Simulasi Kasus ISK

33
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi dari urotelium terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. (1) ISK dapat menyerang pada segala usia baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin ini wanita lebih sering daripada pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Keadaan penyakit mulai tanpa gejala atau asimtomatik hingga memberikan gejala yang cukup berat sehingga mengancam jiwa (1, 2) Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri dalam urin. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, oleh karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril, walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat 1

description

bb

Transcript of Simulasi Kasus ISK

Page 1: Simulasi Kasus ISK

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi dari urotelium terhadap

masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih.(1)

ISK dapat menyerang pada segala usia baik laki-laki maupun perempuan. Akan

tetapi dari kedua jenis kelamin ini wanita lebih sering daripada pria dengan angka

populasi umum kurang lebih 5-15%. Keadaan penyakit mulai tanpa gejala atau

asimtomatik hingga memberikan gejala yang cukup berat sehingga mengancam jiwa (1, 2)

Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri dalam

urin. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, oleh karena itu

urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril, walaupun demikian uretra bagian bawah

terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada

bagian yang mendekati kandung kemih (1).

Kebutuhan akan penggunaan obat yang rasional pada terapi infeksi saluran kemih

mendorong kita untuk terus mempelajari bagaimana pengobatan yang tepat baik untuk

terapi kausatif maupun simptomatis. Untuk itu penulis akan menguraikan tentang infeksi

saluran kemih dan pengobatannya melalui laporan simulasi kasus ini.

Definisi

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan dimana kuman tumbuh dan

berkembangbiak didalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna (3).

1

Page 2: Simulasi Kasus ISK

Etiologi

Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob,

selain itu bisa juga disebabkan virus, ragi, dan jamur. Adakalanya ISK tanpa bakteriuria

ditemukan pada keadaan-keadaan (1) :

1. Fokus infeksi tidak melewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karena

infeksi hematogen

2. Bendungan total pada saluran yang menderita infeksi

3. Bakteriuria disamarkan karena pemberian antibiotik

Berikut ini adalah mikroorganisme penyebab ISK (1) :

Mikroorganisme Persentase biakan (>103 cfu/ml)

Escherichia coli

Klebsiella atau Enterobacter

Proteus morganella atau Providecia

Pseudomonas aeruginosa

Staphylococcus epidermis

Enterococci

Candida albicans

Staphylococcus aureus

50-90%

10-40

5-10

2-10

2-10

2-10

1-2

1-2

Penyebab yang terbanyak adalah gram negatif termasuk bakteri yang biasanya

menghuni usus yang kemudian naik ke saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E. Coli

menduduki tempat teratas kemudian diikuti Proteus, Klebsiella, Enterobacter dan

Pseudomonas. Virus juga sering ditemukan dalam urin tanpa gejala ISK akut, Adenovirus

2

Page 3: Simulasi Kasus ISK

tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemorogik. Kandida merupakan jamur

yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM

atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spectrum luas (1).

Patogenesis

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui:

1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat

2. Hematogen

3. Limfogen

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, dari kedua cara

ini yang paling sering adalah ascending (1)

1. Infeksi Hematogen

Infeksi hematogen banyak terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh

rendah, karena menderita penyakit kronik atau pasien yang mendapat pengobatan

imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya focus

infeksi ditulang, kulit atau endotel. Salmonella, Pseudomonas, Candida dan

proteus termasuk jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen (1).

Beberapa hal yang mempengaruhi dan mempermudah penyebaran

hematogen yaitu:

1. Adanya bendungan total aliran urin

2. Adanya bendungan intrarenal baik karena jaringan parut maupun terdapat

presipitasi obat intra tubular misalnya sulfonamide

3

Page 4: Simulasi Kasus ISK

3. Faktor vascular misalnya konstriksi pembuluh darah

4. Pemakaian obat analgetik atau estrogen

5. Penyakit ginjal polikistik

6. Penderita DM

Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan

infeksi ginjal yang berat misalnya Staphylococcus dapat menimbulkan abses

ginjal.

