SKN(Sistem Kesehatan Nasional) Dalam Pembangunan Kesehatan Di
Sistem Kesehatan Nasional
-
Upload
muhammad-taufiqul-hadi -
Category
Documents
-
view
210 -
download
1
Transcript of Sistem Kesehatan Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial, maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya dapat
terwujud.
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih menghadapi
berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan
pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan yang
disertai berbagai terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa
Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),
upaya pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer sebagai
terobosan pemantapan dan percepatan peningkatan pemeliharaan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, Jaminan Kesehatan Semesta, dan program
lainnya.
Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya berbagai
regulasi penyelenggaraan kepemerintahan, antara lain Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2002 tentang Sistem Nasional, Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika,Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan secara global terjadi perubahan iklim
dan upaya percepatan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs),
sehingga diperlukan penyempurnaan dalam pengelolaan kesehatan. Pemerintah
Daerah, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-
Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan secara global terjadi
perubahan iklim dan upaya percepatan pencapaian Millenium Development
Goals(MDGs), sehingga diperlukan penyempurnaan dalam pengelolaan kesehatan.
Pembangunan di Bidang Kesehatan merupakan salah satu prioritas utama
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang. Semakin kompleksnya permasalahan kesehatan seiring dengan
perkembangan globalisasi yang berpengaruh pada semua sektor menjadikan
tantangan pembangunan kesehatan semakinmeningkat. Untuk itu guna mendukung
program-program pembangunan kesehatan tersebut diperlukan sumberdaya dan
sumberdana yang memadai agar permasalahan-permasalahan kesehatan dapat
ditangani.
2
Dalam Undang-Undang Kesehatan yang mengatur proporsi pembiayaan
kesehatan diharapkan persentase alokasi anggaran kesehatan sebesar 10 % dari
anggaran APBN dan sebesar 5 % dari anggaran APBD. Namun dalam
implementasinya hal tersebut masih jauh dari angka ideal yang diharapkan. Masih
minimnya anggaran kesehatan baik yang bersumber dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah memang sebuah permasalahan terkait masih rendahnya
anggaran APBD itu sendiri. APBD di Kabupaten Bantul 90 % masih tergantung
alokasi DAU dari pusat. Hal tersebut disebabkan masih rendahnyapendapatan asli
daerah (PAD) murni di Kabupaten Bantul yang secara tidak langsung berdampak
pada rendahnya alokasi anggaran pembangunan, khususnya di sektor kesehatan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Undang-
Undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah; serta Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai daerah Otonom, memberikan
dampak yang cukup luas pada desentralisasi di bidang kesehatan, dimana
kewenangan yang semula pada pemerintah pusat sebagian besar akan dilimpahkan
kepada pemerintah daerah, sehingga daerah mempunyai kesempatan untuk
merumuskan dan mengembangkan sistem kesehatan yang sesuai dengan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat setempat serta kondisi dan kemampuan daerah.
Dengan demikian daerah mempunyai peluang untuk menyusun rencana
yang lebih spesifik dalam mengembangkan sistem pelayanan termasuk sistem
pelayanan kesehatan yang mandiri. Sejalan dengan hal tersebut upaya perbaikan
kesehatan masyarakat terus ditingkatkan antara lain melalui pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan pemukiman, perbaikan
gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu
dan anak. Perlindungan terhadap bahaya penyalahgunaan obat, zat adiktif dan
narkotik terutama bagi generasi muda serta pencemaran lingkungan perlu
diberikan perhatian khusus.
Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dan
usaha mencapai tujuan pembanguan kesehatan tersebut adalah adanya informasi
yang akurat. Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi yang dapat
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya- upaya
kesehatan
3
demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk
pengembangan sistem informasi ini adalah penghitungan pembiayaan kesehatan
(DHA).
1.2 Tujuan
a) Mampu menjelaskan system pelayanan kesehatan di Indonesia
b) Mampu menjelaskan system kesehatan nasional ( SKN ), system kesehatan
daerah (SKD ) dan, standar pelayanan minimum ( SPM ) puskesmas.
c) Mampu menjelaskan prosedur pembiayaan pada pelayanan kesehatan puskesmas
1.3 Manfaat
a). Membantu mahasiswa memahami tentang system pelayanan kesehatan di Indonesia
b) Membantu mahasiswa memahami Sistem kesehatan Nasional, system kesehatan
daerah, standar pelayanan minimum
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
a. definisi
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi- tingginya (Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 72 Tahun 2012
tentangSistem Kesehatan Nasional).
b. tujuan :
Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya
apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik
antar pelaku maupun antar subsistem SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau
seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan
perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.
c. Landasan SKN meliputi :
Landasan idil, yaitu Pancasila.
Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya Pasal : 28A, setiap
orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya ;
Pasal 28B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi ; Pasal
28C ayat (1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari
ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
5
hidupnya demi kesejahteraan umat manusia ; Pasal 28H ayat (1), setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan ; Pasal 28H ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat ; Pasal 34 ayat (2), negara mengembangkan sistem jaminan social
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan dan Pasal 34 ayat (3), Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak.
Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang
berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
d. Subsistem SKN 2012
Pendekatan pengelolaan kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di
masa depan adalah kombinasi dari pendekatan sistem, kontingensi, dan sinergi
yang dinamis. Mengacu pada perkembangan komponen pengelolaan kesehatan
dewasa ini serta pendekatan pengelolaan kesehatan tersebut di atas, maka
subsistem SKN dikelompokkan sebagai berikut:
a. subsistem upaya kesehatan;
b. subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan;
c. subsistem pembiayaan kesehatan;
d. subsistem sumber daya manusia kesehatan;
e. subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
f. subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
g. subsistem pemberdayaan masyarakat
Subsistem Upaya Kesehatan
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun
seluruh potensi bangsa Indonesia sebagai ketahanan nasional.
6
Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI dan
POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta
melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan
pemulihan kesehatan, difasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan.
Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar
dan/atau data kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan
penelitian dan pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi dan
sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengelolaan penelitian dan
pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan pengembangan biomedis dan
teknologi dasarkesehatan, teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik,
teknologi intervensi kesehatan masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan,
dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian dan pengembangan kesehatan
dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh Pemerintah.
Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat
itu sendiri. Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik
(public good) yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk
pelayanan kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali
pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab
pemerintah.
Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi social yang pada
waktunya diharapkan akan mencapai universal health coverage sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
7
Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi
secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga
kesehatan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik,
tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk
peneliti kesehatan.
SKN memberikan fokus penting pada pengembangan dan Pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan. Pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan
dan program sumber daya manusia yang diperlukan, pengadaan yang meliputi
pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan,
pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan, termasuk peningkatan
kesejahteraannya, dan pembinaan serta pengawasan mutu sumber daya manusia
kesehatan.
Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek
keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan
penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di
bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.
Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen
kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi,
8
sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN agar efektif, efisien, dan
transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.
Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi
pengadaan data, informasi, dan teknologi komunikasi untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dan kegiatan lainnya, yang
kegiatannya dapat dikelompokkan, antara lain:
a. pengelolaan sistem informasi;
b. pelaksanaan sistem informasi;
c. dukungan sumber daya; dan
d. pengembangan dan peningkatan sistem informasi kesehatan
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-
mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk
swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan.
Dalam pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat meliputi pula
upaya peningkatan lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri dan upaya
peningkatan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar.
Upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat akan berhasil
pada hakekatnya apabila kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi.
Pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan
fokus dari pembangunan kesehatan
2.2 Sistem Kesehatan Daerah ( SKD )
a. definisi
Sistem Kesehatan Nasional (SKD) adalah tatanan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di suatu daerah yang terdiri dari komponen upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia kesehatan, obat dan perbekalan
9
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan (perda No.9 SKD
, hal 1).
b. tujuan
terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi, baik masyarakat,
swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
c. Landasan SKD meliputi :
SKD merupakan bagian dari pembangunan nasional, dengan demikian landasan
SKD adalah sama dengan landasan pembangunan nasional. Secara lebih spesifik,
landasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Landasan idiil yaitu pancasila
2. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945
a. Pasal 28 A : setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya
b. Pasal 28 B ayat (2) : setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang
c. Pasal 28 C ayat (1) : setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.
d. Pasal 28 H ayat (1) : setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3) : setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat
e. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
10
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan ayat (3) : negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak
3. Landasan operasioanal :
a. Undang – undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Undang –undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN)
c. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2005 tentang Praktik Kedokteran Dokter
dan Dokter Gigi
d. Peraturan Daerah Nomor 37 Tahun 2000 tentang Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Timur
e. Peraturan Daerah nomor 23 Tahun 2002 tentang Rumah sakit Propinsi
f. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Skenario
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di Indonesia telah ada sejak tahun 1982.
