Sken C Blok 19 fix
-
Upload
bungaananda -
Category
Documents
-
view
279 -
download
0
description
Transcript of Sken C Blok 19 fix
SKENARIO C BLOK 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok kesembilan belas pada
semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C mengenai
Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG karena
belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan. Riwayat makan
dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa mengucapkan 3
sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan, ”mum” untuk
minum.
Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup
bulan dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya
tidak kuat mengedan. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan
baru menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8.
Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi. Selama hamil
ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 1
SKENARIO C BLOK 19
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Legiran, M. Kes
Moderator : Muhammad Merlinandoe
Sekretaris Meja : Dimas Ismail
Sekretaris Papan : Arti Dewinta Putrie
Waktu : Senin, 22 Juni 2015
Pukul 13.00 - 14.30 WIB.
Rabu, 24 Juni 2015
Pukul 12.30 - 14.30 WIB.
Rule tutorial : 1. Alat komunikasi di non-aktifkan
2. Semua anggota harus mengeluarkan pendapat
3. Berbicara yang sopan dan penuh tata krama
4. Tidak boleh makan dan minum selama tutorial.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 2
SKENARIO C BLOK 19
2.2 SKENARIO
Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG
karena belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan. Riwayat
makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa
mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan,
”mum” untuk minum.
Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup bulan
dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya tidak
kuat mengedan. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru
menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8.
Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi. Selama hamil
ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali.
Pemeriksaan fisik :
Berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 48 cm.
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau
melihat karena takut. Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa.
Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.
Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro dan
refleks menggenggam sudah hilang. Kekuatan lengan 5 dan kekuatan
tungkai 3, lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk, refleks
tendon meningkat, refleks Babinsky (+). Saat ditegakkan Johan susah
menapak, ujung jari kaki menjinjit, namun Johan dapat langsung duduk
kembali. Refleks Stepping gait (-) dan kedua kaki terlihat lebih kecil dari
anak seusianya.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 3
SKENARIO C BLOK 19
2.3 KLARIFIKASI ISTILAH
1. Poli
Tumbuh
Kembang
: Poli multidisiplin yang memantau dan menangani
masalah pertumbuhan dan perkembangan anak sejak
lahir sampai berusia 18 tahun.
2. Ekstrasi
vakum
: Adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di
kepalanya
3. Refleks
Moro
: Merupakan refleks normal pada bayi dimana terjadi
fleksi paha dan lutut bayi, jari-jari tangan menyebar
kemudian mengepal, kedua lengan mulanya
bergerak keluar kemudian bersama-sama seperti
hendak memeluk
4. Refleks
Babinsky
: Dorsofleksi ibu jari kaki pada perangsangan telapak
kaki, merupakan refleks normal pada bayi.
5. Refleks
tendon
: Meningkatnya kontraksi involunter sebuah otot
setelah peregangan singkat yang dihasilkan oleh
pengetukan pada tendon, meliputi refleks biseps,
refleks triseps, dan refleks kuadriseps
6.
Refleks
Stepping
gait
: refleks melangkah ini akan terlihat saat memegang
bayi pada posisi berdiri dan seolah-olah
menjejakkan kakinya diatas sebuah bidang. bayi
akan mengangkat kakinya secara bergantian seolah-
olah berjalan. refleks ini berkurang setelah 1 minggu
dan menghilang setelah 2 bulan.
7. APGAR
Score
: Penilaian bayi baru lahir meliputi warna kulit,
denyut jantung, tonus otot, pernafasan, respon
refleks
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 4
SKENARIO C BLOK 19
2.4 IDENTIFIKASI MASALAH
1. Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG karena
belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan.
2. Riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan sudah bisa
mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam” untuk makan,
”mum” untuk minum.
3. Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup bulan
dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju karena ibunya
tidak kuat mengedan.
4. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru menangis
setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit: 8. Setelah lahir
Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi.
5. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali.
6. Pemeriksaan fisik :
Berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 48 cm.
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau
melihat karena takut. Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa.
Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.
Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro dan
refleks menggenggam sudah hilang. Kekuatan lengan 5 dan kekuatan
tungkai 3, lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk, refleks
tendon meningkat, refleks Babinsky (+). Saat ditegakkan Johan susah
menapak, ujung jari kaki menjinjit, namun Johan dapat langsung duduk
kembali. Refleks Stepping gait (-) dan kedua kaki terlihat lebih kecil dari
anak seusianya.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 5
SKENARIO C BLOK 19
2.5 ANALISIS MASALAH
1. Johan, laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke POLI TUMBUH KEMBANG
karena belum bisa berdiri. Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan.
a. Apa makna keluhan utama (belum bisa berdiri) ?
Jawab :
Terjadi gangguan perkembangan motorik kasar. Seharusnya pada usia 18 bulan
sudah bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kurang lebih 30 detik.
(Sugitha, 2013)
b. Bagaimana perkembangan anak usia 18 bulan ?
