sirosis hepatis
-
Upload
humayrahazzahra -
Category
Documents
-
view
24 -
download
3
Transcript of sirosis hepatis
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Rt. 28 Lebak Bandung
MRS : 26-2-2013
II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Perut Membesar Sejak ± 1 bulan SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :
Os mengeluh Perut Membesar Sejak ± 1 bulan SMRS, Nafsu makan mulai
menurun, mudah merasa kenyang, perut terasa kembung, mudah mual
walau hanya makan sedikit, muntah (-). OS juga mengeluh nyeri di ulu hati,
rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, tidak menyebar, nyeri hilang timbul.
Demam (-), sesak nafas (+), nyeri dada (-) . Saat itu BAK berwarna kuning
teh. BAB 1x/hari warna kuning lunak, tidak disertai lendir maupun darah.
OS tidak ada dibawa berobat, sakit kepala (+), nyeri ulu hati (+) terasa panas
dan hilang timbul. gangguan tidur (-), perdarahan gusi atau mimisan (-).
Keluarga OS membawa OS ke RSUD Raden Mataher.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Os pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
- Os mempunya riwayat sakit kuning ± 1 tahun yang lalu.
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal.
- Riwayat minum alkohol disangkal.
1
Riwayat Penyakit keluarga:
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat penyakit kuning disangkal
- Riwayat penyakit perdarahan disangkal
- Tidak ada anggota keluarga OS yang menderita keluhan yang sama
dengan OS.
II.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Berat
Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 (E4M6V5)
Tinggi/berat badan : 170 cm / 84 kg
Lingkar Perut : 115 cm
Tanda-tanda Vital:
TD : 140/60 mmHg
Nadi : Frekuensi 87 x/menit
Pernapasan : Frekuensi : 26 x / menit
Suhu : 38,00C
Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk Kepala : Normochepal, simetris, tidak ada trauma maupun memar
- Rambut : Ikal, warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak mudah
rontok.
- Nyeri tekan : tidak ada
- Edema facial : tidak ada
2. Pemeriksaan Mata
- palpebra : tidak terdapat edema
- konjungtiva : Anemis
- sklera : ikterik
- pupil : berespon terhadap reflek cahaya, isokor, diameter ±3 mm
2
3. Pemeriksaan Telinga
- tidak terdapat otore, deformitas, maupun nyeri tekan
4. Pemeriksaan Hidung
- tidak terdapat sekret, nafas cuping hidung maupun deformitas
5. Pemeriksaan Mulut
- oral higien cukup baik, tidak pucat, tidak sianosis, lidah tidak kotor, faring
tidak hiperemis, tonsil tidak membesar, tidak terlihat adanya perdarahan gusi.
6. Pemeriksaan Leher
- trakea : tidak terdapat deviasi trakea
- kelenjar lymphoid : tidak membesar
- kelenjar tiroid : tidak membesar
- JVP : tidak meningkat ( 5-2 cm H2O )
- kaku kuduk : tidak ada
7. Pemeriksaan Thorak :
spider nevi (-), pernafasan thorako abdominal, pelebaran sela
iga (-), simetris
• Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V ± 2 cm medial LMC sinistra,
tidak kuat angkat.
- Perkusi :
batas kanan : linea sternalis kanan
batas kiri : linea midklavikularis kiri
batas atas : ICS II linea sinistra
pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : BJ1 dan BJ2 reguler, tidak terdapat bising dan murmur.
3
• Paru-paru
- Inspeksi : simetris paru kanan dan kiri
- Palpasi : vocal fremitus kanan sama dengan kiri, ketinggalan gerak
(-)
- Perkusi : sonor disemua lapangan paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada
wheezing
8. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi :
dinding perut (buncit), distensi (+), vena kolateral (-), striae (-)
- Palpasi :
Perut : nyeri tekan epigastrium (-), ascites (+), undulasi (+),
kaudal nodosa(+), sifting dulnes (+).
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
- Perkusi : Redup, tympani di atas umbilikus,
- auskultasi : bising usus (+) normal
9. Pemeriksaan ektremitas
- Superior : tidak terdapat deformitas, pucat ,dan sianosis , oedema tidak
ada, akral hangat
- Inferior : tidak terdapat deformitas, pucat , sianosis , oedema, akral
hangat
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin :
- DR : WBC : 9,7x 103/mm3 ( N: 3,5-10,0 )
RBC : 2,09 x 106/mm3 ( N: 3,80-5,80 )
HGB : 7,4 g/dl ( N: 11,0-16,5 )
HCT : 20,4 % ( N: 35,0-50,0 )
PLT : 81x 103/mm3 ( N: 150-390 )
4
GDS : 162 mg/dl
Faal hati
Protein total : 5,8 g/dl
Albumin : 1,5 g/dl
Globulin : 4,3 g/dl
SGOT : 91 mg/l
SGPT : 44 mg/l
Alkali fosfatase : 179 u/l
Faal ginjal
Ureum : 20,8 mg/dl
Kreatinin : 0,7 mg/dl
Serologi- Imunologi
HBsAg : positif
Anti HBsAg : negatif
Urin Rutin :
Warna : kuning tua
BJ : 1030
PH : 6,5
Bilirubin : +++
IV. DIAGNOSA :
Sirosis Hepatis Stadium Decompensata
V. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Sirosis hepatis
Hepatoma
Abses Hati
VI. PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN:
Darah, urin,
Kimia Darah Lengkap (protein total, albumin, globulin, SGOT, SGPT,
bilirubin total, bilirubin indirect, bilirubin direct)
USG abdomen
HbsAg, anti Hbs, anti HCV
5
Endoskopi (esophagogastroduodenoscopy)
VII. PENATALAKSANAAN
Untuk Sirosis Hepatis (umum):
- Istirahat
- Puasa Diet cair lewat NGT Diet Saring Diet Lunak Diet
Hati disesuaikan dengan nafsu makan pasien yaitu DHIDH II + Diet
Rendah Garam.
