SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS...

38
SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE (Zingiber officinale L.) DENGAN TUMPANGSARI TANAMAN PERKEBUNAN DAN SAYURAN Oleh : LILIS IRJAYANTI YOOM UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2017

Transcript of SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS...

Page 1: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE (Zingiber officinale L.) DENGAN TUMPANGSARI

TANAMAN PERKEBUNAN DAN SAYURAN

Oleh :

LILIS IRJAYANTI YOOM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN MALANG

2017

Page 2: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinusmerkusii) DAN JAHE (Zingiber officinale L.) DENGAN TUMPANGSARI TANAMAN PERKEBUNAN DAN

SAYURAN

Oleh :

Lilis Irjayanti Yoom

105040206111002

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN MALANG

2017

Page 3: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu
Page 4: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu
Page 5: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

“Sistem Agroforestri Pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zinggiber officinale L.)

dengan Tumpangsari Tanaman Sayuran dan Perkebunan” merupakan hasil penelitian

saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah

diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun

dan tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain,

kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2017

Lilis Irjayanti Yoom

Page 6: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Timika, Papua pada tanggal 09 September 1992.

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dengan Ayah bernama Robert

Yoom (Alm) dan Ibu bernama Sudarmi. Penulis menempuh pendidikan di TK Advent

Timika Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD Advent Timika. Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Mimika Timur mulai tahun 2006

hingga 2008. Selanjutnya pendidikan di SMA Advent Timika, 2008 hingga 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya melalui Jalur Daerah (SPKD).

Semasa kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, penulis sempat

aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu Budidaya

Pertanian Interaktif pada tahun 2012. Penulis mengikuti Magang Kerja di

BALITKABI Jayapura, Papua pada tahun2013.

Page 7: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Kedua Orang tua tercinta serta Kakak dan Adik tersayang

Page 8: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

RINGKASAN

Lilis Irjayanti Yoom. 105040206111002. Sistem Agroforestri Pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan Tumpangsari Tanaman Perkebunan dan Sayuran. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. sebagai pembimbing utama.

Penanaman jahe di di bawah tegakan pohon yang didominasi pinus dapat

dilakukan dengan beberapa pola tanam tumpangsari sebagai upaya optimalisasi daya guna lahan. Umur jahe sampai panen yang cukup lama (8-10 bulan) memungkinkan penanaman jahe ditumpangsarikan dengan tanaman semusim seperti sayuran yang berumur 2-3 bulan, sehingga dapat menambah pendapatan petani. Beberapa jenis tanaman yang banyak diusahakan di bawah tegakan pinus antara lain kopi, talas dan berbagai jenis sayuran seperti cabe, wortel, sawi, kubis, dan cauliflower (bunga kol). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara faktor lingkungan tumbuh (intensitas radiasi matahari, suhu uadara, suhu tanah dan kelembaban udara) dengan hasil tanaman jahe yang ditanam di bawah tegakan pinus pada berbagai sistem tumpangsari.

Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan pendidikan dan penelitian Universitas Brawijaya (UB Forest), yang terletak di kaki lereng Gunung Arjuna pada koordinat 7049’300’’ – 7051’363’’ LS dan 112034’378’’ – 112036’526’’ BT, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang pada ketinggian 1000 m dpl.Penelitian dilaksanakan selama ±1 minggu yaitu pada minggu terakhir bulan Juli - Agustus 2017. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hygrometer, soil PH meter, lux meter,timbangan, oven, cangkul dan peralatan tulis. Sedangkan bahan yang dgunakan dalam penelitian ini merupakan rimpang jahe gajah (Zingiber officinale L.) dari hasil panen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung di lapang yang bersifat deskriptif, yaitu melakukan analisa dan interpretasi suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum (ºC), suhu tanah (ºC), kelembaban nisbi udara (RH) (%) dan intensitas radiasi matahari (Lux meter) pada penelitian pola tanam jahe secara tumpangsari yang biasa dilakukan oleh petani di kawasan UB Forest di bawah tegakan pohon pinus. Rancangan penelitian yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Adapun perlakuan pola tanam yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:Pola tanam I: Pinus + jahe, Pola tanam II: Pinus + kopi + jahe, Pola tanam III: Pinus + talas + jahe, Pola tanam IV: Pinus + sayuran + jahe. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.

Agroforestri pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan tumpangsari tanaman sayuran dan perkebunan menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel panen yaitu jumlah rimpang per rumpun tanaman dan bobot kering rimpang per m2. Dan pada bobot basah rimpang per m2 menunjukan pengaruh nyata terhadap perlakuan tanaman jahe (Zingiber officinale L.) dibawah tegakan pinus (Pinus merkusii) terhadap tumpangsari tanaman sayuran dan perkebunan.

Page 9: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

SUMMARY

Lilis Irjayanti Yoom. 105040206111002. Pine Agroforestry System (Pinus merkusii) and Ginger (Zingiber officinalis L.) with Intercropping Plantation and Vegetable Crops. Under the guidance of Dr. Ir. Agus Suryanto, MS. as the main supervisor

The planting of ginger under the pine-dominated stands can be done with several

intercropping cropping patterns as an effort to optimize the land use. Ginger age until the harvest is long enough (8-10 months) allows planting ginger intercropping with seasonal crops such as vegetables 2-3 months old, so as to increase farmers' income. Some types of plants are cultivated under pine stands such as coffee, taro and various types of vegetables such as chillies, carrots, cabbage, cabbage, and cauliflower (cauliflower). These types of commodities can be agronomically planted intercropping with ginger, but in combining intercropping plants should consider the existence of competition, especially in terms of receiving sunlight and nutrients. The purpose of this study was to study the relationship between environmental factors of growth (intensity of solar radiation, temperature uadara, soil temperature and air humidity) with ginger plant yields planted under pine stands on various intercropping systems.

The research location is in UB Forest education and research area (UB Forest), located at the foot of the slopes of Mount Arjuna at coordinates 7049'300 '' - 7051'363 '' LS and 112034'378 '' - 112036'526 '' BT , District Karangploso, Malang Regency at an altitude of 1000 m above sea level. The research was conducted for ± 1 week that is in the last week of July - August 2017. The tool used in this research is hygrometer, soil PH meter, lux meter, scales, oven, hoe and stationery. While the material used in this study is the ginger rhizome of the elephant (Zingiber officinaleL.) from the harvest. The method used in this research is a direct observation method in the field which is descriptive, ie conducting analysis and interpretation of average, maximum and minimum air temperature (ºC), soil temperature (ºC), air relative humidity (RH) (%) and The intensity of solar radiation (Lux meter) in the study of cropping pattern of ginger intercropping is commonly done by farmers in the UB Forest area under pine trees. The research design used was simple Randomized Block Design (RAK) with 4 treatments, each treatment was repeated 4 times. The planting pattern used in this research is as follows: Planting pattern I: Pinus + ginger, Planting pattern II: Pinus + Coffee + ginger, Cropping pattern III: Pinus + talas + ginger, Cropping pattern IV: Pinus + vegetables + ginger . The observed data were analyzed by using BNT test (Beda Real Smallest) at 5% level. Based on the result of the research, Pine agroforestry (Pinus merkusii) and Ginger (Zingiber oficinale L.) with intercropping of vegetable and plantation crops showed no significant effect on harvest variables, namely the number of rhizomes per plant and dry weight of rhizome per m2. And on the wet weight of rhizome per m2 showed a real effect on the treatment of ginger plants (Zingiber officinale L.) under pine stand (Pinus merkusii) against intercropping of vegetable crops and plantations.

Page 10: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian

dengan judul “SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE

(Zingiber officinalis. L) DENGAN TUMPANGSARI TANAMAN

PERKEBUNAN DAN SAYURAN”. Penelitian ini merupakan kewajiban bagi setiap

mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dalam rangka menyelesaikan

studi di program strata satu (S-1).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Agus Suryanto, MS.sebagai dosen pembimbing utama atas pengarahan dan

bimbingan yang diberikan.

2. Dr. Ir. Nurul Aini, MS. Sebagai Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya yang telah memberikan izin dan bimbingan untuk

melaksanakan skripsi.

