sirosis hepatis
-
Upload
eltari-prismasari -
Category
Documents
-
view
1.071 -
download
0
description
Transcript of sirosis hepatis
Skenario
Tn. A, laki-laki 56 tahun tampak lemas datang ke dokter dengan keluhan BAB berwarna
hitam. Dua bulan sebelum berobat Tn. A mulai mengeluh mudah capek setelah beraktivitas
terutama sore hari, nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang muntah. Satu bukan
sebelum berobat Tn. A merasa perut jadi membuncit. Gejala ini bertambah parah sampai 1
hari sebelum berobat. Tn. A mengalami BAB berwarna hitam seperti aspal, cair dan lembek.
Tn. A mengaku pernha sakit kuning 10 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik : KU: sedang, TD 110/70 mmHg; RR 24 x/mnt; N 100 x/mnt; T 36,5oC
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik
Leher : JVP (5-2) cm H2O
Abdomen : cembung, venektasi (+). Hepar tak teraba dan lien S1, shifting dullnes (+)
Ekstremitas : edema tungkai +/+
Hb 8,8 g/dl; WBC 8.000 mg/dl; diff. count 0/0/2/52/42/4; LED: 45 mm/hour
Urin rutin: bilirubin (+), urobilinogen (-)
I. Klarifikasi Istilah
a. BAB hitam : feses yang berwarna hitam yang diakibatkan pendarahan pada saluran
cerna atas
b. Mual : sensasi tidak menyenangkan yang mengacu pada epigastrium dan
kecenderungan untuk muntah
c. Muntah : pengeluaran isis lambng melalui mulut
d. Nafsu makan menurun : hilangnya selera untuk makan
e. Perut buncit : perut yang membesar akibat cairan/gas dirongga abdomen
f. Sakit kuning : hepatitis (peradangan hati yang disebabkan oleh virus)
g. Sklera ikterik : sklera yang berwarna kuning
h. Venektasi : pelebaran pembuluh vena
i. Shifting dullnes : pekak yang berpindah
1
II. Identifikasi Masalah
a. Tn. A (♂, 56 tahun) tampak lemas datang dengan keluhan BAB berwarna hitam.
b. Sejak dua bulan yang lalu
- Mudah capek setelah beraktivitas terutama sore hari
- Nafsu makan menurun
- Mual
- Kadang-kadang muntah
c. Satu bulan sebelumnya perut membuncit dan semakin parah.
d. Tn. A pernah sakit kuning 10 tahun yang lalu.
e. Pemeriksaan fisik
f. Pemeriksaan lab
III. Analisis Masalah
a. Bagaimana etiologi dan patofisiologi BAB hitam?
Etiologi : varises esofagus, tukak lambung, erosi lambung akut
Patofisiologi :
Sirosis jaringan ikat dalam hati menghambat aliran darah dari usus yang kembali
ke jantung tekanan vena porta (hipertensi portal) vena di bagian bawah
esofagus dan bagian atas lambung melebar varises esofagus dan lambung
perdarahan varises darah bercampur dengan asam lambung BAB hitam
b. Mengapa Tn. A tampak lemas?
Etiologi : anemia, hipoglikemia, kolesterol meningkat, dll
Patofisiologi :
Sirosis asites nafsu makan menurun lemas
Sirosis fungsi hati terganggu gangguan glikogenolisis, glikogenesis,
glukoneogenesis energi lemas
c. Mengapa Tn. A mudah capek setelah beraktivitas terutama sore?
Glukokortikoid dalam hal ini termasuk kortisol disintesis dari kolesterol. Fungsi
normal dari hormon ini adalah meningkatkan glukoneogenesis dan menurunkan
uptake glukosa oleh sel sehingga meningkatkan kadar glukosa darah. Apabila kadar
glukosa darah sudah naik maka insulin akan terpanggil keluar, barulah glukosa tadi
bisa masuk ke dalam sel yang selanjutnya akan diproses menjadi ATP
2
Pada kasus, hati mengalami nekrosis, sehingga metabolisme makromolekul menurun.
Akibatnya kadar kolesterol yang berasal dari metabolisme lemak juga menurun.
Karena bahan untuk menyintesis nya berkurang, kadar glukokortikoid juga
berkkurang. Ditambah lagi memang pada sore hari kadar glukoortikoid memang
rendah. Akibat dari kedua hal tersebut glukoneogenesis menurun sehingga kadar
glukosa darah Tn.A menurun dan insulin tidak terpanggil keluar untuk memasukkan
glukosa ke dalam sel. Oleh karena itu Tn.A merasa lemas terutama pada sore hari.
d. Mengapa terjadi penurunan nafsu makan, mual dan kadang-kadang muntah?
Asites menekan saluran cerna sinyal sensoris serabut saraf aferen vagal &
saraf simpatis merangsang pusat muntah (postrema medula oblongata di dasar
ventrikel ke-4) impuls motorik ditransmisikan melalui jalur saraf kranialis V,
VII, IX, X, XII ke GIT atas; saraf vagus & simpatis ke GIT bawah; saraf spinalis ke
diafragma & otot abdomen mual, muntah penurunan nafsu makan
e. Bagaimana patofisiologi perut membuncit?
- Sirosis fungsi hepar terganggu pembentukan albumin terganggu
penurunan tekanan onkotik transudasi cairan ke interstitial/rongga peritoneum
asites perut membuncit
- Sirosis jaringan ikat dalam hati menghambat aliran darah dari usus yang
kembali ke jantung tekanan kapiler di seluruh jaringan pembuluh porta
transudasi cairan ke interstitial/rongga peritoneum asites perut membuncit
- Sirosis fungsi hepar terganggu inaktivasi aldosteron dan ADH terganggu
retensi air dan garam memperburuk asites
f. Mengapa gejala semakin parah?