- IVFD aminoleban : D5% = 1 : 2 = 20 tts/mnt.
- Inj. Ceftriaxone vial 1 x 2 gr
- Furosemid 1x 20 mg
- Propanolol 2x10 mg
- Ranitidin 2x1 amp
- Spironolakton 1x100 mg
- Ondancentron 3x1 amp
- Curcuma 3 x 1 tablet
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad Malam
Quo ad fungsional : Dubia ad Malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam
FOLLOW UP
6
Tgl Subjekif Objektif Assesment Penatalaksanaan Hasil lab
27/2/13 -Perut
membesar
dan tegang
-Nyeri perut
sebelah
kanan atas
-badan lemas,
-mual (+)
-BAK tidak
merasa puas,
-oedem
ekstremitas
-KU: sakit
sedang
-Kesadaran: CM
-TD:140/60
mmHg
-Suhu: 36,3oC
-Nadi: 88x/mnt
-RR: 23x/mnt
-Lingkar
pinggang: 101
cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
- Infus D5% 20
tetes/menit
- Inj
Ceftriaxone
1x2 gram
- Inj
Ondansentron
2 x 1 ampul
(drip)
- Inj Furosemid
2x1 ampul
- Spironolakton
2x100 mg
- Propanolol
2x1
- Curcuma 3x1
tablet
Darah rutin
-WBC: 9,7
-RBC : 2,09
-HGB : 7,4
-HCT : 20,4
-PLT : 81
GDS 162
mg/dl
28/2/13 -Perut tegang
berkurang
-Nyeri perut
kanan atas
-Badan lemas
-Mual (+)
- tidak bisa
tidur
-oedem
ekstremitas
-TD: 120/60
mmHg
-Suhu: 36,0º c
-Nadi: 81x/mnt
-RR: 20x/mnt
-Lingkar perut:
101 cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
- Infus D5% 20
tetes/menit
- Inj Ceftriaxone
1x2 gram
-Inj
Ondansentron 2
x 1 ampul (drip)
- Inj Furosemid
2x1 ampul
-Spironolakton
2x100 mg
-Propanolol 2x1
-Curcuma 3x1
Kimia Darah
-Ureum: 20,8
-Kreatinin: 0,7
-Prot tot: 5,8
mg/dl
-Albumin: 1,5
mg/dl
-Globulin: 4,3
mg/dl
-SGOT: 91
mg/dl
-SGPT: 44
mg/dl
7
tablet -Alkali
fosfatase: 179
u/l
1/3/13 - Badan lemas
- Mual (+)
- tidak bisa
tidur
-oedem
ekstremitas
-Nyeri perut
kanan atas
-TD: 120/60
mmHg
-Suhu: 37ºc
-Nadi: 84x/mnt
-RR: 20x/mnt
-Lingkar perut:
98 cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
-Bed rest
- Infus D5%:
Asam amino =
1:1 = 20
tetes/menit
- Inj Ceftriaxone
1x2 gram
-Inj
Ondansentron 2
x 1 ampul (drip)
- Inj Furosemid
2x1 ampul
-Spironolakton
2x100 mg
-Propanolol 2x1
-Curcuma 3x1
tablet
Pemeriksaan
serologi
- HBV:
HBsAg (+)
- Anti
HBsAg (-)
Rencana
pemeriksaan
USG abdomen
12/3/13 - Badan lemas
- Mual (+)
-KU: sakit
sedang
-Kesadaran: CM
-TD: 110/80
mmHg
-Suhu: 37ºc
-Nadi: 82x/mnt
-RR: 20x/mnt
-Lingkar perut:
66 cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
-Bed rest
- Infus D5%:
Asam amino =
1:1 = 20
tetes/menit
- Inj Ceftriaxone
1x2 gram
-Inj
Ondansentron 2
x 1 amp (drip)
- Inj Furosemid
2x1 ampul
8
-Spironolakton
2x100 mg
-Propanolol 2x1
-Curcuma 3x1
tablet
3/3/13 - Badan lemas
-Mual
berkurang
-oedem
ekstremitas
-Nyeri perut
kanan atas
-KU: sakit
sedang
-Kesadaran: CM
-TD: 110/80
mmHg
-Suhu: 37ºc
-Nadi: 82x/mnt
-RR: 20x/mnt
-Lingkar perut:
96 cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
-Bed rest
- Infus D5%:
Asam amino =
1:1 = 20
tetes/menit
- Inj Ceftriaxone
1x2 gram
-Inj Furosemid
2x1 ampul
-Spironolakton
2x100 mg
-Propanolol 2x1
Curcuma 3x1
tablet
Hasil USG:
Acites
splenomegali
ringan e.c
sirosis
hepatis
stadium
decompensat
a.