3. Nur Azizah, SP., MS. atas pengarahan dan kepercayaan untuk mengikuti proyek

penelitian tentang “Sistem Agroforestri Pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber

officinale L.) dengan Tumpangsari Tanaman Sayuran dan Perkebunan”.

4. Dr. Ir. Sitawati, MS. Sebagai dosen penguji pembahas.

5. Dewi Ratih R.D, SP., MP yang telah senantiasa mengajarkan, memberi arahan

serta motivasi kepada penulis.

6. Kedua orang tua penulis, Alm. Robert Yoom dan Ibu Sudarmi atas kasih sayang,

motivasi dan dukungan yang tiada henti baik moril maupun materil,serta doa yang

telah memberikan kekuatan lahir batin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi penelitian ini masih

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi perbaikan Skripsi ini.

Malang, Agustus2017

Penulis

Page 11: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………................................. i RINGKASAN………………………….......................................................... ii SUMMARY…………………………............................................................. iii KATA PENGANTAR…………………………............................................ iv RIWAYAT HIDUP………………………………………............................. v DAFTAR ISI………………………………………....................................... vi DAFTAR TABEL ……………………………………….............................. vii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2 1.3 Hipotesis .......................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persyaratan Tumbuh Tanaman Jahe ................................................... 3 2.2 Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Produksi dan Kualitas Jahe .......... 4 2.3 Pertumbuhan Tanaman Jahe Pada Pola Tanam Dengan Sistem

Agroforestry ...................................................................................... 6 2.4 SuhuUdara.................................……………………………………... 8

2.5 Kelembapan ...................................................................................... 8 2.6 RadiasiMatahari ................................................................................ 9 . 2.7 Suhu Tanah ....................................................................................... 9 III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 11 3.2 Alat dan bahan ................................................................................... 11 3.3Perlakuan dan rancangan percobaan....................................................... 11 3.4 Pengamatan Percobaan ...................................................................... 11 3.5 Pelaksanaan Percobaan ...................................................................... 12 3.6 Analisis Data ..................................................................................... 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ..................................................................................................... 13 4.1.1 Data Lingkungan Mikro ............................................................... 13 4.1.2 Jumlah Rimpang Per Rumpun Tanaman ..................................... 17 4.2 Pembahasan ......................................................................................... 35 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.............………………………………………………….. 20 5.2 Saran........................…………………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 21

LAMPIRAN………………………………………………………....……… 22

Page 12: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Tabel 1. Rerata Jumlah Rimpang Per Tanaman Jahe (g/tan).......................... 17

2. Tabel 2. Rerata Bobot Basah Rimpang Jahe (g/tan)........................................18

3. Tabel 3. Rerata Bobot Kering Rimpang Jahe (g/tan)........................................19

Page 13: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

1. Gambar 1. Suhu Maksimum dan Suhu Minimum pada Sistem Agroforestri

Pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinalis L.) dengan Tumpangsari

Tanaman Perkebunan dan

Sayuran............................................................................................................13

2. Gambar 2. Kelembapan (RH) (Max %) pada Sistem Agroforestri Pinus

(Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinalis L.) dengan Tumpangsari

Tanaman Perkebunan dan

Sayuran...................................................................................................... .....14

3. Gambar 3. Intensitas Radiasi Matahari pada Sistem Agroforestri Pinus (Pinus

merkusii) dan Jahe (Zingiber officinalis L.) dengan Tumpangsari Tanaman

Perkebunan dan

Sayuran........................................................................................................... 15

4. Gambar 4. Suhu Tanah pada Sistem Agroforestri Pinus (Pinus merkusii) dan

Jahe (Zingiber officinalis L.) dengan Tumpangsari Tanaman Perkebunan dan

Sayuran............................................................................................................16

Page 14: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinale L.) sebagai salah satu tanaman temu-temuan banyak

digunakan sebagai bumbu, bahan obat tradisional, manisan, atau minuman penyegar,

dan sebagai bahan komoditas ekspor nonmigas andalan. Pasokan jahe dari Indonesia

ke negara pengimpor jahe dalam beberapa tahun terakhir ini cukup meningkat. Akan

tetapi, peningkatan permintaan akan jahe belum dapat diimbangi dengan peningkatan

produksi jahe. Jahe Indonesia diekspor ke beberapa negara tujuan antara lain Jepang,

Emirat Arab, Malaysia dalam bentuk jahe segar, jahe kering dan olahan (Paimin dan

Murhananto, 1999).

Kementerian Pertanian (2008) melaporkan bahwa lebih dari 40 produk obat

tradisional menggunakan jahe sebagai bahan baku, sehingga jahe menjadi salah satu

tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk industri kecil obat tradisional

(IKOT) maupun industri obat tradisional (IOT). Hasil survei Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatik Kementerian Pertanian (2008) di beberapa IKOT dan

IOT di tujuh provinsi utama pengembangan industri obat tradisional menunjukkan

bahwa volume kebutuhan jahe untuk industri mencapai lebih dari 47.000 ton tiap

tahun, belum termasuk kebutuhan industri obat tradisional di luar pulau Jawa

(Siagian, 2014). Oleh karena itu, produksi jahe diharapkan terus meningkat dan stabil

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu upaya peningkatan produksi jahe

ialah perluasan area budidaya jahe di bawah tegakan pohon dalam sistem agroforestri.

Model pengembangan agroforestri ini mempunyai prospek yang cukup baik

dalam kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan petani disamping untuk

menjaga keamanan dan kelestarian hutan bersama masyarakat atau petani sekitar

hutan (Mayrowani dan Ashari, 2011; Triwanto, 2011). Hal ini dikarenakan wilayah

UB Forest cukup luas (544 ha) dan didominasi oleh jenis tanah Andisol yaitu tanah

yang relatif subur karena berasal dari bahan induk abu vulkanik. Kondisi tersebut

sesuai dengan syarat tumbuh jahe yang menghendaki jenis tanah Latosol, Aluvial,

atau Andosol dengan tekstur tanah lempung, lempung berpasir sampai liat berpasir,

Page 15: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

2

subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, pH tanah 6,8-7,4, curah hujan

2.500 - 4.000 mm per tahun dan intensitas cahaya matahari 70-100 % atau agak

ternaungi sampai terbuka dan (Sukarman dan Melati, 2011).

Penanaman jahe di di bawah tegakan pohon yang didominasi pinus dapat

dilakukan dengan beberapa pola tanam tumpangsari sebagai upaya optimalisasi daya

guna lahan. Umur jahe sampai panen yang cukup lama (8-10 bulan) memungkinkan

penanaman jahe ditumpangsarikan dengan tanaman semusim seperti sayuran yang

berumur 2-3 bulan, sehingga dapat menambah pendapatan petani. Beberapa jenis

tanaman yang banyak diusahakan di bawah tegakan pinus antara lain kopi, talas dan

berbagai jenis sayuran seperti cabe, wortel, sawi, kubis, dan cauliflower (bunga kol).

Jenis-jenis komoditas tersebut secara agronomis dapat ditanam secara tumpangsari

dengan jahe, namun dalam mengkombinasikan tanaman tumpangsari harus

mempertimbangkan adanya kompetisi terutama dalam hal penerimaan cahaya

matahari dan unsur hara.

1.2 Tujuan

Mempelajari hubungan antara faktor lingkungan tumbuh (intensitas radiasi

matahari, suhu udara, suhu tanah dan kelembapan udara) dengan hasil tanaman jahe

yang ditanam di bawah tegakan pinus pada berbagai sistem tumpangsari.

1.3 Hipotesis

Semakin kurang pencahayaan akan semakin menurunkan produksi tanaman

jahe (Zingiber officinale L.).

Page 16: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jahe

Jahe ialah tanaman dari famili Zingiberaceae yang dimanfaatkan rimpangnya

sebagai bahan baku biofarmaka. Tanaman ini tumbuh di hampir seluruh wilayah

Indonesia karena sifatnya yang toleran terhadap berbagai kondisi lingkungan. Namun

demikian, untuk mendapatkan produksi rimpang yang tinggi, jahe harus ditanam pada

kondisi lingkungan yang optimal untuk pertumbuhannya.

