Sirosis Hepatis

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju pada tahun 2009, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat otopsi. Kejadian sirosis hepatis dalam masyarakat juga sukar diketahui. Umumnya angka-angka yang berasal dari rumah 1

description

penyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakitpenyakit

Transcript of Sirosis Hepatis

Page 1: Sirosis Hepatis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada 

pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).

Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000

orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan  penyakit hati

yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di

Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk  mengatasi berbagai

penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna  bagian atas, koma

peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta

Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis hati sangat bervariasi, mulai dari

tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di

negara maju pada tahun 2009, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter

hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya

ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat

otopsi.

Kejadian sirosis hepatis dalam masyarakat juga sukar diketahui. Umumnya angka-

angka yang berasal dari rumah sakit-rumah sakit dikota-kota besar di Indonesia

memperlihatkan bahwa penderita pria lebih bnyak dari wanita, dengan perbandingan

antara 1,5 sampai 2 : 1. Dirumah sakit Dr . Cipto Manggungkusumo Jakarta pada tahun

1988 di Ruang Ilmu Penyakit Dalam tercatat 162 penderita, 94 orang pria dan 68 wanita.

Usianya yang terbanyak adalah antara 31 sampai 50 tahun. Adakalanya juga ditemukan

kasus yang berumur antara 10-20 tahun. (Buku Gastroenterologi Hepatologi, hal 316).

Berdasarkan data yang kami dapat dari data yang ada di RSUD Cingkareng

Jakarta Barat, bahwa prevaalensi sirosis hepatis selama 7 bulan terakhir adalah sebanyak

1

Page 2: Sirosis Hepatis

23 kasus. Sedangkan data yang kami dapat dari RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, prevalensi

sirosis hepatis sejak januari 2008 hingga februari 2010 adalah sebanyak 76 kasus.

Melihat latar belakang jumlah kasus dan akibat lanjut dari penyakit sirosis

hepatis, menuntut peran dan fungsi perawat sebagai promotif, preventif, advokasi dan

pendidik mencoba untuk lebih memperdalam pengetahuan dan memperdalam

pengalaman untuk mengelola kasus klien dengan sirosis hepatis di RSKB Cinta Kasih

Tzu Chi. Pengelolaan kasus diarahkan pada pemberian “ASUHAN PERAWATAN

DENGAN SIROSIS HEPATIS”.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan khusus yaitu :

1. Tujuan umum

Diperoleh gambaran /informasi pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien

dengan Sirosis Hepatis di RSKB CINTA KASIH TZU CHI.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian pada klien “Tn R” dengan penyakit Sirosis Hepatis.

b. Menentukan masalah keperawatan pada klien “Tn R” dengan penyakit Serosis

Hepatis sesuai dengan data yang ada.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien “Tn R” dengan penyakit

Serosis Hepatis sesuai dengan data yang ada.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien “Tn R” dengan penyakit

Serosis Hepatis sesuai dengan data yang ada.

e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek.

f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari

solusi/ alternative pemecahan masalah.

g. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada klien “Tn R” dengan

penyakit Serosis Hepatis dalam bentuk narasi.

2

Page 3: Sirosis Hepatis

h. Memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III.

C. Ruang Lingkup

Pembahasan makalah ini hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan pada

klien “Tn R” dengan penyakit Serosis Hepatis Di RSKB CINTA KASIH Tzu-Chi,

Cengkareng Jakarta Barat.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini antara lain :

1. Study Kasus

2. Study Kepustakaan

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan

Teoritis, Bab III Pengamatan Kasus, Bab IV Pembahasan Kasus dan Bab V

Kesimpulan. Makalah ini ditutup dengan susunan Daftar Pustaka.

Bab II, terdiri atas konsep dasar medis yang menerangkan Definisi, Anatomi-

Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Diagnostik, Therapi

Medis, Komplikasi, Discharge Planning, juga Konsep Dasar Medik yang merangkum

Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, dan Rencana Intervensi.

