Sistem Digestivus

13
Tinjauan Pustaka Diare Akut pada Anak Maria Donata Keli 102011198 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 1 Makalah ini akan membahas mengenai diare yang dikhususkan pada tipe akut yang dialami oleh anak-anak. Pembahasan akan berkaitan dengan keterampilan seorang dokter yang menghadapi pasien dengan gejala penyakit ini, dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, sampai dengan penatatalaksanaan dan prognosisnya. 1

description

Digestivus

Transcript of Sistem Digestivus

Page 1: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Diare Akut pada Anak

Maria Donata Keli

102011198

[email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara, No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di

Indonesia. Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan

cair. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang

tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan

untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.1

Makalah ini akan membahas mengenai diare yang dikhususkan pada tipe akut yang dialami

oleh anak-anak. Pembahasan akan berkaitan dengan keterampilan seorang dokter yang

menghadapi pasien dengan gejala penyakit ini, dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,

sampai dengan penatatalaksanaan dan prognosisnya.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami, mampu

menjelaskan, dan dapat memberikan tata laksana yang tepat mengenai penyakit ini.

Skenario

Anak laki-laki 5 tahun, mengalami diare sejak 5 hari yang lalu, disertai demam 38.5 8 C.

Selama sakit anak ini hanya meminum obat penurun panas dan tidak berobat ke dokter.

frekuensi diare 10x/hari, konsistensi cair, tidak ada darah dan lendir. sejak 3 hari yang lalu

anak ini menjadi tidak nafsu makan dan asupan cairan berkurang. Beberapa jam sebelum

berobat anak menjadi lemas dan hanya terbaring di tempat tidur, sehingga ibunya

memutuskan untuk membawa anak tersebut ke UGD RS terdekat. Menurut ibunya anak ini

membuang air kecil sudah 10 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik di dapati anak tampak

sangat lemah, TD 80/60, denyut nadi 140x/menit, frekuensi nafas 50x/menit cepat dan dalam,

temperatur 39 8 C, kelopak mata cekung, bibir kering dan pecah-pecah, turgor kulit kembali

sangat lambat, palpasi kandung kemih kososng, akral dingin dan lembab.1

Page 2: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Anamnesis

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

Pemeriksaan tinja

Makroskopis dan mikroskopis

pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tanlet clinitest, bila

diduga terdapat intoleransi gula.

Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

Pemeriksaan gangguan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan

alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP

(bila memungkinkan).

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, klsium, dan fosfor dalam

serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara

kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.1

Diagnosis

Diagnosis Banding

Diagnosis Kerja

Epidemiologi

Etiologi

Faktor Infeksi

Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak, meliputi:

Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,

Aeromonas, dan sebagainya.

Infeksi virus: Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

1

Page 3: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyyuris, Strongyloides),

Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Trichomonas hominis),

jamur (Candida albicans).

Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti

Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2

tahun.1

Faktor malabsorbsi

Malabsobsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa),

monosakrida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

Malabsobsi lemak.

Malabsobsi protein.1

Faktor makanan, seperti makanan yang basi, beracun, ataupun alergi pada makanan.1

Faktor psikologis, seperti rasa takut dan cemas terutama pada anak yang lebih besar.1

Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergesaran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.1

Patogenesis Diare Akut

Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung.1

Page 4: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).

Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.1

Sebagai akibat diare, akan terjadi:

Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).

Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah).

Hipoglikemia.

Gangguan sirkulasi darah.1

Manifestasi Klinis

Mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan

atau diare. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

dengan empedu. Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin

lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal laktosa yang

tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah

diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan

elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang,

mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit menjadi

kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan

berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik,

isotonik, dan hipertonik. Dehidrasi hipotonik yaitu bila kadar natrium dalam plasma kurang

dari 130 mEq/l, dehidrasi isotonik bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/l,

sedangkan bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/l.1

Penatalaksanaan

Pemberian Cairan (Rehidrasi Awal dan Rumat)

Jenis cairan

Cairan rehidrasi oral

1

Page 5: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Formula lengkap (oralit), mengandung NaCl, NaHCO3, KCl, dan glukosa.

Kadar Natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak di atas 6 bulan

dengan dehidrasi ringan dan edang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan

dehidrasi). Kadar Natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non kolera pada anak

di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang, atau tanpa dehidrasi.

Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau

karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan

tepung beras garam, dan sebagainya untuk pengobatan pertama di rumah pada

semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada

dehidrasi ringan.

Cairan parenteral

DGaa (1 bagian lautan Darrow + 1 bagian glukosa 5%), RLg (1 bagian Ringer

laktat + 1 bagian glukosa 5%), RL (Ringer Laktat), 3@ (1 bagian NaCl 0,9% +

1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na-laktat 1/6 mol/l), DG 1:2 (1 bagian larutan

Darrow + 2 bagian glukosa 5%), RLg 1:3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian

glukosa 5-10%), Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1½

% atau 4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaCl 0,9%).1

Jalan pemberian cairan

Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang, dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau

minum serta kesadaran baik.

Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang, atau tanpa dehidrasi, tetapi anak

tidak mau minum, atau kesadaran menurun.

Intravena untuk dehidrasi berat.1

Jumlah cairan

Tabel 1. Jumlah Cairan yang Hilang Menurut Derajat Dehidrasi

pada Anak Berumur 2-5 Tahun

Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah

Ringan 30 80 25 135

Sedang 50 80 25 155

Berat 80 80 25 185

Sumber: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak.

Edisi 11. Jilid 1. Jakarta: Percetakan Infomedika; 2007.H.288.

Tabel 2. Jumlah Cairan yang Hilang pada Dehidrasi Berat Menurut

1

Page 6: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Berat Badan Penderita dan Umur

Berat Badan Umur PWL* NWL** CWL*** Jumlah

-3 kg -1bln 150 125 25 300

3-10 kg 1bln-2thn 125 100 25 250

10-15 kg 2-5thn 100 80 25 205

15-25 5-10thn 80 65 25 75

Sumber: Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak.

Edisi 11. Jilid 1. Jakarta: Percetakan Infomedika; 2007.H.288.

Keterangan: * PWL = Previous Water Loss (ml/kgbb)

** NWL = Normal Water Losses (ml/kgbb)

*** CWL = Concomitant Water Losses (ml/kgbb)

Pengobatan Dietetik (Pemberian Makanan)

Untuk anak di bawah 1 tahaun dan anak di atas 1 tahun dengan berat kurang dari 7 kg.

Jenis makanan:

Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam

lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron).

Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak

tidak mau minum susu.

Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam

lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.1

Caranya, hari 1; Setelah rehidrasi segera diberikan makan peroral. Bila diberi ASI atau

susu formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit atau air tawar

selang-seling dengan ASI. Hari 2-4; ASI/susu formula rendah laktosa, penuh. Hari 5;

dipulangkan dengan ASI/ susu formula dengan kelainan yang ditemukan (dari hasil

pemeriksaan laboratorium). Bila tidak ada kelainan, dapat diberikan susu biasa seperti

SGM, Lactogen, Dancow, dan sebagainya dengan menu makanan sesuai dengan umur

dan berat badan bayi.1

Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg.

Jenis makanan: makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan

makan di rumah.

1

Page 7: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Caranya, hari 1; setelah rehidrasi segera diberikan makanan seperti buah (pisang),

biskuit, Breda (Bubur realimentasi daging ayam), dan ASI diteruskan (bila masih ada)

ditambah/ oralit. Hari 2; Breda, buah, biskuit, ASI. Hari 3; Nasi tim, buah, biskuit, dan

ASI. Hari 4; makan biasa dengan ekstra kalori (1½ kali kebutuhan). Hari 5;

dipulangkan dengan nasehat makanan seperti hari 4.1

Obat-obatan

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau

tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit atau glukosa atau karbohidrat lain

(gula, air tajin, tepung beras, dan sebagainya).

Obat antisekresi

Asetosal: 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg.

Klorpomazin: 0,5-1 mg/kgbb/hari.

Obat antispasmolitik

Pada umumnya antispasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium,

loperamid, dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.

Obat pengeras tinja

Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonak dan sebagainya tidak ada

manfaatnya untuk mengatasi diare.

Antibiotika

Pada umumnya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut, kecuali penyebabnya

jelas seperti:

Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgbb/hari.

Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgbb/hari.

Antibiotika lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti:

Infeksi ringan (OMA, faringitis), diberikan penisilin prokain 50.000

U/kgbb/hari.

Infeksi sedang (Bronkitis), diberikan penisilin prokain atau ampisilin 50

mg/kgbb/hari.

Infeksi berat (misal Bronkopneumonia), diberikan penisilin prokain dengan

kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari atau ampisilin 75-100 mg/kgbb/hari ditambah

gentamisin 6 mg/kgbb/hari atau derivat sefalosporin 30-50 mg/kgbb/hari.1

Pencegahan

1

Page 8: Sistem Digestivus

Tinjauan Pustaka

Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai

macam komplikasi seperti:

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).

Renjatan hipovolemik.

Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,

perubahan pada elektrokardiogram).

Intoleransi laktoa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan

vili mukosa usus halus.

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami

kelaparan.1

Prognosis

Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430/1000 penduduk setahunnya. Dengan

upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kematian di rumah sakit dapat ditekan

menjadi kurang dari 3%.1

Kesimpulan

Diare merupakan buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan

frekuensi lebih banyak dari biasanya. Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorbsi,

makanan, dan faktor psikologis. Gelala klinis diare yang paling sering terjadi adalah

dehidrasi, oleh karena itu pemberian cairan dalam pengobatannya harus ditekankan. Selain itu

perlu juga dietetik dan obat-obatan untuk mengatasi masalah diare.

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang

berusia 5 tahun tersebut mengalami diare cair akut dengan dehidrasi berat.

Daftar Pustaka

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Edisi

11. Jilid 1. Jakarta: Percetakan Infomedika; 2007.H.283-94.

1