4/3/13 - Badan lemas
-Mual
berkurang
-oedem
ekstremitas
-Nyeri perut
kanan atas
-KU: sakit berat
-Kesadaran:
samnolen
-TD: 90/70
mmHg
-Suhu: 36,0ºc
-Nadi: 70x/mnt
-RR: 25x/mnt
-Lingkar perut:
95 cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
-Bed rest
- Infus D5%:
Asam amino =
1:1 =20
tetes/menit
- Inj Ceftriaxone
1x2 gram
-Inj Furosemid
2x1 ampul
-Spironolakton
2x100 mg
-Propanolol 2x1
Curcuma 3x1
9
tablet
5/3/13 - Badan lemas
-Mual
berkurang
-oedem
ekstremitas
-Nyeri perut
kanan atas
-KU: sakit berat
-Kesadaran:
Sofor
-TD: 80/60
mmHg
-Suhu: 37,5ºc
-Nadi: 65x/mnt
-RR: 26x/mnt
-Lingkar perut:
95 cm
Sirosis
hepatis
stadium
dekompensat
a
-Bed rest
- Infus D5%:
Asam amino =
1:1 =20
tetes/menit
- Inj Ceftriaxone
1x2 gram
-Inj Furosemid
2x1 ampul
-Spironolakton
2x100 mg
-Propanolol 2x1
Curcuma 3x1
tablet
6/3/13 Meninggal
jam 22.30
wib
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Sirosis adalah suatu keadaan patologi yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat
nekrosis hepatoseluler. jaringan ikat penunjang retikulin kolaps disertai deposit
jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular, dan regenerasi nodularis parenkim hati. 1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien
yang berusia 45–46 tahun (setelah penyakit jantung dan kanker) di negara maju.
Sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian di seluruh dunia di mana
sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun. Sirosis hati merupakan penyakit hati
yang sering ditemukan dalam ruang perawatan bagian penyakit dalam. Perawatan
di rumah sakit sebagian besar terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai
penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma
peptikum, sindrom hepatorenal, asites, spontaneous bacterial peritonitis serta
karsinoma hepatosellular.1,2
Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis. Keseluruhan insidensi sirosis
di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar
akibat penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Di Indonesia, data
prevalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan dari beberapa pusat pendidikan
saja. Di RS Dr.SardjitoYogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1 % dari
pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun
(2004). Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati
sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.1
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1, dengan umur rata-rata
terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 49
tahun.
11
2.3 ETIOLOGI
Insiden
Penderita sirosis hepatic lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan
dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan rata-rata umur terbanyak yan g
mengalami adalah usia 30 – 59 tahun.1,2,3
Penyebab sirosis hepatis
1. Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutam
didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan
keterautran dari konsumsi alkohol. Konsumis alkohol pada tingkat-tingkat
yang tinggi dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari
individu-individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai
16 ounces minuman keras (hard liquor) atau atau yang sama dengannya
untuk 15 tahun atau lebih akan mengembangkan sirosis. Alkohol
menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati berlemak
yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih
serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke
sirosis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merujuk pada suatu
spektrum yang lebar dari penyakit hati yang, seperti penyakit hati
alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana
(simple steatosis), ke nonalcoholic steatohepatitis (NASH), ke sirosis.
Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama
akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena
NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-
jumlah alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek,
gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat
terlihat pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan.
NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin,
yang pada gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan
diabetes mellitus tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting
dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD
adalah penyakit hati yang paling umum di Amerika dan adalah
bertanggung jawab untuk 24% dari semua penyakit hati.1
12
2. Sirosis Kriptogenik, Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang
umum untuk pencangkokan hati. Di-istilahkan sirosis kriptogenik
(cryptogenic cirrhosis) karena bertahun-tahun dokter-dokter telah tidak
mampu untuk menerangkan mengapa sebagain dari pasien-pasien
mengembangkan sirosis. Dokter-dokter sekarang percaya bahwa sirosis
kriptogenik disebabkan oleh NASH (nonalcoholic steatohepatitis) yang
disebabkan oleh kegemukan, diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang
tetap bertahan lama. Lemak dalam hati dari pasien-pasien dengan NASH
diperkirakan menghilang dengan timbulnya sirosis, dan ini telah
membuatnya sulit untuk dokter-dokter untuk membuat hubungan antara
NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu waktu yang lama. Satu
petunjuk yang penting bahwa NASH menjurus pada sirosis kriptogenik
adalah penemuan dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada hati-hati
yang baru dari pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati untuk
sirosis kriptogenik. Akhirnya, suatu studi dari Perancis menyarankan
bahwa pasien-pasien dengan NASH mempunyai suatu risiko
mengembangkan sirosis yang serupa seperti pasien-pasien dengan infeksi
virus hepatitis C yang tetap bertahan lama. Bagaimanapun, kemajuan ke
sirosis dari NASH diperkirakan lambat dan diagnosis dari sirosis secara
khas dibuat pada pasien-pasien pada umur enampuluhannya.