Bab III, Menerangkan tentang kondisi pasien secara singkat, Bab IV, Membahas

tentang persamaan dan perbedaan yang ditemukan pada pasien sesuai dengan teori,

Bab V menyimpulkan tentang penyakit sirosis hepatis. Dan pada akhir makalah

ditutup dengan daftar pustaka yang berisi daftar buku-buku yang digunakan.

3

Page 4: Sirosis Hepatis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Medik

1. Defenisi

Sirosis Hepatis adalah Penyakit hati kronis yang dicirikan oleh distorsi

arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula

regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal ( Patofisiologi konsep

klinis proses penyakit, Sylvia. A. Price,Lorraine. M. Wilsor, 1995).

Sirosis Hepatis adalah Penyakit kronis progresif dari hati yang berlangsung

menahun yang ditandai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati, usaha regenerasi

dan penambahan jaringan ikat diffus, dengan terbentuknya nodul yang mengganggu

susunan lobulus hati. ( Gastroenterologi Hepatologi, H. Ali Sulaitnan, 1990 ).

2. Klasifikasi sirosis hepatic

1. Klasifikasi morfologis

Secara makroskopik sirosis hepatis dibagi atas 2 yaitu:

a) Mikronoduler : besar nodulnya sampai 3 mm

Pada sirosis mikronodular ini bergabung beberapa istilah lama yang telah ditolah

yaitu : sirosis ireguler, septal, uniform, monolobular, nutritional dan Laennec.

Gambaran mikroskopis sirosis ini ditandai oleh adanya septa tipis yang besarnya

seragam.

b) Makronoduler : besar nodulnya bervariasi.

Istilah sirosis makronodular ini mencakup sirosis pasca nekrotik, irregular dan

pasca kolaps pada sirosis ini septa mempunyai ketebalan yang bervariasi dan

sering lebar.

2. Klasifikasi fungsional

a) Kegagalan hati / hepatoseluler dapat timbul keluhan subjektif : lemah, BB

menurun, kembung, mual dll.

- Spidernaevi / angiomata pada kulit tubuh bagian atas, muka dan lengan atas.

- Eritema palmasis

4

Page 5: Sirosis Hepatis

- Asites

- Pertumbuhan rambut berkurang

- Atrofi testis dan ginekomasti pada pria

- Ikterus subfebris, sirkulasi hiperkinetik dan factor hepatic

- Encephalohepatik, flapping tremor akibat amoniak dan produksi defisiensi

protrombin.

b) Hipertensi portal

Bisa terjadi akibat :

- Meningkatnya resistensi portal dan splakiner karena mengurangnya sirkulasi

akibat fibrosis.

- Meningkatnya cairan portal karena transisi dari tekanan arteri hepatic kesistem

portal akibat distorsi arsitektur hati.

3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Permukaan superiornya

cembung dan terletak dibawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri.

Bagian bawah hati terbentuk cekung dan merupakan atap ginjal kanan, pankreas,

dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, lobus kanan terbagi menjadi segmen

anterior dan posterior yang dipisahkan oleh fisura segmentalis. Lobus kiri terbagi

menjadi segman medial dan lateral oleh ligamentum folsiforme. Ligamentum ini

5

Page 6: Sirosis Hepatis

berasal dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Beberapa ligamentum

merupakan lipatan peritoneum yang membantu menyokong hati. Di bawah

peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsula glisson.

Kapsula ini pada porta hepatis di permukaan interior melanjutkan diri ke dalam

massa hati, dan membentuk rangka untuk cabang vena porta,arteria,hepatica dan

saluran empedu.

