

mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari

telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang

hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau

kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan

dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.

5

Page 6: Skenario 4 Bayi Kuning

Gejala :

Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat seperti dempul.

Perut membuncit dan pembesaran hati.

Letargik,lemas dan tidak mau menghisap.

Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,

kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

2. Patofisiologi Hiperbilirubinemia

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin

pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat

peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit

janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan

sirkulasi enterohepatik.

Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan

kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y berkurang atau

pada keadaan proten Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi

dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan

peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar

(defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang menderita gangguan

ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu

intra/ekstra hepatik.

Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan

tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar

larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya

efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.

Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.

Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin

akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya

6

Page 7: Skenario 4 Bayi Kuning

bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya

kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin

indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan

imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan

susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi.

Bayi mengalami icterus pada minggu pertama kehidupan karena :

• Meningkatnya produksi bilirubin

– Turnover sel darah merah yang lebih tinggi

– Penurunan umur sel darah merah

• Penurunan ekskresi bilirubin

– Penurunan uptake dalam hati

– Penurunan konyugasi oleh hati

– Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik

Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu

7

Page 8: Skenario 4 Bayi Kuning

Ikterus Fisiologis

• Ikterus fisiologis pada BCB

– Awitan terjadi setelah 24 jam

– Memuncak pada 3 sampai 5 hari

– Menurun setelah 7 hari

• BCB rata-rata memiliki kadar bilirubin serum puncak 5-6 mg/dL

• Ikterus fisiologis berlebihan bilirubin serum puncak 7-15 mg/dL pada BCB.

Ikterus Patologis

• Awitan terjadi sebelum usia 24 jam

• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam

• Tingkat cutoff

> 15 mg/dl (12 mg) pada bayi cukup bulan

> 10 mg/dl pada bayi prematur

• Ikterus bertahan

> 8 hari pada bayi cukup bulan

> 14 hari pada bayi prematur

• Tanda-tanda penyakit lain

3. Etiologi Hiperbilirubinemia dan cara membedakannya

Peningkatan produksi bilirubin, yaitu keadaan yang berhubungan dengan

pemecahan eritrosit yang abnormal, sebagai contoh pada :

– Hemolisis

– Inkompatibilitas golongan darah fetal-maternal

– Polisitemia

– Abnormalitas sel darah merah (hemoglobinopati, defek enzim dan

membran)

8

Page 9: Skenario 4 Bayi Kuning

Gangguan uptake bilirubin, sebagai contoh pada:

– Obat-obatan seperti rifamisin, probenasid

– Gagal jantung kongestif

Gangguan konjugasi bilirubin, sebagai contoh :

– Sindrom Criggler-Najjar tipe 1 dan 2

– Sindrom Gilbert

– Hipotiroidisme

– Breast-milk jaundice

Gangguan eksresi bilirubin, sebagai contoh :

– Peningkatan sirkulasi enterohepatik

– Breast feeding

– Inborn error of metabolism

– Hormon dan obat-obatan

– Prematur

– Kolestasis

– Obstruksi biliary tree

Cara Membedakan

Hiperbilirubinemia Indirek

Gangguan sejak produksi sampai konjugasi : hemolisis, sindrom

Gilbert, Sindrom Criggler-Najjar .Ditandai :

Tidak ada bilirubin dalam urin

Peningkatan urobilinogen urin

Peningkatan bilirubin indirek dalam serum

Hiperbilirubinemia Direk

Gangguan pada proses setelah konjugasi sampai pengeluaran

bilirubin ke dalam usus.Ditandai :

Tidak ada urobilinogen dalam urin

9

Page 10: Skenario 4 Bayi Kuning

Ada bilirubin dalam urin

Peningkatan bilirubin direk dalam serum

4. Diagnosis Banding bayi kuning

Ikterus yang terjadi pada saat lahir atau dalam waktu 24 jam pertama

kehidupan mungkin sebagai akibat eritroblastosis foetalis, sepsis, penyakit inklusi

sitomegalik, rubela atau toksoplasmosis kongenital. Ikterus pada bayi yang

mendapatkan tranfusi selama dalam uterus, mungkin ditandai oleh proporsi bilirubin

bereaksi-langsung yang luar biasa tingginya.

Ikterus yang baru timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3, biasanya bersifat

“fisiologik”, tetapi dapat pula merupakan manifestasi ikterus yang lebih parah yang

dinamakan hiperbilirubinemia neonatus. Ikterus nonhemolitik familial (sindroma

Criggler-Najjar) pada permulaannya juga terlihat pada hari ke-2 atau hari ke-3.

Ikterus yang timbul setelah hari ke 3, dan dalam minggu pertama, harus dipikirkan

kemungkinan septikemia sebagai penyebabnya; keadaan ini dapat disebabkan oleh

infeksi-infeksi lain terutama sifilis, toksoplasmosis dan penyakit inklusi sitomegalik.