Terjadi progesifitas penyakit yang semakin memburuk.
g. Apakah hubungan riwayat sakit kuning 10 tahun yang lalu dengan penyakit yang
diderita Tn. A sekarang?
Hepatitis kronis proses peradangan sel-sel hati nekrosis hepatosit yang luas
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul sirosis hati
3
h. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
- Pemeriksaan fisik :
KU: sedang normal
TD 110/70 mmHg normal
RR 24 x/mnt normal
N 100 x/mnt normal
T 36,5oC normal
- Mata :
Konjungtiva tidak pucat
Sklera ikterik bilirubin meningkat
- Leher : JVP (5-2) cm H2O
- Abdomen :
Cembung asites
Venektasi (+) pelebaran vena di dinding abdomen (caput medusae)
Hepar tak teraba belum dapat dikatakan normal
Lien S1 splenomegali
Shifting dullnes (+) asites
- Ekstremitas : edema tungkai +/+ adanya gangguan pada hati, jantung atau
ginjal
i. Apa saja diagnosis banding penyakit yang diderita Tn. A?
TandaSirosis hepatis
Hepatitis kronis
Hepatocellular carcinoma
BAB hitam + - +
Mudah capek + + +
Nafsu makan menurun + + +
Mual + + +
Muntah + + +
Riwayat sakit kuning + + +
Sklera ikterik + + +
Venektasi + - -
4
Splenomegali (S1) + - +
Asites (perut buncit, shifting dullness) + - +
Edema tungkai + - +/-
j. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
- Hb 8,8 g/dl (14-18 g/dl) anemia; akibat nutrisi yang kurang dan perdarahan
saluran cerna atas, splenomegali (hemolisis meningkat)
- WBC 8.000 mg/dl (5.000-10.000 mg/dl) normal
- Diff. count 0/0/2/52/42/4 (0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8) shift to the right;
adanya infeksi kronis
- LED 45 mm/hour (< 10 mm/hour) adanya peningkatan proses hemolisis
(akibat splenomegali)
- Urin rutin:
Bilirubin (+) kemungkinan terjadi gangguan pada filtrasi ginjal
Urobilinogen (-) tidak terbentuk bilirubin terkonjugasi
k. Apa saja pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan?
- Laboratorium
SGPT, fosfat alkali, bilirubin naik
Albumin turun
Globulin naik
Gamma-glutamil transpeptidase (GGT) naik
Natrium serum turun
Waktu protrombin memanjang
- Barium meal varises (konfirmasi adanya hiperensi porta)
- USG menilai sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya
massa
Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular, dan ada
peningkatan eksogenitas parenkim hati. Selain itu juga bisa untuk melihat asites,
splenomegali, trombosis vena portas dan pelebaran vena portasm serta skrining
adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.
- Biopsi hati
5
- Endoskopi varises
- Esofagoskopi melihat besar dan panjang varises serta sumber pendarahan
- Cobblestone appearance pada foto esofagus
- CT Scan
- Angiografi
l. Bagaimana working diagnosis dan cara mendiagnosa penyakit yang diderita Tn. A?
- Anamnesis
BAB berwarna hitam, cair dan lembek
Mudah capek
Nafsu makan menurun
Mual
Muntah
Perut membuncit
Riwayat hepatitis 10 tahun yang lalu.
- Pemeriksaan fisik
Sklera ikterik
Abdomen : cembung, venektasi (+), hepar tak teraba, lien S1 dan shifting
dullnes (+)
Ekstremitas : edema tungkai +/+
- Pemeriksaan lab
Hb 8,8 g/dl
Diff. count 0/0/2/52/42/4
LED: 45 mm/hour
Urin rutin: bilirubin (+), urobilinogen (-)
Working diagnosis : sirosis hepatis
m. Bagaimana epidemiologi penyakit yang diderita Tn. A? Sintesis
n. Bagaimana etiologi penyakit yang diderita Tn. A? Sintesis
o. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi penyakit yang diderita Tn. A? Sintesis
6
p. Bagaimana manifestasi klinis penyakit yang diderita Tn. A? Sintesis
q. Bagaimana tatalaksana penyakit yang diderita Tn. A? Sintesis
r. Bagaimana prognosis penyakit yang diderita Tn. A?
Quo ad vitam : dubia at malam
Quo ad functionam : dubia at malam
s. Bagaimana komplikasi penyakit yang diderita Tn. A? Sintesis
t. Bagaimana kompetensi dokter umum terhadap penyakit yang diderita Tn. A?
KDU = 2
IV. Hipotesis
Tn. A (♂, 56 tahun) menderita sirosis hepatis et causa hepatitis kronis.
V. Kerangka Konsep
7
Hepatitis kronis
Sirosis hepatis
Hipertensi porta Gangguan fungsi hati
VI. Learning Issue
Pokok
Bahasan
What I
Know
What I don`t
KnowWhat I have to prove
How I will
Learn
a. Anatomi,
fisiologi &
histologi
hepar
Anatomi,
fisiologi,
histologi
Penderita mengalami
gangguan pada organ
tersebut
Teks book
dan Jurnal
b. Sirosis
hepatis
Definsi Epidemiologi,
etiologi,
patofisiologi,
manifestasi, dll
Tn. A menderita sirosis
hepatis
VII. Sintesis
8
Splenomegali
Hemolisis >>
Anemia
Hb
Vena kolateral
Varises esofagus
Perdarahan varises
Muntah darah
BAB hitam & lembek
Asites
Mual & muntah
Nafsu makan
Intake <<
Gangguan metabolisme
Gangguan konjugasi bilirubin
Protein Glukosa
Sintesis faktor
pembekuan darah
Sintesis albumin
Hipo bilirubinemia
Ikterik
Energi <<
Hipo albuminemia
Tekanan onkotik
Koagulopati
Rentan perdarahan
Edema perifer
Lemah
a. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hepar
Anatomi
Hati adalah organ tubuh terbesar dengan berat kurang lebih 1,5 kg. Terletak di
bagian kanan atas rongga abdomen. Seluruh hepar dikelilingi oleh capsula fibrosa,
tetapi hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum. Pada aspek ventral/depan terbagi 2
lobus yang dipisahkan oleh ligamentum falsiformis hepar: Lobus kanan, Lobus kiri
Pada aspek dorsal/belakang terbagi atas 4 lobus:
- Lobus kanan
- Lobus kiri
- Lobus kaudata
- Lobus quadrata
Tiap lobus hati dibagi menjadi lobulus-lolbulus yang merupakan unit fungsional
hati. Di dalam hati manusia terdapat 50.000 – 100.000 lobuli. Tiap lobulus berbentuk
heksagonal yang terdiri: lembaran sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial
mengelilingi vena sentralis. Di antara lembaran sel hati terdapat kapiler = sinusoid
hati merupakan cabang vena porta dari arteri hepatika. Dalam keadaan normal
tidak teraba. Pada bagian bawah hati terdapat kandung empedu.