Faktor iklim dan tanah adalah faktor lingkungan yang paling berpengaruh

pada produktivas dan mutu rimpang. Beberapa faktor iklim yang menjadi syarat

tumbuh jahe adalah intensitas cahaya matahari, suhu, dan curah hujan. Sukarman dan

Melati (2011) menjelaskan bahwa agar didapatkan pertumbuhan dan hasil yang

optimal, budidaya jahe sebaiknya dilakukan di lahan dengan tipe iklim A, B, dan C

(Schmidt dan Ferguson), ketinggian tempat 300 - 900 dpl, temperatur rata-rata 25-

30ºC, jumlah bulan basah 7-9 bulan dengancurah hujan 2.500 - 4.000 mm per tahun

dan intensitas cahaya matahari 70-100 % atau agak ternaungi sampai terbuka.

Jahe adalah tanaman yang toleran terhadap naungan. Tanaman ini dapat

menjalankan siklus hidupnya secara normal meskipun tanpa mendapat intensitas cahaya

penuh (Hasanah, 1993). Menurut Rostiana et al. (2005), tanaman jahe mampu tumbuh

di bawah naungan hingga 30% dengan konsekuensi produktivitasnya tidak maksimal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe merah dapat tumbuh baik dengan intensitas

naungan 25-50% dan jahe emprit tumbuh baik dengan intensitas naungan 50%

(Inoriah et al., 2002), sedangkan pada jahe gajah, pemberian naungan hingga 75%

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan tanaman jahe gajah yang tidak dinaungi

(Pamuji dan Saleh, 2010).

Selain iklim, faktor tanah juga berperan penting dalam menentukan

produktivitas jahe. Tekstur tanah dan drainase sangat mempengaruhi pembentukan

rimpang. Rostiana, Effendi dan Barmawie (2007) menjelaskan bahwa tekstur tanah

yang cocok untuk jahe adalah lempung sampai lempung liat berpasir. Pembentukan

rimpang akan terhambat pada tanah dengan kadar liat tinggi dan drainase kurang

baik. Jenis tanah yang cocok Latosol, Aluvial, dan Andosol dengan tekstur tanah

Page 17: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

4

lempung, lempung berpasir sampai liat berpasir, subur, gembur, banyak mengandung

bahan organik, pH tanah 6,8-7,4 (Sukarman dan Melati, 2011).

Dalam hal kesuburan tanah, jahe membutuhkan berbagai macam unsur hara

baik makro maupun mikro untuk pertumbuhannya. Djazuli dan Sukarman (2007)

melaporkan agroekologi dengan ketinggian 500 m dpl dengan kandungan hara makro

khususnya NPK yang tinggi menghasilkan produksi rimpang yang lebih tingggi

dibandingkan produksi jahe di agroekologi ketinggian 800 m dpl. dengan tingkat

kesuburan lahan yang lebih rendah.

2.2 Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Produksi dan Kualitas Jahe

Produktivitas jahe dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan tumbuh

tanaman, diantaranya adalah stres air, intensitas cahaya, konsentrasi CO2 dan

salinitas. Sebelum berpengaruh terhadap produktivitas, stres air, intensitas cahaya,

konsentrasi CO2 dan salinitas lahan akan mempengaruhi perubahan karekter fisiologi

dan morfologi tanaman terlebih dahulu. Lebih kurang 80% dari seluruh bagian

tanaman hidup adalah air, sehingga apabila tanaman kekurangan air maka akan

terjadi penurunan aktivitas biosintesa dan perubahan karakter fisiologis dan

morfologis tanaman.

Cahaya matahari mempunyai fungsi yang sangat penting pada aktivitas

fotosintesa, apabila terjadi penurunan aktivitas fotosintesa maka akan terjadi

perubahan karakteristik fisiologis dan morfologis tanaman, dampak berikutnya adalah

penurunan produktivitas tanaman. Karbon dioksida merupakan bahan utama pada

aktifitas fotosintesa. Apabila keberadaan CO2 di udara berkurang maka akan

mengurangi aktifitas fotosintesa, dan terjadilah perubahan karakter fisiologis maupun

morfologi tanaman jahe yang dampaknya adalah penurunan produktivitas tanaman.

Tanaman jahe pada umumnya kurang toleran tarhadap salinitas, sehingga

apabila ditanam dalam lahan salin akan terjadi penurunan produktivitas. Namun

dengan penerapan teknologi budidaya kondisi salin dapat diperbaiki (Rahardjo,

2011).

Page 18: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

5

Air merupakan bagian yang terpenting di dalam tanaman, lebih kurang 80%

dari tanaman merupakan air. Air merupakan medium zat-zat lain yang diangkut dari

satu sel ke sel lain di dalam tanaman. Tanaman yang kekurangan air terlihat daunnya

layu, apabila tanaman kemudian mendapat air dan tanaman segar kembali, maka

kondisi ini disebut layu sementara. Apabila kerurangan air terus berlanjut maka

berikutnya akan terjadi layu permanen, tanaman akan mati walaupun diberi air.

Pengaruh stres air pada tanaman jahe dapat menurunkan jumlah klorofil dan kadar

prolin (Bhosale dan Shinde 2011).

Intensitas cahaya berpengaruh terhadap aktivitas pertumbuhan, perubahan

morfologi dan karakter fisiologis, aktivitas metabolisme metabolit primer dan

sekunder. Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap akumulasi biomas, dengan

meningkatnya intensitas cahaya akumulasi biomas jahe meningkat secara nyata.

Akumulasi biomas jahe tertinggi diperoleh apabila ditanam di bawah intensitas

cahaya sebesar 800 µmol m-2s-1. Intensitas cahaya 790 µmol m-2s-1 dapat

meningkatkan pertumbuhan dan akumulasi biomas tanaman jahe, karena

meningkatnya asam salisilat pada tanaman. Asam salisilat dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada asam salisilat (100 ppm) dapat

meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, laju pertumbuhan tanaman dan total

produksi bahan kering pada tanaman jagung (Nagasubramaniam et al., 2007). Selain

berpengaruh terhadap biosintesa metabolit primer seperti karbohidrat, intensitas

cahaya juga mempengaruhi biosintesa metabolit sekunder disebut juga bioaktif.

Molekul-molekul bioaktif jahe diantaranya adalah 6-gingerol, flavonoid dan

asam fenolat. Intensitas cahaya juga mempengaruhi kandungan flavonoid dan fenol,

pada tingkat intensitas cahaya rendah (310 μmol m−2s−1) flavonoid dan penol di daun

maupun di rimpang lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas cahaya penuh.

Budidaya jahe untuk menghasilkan metabolit sekundar yang tinggi, maka jahe

ditanam di bawah naungan, dan sebaliknya apabila ingin mendapatkan produksi

rimpang tinggi jahe tanpa mengindahkan bahan bioaktf maka jahe ditanam di tempat

Page 19: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

6

yang mendapat penyinaran matahari penuhpeningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(Ghasemzadeh et al., 2010).

Peningkatan konsentrasi CO2 berpengaruh negatif terhadap lingkungan,

namun mempunyai arti positif bagi pertumbuhan tanaman. Menurut hasil penelitian

Ghasemzadeh dan Jaafar (2011), semakin tinggi konsentrasi CO2 yang diberikan ke

tanaman jahe mampu meningkatan laju fotosintesa, konduktansi stomata, efisiensi

penggunaan air, total akumulasi biomas tanaman dan batang, daun serta rimpang.

Produktivitas tanaman jahe dapat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi CO2

yang diberikan. Laju fotosintesa berkorelasi positif terhadap efisiensi penggunaan

air, akumulasi biomas, total karbohidrat terlarut, pati, total fenol dan total falvonoid,

namun berkorelasi negatif terhadap konduktansi stomata walaupun tidak nyata.

Peningkatan laju fotosintesa meningkatkan efisiensi penggunaan air, akumulasi

biomas, total karbohidrat terlarut, pati, total penol dan total flavonoid.