Ikterus yang timbul sekunder akibat ekimosis atau hematoma ekstensif dapat terjadi

selama hari pertama kelahiran atau sesudahnya, terutama pada bayi prematur.

Polisitemia dapat menimbulkan ikterus dini.

Ikterus yang permulaannya ditemukan setelah minggu pertama kehidupan,

memberi petunjuk adanya, septikemia, atresia kongenital saluran empedu,

hepatitis serum homolog, rubela, hepatitis herpetika, pelebaran idiopatik

duktus koledoskus, galaktosemia, anemia hemolitik kongenital (sferositosis)

atau mungkin krisis anemia hemolitik lain, seperti defisiensi enzim piruvat kinase

dan enzim glikolitik lain, talasemia, penyakit sel sabit, anemia non-sperosit

herediter), atau anemia hemolitik yang disebabkan oleh obat-obatan (seperti pada

defisiensi kongenital enzim-enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, glutation

sintetase, glutation reduktase atau glutation peroksidase) atau akibat terpapar oleh

bahan-bahan lain.

10

Page 11: Skenario 4 Bayi Kuning

Ikterus persisten selama bulan pertama kehidupan, memberi petunjuk

adanya apa yang dinamakan “inspissated bile syndrome” (yang terjadi menyertai

penyakit hemolitik pada bayi neonatus), hepatitis, penyakit inklusi sitomegalik,

sifilis, toksoplasmosis, ikterus nonhemolitik familial, atresia kongenital saluran

empedu, pelebaran idiopatik duktus koledoskus atau galaktosemia. Ikterus ini

dapat dihubungkan dengan nutrisi perenteral total.

Kadang-kadang ikterus fisiologik dapat berlangsung berkepanjangan sampai

beberapa minggu, seperti pada bayi yang menderita penyakit hipotiroidisme atau

stenosis pylorus.

Tanpa mempersoalkan usia kehamilan atau saat timbulnya ikterus,

hiperbilirubinemia yang cukup berarti memerlukan penilaian diagnostik yang

lengkap, yang mencakup penentuan fraksi bilirubin langsung (direk) dan tidak

langsung (indirek) hemoglobin, hitung leukosit, golongan darah, tes Coombs dan

pemeriksaan sediaan apus darah tepi. Bilirubinemia indirek, retikulositosis dan

sediaan apus yang memperlihatkan bukti adanya penghancuran eritrosit, memberi

petunjuk adanya hemolisis; bila tidak terdapat ketidakcocokan golongan darah, maka

harus dipertimbangkan kemungkinan adanya hemolisis akibat nonimunologik. Jika

terdapat hiperbilirubinemia direk, adanya hepatitis, kelainan metabolisme bawaan,

fibrosis kistik dan sepsis, harus dipikirkan sebagai suatu kemungkinan diagnosis.

Jika hitung retikulosit, tes Coombs dan bilirubin direk normal, maka

mungkin terdapat hiperbilirubinemia indirek fisiologik atau patologik.

11

Page 12: Skenario 4 Bayi Kuning

5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis ikterus

pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran ikterus

ke arah kaudal tubuh.

Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai

berikut :

Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat

kelahiran.

Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat

pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.

Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam

pertama kelahiran

Pemeriksaan sistematis ikterus pada neonates

12

Page 13: Skenario 4 Bayi Kuning

• Ibu hamil – golongan darah dan jenis Rh

• Jika ibu Rh negatif atau memiliki golongan darah O periksa golongan

darah/jenis Rh/DAT tali pusat bayi

• Memantau ikterus pada bayi setidaknya setiap 8 sampai 12 jam

• Jika tingkat ikterus kelihatannya terlalu tinggi untuk usia bayi, lakukan

pengukuran bilirubin transkutan atau bilirubin serum total

A. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Kemungkinan :

Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.

Infeksi intrauterine (oleh virus, toksoplasma, kadang-kadang

bakteri)

Kadang-kadang defisiensi G-6PD

Pemeriksaan yang perlu dilakukan :

Kadar bilirubin serum berkala

Darah tepi lengkap

Golongan darah ibu dan bayi

Uji Coombs untuk menentukan adanya antibody pada

permukaan eritrosit dan anti-antibodi pada serum.

Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6PD

B. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologis.

Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau

golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan

kadar.bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg% per 24 jam.

Defisiensi enzim G6PD juga mungkin.

Polisitemia

Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan

subaponeurosis,perdarahan hepar subkapsuler dan lain-lain).

Hipoksia.

13

Page 14: Skenario 4 Bayi Kuning

Sferositosis, elipsitosis, dan lain-lain.

Dehidrasi asidosis.