Di setiap lobus terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid yang

merupakan cabang vena porta dan arteria hepatica yang dibatasi oleh sel fagositik

(sel kupfler). Fungsi utama sel kupfler adalah memakan bakteri dan benda asing

yang berada dalam darah. Didalam hati juga terdapat saluran empedu yang besar,

hingga menjadi saluran empedu yang besar disebut duktus koledokus.

Hati mendapat suplai darah dari dua sumber yaitu dari saluran cerna dan

limpa melalui vena porta dan kedua dari aorta melalui arteria hapatica. Darah vena

porta ini membedakan dengan darah vena lain karena :

- Tekanan sedikit lebih tinggi untuk mengatasi tekanan pada sinusoid hati.

- Oksigen lebih tinggi karena aliran darah di daerah splankikus relatif lebih

banyak.

- Mengandung lebih banyak zat makanan.

- Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.

b. Fisiologi

1. Pembentukan dan ekskresi empedu, metabolisme garam empedu,

metabolisme pigmen empedu.

Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dan vitamin

yang larut dalam lemak di usus. Bilirubin, pigmen empedu utama merupakan

hasil akhir metabolisme pemecahan sel sel darah merah yang sudah tua.Proses

konjugasinya berlangsung dalam hati dan ekskresikan kedalam empedu.

2. Hati merupakan metabolisme karbohidrat (Glikogenesis, glikogenolisis,

glikoneogenesis).

6

Page 7: Sirosis Hepatis

Hati memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah

normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam

hati dalam bentuk glikogen.

3. Metabolisme protein dan sintesis protein

Protein serum yang disintesis dalam hati termasuk albumin serta alfa dan beta

globulin, kecuali gama globulin. Faktor pembekuan darah yang disintesis oleh

hati adalah fibrinogen I,protrombin II,dan faktor V,VII,VIII,IX dan

X.Vitamin K diperlukan sebagai kofaktor pada sintesis semua faktor ini

kecuali faktor V.

4. Pembentukan urea, penyimpanan protein ( asam amino )

Urea dibentuk semata-mata dalam hati dan NH3 kemudian diekskresi dalam

hati dan faeces. NH3 dibentuk dari deaminasi asam amino dan kerja bakteri

usus terhadap asam amino.

5. Metabolisme lemak

Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfslipid dan lipoprotein (diabsorbsi dari

usus) menjadi asam lemak dan gliserol.

6. Ketogenesis dan sintesis kolesterol

Hati memegang peranan utama dalam sintesis kolesterol, sebagian besar

diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol atau asam kolat.

7. Penyimpanan lemak, penyimpanan vitamin dan mineral

Vitamin yang larut dalam lemak ( A,D,E,K ) disimpan dalam hati juga

vitamin B12, tembaga dan besi.

8. Metabolisme steroid

Hati menginaktifkan dan mensekresi aldosteron , glukokortikoid, estrogen,

progesteron dan testoteron.

9. Fungsi pertahanan tubuh

- Detoksifikasi

Hati bertanggung jawab dalam berlangsungnya biotransformasi zat-zat

berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal (misalnya obat-obatan).

- Fungsi perlindungan, sel kupfler sebagai pembentukan darah

10. Ruang pengapung dan Fungsi penyaring

7

Page 8: Sirosis Hepatis

Sinusoid hati merupakan depot darah yang mengalir kembali dari vena kava

(payah jantung kanan ). Kerja fagositik sel kupfler membuang bakteri dan

debris dari darah.

4. Etiologi

a.Hepatitis virus : B dan jenis non a dan non b.

b. Alkohol

c.Gangguan metabolik

d. Penyumbatan aliran empedu intrahepatis dan ekstrahepatik yang lama

e.Gangguan immunitas

f. Toksin dan obat

g. Malnutrisi

h. Operasi usus pada keadaan obesitas

i. Malaria dan obstruksi aliran vena hepatic

5. Patofisiologi

Sirosis hepatis ditandai dengan distensi susunan hati normal oleh pita-pita

jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang sedang mengalami regenerasi

yang tidak berhubungan dengan susunan normal. Sirosis dapat mengganggu sirkulasi

darah intrahepatik dan perlahan-lahan menyebabkan kegagalan fungsi hati.