Jahe pada dasarnya sensitif terhadap lahan salin sehingga produksinya

menurun apabila ditanam pada lahan yang bersifat salin (Ahmad et al. 2009). Hal ini

terjadi karena tanaman mengalami toksisitas natrium berlebihan pada daerah

perakaran tanaman. Tanaman jahe kurang mempunyai kemampuan untuk

memindahkan ion natrium ke vakuola sel, sehingga menimbulkan keracunan natrium

di sel tanaman. Ion natrium di dalam sitoplasma menghambat aktivitas enzim

menyebabkan kematian sel tanaman akibat kerusakan dinding sel.

Meningkatnya kadar garam pada air pengairan brepengaruh terhadap

penurunan akumukasi bahan kering tanaman dan produksi rmpang jahe. Semakin

tinggi kadar garam air pengairan semakin besar penurunan akumulasi bobot kering

dan hasil rimpang jahe. Pengaruh salinitas terhadap tanaman yang kurang toleran

mengakibatkan penurunan kandungan protein daun (Ashraf dan Waheed, 1993;

Parida dan Das, 2005). Tanaman yang toleran terhadap salinitas seperti barley, bunga

matahari, dan millet pada kondisi salin kandungan protein daun tetap tinggi tidak

terjadi penurunan (Amini dan Ehsanpour, 2005).

Page 20: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

7

2.3 Pertumbuhan Tanaman Jahe Pada Pola Tanam Dengan Sistem

Agroforestry

Jahe dapat ditanam dengan sistem monokultur maupun polikultur. Sistem

polikultur dilakukan dengan mengatur jarak tanam yaitu mengatur jumlah baris dalam

guludan/bedengan jahe dan menyisipkan satu atau dua baris tanaman tumpangsari

(jagung, kacang tanah, kedele, cabai merah) di antara jahe. Pola tanam jahe lebih

ditujukan untuk meningkatkan produktivitas lahan serta mengurangi risiko kegagalan

panen. Selain itu, jahe juga dapat dijadikan tanaman sisipan di antara tegakan pohon

kelapa atau tanaman kehutanan seperti sengon, jati dll. dengan tingkat naungan +

30% (Rostiana, et al. 2007).

Berdasarkan besarnya permintaan akan kebutuhan tanaman obat dan

keterbatasan lahan pertanian untuk dijadikan areal pengembangan budidaya tanaman

obat maka diperlukan intensifikasi lahan dengan menerapkan pola agroforestri.

Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan secara intensif dengan

mengkombinasikan tanaman kehutanan dan tanaman pertanian dengan maksud agar

diperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan pengelolaan hutan tersebut dengan tidak

mengesampingkan aspek konservasi lahan serta budidaya praktis masyarakat lokal

(Anggraeni dan Wibowo, 2007). Pengembangan tanaman obat di sektor kehutanan

dapat dilakukan melalui pola agroforestri dengan memanfaatkan lahan di bawah

tegakan. Model pengembangan agroforestri mempunyai prospek yang cukup baik

dalam kontribusinya terhadap peningkatan pendapatan petani disamping untuk

menjaga keamanan dan kelestarian hutan bersama masyarakat atau petani sekitar

hutan (Mayrowani dan Ashari, 2011; Triwanto, 2011).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi

jahe yang ditanam pada sistem agroforestri di bawah tegakan pohon cukup baik dan

mampu menambah penghasilan petani. Hasil penelitian Gunawan dan Rohandi

(2014) yang menguji 3 jenis tanaman jahe yaitu jahe putih kecil (JPK), jahe putih

besar (JPB) dan jahe merah (JM) yang ditanam pada tiga kelas umur yaitu tegakan

pinus kelas umur I (50-58%), II (68–77%), dan MR (87-92%), menunjukkan bahwa

persentasi tumbuh terbaik diperoleh pada jenis jahe merah, sedangkan persentase

Page 21: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

8

tumbuh terbaik untuk perlakuan naungan diperoleh pada intensitas cahaya 50-58%

(kelas umur I).

Persentase tumbuh pada masing-masing kelas umur memperlihatkan bahwa

pada kelas umur I persentase tumbuhnya paling tinggi (81,48%) disusul kelas umur II

(80,28%) dan kelas umur MR (75,30%). Sedangkan berdasarkan jenis jahe,

persentase tumbuh paling tinggi adalah jenis jahe merah (96,30%) dan paling rendah

jenis jahe putih (61,73%). Sementara itu, persentase jahe putih kecil berada diantara

keduanya (79,01%). Pertumbuhan tinggi tanaman jahe pada masing-masing naungan

memperlihatkan bahwa intensitas cahaya 87-92% (MR) mempunyai pertumbuhan

paling tinggi dibandingkan tingkat naungan lainnya. Hal ini disebabkan pada kelas

umur MR intensitas cahayanya paling tinggi.

Wahyuni et al. (2013) yang menjelaskan bahwa pemberian naungan

berpengaruh nyata terhadap partumbuhan dan berat rimpang dari tanaman jahe

merah. Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan distribusi spektrum cahaya matahari yang

diterima oleh daun di permukaan tajuk lebih besar dibanding dengan daun di bawah

naungan. Pada kondisi ternaungi cahaya yang dapat dimanfaatkan untuk proses

fotosintesis sangat sedikit. Sementara itu, Cruz (1997) menyatakan naungan dapat

mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasi CO2

dan menurunkan titik kompensasi cahaya. Lambers et al. (1998), naungan

mengurangi radiasi sinar utama yang aktif pada fotosintesis sehingga berakibat

menurunnya asimilasi neto. Oleh sebab itu, cahaya sangat berperan dan berpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman jahe di lapangan.

Jahe yang ditanam di tempat ternaungi memiliki daun yang membesar, tetapi

rimpang yang dihasilkan akan mengecil. Mengecilnya daun tersebut merupakan

respon morfologis tanaman jahe terhadap terbatasnya intensitas cahaya (Emmyzar,

1997). Menurut Djukri (2006), perubahan ukuran luas daun serta kadar klorofil a dan

b akibat pengaruh naungan tanaman, erat kaitannya dengan perubahan bobot basah

umbi dan bobot kering umbi. Peningkatan kadar klorofil b yang lebih tinggi dari pada

klorofil a merupakan upaya tanaman mengefisiensikan penangkapan energi cahaya

untuk fotosintesis, namun belum mampu mengatasi penurunan hasil (bobot basah dan

Page 22: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

9

bobot kering umbi). Oleh sebab itu, apabila tanaman jahe ini akan dikembangkan di

bawah tegakan, sebaiknya dilakukan pengaturan penanaman untuk mengoptimalkan

penerimaan cahaya.

Sudiarto (1978) menjelaskan bahwa tanaman jahe akan lebih baik jika

mendapatkan banyak sinar matahari, sehingga jika penanaman dilakukan dengan pola

agroforestri maka harus memperhatikan tata letak jahe agar tidak ternaungi.

2.4 Suhu Udara

Suhu merupakan salah satu unsur iklim yang mempunyai peranan penting

dalam kehidupan organisme di permukaan bumi. Setiap jenis organisme mempunyai

kebutuhan suhu yang berbeda–beda. Batas kebutuhan suhu dikenal dengan suhu

kardinal, yaitu kisaran yang diperlukan oleh setiap jenis organisme untuk mampu

bertahan hidup. Suhu kardinal ini berada pada kisaran suhu minimum sampai suhu

maksimumnya masing –masing. Suhu minimum adalah suhu terendah bagi suatu

organisme untuk dapat bertahan hidup meskipun aktivitasnya nol, sedangkan suhu

maksimum adalah suhu batas tertinggi, dimana organisme mampu bertahan hidup

walaupun aktivitasnya nol (Ariffin, 2003).

Menurut Fandeli (2004), Konsentrasi penduduk di bagian wilayah kota

tertentu ditambah dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota

yang padat menyebabkan terjadinya thermal pollution yang kemudian membentuk

pulau panas atau heatisland. Beberapa pulau panas biasanya dapat ditemukan dalam

suatu kota. Pulau –pulau panas terjadi karena adanya emisi panas yang direfleksikan

dari permukaan bumi ke atmosfer.

Mengenai proses terjadinya gejala pulau panas, Grey dan Deneke (1986)

dalam Fandeli (2004) menjelaskan bahwa, sinar matahari yang sampai ke permukaan

bumi mengalami proses refleksi, transmisi, dan absorbsi. Pulau panas pada umumnya

terdapat pada bagian wilayah kota yang tidak bervegetasi, karena pada wilayah yang

tidak bervegetasi, ketiga proses tersebut saling bersinergi dalam meningkatkan suhu

udara.

