Sistem Indra
-
Upload
yhoess-mei-hadiana -
Category
Documents
-
view
104 -
download
4
Transcript of Sistem Indra
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sistem indera merupakan sistem yang mempelajari tentang organ-organ reseptor
yang ada di tubuh. Baik itu penglihatan, pendengaran, keseimbangan, peraba,
pengecap, dan penghidu. Setiap manusia atau mahkluk hidup memiliki resptor-
reseptor pada tubuhnya , dimana guna dari resptor tersebut adalah menerima
informasi yang dberikan oleh lingkungan luar untuk diproses di saraf pusat dan
kemudian memberikan suatu reaksi atau respon. Masing-masing reseptor tersebut
memilki organ indera msing-masing, misalnya mata sebagai organ penglihatan,
telinga sebagai organ pendengaran dan keseimbangan, hidung sebagai organ
penghidu, kulit sebagai organ peraba, dan lidah sebagai organ pengecap.
B. Rumusan masalah
1) Apa tujuan pemberian vitamin A?
2) Mengapa kita bisa melihat warna?
3) Apa pengaruh intensitas cahaya terhadap penglihatan?
4) Bagaimana mekanisme keseimbangan dan organ apa saja yang berperan?
5) Mengapa kita dapat melihat dalam keadaan gelap?
6) Bagaimana kulit dapat merasakan stimulus?
7) Apa reseptor yang ada di kulit?
8) Bagaimana meknisme mendengar?
9) Bagaimana mekanisme mencium aroma?
10) Bagaimana mekanisme mengecap?
Sistem Indera Page 1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tujuan pemberian vitamin A
2. Untuk mengetahui cara dapat melihat warna
3. Untuk mengetahui mekanisme melihat
4. Untuk mengetahui mekanisme mendengar
5. Untuk mengetahui mekanisme mengecap
6. Untuk mengetahui cara melihat dalam keadaan gelap
7. Untuk mengetahui organ yang berperan
D. Manfaat
1. Mampu menjelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis dari indera
penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap, dan peraba
2. Mampu menjelaskan mekanisme sistem indera penglihatan, pendengaran,
penghidu, dan pengecap.
3. Mampu menjelaskan jaras dari indera penglihatan, pendengaran, penghidu,
dan mengecap
4. Mampu menjelaskan stimulasi reseptor di kulit
5. Mampu menjelaskan mekanisme menjaga keseimbangan
6. Mampu menjelaskan mekanisme adaptasi terang dan gelap.
Sistem Indera Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera penglihatan
1.1. Mata, terdiri atas 3 lapisan:
1.1.1. Tunika fibrosa, terdiri atas
a. sklera yang memiliki jaringan ikat padat kuat, berkas kolagen gepeng yang
berselang-seling namun tetap paralel.
b. Kornea tidak berwana dan transparan, mempunyai lima lapisan yaitu epitel
squamous kompleks non kornifikasi, membran Browman, stroma, membran
descemet, dan endotel. Berperan penting dalam kemampuan refraktif mata.
Terdiri dari:
- Epitelium Anterius et posterius
- Lamina Limitans anterior et posterior
- Substansia propria
c. Limbus yaitu perbatasan kornea dengan sclera.
Structur Anatomi mata Structur histlogi kornea
1.1.2. Tunika Vaskulosa, terdiri atas tiga bagian :
A. Koroid, merupakan lapisan yang sangat vaskular, dengan jaringan ikat
longgar di antara pembuluh darahnya, banyak mengandung firoblas,
Sistem Indera Page 3
makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma, serat kolagen, dan serat elastin.
Dan terdiri dari:
1. Lamina suprachoroidea
2. Lamina vasculosa
3. Lamina Choridocapillaris, yang berfungsi sebagai memberi makan dan
oksigen retina.