9
Perjalanan Empedu: empedu berkumpul dalam kanalikuli empedu, yang
bergabung membentuk saluran empedu. Kemudian empedu menuju duktus hepatikus
kiri dan kanan, bergabung menjadi duktus hepatikus komunis.Duktus sistikus dari
empedu selanjutnya bergabung dengan duktus hepatikus komunis membentuk duktus
koledokus. Empedu dapat langsung ke duodenum melalui duktus koledokus atau
disimpan lebuh dulu dalam kantung empedu melalui duktus sistikus. Duktus
koledokus dan ducktus pankreatikus bersama-sama memasuki duodenum lewat
ampula Vateri. Duktus koledokus sering lebih dulu bergabung dengan duktus
pankreatikus mayor.
Sistem vaskularisasi hati
Terdapat 2 pembuluh darah besar yang masuk hati:
- Vena porta tidak mengandung oksigen (dari usus, limpa, pankreas, lambung
& esofagus) : Tekanan > tinggi untuk mengatasi tekanan sinusoid hati, Oksigen >
tinggi aliran darah relatif > banyak , Mengandung > banyak zat makanan ,
Mengandung sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan
- Arteri hepatika membawa Oksigen dari jantung. Volume total darah melalui
hati: 1,2 – 1,5 l/menit
Sistem fagositik
Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik /sel Kűpffer.Sel Kűppfer sistem
retikuloendotelial fungsi utama menelan bakteri dan benda asing lain.
Fisiologi
- Pembentukan dan ekskresi empedu
Hati mengekskresi empedu sekitar 1 liter per hari
Komponen empedu: air (97%), garam empedu, fosfolipid, kolesterol,
elektrolit, pigmen empedu (bilirubin terkonyugasi dan lain-lain)
Garam empedu untuk pencernaan dan absorpsi lemak dalam usus halus.
- Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak:
Glukosa ß glikogen
10
Asam amino: mensintesis albumin, protrombin, fibrinogen.
Lemak: pembentukan lipoprotein, kolesterol, fosfolipid dan perubahan
karbohidrat serta protein menjadi lemak.
- Mengontrol pembekuan darah dengan menghasilkan faktor-faktor pembekuan
darah.
- Metabolisme hormon, misalnya estrogen, testosteron, vitamin D, aldosteron dll.
- Membantu penyerapan makanan dengan menghasilkan garam empedu.
- Pusat detoksifikasi zat-zat beracun dalam tubuh.
Histologi
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti
spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate dimana
akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-
sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh
karena lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel
kupfer. Sel kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro
dibandingkan kapiler-kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1
sel dan punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak
parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena
sentralis yang merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang menyalurkan
darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan
jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang v.porta, a.hepatika, ductus biliaris. Cabang dari vena
porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid setelah
banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang halus yg
terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel. Canaliculi
akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih
besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.
b. Sirosis Hepatis
1. Definisi
11
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.
Siroris hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti
belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis ahti dekompensata yang
ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang jelas. sirosis hati kompensasta
merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu titngkat tidak
terlihat perbedaannya secara klinis. Hal ini hanya dibedakan melalui pemeriksaan
biopsi hati.
2. Epidemiologi
- Lebih dari 40% pasien sirosis asimtomatis
- Hasil penelitian di Indonesia, virus hepatitis menyebabkan sirosis sebesar 40-
50%, dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak
diketahui dan termasuk kelompok virus bukan B dan C (non B-non C).