Page 23: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

10

2.5 Kelembaban

Kelembaban udara merupakan situasi kandungan uap air yang ada di udara

pada waktu dan tempat tertentu. Keberadaan uap di udara mempunyai peranan sangat

penting karena akan sangat menentukan kemungkinan proses pembentukan awan

maupun hujan. Selain itu uap air akan berperan melindungi permukaan bumi terhadap

besarnya pengaruh radiasi infra merah yang dipancarkan oleh matahari maupun

sumber lain.

Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting di permukaan

bumi. Didalam air mempunyai terdiri dari 3 fase, yaitu fase gas dalam bentuk uap

air, fase cair, fase padat atau kristal. Kelembaban udara merupakan komponen cuaca

yang mempunyai peranan sangat penting bagi stabilitas kehidupan organisme dibumi

maupun unsur–unsur cuaca yang lain. Kelembaban udara diartikan sebagai

kandungan uap air di atmosfer dalam kurun waktu tertentu. Semakin tinggi

kelembaban udara maka jumlah uap air yang ada di udara semakin banyak (Ariffin,

2003).

2.6 Radiasi Matahari

Matahari merupakan sumber energi bagi segala aktifitas organisme hidup

dipermukaan bumi. Lebih dari 99% dari energy yang dipergunakan untuk berbagai

aktifitas di permukaan bumi berasal dari matahari dan sisanya berasal dari aktifitas

vulkanik, proses penghancuran sisa–sisa organisme yang mati, proses fermentasi

serta pembakaran fosil –fosil yang tersimpan dalam tanah, seperti minyak bumi, batu

bara, mineral. Pada dasarnya setiap permukaan bai permukaan tanah, air vegetasi

maupun udara/awan yang menerima radiasi matahari akan mengalami tiga kejadian

diantaranya, sebagian di absorbsi atau diserap oleh permukaan, sebagian lagi

direfleksikan (dipadukan) dan sisanya ditransmisikan ke bagian yang lebih bawah

(Ariffin, 2003).

Page 24: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

11

2.7 Suhu Tanah

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat

digunakan untuk menggolongkan sifat-sifat panas dari suatu sistem. Selain itu, suhu

tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses físika yang terjadi

di dalam tanah, serta pertukaran energi dan massa dengan atmosfer, termasuk proses

evaporasi dan aerasi. Suhu tanah juga mempengaruhi proses biologi seperti

perkecambahan biji, pertumbuhan benih dan perkembangannya, perkembangan akar,

maupun aktivitas mikrobia di dalam tanah

Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat

digunakan untuk menggolongkan sifat-sifat panas dari suatu sistem. Selain itu, suhu

tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses físika yang terjadi

di dalam tanah, serta pertukaran energi dan massa dengan atmosfer, termasuk proses

evaporasi dan aerasi. Suhu tanah juga mempengaruhi proses biologi seperti

perkecambahan biji, pertumbuhan benih dan perkembangannya, perkembangan akar,

maupun aktivitas mikrobia di dalam tanah.

Suhu tanah beragam menurut pola harian atau musiman. Di kedalaman 3 m,

suhu agak konstan. Fluktuasi suhu terbesar berada di antara udara dan tanah, daripada

di atas atau di bawah tanah. Di bawah 15 cm, variasi suhu tanah harian sangat kecil,

namun bila terdapat bahan organik di atas permukaan tanah, dapat mengurangi

fluktuasi suhu tanah.

Penggunaan mulsa dan berbagai macam naungan dapat mengurangi jumlah

radiasi matahari yang diserap tanah, hilangnya energi dari tanah akibat radiasi, dan

hilangnya air melalui evaporasi. Mulsa bahan organik yang berwarna terang dapat (1)

memantulkan sebagian radiasi matahari; (2) memperlambat hilangnya panas oleh

radiasi; (3) menaikkan infiltrasi air; dan (4) mengurangi evaporasi dari permukaan

tanah. Hal ini membuktikan, bahwa mulsa yang berwarna terang dapat mengurangi

suhu tanah, sedangkan mulsa plastik berwarna gelap dapat (1) mengabsorpsi sebagian

besar radiasi matahari; (2) mengurangi hilangnya panas dari tanah; dan (3)

mengurangi evaporasi dari permukaan tanah.

Page 25: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama ±1 minggu yaitu pada minggu terakhir

bulan Juli - Agustus 2017. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan pendidikan

dan penelitian Universitas Brawijaya (UB Forest), yang terletak di kaki lereng

Gunung Arjuna pada koordinat 7049’300’’ – 7051’363’’ LS dan 112034’378’’ –

112036’526’’ BT, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang pada ketinggian

1000 m dpl. Lahan penanaman jahe yang dipilih termasuk dalam kawasan

produksi di bawah tegakan pinus kelas umur (KU) VII.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hygrometer, soil PH

meter, lux meter, timbangan, oven, cangkul dan peralatan tulis. Sedangkan bahan

yang dgunakan dalam penelitian ini merupakan rimpang jahe gajah (Zingiber

officinale.L) dari hasil panen.

3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode obsesrvasi

langsung di lapang yang bersifat deskriptif, yaitu melakukan analisa dan

interpretasi suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum (ºC), suhu tanah (ºC),

kelembaban nisbi udara (RH) (%) dan intensitas radiasi matahari (Lux meter)

pada penelitian pola tanam jahe secara tumpangsari yang biasa dilakukan oleh

petani di kawasan UB Forest di bawah tegakan pohon pinus. Rancangan

penelitian yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana

dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Adapun perlakuan

pola tanam yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

A. Pola tanam I : Pinus + jahe

B. Pola tanam II : Pinus + kopi + jahe

C. Pola tanam III : Pinus + talas + jahe

D. Pola tanam IV : Pinus + sayuran + jahe

Page 26: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

13

3.4 Pengamatan

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan lingkungan dan panen.

Pengamatan lingkungan yaitu : suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum

(ºC), suhu tanah (ºC), kelembaban nisbi udara (RH) (%) dan intensitas radiasi

matahari (Lux meter). Pengamatan dilakukan pada jam 09.00, setiap hari selama 7

hari dengan pola tanam.

Pengamatan panen dilakukan pada umur 10 BST (bulan setelah tanam)

dengan kriteria panen adalah seluruh bagian tanaman yang berada di atas

permukaan tanah (daun dan batang) telah mengering dan sebagian rimpang

muncul ke atas permukaan tanah. Panen dilaksanakan ketika musim kemarau

dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu atau cangkul,

kemudian tanah yang menempel dibersihkan.

3.5 Pelaksanaan

1. Pemilihan Lokasi Penelitian

Kawasan UB forest terdiri atas kawasan lindung dan kawasan produksi.

Penelitian ini dilakukan pada kawasan produksi di bawah tegakan pohon pinus

KU VII seluas ± 2500 m2, dengan kontur lahan berlereng dengan kemiringan

±30º. Lokasi ini dipilih karena tanah subur dan gembur, pernah ditanami jahe, dan

terdapat beberapa jenis komoditas pertanian sehingga dapat digunakan untuk

menguji pola tumpang sari jahe dengan beberapa jenis tanaman yang biasa

diusahakan oleh petani setempat. Pada beberapa bagian di lokasi ini ditanami

tanaman kopi yang masih berumur sekitar 2-3 tahun dan pada sisi yang lain biasa

digunakan petani untuk menanam berbagai jenis tanaman semusim seperti talas

dan sayuran. Selain itu, intersepsi cahaya matahari masih dapat masuk hingga

bagian bawah tajuk tanaman.