Tipe sirosis hepatis

a. Sirosis Laennec

Umumnya terjadi pada peminum alkohol perubahan pada hati yang disebabkan

oleh alkohol adalah penimbunan lemak yang berjalan lambat di dalam sel hati. Hal ini

menunjukkan adanya sejumlah gangguan metabolisme yaitu pembentukan trigliserida

berlebih pengurangan pemakaian trigliserida dalam pembentukan lipoprotein dan

pengurangan oksidasi asam lemak. Selain itu pada peminum alkohol tidak makan dengan

semestinya yang mengakibatkan lipoprotein yang diperlukan untuk transfor lemak tidak

mencukupi akibat kurangnya protein.

Akibat penimbunan lemak yang lanjut, timbul fibrosa yang tebal di bagian perifer

sehingga banyak terdapat lobulus yang memisahkan parenkim menjadi nodul-nodul halus

yang dapat membesar akibat aktivitas regenerasi hati yang mencoba mengganti sel-sel

8

Page 9: Sirosis Hepatis

yang rusak pada stadium akhir hati mengkerut, keras dan hampir tidak mempunyai

parenkim normal yang mengakibatkan hipertensi portal dan payah hati.

b. Sirosis post nekrotis

Terjadi setelah terjadi bercak nekrosis pada jaringan hati akibat degenerasi nodul

yang besar dan kecil dikelilingi dan dibatasi oleh parut dan disisipi oleh parenkim hati

normal. Kebanyakan sirosis post nekrotik diderita oleh orang yang menderita hepatitis

kronik. Hal ini dibuktikan dengan hasil test yang positif terhadap HBAg.

c. Sirosis Billier

Penyebab terserang adalah obstruksi posthepatik saluran empedu menyebabkan

penumpukan empedu dalam hati disertai destrulgi sel hati. Hati membesar kuat bergranula

halus dan berwarna hijau ikterus merupakan gejala dini dan gejala primer dan tanda lain

adalah pruritus, malabsorbsi dan steatorhea.

9

Page 10: Sirosis Hepatis

6. Tanda dan Gejala

- Anoreksia

- Kembung dan mual

- Mencret

- Konstipasi

- Berat badan menurun

- Pembengkakan pada kedua kaki

- Air seni kuning tua/kecoklatan

- Mata menjadi kuning

- Hematemesis dan melena

- Demam

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah : Anemia, trombositopenia, leukopenia

b. LFT: peningkatan SGOT, SGPT, laktat dehidrogenase, serum alkaline,

phosphatase

c. Albumin yang menurun dan peningkatan kadar globulin

d. Serum protein

e. Kolinesterase untuk menilai kemampuan sel hati

f. Kadar elektrolit untuk pembatasan garam dalam diit dan penggunaan diuretik

g. Masa protrombin

h. Kadar gula darah yang meningkat

i. AFP menunjukkan transformasi ke arah keganasan

j. X-Ray mengetahui adanya varices esofagus.

k. USG memberikan perbedaan densitas antara sel-sel parenkim hati dan jaringan

parut.

l. MRI dan radioisotop hati memberikan informasi tentang besar hati dan aliran darah

hepatik serta obstruksi aliran tersebut.

m. Esofagoskopi

n. ERCP endoscopic retrograde colanic prancreatography untuk menyingkirkan

adanya obstruksi venstra hepatik

o. Angiografi

10

Page 11: Sirosis Hepatis

8. Therapi

a. Antacida : mengurangi distres lambung, terminimalkan perdarahan gastrointestinal

b. Vitamin K dan suplemen nutrisi: meningkatkan proses penyembuhan dan

memperbaiki status gizi pasien.

c. Preparat diuretik: mempertahankan kalium saat diperlukan untuk mengurangi

ascites.

d. Asupan protein dan kalori yang adekuat.