2. Infeksi Ascending

a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina

Saluran kencing normal umumnya tidak mengandung

mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga

dihuni oleh bakteri normal kulit Streptococcus. Disamping bakteri normal

flora kulit, pada wanita daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan

periuretral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal

dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut (1).

Faktor predisposisi kolonisasi basil koliform pada wanita

didaerah tersebut diduga karena adanya perubahan flora normal didaerah

perineum, berkurangnya antibodi fokal, bertambahnya daya lekat

organisme pada sel epitel wanita (1).

b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih

Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih

belum diketahui dengan jelas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

mikroorganisme ke dalam kandung kemih yaitu :

4

Page 5: Simulasi Kasus ISK

Faktor anatomi

Kebanyakan ISK terdapat pada wanita karena uretra wanita

lebih pendek dan letaknya dekat anus sedangkan laki-laki

bermuara saluran kelenjar prostat dan secret prostat yang berfungsi

sebagai anti bakteri.

Faktor tekanan urin pada waktu miksi

Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi

karena tekanan urin dan selama miksi terjadi refluks ke dalam

kandung kemih setelah pengeluaran urin

Manipulasi uretra

Misalnya manipulasi manual pada masturbasi atau pada

hubungan sex

Faktor lain

Adanya perubahan hormonal saat menstruasi, kebersihan

alat genitalia bagian luar, adanya bahan antibakteri dalam urine

dan pemakaian kontrasepsi oral (1).

c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung

kemih.

Pertahanan kandung kemih tergantung dari interaksi 3 faktor yaitu :

1. Eradikasi organisme yang disebabkan oleh pembilasan dan

pengenceran

2. Efek antibakteri dari urin karena urine mengandung urea dan asam

organik yang bersifat bakteriostatik

5

Page 6: Simulasi Kasus ISK

3. Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang instrinsik

diduaga ada hubungannnya dengan mukopolisakarida dan

glikosaminoglikan yang terdapat pada mukosa dan bersifat

bakteriostatik.

Eradikasi bakteri dan kandung kemih tidak terjadi bila terdapat urine sisa,

miksi yang tidak adekuat, benda asing atau batu saluran kemih, tekanan

kandung kemih yang tinggi atau terjadi inflamasi sebelumnya pada kandung

kemih (1)

d. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari

pelvis ke korteks karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah

keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga

aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal (1).

Gejala Klinis

Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai

berikut:

ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya rasa sakit atau rasa panas diuretra

sewaktu kencing dengan air kemih yang sedikit-sedikit serta rasa tidak enak

didaerah suprapubik

ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,

demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri penggang (1,4)

6

Page 7: Simulasi Kasus ISK

Laboratorium

1. Urinalisis

a. leukosuria merupakan petunjuk yang penting terhadap dugaan ISK.

Leukosuria dinyatakan positif bila terdapat >5 leukosit/lapang pandang

sedimen air kemih

b. hematuria, dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK

jika dijumpai 5-10 eritrosit/lapang pandang sedimen air kemih

2. Bakteriologis

a. Mikroskopis, menggunakan air kemih segar tanpa diputar atau tanpa

pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bila dijumpai satu

bakteri/lapang pandang minyak imersi

b. Biakan bakteri, basil yang bermakna sesuai dengan kriteria Cattell

Wanita, simptomatik

102 organisme koliform/ml urine plus piuria atau

105 organisme patogen apapun/ml urin atau

timbulnya organisme patogen apapun pada urine yang diambil dengan

cara aspirasi suprapubik.

Lelaki, simptomatik

102 organisme patogen/ml urine

Pasien asimtomatik

105 organisme patogen/ml urine pada dua contoh urine

berurutan

7

Page 8: Simulasi Kasus ISK

Penatalaksanaan

1. Mengoreksi kelainan anatomis dan menghindari atau menghilangkan faktor

predisposisi

2. Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik

Golongan antibiotik yang dapat digunakan pada penanganan ISK adalah golongan

sulfonamide dan senyawa kuinolon tapi bisa juga digunakan golongan antibiotik

seperti penisilin / sefalosforin dan aminoglikosida (1). Atau obat antibiotik yang

dikombinasikan misalnya aminoglikosida dengan aminopenisilin (ampisilin atau

amoksisilin), aminopenisilin dengan asam klavulanat atau sulbaktam,

karbosipenisilin, sefalosporin atau fluoroquinolon (2)