Jawab :
Perkembangan kognitif (usia 12-18 bulan)
Dapat menentukan objek yang disembunyikan
Membedakan bentuk dan warna
Memberi respon terhadap instruksi sederhana
Menggunakan trial and error untuk mempelajari tentang objek
Milestone Perkembangan motorik kasar ( 12-18 bulan )
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Membungkuk untuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
Berjalan mundur 5 langkah
Milestone perkembangan motorik halus ( 12-18 bulan )
Menumpuk dua buah kubus
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 6
SKENARIO C BLOK 19
Memasukkan kubus kedalam kotak
Normal Development Child menurut WHO, 1993:
c. Apa penyebab Johan belum bisa berdiri pada usia 18 bulan ?
Jawab :
Telah terjadi keterlambatan perkembangan motorik kasar yang diakibatkan :
a. Kerusakan pada Sistem Saraf Pusat akibat
Cerebral palsy
Perdarahan otak
Trauma kepala yang berat
Kelainan sumsum tulang belakang (spina bifida)
Poliomielitis
Distrofia muskulorum
Penyakit otot
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 7
SKENARIO C BLOK 19
b. Kurangnya stimulasi
c. Gangguan struktural
d. Kelainan genetik seperti Sindrom Down
e. Status gizi yang kurang sehingga menyebabkan terhambatnya
perkembangan neuromuskuler
d. Apa makna Johan baru bisa tengkurap pada usia 8 bulan ?
jawab :
Maknanya terjadi perlambatan perkembangan motorik kasar ( gross
motor) pada Johan karena normalnya tengkurap pada usia 3-6 bulan.
(Soetjiningsih, 2013)
f. Bagaimana perkembangan anak usia 8 bulan ?
jawab :
Milestone perkembangan motorik kasar usia 6-8 bulan adalah :
Usia 3-6 bulan
1. Berbalik dari telungkup ke terlentang
2. Mengangkat kepala setinggi 90o
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
Usia 6-9 bulan
1. Duduk sendiri (dalam sikap bersila)
2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 30)
Milestone perkembangan motorik halus usia 6-8 bulan :
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 8
SKENARIO C BLOK 19
Usia 3-6 bulan
1. Menggenggam pensil
2. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
3. Memegang tangannya sendiri
Usia 6-9 bulan
1. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya
2. Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda
pada saat yang bersamaan
3. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 33)
Milestone perkembangan bahasa anak usia 6-8 bulan :
Usia 6 bulan
1. Mulai mengenal kata-kata “da da, papa, mama” (bahasa reseptif)
2. Protes vocal, seperti berteriak (bahasa ekspresif)
Usia 7 bulan
1. Bereaksi terhadap kata-kata naik, kemari, da da (bahasa reseptif)
2. Mulai mengeluarkan suara mirip kata-kata kacau (bahasa ekspresif)
Usia 8 bulan
1. Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil (bahasa reseptif)
2. Menirukan rangkaian suara (bahasa ekspresif)
(Soetjiningsih, 2013: 53)
Milestone perkembangan personal-sosial bayi usia 6-8 bulan :
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 9
SKENARIO C BLOK 19
Usia 3-6 bulan
1. Lebih menyukai ibu
2. Kedekatan (attachment) bayi dan orang tua
3. Tersenyum spontan
4. Suka tertawa keras
5. Dapat menunjukkan rasa tidak senang jika kontak social diputus
6. Menyukai cermin
7. Gembira pada saat melihat makanan
8. Berceloteh
Bayi usia 6-9 bulan
1. Reaksi terhadap suara ibu yang dibuat berbeda
2. Menyukai ibu
3. Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang yang tidak dikenal
4. Dekat pada orang dewasa yang sudah dikenal
5. Menangis bila ayah ibunya pergi
6. Tidur nyenyak rutin mulai umur 6 bulan
7. Bermain tepuk tangan/ciluk-ba
8. Mengambil sesuatu dan dibawa ke mulut
9. Makan kue sendiri
10. Senang bercermin
(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 47)
2. Riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak yang lain. Johan
sudah bisa mengucapkan 3 sampai 4 kata meski belum jelas seperti “mam”
untuk makan, ”mum” untuk minum
a. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak usia 8 bulan ?
Jawab :
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 10
SKENARIO C BLOK 19
Umur 8 bulan anak sudah mulai melakukan babbling (mengulang
konsonan/kombinasi vokal). Suara yang ditimbulkan bermacam-macam,
mulai dari vokal lalu konsonan dan kombinasi keduanya. Vokal seperti
“a” akan diulang-ulang dalam nada dan kekerasannya yang berbeda.
Kemudian muncul suara konsonan labial “p” dan “b” (guttural), “g”
(dental), dan terakhir nasal “n”
(Soetjiningsih, 2013)
b. Apa penyebab Johan baru bisa mengucapkan 3 sampai 4 kata ?
Jawab :
Masalah pendengaran kongenital didapat
Perkembangan terlambat
Cacat bawaan seperti syndrome down
Rusak area broca
Lingkungan
Ekonomi keluarga
Kelainan neuromuscular (sensoris motoris)
(Soetjiningsih, 2013)
c. Apa makna riwayat makan dan minum Johan sama seperti anak lain ?