3. Hepatitis Virus Yang Kronis adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau
hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-
pasien dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis
dan sirosis. Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi
dengan hepatitis A sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu,
tanpa mengembangkan infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya,
beberapa pasien-pasien yang terinfeksi dengan virus hepatitis B dan
kebanyakan pasien-pasien terinfeksi dengan virus hepatitis C
mengembangkan hepatitis yang kronis, yang pada gilirannya
menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada sirosis,
dan adakalanya kanker-kanker hati.
13
4. Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan berakibat pada
akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada
kerusakkan jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi
yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson).
Pada hemochromatosis, pasien-pasien mewarisi suatu kecenderungan
untuk menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari makanan. Melalui
waktu, akumulasi besi pada organ-organ yang berbeda diseluruh tubuh
menyebabkan sirosis, arthritis, kerusakkan otot jantung yang menjurus
pada gagal jantung, dan disfungsi (kelainan fungsi) buah pelir yang
menyebabkan kehilangan rangsangan seksual. Perawatan ditujukan pada
pencegahan kerusakkan pada organ-organ dengan mengeluarkan besi dari
tubuh melaui pengeluaran darah. Pada penyakit Wilson, ada suatu kelainan
yang diwariskan pada satu dari protein-protein yang mengontrol tembaga
dalam tubuh. Melalui waktu, tembaga berakumulasi dalam hati, mata-
mata, dan otak. Sirosis, gemetaran, gangguan-gangguan psikiatris
(kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf lainnya terjadi jika kondisi ini
tidak dirawat secara dini. Perawatan adalah dengan obat-obat oral yang
meningkatkan jumlah tembaga yang dieliminasi dari tubuh didalam urin.
5. Primary biliary cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang
disebabkan oleh suatu kelainan dari sistim imun yang ditemukan sebagian
besar pada wanita-wanita. Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan
peradangan dan perusakkan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil
empedu dalam hati. Pembuluh-pembuluh empedu adalah jalan-jalan dalam
hati yang dilalui empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu cairan
yang dihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan
untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus, dan juga campuran-
campuran lain yang adalah produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin.
(Bilirubin dihasilkan dengan mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel
darah merah yang tua). Bersama dengan kantong empedu, pembuluh-
pembuluh empedu membuat saluran empedu. Pada PBC, kerusakkan dari
pembuluh-pembuluh kecil empedu menghalangi aliran yang normal dari
empedu kedalam usus. Ketika peradangan terus menerus menghancurkan
14
lebih banyak pembuluh-pembuluh empedu, ia juga menyebar untuk
menghancurkan sel-sel hati yang berdekatan. Ketika penghancuran dari
hepatocytes menerus, jaringan parut (fibrosis) terbentuk dan menyebar
keseluruh area kerusakkan. Efek-efek yang digabungkan dari peradangan
yang progresif, luka parut, dan efek-efek keracunan dari akumulasi
produk-produk sisa memuncak pada sirosis.
6. Primary sclerosing cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak
umum yang seringkali ditemukan pada pasien-pasien dengan radang borok
usus besar. Pada PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar hati
menjadi meradang, menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran
empedu menjurus pada infeksi-infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan
jaundice (kulit yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis. Pada
beberapa pasien-pasien, luka pada pembuluh-pembuluh empedu (biasanya
sebagai suatu akibat dari operasi) juga dapat menyebabkan rintangan dan
sirosis pada hati.
7. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu
kelainan sistim imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita.
Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan
peradangan dan penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif,
menjurus akhirnya pada sirosis.
8. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary
atresia) dan akhirnya mengembangkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan
dengan kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang
menjurus pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian
yang jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan
sirosis dan luka parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin).
9. Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi
yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada
racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada
bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi
hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling
umum dari penyakit hati dan sirosis.1
15
2.4 KLASIFIKASI
Secara klinis, sirosis hepatis dibagi menjadi kompensata dan dekompensata. 1,2,3
1. Sirosis hati kompensata
Sering disebut dengan sirosis hati laten atau dini. Pada stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan skrining.1,2,3
2. Sirosis hati dekompensata
Dikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini biasanya
gejala-gejala sudah jelas, misalnya ascites, edema dan ikterus.1,2,3
Berdasarkan stadium menurut consensus Baveno IV
a. Stadium 1 :tidak ada varises , tidak ada asites
b. Stadium 2 :varises , tanpa asites
c. Stadium 3 :asites dengan atau tanpa varises
d. Stadium 4 :perdarahan atau tanpa varises
Stadium 1 dan 2 :kompensata
Stadium 3 dan 4 :dekompensata
Klasifikasi Sirosis Hati
Klasifikasi sirosis hati menurut Child – Pugh :1,3,4
Skor/parameter 1 2 3
Bilirubin(mg %) < 2,0 2 - < 3 > 3,0
Albumin(mg %) > 3,5 2,8 - < 3,5 < 2,8
Protrombin time
(Quick %)
> 70 40 - < 70 < 40
Asites 0 Min. – sedang
(+) – (++)
Banyak (+++)
Hepatic
Ensephalopathy
Tidak ada Stadium 1 & 2 Stdium 3 & 4
2.5 PATOFISIOLOGI
16
Sirosis hati ditandai dengan hilangnya arsitektur lobular hepatik normal
dengan pembentukan fibrosis dan destruksi sel parenkim beserta regenerasinya
membentuk nodul-nodul.1,2,3
Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian, kejadian
tersebut dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam keadaan yang kronis
atau perlukaan hati yangterus menerus yang terjadi pada peminum alcohol aktif.