Lingkungan strategis yang selalu berubah baik global, regional maupun nasional dan
lokal, menyebabkan SKN juga berubah yaitu tahun 2004, 2009 dan terakhir tahun 2012
melalui perpres no 72/2012.
Otonomi daerah yang berkembang secara dinamis juga memerlukan
pengembangan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) tetapi tetap merupakan bagian internal
dari SKN.
SKD seharusnya menguraikan secara spesifik permasalahn kesehatan di daerah,
misalnya masalah gizi kurang, AKB, dan AKI, UHHo, pembiayaan kesehatan, SDM
kesehatan, dll yang kemudian dituangkan strategis penanganannya dalam SKD.
SELF EVALUATION:
1. Jelaskan tentang SKN, SKD dan lingkungan strategis yang berpengaruh.
2. Jelaskan hubungan SKN dan SKD dengan penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan di Puskesmas serta pencapaian target Standar Pelayanan Minimum (SPM).
3. Jelaskan hubungan SKN/SKD dengan pembiayaan pelayanan kesehatan, khususnya
bagi kelompok miskin.
3.1 Terminologi
SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya (Peraturan
Presiden Republik IndonesiaNomor 72 Tahun 2012 tentangSistem Kesehatan
Nasional).
12
SKD Sistem kesehatan daerah adalah tatanan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di suatu daerah yang terdiri dari komponen upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan (perda No.9 SKD
, hal 1).
1. Jelaskan tentang SKN, SKD dan lingkungan strategis yang berpengaruh
a. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
- Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi- tingginya (Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 72
Tahun 2012 tentangSistem Kesehatan Nasional).
- Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 (Departemen Kesehatan RI
Jakarta, 2009).
- SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 131/Menkes/Sk/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional).
- SKN adalah proses kumpulan berbagai faktor kompleks yang berhubungan
dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (WHO).
b. Sistem Kesehatan Daerah (SKD)
- Sistem kesehatan daerah adalah tatanan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di suatu daerah yang terdiri dari komponen upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia kesehatan, obat dan perbekalan
13
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan (perda No.9
SKD , hal 1).
c. Lingkungan strategis yang berpengaruh
Perkembangan global, regional, nasional, dan lokal yang dinamis akan
mempengaruhi pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan
kesehatannya. Hal ini merupakan faktor eksternal utama yang mempengaruhi
proses pembangunan kesehatan, termasuk diantaranya kesehatan sebagai
ketahanan nasional.
Faktor lingkungan strategis dapat dibedakan atas tatanan global, regional,
nasional, dan lokal, serta dapat dijadikan peluang atau kendala bagi sistem
kesehatan di Indonesia.
- Tingkat Global dan Regional
Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang
mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan. Proses
ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi, dan
transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara dalam
sistem pengelolaannya.
Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan pembangunan
kesehatan, yang sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan persiapan dan
langkah-langkah yang menjadikan peluang dan mengurangi dampak yang
merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu sistem kesehatan yang
responsif.
- Tingkat Nasional dan Lokal
Pada tingkat nasional terjadi proses politik, seperti desentralisasi,
demokratisasi, dan politik kesehatan yang berdampak pada pembangunan
kesehatan, sebagai contoh: banyaknya peserta pemilihan kepala daerah
(Pilkada) yang menggunakan isu kesehatan sebagai janji politik.
Proses desentralisasi yang semula diharapkan mampu memberdayakan
daerah dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, namun dalam
kenyataannya belum sepenuhnya berjalan dan bahkan memunculkan euforia di
daerah yang mengakibatkan pembangunan kesehatan terkendala.
14
Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia rawan bencana, di sisi
lain situasi sosial politik yang berkembang sering menimbulkan konflik sosial
yang pada akhirnya memunculkan berbagai masalah kesehatan, termasuk
akibat pembangunan yang tidak berwawasan kesehatan yang memerlukan
upaya pemecahan melalui berbagai terobosan dan pendekatan.