B. Korpus Siliaris, merupakan pelebaran koroid di tingkat lensa. Pada dasarnya
adalah jaringan ikat longgar (yang kaya akan serat elastin, pembuluh darah,
dan melanosit) yang mengelilingi muskulus siliaris.( Pearce,Evelin., 2002)
C. Prosessus Siliaris, bagian pusatnya adalah jaringan ikat longgar dengan
banyak kapiler bertingkap dan ditutupi oleh sel-sel epitel berpigmen dan
tidak berpigmen. Sel-sel tak berpigmen secara aktif mentrasfer unsur-unsur
plasma tertentu untuk ke dalam kamera posterior sehingga terbentuk
aqueous humor. .( Pearce,Evelin., 2002)
D. Iris, adalah perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa, dan menyisakan
lubang bundar di pusat yang disebut pupil. Permukaan anterior iris tidak
teratur dan kasar, mempunyai lapisan sel pigmen dan firoblas. Permukaan
posterior iris dilapisi oleh dua lapisan epitel, lapisan epitel dalam
berhubungan dengan bilik posterior penuh dengan granul melanin. Lapisan
epitel luar memiliki juluran mirip lidah yang dipenuhi miofilamen yang
tumpang tindih, yang membentuk muskulus dilatator pupil di iris. Iris
mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari pupil, dan
membentuk muskulus konstriktur pupil di iris. .( Pearce,Evelin., 2002)
1.1.3. Lensa, memiliki tiga komponen utama:
a. Kapsul lensa,merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan
terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein
b. Epitel Subkapsular, terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang hanya
terdapat pada permukaan anterioor lensa.
c. Serat lensa, tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan
gepeng. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin.
Sistem Indera Page 4
1.1.4. Badan Vitreus (Badan kaca), merupakan gel transparan yang terdiri atas air,
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.
1.1.5. Tunika nervosa, yang terdiri dari retina, terdiri atas dua bagian yaitu bagian
posterior yang bersifat fotosensitif dan bagian anterior yang tidak fotosensitif.
Retina pars optika terdiri atas lapisan luar sel-sel fotosentitif yaitu, sel batang
dan sel kerucut.
(Scanlon, Valerie C. 2006)
2. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera pendengaran
2.1. Telinga Luar : mengangkap/menerima gelombang suara
1. Aurikula (pinna), terdiri atas suatu lempeng yang tak teratur di tulang rawan
elastik, yang ditutupi secara erat oleh kulit di semua sisinya.
2. Meatus auditorius eksternus, yaitu saluran yang agak gepeng dari permukaan
sampai ke dalam tulang temporalis. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea,
dan kelenjar seruminosa. Kelenjar seruminosa merupakan kelenjar tubular
bergelung yang menghasilkan serumen atau lilin telinga.
3. Membrana timpani, merupakan membran lonjong yang menutupi ujung bagian
dalam meatus auditorius eksternus. Permukaan luar dilapisi epidermis tipis dan
bagian dalam dilapisi epitel selapis kuboid, yang menyatu dengan lapisan
rongga timpani.
Sistem Indera Page 5
2.2. Telinga Tengah (R. Timpani) : tempat gelombang suara diteruskan dari
udara ke tulang dan tulang ke telinga dalam
1. Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), meneruskan getaran
mekanis yang dihasilkan di membran timpani ke telinga dalam. Maleus
menempel di membran timpani dan stapes melekat pada membrane tingkap
lonjong.
2. Muara tuba auditiva, lumennya gepeng, saling melekat, epitel berlapis-selapis
silindris , sel goblet. L. propria dekat faring ; kelenjar seromukosa. Fungsi:
menyamakan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
2.3. Telinga Dalam (labyrinth) : sistem saluran dalam pars petrosa tulang
temporalis, labirin oseos (tulang) di dalamnya labirin membranosa yang berisi
cairan endolimf. Antara labirin oseosa dan membranosa terdapat ruang sempit
(spatium perilimfatikum) yang berisi perilimfe, berhubungan dengan ruang
subarakhnoid.
Spatium choclea Spatium Vestibularis
2.3.1. Ada 2 organ reseptor :
1. Vestibulum (utrikulus , sakulus dan 3 kanalis semisirkularis ): reseptor untuk
rangsangan posisi kepala dan perubahan gerak)
Sistem Indera Page 6
2. Kokhlea : reseptor rangsangan pendengaran dengan frekuensi 20 – 20.000 Hz.
2.3.2. Area Sensoris:
1. Makula (utrikuli dan sakuli)
Area sensoris pada utrikulus dan sakulus. Terdiri 2 jenis sel :
Sel reseptor (sel rambut) : kolumner/ botol, inti basal, gelap. Permukaannya
mikrovili, stereosilia dan 1 kinosilia, banyak mitokondria. Permukaannya
diliputi lapisan gelatinous glikoprotein dengan endapan kristal kalsium karbonat
(otolit, otokonia)
Sel penyokong (sustentakuler) : silindris tinggi, inti basal, oval, gelap.