Antibiotik yang digunakan dalam penatalaksanaan ISK (9)

OBAT DOSIS

TERAPI DOSIS TUNGGAL

Oral Amoksisilin 3 g

Trimetoprim

sulfametoksazol

320 mg / 1600 mg (4

tab)

Sefaleksin 3 g

Intramuskular Kanamisin 0,5 g

TERAPI KONVENSIONAL

(5 hari)Pilihan Pertama Amoksisilin 250 mg (3 x/hari)

Trimetoprim

sulfametoksazol

160 mg / 800 mg

(2x/hari)

8

Page 9: Simulasi Kasus ISK

Trimetoprim 300 mg / hari

Nitrofurantoin 100 mg (4x/hari)

Pilihan Kedua Norfloksasin 400 mg (2x/hari)

Sefaleksin 1 g (4 x/ hari)

Sefalotin 1 g / 8 jam/ im atau iv

Gentamisin 0,8 mg/kgBB/8 jam/im

Kanamisin 5 mg/kgBB/8 jam/im

PROFILAKSIS (malam atau

pascasenggama)Nitrofurantoin 50 – 100 mg

Trimetoprim 150 – 300 mg

Trimetoprim

sulfametoksazol

40 mg / 200 mg

9

Page 10: Simulasi Kasus ISK

BAB II

SIMULASI KASUS

a. Kasus

Ny. Andari (umur 25 thn), alamat Jl. Kayuputih No. 12 Banjarmasin, pekerjaan

guru SD, sudah menikah, datang ke klinik dengan keluhan demam dan nyeri

kencing. Demam sudah 2 hari, diberi obat Sanmol tablet, suhu turun, tapi 1 jam

kemudian naik lagi. Sejak kemarin kencing terasa nyeri dan panas, kencing jadi

sering. Kencing warnanya kuning muda seperti biasa. Haid terakhir berakhir 5 hari

yang lalu. 2 hari yang lalu keputihan, berwarna bening, tidak berbau, tidak gatal,

tapi sekarang sudah tidak lagi. Tidak ada mual/muntah, tidak ada nyeri

perut/pinggang.

Pemeriksaan fisik :

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Suhu : 38,50C

Respirasi : 20 kali/menit

Kepala, thorax, abdomen : tidak ada kelainan

Pemeriksaan urin : urin jernih, kuning muda, lekosit (+++), eritrosit (-),

toraks (+)

Diagnosa : INFEKSI SALURAN KEMIH

10

Page 11: Simulasi Kasus ISK

b. Tujuan Pengobatan dan Alasannya

1. untuk menghilangkan infeksi

2. untuk menghilangkan demam dan nyeri

c. Daftar kelompok obat beserta jenisnya yang berkhasiat pada kasus ini

Kelompok Obat Nama Obat

Antibiotika Kotrimoksazol, Amoksisilin

Analgetika dan Antipiretika Paracetamol, Ibuprofen

d. Perbandingan kelompok obat atau jenis obat menurut khasiat, keamanan dan

kecocokan

Kelompok jenis obat Khasiat Keamanan BSO (efek samping)

Kecocokan (Kontraindikasi

BSO)Penisilin

Amoksisilin

Ampisilin

Antibiotika

Antibiotik

Mual, muntah, diare, urtikaria, nyeri sendi, demam, udemAngioneurotik, syok anafilaksis, konvulsi

Hati-hati pada orang yg hipersensitif terhadap penisilinHati-hati pada orang yang hipersensitif terhadap penisilin

SulfonamidaKotrimoksazol Antibiotika Mual, ruam kulit,

leukopenia, neutropenia, trombositopenia sangat jarang, agranulositosis, anemia

Penderita dengan kerusakan hati, payah ginjal yang berat, diskrasia darah berat, sensitivitas terhadap