Defisiensi enzim eritrosit lainnya

Pemeriksaan yang perlu dilakukan : bila keadaan bayi baik dan

peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi,

pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan penyaring enzim G-6-

PD, dll.

Pemeriksaan Bilirubin

Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis

ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan

serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat

meningkatkan  morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total.

Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil).

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar

bilirubin total > 20 mg/dL atau usia bayi > 2 minggu. 

Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan

prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang

450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang

sedang diperiksa.

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang

amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan

multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan

bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining, bukan untuk diagnosis.

14

Page 15: Skenario 4 Bayi Kuning

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan

skrining. Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan

bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan

skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah

terjadinya ensefalopati hiperbilirubin.

Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini

menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin

serum yang rendah. 

Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin

bebas. Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini

berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin

menjadi substansi tidak berwarna. Dengan pendekatan bilirubin bebas, tata laksana

ikterus neonatorum akan lebih terarah. 

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin

dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran

konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks

produksi bilirubin.

Tabel 1. Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia   Kuning terlihat pada   Tingkat keparahan ikterus  

Hari 1

Hari 2

Hari 3

Bagian tubuh manapun

Tengan dan tungkai *

Tangan dan kaki

Berat

 

 

* Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan

terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan

sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar  secepatnya. Tidak perlu

menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.

15

Page 16: Skenario 4 Bayi Kuning

6. Pengelolaan Hiperbilirubinemia

1. Penilaian Ikterus

16

Page 17: Skenario 4 Bayi Kuning

            Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan

sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.

Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya kern-

ikterus, misalnya kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan dibawah sinar

biasa (day light)

Penilaian Ikterus menurut Kramer

Daerah Luas IkterusKadar

Bilirubin

1 Kepala dan leher 5 mg%

2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg%

3Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan

tungkai

11 mg%

4Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki di bawah

dengkul

12 mg%

5 Daerah 1, 2, 3, 4 + tangan dan kaki 16 mg%

2. Penanganan

1.      Ikterus Fisologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat,

aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya

kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan

beberapa cara berikut:

a) Minum ASI dini dan sering.

b) Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO.

c) Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol

lebih cepat (terutama bila tampak kuning).

Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dL dapat digunakan sebagai faktor

prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama

17

Page 18: Skenario 4 Bayi Kuning

kehidupannya. Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan

membutuhkan biaya yang cukup besar.

2.      Tata Laksana Awal Ikterus Neonatorum ( WHO )

a) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat.

b) Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis.

c) Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombs :

1) Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar,

hentikan terapi sinar.

2) Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya

terapi sinar, lakukan terapi sinar.

3) Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab

hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga, lakukan uji

saring G6PD bila memungkinkan.

d) Tentukan diagnosis banding

3.      Mencegah terjadinya kern-ikterus

a) Dalam hal ini yang penting adalah pengamatan yang ketat dan cermat perubahan

peningkatan kadar bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan

besar menjadi patologis yaitu :

Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.

Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup

bulan atau > 10 mg% pada neonatus kerang bulan.

Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.

Mengatasi hiperbilirubinemia

b) Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fitoterapi.

c) Tranfusi darah tukar, dengan indikasi :

Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg%.

18

Page 19: Skenario 4 Bayi Kuning

Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3 – 1 mg% per

jam.

Anemia berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.

Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan Uji Coomb direk positif.

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin (modifikasi

dari Maisels 1972)

Bilirubi

n

< 24 jam 24-26Jam 49-72jam >72 jam

< 5 mg

%Pemberian makanan dini

5-9 mg

%

Terapi sinar

bila hemolisisKalori cukup

10-14

mg%

Transfusi

tukar* bila

hemolisis

Terapi sinar

15-19

mg%

Transfusi

tukar*

Transfusi

tukar* bila

hemolisis

Terapi sinar+ +

>20 mg

%Transfusi tukar+

*Sebelum dan sesudah transfusi tukar beri terapi sinar+ Bila tidak berhasil transfusi tukar

Bilirubin < 5 mg% selalu observasi

Bilirubin > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki.

19

Page 20: Skenario 4 Bayi Kuning

Bagan Penanganan Ikterus Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda Warna kuning pada kulit dan sclera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang.

KategoriNormal Fisiologik PatologikPenilaian

-    Daerah ikterus (rumus Kramer)

-    Kuning hari ke:-    Kadar bilirubin

11-2≤ 5 mg%

1 + 2>35-9 mg%

1 sampai 4>311-15 mg%

1 sampai 5>3>15-20 mg%

1 sampai 5>3>20 mg%

Penanganan

Bidan atau puskesmas

Terus diberi ASI

-   Jemur di matahari pagi jam 7-9 selama 10 menit

-   Badan bayi telanjang, mata ditutup.