Mempunyai mikrovili dan granula skretorik.
2. Krista Ampularis
Area sensoris pada ampula kanalis semisirkularis. Penonjolan memanjang
sepertu makula, lapisan glikoprotein lebih tebal, bentuk kerucut disebut kopula,
tidak diliputi otolit. Arahnya menyilang ampula berhubungan dengan dinding
yang berlawanan. Terdapat reseptor dan sel penyokong.
3. Kokhlea
Kokhlea bagian tulang berjalan spiral 2 3/4 lingkaran , sumbunya merupakan
tulang spongius berbentuk konus (modilus). Pembuluh darah, saraf N.
kohklearis dan ganglion spiralis terdapat di dalam modiolus. Kanalis kokhlearis
terbagi menjadi 3 bagian : (1) Skala VestUmili (atas) : perilimf, membrana
VestUmilaris/ Reisner’s, fenestra ovalis (2) Skala Media (tengah) atau duktus
keokhlearis : endolimf, lamina spiralis oseus dan membranseus – membrana
basilaris, organon Corti, duktus reuniens-vestUmilum (3)Skala Timpani
(bawah: perilimfe, fenestra rotundum
Organon Corti : Sel Penyokong, Sel Rambut (reseptor) dalam berbentuk piriformis
inti di basis lebar dan leher ramping, 50-60 stereosilia tanpa kinosilia, bagian luar lebih
tinggi, kolumner dengan 100 stereo silia, Membran Tektorial : Membran gelatinous di
atas sel-sel rambut. ( Snell, R.S.,2006)
Sistem Indera Page 7
3. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera pembau
Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung,
yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti
tunas pengecap. Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus
dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau.
Rongga hidung, terdiri atas dua struktur :
Vestibulum : epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel
respirasi sebelum memasuki fosa nasalis
Fosa Nasalis (Kavum Nasi)
Di dalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum
nasi oseosa. Dari masing-masing dinding lateral keluar 3 tonjolan bertulang
mirip rak yang dikenal sebagai konka.
Menghidu (olfaction)
Kemoreseptor olfaktorius terletak pada epitel olfaktorius, yaitu pada daerah
khusus membrane mukosa konka superior yang terletak di atap rongga
hidung. Sel penyokong memiliki apeks siliandris yang lebar dan basis yang
lebih sempit. Terdapat mikrovili yang terendam dalam selapis cairan. Sel-sel
ini mengandung pigmen kuning muda yang menimbulkan warna mukosa
olfaktorius ini. Sel-sel basal berukuran kecil,bentuk bulat atau kerucut. Di
antara sel basal dan sel penyokong terdapat sel-sel olfaktorius. (Junquiera,
2007).
Sistem Indera Page 8
4. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera pengecap
Lidah disusun oleh ikatan-ikatan otot seran lintang yang berjalan dalam tiga arah
dan tegak lurus satu sama lain. Permukaan
lidah terbagi menjadi dua oleh sulkus
terminalis yang berbentuk seperti huruf V.
Permukaan dorsal lidah banyak terdapat
papilla yang dapat berbentuk filiformis,
fungiformis, foliata, dan sirkumvalata. Pada
epithelium permukaannya terdapat alat
pengecap. Alat pengecap atau kalikulus gustatorius/ taste buds umumnya terdapat
pada permukaan atau pada sisi papilla. Alat ini terdapat di antara sel-sel epithelium
dan tersusun dua macam sel yaitu sel neuroepitel dan sel penyangga (sustentakuler).