Hati kemudian merespon kerusakan sel tersebut dengan membentuk ekstraselular
matriks yang mengandung kolagen,glikoprotein, dan proteoglikans. Sel stellata
berperan dalam membentuk ekstraselular matriks ini. Pada cedera yang akut sel
stellata membentuk kembali ekstraselular matriks ini sehingga ditemukan
pembengkakan pada hati. Namun, ada beberapa parakrine faktor yang
menyebabkan sel stellata menjadi sel penghasil kolagen. Faktor parakrine ini
mungkin dilepaskan oleh hepatocytes, sel Kupffer, dan endotel sinusoid sebagai
respon terhadap cedera berkepanjangan. Sebagai contoh peningkatan kadar sitokin
transforming growth factor beta 1 ( TGF-beta1) ditemukan pada pasien dengan
Hepatitis C kronis dan pasien sirosis.TGF-beta1 kemudian mengaktivasi sel
stellata untuk memproduksi kolagen tipe 1 dan pada akhirnya ukuran hati
menyusut. 1,2,3
Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan berkurangnya ukuran
dari fenestra endotel hepatic menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti
endotel kapiler) dari sinusoid. Sel stellata dalam memproduksi kolagen
mengalami kontraksi yang cukup besar untuk menekan daerah perisinusoidal
Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel stellata inilah yang menyebabkan
penekanan pada banyak vena di hati sehingga mengganggu proses aliran darah ke
sel hati dan pada akhirnya sel hati mati, kematian hepatocytes dalam jumlah yang
besar akan menyebabkan banyaknya fungsi hati yang rusak sehingga
menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati akan dapat
menyebabkan hipertensi portal yang merupakan keadaan utama penyebab
terjadinya manifestasi klinis. 1,2,3,4
2.6 MANIFESTASI KLINIS
17
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang
ditemukan pada waktu pa s i en me l akukan pemer ik saan ru t i n a t au
ka r ena ke l a inan penyak i t l a i n . Ge j a l a awa l sirosis (kompensata)
meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang,
perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki
dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, serta
menurunnya dorongan seksualitas.1,5
Bila sudah berlanjut ( sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih menonjol
terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tak begitu tinggi. mungkin
disertai adanya gangguan tidur, dan demam tak begitu tinggi. mungkin disertai
adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi , epitaksis, gangguan siklus
haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan atau
melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentreasi,
bingung, agitasi, sampai koma. 1,2
Temuan klinis pada sirosis meliputi: 1
a. spider angioma- spiderangiomata, suatu lesi vaskuler yang dikelilingi
beberapa vena-vena kecil. tanda ini sering ditemukan di bahu, muka dan
lengan atas. mekanisme terjadinya tidak diketahui, ada anggapan dikaitkan
dengan peningkatan rasio estradiol/testosteron bebas. tanda ini juga bisa
ditemukan selama hamil, malnutrisi berat, bahkan ditemukan pula pada
orang sehat, walau umumnya ukuran lesi kecil.
b. Eritema palmaris, warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan. hal ini juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme hormon
estrogen. tanda ini juga tidak spesifik pada sirosis. ditemukan pula pada
kehamilan, artritis rematoid, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi.
c. Perubahan kuku-kuku muchrche berupa pita putih horisontal dipisahkan
dengan normal kuku. mekanisme nya juga belum diketahui, diperkirakan
akibat hipoalbuminemia. tanda ini juga bisa ditemukan pada kondisi
hipoalbuminemia yang lain seperti sindrom nefrotik.
d. jari gada lebih sering ditemukan pada sirosis bilier. osteoartropati
hipertrofi suatu periostitis proliferatif yang menimbulkan nyeri.
18
e. kontraktur Dupuytren akibat fibrosis fasia palmaris menimbulkan
kontraktur fleksi jari-jari bekaitan dengan alkoholisme tetapi tidak secara
spesifik berkaitan dengan sirosis.
f. Ginekomastia secara histologi berupa proliferasi benigna jaringan
glandular mammae laki-laki.kemungkinan akibat peningkatan
androstenedion. selain itu, ditemukan juga hilangnya rambut dada dan
aksila pada laki-laki, sehingga laki-laki mengalami perubahan ke arah
feminisme, kebalikannya pada perempuan menstruasi cepat berhenti
sehingga dikira fase menopause.
g. Atrofi testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertril, tanda
ini menonjol pada alkoholik sirosis dan hemokromatosis.
h. Hepatomegali ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal, atau
mengecil, bilamana hati teraba, hati serotik teraba keras dan nodula.
i. splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya
non alkoholik. pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena
hipertensi porta.
j. asites penimbunan cairan pada rongga peritonium akibat hipertensi porta
dan hipoalbuminemia.
k. fetor hepatikum bau nafas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfit akibat pintasan porto sistemik yang
berat.
l. ikterus pada kulit dan membran mukosa akibat bilirubinemia. bila
konsentrasi bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tidak terlihat. warna urine
terlihat gelap seperti air teh.
m. asterixis bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan mengepak-ngepak
dari tangan.