Jawab :
Hal ini menandakan status gizi Johan normal dan untuk menghilangkan
faktor penyebab Cerebral Palsy akibat malnutrisi.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 11
SKENARIO C BLOK 19
3. Johan adalah anak ketiga dari ibu usia 30 tahun. Johan dilahirkan cukup
bulan dengan bantuan ekstrasi vakum setelah persalinan tidak maju
karena ibunya tidak kuat mengedan.
a. Apa makna Johan dilahirkan cukup bulan dengan bantuan ekstrasi vakum ?
Riwayat persalinan dilahirkan cukup bulan untuk menyingkirkan faktor
resiko Cerebal Palsy akibat kelahiran preterm
Kelahiran dengan ekstraksi vakum maknanya adalah menandakan
kemungkinan terjadi trauma kepala pada saat persalinan dan kemungkinan
terjadinya hipoksia karena tidak adanya kemajuan peralinan.
b. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan utama ?
Ibu tidak kuat mengedan dan partus lama dilakukan ekstraksi vakum
terjadi trauma kepala pada saat persalinan ditambah bayi lahir tidak
langsung menangisRespiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi
oksigen ke otak menurun hipoksia serebri iskemik serebri
Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri
kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi
dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik))
perlambatan maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik
perkembangan respon postural melambat perlambatan motorik kasar
belum bisa berdiri pada usia 18 bulan. (Soetjiningsih, 2013)
c. Apa saja indikasi melahirkan dengan ekstrasi vakum ?
jawab :
Indikasi melahirkan dengan ekstraksi vakum dibagi menjadi indikasi :
1. Janin : adanya gangguan pada janin yang membutuhkan persalinan
secepatnya.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 12
SKENARIO C BLOK 19
2. Ibu :
· Kala II yang memanjang
· Kondisi ibu dengan kontra indikasi untuk mengedan
· Kondisi yang membutuhkan kala II diperpendek
· Ibu kelelahan
· Tidak ada kemajuan dalam kala II / partus macet.
d. Apa saja dampak persalinan tidak maju ?
jawab :
Dampak pada Ibu :
Gelisah, letih
Suhu badan meningkat
Nadi cepat
Pernapasan cepat
Meteorismus
Edema vulva dan serviks
Dampak pada janin :
Denyut jantung cepat dan tidak teratur
Moulage kepala yang hebat
Kematian janin dalam kandungan
Kematian janin intra partal
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 13
SKENARIO C BLOK 19
(Mochtar, 2011)
4. Saat lahir berat badan johan 2700 gram. Setelah lahir Johan baru
menangis setelah 5 menit. Skor APGAR 1 menit: 5, skor APGAR 5 menit:
8. Setelah lahir Johan dirawat di RS selama 3 hari untuk diobservasi.
a. Apa hubungan saat lahir baru menangis setelah 5 menit dengan keluhan
utama ?
Jawab :
Saat lahir bayi diharuskan menangis karena O2 akan masuk ke paru-paru. Jika
bayi tidak menangis maka O2 tidak bisa masuk ke paru-paru dan ini dapat
menimbulkan hipoksia. Jika hipoksia di otak dapat mengakibatkan gangguan
pada SSP dan akan terjadi gangguan motorik seperti pada kasus tidak bisa
berdiri, serta gangguan bahasa. (Wahidiyat, 2007)
b. Apa makna BBL 2700 gram, setelah lahir baru menangis setelah 5 menit dan
skor APGAR 1 menit : 5, skor APGAR 5 menit : 8 ?
Jawab :
BBL 2700 gram maknanya berat badan normal
Skor APGAR 1 menit : 5, skor APGAR 5 menit : 8 maknanya mengalami
asfiksia ringan
c. Apa saja yang harus diobservasi setelah bayi lahir ?
Jawab :
Dalam melaksanakan stabilisasi pasca resusitasi neonatus terdapat acuan dalam
melakukan pemeriksaan dan stabilisasi, yaitu S.T.A.B.L.E, yang terdiri dari:
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 14
SKENARIO C BLOK 19
S - SUGAR
Adalah langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus. Hipoglikemia
adalah keadaan dimana kadar glukosa darah tidak dapat mencukupi kebutuhan
tubuh. Hipoglikemia berhubungan dengan keluaran neurologis yang buruk. Pada
neonatus kadar glukosa darah harus dipertahankan pada kadar 50-110 mg/dl.
T - TEMPERATURE
Hipotermia merupakan kondisi yang dapat dicegah dan sangat mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas, khususnya pada bayi prematur. Maka, usaha untuk
mempertahankan suhu normal bayi dan pencegahan hipotermia selama
stabilisasi sangatlah penting.
A - AIRWAY
Sebagian besar masalah neonatus yang ditransfer dari NICU adalah distres
pernafasan. Pada keadaan tertentu, gagal nafas dapat dicegah dengan
memberikan dukungan respiratorik sesuai dengan kebutuhan bayi, misalnya
pemberian oksigen melalui nasal kanul, ventilasi tekanan positif, intubasi
endotrakeal, sampai bantuan ventilator.
