Analisa kerentana sosial- hugungan antara kemishan, mata pencaharian dan iklim
Sistem Mata Pencaharian
-
Upload
erna-mariana -
Category
Education
-
view
4.540 -
download
5
Transcript of Sistem Mata Pencaharian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peneliti etnografi selalu tertarik dengan mata pencaharian suatu suku
bangsa, karena suatu mata pencaharian berhubungan erat dengan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mata pencaharian suku bangsa yang masih
tradisional umumnya berupa berburu dan meramu, berladang, beternak,
menangkap ikan, bertani menetap (pertanian tadah hujan maupun yang sudah
menggunakan irigasi). Selain memperhatikan sistem produksi, antropolog juga
memperhatikan distribusi modal, tenaga kerja dan distribusi produksi. Penelitian
antropologi pada sektor industri dan perdagangan terbatas kepada aspek
kehidupan masyarakatnya, bukan pada aktivitas ekonominya. Agar kehidupan
masyarakat tetap aman dan tertib, maka perlu diorganisir dan diatur sedemikian
rupa sehingga kesatuan dan persatuan tetap terpelihara. Aturan tersebut dapat
berupa aturan dalam keluarga, aturan tentang kekerabatan, pemerintahan dan adat
istiadat lainnya yang mengatur hubungan antar sesama anggota masyarakat.
Dalam menguraikan suku bangsa, para antropolog tertarik pada organisasi dan
susunan masyarakat, pembagian kerja, berbagai bentuk kerjasama (gotong
royong), hubungan dan sikap antaranggota masyarakat terutama yang muda ke
yang lebih tua, antara rakyat dengan pemimpinnya, atau sebaliknya, sanksi
sosial, sistem kekuasaan, lapisan-lapisan sosial dan sebagainya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa definisi sistem pencaharian hidup ?
2. Bagaimana perkembangan manusia dalam sistem pencaharian hidup ?
3. Bagaimana mata pencaharian masyarakat Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan penulisan
makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi sistem pencaharian hidup
2. Untuk mengetahui perkembangan manusia dalam sistem pencaharian hidup
3. Untuk mengetahui mata pencaharian masyarakat Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sistem Pencaharian Hidup
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga karangan
Poerwandarminta, sistem mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu,
Sistem dan Mata pencaharian.
Pengertian sistem ada tiga yaitu:
1. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja bersama-sama untuk
melakukan sesuatu, urat saraf dalam tubuh-pemerintahan.
2. Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan. Yang disusun dan diatur
baik-baik-filsafat
3. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, pengajaran bahasa
Sedangkan mata pencaharian yaitu, pekerjaan yang menjadi pokok
penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan
untuk biaya sehari-hari, misalnya pencaharian penduduk desa itu bertani. Dengan
kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok
orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan
menjadi pokok penghidupan baginya.
Untuk menunjang hidupnya setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok suku bangsa memiliki mata
pencaharian yang khas dibandingkan dengan suku bangsa lainnya, seperti suku
bangsa minangkabau yang tersebar di berbagai pelosok tanah air banyak
berusaha di bidang perdagangan. Suku bangsa bugis dan madura banyak yang
ahli dalam hal pelayaran tradisional. Begitu pula suku-suku bangsa lainnya ada
yang khas dalam bidang pertanian atau ada yang bergerak dibidang industri.
3
2.2 Perkembangan Manusia dalam Sistem Pencaharian Hidup
Pada masa kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai pola
pemikiran sangat sederhana dimana kegiatannya sebatas berburu dan meramu
makanan, dalam berburu dan meramu inipun, ada faktor-faktor yang sangat
mempengaruhinya yaitu, faktor iklim, kesuburan tanah, keadaan binatang buruan
dan lain sebagainya sebagai pendukung kegiatan mereka. Mata pencaharian
tingkat selanjutnya sebagai usaha pemajuan otak manusia adalah bercocok tanam
tingkat sederhana. Dimasa ini manusia telah memasuki taraf kehidupan yang
lebih baik, dimana pengenalan sistem bercocok tanam tingkat sederhana ini akan
sangat mempengaruhi budaya dan peradaban tingkat lanjut karena manusia pada
masa ini hidupnya sudah mulai menetap, dengan menempati rumah-rumah dan
mulai menggunakan barang-barang masih sederhana untuk menunjang
kehidupannya. Ada pengaruh lain yang sangat dirasakan saat mengubah struktur
dari mata pencaharian itu sendiri yaitu disaat kebutuhan manusia semakin
meningkat maka berkaitan dengan penggunaan alat juga akan meningkat pula
yang disesuaikan dengan keperluannya. Selain itu pada masa bercocok tanam,
manusia pada zaman itu juga sudah mulai mengenal mata pencaharian
sampingan seperti, beternak dan berkebun.