9. Komplikasi

a. Coma hepaticum

b. Perdarahan gastrointestinal

c. Ulkus pepticum

d. Karsinoma hepatocellular

e. Infeksi

f. Hipertensi portal

g. Asites

h. Varises esofagus

i. Peritonitis bacterial spontan

j. Sindroma hepatorenal

k. Transformasi ke arah kanker hati

10. Discharge Planning

a. Siapkan dan ajarkan mengenai obat-obatan, seperti nama obat, indikasi, dosis,

jadwal/waktu dan efek samping.

b. Perubahan diit terutama garam protein dan cairan.

c. Kebutuhan terhadap perubahan gaya hidup dan stop alcohol.

d. Waspadai agen hepatotoksik khususnya obat bebas seperti aspirin dan parasetamol.

e. Beri informasi tanda dan gejala perdarahan dan perlu memberitahu petugas

kesehatan jika hal ini terjadi.

11

Page 12: Sirosis Hepatis

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

- Riwayat penyakit hepatitis tipe B dan C

- Riwayat konsumsi alkohol

- Riwayat penyakit DM

- Riwayat penggunaan obat toksik terhadap hati seperti: MTX, INH, metildopa

- Riwayat penyakit malaria

b. Pola nutrisi metabolik

- Anoreksia

- Dispepsia

- Nausea dan vomitus

- Penurunan BB

- Jaundice

- Anemia

- Leukopenia

- Trombositopenia

- Perdarahan gusi

- Petechie

- Ikterik pada sklera mata

- Defisiensi vitamin

c. Pola eliminasi

- Diare atau konstipasi

- Melena

- Retensi cairan

- Air kemih berwarna seperti teh pekat

- Edema

d. Pola aktivitas dan latihan

- Merasa tidak bugar/fit

- Perasaan cepat lelah

- Perubahan tekanan darah

12

Page 13: Sirosis Hepatis

e. Pola tidur dan istirahat

- Sulit tidur

- Gelisah

- Apatis pada siang hari

f. Pola persepsi kognitif

- Bingung

- Coma

- Disorientasi

g. Pola persepsi dan konsep diri

- Perubahan body image

- Pernyataan pembatasan pola hidup

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

- Perasaan negatif tentang diri

- Perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan

- Perubahan peran

i. Pola reproduksi-seksualitas

- Amenorrhoe

- Atrofi testis

- Gynecomastia

- Impoten

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

- Penyakit dan pengaruh terhadap stress

- Sakit kronik

- Perubahan-perubahan yang terjadi

k. Pola sistem nilai-kepercayaan

- Merasa lebih dekat dengan Tuhan

13

Page 14: Sirosis Hepatis

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. diet tidak adekuat/ ketidakmampuan

mencerna.

b. Volume cairan tubuh berlebihan b.d. asites.

c. Kerusakan integritas kulit b.d. gangguan sirkulasi/status metabolik.

d. Resiko tinggi ketidakefektif pola nafas b.d asites.

e. Resiko tinggi perdarahan b.d. perubahan faktor pembekuan dan hipertensi portal.

f. Intoleransi beraktivitas b.d. cepat lelah dan lemas.

g. Gangguan rasa nyaman b.d. gatal-gatal, rasa begah/penuh di perut.

3. Intervensi

a. Dx 1 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diet tidak adekuat / ketidak

mampuan mencerna.

Tujuan : Klien dapat menunjukkan nutrisi yang adekuat setelah dilakukan asuhan

keperawatan.

HYD: Perubahan status nutrisi dapat diperbaiki dengan kriteria: BB dalam batas

ideal, makan habis 1 porsi dalam waktu 2 minggu, tidak mengalami

malnutrisi lebih lanjut dan hasil lab dalam batas normal : Hb = 12-16 g/dl,

Ht = 38-49 %.