2.7 DIAGNOSIS
19
Pada saat ini, penegakan diagnosis sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisis,
laboratorium, dan USG. Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati
atau peritoneoskopi karena sulit membedakan hepatitis kronik aktif
yang berat dengan sirosis hati dini.1,3
a) Temuan Klinis pada Pemeriksaan Fisik
1. Ha t i : p e rk i r aan be sa r ha t i , b i a sa ha t i membesa r
pada awa l s i r o s i s , b i l a ha t i mengecil artinya,
prognosis kurang baik. Pada sirosis hati, konsistensi
hati biasanya kenyal, pinggir hati biasanya tumpul dan
ada nyeri tekan pada perabaan hati.
2. Limpa : pembesaran limpa/splenomegali.
3. Perut & ekstra abdomen : pada perut diperhatikan vena
kolateral dan ascites.
4. Manifestasi diluar perut : perhatikan adanya spider
navy pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada,
pinggang, caput medussae, dan tubuh bagian bawah.
Perlu diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia, dan
atrofi testis pada pria. Bisa juga dijumpai hemoroid.1
b) Laboratorium
1. Aminotransferases - AST dan ALT meningkat cukup
tinggi, dengan AST>ALT. Namun, aminotransferase normal
tidak menyingkirkan sirosis.
2. Fosfatase alkali - biasanya sedikit lebih tinggi.
3. GGT - berkorelasi dengan tingkat AP. Biasanya jauh lebih
tinggi pada penyakithati kronis karena alkohol.
4. Bilirubin - dapat meningkat sebagai tanda sirosis sedang
berlangsung.
5. A lbumin - r endah ak iba t da r i menurunnya fungs i
s i n t e t i s o l eh ha t i dengan sirosis yang semakin
memburuk.
6. Waktu prothrombin - meningkat sejak hati mensintesis faktor
pembekuan.
20
7. Globulin - meningkat karena shunting antigen bakteri jauh dari
hati ke jaringan limfoid.
8. Serum natrium - hiponatremia karena ketidakmampuan untuk
mengeluarkan air bebas akibat dari tingginya ADH dan
aldosteron.
9. Trombositopenia - karena splenomegali kongestif dan
menurunnya sintesis thrombopoietin dari hati. Namun, ini
jarang menyebabkan jumlah platelet<50.000/ mL.
10. Leukopenia dan neutropenia - karena splenomegali dengan
marginasi limpa.
11. Defek koagulasi - hati memproduksi sebagian besar
faktor-faktor koagulasidan dengan demikian
koagulopati berkorelasi dengan memburuknya penyakit
hati.2
c) Pemeriksaan Penunjang Lainnya 1,2,3
1. Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises
esofagus untuk konfirmasi hepertensi portal.
2. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esofagus sebagai
komplikasi sirosis hati/hipertensi portal.
3. Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah
mulai dilakukan sebagai alat pemeriksaa rutin pada
penyakit hati. Yang dilihat pinggir hati, pembesaran,
permukaan, homogenitas, asites, splenomegali, gambaran vena
hepatika, venaporta, pelebaran saluran empedu/HBD, daerah
hipo atau hiperekoik atau adanya SOL (space occupyin lesion).
Sonografi bisa mendukung diagnosis sirosis hati terutama
stadium dekompensata, hepatoma/tumor, ikterus obstruktif
batu kandung empedu dan saluran empedu, dan lain lain.
4. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan cairan
asites dengan melakukan pungsi asites. Bisa dijumpai
tanda-tanda infeksi (peritonitis bakterial spontan), sel tumor,
21
perdarahan dan eksudat, dilakukan pemeriksaanmikroskopis,
kultur cairan dan pemeriksaan kadar protein, amilase dan
lipase.
2.8 KOMPLIKASI
Morbiditas dan mortalitas sirosis sangat tinggi akibat
komplikasinya. Kualitas hidup pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan
dan penanganan komplikasinya.1,3
1. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi
portal, dan timbul varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi
pada suatu waktu mudah pecah, sehingga timbul perdarahan yang
massif. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau
hematemesis biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa
nyeri di epigastrium. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman
dan tidak akan membeku, karena sudah tercampur dengan asam
lambung. Setelah hematemesis selalu disusul dengan melena (Sujono
Hadi). Mungkin juga perdarahan pada penderita Sirosis Hepatis tidak
hanya disebabkan oleh pecahnya varises esophagus saja. FAINER
dan HALSTED pada tahun 1965 melaporkan dari 76 penderita
Sirosis Hepatis dengan perdarahan ditemukan 62% disebabkan oleh
pecahnya varises esofagii, 18% karena ulkus peptikum dan 5%
karena erosi lambung.
2. Koma hepatikum
Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis adalah
koma hepatikum. Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat
dari faal hati sendiri yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak
dapat melakukan fungsinya sama sekali. Ini disebut sebagai koma
hepatikum primer. Dapat pula koma hepatikum timbul sebagai akibat
perdarahan, parasentese, gangguan elektrolit, obat-obatan dan lain-
lain, dan disebut koma hepatikum sekunder.