2. Pengamatan

1. Pengamatan Lingkungan

Pengamatan dilakukan selama ±1 minggu pada jam 09.00, setiap hari

selama 7 hari pada perlakuan A, B,C dan D dengan variabel lingkungan yang

diamati meliputi:

Page 27: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

14

1. Suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum (ºC) menggunakan alat

hygrometer

2. Kelembapan nisbi udara (RH) (%) menggunakan alat hygrometer

3. Suhu tanah menggunakan alat soil PH meter

4. Intensitas radiasi matahari menggunakan alat Lux meter

2. Pengamatan Panen

Pengamatan panen dilakukan pada umur 10 BST (bulan setelah panen)

dengan kriteria panen adalah seluruh bagian tanaman yang berada di atas

permukaan tanah (daun dan batang) telah mengering dan sebagian rimpang

muncul ke atas permukaan tanah. Panen dilaksanakan ketika musim kemarau

dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu atau cangkul,

kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Setiap perlakuan diambil 3 sampel.

Variabel panen yang diamati meliputi:

1. Jumlah rimpang per rumpun tanaman

2. Bobot basah rimpang total per rumpun tanaman (g tan-1)

3. Bobot kering rimpang per rumpun tanaman (g tan-1)

3.6 Analisis Data

Setelah diperoleh data primer, selanjutnya dilakukan analisa dan

interpretasi data suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum (ºC), suhu tanah

(ºC), kelembaban nisbi udara (RH) (%) dan intensitas radiasi matahari (Lux

meter). Data dimasukkan kedalam Microsoft excel untuk dianalisis sehingga

didapatkan nilai rata-rata dari perlakuan yang diamati. Untuk membandingkan

variabel yang diukur antar perlakuan dilakukan dengan analisa sidik ragam

(Anova) yang dilanjutkan dengan uji T (BNT) pada taraf 5%.

Page 28: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Lingkungan Mikro

a. Suhu Maksimum (OC ) dan Suhu Minimum (OC )

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu maksimum pada sistem

agroferstri pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan

tumpangsari tanaman perkebunan dan sayuran berkisar antara 22,210C sampai

22,800C. Suhu maksimum pada perlakuan Pinus+Jahe adalah 22,330C; suhu

maksimum pada perlakuan Pinus+Kopi+Jahe adalah 22,670C; perlakuan

Pinus+Talas+Jahe adalah 22,800C dan perlakuan Pinus+Sayuran+Jahe adalah

22,210C.

Hasil pengamatan suhu minimum pada sistem agroferstri pinus (Pinus

merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan tumpangsari tanaman

perkebunan dan sayuran berkisar anatara 19,860C sampai 20,660C. Suhu

minimum pada perlakuan Pinus+Jahe adalah 20,660C; perlakuan

Pinus+Kopi+Jahe adalah 19,860C; perlakuan Pinus+Talas+Jahe adalah 20,100C

dan perlakuan Pinus+Sayuran+Jahe adalah 19,860C.

Gambar 1. Suhu Maksimum dan Suhu Minimum pada Sistem Agroforestri Pinus

(Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan Tumpangsari

Tanaman Perkebunan dan Sayuran.

22.3322.67 22.80

22.21

20.66

19.86 20.10 19.94

18.00

19.00

20.00

21.00

22.00

23.00

24.00

Pinus + Jahe Pinus + Kopi + Jahe Pinus + Talas +

Jahe

Pinus + Sayuran +

Jahe

Suhu(

˚C)

Pelakuan

Suhu (Max ˚C) Suhu (Min ˚C)

Page 29: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

16

b. Kelembapan Maksimum (RH max%) dan Kelembaban Minimum (RH

min%)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelembaban maksimum pada

sistem agroferstri pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan

tumpangsari tanaman perkebunan dan sayuran berkisar antara 77,00% sampai

74,29%. Kelembaban pada perlakuan Pinus+Sayuran+Jahe adalah 74,29% lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan Pinus+Kopi+Jahe adalah 75,43%;

perlakuan Pinus+Jahe adalah 74,43% dan perlakuan Pinus+Talas+Jahe adalah

74,29%.

Hasil pengamatan kelembaban minimum pada sistem agroferstri pinus

(Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan tumpangsari tanaman

perkebunan dan sayuran menunjukan kelembaban lebih tinggi pada perlakuan

Pinus+Sayuran+Jahe yaitu 75,26% dibandingkan dengan perlakuan pinus+jahe

adalah 74,43%; Pinus+Talas+Jahe adalah 71,17% dan perlakuan

Pinus+Kopi+Jahe adalah 75,43%.

Gambar 2. Kelembaban (RH) (Max %) pada Sistem Agroforestri Pinus (Pinus

merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan Tumpangsari

Tanaman Perkebunan dan Sayuran.

74.43

75.43

74.29

77.00

74.43

71.17

72.94

75.26

68.00

69.00

70.00

71.00

72.00

73.00

74.00

75.00

76.00

77.00

78.00

Pinus + Jahe Pinus + Kopi +

Jahe

Pinus + Talas +

Jahe

Pinus + Sayuran +

Jahe

Kel

embap

an (

RH

) (%

)

Perlakuan

Kelembapan (RH) (Max%) Kelembapan (RH) (Min%)

Page 30: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

17

c. Intensitas Radiasi Matahari (Lux Meter)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa intensitas radiasi matahari pada

perlakuan Pinus+Sayuran+Jahe lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan

pinus+jahe; perlakuan Pinus+Kopi+Jahe dan perlakuan Pinus+Talas+Jahe. Pada

perlakuan Pinus+Kopi+Jahe adalah 19985,71 lux lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan Pinus+Jahe adalah 19591,43 lux; perlakuan Pinus+Talas+Jahe

adalah 16855,71 lux dan perlakuan Pinus+Sayuran+Jahe adalah 7791,43 lux.

Gambar 3. Intensitas Radiasi Matahari pada Sistem Agroforestri Pinus (Pinus

merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan Tumpangsari

Tanaman Perkebunan dan Sayuran.

d. Suhu Tanah (OC )

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu tanah pada sistem agroferstri

pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber officinale L.) dengan tumpangsari

tanaman perkebunan dan sayuran berkisar antara 18,140C sampai 18,570C. Suhu

tanah pada perlakuan Pinus+Jahe adalah 18,570C; perlakuan Pinus+Kopi+Jahe

adalah 18,430C; perlakuan Pinus+Jalas+jahe adalah 18,430C dan perlakuan

Pinus+Sayuran+Jahe adalah 18,140C.

19591.43 19985.7118655.71

7791.43

0.00

5000.00

10000.00

15000.00

20000.00

25000.00

Pinus + Jahe Pinus + Kopi +

Jahe

Pinus + Talas +

Jahe

Pinus + Sayuran +

Jahe

Inte

nsi

tas

Rad

iasi

Mat

ahar

i(L

ux)

Perlakuan

Pinus + Jahe Pinus + Kopi + Jahe Pinus + Talas + Jahe Pinus + Sayuran + Jahe

Page 31: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

18

.

Gambar 4. Suhu Tanah pada Sistem Agroforestri Pinus (Pinus merkusii) dan Jahe

(Zingiber officinale L.) dengan Tumpangsari Tanaman Perkebunan dan

Sayuran.

4.1.2 Komponen Hasil

a. Jumlah Rimpang Per Rumpun Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sistem tumpangsari pinus dan

jahe tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rimpang jahe gajah (Zingiber

officinale L.) per tanaman (Lampiran 7). Rerata jumlah rimpang per rumpun

tanaman disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata Jumlah Rimpang Per Tanaman Jahe

Perlakuan Jumlah Rimpang Per Tanaman (g/tan)

Pinus + Jahe 1,1

Pinus + Kopi + Jahe 1,0

Pinus + Talas + Jahe 1,3

Pinus + Sayuran + Jahe 1,5

BNT 5% tn

Keterangan: Bobot Basah Pinus+Jahe: 1.1, Pinus+Kopi+Jahe: 1.0, Pinus+Talas+Jahe: 1.3, Pinus+Sayuran+ Jahe: 1.5; tn = tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 5 %.

b. Bobot Basah Rimpang

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komponen bobot basah rimpang

(g/tan) berpengaruh nyata terhadap sistem tumpangsari jahe dengan tanaman

sayuran dan perkebunan di bawah tegakan pinus (Lampiran 8). Hasil analisis

ragam pada bobot basah rimpang (g/m2) menunjukan tidak berpengaruh nyata

18.57

18.43 18.43

18.14

17.90

18.00

18.10

18.20

18.30

18.40

18.50

18.60

18.70

Pinus + Jahe Pinus + Kopi + Jahe Pinus + Talas + Jahe Pinus + Sayuran +Jahe

Suh

u T

anah

(˚C

)