Intervensi:

1) Timbang berat badan pasien setiap hari.

R/ Mengetahui efektivitas therapi.

2) Beri makanan yang menimbulkan selera dan menyajikan secara menarik.

R/ Menimbulkan selera makan pasien.

3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan sering setiap 6 jam.

R/ Mengurangi rasa tidak enak di perut/begah.

4) Berikan makan yang halus, hindari makanan yang keras/kasar.

R/ perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada sirosis berat.

5) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.

R/ Mencegah rasa tidak enak pada mulut.

14

Page 15: Sirosis Hepatis

6) Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi yang adekuat bagi kesehatan klien.

R/ Menjalin kerjasama dalam melaksanakan intervensi keperawatan.

7) Perbanyak waktu istirahat.

R/ Istirahat yang banyak menurunkan kerja hepar.

Kolaborasi :

8) Beri obat antiemetic

R/ Untuk menghilangkan rasa mual.

9) Pantau hasil laboraturium (Hb dan Ht)

R/ Untuk meningkatkan upaya efektivitas program pengobatan.

b. Volume cairan tubuh berlebihan b.d. asites.

Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat sesuai

kebutuhan tubuh setelah dilakukan asuhan keperawatan.

HYD: Volume cairan tubuh dalam batas normal, ditandai dengan intake-output

seimbang, BB stabil, rasa kembung berkurang, tak ada edema.

Intervensi:

1) Ukur dan catat intake-output cairan.

R/ Mengetahui balance cairan dan respons terhadap terapi.

2) Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.

R/ Mengetahui perubahan asites dan akumulasi cairan pada abdomen.

3) Batasi asupan natrium dan kalium sesuai instruksi dokter.

R/ Meminimalkan pembentukan asites dan edema.

4) Anjurkan untuk tirah baring bila ada asites.

R/ Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.

Kolaborasi :

5) Awasi albumin serum dan elektrolit ( khususnya kalium dan natrium)

R/ penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan asmotik koloid plasma,

peningkatan pembentukan edema.

15

Page 16: Sirosis Hepatis

6) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.

R/ Natrium mingkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area

ektravaskuler.

7) Berikan albumin bebas garam / plasma ekspander sesuai indikasi.

R/ Albumin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotic koloid dalam

kompartemen vaskuler sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif

penurunan terjadinya asites.

8) Berikan obat sesuai indikasi (mis Deuretik)

R/ Untuk mengontrol edema dan asites.

c. Dx 3 : Kerusakan integritas kulit b.d. gangguan sirkulasi/status metabolik.

Tujuan :

HYD : Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit.

Intervensi:

1) Kaji integritas kulit.

R/ Mengetahui keadaan kulit agar dapat mengetahui secara dini dan

melakukan intervensi.

2) Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan selera.

R/ Memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.

3) Lakukan perawatan pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan

melakukan masage dengan lotion pelembut (emulsion).

R/ Mencegah kulit kering.

4) Jaga agar kuku pasien tetap pendek.

R/ Mencegah abrasi kulit

d. Dx 4 : Resiko tinggi ketidakefektif pola nafas b.d asites.

Tujuan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda ketidakefektifan pola nafas setelah

dilakukan asuhan keperawatan.

HYD :

- Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif.

- Tanda –tanda vital dalam batas normal

16

Page 17: Sirosis Hepatis

- TD : 120-80 mmHg

- RR : 12- 20 x/mnt

- N : 60-100 x/mnt

- AGD dalam batas normal :

- pH : 7,35-7,45

- PCO2 : 35-45 mmHg

- PO2 : 83-108 mmHg

- HCO3 : 22- 26 mmol/L

Intervensi :

1) Observasi dan catat frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan.

R/ Pernafasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan

hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen.

2) Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengi, ronki.

R/ Untuk menunjukkan terjadinya komplikasi.

3) Observasi penurunan kesadaran.