Perangkat regulasi dan hukum yang terkait dengan kesehatan masih belum
memadai, sementara itu kemampuan pimpinan tenaga kesehatan dan profesi
dalam pemahaman etikolegal dan pembuatan regulasi kesehatan spesifik serta
kesadaran hukum masyarakat masih rendah, dan masih lemahnya penegakan
hukum menyebabkan berbagai hambatan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai terobosan/pendekatan terutama
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang memberikan
penguatan kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat, diantaranya melalui
pengembangan Desa Siaga. Di bidang lingkungan, mekanisme mitigasi serta
adaptasi dan pengenalan resiko akan perubahan iklim menuntut kegiatan kerja
sama antara pihak lingkungan dengan pihak kesehatan dan seluruh sektor
terkait.
2. Jelaskan hubungan SKN dan SKD dengan penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan di puskesmas serta pencapaian target standar pelayanan minimum
(SPM).
SKN/SKD merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ke derajat yang setinggi-tingginya. Untuk itu SKN/SKD mengamanatkan untuk ditetapkan standar pelayanan minimum kepada daerah yang dalam hal inis adalah puskesmas.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004)
Profil kesehatan masyarakat dapat di liat dari data hasil pencapaian
puskesmas tahun 2010 yang terdiri dari upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perseporangan (UKP). Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan
oleh Puskesmas sesuai dengan Permenkes 128 tahun 2004 adalah :
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
15
2. Upaya Kesehatan Perbaikan Gizi Masyarakat
3. Upaya Kesehatan Lingkungan
4. Upaya Promosi Kesehatan
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Kesehatan Pengobatan
Sedang Upaya Kesehatan Pengembangan yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Mataram yaitu :
1. Upaya kesehatan Lansia
2. Pelayanan Rawat Inap
3. Pelayanan PONED (kegawatdaruratan ibu dan bayi)
Kemudian hasil tersebut juga disesuaikan dengan Target yang ditentukan oleh
Dinas Kesehatan Kota Mataram melalui target di tiap-tiap program kegiatan.
Berikut ini adalah contoh standar pelayanan minimum (SPM) pada
Puskesmas Tanjung Karang pada periode tahun 2010, hal ini dapat dilihat dari
masing-masing program upaya kesehatan wajib, yaitu:
A. UPAYA KESEHATAN WAJIB
1. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK – KB
Pada tahun 2010 terdapat 0 (nol) kasus ibu meninggal, hal tersebut
merupakan jumlah yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang
berjumlah 2 kasus. Ibu hamil yang terdata pada tahun 2010 sebanyak 1.082 jiwa,
meningkat dari tahun 2009 yang hanya 1.048 jiwa. Demikian pula halnya dengan
jumlah bayi meninggal yang hanya berjumlah 3 kasus. Kasus terbanyak pada
kelurahan Kekalik Jaya sebanyak 2 kasus dan sisanya terdapat pada kelurahan
Banjar. Jumlah bayi meninggal pada tahun 2009 mencapai 11 kasus.
Untuk Indikator-indikator kesehatan ibu, yang mengalami peningkatan
cakupan target adalah cakupan kunjungan bumil K4 sebesar 94.7%, jika
dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya berkisar pada 90.69%. Namun hal
tersebut masih dibawah target SPM 2010 yaitu sebesar 95%. Cakupan bumil
resti/komplikasi yang ditangani oleh puskesmas mengalami peningkatan drastis
menjadi 75.2% yang pada tahun 2009 hanya sebesar 14.69%. Capaian tersebut
harus ditingkatkan lagi pada tahun 2011, karena masih dibawah target SPM
sebesar 80%. Pelayanan persalinan oleh nakes merupakan salah satu indikator
kesehatan ibu yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 92.6 % yang pada tahun
16
2009 hanya mencapai 83.43%. Hal tersebut melebihi target yang dikeluarkan oleh
Puskesmas yaitu sebesar 89%.
Indikator kesehatan berikutnya yaitu pelayanan nifas lengkap/ ibu dan
neonatus sesuai standar (KN3). Indikator tersebut mengalami penurunan menjadi
81.1% yang pada tahun 2009 mencapai 82.30%. Indikator tersebut selain
mengalami penurunan juga belum mencapai target SPM yaitu 90%. Capaian
pelayanan dan atau rujukan bumil resti/komplikasi merupakan indikator yang bisa
kita banggakan karena sudah mencapai 100% melebihi capaian 2009 yang sebesar
73.31% serta sudah mencapai target SPM sebesar 100%.