- ♂ : ♀ = 2,1 : 1
- Usia rata-rata 44 tahun
- Rentang usia 13-88 tahun
- Terbanyak pada 40-50 tahun
3. Klasifikasi
- Secara konvensional
Makronodular : nodul variasi, besar nodul lebih dari 3 mm
Mikronodular : nodul uniform, besar nodul kurang dari 3mm
Campuran mikro dan makronodular
- Berdasarkan etiologi dan morfologi
Alkoholik
Kriptogenik dan post hepatitis (pasca nekrosis)
Biliaris
Kardiak
Metabolik, keturunan dan terkait obat
- Menurut Child – Pugh :
Skor/parameter 1 2 3
12
Bilirubin(mg %) < 2,0 2 - < 3 > 3,0
Albumin(mg %) > 3,5 2,8 - < 3,5 < 2,8
Protrombin time (Quick %) > 70 40 - < 70 < 40
Asites 0 Min. – sedang
(+) – (++)
Banyak (+++)
Hepatic Ensephalopathy Tidak ada Stadium 1 & 2 Stadium 3 & 4
4. Etiologi
- Penyakit infeksi
Bruselosis
Ekinokokus
Skistosomiasis
Toksoplasmosis
Hepatitis virus (hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, sitomegalovirus)
- Penyakit keturunan dan metabolik
Defisiensi 1-antitripsin
Sindrom Fanconi
Galaktosemia
Penyakit Gaucher
Penyakit simpanan glikogen
Hemokromatosis
Intoleransi fluktosa herediter
Tirosinemia herediter
Penyakit Wilson
- Obat dan toksin
Alkohol
Amiodaron
Arsenik
Obstruksi bilier
Penyakit perlemakan hati non alkoholik
Sirosis bilier primer
Kolangitis sklerosis primer
- Penyebab lain atau tidak terbukti
Penyakit usus inflamasi kronik
13
Fibrosis kistik
Pintas jejunoileal
Sarkoidosis
5. Patogenesis
- Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutam
didunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keterautran
dari konsumsi alkohol. Konsumis alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan
kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari individu-individu yang
meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces minuman keras
(hard liquor) atau atau yang sama dengannya untuk 15 tahun atau lebih akan
mengembangkan sirosis. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-
penyakit hati; dari hati berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke
hati berlemak yang lebih serius dengan peradangan (steatohepatitis atau
alcoholic hepatitis), ke sirosis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)
merujuk pada suatu spektrum yang lebar dari penyakit hati yang, seperti
penyakit hati alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis
sederhana (simple steatosis), ke nonalcoholic steatohepatitis (NASH), ke
sirosis. Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama
akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena
NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-
jumlah alkohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek, gambaran
mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat terlihat pada
penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan. NAFLD
dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin, yang pada
gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan diabetes mellitus
tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting dari resistensi
insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD adalah penyakit
hati yang paling umum di Amerika dan adalah bertanggung jawab untuk 24%
dari semua penyakit hati.
- Sirosis Kriptogenik, Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang umum
untuk pencangkokan hati. Di-istilahkan sirosis kriptogenik (cryptogenic
cirrhosis) karena bertahun-tahun dokter-dokter telah tidak mampu untuk
14
menerangkan mengapa sebagain dari pasien-pasien mengembangkan sirosis.
Dokter-dokter sekarang percaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan oleh
NASH (nonalcoholic steatohepatitis) yang disebabkan oleh kegemukan,
diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang tetap bertahan lama. Lemak dalam
hati dari pasien-pasien dengan NASH diperkirakan menghilang dengan
timbulnya sirosis, dan ini telah membuatnya sulit untuk dokter-dokter untuk
membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu waktu
yang lama. Satu petunjuk yang penting bahwa NASH menjurus pada sirosis
kriptogenik adalah penemuan dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada
hati-hati yang baru dari pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati
untuk sirosis kriptogenik. Akhirnya, suatu studi dari Perancis menyarankan
bahwa pasien-pasien dengan NASH mempunyai suatu risiko mengembangkan
sirosis yang serupa seperti pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis C yang
tetap bertahan lama. Bagaimanapun, kemajuan ke sirosis dari NASH
diperkirakan lambat dan diagnosis dari sirosis secara khas dibuat pada pasien-
pasien pada umur enampuluhannya.
- Hepatitis Virus Yang Kronis adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau
hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-pasien
dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis dan sirosis.
Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan hepatitis A
sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa mengembangkan
infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya, beberapa pasien-pasien yang
terinfeksi dengan virus hepatitis B dan kebanyakan pasien-pasien terinfeksi
dengan virus hepatitis C mengembangkan hepatitis yang kronis, yang pada
gilirannya menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada
sirosis, dan adakalanya kanker-kanker hati.
- Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan berakibat pada
akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakkan
jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal
(hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada hemochromatosis,
pasien-pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah
besi yang berlebihan dari makanan. Melalui waktu, akumulasi besi pada
organ-organ yang berbeda diseluruh tubuh menyebabkan sirosis, arthritis,
kerusakkan otot jantung yang menjurus pada gagal jantung, dan disfungsi
15
(kelainan fungsi) buah pelir yang menyebabkan kehilangan rangsangan
seksual. Perawatan ditujukan pada pencegahan kerusakkan pada organ-organ
dengan mengeluarkan besi dari tubuh melaui pengeluaran darah. Pada
penyakit Wilson, ada suatu kelainan yang diwariskan pada satu dari protein-
protein yang mengontrol tembaga dalam tubuh. Melalui waktu, tembaga
berakumulasi dalam hati, mata-mata, dan otak. Sirosis, gemetaran, gangguan-
gangguan psikiatris (kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf lainnya terjadi
jika kondisi ini tidak dirawat secara dini. Perawatan adalah dengan obat-obat
oral yang meningkatkan jumlah tembaga yang dieliminasi dari tubuh didalam
urin.
- Primary biliary cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang disebabkan
oleh suatu kelainan dari sistim imun yang ditemukan sebagian besar pada
wanita-wanita. Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan
perusakkan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati.
Pembuluh-pembuluh empedu adalah jalan-jalan dalam hati yang dilalui
empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh hati
yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk pencernaan dan
penyerapan lemak dalam usus, dan juga campuran-campuran lain yang adalah
produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin. (Bilirubin dihasilkan dengan
mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua). Bersama
dengan kantong empedu, pembuluh-pembuluh empedu membuat saluran
empedu. Pada PBC, kerusakkan dari pembuluh-pembuluh kecil empedu
menghalangi aliran yang normal dari empedu kedalam usus. Ketika
peradangan terus menerus menghancurkan lebih banyak pembuluh-pembuluh
empedu, ia juga menyebar untuk menghancurkan sel-sel hati yang berdekatan.
Ketika penghancuran dari hepatocytes menerus, jaringan parut (fibrosis)
terbentuk dan menyebar keseluruh area kerusakkan. Efek-efek yang
digabungkan dari peradangan yang progresif, luka parut, dan efek-efek
keracunan dari akumulasi produk-produk sisa memuncak pada sirosis.