R/ Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan

yang sering disertai dengan koma hepatic.

4) Pertahankan kepala tempat tidur, posisi miring.

R/ Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.

5) Observasi peningkatan suhu, catat adanya menggigil, meningkatnya batuk,

perubahan warna / karakteristik sputum.

R/ Menunjukkan adanya infeksi, contoh pneumonia.

Kolaborasi :

6) Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.

R/ Untuk mencegah hipoksia bila pernafasan tidak adekuat.

e. Resiko tinggi perdarahan b.d. perubahan faktor pembekuan dan hipertensi portal.

Tujuan : Klien dapat menunjukkan tidak terjadi perdarahan setelah dilakukan

asuhan keperawatan.

HYD: - Homeostasis dapat dipertahankan dengan tidak terjadi perdarahan ditandai

dengan, tidak ada tanda terjadi perdarahan seperti mimisan, bercak

berdarah.

17

Page 18: Sirosis Hepatis

- Tanda – tanda vital dalam batas normal :

- TD : 120/80 mmHg

- N : 60-100 x/mnt

- S : 36,5 – 37,5 oC

Intervensi:

1) Observasi TTV dan tanda perdarahan.

R/ Mengetahui tanda-tanda hipovolemia dan shock.

2) Catat dan amati karakteristik faeces dan urin yang keluar.

R/ Mendeteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal.

3) Mewaspadai rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.

R/ Dapat menunjukkan tanda-tanda dini perdarahan dan shock.

4) Anjurkan klien menggunakan sikat gigi yang lembut, hindari mengejan dan

mengeluarkan sekresi hidung dengan keras.

R/ Meminimalkan trauma yang dapat menimbulkan perdarahan.

5) Berikan obat sesuai indikasi, vitamin tambahan (vitamin K, D, C).

R/ Meningkatkan mekanisme pembekuan darah.

f. Intoleransi beraktivitas b.d. cepat lelah dan lemas.

Tujuan : Tidak terjadi kelemahan fisik setelah dilakukan asuhan keperawatan.

HYD : - Peningkatan energi dan partisipasi dalam beraktivitas.

- Klien mampu memenuhi kebutuhan dasar perawatan diri ( seperti

mandi eliminasi dan lain-lain).

Intervensi:

1) Berikan diit tinggi kalori dan protein.

R/ Memberikan kalori bagi tenaga dan protein pada proses penyembuhan.

2) Berikan tirah baring, lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.

R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan.

3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.

R/ Memungkinkan waktu istirahat untuk pasien tanpa gangguan.

4) Berikan suplemen vitamin A, B kompleks C dan K.

18

Page 19: Sirosis Hepatis

R/ Memberikan nutrisi tambahan.

5) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas diselingi istirahat.

R/ Menghemat tenaga pasien untuk melakukan latihan dalam batas

kemampuan.

6) Observasi TTV sebelum dan sesudah beraktivitas.

R/ Mengetahui tanda-tanda perubahan.

h. Dx : Gangguan rasa nyaman b.d. gatal-gatal, rasa begah/penuh di perut.

Tujuan : Klien dapat merasa nyaman setelah dilakukan asuhan keperawatan.

HYD: Meningkatkan rasa nyaman ditandai dengan, badan tidak rasa gatal dalam

waktu 2x24 jam, rasa begah/penuh berkurang.

Intervensi:

1) Beri tirah baring dan posisi yang nyaman menurut pasien.

R/ Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati.

2) Kurangi asupan natrium dan cairan sesuai instruksi dokter.

R/ Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.

3) Menjaga higiene pasien.

R/ Mengurangi rasa gatal.

4) Berikan therapi antispasmodik dan sedativa seperti yang diresepkan.

R/ Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan gangguan rasa nyaman

pada abdomen.

5) Kolaborasi dengan dokter untuk pungsi asites.

R/ Mengurangi rasa begah/penuh pada abdomen.

19