SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE...
Transcript of SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE...
1
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE Analisis Cerita Dongeng dan Realitas Dalam Film Enchanted
Melalui Pendekatan Semiotika
Aslina Dewi Agustina
Abstract
Film is a set of story presented in the form of moving pictures and voices
supported by many techniques of shooting, editing, and organized script.
Nowadays, film is not only for entertainment interest, but it becomes important
media to reach social and national purposes since it brings values of life.
Enchanted is a fiction that shows some values of life by presenting the
characteristics of two different lifes; fairy tale and reality. The differences can
be studied through semiotic approach by analyzing symbolism and concept.
Symbol is a sign that reflects ideas, thoughst, feelings, things, and action.
Concept relates to perception and image whis is developing in society. The
symbols and concepts related to fairy tales and reality appear during the
process of metamorphosis Giselle and she becomes the real human. The
symbols are presented in the wardrobe, make up, gestures, and voices. Besides
the symbols are showed in some shots. The concepts are about love,
relationship, marriage, survival, happily ever afteer, crimes, emotion, and
heroism. Fairy tale and reality give choices, and people can decide.
Key words:fairy tales, reality, semiotic, symbol. Concept, metamorphosis
2
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara
yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan
skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. Film merupakan gambar
hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema.
Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film
dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur
palsu) dengan kamera, atau oleh animasi.
Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan
semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan
sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas,
film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Karena film
mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia, sehubungan dengan ilmu jiwa
sosial terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologis. Kekuatan dan
kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki
potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan dokumen kehidupan sosial
sebuah komunitas yang mewakili realitas kelompok masyarakat. Baik realitas bentuk
imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenar nya. Perkembangan film begitu cepat
dan tidak terprediksi, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang
progresif.
Enchanted merupakan salah satu karya film fiksi yang dinilai sukses
menggaet ribuan penonton penonton pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan enchanted
merupakan drama keluarga yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat,
baik tua, muda maupun kanak-kanak. Selain itu, Enchanted menawarkan konsep
yang berbeda dengan film fiksi lain. Seperti diketahui bahwa banyak sekali jenis film
fiksi yang mempertontonkan cerita fantasi, khayal atau dongeng dan ada juga film
fiksi yang mengangkat cerita realitas. Enchanted adalah film fiksi yang berusaha
menyampaikan makna-makna kehidupan manusia dengan mengangkat cerita fantasi
dongeng sekaligus realitas.
3
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Berbeda dengan film Alice and the Wonder Land atau Narnia yang membawa
realitas ke negeri dongeng, Enchanted justru membawa suatu negeri dongeng pada
kehidupan realitas manusia.
Pemaknaan sebuah film melalui pendekatan semiotika dapat dilakukan
melalui simbolisme, dimana ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan dapat
diwakili oleh simbol-simbol tertentu. Dengan demikian, simbol merupakan wadah
ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Itulah kandungan simbol. Isi itu
diintrasformasikan secara konvensional dan arbitrer ke dalam suatu wadah yang
disebut simbol tanpa ada hubungan langsung antara isi dengan wadahnya. Simbol
mampu melingkupi dan merepresentasikan keseluruhan ide, perasaan, pikiran, benda
dan tindakan. Selain simbolisme, kajian film juga dapat berupa analisis konsep yang
muncul, yakni berupa konse-konsep yang dibangun melalui karakter dan unsur-unsur
lain dalam film. Simbol dan konsep yang muncul mengenai dongeng dan realitas
dalam film Enchanted dapat dikaji melalui pendekatan semiotika, ilmu tentang tanda
dan makna.
B. Rumusan Masalah
1. Simbol dan konsep apakah yang merepresentasikan cerita dongeng dan realitas
dalam tahap metamorfosis Giselle pada film Enchanted?
2. Bagaimana model pengungkapan simbol dan konsep dalam film Enchanted?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini Bertujuan:
1. Mengetahui simbol dan konsep yang muncul sebagai representasi cerita dongeng
dan realitas pada proses metamorfosis Giselle dalam film Enchanted
2. Memahami model pengungkapan simbol dan konsep pada film Enchanted.
D. Manfaat Penelitian
Secara Teoritis :Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah
keilmuan dalam bidang Ilmu ilmu semiotika.