- Primary sclerosing cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak umum
yang seringkali ditemukan pada pasien-pasien dengan radang borok usus
besar. Pada PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar hati menjadi
meradang, menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu
menjurus pada infeksi-infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit
16
yang menguning) dan akhirnya menyebabkan sirosis. Pada beberapa pasien-
pasien, luka pada pembuluh-pembuluh empedu (biasanya sebagai suatu akibat
dari operasi) juga dapat menyebabkan rintangan dan sirosis pada hati.
- Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu
kelainan sistim imun yang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita.
Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan
peradangan dan penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif,
menjurus akhirnya pada sirosis.
- Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary atresia)
dan akhirnya mengembangkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan dengan
kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang menjurus
pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang,
ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka
parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitrypsin).
- Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi
yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada racun-
racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian
tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu
parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit
hati dan sirosis.
6. Patofisiologi
Hubungan hati terhadap darah adalah unik. Tidak seperti kebanyakan organ-
organ tubuh, hanya sejumlah kecil darah disediakan pada hati oleh arteri-arteri.
Kebanyakan dari penyediaan darah hati datang dari vena-vena usus ketika darah
kembali ke jantung. Vena utama yang mengembalikan darah dari usus disebut
vena portal (portal vein). Ketika vena portal melewati hati, ia terpecah kedalam
vena-vena yang meningkat bertambah kecil. Vena-vena yang paling kecil
(disebut sinusoid-sinusoid karena struktur mereka yang unik) ada dalam kontak
yang dekat dengan sel-sel hati. Faktanya, sel-sel hati berbaris sepanjang sinusoid-
sinusoid. Hubungan yang dekat ini antara sel-sel hati dan darah dari vena portal
mengizinkan sel-sel hati untuk mengeluarkan dan menambah unsur-unsur pada
darah. Sekali darah telah melewati sinusoid-sinusoid, ia dikumpulkan dalam
17
vena-vena yang meningkat bertambah besar yang ahirnya membentuk suatu vena
tunggal, vena hepatik (hepatic veins) yang mengembalikan darah ke jantung.
Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-sel
hati yang selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan dan
mengeluarkan unsur-unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan yang
normal dan intim dengan darah, dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati
untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur dari darah. Sebgai tambahan,
luka parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah melalui hati dan
ke sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui hati,
darah tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat, suatu
kondisi yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan tekanan-
tekanan tinggi dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari vena-vena lain
untuk mengalir kembali ke jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang
lebih rendah yang membypass hati. Hati tidak mampu untuk menambah atau
mengeluarkan unbsur-unsur dari darah yang membypassnya. Merupakan
kombinasi dari jumlah-jumlah sel-sel hati yang dikurangi, kehilangan kontak
normal antara darah yang melewati hati dan sel-sel hati, dan darah yang
membypass hati yang menjurus pada banyaknya manifestasi-manifestasi dari
sirosis. Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah
porta dan peningkatan resistensi vena portal (1). Hipertensi portal dapat terjadi
jika tekanan dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg. Nilai
normal tergantung dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7 mmHg (2).
Peningkatan tekanan vena porta biasanya disebabkan oleh adanya hambatan
aliran vena porta atau peningkatan aliran darah ke dalam vena splanikus.
Obstruksi aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi
vena porta atau cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan
vaskuler dalam hati yang terjadi dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik)
yang dapat terjadi presinusoid, parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi
aliran keluar vena hepatik (supra hepatik).
Diagnosis hipertensi portal ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, laboratorium, endoskopi, pencitraan, biopsi hati dan pengukuran tekanan
vena porta. Usaha penyelamat hidup seperti tindakan pembedahan endoskopik
atau pemberian obat-obatan terus berkembang. Untuk dapat mengelola dengan
baik, diagnosis yang tepat merupakan syarat mutlak.
18
Hipertensi portal adalah sindroma klinik umum yang berhubungan dengan
penyakit hati kronik dan dijumpai peningkatan tekanan portal yang patologis.
Tekanan portal normal berkisar antara 5-10 mmHg. Hipertensi portal timbul bila
terdapat kenaikan tekanan dalam sistem portal yang sifatnya menetap di atas
harga normal.
Hipertensi portal dapat terjadi ekstra hepatik, intra hepatik, dan supra hepatik.
Obstruksi vena porta ekstra hepatik merupakan penyebab 50-70% hipertensi
portal pada anak, tetapi dua per tiga kasus tidak spesifik penyebabnya tidak
diketahui, sedangkan obs-truksi vena porta intra hepatik dan supra hepatik lebih
banyak menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun yang tidak
mempunyai riwayat penyakit hati sebelumnya.
Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel hati dan
saluran-saluran melalui mana empedu mengalir. Empedu adalah suatu cairan
yang dihasilkan oleh sel-sel hati yang mempunyai dua fungsi yang penting:
membantu dalam pencernaan dan mengeluarkan dan menghilangkan unsur-unsur
yang beracun dari tubuh. Empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hati dikeluarkan
kedalam saluran-saluran yang sangat kecil yang melalui antara sel-sel hati yang
membatasi sinusoid-sinusoid, disebut canaliculi. Canaliculi bermuara kedalam
saluran-saluran kecil yang kemudian bergabung bersama membentuk saluran-
saluran yang lebih besar dan lebih besar lagi. Akhirnya, semua saluran-saluran
bergabung kedalam satu saluran yang masuk ke usus kecil. Dengan cara ini,
empedu mencapai usus dimana ia dapat membantu pencernaan makanan. Pada
saat yang bersamaan, unsur-unsur beracun yang terkandung dalam empedu
masuk ke usus dan kemudian dihilangkan/dikeluarkan dalam tinja/feces. Pada
sirosis, canaliculi adalah abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi
hancur/rusak, tepat seperti hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam sinusoid-
sinusoid. Sebagai akibatnya, hati tidak mampu menghilangkan unsur-unsur
beracun secara normal, dan mereka dapat berakumulasi dalam tubuh. Dalam
suatu tingkat yang kecil, pencernaan dalam usus juga berkurang.