Pada upaya kesehatan ibu dan anak – KB, yang diperhatikan adalah
kesehatan bayi. Indikator – indikator yang mencerminkan kesehatan bayi salah
satunya adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian bayi di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang pada tahun 2010 sebanyak 3 kasus. Hal tersebut
mengalami penurunan dari tahun 2009 yang mempunyai 11 kasus bayi meninggal.
Cakupan BBLR yang ditangani sudah mencapai angka 100% sesuai
dengan target SPM. Cakupan neonatal resti/komplikasi yang ditangani masih
dikisaran 72.4%, walapun hal ini masih dibawah target cakupan SPM yakni
sebesar 80%. Namun hal tersebut sudah mengalami peningkatan yang signifikan
dari tahun 2009 sembilan yang sebesar 27.74%. Cakupan kunjungan bayi sudah
jauh melebih target SPM yang hanya sebesar 90%. Cakupan kunjungan bayi ke
Puskesmas Tanjung Karang sudah mencapai123.9% pada tahun 2010 dan
109.42% pada tahun 2009. Cakupan KN1 mengalami penurunan pada tahun 2010
menjadi 75.7% dari tahun 2009 yang mencapai angka 84.71%.
2. UPAYA KESEHATAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Angka balita gizi buruk sebanyak 0 (nol) kasus, hal ini merupakan
peningkatan dari tahun 2009 yang mencapai 3 kasus. Cakupan jumlah pemberian
vitamin A pada balita sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun masih di bawah target
SPM (90%) yakni hanya sebesar 71.63%. Hal tersebut mengalami peningkatan
dari tahun 2009 yang mencapai 66.12%. Cakupan pemberian tablet besi sudah
melebihi target SPM (90%) yaitu sebesar 98.52%. Cakupan balita yang naik berat
badannya hanya mencapai 51%, meskipun hal ini merupakan peningkatan dari
17
tahun 2009 yang hanya mencapai 48.10%, namun capaian ini masih dibawah
target SPM yaitu sebesar 80%.
Angka balita bawah garis merah (BGM) sudah mencapai target SPM yakni
<15%. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai kisaran
3.55%, telah terjadi penurunan pada tahun 2010 yang mencapai 4.22%.
3. UPAYA KESEHATAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Jumlah sasaran air bersih pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang
pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu mencapai 9723 dari tahun 2009
yang hanya mencapai 7672. Meskipun sasarannya mengalami peningkatan, namun
cakupan sarana air bersih (sab) mengalami penurunan (78.3%) dari nilai tahun
2009 sebesar 81.5%. Hal tersebut masih di bawah target SPM yang mencapai
90%. Kelompok pemakai air pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang
mengalami penurunan menjadi 34 Tim dari 73 tim pada tahun 2009. Namun dari
34 Tim tersebut hanya 21 yang bertahan (61.76%). Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa kelompok pemakai air menjadikan sarana air bersih tersebut sebagai
milik pribadi.
Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) pada tahun 2010 mengalami
peningkatan dari 186 menjadi 191 buah. Namun dari jumlah tersebut, hanya 43
buah (22.5%) yang memenuhi syarat. Kenyataan ini masih di bawah target SPM
yang mencapai 75%. Jumlah Saluran Pembuangan Air dan Limbah (SPAL) pada
wilayah kerja Puskesmas mengalami peningkatan menjadi 9723 buah dari 8863
buah pada tahun 2009. Cakupan SPAL melebihi target SPM (75%) yaitu 81.8%
pada tahun 2010. Salah satu indikator penyehatan lingkungan adalah cakupan
rumah sehat dan jamban keluarga. Secara keseluruhan, jumlah rumah mengalami
peningkatan pada tahun 2010 menjadi 9723 dari 7672. Namun cakupan rumah
sehat yang ada mengalami penurunan menjadi 71.4% dari 93.4%. Hal ini masih di
bawah target SPM sebesar 75%.
Jumlah jaga yang memenuhi syarat mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2009 menjadi 2042 buah, namun cakupan jaga
mengalami penurunan menjadi 71.4% dari 75.5% pada tahun 2009. Hal tersebut
masih di bawah target SPM sebesar 75%.