(Scanlon,2007)
5. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera peraba
Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
(keratinosit) tetapi juga mengandung tiga jenis sel yang jumlahnya tidak sebanyak
jumlah sel epitel melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Dari dermis ke atas,
epidermis terbagi atas lima lapisan sel penghasil keratin yaitu stratum basale, stratum
spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, stratum korneum.
a. Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan
mengikatnya pada subkutan (hipodermis). Dermis terdiri atas dua lapisan
yaitu stratum papilare tipis terdiri atas jaringan ikat longgar dan stratum
retikulare yang terdiri jaringan ikat padat longgar tak teratur. Selain itu,
mengandung beberapa turunan epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea.
b. Jaringan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ di bawahnya.
Selain banyaknya ujung saraf bebas di dalam epidermis, folikel rambut, dan kelenjar
kutaneus, reseptor yang melebar dan bersimpai terdapat di dalam jaringan dermis dan
subkutis, reseptor ini lebih banyak ditemukan di papila dermis. Ujung saraf bebas
Sistem Indera Page 9
bersifat sensitif terhadap rabaan-tekanan , sensasi taktil, suhu tinggi dan rendah, nyeri,
gatal, dan sensasi lainnya. Ujung yang melebar mencakup ujung Ruffini, dan akhiran
bersimpai mencakup badan vater-pacini, badan Meissner, dan badan Krause.
(Junqueira, 2007).
FISIOLOGI SISTEM INDERA
1. Mekanisme pengelihatan
Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi apabila diaktifkan oleh cahaya. Ketika
menyerap cahaya, molekul fotopigmen berdisosiasi menjadi komponen retinen dan
opsin dan bagian retinennya mengalami perubahan bentuk yang mencetuskan aktivitas
enzimatik. Melalui serangkaian reaksi, perubahan biokimiawi pada fotopigmen yang
diinduksi oleh cahaya ini menimbulkan hiperpolarisasi potensial reseptor yang
mempengaruhi pengeluaran zat perantara dari terminal sinaps fotoreseptor, yakni
GMP siklik. Setelah terpajan cahaya, terjadi penurunan konsentrasi GMP siklik yang
kemudian meyebabkan penutupan saluran Na+, yang menghentikan kebocoran Na+
akibat depolarisasi yang menimbulkan hiperpolarisasi membran. Hiperpolarisasi ini
akan menyebar ke terminal sinaps dan akan menutup saluran Ca+ di terminal sinaps.
Di tempat ini terjadi perubahan potensial yang menyebabkan penurunan pengeluaran
zat perantara inhibitorik yang menyertai hiperpolarisasi reseptor yang diinduksi
cahaya tersebut mengurangi efek inhibisi pada sel bipolar. Kemudian sel bipolar akan
memperlihatkan perubahan potensial berjenjang dan akhirnya mengalami perambatan
potensial aksi ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk persepsi
penglihatan. (Sherwood,2001)
2. Mekanisme pencium
Gas masuk ke hidung dalam udara yang dihirup. Kemudian molekul yang
dihirup ini harus dilarutkan agar dapat dideteksi oleh reseptor penghidu. Pengikatan
suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus silia menyebabkan
pembukaan saluran Na+ dan K+. Terjadi perpindahan ion yang menimbulkan
depolarisasi potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di
Sistem Indera Page 10
serat aferen. Serat-serat aferen berjalan melalui lubang halus di lempeng tulang
datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak dasarnya. Serat
tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius. Serat-serat keluar dari bulbus
olfaktorius melalui 2 rute : 1. Rute subkortikal yang menuju ke daerah sistem
limbik, khususnya sisi medial bawah lobus temporalis ( yang dianggap sebagai
korteks olfaktorius primer), dan 2. Rute talamus-kortikal. (Sherwood, 2001).
3.Mekanisme mendengar
Gelombang suara ditangkap oleh auricula dan disalurkan melalui meatuS
auditorius eksternus ke memran timpani. Membran timpani bergetar sebagai respon
terhadap gelombang suara, pemindahan gerakan getaran dipermudah dengan
adanya rantai tulang pendengaran yang juga menyebabkan rantai tulang-tulang itu
bergetar dari membrana timpani ke jendela oval. Sel-sel rambut yang terdapat di
organ corti yang terletak diatas membran basilaris menghasilkan sinyal saraf yang
kemudian mengalami perubahan bentuk karena getaran cairan di telinga dalam. Sel-
sel rambut reseptor mengalami pembengkokan dan terbenam di dalam membrana
tektorial. Perubahan mekanis rambut menyebabkan perubahan potensial di sel-sel
reseptor sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi
yang terbentuk di saraf auditorius. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan
menjadi sinyal saraf dan terjadi perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di
lobus temporalis otak. (sherwood,2001).