11

Page 12: Simulasi Kasus ISK

Sulfametizol

Sulfametoksazol

Antibiotika

Antibiotika

megaloblastik, purpura, Steven Johnson sindrom, Lyell sindrom

Demam, rash kulit, urtikaria, mual-muntah, diare, gangguan hematopoetik

Demam, rash kulit, urtikaria, mual-muntah, diare, gangguan hematopoetik

trimetropin, sulfametoksazol, kehamilan, ibu menyusui, bayi prematurHati-hati pada masa kehamilan dan laktasi, tidak diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal

Hati-hati pada masa kehamilan dan laktasi, tidak diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal

SefalosporinSefotaksim

Seftriakson

Sefadroksil

Antibiotika

Antibiotika

Antibiotika

Ruam kulit, demam, urtikaria, mual, muntah, diare

Mual, muntah, diare, demam, urtikaria, netropenia, pusing, anafilaksis, Grey sindrom

Kolitis, mual muntah, diare, urtikaria, ruam angioedem

Tidak diberikan pada penderita dengan riwayat hipersensitifitas sefalosporin atau penderita sakit ginjal

Hati-hati jika ada riwayat hipersensitifitas seftriakson atau sefalosporin

Penderita dengan riwayat alergi sefadroksil/sefalosporin

KuinolonSiprofloksasin Antibiotika Mual, muntah,

diare, dispepsia, sakit perut, pusing, gangguan

Penderita hipersensitif golongan kuinolon, wanita hamil dan

12

Page 13: Simulasi Kasus ISK

Asam nalidiksat

Norfloksasin

Antibiotik

Antibiotik

penglihatan, rash, meningkatkan serum transaminase

Mual muntah, diare, urtikaria, anoreksia, sakit kepala, konvulsi

Mual, muntah, diare, urtikaris, anoreksia, sakit kepala, konvulsi

menyusui, anak sebelum akhir fase pertumbuhan

Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui, anak dibawah 16 th

Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui dan anak dibawah 16 th

AminoglikosidGentamisin

Amikasin

Kanamisin

Antibiotika

Antibiotika

Antibiotika

Gangguan pendengaran, alat keseimbangan, nefrotoksik

Gangguan pendengaran, alat keseimbangan, nefrotoksik

Gangguan pendengaran, alat keseimbangan, nefrotoksik

Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan penderita gangguan ginjal

Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan penderita gangguan ginjal

Tidak dianjurkan pada wanita hamil dan penderita gangguan ginjal

TetrasiklinDoksisiklin

Oksiterasiklin

Antibiotika

Antibiotika

Mual, muntah, diare, penyerapan pada jaringan tulang dan gigi pada janin dan anak fotosinsitisasi, urtikaria, oedem, anafilaksis, anemia hemolitik

Mual, muntah, diare, penyerapan pada jaringan

Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak < 8 th

Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak < 8

13

Page 14: Simulasi Kasus ISK

Tetrasiklin Antibiotika

tulang dan gigi pada janin dan anak fotosinsitisasi, urtikaria, oedem, anafilaksis, anemia hemolitik

Mual, muntah, diare, penyerapan pada jaringan tulang dan gigi pada janin dan anak fotosinsitisasi, urtikaria, oedem, anafilaksis, anemia hemolitik

th

Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak < 8 th

ParaaminofenolParacetamol

Analgetik-antipiretik

Jarang dapat terjadi reaksi alergi berupa eritema, urtikaria, demam dan lesu pada mukosa anemia hemolitik, methemoglobinemia, nefropati analgetik, toksisitas akut berupa nekrosis hati, nekrosis tubuli renalis, hipoglikemik

Penderita gangguan hati, ginjal, hipersensitifitas terhadap paracetamol

AINS Ibuprofen

Salisilat (Asetosal atau aspirin)

Analgetik-antipiretik

Analgetik-antipiretik

Gangguan saluran cerna, eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversible

Masa perdarahan memanjang,

Tidak boleh digunakan bersaman dengan warfarin, furosemid, tiazid, beta bloker prazozin, kaptopril juga tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui

Penderita gangguan hati, protrombonemia

14

Page 15: Simulasi Kasus ISK

Pirazolon (Metampiron atau dipiron)