Dengan pola pemikiran yang lebih maju, maka manusia mulai berfikir
untuk mencari alat penukar barang, artinya apa ? Sesuatu itu menjadi bernilai
apabila kita memerlukannya. Kelajutan dari ini maka dikenalkanlah sebuah
sistem sebagai penunjangnya yaitu sistem barter, yaitu barang tertentu ditukar
dengan barang yang mungkin nilainya bisa lebih besar atau sebaliknya lebih
kecil, karena kecendrungan dua sisi inilah maka manusia akan kembali
memikirkan sistem barter, karena dirasa berat sebelah apabila nilainya tidak
sesuai, maka kembali berkembang sistem tukar-menukar dengan menggunakan
standar uang. Lalu dimana tempat terjadinya tukar-menukar tersebut, pada
mulanya masih sebatas individu atau antar individu, meningkat dari individu
dengan komunitas, sampai antar komunitas. Disinilah muncul istilah pasar
4
sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli.
2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Indonesia
Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya
sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam,
contohnya pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sementara itu, mata
pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya lebih mendekati
sektor-sektor yang tidak terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan
sumber daya alam seperti jasa, transportasi, dan pariwisata. Beberapa pola
kegiatan ekonomi penduduk di Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan
lahan.
2.3.1 Pertanian
Pertanian merupakan usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan
tanaman pangan. Masyarakat agraris mengandalkan sektor pertanian sebagai
mata pencaharian utamanya. Berdasarkan bentuknya, pertanian dapat dibedakan
sebagai berikut :
A. Persawahan
Persawahan merupakan pertanian tetap (tidak berpindah) yang
menggunakan lahan basah yang diairi secara teratur. Tanaman yang biasanya
ditanam pada persawahan adalah padi. Berdasarkan cara pengairannya,
persawahan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Persawahan irigasi, yakni persawahan yang menggu-nakan sistem
pengairan tetap dan teratur dengan membangun saluran pengairan yang
mengambil sumber air dari sungai atau danau atau dikenal dengan istilah
irigasi.
2. Persawahan lebak yaitu persawahan yang berada di kanan kiri sungai-
sungai yang besar. Sistem pengairannya mengandalkan air sungai yang
ada.
3. Persawahan tadah hujan, yakni persawahan yang sistem pengairannya
5
mengandalkan air hujan atau tergantung pada curah hujan. Pada musim
kemarau, biasanya lahan ditanami tanaman-tanaman palawija.
4. Persawahan pasang-surut, yakni persawahan yang sistem pengairannya
memanfaatkan air muara atau rawa yang pasang. Oleh karena itu,
persawahan ini biasanya ditemukan di kawasan pantai atau sungai besar
yang landai dan memiliki lahan pasang surut.
B. Tegalan
Selain persawahan, usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan
tanaman pangan dapat juga dilakukan dengan menggunakan lahan kering
yang disebut dengan tegalan. Tegalan berlokasi pada lahan yang tetap, tidak
berpindah-pindah. Tanaman-tanaman yang ditanam pada tegalan biasanya
lebih beragam dibandingkan ladang.
C. Perladangan
Selain dilakukan secara menetap, pertanian juga bisa dilakukan secara
berpindah-pindah yang disebut dengan perladangan. Perladangan merupakan
usaha pengolahan tanah untuk pembudidayaan tanaman pangan dengan cara
berpindah-pindah (nomaden) untuk mencari lahan-lahan kosong yang
bertanah subur. Lahan yang digunakan dalam perladangan biasanya
merupakan lahan kering. Selain berpindah-pindah, pertanian ladang juga
belum mengenal sistem irigasi, pengolahan tanah, dan pemupukan.