Evaluasi kondisi bayi sesering mungkin dan catat hasil observasi. Pada beberapa
keadaan membutuhkan penilaian ulang tiap beberapa menit, sedangkan pada
keadaan yang lebih ringan dapat dinilai ulangtiap 1-3 jam. Hal yang harus
dievaluasi dan dicatat:
Laju nafas
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 40-60 kali/menit. Laju nafas >60
kali/menit (takipnea) dapat disebabkan karena berbagai hal, dapat berhubungan
dengan kelainan di saluran respiratorik atau dari tempat lain. Laju nafas <40
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 15
SKENARIO C BLOK 19
kali/menit dapat menandakan bahwa bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena
cedera otak (hipoksik iskemik- ensefalopati, edemaotak atau perdarahan
intrakranial), obat-obatan (opioid), atau syok.
Usaha nafas
Selain takipnea, tandadistres pernafasan lain diantaranya:
o Retraksi, dapat dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal,
subkostal.
o Grunting, pernafasan cupinghidung
o Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.
Kebutuhan oksigen
Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres pernafasan ringan
atau sedang, maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan bayi
mengalami distres pernafasan berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif
seperti Continous Positive Airway Pressure (CPAP), atau intubasi endotrakeal.
Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus dipertahankan agar di atas 90 %.
Analisis gas darah
Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat distres
pernafasan yang dialami oleh bayi.
Dalam menentukan derajat distres pernafasan, penting untuk menilai laju
pernafasan, usaha nafas, kebutuhan oksigen, saturasi oksigen, rontgen dada dan
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 16
SKENARIO C BLOK 19
analisis gas darah. Berikut merupakan penilaian derajat distres pernafasan
pada neonatus :
Ringan: nafas cepat tanpa membutuhkan oksigen tambahan, tanpa atau
terdapat tanda distres minimal
Sedang: sianotik pada suhu kamar, terdapat tanda distres pernafasan dan
analisis gas darah yang abnormal.
Berat: sianosis sentral, berusaha kuat untuk bernafas, dan analisis gas darah
yang abnormal.
Progresivitas distres pernafasan dari ringan, sedang menjadi berat dapat terjadi
dengan cepat, oleh karena itu pemantauan yang kontinyu dibutuhkan sehingga
penyediaan bantuan nafas dapat segeradiberikan.
B - BLOOD PRESSURE
Nilai normal tekanan nadi pada bayi cukup bulan adalah 25-30 mmHg,
sedangkan pada bayi kurang bulan nilai normalnya adalah 15-25 mmHg.
L - LABORATORY STUDIES
Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonatus yang mengalami kejang
atau usia >24 jam dan dalam keadaan tidak bugar.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:
1. Sebelum transportasi
Pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan sebelum dilakukan transportasi:
Blood count (pemeriksaan darah rutin)
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 17
SKENARIO C BLOK 19
Blood culture (kultur darah)
Blood glucose (kadar glukosa darah)
Blood gas (analisis gas darah)
2.Setelah transportasi
Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari riwayat, faktor
risiko, dan gejala klinis dari bayi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan diantaranya
pemeriksaan C- reactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium, kalsium),
fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin, pT, aPTT,
fibrinogen, D-dimer).
E - Emotional support
Keluarga dari bayi yang mengalami krisis biasanya akan mengalami rasa
bersalah, marah, tidak percaya, merasa gagal, tidak berdaya, takut dan
depresi. Orang tua dari bayi akan mengalami beberapa tahapan emosional
dalam menghadapi keadaan bayinya. Dukungan emosi yang diberikan kepada
keluarga dapat diberikan sebelum, pada saat bahkan sesudah bayi ditransfer
ke tempat yang lebih intensif. Setelah bayi dilakukan resusitasi dan akan
ditransfer ke tempat yang lebih intensif, orang tua bayi harus diperbolehkan
untuk melihat dan menyentuh bayi mereka dahulu. Apabila tidak
memungkinkan, maka sebelum dipindahkan, bayi disinggahkan terlebih
dahulu ke kamar ibu untuk mempertemukan mereka secara singkat.
Sebaiknya keluarga diperbolehkan untuk memotret atau merekam bayi. Hal
ini dapat membantu menenangkan ibu yang akan berpisah dengan bayinya.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 18
SKENARIO C BLOK 19
5. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 4 kali.
a. Apa saja yang diperiksa oleh bidan selama kehamilan ibu Johan ?
jawab :
Selama pemeriksaan ANC, ibu mendapatkan pelayanan 7 T yaitu :
Timbang berat badan
Ukur tekanan darah
Imunisasi Tetanus Toxoid
Periksa tinggi fundus uteri
Pemberian tablet tambah darah
Tes PMS, dan
Temu wicara.