Ada tiga jenis pembuluh darah yaitu arteri, vena dan kapiler. Arteri membawa
darah dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tubuh melalui
cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil (diameter < 0,1 mm) disebut arteriola.
Persatuan antara cabang-cabang arteri disebut anastomosis.
19
End artery anatomic yang cabang-cabang terminalnya tidak beranastomosis
dengan cabang-cabang arteri yang mendarahi daerah yang berdekatan. End artery
fungsional adalah pembuluh darah yang cabang-cabangnya beranatomosis
dengan cabang-cabang terminal arteri yang ada di dekatnya, tetapi besarnya
anatomosis tidak cukup untuk mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah
satu arteri tersumbat.
Vena adalah pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung, banyak
diantaranya mempunyai katup. Vena terkecil disebut venula. Vena yang lebih
besar atau muara-muaranya, bergabung membentuk vena yang lebih besar dan
biasanya membentuk hubungan satu dengan yang lain menjadi plexus venosus.
Arteri propunda yang berukuran sedang sering diikuti oleh dua buah vena,
masing-masing berjalan di sisinya disebut venae comitantes. Vena yang keluar
dari trachtus gastrointestinal tidak langsung menuju ke jantung tetapi bersatu
membentuk vena porta. Vena ini masuk ke hati dan kembali bercabang-cabang
menjadi vena yang ukurannya lebih kecil dan akhirnya bersatu dengan pembuluh
menyerupai kapiler di dalam hati yang disebut sinusoid. Sistem portal adalah
sistem pembuluh yang terletak diantara dua jejari kapiler. Anastomosis portal-
sistemik
Oeshophagus mempunyai tiga buah penyempitan anatomis dan fisiologis.
Yang pertama di tempat faring bersatu dengan ujung atas oeshopagus, yang
kedua di tempat arcus aorta dan bronkus sinister menyilang permukaan anterior
oeshophagus dan yang ketiga terdapat di tempat oeshopagus melewati
diaphragma untuk masuk kegaster. Penyempitan-penyempitan ini sangat penting
dalam klinik karena merupakan tempat benda asing yang tertelan tertambat atau
alat esofagoskop sulit dilewatkan. Karena jalannya makanan atau minuman lebih
lambat pada tempat-tempat ini, maka dapat timbul striktura atau penyempitan di
daerah ini setelah meminum cairan yang mudah terbakar dan kororsif atau
kaustik. Penyempitan ini juga merupakan tempat yang lazim untuk kanker
oeshopagus.
Dalam keadaan normal, darah di dalam vena portae hepatis melewati hati dan
masuk ke vena cava inferior, yang merupakan sirkulasi vena sistemik melalui
venae hepaticae. Rute ini merupakan jalan langsung. Akan tetapi, selain itu
terdapat hubungan yang lebih kecil di antara sistem portal dan sistem sistemik,
dan hubungan penting jika hubungan langsung tersumbat
20
- Pada sepertiga bawah oeshophagus, rami oeshophagei vena gastrica sinistra
(cabang portal) beranastomosis dengan venae oesophageales yang mengalirkan
darah dari sepertiga tengah oeshopagus ke vena azygos (cabang sistemik).
- Pada pertangaan atas canalis analis, vena rectalis superior (cabang portal) yang
mengalirkan darah dari setengah bagian atas canalis analis dan beranastomosis
dengan vena rectalis media dan vena rectalis inferior (cabang sistemik), yang
masing-masing merupakan cabang vena iliaca interna dan vena pudenda
interna.
- Vanae paraumbilicales menghubungkan ramus sinistra vena portae hepatis dan
venae superficiales dinding anterior abdomen (cabang sistemik). Venae para
umbilicales berjalan di dalam ligamentum falciforme dan ligamentum teres
hepatis.
- Vena-vena colon ascendens, colon descendens, duodenum, pancreas, dan
hepar (cabang portal) beranastomosis dengan vena renalis, vena lumbalis, dan
venae phrenicae (cabang sistemik).
Sirkulasi portal di mulai dari vena-vena yang berasal dari lambung, usus,
limpa dan pankreas, vena porta, hepar, vena hepatika, dan vena cava. Vena-vena
yang membentuk sistem portal adalah vena porta, vena mesenterika superior dan
inferior, vena splanikus dan cabang-cabangnya. Vena porta sendiri dibentuk dari
gabungan vena splanikus dan vena mesenterika superior.
Vena porta membawa darah ke hati dari lambung, usus, limpa, pankreas, dan
kandung empedu. Vena mesenterika superior dibentuk dari vena-vena yang
berasal dari usus halus, kaput pankreas, kolon bagian kiri, rektum dan lambung.
Vena porta tidak mempunyai katup dan membawa sekitar tujuh puluh lima persen
sirkulasi hati dan sisanya oleh arteri hepatika. Keduanya mempunyai saluran
keluar ke vena hepatika yang selanjutnya ke vena kava inferior.
Vena porta terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab
beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat
makanan ke hati yang telah di observasi oleh mukosa dan usus halus. Besarnya
kira-kira berdiameter 1 mm. Yang satu dengan yang lain terpisah oleh jaringan
ikat yang membuat cabang pembuluh darah ke hati, cabang vena porta arteri
21
hepatika dan saluran empedu dibungkus bersama oleh sebuah balutan dan
membentuk saluran porta.
Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap
lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh Sinusoid darah atau kapiler hepatika.
Pembuluh darah halus berjalan di antara lobulus hati disebut Vena interlobuler.
Dari sisi cabang-cabang kapiler masuk ke dalam bahan lobulus yaitu Vena
lobuler. Pembuluh darah ini mengalirkan darah dalam vena lain yang disebut
vena sublobuler, yang satu sama lain membentuk vena hepatica.