18
4. UPAYA KESEHATAN PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan merupakan salah satu ujung tombak dari program
Puskesmas pada umumnya dan Puskesmas Tanjung Karang pada khususnya. Hal
ini berkaitan dengan salah satu fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pembangunan
Berwawasan Kesehatan. Untuk meningkatkan wasasan masyarakat dalam hal
kesehatan diperlukanlah promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan sebagai
salah satu contohnya.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah
satu bentuknya. Penyuluhan PHBS dapat dilakukan di Rumah Tangga, Sekolah,
Institusi Sarana Kesehatan, Institusi Tempat Tempat Umum (TTU), serta Institusi
Tempat Kerja. Penyuluhan PHBS di Rumah Tangga mulai dilakukan pada tahun
2010 dan mencapai cakupan sebesar 56.59%. Hal tersebut bisa dikatakan
pencapaian yang baik walaupun masih di bawah target SPM sebesar 65%.
Penyuluhan PHBS di Sekolah dan Institusi Kesehatan masing-masing mencapai
angka 37.5% dan 100%. Kedua pencapaian tersebut sudah di atas target yang
dicanangkan oleh Puskesmas sebesar 37% dan 100%. Penyuluhan PHBS di
Institusi TTU mencapai 31.8% di atas target Puskesmas yang hanya 31%.
Penyuluhan PHBS di Institusi Tempat kerja belum dilakukan oleh karena satu dan
lain hal.
Pos Pelayanan Terpadu atau yang bisa dikenal dengan nama POSYANDU
merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas. Jumlah Posyandu madya yang
dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Karang mencapai 31.54% dan mencapai target
yang dicanangkan oleh Puskesmas yaitu <50%. Posyandu purnama mencapai
68.16% melebihi target SPM sebesar 40%. Posyandu yang aktif mencapai 68.16%
jauh diatas target Puskesmas yang hanya 40%.
Narkotika dan Penyalahgunaan Zat Terlarang atau lebih dikenal dengan
NAPZA merupakan momok tersendiri bagi perkembangan generasi bangsa. Demi
melindungi generasi muda pada wilayah kerjanya, Puskesmas Tanjung Karang
mengadakan penyuluhan terkait NAPZA. Hal ini mulai dilakukan pada tahun 2010
dan baru mencapai 5.7%, dan masih di bawah target SPM sebesar 15%.
Pencapaian tersebut sebaiknya tidak dilihat sebagai sesuatu yang negatif, karena
penyuluhan NAPZA pada generasi muda pada khususnya dan masyarakat pada
uumnya harus dilakukan secara perlahan namun menyeluruh.
19
Desa-desa dengan penggunaan kadar Yodium yang baik di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Karang sudah mencapai 76.8% walaupun baru dicanangkan
pada tahun 2010. Hal ini masih di bawah target SPM yakni sebesar 80%. Kendati
demikian, kelurahan yang memiliki desa siaga mencapai 100% dari total seluruh
desa. Hal ini merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Puskesmas Tanjung
Karang.
5. UPAYA KESEHATAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR (P2M)
Salah-satu indikator berhasil atau tidaknya suatu Puskesmas menjalankan
fungsinya di bidang preventif penyakit dilihat dari kesuksesan bidang P2M dalam
mencapai target. Indikator P2M bisa dikatakan berhasil adalah melalui prosentase
cakupan Kelurahan yang menjalankan program UCI. Sasaran bayi pada tahun
2010 meningkat menjadi 984 bayi dari 955. Kelurahan UCI mencapai 100% sesuai
target SPM. Namun ada aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Aspek tersebut
adalah imunisasi HB 1 untuk bayi <7 hari yang mengalami penurunan menjadi
94.6% dari tahun sebelumnya yang mencapai 102%. Cakupan imunisasi anak
sekolah (BIAS) mengalami peningkatan menjadi 99% dari 98%. Namun hal ini
masih di bawah target SPM yang mencapai 100%.
Pada bidang P2 TB, jumlah sasaran 61 orang, jumlah tersangka TB yang
diperiksa sebanyak 264 jiwa dengan BTA (+) mencapai 12 penderita. Jumlah
penderita yang dikonfersi sebanyak 11 penderita. Cakupan kesembuhan penderita
BTA (+) hanya mencapai 83.33% dan masih di bawah target SPM sebesar 90%.