(Depkes RI, 2001)
b. Apa makna selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke
bidan 4 kali ?
jawab :
Hal ini menunjukkan bahwa keluhan yang dialami Johan diakibatkan
bukan karena faktor prenatal. Dan untuk makna pemeriksaan ke bidan 4 kali
adalah sudah dilakukan sesuai yang dianjurkan. Kunjungan ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat kali yang dikenal
dengan istilah K1, K2, K3, dan K4. Satu kali pada triwulan pertama
(sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28
minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan
sesudah minggu ke 36)
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 19
SKENARIO C BLOK 19
(Depkes RI,2004).
c. Berapa kali ANC dilakukan ?
jawab :
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan
yaitu :
1 kali pada trimester I
1 kali pada trimester II
2 kali pada trimester III
Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat
kali yang dikenal dengan istilah K1, K2, K3, dan K4. Satu kali pada triwulan
pertama (sebelum 14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28
minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah
minggu ke 36)
Adapun uraian sebagai berikut :
1) K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I
(sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah,
imunisasi Tetanus Toxoid, periksa fundus uteri, pemberian tablet tambah darah, tes
PMS, dan temu wicara. K1 ini mempunyai peranan penting dalam program
kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indicator pemantauan yang dipergunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
2) K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester
II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah
melewati K1
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 20
SKENARIO C BLOK 19
3) K3 adalah kunjungan ibu hami yang memeriksakan kehamilannya pada trimester
III (usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7 T setelah
melewati K1 dan K2.
4) K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester
III (usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati
K1,K2 dan K3. (Depeks RI, 2004)
6. Pemeriksaan fisik :
Berat badan 10 kg, panjang badan 80 cm, lingkar kepala 48 cm.
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau
melihat karena takut. Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa.
Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.
Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro dan
refleks menggenggam sudah hilang. Kekuatan lengan 5 dan kekuatan
tungkai 3, lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk, refleks
tendon meningkat, refleks Babinsky (+). Saat ditegakkan Johan susah
menapak, ujung jari kaki menjinjit, namun Johan dapat langsung duduk
kembali. Refleks Stepping gait (-) dan kedua kaki terlihat lebih kecil dari
anak seusianya.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik ?
jawab :
No Deskripsi Pada kasus Nilai normal Interpretasi
1 Berat badan 10 kg 8,6 - 12,4 kg Normal
2 Panjang badan 80 cm 70 - 80,5 cm Normal
3 Lingkar kepala 48 cm 44,2 - 48,5 cm Normal
4 gambaran dismorfik - - Normal
5 Keadaan bayi Anak sadar, kontak Normal
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 21
SKENARIO C BLOK 19
mata baik, tidak mau
melihat karena takut.
Menoleh ketika
dipanggil.
6 Gerakan yang tidak
terkontrol
_ _ Normal
7 Posisi tengkurap Sudah bisa tengkurap
berbalik, duduk sendiri
Normal
8 Refleks moro _ Hilang pada usia 4-
5 bulan
Normal
9 Refleks
menggenggam
_ Hilang pada usia5-6
bulan
Normal
10 Kekuatan lengan dan
tungkai
3 dan 5 5 Cukup kuat
untuk
mengatasi
gravitasi
11 Lengan dan tungkai
kaku dan susah
ditekuk
+ - Menandakan
adanya defek
neurologis
(cerebral
palsy)
12 Refleks tendon Meningkat Abnormal
13 Saat ditegakkan oleh
pemeriksa
Susah menapak, ujung
jari kaki menjinjit
Abnormal.
Defek
neurologis
14 Kelainan anatomi
pada kedua tungkai
dan kaki
Kedua kaki telihat
lebih kecil dari anak
seusianya
Abnormal.
Gangguan
perkembangan
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 22
SKENARIO C BLOK 19
Ber
b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik ?
jawab :
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 23
SKENARIO C BLOK 19
Tidak ada gambaran dismorfik Menyingkirkan adanya sindrom down
pada syahbudin karena salah satu penyebab gangguan tumbuh kembang
pada bayi adalah sindrom down.
Anak sadar, kontak mata baik, tidak mau melihat karena takut
menunjukkan bahwa dalam kesadaran penuh, masih bisa merespon dan
sosialisasinya baik sehingga dapat menyingkirkan diagnosis adanya autis,
gangguan penglihatan, gangguan perkembangan sosialisasi dan
kemandirian.
Menoleh ketika dipanggil nama dengan suara biasa tidak ada
gangguan dari sistem pendengarannya sehingga dipanggil dengan suara
biasa.
Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol Normal, hal ini
menyingkirkan diagnosis Sindrom Tourette.
Johan sudah bisa tengkurap berbalik dan duduk sendiri. Refleks Moro
dan refleks menggenggam sudah hilang Normal
Kekuatan lengan 5 Tidak ada kelumpuhan (normal)
Kekuatan tungkai 3 Cukup kuat untuk mengatasi gravitasi
Lengan normal, namun tungkai kaku dan sulit ditekuk Menandakan
adanya defek neurologis (cerebral palsy)
Mekanisme :
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak
menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive oxygen species,
Reactive nitrogen species, nekrosis serebri kerusakan sel otak
(oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan
jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) perlambatan
maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik
perkembangan respon postural melambat tungkai kaku dan sulit ditekuk
refleks tendon meningkat abnormal, menandakan adanya defek
neurologis (Cerebral Palsy)
Mekanisme :
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 24
SKENARIO C BLOK 19
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak
menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive oxygen species,
Reactive nitrogen species, nekrosis serebri kerusakan sel otak
(oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan
jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) perlambatan
maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik refleks
tendon meningkat
refleks Babinsky (+) Abnormal
Saat ditegakkan Johan susah menapak, ujung jari kaki menjinjit,
namun Johan dapat langsung duduk terjadi gangguan perkembangan
motorik. Semua refleks tersebut merupakan refleks primitif yang seharusnya
sudah hilang pada anak usia 18 bulan.