Empedu dibentuk di dalam sela-sela kecil di dalam sel hepar melalui kapiler
empedu yang halus/korekuli. Dengan berkontraksi dinding perut berotot pada
saluran ini mengeluarkn empedu dari hati. Dengan cara berkontraksi, dinding
perut berotot pada saluran ini mengeluarkan empedu.
7. Manifestasi Klinis
Beberapa dari gejala-gejala dan tanda-tanda sirosis yang lebih umum termasuk:
- Kulit yang menguning (jaundice) disebabkan oleh akumulasi bilirubin dalam
darah
- Asites, edema pada tungkai
- Hipertensi portal
- Kelelahan
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan
- Gatal
- Mudah memar dari pengurangan produksi faktor-faktor pembeku darah oleh
hati yang sakit.
8. Cara Mendiagnosa
- Anamnesis
Stadium awal (sirosis kompensata)
» Perasaan mudah lelah dan lemas
» Selera makan berkurang
» Perasaan perut kembung
22
» Mual
» Berat badan menurun
» Pada laki-laki :
Timbul impotensi
Testis mengecil
Buah dada membesar
Hilangnya dorongan seksualitas
Stadium lanjut (sirosis dekompensata) gejala lebih menonjol terutama
bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi :
» Hilangnya rambut badan
» Gangguan tidur
» Demam tak begitu tinggi
» Gangguan pembekuan darah
» Perarahan gusi
» Epistaksis
» Gangguan siklus haid
» Ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat
» Muntah darah dan/atau melena
» Perubahan mental : mudah lupa, sukar konsentrasi bingung, agitasi,
sampai koma
- Pemeriksaan fisik
Warna muka/kulit keabu-abuan (grey face)
Spider nevi
Eritema palmaris
Lunula melebar (batas kuku putih dan merah melebar)
Flapping tremor (asterixis)
Leukonikia
Pelebaran vena pada dada dan abdomen (caput meducae)
Ginekomastia, nyeri tekan
Ikterus
Hepatomegali, mengeras dan nodular
Splenomegali
Asites
23
Atrofi testis
Fetor hepatikum
Kontraktur Dupuytren
- Pemeriksaan laboratorium
SGPT, fosfat alkali, bilirubin naik
Albumin turun
Globulin naik
Gamma-glutamil transpeptidase (GGT) naik
Natrium serum turun
Waktu protrombin memanjang
Anemia
- Pemeriksaan tambahan
Barium meal varises (konfirmasi adanya hiperensi porta)
USG menilai sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan
adanya massa
Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular, dan ada
peningkatan eksogenitas parenkim hati. Selain itu juga bisa untuk melihat
asites, splenomegali, trombosis vena portas dan pelebaran vena portasm
serta skrining adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.
Biopsi hati
Pertimbangan untuk biopsy hati harus dilakukan jika seologis non-invasive
dan pemeriksaan radiologi gagal untuk mwndiagnosis sirosis. Sensitivitas
dan spesifitas biopsy hati untuk mendiagnosis sirosis dan penyebabnya
sekitar 80-100%, tergantung dari jumlah dan ukuran sample jaringan dan
metodenya.
Biopsi hati dilakukan melalui percutan, transjugular, laparoskopik, operasi
terbuka atau USG-fine needle/CT-guided fine needle. Sebelum prosedur
biopsy dilakukan, harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan
memperoleh jumlah platelet dan protrombinnya. Pasien disarankan
sementara untuk menghentikan pemakaian aspirin dan NSAID selama 7-10
hari sebelum biopsy untuk meminimalkan resiko perdarahan.
Morfologi sirosis hepatis harus menunjukkan:
» Degenerasi, nekrosis dan destruksi susunan jati normal dengan
pembentukan pseudolobulus di seluruh jaringan hati. Terdapatnya
24
kelainan ini di seluruh jaringan hati merupakan hal yang mutlak, karena
beberapa penyakit seperti postnecrotic scarring, focal bodular
hyperplasia histologik dapat menyerupai sirosis.
» Fibrosis yang merata
PseudoLobulus merupakan regenerasi yang tidak teratur, lobulus yang
tidak mempunyai susunan yang teratur tanpa vena centralis dan
segitiga Kiernan.
Endoskopi varises
Esofagoskopi melihat besar dan panjang varises serta sumber
pendarahan
Cobblestone appearance pada foto esofagus
CT Scan
Angiografi
9. Tatalaksana
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
- Simtomatis
- Supportif, yaitu :
Istirahat yang cukup
Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang;
misalnya : cukup kalori, protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi bagian
pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan,
pengobatan IFN seperti :
» kombinasi IFN dengan ribavirin
» terapi induksi IFN
» terapi dosis IFN tiap hari
Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat
badan(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan
untukjangka waktu 24-48 minggu.
25
Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggudengan
atau tanpa kombinasi RIB
Terapi dosis interferon setiap hari.
Dasar pemberian IFN dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari
sampai HCV-RNA negatif di serum dan jaringan hati.
- Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti ;
Astises
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
» istirahat
» Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan
diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal
maka penderita harus dirawat.
» Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat badannya
kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
pemberian diuretic adalah hipokalem dan hal ini dapat mencetuskan
encepalophaty hepatic, maka pilihan utamadiuretic adalah spironolacton,
dan dimulai dengan dosis rendah, serta dapat dinaikkan dosisnya
bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis maksimal diuresisnya belum
tercapai maka dapat kita kombinasikan dengan furosemid.
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaandemikian pilihan kita adalah parasintesis.
Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari, dengan
catatan harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6 – 8 gr/l cairan asites
yang dikeluarkan. Prosedur ini tidak dianjurkan pada Child’s C protrombin
< 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3, creatinin
> 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
26
Spontaneous bacterial peritonitis
Infeksi cairan dapat terjadi secara spontan, atau setelah tindakan
parasintese. Tipe yang spontan terjadi 80% pada penderita sirosis hati
dengan asites, sekitar 20% kasus. Keadaan ini lebih sering terjadi pada
sirosis hati stadium kompesata yang berat. Pada kebanyakan kasus penyaki
timbul selama masa perawatan. Infeksi umumnya terjadi secara Blood
Borne dan 90% Monomicroba. Pada sirosis hati terjadi permiabilitas usus
menurun dan mikroba ini beraasal dari usus. Pengobatan SBP dengan
memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime),secara parental
selama lima hari, atau Qinolon secara oral. Mengingat akan rekurennya
tinggi maka untuk Profilaxis dapat diberikan Norfloxacin
(400mg/hari)selama 2-3 minggu.
Hepatorenal syndrome
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik yang
berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan
elekterolit, perdarahan dan infeksi. Penanganan secara konservatif dapat
dilakukan berupa : Ritriksi cairan,garam, potassium dan protein. Serta
menghentikan obat-obatan yang nefrotoxic.Pilihan terbaik adalah
transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal.
Varises Esofagus
Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi sampai keadaan
pasien stabil, dalam keadaan ini maka dilakukan :
» Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
» Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
» Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali
kegunaannya yaitu untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es,
pemberian obat-obatan, evaluasi darah.
» Pemberian obat-obatan berupa antasida, ARH2, Antifibrinolitik, Vitamin
K, Vasopressin, Octriotide dan Somatostatin
Ensefalophaty hepatic
Penentuan diet pada penderita sirosis hati sering menimbulkan dilema. Di
satu sisi, diet tinggi protein untuk memperbaiki status nutrisi akan
menyebabkan hiperamonia yang berakibat terjadinya ensefalopati.
27
Sedangkan bila asupan protein rendah maka kadar albumin dalam darah
akan menurun sehingga terjadi malnutrisi yang akan memperburuk keadaan
hati. Untuk itu, diperlukan suatu solusi dengan nutrisi khusus hati, yaitu
Aminoleban Oral. Aminoleban Oral mengandung AARC kadar tinggi serta
diperkaya dengan asam amino penting lain seperti arginin, histidin, vitamin,
dan mineral. Nutrisi khusus hati ini akan menjaga kecukupan kebutuhan
protein dan mempertahankan kadar albumin darah tanpa meningkatkan
risiko terjadinya hiperamonia. Pada penderita sirosis hati yang dirawat di
rumah sakit, pemberian nutrisi khusus ini terbukti mempercepat masa
perawatan dan mengurangi frekuensi perawatan.
Dengan nutrisi khusus ini diharapkan status nutrisi penderita akan terjaga,
mencegah memburuknya penyakit hati, dan mencegah terjadinya
ensefalopati hepatik sehingga kualitas serta harapan hidup penderita juga
akan membaik.
» Manajemen Nutrisi
Diet Garam Rendah I (DGR I)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan
atau atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak
menambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya. Kadar Natrium pada Diet garam rendah I ini adalah 200-400
mg Na.
Diet Hati I (DH I)
Diet Hati I diberikan bila pasien dala keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan.
Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau
lunak. Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam
bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai
cabang (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin,
dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna,
pemberian cairan maksimal 1 L/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena
itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam
28
rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik,
diberikan Diet Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi,
selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan
glukosa.
Diet Hati II (DH II)
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II
kepada pasien dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg
berat badan dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total)
dalam bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung
energi, zat besi, vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin.
Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet
hati II rendah garam. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet
mengikuti pola Diet Rendah garam I.
Diet Hati III (DH III)
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II
atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis
Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat
menerima protein, lemak, mi9neral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.
Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet
Hati III Garam Rendah I
» Penanganan Sirosis Hati Berdasarkan Evidence Based (EBN)
Diet tempe pada sirosis hati sebagai upaya meningkatkan kadar
albumin dan perbaikan ensefalopati hepatic. Pada penelitian ini
membandingkan antara diet hati II dan III (diet konvensional) dengan
diet tempe dalam meningkatkan kadar albumin darah dan
menurunkan derjat ensepalohetik selama 20 hari. Dan hasilnya diet
tempe dapat meningkatkan albumin darah, menurunkan ammonia
dalam darah, meningkatkan psikomotor dan menurunkan
ensefalopatik hepatic.
Diet masukan protein pada pasien ensefalohepatik dan Sirosis hepatic
yang dilakukan oleh beberapa ahli gizi. Dari beberapa ahli gizi
29
berbeda pendapat mengenai batasan protein yang diberikan pada
pasien sirosis hepatic, namun pada pelaksaannya tetap mengacu pada
konsesnsus ESPEN tentang nutrisi pada pasien dengan penyakit hati
yang kronik, yaitu :
Kondisi Klinis Energi/Non protein
(K.cal/Kg)
Protein (g/Kg)
Sirosis yang dapat
mengkompensasi
komplikasi.
25 - 35 1,0 – 1,2
Intake yang tidak
adekuat dan
malnutrisi
35 - 40 1,5
Ensepalopathy I -
II
25 - 35 Pada fase transisi 0,5
kemudian 1,0 – 1,5 , jika
ditoleransi : diberikan protein
nabati. Suplemen BCAA
Ensepalopathy III
- IV
25 - 35 0,5 – 1,2, Suplemen BCAA
Jika menggunakan nutrisi parenteral, kalori non protein yang
didalamnya terkandung lemak dan glukosa sekitar 35 – 50 %.
10. Prognosis
- Tergantung ada tidaknya komplikasi
- Kompensata harapan hidup lebih lama
- Harapan hidup 10 tahun sirosis hepatis kompensata 47%
- Sirosis hepatis dekompensata hanya 16% dalam 5 tahun
11. Komplikasi
- Edema dan asites
- Peritonitis bakteri spontan
- Pendarahan saluran cerna
- Ensefalopati hepatik
- Sindroma hepato-renal
- Sindroma hepato-pulmoner
30
- Hipersplenisme
- Kanker hati
31