22
Pada penyakit hati yang kronis timbul lah gangguan
metabolisme protein, dan berkurangnya pembentukan asam
glukoronat dan sulfat. Demikian pula proses detoksifikasi
berkurang. Pada keadaan normal, amoniak akan diserap ke dalam
sirkulasi portal masuk ke dalam hati, kemudian oleh sel hati diubah
menjadi urea. Pada penderita dengan kerusakan sel hati yang berat,
banyak amoniak yang bebas beredar dalam darah. Oleh karena sel
hati tidak dapat mengubah amoniak menjadi urea lagi, akhirnya
amoniak menuju ke otak dan bersifat toksik/iritatif pada otak.
3. Ulkus peptikum
Menurut TUMEN timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis
Hepatis lebih besar bila dibandingkan dengan penderita normal.
Beberapa kemungkinan disebutkan diantaranya ialah timbulnya
hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi yang
menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya
defisiensi makanan.
4. Karsinoma hepatoselular
SHERLOCK (1968) melaporkan dari 1073 penderita karsinoma hati
menemukan 61,3 % penderita disertai dengan Sirosis Hepatis.
Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama
pada bentuk postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler
yang akan berubah menjadi adenomata multiple kemudian berubah
menjadi karsinoma yang multiple.
5. Infeksi
Setiap penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk
juga penderita sirosis, kondisi badannya menurun. Menurut SCHIFF,
SPELLBERG infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis,
diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc
paru-paru, glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis,
perikarditis, endokarditis, erysipelas maupun septikemi.
6. Varises esofagus. 20-40% pasien sirosis dengan varises
esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Angka
23
kematiannya sangat tinggi, sebanyak dua per tiganya akan
meninggal dalam waktu 1 tahun walaupun dilakukan tindakan
untuk menanggulangi varises ini dengan beberapa cara.1,2
7. Ensefalopati hepatik, merupakan kelaianan neuropsikiatrik akibat
disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan
hipersomnia), selanjutnya dapattimbul gangguan kesadaran yang
berlanjut sampai koma.1,2
8. Sindrom hepatopulmonal, terdapat hidrothoraks dan
hipertensi portopulmonal.1
2.9 PENATALAKSANAAN
Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Tetapi
ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan
yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan
komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang mengandung
protein 1 gr/KgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.1
Tatalaksana pasien sirosis kompensata 1,2
Bertujuan untuk mengurangi progresi kerusakan hati. Terapi
pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, diantaranya:
Alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai
hati dihentikan penggunaannya. Pemberian asetaminofen, kolkisin, dan
obat herbal bisa menghambat kolagenik.
Pada hepatitis autoimun, bisa diberikan steroid atau imunosupresif.
Pada hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi
besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan.
Pada penyak i t ha t i nona lkoho l i k , menurunkan be ra t
badan akan mencegah terjadinya sirosis.
Pada hepatitis B, IFN alfa dan lamivudin (analog nukleosida)
merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama
diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama 1 tahun.
Namun pemberian lamivudin setelah 9-12 bulan menimbulkan
24
mutasi YMDD sehingga terjadi resistensi obat. IFN Alfa diberikan
secara suntikan subkutan 3 MIU, 3 kali seminggu selama 4-6 bulan.
Pada hepa t i t i s C k ron ik , kombinas i i n t e r f e ron dengan
r i bav i r i n me rupakan terapi standar. Interferon diberikan secara
suntikan 5 MIU 3 kali seminggu dan dikombinasi dengan ribavirin
800-1000 mg/ hari selama 6 bulan.1
Tatalaksana pasien sirosis dekompensata1,2
A s i t e s :
o Tirah baring
o Diet rendah garam, 5,2 gr atau 90 mmol/ hari.
o Diuretik, awalnya dengan pemberian spironolakton
dengan dosis 200-200 mg 1x/hari. Respons diuretik
bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5
kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/hari
dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian
spironolakton tidak adekuat, bisa dikombinasi dengan
furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Parasentesis dilakukan
bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga
4-6 L dan dilindungi dengan pemberian albumin.
Ensefalopati hepatik
o Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia.
o Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus
penghasil amonia, diet rendah protein dikurangi sampai 0,5 gr/
kgBB/ hari, terutama diberikan yang kaya asam amino rantai
cabang.
Varises esophagus
o Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan
obat penyekat beta (propranolol).
25
o Waktu perdarahan akut bisa diberikan preparat
somatostatin atau oktreotid, diteruskan dengan tindakan
skleroterapi atau ligasi endoskopi.
Peritonitis bakterial spontan
o Diberikan antibiotika seperti sefotaksim IV, amoksilin, atau
aminoglikosida.
Sindrom hepatorenal
o Mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati,
mengatur keseimbangan garam dan air.