Mekanisme :
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak
menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive oxygen species,
Reactive nitrogen species, nekrosis serebri kerusakan sel otak
(oligodendrosit, dll) perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan
jaringan otak (di area presentralis (korteks motorik)) perlambatan
maturasi area motorik dan gangguan implus di area motorik
perkembangan respon postural melambat perlambatan perkembangan
motorik refleks primitif (+)
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 25
SKENARIO C BLOK 19
c. Bagaimana cara pemeriksaan :
Refleks Moro
Refleks Tendon
Refleks Babinsky
Refleks Stepping Gait
jawab :
Refleks Moro
Bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan setengah duduk dan
disanggah oleh kedua telapak tangan pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-
hati kepala bayi dijatuhkan 30 - 45 derajat (merubah posisi badan anak
secara mendadak)
Refleks moro juga dapat ditimbulkan denngan menimbulkan suara keras
secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara
mendadak.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 26
SKENARIO C BLOK 19
Refleks moro positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke keempat ekstremitas
dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falang distaljari telunjuk dan ibu
jari yang dalam keadaan fleksi. Gerakan itu segeri diikuti oleh adduksi-
fleksi ke empat ekstremitas.
Refleks moro menghilang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.
Refleks Tendon
A. Reflek bisep
Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan membiarkan
lengan untuk beristirahat di pangkuan pasien, atau membentuk
sudut sedikit lebih dari 90 derajat di siku.
Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital.
Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali tebal.
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada
sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
B. Reflek trisep
Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan Perlahan tarik
lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga membentuk sudut
kanan di bahu. atau Lengan bawah harus menjuntai ke bawah
langsung di siku
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 27
SKENARIO C BLOK 19
C. Reflek brachiradialis
Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah harus
beristirahat longgar di pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon
melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari sekitar 10
cm proksimal pergelangan tangan. posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku dan
tangan
D. Reflek patella
posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau berbaring
terlentang
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
E. Reflek achiles
Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian.
Atau dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi
diatas kaki di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi
tipe katak.
Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius.
(Faqih Ruhyanudin. 2011)
Refleks Babinsky
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
kaki tetap pada tempatnya.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 28
SKENARIO C BLOK 19
Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior
Respon: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki
dan pengembangan jari kaki lainnya. (Faqih Ruhyanudin. 2011)
Gambar 1. Pemeriksaan Refleks Babinski
Refleks Stepping Gait
Pegangi bayi di ketiak / di bawah lengannya.
Biarkan jari-jari kakinya menyentuh lantai.
Bayi akan mengangkat kakinya seperti saat melangkah.
Hilang pada usia 3 bulan.
Gambar 2. Pemeriksaan Refleks Stepping Gait
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 29
SKENARIO C BLOK 19
7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini ?
Jawab :
1. Anamnesis
a. Riwayat Kehamilan
Status obstetric
Penyakit yang diderita saat hamil (plasenta previa, solution plasenta,
pre-eclampsia, infeksi)
Asupan gizi saat hamil
Pengobatan yang pernah diterima saat hamil
b. Riwayat Perinatal
Spontan / Sectio Caesarea
APGAR score
Riwayat asfiksia
BB lahir
Usia kehamilan
Riwayat trauma, jaundice, kejang
c. Riwayat Posnatal
Trauma
Infeksi
Perdarahan intrakranial
Riwayat koagulopati
d. Riwayat Tumbuh Kembang
Growth Chart
KPSP
Asupan gizi
e. Riwayat keluarga
Terjadi pada anak sebelumnya
Terjadi pada keluarga yang lain
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 30
SKENARIO C BLOK 19
2. Pemeriksaan Fisik
a. Growth Chart (TB, BB, LK)
b. KPSP
c. Refleks tendon
d. Refleks primitif menetap
e. Contracture pada persendian
Lengan dalam aduksi, fleksi sendi siku, pergelangan tangan dalam
pronasi, jari-jari dalam fleksi, posisi jari melintang di telapak tangan
Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi sendi paha dan lutut, kaki dalam
fleksi plantar, telapak kaki berputar ke dalam.
f. Gangguan postural
g. Growth delay
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Hormon tiroid
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
CP ditegakkan.
b. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan suatu proses
degeneratif. Pada CP likuor serebrospinalis normal.
c. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada penderita kejang
atau pada golongan hemiparesis baik yang berkejang maupun yang
tidak.
d. Foto kepala (X-ray) dan CTScan.
e. MRI untuk melihat infark yang terjadi di otak
f. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pendidikan yang diperlukan.
g. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi
mental.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 31
SKENARIO C BLOK 19
h. Selain pemeriksaan di atas, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan
arteriografi dan pneumoensefalografi
8. Apa saja kemungkinan diagnosis pada kasus ini ?
Jawab :
Tanda Cerebral Palsy
Tipe Spastik
Sindrom Down Pada Kasus
Motorik kasar Terlambat dan
statis
Terlambat /
normal
Usia18 bulan
belum bisa
berdiri
Anak pertama > 62,5% _ +
Usia ibu <30 tahun >35 tahun 30 tahun
Persalinan spontan 87,5% _ +
Usia kehamilan 75%
aterm/preterm
aterm Aterm 37
minggu
Lahir tidak langsung
menangis
+ -/+ +
APGAR score Asfiksia berat -/+ Asfiksia
ringan
BBL BBLR BBLR BB Normal
Pertumbuhan Terganggu
karna gangguan
otot
pencernaan(otot
orofaring),susah
menelan
-/+ terganggu
Gambaran dismorfik _ + _
Gerakan yang tidak _ -/+ _
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 32
SKENARIO C BLOK 19
terkontrol
Refleks primitif + -/+ +
Lengan dan tungkai kaku
dan susah untuk ditekuk
+ rigiditas
+ rigiditas
_
_
+
+
9. Apa saja pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan pada kasus ?
Jawab :
1. Elektroensefalogram (EEG)
EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah
satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf pusat.
Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak,
terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan
pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks yang fungsinya untuk
kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan lain-lain, dapat direkam. Pada
infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG
perlu dilakukan untuk melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang
tersembunyi atau adanya bagian otak yang terganggu. (Anonim, 2004)
2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan
pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan
digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana saraf–saraf
mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV, elektroda ditempelkan
pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik untuk suatu otot atau sekelompok
otot. Prinsip kerja NCV adalah memberikan stimulus elektrik yang
dihantarkan melalui elektrode, kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan
ditampilkan. Kekuatan dari sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 33
SKENARIO C BLOK 19
neurologis dapat menyebabkan NCV melambat atau menjadi lebih lambat
pada salah satu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot.
Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan respon
elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan
gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot
bekerja.
3. Tes Laboratorium
a. Analisis kromosom
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali
genetik (contohnya Down’s Syndrome) ketika anomali tersebut muncul pada
sistem organ.
b. Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang rendah
yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi mental berat.
c. Tes kadar ammonia dalam darah
Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia)
bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum tulang
belakang). Defisiensi beberapa enzim menyebabkan kerusakan asam amino
yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh
kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.
4. Imaging test
Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus,
abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat membantu
dokter memeriksa prognosis jangka panjang seorang anak.
a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 34
SKENARIO C BLOK 19
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk
menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan pada
anak–anak yang lebih tua. MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari white
matter dan korteks motorik lebih jelas daripada metode–metode lainnya.
b. CT scan
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer,
menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara
terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh. Suatu computed
tomography scan dapat menunjukkan malformasi bawaan, hemorrhage dan
PVL pada bayi.
c. Ultrasound
Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan
ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut sonogram. Alat
ini seringkali digunakan pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami
pengerasan dan menutup untuk mendeteksi kista dan struktur otak yang
abnormal.
10. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus ?
Jawab :
Cerebral Palsy tipe spastik hemiparesis
11. Bagaimana cara mentatalaksana secara komprehensif pada kasus ?
Jawab :
1. Aspek medis
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 35
SKENARIO C BLOK 19
a. Aspek medis umum:
1. Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi
penderita ini. Karena sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan
menelan, sukar untuk menyatakan keinginan untuk makan.
Pencatatan rutin perkembangan BB anak perlu dilaksanakan.
Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses
mekanik. Untuk rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100
kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2 gr/hari.
2. Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi,
perawatan kesehatan, dan lain-lain.
3. Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada
anak-anak yang tidak sering berpindah-pindah posisi.
(Soetjiningsih, 2013)
b. Terapi dengan obat-obatan
Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk
relaksasi otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam;
bila gejala berupa rigiditas bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin
(Botox) intramuskuler bisa mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan.
Hal ini akan meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan
deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional
terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.), anti kejang,
athetosis, ataksia, psikotropik, dan lain-lain.
• Baclofen ( golongan skeletal muscle relaxant) cara kerjanya: analog
GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal presinaptik dan
mensupresi neurotransmitter eksitasi.
Dosisnya: 10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60 mg/hari
• Diazepam (golongan Benzodiazepine) untuk memicu relaksasi otot
Dosisnya 0,8-0,12 mg/kg PO
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 36
SKENARIO C BLOK 19
• Botox cara kerjanya: memblok asetilkolin di neuromuskular
junction 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil menerima
1-2 U/kg dan otot besar 4-6 U/kg, injeksi (Soetjiningsih, 2013)
c. Terapi melalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya
tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit
yang terlalu mengganggu dan lain-lain yang dengan fisioterapi tidak
berhasil. Tujuan dari tindakan bedah adalah untuk stabilitas,
melemahkan otot yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang
semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan
pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan
dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal.
d. Terapi rehabilitasi meliputi:
1. Fisioterapi
a. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, “stretching”,
latihan penguatan dan peningkatan daya tahan otot, latihan
duduk, latihan berdiri, latihan pindah, latihan jalan. Contohnya
adalah teknik dari Deaver.
b. “Motor function training” dengan menggunakan system
khusus, yang umumnya dikelompokkan sebagai
“neuromuscular facilitation exercise”. Dimana digunakan
pengetahuan neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks
didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang
dikehendaki. Secara umum konsep latihan ini berdasarkan
prinsip bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan
ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang kemudian bila
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 37
SKENARIO C BLOK 19
ini dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola
gerak motorik yang bersangkutan.