Perladangan biasanya dilakukan penduduk dengan cara membabat pepohonan
pada lahan yang ada di hutan dan kemudian ditanami dengan tanaman-
tanaman tertentu. Tanaman yang biasa ditanam di ladang antara lain tanaman-
tanaman palawija, padi huma, umbi-umbian, dan lainnya. Perladangan kurang
baik bagi kelestarian hutan, bila berlangsung secara terus-menerus dapat
membuat hutan menjadi gundul sehingga tanah mudah terkena erosi. Sistem
pertanian ladang atau petani nomaden banyak dijumpai di daerah-daerah yang
masih mempunyai kawasan hutan yang luas seperti Kalimantan, Sumatra, dan
Papua.
6
2.3.2 Perkebunan
Tanaman yang ditanam pada perkebunan tidak terbatas pada tanaman
pangan utama, namun berbagai jenis tanaman pangan tambahan semacam buah-
buahan dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang diperlukan dalam
industri juga biasanya ditanam di perkebunan, misalnya kapas, kelapa sawit,
tembakau, dan sebagainya. Perkebunan dapat dijalankan pada lahan yang sempit
seperti pekarangan rumah maupun luas yang memerlukan modal besar.
2.3.3 Peternakan
Usaha pembudidayaan hewan-hewan darat yang diperlukan oleh manusia,
baik untuk dikonsumsi, maupun untuk tujuan lainnya disebut peternakan. Faktor-
faktor yang mendorong usaha peternakan di Indonesia antara lain sebagai berikut
:
- Mempunyai padang rumput yang luas.
- Iklimnya cocok untuk persyaratan hidup ternak.
- Memperluas lapangan kerja di bidang peternakan.
- Dapat diambil bermacam-macam manfaat, seperti dimanfaatkan tenaganya,
daging, kulit, susu, dan kotorannya untuk pupuk pertanian.
Peternakan biasanya merupakan mata pencaharian sampingan dari
penduduk yang menjalankan usaha pertanian. Berdasarkan jenis hewan yang
diternakkan, peternakan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni peternakan
hewan besar, peternakan hewan kecil, dan peternakan hewan unggas.
A. Peternakan Hewan Besar
Peternakan jenis ini membudidayakan hewan-hewan bertubuh besar,
seperti sapi, kuda, dan kerbau. Ternak hewan-hewan bertubuh besar diambil
manfaatnya dalam bentuk susu, daging, kulit, dan tenaganya sebagai alat
transportasi. Selain itu, kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alamiah
yang diperlukan dalam usaha pertanian dan perkebunan.
B. Peternakan Hewan Kecil
Peternakan hewan kecil membudidayakan hewan-hewan bertubuh kecil,
7
seperti babi, kambing, domba, kelinci, dan lainnya. Manfaat beternak hewan-
hewan kecil adalah untuk diambil susu, daging, dan kulitnya.
C. Peternakan Hewan Unggas
Ayam, bebek, angsa, itik, dan puyuh merupakan beberapa contoh hewan
unggas yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Manfaat beternak
hewan-hewan unggas adalah untuk diambil daging, telur, bulu, atau sebagai
penghibur untuk dinikmati suara atau keindahannya.
2.3.4 Perikanan
Negara kita kaya akan potensi perikanan. Selain memiliki laut yang luas
dan garis pantai yang panjang, Indonesia juga memiliki sumber air darat yang
melimpah. Semua potensi tersebut dapat digunakan untuk mendukung sektor
perikanan.Berdasarkan jenis perairannya, usaha perikanan dapat dibedakan
sebagai berikut.
A. Perikanan Darat
Perikanan darat merupakan usaha pembudidayaan atau penangkapan ikan
yang dilakukan di daratan. Pembudidayaan perikanan darat dapat dilakukan di
tambak, keramba, kolam, empang, dan lainnya. Perikanan darat dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Perikanan air payau, dilakukan di tepi-tepi pantai yang datar dalam
bentuk tambak atau empang. Jenis ikan yang diusahakan adalah udang
dan bandeng.
2. Perikanan air tawar, meliputi perikanan di sawah, kolam, danau, sungai,
dan keramba. Jenis-jenis ikan yang diusahakan adalah ikan mas, nila, lele,
gurami.
B. Perikanan Laut
Usaha pembudidayaan atau penangkapan hewan-hewan laut disebut
dengan perikanan laut. Penangkapan hewan-hewan laut biasanya dilakukan
oleh penduduk yang tinggal di kawasan pesisir. Nelayan biasanya menangkap
hewan-hewan laut di kawasan laut-laut dangkal atau zona neritik. Secara
8
tradisional, para nelayan biasanya menggunakan perahu-perahu kecil.