Analgetik-antipiretik

hepatotoksik, anoreksia, mual, ikterik, perdarahan lambung

Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia hemolisis, oedem, tremor, mual muntah, perdarahan lambung

Hati-hati pada penderita ginjal dan hati, kelainan darah serta ada riwayat hipersensitifitas dengan obat ini

e. Pilihan Obat dan Alternatif Obat yang Digunakan

1. Antibiotika

No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif1. Nama obat Kotrimoksazol Amoksisilin2. BSO (Generik, Paten,

Kekuatan)Generik : Kotrimoksazol suspensi 240mg/5 ml, tablet 480 mgPaten : Co-Trim suspensi 240mg/5 ml, tablet 480 mg

Generik : amoksisilin kapsul 250 mg, kaptab 500 mg, sirup kering 125mg/5ml, serbuk injeksi 1 g/vial.Paten : Amoksan kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 125 mg/5ml, serbuk injeksi 1 g/vial

3. BSO yang diberikan dan alasannya

Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa

Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa

4. Dosis referensi Trimetropim : 80 mgSulfametoksazol : 400 mgDiberikan 2 tablet dalam 24 jam

Amoksisilin 500 mg diberikan tiap 8 jam

5. Dosis pada kasus tersebut dan alasannya

T : 160 mg/kaliS : 800 mg/kali

500 mg/8 jam

6. Frekuensi pemberian 2 kali sehari karena waktu paruhnya 12 jam

3 kali sehari karena waktu paruhnya 8-10 jam

7. Cara pemberian dan alasannya

Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada

Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada

15

Page 16: Simulasi Kasus ISK

gangguan menelan gangguan menelan8. Saat pemberian dan

alasannyaSesudah makan Sesudah makan

9. Lama pemberian 5 hari 5 hari

b. Analgetik-Antipiretik

No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif1. Nama Obat Paracetamol Ibuprofen2. BSO (Generik, Paten,

Kekuatan)Generik : ParacetamolBSO : tablet 100mg, 500 mg, sirop 125mg/5 ml, Paten : Sanmol drops 80 mg, sirup 125 mg/ 5 ml, tablet 500 mg

Generik : IbufropenBSO : tablet 200 mg, 400 mg, 600 mgPaten : Psoris sirup 100 mg /5ml, kaptab 200 mg

3. BSO yang diberikan dan alasannya

Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa

Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa

4. Dosis referensi 500 mg/kali pemberian 200 mg/kali pemberian5. Dosis kasus tersebut

dan alasannya500 mg/kali pemberian 200 mg/kali pemberian

6. Frekuensi pemberian 3 kali sehari 3 kali sehari7. Cara pemberian dan

alasannyaPeroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan

Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan

8. Saat pemberian dan alasannya

Sebelum makan karena absorbsi lebih baik

Sebelum makan karena mengiritasi lambung

9. Lama pemberian 3 hari selama masih ada gejala

3 hari selama masih ada gejala

16

Page 17: Simulasi Kasus ISK

f. Resep yang benar dan rasional untuk kasus tersebut

a. Resep obat pilihan

dr. ISTIQAMAH KIFTIANA SARISIP.0124/08/2006

PRAKTEK UMUM

Rumah :Jl. Gatot Subroto III 10A/35 BanjarmasinTelp.(0511) 23032

Praktek :Jl A. Yani Km 7 No 14BanjarmasinTelp.(0511) 241104 Buka setiap hari kerja Pukul 19.00-22.00

Banjarmasin, 12 Agustus 2006

R/ Kotrimoksazol tab 480 mg No XX S 2.d.d tab II ac

R/ Paracetamol tab 500 mg No IX S prn 3.d.d I tab ac (febris)

Pro : Ny. AndariUmur : 25 tahunAlamat : Jl. Kayuputih No.12 Banjarmasin

17

Page 18: Simulasi Kasus ISK

b. Resep Alternatif untuk kasus tersebut

dr. ISTIQAMAH KIFTIANA SARISIP.0124/08/2006

PRAKTEK UMUM

Rumah :Jl. Gatot Subroto III 10A/35 BanjarmasinTelp.(0511) 23032

Praktek :Jl A. Yani Km 7 No 14BanjarmasinTelp.(0511) 241104 Buka setiap hari kerja Pukul 19.00-22.00