4.Mekanisme pengecapan
Kemoreseptor untuk sensasi pengecapan terkemas dalam papil-papil kecap
(taste bud). Setiap papil kecap memiliki lubang kecil, pori-pori kecap tempat
berkontaknya cairan mulut dengan permukaan sel reseptor. Pengikatan zat kimia
dengan sel reseptor menyebabkan perubahan saluran ion dan menimbulkan
depolarisasi potensial reseptor. Potensial reseptor ini kemudian memulai potensial
aksi ujung-ujung terminal saraf aferen yang bersinaps dengan reseptor tersebut.
Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf kranialis bersinaps dengan papil-papil
pengecap di berbagai bagian mulut. Sinyal dimasukkan sensorik ini dikirimkan
Sistem Indera Page 11
melalui perhentian-perhentian sinaps di batang otak dan talamus ke daerah
gustatorik korteks. (Guyton, 1996)
5. Mekanisme peraba
Reseptor taktil terdapat pada beberapa ujung saraf bebas yang dapat
dijumpai di semua bagian kulit dan jaringan-jaringan lainnya, dapat mendeteksi
rabaan dan tekanan. Reseptor taktil ujung saraf bebas menjalarkan sinyalnya
melalui serabut saraf kecil jenis Aδ bermielin yang mempunyai kecepatan
penjalaran hanya 5 sampai 30 m/s. Serabut saraf ini mengirimkan sinyalnya ke
medulla spinalis dan batang otak bagian bawah. Kemudian sinyal sensorik akan
dibawa melalui salah satu dari dua jaras sensorik bolak-balik : (1) sistem kolumna
dorsalis-lemnikus medialis atau (2) sistem anterolateral yang sebagian bertemu di
thalamus. Sistem kolumna dorsalis-lemnikus medialis menjalarkan sinyal naik ke
medulla otak terutama dalam kolumna dorsalis medulla spinalis. Setelah sinyal itu
bersinaps dan menyilang ke sisi berlawanan di dalam medula, sinyal itu naik
melalui lemnikus medialis di batang otak menuju talamus. Sinyal dalam sistem
anterolateral setelah memasuki medulla spinalis dari radiks saraf spinalis dorsalis,
bersinaps di dalam kornu dorsalis substansia grisea medulla spinalis, lalu
menyilang ke sisi yang berlawanan dan naik melalui substansia alba anterior dan
lateral medulla spinalis. Sinyal tersebut lalu berakhir pada seluruh tingkat batang
otak yang lebih rendah dan juga di talamus. (Guyton&Hall, 2008).
Sistem Indera Page 12
BAB III
PEMBAHASAN
ANALISIS SKENARIO
Membuat kue
Sore hari ini umi membuat makanan didapur untuk persiapan posyandu besok pagi.
Program posyandu besok ada tambahan pemberian vitamin A. Umi menyuruh Fatimah
mengambilkan cetakan kue yang berwarna hijau di gudang. menyalakan lampu gudang,
kemudian naik kursi untuk mengambil cetakan kue diatas almari gudang. Dia tahu bahwa
dai harus menjaga keseimbanganya supaya tidak jatuh. Setelah berhasil mengambilnya,
tiba-tiba listrik mati dan ruangan menjadi gelap. Fatimah ketakutan tetapi dia berusaha
turun dari kursi dengan hati-hati. Selama beberapa detik dia tidak dapat melihat apa-apa,
kemudian lambat laun dia mulai melihat benda sekitarnya meskipun remang-remang.
Sambil meraba-raba, dia berusaha untuk keluar.
Alhamdulillah tidak lama kemudian listrik menyala. Saat kembali ke dapur, telpon
berbunyi. Umi menyuruhnya untuk menerima telpon tersebut. Selesai menerima telpon,
Fatimah mendengar suara azan magrib dan bergegas ke masjid.