2. Okupasional terapi
Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi
penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan tangan dan
aktivitas “bimanual”. Latihan “bimanual” ini dimaksudkan agar
menghasilkan pola dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
3. Ortotik
Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban
aksial, stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas.
4. Terapi wicara
Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria,
disfasia, dan bentuk campuran. Bertujuan untuk mengembangkan
anak dapat berbahasa secara pasif dan aktif.
5. Nightsplinting
Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi
selama tidur untuk menambah regangan otot antagonis yang lemah.
6. Pemakaian alat bantu
Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik.
(Soetjiningsih, 2013)
II. Aspek non medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan
mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan
khusus (SLB D).
b. Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita
dapat bekerja secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk
membiayai hidupnya. Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 38
SKENARIO C BLOK 19
tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak
menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap diperlukan, agar
dapat menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan.
c. Problem social
Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk
membantu menyelesaikannya.
d. Lain-lain
Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas
kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.
(Soetjiningsih, 2013)
12. Apa saja kemungkinan yang terjadi jika tidak ditatalaksana dengan baik ?
Jawab :
a. Gangguan gastrointestinal (misal:muntah, konstipasi, atau obstruksi usus)
b. Abnormalitas pendengaran dan penglihatan
c. Fungsi oral-motor terganggu
d. Massa tulang berkurang signifikan pada dewasa dan anak-anak yang tidak
dirawat
e. Kejang
f. Kontraktur dan spastisitas
g. Inkontinensia urin
h. Retardasi mental
i. Masalah pendengaran
j. Malnutrisi
k. Gagal tumbuh
l. Osteoporosis
m. Dysphagia
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 39
SKENARIO C BLOK 19
n. Otot tidak berkembang sesuai dengan perkembangan tulang sehingga terjadi
kontraktur dan kesulitan pergerakan motorik kasar
(Soetjiningsih, 2013)
13. Bagaimana prognosis pada kasus ?
Jawab :
Quo Ad fungsionam : dubia
Quo Ad Vitam : dubia
14. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ?
Jawab :
Tingkat Kemampuan 2 : mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
15. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ?
Jawab :
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap
orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya mata,tumpuan harapan serta
kebanggaan keluarga.Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini
dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 40
SKENARIO C BLOK 19
merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surah al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :
Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.”
(QS.al-Anfal ayat 28).
Ayat diatas menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua
adalah anak-anak mereka. Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-
benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah SWT sekaligus
menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang di didik mengikuti
ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil
ketaatan mereka.
2.6 KESIMPULAN
Johan, laki-laki, usia 18 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik
kasar dan gangguan perkembangan bahasa akibat Cerebral Palsy tipe spastik
paraparesis.
2.7 KERANGKA KONSEP
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 41
Ekstraksi Vakum
Trauma kepala pada bayi
Asfiksisa Neonatorum
Hipoksia
SKENARIO C BLOK 19
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Sjarif H dan Meisa P. 2012. Stabilisasi Neonatus Pasca Tindakan Resusitasi
Lahir. Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Di unduh dari
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/STABILISASI-NEONATUS.
pdf pada 23 Juni 2015.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 42
Kerusakan Sistem Saraf Pusat
Area Broca
Gangguan perkembangan bahasa
Bicara 3-4 kata
Cerebral Palsy Tipe Spastik Paraparesis
Gyrus Precentalis (Area Motorik)
Traktus Pyramidalis
Gangguan Motorik
Belum bisa berdiri pada usia 18 bulan
Hilangnya inhibitasi kegiatan otot, kontraksi
otot (spastik)
Refleks Tendon meningkat
Refleks Babinsky (+)
Refleks Stepping Gait (+)
Tungkai sulit ditekuk dan kaku
SKENARIO C BLOK 19
Faqih Ruhyanudin. 2011. Pemeriksaan Neurologis. Staff UMM. Malang. Diunduh dari
URL: http://faqudin.staff.umm.ac.id. Tanggal 22 Juni 2015.
Hendy dan Soetjiningsih. 2013. Palsi Serebral. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde
Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGC
Mochtar, Roestam. Sinopsis Obstetri. 2011. Jakarta :EGC. Hal: 263-264.
Soetjiningsih. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Dalam:
Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Hal: 61-68
Soetjiningsih. 2013. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde Ranuh
(Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013.
Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 53
Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Motorik. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde.
2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 30-33
Wahidiyat, Iskandar. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
TUTORIAL 7 FK UMP 2012 Page 43