Banjarmasin, 12 Agustus 2006

R/ Amoksisilin tab 500 mg No XV S 3d.d I tab ac

R/ Ibuprofen tab 200 mg No IX S prn 3.d.d I tab pc (febris)

Pro : Ny. AndariUmur : 25 tahunAlamat : Jl. Kayuputih No. 12 Banjarmasin

18

Page 19: Simulasi Kasus ISK

Pengendalian Obat

Pada kasus ini dilakukan pengendalian obat dengan cara memperhatikan dosis,

lam pemberian dan efek samping dari obat yang diberikan. Penentuan jenis obat telah

disesuaikan dengan penderita yaitu Kotrimoksazol 2 x 2 tab atau 960 mg untuk 5 hari

sebanyak 20 tablet dan Paracetamol 3 x 500 mg (bila demam) untuk 3 hari sebanyak 9

tablet.

Kotrimoksazol dan Paracetamol dapat diberikan sebelum atau sesudah makan

tetapi dalam kasus ini diberikan sebelum makan agar absorbsinya lebih maksimal. Untuk

alternatif obat yang dipilih adalah Amoksisilin diberikan sebelum makan sebab

absorbsinya akan terganggu dengan adanya makanan sedang Ibuprofen diberikan setelah

makan untuk mengurangi efek samping obat yang mengiritasi lambung. Sedangkan lama

pemberian obat tergantung jenis obat, untuk terapi kausatif diberikan minimal 5 hari yang

disesuaikan dengan waktu paruh obat untuk mencapai kadar yang konstan dalam darah.

Penggunaan antibiotika sangat tergantung pada kepatuhan penderita untuk

menghindari terjadinya resistensi. Terapi simptomatik diberikan selam 3 hari dan bila

masih terdapat gejala. Efek samping obat dapat diminimalkan dengan

mempertimbangkan waktu pemberian obat dan mengetahui adanya kontraindikasi.

Informasi yang jelas tentang cara penggunaan obat sangat penting untuk pengendalian

obat dan jika masih didapatkan gejala setelah masa terapi maka perlu dilakukan evaluasi

terapi dengan meminta penderita kontrol ulang. Terapi non farmakologi juga penting

pada penderita ini untuk mencegah kekambuhan dengan memberikan edukasi kepada

19

Page 20: Simulasi Kasus ISK

pasien agar menjaga kebersihan pribadi, jangan suka menahan kencing dan banyak

minum agar sering berkemih serta dianjurkan untuk minum antibiotik segera setelah

berhubungan intim.

20

Page 21: Simulasi Kasus ISK

DAFTAR PUSTAKA

1. Tessy A, Arday, Siswanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Ilmu Penyakit Dalam Ed. III. FKUI. Jakarta

2. Purnomo, Basuki. B. 2000. Dasar-Dasar Urologi. CV. Sagung Seto. Jakarta

3. Hassan R, Husein Alatas. 1985. Infeksi Tractus Urinarius dalam Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta

4. Mubin, Halim. 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi. EGC. Jakarta

5. Wilmana F. 2001. Farmakologi dan Terapi. Ed. 4. FKUI. Jakarta

6. Hardjasaputra P. 2002. Data Obat di Indonesia Ed. 10. Grafidian Medipress. Jakarta

7. Winotopradjoko M dkk. 2002. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Jakarta

8. Iwan Darmansyah. 2000. Informatorium 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. DEPKES RI. Direktorat Jenderal POM

9. Mansjoer, Arif dkk. 1999. Infeksi Saluran Kemih dalam Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 1 Jilid 1. FKUI. Jakarta

21

Page 22: Simulasi Kasus ISK

Laporan Simulasi Kasus

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian

Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh

ISTIQAMAH KIFTIANA SARI

I1A097008

Pembimbing

dr. AGUNG BIWORO, M. Kes

22

Page 23: Simulasi Kasus ISK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

LABORATORIUM FARMASI

Agustus, 2006

23