Sepulang dari mesjid, Fatimah mencium aroma kue yang lezat. “mmmm….. baunya
sedap sekali umi, pasti enak rasanya, kata . mengambil secuil roti dengan jarinya. Roti itu
masih panas tetapi dia tetap mencicipinya.”bismillah, manis dan lezat, Umi” sorak
Fatimah senang .
Analisis skenario
1. Pemberian vitamin A
Vitamin tidak terdapat dalam makanan yang berasal dari sayuran, tetapi provitamin
untuk pembentukan vitamin A. Provitamin ini berupa pigmen karotenoid kuning dan
merah yang menpunyai struktur yang mirip vitamin A sehingga dapat diubah menjadi
vitamin A di hati. Fungsi vitamin A antara lain untuk pembentukan pigmen retina
Sistem Indera Page 13
mata untuk mencegah rabun senja, pertumbuhan normal sel tubuh, pertumbuhan dan
poliferasi normal berbagai jenis epitel berbeda.
Dosis vitamin A : untuk usia 0-1 tahun = 1.500 IU/hari, 1-10 tahun= 1.500 – 2.000
IU/hari, Diatas 10 tahun = 4.000 IU/hari, Wanita hamil = 4.000 IU/hari, dan Wanita
menyusui = 4.000 IU/hari.
2. harus menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh
Aparatus vestUmilar merupakan organ sensoris untuk mendeteksi keseimbangan.
Organ ini dUmingkus oleh sistem tabung tulang yang disebut tulang labirin. Dan di
dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang disebut labirin
membranosa yang terdiri atas koklea yang merupakan organ sensorik utama untuk
pendengaran serta kanalis semisirkularis, utrikulus dan sakulus yang merupakan
bagian integral dari mekanisme keseimbangan. Pada bagian permukaan dalam setiap
utrikulus dan sakulus terdapat daerah sensorik kecil yang disebut sebgai makula.
Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa (statokonia).
3. Selama beberapa detik dia tidak dapat melihat apa-apa, kemudian lambat laun
dia dapat melihat benda
Pada keadaan gelap, refleks cahaya pupil akan terhambat sehingga pupil
mengalami dilatasi agar dapat beradaptasi dalam keadaan gelap. Bila seseorang
berada di tempat gelap, retinal dan opsin yang terdapat di dalam sel batang dan
kerucut diubah kembali menjadi pigmen yang peka cahaya. Selanjutnya vitamin A
diubah kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan lebih banyak pigmen peka
cahaya. Kepekaan mata perlahan-lahan meningkat, sehingga kita mulai bisa melihat
dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebut adaptasi gelap.
Bila seseorang berada ditempat yang terang, maka banyak sekali fotokimiawi
yang terdapat di sel batang dan kerucut menjadi berkurang karena diubah menjadi
retinal da opsin. Selanjutnya, sebagian besar retinal dalam sel batang dan kerucut
akan diubah menjadi vitamin A. Oleh karena efek ini, konsentrasi bahan kimiawi
Sistem Indera Page 14
fotosensitif yang menetap di dalam sel batang dan kerucut akan banyak sekali
berkurang, akibatnya sensitivitas mata terhadap cahaya juga menjadi berkurang.
Keadaan ini disebut adaptasi terang. (Guyton, Arthur C., 1996)
4. Saat kembali ke dapur, telepon berbunyi. Selesai menerima telepon, Fatimah
mendengar adzan magrib dan bergegas ke masjid.
Adanya proses mendengar dengan proses
Rangsangan pendengaran menggetarkan membran timpani menggetarkan
tulang pendengaran getaran foramen ovale getaran perilimfe vestUmilum dan
skala timpani pergerakan cairan dalam vestUmilum dan skala timpani
getaran membran tektoria tekanan pada sel rambut deformitas stereosilia sel
rambut potensial aksi pada saraf pendengaran korteks pendengaran di dalam
girus superior lobus temporalis mendengar
Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia berkisar antara 20-20.000 siklus per
detik. Ambang telinga manusia beragam sesuai nada suara dengan kepekaan tertinggi
dalam rentang 1000-4000 Hz. Nada suara pria rata-rata dalam percakapan adalah sekitar
120 Hz dan wanita sekitar 250 Hz.
Sistem Indera Page 15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Mata terdiri atas 3 lapisan yaitu tunika fibrosa, tunika vaskulosa dan tunika
nervosa.