-   Terus beri ASI-   Banyak minum

-   Rujuk ke  rumah sakit

-   Banyak minum

Rumah sakit Sama dengan di atas

Sama dengan di atas

Terapi sinar

Terapi sinar

-   Periksa golongan darah ibu dan bayi

-   Periksa kadar bilirubinNasehat bila semakin kuning, kembali

Waspadai bila kadar bilirubin naik >0,5mg/jam Coomb’s test

20

Page 21: Skenario 4 Bayi Kuning

Penanganan kuning pada bayi baru lahir

1. Penanganan sendiri di rumah

Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari) Pemberian ASI jangan dihentikan dan jangan

diganti dengan air putih atau air gula

Penyinaran oleh Matahari (Berjemur). Sinar matahari dapat membantu memecah

bilirubin sehingga lebih mudah diproses oleh hati. Penyinaran dilakukan antara jam 7-8

pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari

langsung. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit

tengkurap. Sebaiknya bayi tidak memakai pakaian agar kontak sinar dengan kulit dapat

terjadi seluas mungkin tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan.

Penanganan Kuning/Jaundice

Segera hubungi dokter bila bayi tampak kuning:

Timbul segera dalam 24 jam pertama kelahiran, ATAU

Kuning menetap lebih dari 8 hari pada bayi cukup bulan dan lebih dari 2 minggu pada

bayi prematur, ATAU

Pada observasi di rumah bayi tampak kuning sudah menyebar sampai ke lutut/siku atau

lebih, ATAU

Tinja berwarna pucat

Segera bawa bayi ke unit gawat darurat rumah sakit bila:

Jika bayi tampak sakit (menolak untuk minum, tidur berlebihan, atau lengan dan kaki

lemas) atau

Jika bayi tampak mengalami kesulitan bernapas

bila suhu tubuh lebih dari 37,50C

• Fototerapi: didasarkan pada usia dan kadar serum bilirubin total bayi

21

Page 22: Skenario 4 Bayi Kuning

• Transfusi tukar: dilakukan apabila fototerapi intensif gagal

Fototerapi

BUKAN SINAR UV!

• Panjang gelombang cahaya 450 sampai 460 nm

• Gelombang sinar biru: 425 sampai 475 nm

• Gelombang sinar putih: 380 sampai 700 nm

• Spectral Irradiance: 30 W/cm2 /nm

Fototerapi Intensif

• Sumber cahaya: cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon fluoresen biru

khusus, lampu halogen tungten, selimut serabut optik, dioda yang memancarkan cahaya

galium nitrida.

• Jarak dari cahaya : cahaya fluoresen harus berada sedekat mungkin (sampai 10 cm dari

bayi), sinar halogen dapat menyebabkan panas berlebihan

• Daerah permukaan: maksimal, lepas semua pakaian kecuali popok, popok juga dapat

dilepas. Dilakukan secara kontinyu . Jaga status hidrasi

22

Page 23: Skenario 4 Bayi Kuning

Fototerapi dihentikan jika :

Bergantung kepada:

• usia bayi dan JIKA Bil Total < 10 mg%

• Penyebab hiperbilirubinemia

• Jika fototerapi tidak berhasil menurunkan kadar bil < 10 mg%

• TRANSFUSI TUKAR

7. KomplikasiHiperbilirubinemia baru akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek

telah melalui sawar darah otak. Pada keadaan ini penderita mungkin menderita

kernikterus atau ensefalopati biliaris. Gejala ensefalopati biliaris ini dapat segera

terlihat pada masa neonatus atau baru tampak setelah beberapa lama kemudian. Pada

masa neonatus gejala mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan

minum, latergi dan hipotonia. Selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan

ditemukan epistotonus. Pada stadium lanjut mungkin didapatkan adanya atetosis

disertai gangguan pendengaran dan retardasi mental di hari kemudian.

Fokus Penting !!

23

Page 24: Skenario 4 Bayi Kuning

• Kernikterus: konsekuensi neurologis akibat timbunan bilirubin indirek pada jaringan otak

• Faktor risiko kernikterus:

Kadar bilirubin >25 mg/dL ( bayi sehat)

Kadar bilirubin >20 mg/dL (hemolitik)

• Gejala :

Awal : letargi, hipotonia, high-pitched cry

Lanjut : iritabilitas, opistotonus, kejang, apnea, hipertonia,

demam

Kronik : palsi serebral, displasia gigi, retardasi mental ringan

24

Page 25: Skenario 4 Bayi Kuning

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Bagian

Ilmu Kesehatan Anak FK UI.2007

2. Kliegman,dkk. Nelson textbook of pediatrics edition 18 th. Copyright © 2007 by

Saunders, an imprint of Elsevier Inc.

3. Depkes RI.2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial.

4. Kosim, MS,dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Jakarta

5. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV.

Jakarta: Media Aesculapius. 2014

25