Pada bidang P2 Pneumonia, angka penemuan penderita pneumonia balita
hanya mencapai 69.48%. Hal tersebut masih berada di bawah target SPM sebesar
90%. Namun jumlah penderita pneumonia yang ditangani sudah mencapai angka
100%.
Pada bidang P2 DBD, penderita DBD yang ditangani sudah mencapai
100%. Namun angka bebas jentik baru mencapai angka 73.88% dan masih di
bawah target SPM > 95%. Bidang P2 Diare melaporkan bahwa baru 52.61% angka
cakupan diare. Hal tersebut juga masih di bawah target SPM yang mencapai angka
20
100%. P2 malaria melaporkan bahwa pemeriksaan darah pada penderita klinis
malaria sudah mencapai angka 100%. Selain itu, penderita yang ditangani dengan
pengobatan standart mencapai 100%.
Bidang P2 kusta melaporkan temuan kasus kusta berjumlah 1 kasus dengan
RFT 100%. Hal tersebut sudah mencapai bahkan melebihi target SPM yang
mencapai kisaran >90%. Bidang P2 HIV melaporkan bahwa penderita IMS
(Infeksi Menular Seksual) yang diobati mencapai 100%. Serta tidak ditemukan
adanya HIV/AIDS pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang. Pada bidang
pelayanan haji, sudah 100% calon jamaah haji yang diperiksa di Puskesmas
Tanjung Karang.
6. UPAYA KESEHATAN PENGOBATAN
Upaya kesehatan pengobatan merupakan salah satu upaya kesehatan wajib
yang dijalankan oleh Puskesmas Tanjung Karang yang bergerak di bidang kuratif
dan rehabilitatif. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 47.127 jiwa,
diharapkan jika masyarakat sakit berkunjung ke Puskesmas. Hal itu nampaknya
merupakan sesuatu yang tercapai pada tahun 2010. Sekitar 43.338 jiwa berkunjung
ke rawat jalan umum serta 5744 berkunjung ke rawat jalan gigi. Upaya kesehatan
pengobatan di Puskesmas Tanjung Karang ditunjang oleh adanya fasilitas
Laboratorium. Pemeriksaan Hb (Haemoglobin) pada ibu hamil mencapai 94.7%.
Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD mencapai 100%. Pemeriksaan darah
malaria mencapai 100%. Pemeriksaan tes kehamilan mencapai 100%. Berikut
adalah 10 daftar penyakit terbanyak pada tahun 2010, yaitu:
NO NAMA PENYAKIT
1 NASOFARINGITIS AKUT (CC) J00
2 DIARE DAN GE YG DIDUGA BERASAL DARI INFEKSI A09
3 GASTRITIS DAN DUODENITIS K29
4 ABSES, FURUNKEL DAN KARBUNKEL KULIT L02
5 TONSILITIS AKUT J03
6 ARTHRITIS LAINNYA M13
7 CHRONIC APICAL PERIODONTITIS K04.5
8 HYPERTENSI ESENSIAL (PRIMER) I10
9 DERMATITIS ATOPIK L20
21
10 OPEN WOUND OF UNSPECIFIED BODY REGION T14.1
Table. penyakit terbanyak ICD 10
B. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN
1. UPAYA KESEHATAN LANSIA
Upaya kesehatan Lansia yang dikembangkan oleh Puskesmas Tanjung
Karang terbagi menjadi upaya kesehatan statis dan dinamis. Upaya kesehatan statis
yang dimaksud adalah ketersediaannya Poli Lansia di Puskesmas Tanjung Karang.
Berikut keunggulan yang dimiliki oleh Poli Lansia:
One Stop Service
Pelayanan Tersendiri
Buka Tiap Hari
SIK: Entry tersendiri
Lokasi mudah dijangkau lansia, tidak perlu antri di loket.
Upaya kesehatan lansia yang bersifat dinamis dilakukan di luar gedung
Puskesmas Tanjung Karang. Aktifitas yang dilakukan seperti senam lansia,
penyuluhan lansia, pemeriksaan kesehatan lansia dan membentuk kelompok
lansia. Berbagai upaya kesehatan di atas bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup lansia dan menjadikan lansia menjadi lebih mandiri dan produktif.