Adanya perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis
membuat persepsi penglihatan.
Indera pendengaran terdiri atas 3 bagian yaitu auris externa, auris media, dan auris
interna.
Gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf dan terjadi perambatan
potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak sehingga kita dapat
mendengar.
Indera penghidu terdiri dari vestUmilum, fossa nasalis, dan epitel olfaktorius.
Gas masuk kedalam lubang hidung dan merangsang rambut olfaktorius yang
kemudian bersinaps di bulbus olfaktorius. Kemudian keluar dari bulbus
olfaktorius dengan rute subkortikal yang menuju ke daerah sistem limbik,
khususnya sisi medial bawah lobus temporalis.
Indera pengecap terdiri dari lidah. Permukaan lidah terbagi menjadi dua oleh
sulkus terminalis yang berbentuk seperti huruf V. Permukaan dorsal lidah banyak
terdapat papilla yang dapat berbentuk filiformis, fungiformis, foliata, dan
sirkumvalata
Adanya potensial reseptor akan memulai potensial aksi ujung-ujung terminal saraf
aferen yang bersinaps dengan reseptor pengecapan. Ujung-ujung terminal aferen
beberapa saraf kranialis bersinaps dengan papil-papil pengecap di berbagai bagian
mulut. Sinyal dimasukkan sensorik ini dikirimkan melalui perhentian-perhentian
sinaps di batang otak dan talamus ke daerah gustatorik korteks.
Sistem Indera Page 16
Indera peraba yaitu kulit yang terdiri dari epidermis, dermis, dan jaringan
subkutan.
SARAN
Sebaikya berhati-hati dalam membersihkan telinga, misalnya:
Dengan menggunakan cotton bud (lidi berkapas) yang dicelup ke dalam cairan
perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin. Untuk membersihkan penumpukan serumen
dapat juga dengan meneteskan terlebih dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau
fenolgliserin ke dalam liang telinga, tunggu beberapa saat kemudian dibersihkan
dengan alat pembersih telinga yang ujungnya lunak.
Untuk pemilihan obat telinga yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada
baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter THT.
Perbanyak mengkonsumsi wortel, karena mengandung vitamin A yang tinggi baik
untuk penglihatan
Perhatikan jarak baca atau juga jarak pada saat menonton televise. Posisi membaca
memang sangat erat terkaitan dengan kesehatan mata. jarak aman (dihitung dari mata
ke objek yang dilihat) untuk membaca minimum 30 cm atau lebih. Dan jarak aman
menonton televisi adalah sekitar 5 X diagonal televisi.
Istirahatkan mata setiap 15 menit setelah 1 jam membaca melihat jarak dekat.
Isirahatkan dengan cara memejamkan mata atau melihat objek lain yang jauh, seperti
pepohonan hijau
Segera konsultasikan ke dokter bila terjadi gangguan penglihatan
Lakukan olahraga mata, yakni dengan cara meletakkan pensil atau pena di depan
mata, kemudian gerakkan jauh-dekat dan kanan-kiri
Pembersihan lidah dapat dilakukan setelah menyikat gigi dengan menggunakan sikat
gigi biasa, namun perlu diperhatikan untuk tidak menyikat terlalu keras. Cukup sikat
dengan perlahan dengan gerakan ke arah bawah ke ujung lidah.
Sistem Indera Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Ganong,W.F., 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC pp.146-198
Guyton, A.C. & Hall, A.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC pp.641-700
Guyton, Arthur C., 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Ed. Revisi. Jakarta
: EGC pp. 529-557
Junqueira,L.C. & Carneiro,J., 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC pp.363-471
Pearce,Evelin., 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis, Jakarta: Penerbit PT
Gramedia
R. Putz & R. Pabst., 2007. Atlas anatomi manusia : Sobotta. Jakarta, EGC
Scanlon, Valerie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC pp.177-197
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC pp.160-
189
Snell, R.S.,2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
Sistem Indera Page 18
Sistem Indera Page 19