Transplantasi hati; terapi defenitif pada pasien sirosis
dekompensata. Namun sebelum dilakukan transplantasi ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi resipien dahulu.1
26
2.10 PROGNOSIS
Klasifikasi Child-Pugh juga dapat digunakan untuk menilai prognosis
pasien sirosis yang akan menjalani operasi.1,3
Klasifikasi Child-Pugh Pasien Sirosis Hati 1,3
Derajat Kerusakan Minimal (1) Sedang (2) Berat(3)
Bil. Serum (mg/dL) < 2,0 2,0-3,0 > 3,0
Alb. Serum (gr/dL) > 3,5 2,8-3,5 < 2,8
Asites Tidak ada Terkontrol Sukar
Ensefalopati Tidak ada Minimal Koma
Nutrisi Sempurna Baik Kurang
Interpretasi:
Grade A: 5-6, prognosis 10-15%
Grade B: 7-9, prognosis 30%
Grade C: 10-15, prognosis > 60%
27
ANALISIS
3.1 PEMBAHASAN
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti
belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang
ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata
merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak
terlihat perbedaannya secara klinis, tetapi dapat dibedakan melalui pemeriksaan
biopsi hati.1
Manifestasi klinis stadium awal sirosis hepatis sering tanpa gejala
sehingga kadang ditemukan waktu pasien melakukan pemeriksaan rutin atau
kelainan karena penyakit lain. Gejala awal biasanya berupa perasaan mudah lelah
dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual dan berat
badan yang menurun, sedangkan pada keadaan lanjut (dekompensata) gejala lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi berupa kegagalan hati, hipertensi
portal, hilangnya rambut kemaluan, gangguan tidur dan demam yang tidak begitu
tinggi. Dapat disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi,
epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh
pekat, muntah darah dan melena serta perubahan mental meliputi mudah lupa,
sukar konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma.1
Dari hasil anamnesis di dapatkan berupa: Os mengeluh Perut
Membesar Sejak ± 1 bulan SMRS, Nafsu makan mulai menurun, mudah merasa
kenyang, perut terasa kembung, mudah mual walau hanya makan sedikit, OS juga
mengeluh nyeri di ulu hati, rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, tidak menyebar, nyeri
hilang timbul. Sesak nafas (+), Saat itu BAK berwarna kuning teh, Sakit kepala
(+), nyeri ulu hati (+) terasa panas dan hilang timbul.
Pemeriksaan abdomen : Distensi (+),ascites (+), undulasi (+), kaudal nodosa(+),
sifting dulnes (+), Hepar : tidak teraba.
Pemeriksaan laboratorium
29
Di dapatkan trombosit 81.300 /mm3, Protein total : 5,8 g/dl, Albumin : 1,5 g/dl,
Globulin : 4,3 g/dl, SGOT : 91 mg/l, SGPT : 44 mg/l, Bilirubin : +++, HBsAg
positif, Anti HBsAg : negatif disimpulkan pada pasien telah terjadi fungsi hati
dengan peningkatan enzim hati, namum tidak terdapat infeksi virus hepatitis
sebelumnya. Sehingga penyebab terjadinya sirosis masih belum dapat dipastikan,
untuk penatalaksanaan sementara dilakukan perbaikan keadaan umum dan
keluhan simtomatis.
Asites dan edema pada kedua tungkai pada pasien ini ditandai dengan adanya
keluhan perut membuncit yang semakin lama semakin membesar hingga ada
penonjolan di umbilicus, pembesaran pada perut diikuti dengan pembengkakan
pada kedua tungkai, pada perkusi abdomen didapatkan adanya tanda shifting
dullness yang mana merupakan tanda khas dari asites. Asites yang terjadi dapat
dipikirkan pada kelainan pada organ paru, jantung, ginjal, atau hati. Asites bisa
terjadi disebabkan penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi
porta dan hipoalbuminemia. Edema pada kelainan organ paru dan jantung
didahului dengan edema pada tungkai karena adanya kongesti dari paru kanan
yang lama kelamaan terjadi kongesti di seluruh tubuh terutama ekstremitas. Dari
hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya suara jantung yang menjauh. Dari
pemeriksaan penunjang juga tidak ditemukan adanya penurunan dari LFG pasien
tersebut. Oleh karena itu, terjadinya asites dan edema pada tungkai lebih
diarahkan kepada kelainan hati yaitu sirosis hepatis.
3.2 KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasein dengan diagnosa sirosis hepatis stadium
dekompensata anamnesa: keluhan mata kuning, mual, perut semakin membesar,
nyeri ulu hati dan perut kanan atas, terasa menyesak, lemas, dan BAK warna teh
pekat. Sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan sclera ikterik dan asites. Pada
pemeriksaan penunjang ditemukan SGOT dan SGPT meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 2006. 443-463.
2. Sutadi, Sri Mulyani, USU Digitalized library, Sirosis Hepatis dari
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara, 2003.
3. Gines, Pere, et al.Management of Cirrhosis and ascites. The New
England Journal of Medicine,2004;1647-1652.
4. Compean DG, Quintana JO, Gonzalez JA, Garza HM. Liver cirrhosis
and diabetis: Risk factors, pathophysiology, clinical implications and
management. World J Gastroenterol 2009; 15(3): 280-8
31
1. Prof.Dr.Sujono Hadi, Sirosis Hepatis dalam Gastroenterologi. Edisi 7.
Bandung ; 2002. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 FKUI, Jakarta ;
2000