Penangkapan besar-besaran biasanya menggunakan perahu motor yang besar.
Jenis peralatan yang digunakan untuk menangkap ikan sangat beragam,
misalnya pancing, jala, jaring, sero, dan lainnya. Potensi perikanan laut
Indonesia sangat besar, karena hampir 60% wilayah Indonesia merupakan
perairan laut. Jenis ikan yang dihasilkan antara lain tongkol, cucut, biawak,
dan tuna. Pusat perikanan laut di Indonesia adalah :
1. Bagan Siapi-api (Riau) merupakan pelabuhan ikan terbesar di Indonesia.
2. Cilacap dan Tegal (Jawa Tengah)
3. Muncar (Banyuwangi, Jawa Timur)
4. Airtembaga (Sulawesi Utara).
Hasil penangkapan ikan, baik perikanan darat atau laut perlu diawetkan
agar dapat bertahan lama. Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain
pendinginan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, dan pengalengan.
2.3.5 Kehutanan
Lebih dari 50% kawasan darat di Indonesia adalah hutan. Hutan
merupakan kawasan yang ditumbuhi beragam jenis pohon. Di kawasan hutan,
biasanya tinggal berbagai jenis binatang yang menggantungkan kehidupannya
pada hasil-hasil hutan. Sebagai negara yang berada di lintang khatulistiwa,
Indonesia memiliki banyak hutan karena curah hujan yang tinggi. Hutan di
Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.
A. Berdasarkan Asalnya atau Terjadinya Hutan
1. Hutan alami, yaitu hutan yang tumbuh secara almiah, contoh: hutan rimba.
2. Hutan buatan, yaitu hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk diambil
hasil kayunya untuk industri. Contoh: hutan karet dan hutan jati.
B. Berdasarkan Jenis Tanamannya
1. Hutan homogen, yaitu hutan yang hanya terdiri atas satu jenis tanaman
saja. Contoh: hutan jati dan hutan pinus.
2. Hutan heterogen, yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-macam jenis
9
tanaman, biasanya merupakan hutan alami.
C. Berdasarkan Fungsi atau Manfaatnya
1. Hutan produksi, yaitu hutan yang ditanam untuk dimanfaatkan kayunya,
getahnya, dan sebagainya. Contoh hutan jati, hutan pinus, dan hutan
karet.
2. Hutan lindung, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi tanah dari
erosi dan untuk konservasi hutan. Hutan ini banyak dijumpai di
pegunungan atau lereng-lereng bukit.
3. Hutan suaka, yaitu hutan yang difungsikan untuk melindungi jenis
tumbuhan (cagar alam) dan jenis hewan tertentu (suaka margasatwa).
Contoh: Kebun Raya Bogor dan Ujung Kulon (badak bercula satu).
4. Hutan wisata, yaitu hutan yang difungsikan untuk wisata dan rekreasi.
Secara umum fungsi dan manfaat hutan dapat dikelompokkan menjadi
empat yaitu sebagai berikut :
- Fungsi hidrologis yaitu dapat menyimpan cadangan air.
- Fungsi ekonomis yaitu dapat diambil hasilnya untuk kegiatan produksi
sehingga mendatangkan devisa bagi negara.
- Fungsi klimatologis yaitu dapat mengatur cuaca atau iklim dan
menyegarkan udara.
- Fungsi orologis yaitu untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
Oleh karena begitu pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan, maka
kelestariannya perlu dijaga dari kerusakan, baik dari kebakaran hutan dan
penebangan hutan secara liar (ilegal logging).
2.3.6 Pertambangan
Pertambangan dilakukan manusia dengan menggali, mengambil, dan
mengolah sumber daya alam yang terdapat di perut bumi untuk memenuhi
sebagian kebutuhan manusia. Kegiatan pertambangan tidak terbatas pada upaya
penggalian dan pengambilan saja, namun juga meliputi upaya-upaya pengolahan
sumber daya tersebut untuk dijadikan barang setengah jadi sebagai bahan dasar
10
industri.Secara garis besar barang tambang dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu sebagai berikut.
A. Berdasarkan manfaat atau kegunaannya, barang tambang dapat dibedakan ke
dalam tiga golongan :
1. Golongan A, yaitu barang tambang strategis dan penting untuk
perekonomian negara. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, bijih
besi, tembaga, dan nikel.