Perlakuan

Pinus + Jahe Pinus + Kopi + Jahe Pinus + Talas + Jahe Pinus + Sayuran + Jahe

Page 32: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

19

terhadap sistem tumpangsari jahe dengan tanaman sayuran dan perkebunan di

bawah tegakan pinus (Lampiran 9). Rerata bobot basah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata Bobot Basah Rimpang Jahe

Perlakuan Bobot Basah Rimpang Bobot Basah Rimpang

(g/tan) (g/m²)

Pinus + Jahe 79,19 a 871,10

Pinus + Kopi + Jahe 89,90 a 719,20

Pinus + Talas + Jahe 158,34 b 633,40

Pinus + Sayuran + Jahe 94,04 a 470,20

BNT 5% 56,03 tn Keterangan: Bobot Basah Rimpang Perlakuan Pinus+Jahe: 79.2, Pinus+Kopi+Jahe: 89.9, Pinus+ Talas+Jahe:

158.3, Pinus+Sayura+ Jahe: 94,0; uji BNT pada taraf 5 % = 56,03. Bobot Basah Rimpang gram per m2 Perlakuan Pinus+Jahe: 871,10; Pinus+Kopi+Jahe: 719,20; Pinus+Talas+Jahe: 633,40; Pinu+ Sayuran+Jahe:

470,20; tn = tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p = 5 %.

c. Bobot Kering Rimpang

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada komponen panen bobot

kering rimpang (g/tan) tidak berpengaruh nyata terhadap lingkungan mikro

dibawah tegakan pinus dengan tumpangsari tanaman perkebunan dan sayuran

tinggi (Lampiran 10). Hasil analisis ragam pada bobot kering rimpang (g/m2)

menunjukan berpengaruh nyata terhadap sistem tumpangsari jahe dengan tanaman

sayuran dan perkebunan di bawah tegakan pinus (Lampiran 11). Rerata bobot

kering disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata Bobot Kering Rimpang Jahe (g/tan)

Perlakuan Bobot Kering Rimpang Bobot Kering Rimpang

(g/tan) (g/m²)

Pinus + Jahe 15,60 172,00 b

Pinus + Kopi + Jahe 15,90 127,30 b

Pinus + Talas + Jahe 17,10 68,30 a

Pinus + Sayuran + Jahe 14,20 71,10 ab

BNT 5% tn 47,69 Keterangan: Bobot Kering Rimpang (g/tan) Perlakuan Pinus+ jahe: 15.60; Pinus+Kopi+Jahe: 15.90;

Pinus+Talas+ Jahe: 17.70; Pinus+Sayuran+Jahe : 14.20; tn = tidak nyata berdasarkan uji BNT pada taraf p =5

%. Bobot Kering Rimpang Tanaman (g/m2) Perlakuan Pinus+Jahe: 172,00b; Pinus+Kopi+Jahe: 127,30b;

Pinus+Talas+Jahe: 68,30a; Pinu+ Sayuran+Jahe: 71,10ab; uji BNT pada taraf 5% = 47,69

4.2 Pembahasan

Pengaruh perlakuan tanaman jahe (Zingiber officinale L.) dibawah tegakan

pinus (Pinus merkusii) terhadap tumpangsari tanaman sayuran dan perkebunan

menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap variabel panen yaitu jumlah

rimpang per rumpun tanaman dan bobot kering rimpang per m2. Pada bobot basah

Page 33: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

20

rimpang per m2 menunjukan pengaruh nyata terhadap perlakuan sistem

agroforestri pinus (Pinus merkusi) dan jahe (Zingiber officinale L.) dengan

tumpangsari tanaman sayuran dan perkebunan.

Hal ini disebabkan karena lingkungan mikro untuk pertumbuhan tanaman

jahe yang sama. Lingkungan mikro pada UB Forest memiliki kondisi intensitas

radiasi matahari berkisar antara 7791,43 lux sampai 19985,71 lux, suhu

maksimum berkisar antara 22,210C sampai 22,800C, suhu minimum berkisar

anatara 19,860C sampai 20,660C, kelembapan udara berkisar antara 77,00%

sampai 74,29% dan suhu tanah berkisar anatar 18,14 sampai 18,57. Menurut

Sukarman dan Melati (2011) menjelaskan bahwa agar didapatkan pertumbuhan

dan hasil yang optimal, budidaya jahe sebaiknya dilakukan di lahan dengan tipe

iklim A, B, dan C (Schmidt dan Ferguson), ketinggian tempat 300 - 900 dpl,

temperatur rata-rata 25-30ºC, jumlah bulan basah 7-9 bulan dengancurah hujan

2.500 - 4.000 mm per tahun dan intensitas cahaya matahari 70-100 % atau agak

ternaungi sampai terbuka.

Cahaya matahari mempunyai fungsi yang sangat penting pada aktivitas

fotosintesa, apabila terjadi penurunan aktivitas fotosintesa maka akan terjadi

perubahan karakteristik fisiologis dan morfologis tanaman, dampak berikutnya

adalah penurunan produktivitas tanaman. Menurunnya intensitas cahaya dapat

berpengaruh pada bobot kering tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi

(1991), besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan

biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan

bobot kering. Akumulasi biomas jahe tertinggi diperoleh apabila ditanam di

bawah intensitas cahaya sebesar 800 µmol m-2s-1. Intensitas cahaya 790 µmol m-

2s-1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan akumulasi biomas tanaman jahe, karena

meningkatnya asam salisilat pada tanaman. Asam salisilat dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada asam salisilat

(100 ppm) dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, laju pertumbuhan

tanaman dan total produksi bahan kering pada tanaman jagung

(Nagasubramaniam et al., 2007).

Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan distribusi spektrum cahaya matahari

yang diterima oleh daun di permukaan tajuk lebih besar dibanding dengan daun di

Page 34: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

21

bawah naungan. Pada kondisi ternaungi cahaya yang dapat dimanfaatkan untuk

proses fotosintesis sangat sedikit. Sementara itu, Cruz (1997) menyatakan

naungan dapat mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai katalisator

dalam fiksasi CO2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya. Lambers et al.

(1998), naungan mengurangi radiasi sinar utama yang aktif pada fotosintesis

sehingga berakibat menurunnya asimilasi neto. Oleh sebab itu, cahaya sangat

berperan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jahe di lapangan.

Menurut Rostiana et al. (2005), tanaman jahe mampu tumbuh di bawah naungan

hingga 30% dengan konsekuensi produktivitasnya tidak maksimal.

Kelembapan udara mempengaruhi laju transpirasi. Jika kelembapan udara

rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu rimpang untuk menyerap

lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrisi

oleh rimpang akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi

kelembaban udara maka jumlah uap air yang ada di udara semakin banyak

(Ariffin, 2003).

Page 35: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Suhu maksimum dan minimum serta suhu tanah pada semua perlakuan

agroforestri pinus relatif tetap yaitu untuk suhu maksimum berkisar 22,210C

sampai 22,80OC dan suhu minimum berkisara 19,860C sampai 20,660C serta

untuk suhu tanah berkisar 18,40C sampai 18,57OC.

2. Agroforestri pinus+sayuran+jahe mempunyai kelembapan maksimum yang

relatif tinggi yaitu 77% dan kelembapan minimum 75,26% sebaliknya

mempunyai intensitas cahaya yang paling rendah yaitu 779143 lux

3. Agroforestri pinus (Pinus merkusii) dan Jahe (Zingiber oficinale L.) dengan

tumpangsari tanaman sayuran dan perkebunan menunjukan tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel panen yaitu jumlah rimpang per rumpun tanaman dan

bobot kering rimpang per m2. Dan pada bobot basah rimpang per m2 menunjukan

pengaruh nyata terhadap perlakuan tanaman jahe (Zingiber officinale L.)

dibawah tegakan pinus (Pinus merkusii) terhadap tumpangsari tanaman sayuran

dan perkebunan.