2. UPAYA PELAYANAN RAWAT INAP
Demi menjalankan fungsinya sebagai puskesmas perawatan, maka fasilitas
rawat inap merupakan salah satu aspek yang harus terpenuhi. Cakupan pasien
umum yang dirawat inap mencapai 130 pasien, Askes 29 pasien, Jamkesmas 341
pasien, BKSBJK mencapai 227 pasien. Berikut adalah 10 kasus terbanyak di rawat
inap pada tahun 2010 berurut berdasarkan frekuensinya:
1. Diare
2. Thypus Abdominalis
3. Gastritis
4. Hipertensi
5. Demam dengue
6. ISK
22
7. COPD (PPOK)
8. Anemia
9. Asma bronkiale
10. Vertigo
Fasilitas rawat inap memiliki prosentase BOR 62,26% dan ALOS 3.68%
3. PELAYANAN PONED (KEGAWATDARURATAN IBU DAN BAYI)
Pelayanan Poned yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Karang sudah
mengalami peningkatan pesat. Hal ini bisa dilihat dari total kasus pada 2010 yang
ditangani atau dirujuk sebanyak 178 kasus dibandingkan tahun 2009. Berikuut
adalah laporan PONED tahun 2010 yang pernah ditangani maupun dirujuk oleh
Puskesmas Tanjung Karang.
N
O
KASUS 2009 2010
TOTAL RUJUK TOTAL RUJUK
1 PE/ EKLAMPSI
PER 10 6 25 17
PEB 14 12 7 5
EKLAMPSI - -
HT KRONIK - -
2 HPP
ATONIA UTERI 24 - 48 0
RETENSIO PLAC 38 1 15 0
SISA PLAC 38 2 76 0
INVERSIO UTERI - - 0 0
ROBEKAN JLN LAHIR 10 1 5 0
3 VE 2 - ‘-
4 INFEKSI NIFAS 3 1 2 0
23
BEND. PAYUDARA - -
INFEKSI PAYUDARA 1 1
INF URIN TRACT 4 2
Table. kasus penyakit pada PONED
Puskesmas Tanjung Karang memiliki tim Poned yang berjumlah 3 tim.
Selain tim PONED, wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Juga memiliki
Bidan Praktik Swasta (BPS) sebanyak 8 orang.
3 Subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Salah satu sumber pembiayaan yakni BPJS.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga
jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes
Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. PT.
Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia
selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan
orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan
anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya
ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah
melalui program Bantuan Iuran. Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di
sektor formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota
BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai
dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
24
Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana
Rp 15,9 triliun dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin.
Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar
Rp22 ribu per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut,
kecuali warga miskin yang akan ditanggung oleh pemerintah. Namun pada Maret 2013,
Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran iuran BPJS menjadi Rp15,500,
dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara. Pemangkasan anggaran iuran
BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI Jakarta menganggap iuran
Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai pengobatan warga miskin.
Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat melaksanakan program Kartu
Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan menjadi Rp23 ribu rupiah
per orang per bulan.
25
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
System kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyeenggaraan oembangunan
kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah
guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mwujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD tahun 1945. Sedangkan Sistem
kesehatan daerah yakni suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah
masyarakat dan swasta yangterpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN merupakan suprasistem dari
SKD yang mana SKD ini digunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan dalam
kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta
pembangunan berwawasan kesehatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN, 1997. Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka
Penanggulangan Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN.
Jakarta.
2. Gani EH, 1994. Kemoterapi Masa Kini Untuk Pengobatan Soil Transmitted
Helminthiasis. Presented at Simposium Sehari Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha
Penaggulangan Penyakit Kecacingan. FK USU Medan.
3. Soedarto, 1992. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika. Jakarta.
4. WHO Technical Report Series, 2002. Prevention and Control of Schistosomiasis and
Soil Transmitted Helminthiasis. Geneva.
5. WHO, 2006. Schistosomiasis and soil transmitted helminth infections-preliminary
estimates of the number of children treated with albendazol or mebendazole.
http://www.who.int/weekly epidemiological record.
.
6. Sandjaja, B., 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka, Jakarta.
7. An American Family Physian, 2004. Common Intestinal Parasites http://www.An
American Family Physician.org. Tanggal akses 5 Mei 2008.
8. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
9. Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya : Air Langga
University Press
27