2. Golongan B, yaitu barang tambang yang vital dan penting bagi kehidupan
orang banyak atau penting untuk hajat hidup orang banyak. Contohnya
emas, perak, belerang, fosfat, dan mangan.
3. Golongan C, yaitu barang tambang yang secara langsung digunakan untuk
bahan keperluan industri. Contohnya batu gamping, kaolin, marmer, gips,
dan batu apung.
B. Berdasarkan bentuknya, barang tambang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Barang tambang berbentuk energi, yaitu barang tambang yang dapat
menghasilkan tenaga atau energi yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Contohnya minyak bumi, batubara, gas alam, dan uranium.
2. Barang tambang berbentuk mineral logam. Contohnya timah, tembaga,
bijih besi, emas, perak, dan nikel.
3. Barang tambang berbentuk mineral bukan logam. Contohnya intan,
belerang, gamping, marmer, pasir kwarsa, dan fosfat.
Selain dari pengelompokan di atas, barang tambang dapat dikelompokkan
berdasarkan bahan asal pembentukannya yaitu mineral organik dan mineral
anorganik. Mineral organik yaitu mineral yang berasal dari sisa makhluk hidup
misalnya gas alam, minyak bumi, dan batubara. Mineral anorganik yaitu mineral
yang berasal dari sisa-sisa bahan anorganik misalnya kaolin, batu, pasir kwarsa,
yodium.
Untuk mendapatkan barang tambang yang masih terdapat di alam perlu
dilakukan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah eksplorasi, yaitu melakukan
11
kegiatan penyelidikan dan penelitian pada suatu daerah yang diperkirakan
mengandung barang tambang tertentu. Tahap selanjutnya adalah eksploitasi,
yaitu tahap pengambilan atau penambangan barang tambang di dalam bumi.
Wilayah Indonesia sangat kaya akan potensi sumber daya alam. Namun begitu,
belum semua potensi yang dimiliki telah dipergunakan secara maksimal.
2.3.7 Perindustrian
Perindustrian merupakan usaha manusia untuk mengubah bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi. Bidang perindustrian merupakan
bidang pencaharian yang terus meningkat. Pemerintah Indonesia berupaya untuk
terus mendorong bidang perindustrian agar lebih maju sehingga dapat
menampung banyak tenaga kerja. Berdasarkan besaran proses produksinya,
industri dapat digolongkan menjadi industri kecil, industri menengah, dan
industri besar.
A. Industri Kecil
Industri kecil merupakan kegiatan industri dalam skala terbatas. Jenis
industri ini biasanya berbasis pada rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya pun
terbatas dan teknologi yang digunakan dalam industri ini tidak terlalu
kompleks. Contohnya antara lain rumah batik, pembuatan makanan ringan,
pembuatan anyam-anyaman, dan sebagainya.
B. Industri Menengah
Industri menengah merupakan kegiatan industri yang tidak berbasis pada
rumah tangga. Jumlah tenaga kerjanya lebih banyak dari industri kecil dan
teknologi yang digunakan dalam industri ini sudah mulai melibatkan mesin-
mesin dalam jumlah terbatas. Contohnya antara lain industri percetakan,
konfeksi, dan penggergajian kayu.
C. Industri Besar
Industri besar kegiatannya dalam skala besar. Jenis industri ini
memerlukan modal besar, dengan jumlah tenaga kerja sangat banyak, dan
12
teknologi yang digunakan sangat kompleks yaitu melibatkan mesin-mesin
berukuran besar dalam jumlah banyak. Contoh industri besar adalah
pembuatan mobil, pesawat terbang, dan pengolahan besi.
2.3.8 Pariwisata
Pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan dengan tujuan rekreasi.
Mata pencaharian di sektor pariwisata beragam jenisnya, antara lain berupa
penjualan jasa sebagai pemandu (guide), penyedia penginapan (akomodasi),
hingga agen perjalanan. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak
kawasan dan potensi pariwisata. Keindahan alam Indonesia sangat terkenal
hingga ke berbagai negara. Namun, masih sedikit penduduk Indonesia yang
bekerja di bidang pariwisata.