5.2 Saran

Pengamatan intensitas radiasi matahari (Lux meter) dan Suhu ( oC )

sebaiknya diamati diatas tajuk tanaman jahe (Zingiber officinale L.)

Page 36: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R., M. Azeem dan N. Ahmed. 2009. Productivity of ginger (Zingiber

officinale) by amendment of vermicompost an biogas slurry in salin soil. Pak.

J. Bot. 41: 3107-3116.

Amini, F. dan A.A. Ehsanpour. 2005. Soluble proteins, proline, carbohydrates and

Na+/K+ changes as components of horticultural potting media for growing

marigold and vegetable seedlings. Comp. Sci. Util. 8: 215-253.

Anggraeni, I. dan A.Wibowo. 2007. Pengaruh Pola Tanam Wanatani Terhadap

Timbulnya Penyakit dan Produktivitas Tanaman Tumpangsari. Bulletin Info

Hutan Tanaman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.

Jakarta.

Arifin, H. 2013. Manual Pelatihan - Teknik Penanaman dan Pemeliharaan Beberapa

Jenis Tanaman. Volume 3 Technical Report - Manual Pelatihan: Hal. 94.

Ashraf, M. dan A. Waheed. 1993. Responses of some local/exotic accessions of lentil

(Lens culinaris Medic.) to salt stress. J. Agron. Soil Sci. 170: 103-112.

Bhosale, K.S. dan B.P. Shinde. 2011. Influence of Arbuscular Mycorrhizal Fungi on

Proline and Chlorophyll Content in Zingiber officinale Rosc Grown Under

Water Stress. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences

(Online) (An Online: http://www.cibtech.org/jls). 1: 172-176.

Cruz P. 1997. Effect of Shade on the Growth and Mineral Nutrition of C4 Perennial

Grass Under Field Conditions. Plant and Soil. 188:227-237.

Djukri. 2006. Karakter Tanaman dan Produksi Umbi Talas sebagai Tanaman Sela di

Bawah Tegakan Karet. Biodiversitas. 7 (3): 256-259.

Djazuli, M. dan Sukarman. 2007. The effect of growth environment on growth and

productivity of ginger. Proseding Seminar Nasional XIII. PERSADA. p.96-

99. Bogor 9 Agustus 2007. Institut Pertanian Bogor.

Emmyzar dan Rosman R. 1997. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Berpengaruh Pada

Benih Jahe. Prosiding Forum Konsultasi Perbenihan Tanaman Rempah dan

Obat. Bogor.

Ghasemzadeh, A. dan H.Z.E. Jaafar. 2011. Effect of CO2 Enrichment on Synthesis of

Some Primary and Secondary Metabolites in Ginger (Zingiber officinale

Roscoe). Int. J. Mol. Sci. 12: 1101-1114.

Ghasemzadeh, A.; Jaafar, H.Z.E.; Rahmat, A.; Wahab, P.E.M.; Halim, M.R.A. 2010.

Effect of Different Light Intensities on Total Phenolics and Flavonoids

Synthesis and Anti-oxidant Activities in Young Ginger Varieties (Zingiber

officinale Roscoe). Int. J. Mol. Sci. 11:3885–3897.

Page 37: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

24

Gunawan dan Rohandi. 2014. Pengaruh intensitas cahaya dan jenis jahe terhadap

pertumbuhan jahe di bawah tegakan pinus. Prosiding seminar nasional:

Peranan dan strategi kebijakan pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) dalam meningkatkan daya guna kawasan (hutan). Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta. p:274-280.

Hasanah, M. 1993. Pemanfaatan lahan di bawah tanaman karet produktif dengan

beberapa tanaman industri lainnya. Laporan Tahunan Balai Penelitian Obat

dan Rempah. Bogor.

Inoriah, E., Fahrurrozi dan E. Fatwa. 2002. Respon jahe terhadap berbagai intensitas

cahaya. Prosiding Tanaman Rempah dan Obat. Seminar Nasional BKS PTN

Barat. Medan.

Kementerian Pertanian. 2008. Budidaya Organik Tanaman Jahe. Bogor: Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Kementerian Pertanian

Lambers, H., F.S. Chapin, and T.L. Pons. 1998. Plant Physiologycal Ecology. New

York: Springer Verlag Inc.

Manju, V. dan N. Nalini. 2005. Chemopreventive efficacy of ginger, a naturally

occurring anticarcinogen during the initiation, post initiation stages of 1, 2

dimethyl hydrazine-induced colon cancer. Clin Chim Acta. 358: 60-67

Mayrowani, H. dan Ashari, 2011. Pengembangan agroforestry untuk mendukung

ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Forum

Penelitian Agro Ekonomi. 29 (2): 83-98.

Masuda, T., A. Jitoe dan T.J. Mabry. 1995. Isolation and structure determination of

cassumunarins A, B, C: new anti-inflammatory antioxidants from a tropical

ginger, Zingible cassumunar. J Am Oil Chem Soc. 72: 1053-1057.

Nagasubramaniam, A., G. Pathmanabhan dan V. Mallika. 2007. Studies on

improving production potential of baby corn with foliar spray of plant growth

regulators. Ann. Rev. Plant Physiol. Plant Mol. Biol. 21:154–157

Pamuji, S. dan B. Saleh. 2010. Pengaruh Intensitas Naungan Buatan dan Dosis Pupuk

K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jahe Gajah. Akta Agrosia. 13 (1): 62 –

69.

Paimin, F, B dan Murhananto., 2000. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Paridaa, A.K. dan A.B. Das. 2005. Salt tolerance and salinity effects on plants: a

review. Ecotox. Environ. Safety. 60: 324-349.

Rahardjo, M. 2011. Pengaruh stres air, intensitas cahaya, konsentrasi karbon

dioksida dan salinitas terhadap parameter fisiologis dan morfologis tanaman

jahe (Zingiber officinale Rosc.). dalam Bunga rampai: Jahe (Zingiber

officinale Rosc.) Status teknologi hasil penelitian jahe. Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Page 38: SISTEM AGROFORESTRI PINUS (Pinus merkusii) DAN JAHE ( L ...repository.ub.ac.id/6296/1/LILIS IRJAYANTI YOOM.pdf · aktif menjadi panitia pada acara Jurusan Budidaya Pertanian yaitu

25

Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian

Pertanian Indonesia. p. 36-48.

Rostiana, O., N. Bermawie dan M. Rahardjo. 2005. Standar Prosedur Operasional

Budidaya Jahe, Kencur, Temulawak, Kunyit, Sambiloto dan Pegagan. Sirkuler

No. 11, 2005. Balittro. p. 1-12.

Rostiana, O., D.S. Effendi dan N.Bermawie. 2007. Booklet Teknologi Unggulan:

Jahe. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. pp. 21.

Siagian, V., J. 2014. Outlook Komoditi Jahe. Pusat Data dan Sistem Informasi

Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian.

Sudiarto. 1978. Budidaya Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) di Indonesia dan

Penelitian Beberapa Aspek Budidayanya. Lembaga Penelitian Tanaman

Industri. Bogor. pp.17.

Stoilova, I, A. Krastanov, A. Stoyanova, P. Denev dan S. Gargova. 2007. Antioxidant

activity of a ginger extract (Zingiber officinale). Food Chemistry.102: 764–

770.

Sukarman dan Melati. 2011. Produksi benih jahe (Zingiber officinale Rosc.) sehat.

dalam Bunga rampai: Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Status teknologi hasil

penelitian jahe. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian Indonesia. p.20-30.

Surh, Y.J., E. Loe dan J.M. Lee.1998. Chemopreventive properties of some pungent

ingredients present in red pepper and ginger. Mutat Res. 402:259-267.

Taiz L and Zeiger E. 1991. Plant Physiology. Tokyo. The Benyamin/Cumming

Publishing Company Inc. p: 219-247.

Triwanto, J. 2011. Model pengembangan agroforestry pada lahan marginal dalam

upaya peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan. Humanity. 7 (1): 23–

27.

Wahyuni, L., A. Barus, Syukri. 2013. Respon Pertumbuhan Jahe Merah (Zingiber

officinale rosc.) Terhadap Pemberian Naungan dan Beberapa Teknik

Bertanam. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(4).