2.3.9 Transportasi dan Jasa
Jasa merupakan usaha manusia untuk membantu manusia lainnya dalam
mencapai atau melaksanakan sesuatu. Sementara itu, transportasi merupakan
kegiatan pemindahan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Pencaharian penduduk dalam bidang ini pun sangat beragam. Bidang jasa dan
transportasi terutama menjadi pilihan pencaharian masyarakat perkotaan.
Beberapa contohnya antara lain adalah pekerjaan sebagai penerjemah,
penyewaan barang, pengemudi, pilot, masinis, dan sebagainya.
2.3.10 Perdagangan
Perdagangan dilakukan untuk menyalurkan dan memasarkan barang jadi
dari produsen kekonsumen. Perdagangan diperlukan karena adanya perbedaan
jumlah barang atau komoditi tertentu antara suatu kawasan dengan kawasan lain.
Berdasarkan besaran dan jenis barang, perdagangan dapat dikelompokkan
menjadi perdagangan kecil, perdagangan menengah, dan perdagangan besar.
Perdagangan kecil, kegiatannya berupa penyaluran barang langsung kepada
pembeli (eceran). Perdagangan menengah kegiatannya berupa penyaluran barang
dari pedagang besar pada pedagang kecil sehingga tidak melibatkan konsumen.
Perdagangan besar kegiatan melibatkan produsen barang atau pemilik barang
13
dalam jumlah besar dengan para pedagang menengah.
Untuk menunjang kehidupan, setiap masyarakat pasti memiliki mata
pencaharian utama, sehingga terdapat kelompok suku bangsa memiliki mata
pencaharian yang khas dibandingkan dengan suku bangsa lainnya, seperti suku
bangsa minangkabau yang tersebar diberbagai pelosok tanah air banyak berusaha
di bidang perdagangan. Suku bangsa bugis dan Madura banyak yang ahli dalam
hal pelayaran tradisional. Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Begitu
pula suku-suku bangsa lainnya ada yang khas dalam bidang pertanian atau ada
yang bergerak dibidang industri.
Adapun s istem mata pencaharian tradisional, adalah sistem-sistem yang
bersifat tradisional terutama terhadap kebudayaan suatu suku bangsa. Secara
tradisional Koentjaraningrat mengklasifikasikan mata pencarian manusia, terdiri
dari :
A. Berburu dan Meramu
Perburuan atau berburu adalah praktek mengejar, menangkap, atau
membunuh hewan liar untuk dimakan, rekreasi, perdagangan, atau
memanfaatkan hasil produknya (seperti kulit, susu, daging dan lain-lain).
Berburu dan meramu merupakan suatu mata pencaharian manusia yang paling
tua, tetapi masa sekarang sebagian besar manusia beralih ke mata pencaharian
lain. Suku-suku bangsa yang berburu dan meramu hanya tinggal sedikit,
namun para ahli antropologi masih tetap perhatian terhadap suatu bentuk mata
pencaharian tersebut, untuk dapat menganalisa azas masyarakat dan
kebudayaan manusia secara historikal.
Dalam hal ini para ahli antropologi biasanya menaruh perhatian terhadap
soal-soal, seperti hak rakyat dan milik atas wilayah berburu, sumber-sumber
air, perangkap-perangkap, alat transportasi, dan lain-lain Para antropolog juga
menaruh perhatian terhadap soal-soal seperti susunan kelompok manusia serta
hubungan antara mereka dalam hal berburu. Masalah bantuan tenaga dalam
14
pemburuan, masalah kepemimpinan dalam aktivitas berburu, dan sebagainya.
B. Beternak
Peternakan adalah praktek untuk membudidayakan binatang ternak. Suatu
hal penting mempunyai ketrampilan untuk peternak ,di beberapa negara,
berternak merupakan suatu seni tersendiri. Di negara-negara tertentu
mempunyai hukum yang tegas mengenai perlakuan terhadap binatang ternak.
Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai
dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin
berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal
menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan
kambing yang semula hanya diambil dagingnya, mulai dimanfaatkan susu dan
kulitnya. Setelah itu, manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil
kulit dan susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah.
Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain.
Beternak secara tradisional merupakan suatu mata pencaharian pokok
yang dikerjakan dengan cara besar-besaran. Sepanjang sejarah, suku-suku
bangsa peternak menunjukan sifat-sifat agresif. Hal ini karena mereka secara
terus menerus harus menjaga keamanan binatang ternak mereka terhadap
serangan atau pencurian. Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup
mengembara sepanjang musim semi dan musim panas. Dimana mereka
berkemah di jalan pada malam hari. Dalam musim dingin mereka menetap di
suatu desa induk yang tetap. Dalam hal mempelajari masyarakat peternak,
ilmu antropologi juga menaruh perhatian terhadap masalah-masalah seperti
tanah peternakan dan modal, tenaga kerja, produksi dan teknologi produksi,
dan lain-lain.
C. Bercocok Tanam di Ladang
Merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun
akan hilang karena diganti dengan bercocok tanam menetap. Para ahli
antropologi biasanya menaruh perhatian terhadap soal tanah dan modal,
15
susunan kelompok manusia serta hubungan antara mereka dalam berladang,
teknologi dan cara-cara produksi, masalah pembagian, distribusi dan
penjualan hasil-hasil ladang.
D. Menangkap ikan
Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau, atau
laut, telah memanfaatkan sumber daya alam untuk keperluan hidupnya. Dalam
mempelajari suatu masyarakat yang berdasarkan mata pencaharian mencari
ikan. Para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap soal-soal seperti,
sumber alam, dan modal, tenaga kerja, teknologi produksi dan konsumsi
distribusi dan pemasaran. Sumber alam dan modal, menyangkut hal-hal
seperti hak terhadap daerah-daerah tertentu dalam sungai, danau atau pantai
dan soal yang menyangkut hak atas tempat berlabuh perahu. Hal yang
terpenting dalam soal modal adalah hak milik atas alat-alat menangkap ikan,
jerat, jala dan hak milik perahu dan alat-alat berlayar. Soal tenaga kerja,
menyangkut seperti usaha gotong royong dan cara-cara mengerahkan tenaga
untuk menangkap ikan bersama-sama. Soal teknologi produksi menyangkut
banyak hal, misalnya cara menangkap ikan, memelihara alat-alat perikanan
dan lain-lain. Soal distribusi dan pemasaran, menyangkut hal-hal yang ada
hubungannya dengan cara pengawetan ikan dan penjualan serta
pendistribusian kepada tengkulak atau pasar-pasar ikan.
E. Bercocok Tanam Menetap dengan Irigasi.
Bercocok tanam menetap dengan irigasi pertama muncul di beberapa
daerah di dunia yang terletak di daerah perairan sungai-sungai besar, karena
sangat subur tanahnya. Banyak suku bangsa yang melakukan bercocok tanam
di lading, sekarang mulai berubah menjadi petani menetap. Perubahan ini
dikarenakan penduduk mencapai kepadatan yang tinggi. Hal ini dapat
dimengerti karena bercocok tanam diladang banyak memerlukan tanah bagi
setiap keluarga. Ilmu antropologi juga menaruh perhatian terhadap masalah-
masalah yang berkaitan dengan bercocok tanam menetap, yaitu masalah tanah
16
dan modal, tenaga kerja, teknologi, konsumsi, distribusi, dan pemasaran.
Kehidupan manusia berkembang dengan cepat karena berbagai proses
perpindahan budaya (hampir tidak ada lagi kebudayaan suatu suku bangsa yang
murni). Karena itu sistem mata pencarian hidup pun berkembang dengan pesat,
walaupun perkembangan ini tidak terjadi secara bersamaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam kehidupan sehari hari, suatu masyarakat terdapat berbagai
macam kebudyaan, termasuk mata pencaharian mereka. Hal ini karena keadaan
sosial dan geografi mereka yang berbeda-beda, sehingga harus disesuaikan
dengan kondisi keadaan masyarakat itu sendiri, agar mereka dapat bertahan
memenuhi kebutuhan hidup. Hal yang demikian terjadi dengan otomatis karena
penyesuaian mereka secara perlahan lahan hingga membentuk suatu kebiasaan
yang terus di jalani pada dirinya dan masyarakat sekitarnya serta pada keturunan
mereka. Dengan demikian suatu mata pencaharian di dalam suatu masyarakat itu
ada akibat dari keadaan sosial dan geografi dari masyarakat secara umum.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org
http://www.nandalawi.co.cc/2011/03/mata-pencaharian-penduduk-indonesia.htl
http://akhiru.wordpress.com/2013/02/11/sistem-ekonomi-sistem-mata-
pencaharian-hidup/
http://www.coretanku.web.id/2012/06/sistem-mata-pencaharian.html#.Uod-
qzfClQk
18