Secara Praktis:
4
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pembuat film, agar dapat
membuat film yang lebih kreatif, sarat makna dan sesuai dengan perkembangan
budaya.
2. Dapat digunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan dan kekurangan
film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan
film yang lebih berkualitas.
E. Definisi kata kunci
1. semiotika: Ilmu tentang tanda dan makna
2. simbol: Tanda yang mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan
3. konsep: Citra, persepsi,pikiran
4. metamorfosis: Proses perubahan sesuatu, benda atau orang yang melalui beberapa
fase/tahap
5. cerita dongeng: cerita klasik fantasi seperti Cinderella, Snow White, Sleeping
Beauty, Rapunzel, dan Beauty adn The Beast
6. realitas: Kehidupan manusia di dunia nyata
II. KAJIAN TEORI
Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu
bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna
setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3)
pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra
kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada
pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.
Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna
tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi
Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan
interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai
“objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses
penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada
mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah,
5
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat
dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).
Ikon, Index, dan Simbol
Dalam kajian semiotika, objek yang ditunjukkan oleh tanda biasa disebut
dengan petanda meskipun penyebutan ini masih harus dijelaskan lebih jauh secara
ilmiah. Dalam teori Saussure, petanda (signifie) adalah sandingan penanda
(siginifiant). Sebuah tanda, khususnya tanda kebahasaan, merupakan entitas
psikologis yang bersisi-dua atau dwimuka,terdiri dari unsur penanda (citra-bunyi)
dan petanda (konsep). Kedua elemen tanda benar-benar menyatu dan saling
tergantung. Kombinasi dari kedua unsur inilah yang kemudian menghasilkan
tanda.Jadi, tanda dalam kajian ini berbeda dengan penanda yang hanya menjadi
unsurnya. Mungkin dari sudut ini kemudian Peirce melihat bahwa tanda tidak
menunjukkan kepada sesuatu secara utuh, yakni kepada seluruh sisi dan dayanya,
tetapi hanya kepada sebagiannya. Artinya, hubungan antara tanda dan objek yang
ditunjukkan adalah hubungan yang tak sempurna. Oleh karena itu, dibutuhkan
komponen ketiga yang ia sebut faktor penafsir atau interpretant. Jadi, hubungan ini
berpotensi beda dan selalu bisa mengalami perubahan sesuai dengan faktor
penafsirnya itu. Karenanya, tanda bersifat dinamis.
Menurut teori Peirce, dalam kaitannya dengan tiga komponen itu, ada tiga
metode utama yang bisa kita tetapkan secara spesifik untuk melakukan proses
representasi, penunjukan, atau simbolisasi. Oleh karenanya, kita bisa membedakan
tanda-tanda ke dalam tiga tipe. Pertama, tanda yang menyerupai objek yang
direpresentasikan atau acuan simbolnya, seperti maket dan peta. Peirce menyebut
tanda ini dengan istilah icon, yaitu bentuk pengecilan dari objeknya atau miniatur.
Kedua, tanda yang berkaitan secara nyata dengan objek yang ditunjukkannya seperti
jarum jam dan penunjuk arah angin (weathercock). Tipe ini disebut oleh Peirce
dengan istilah index. Ketiga, tanda yang keterikatannya dengan objek petandanya
berlaku dalam pandangan umum atau tradisi (arbiter dan linear), seperti kata dan
tanda lalu lintas. Tipe ketiga ini disebut oleh Peirce dengan istilah simbol.
6
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Ikon adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan
objek yang digambarkan. Tanda visual seperti fotografi adalah ikon, karena tanda
yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek. Sebuah foto kucing
adalah ikon dari objek yang bernama kucing, karena foto kucing tersebut berusaha
menyamakan dengan objek yang diacunya. Karena bentuknya yang sama/mirip
dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara melihatnya. Indeks adalah hubungan
langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan. Indeks,
merupakan tanda yang hubungan eksisitensialnya langsung dengan objeknya.
Runtuhnya rumah-rumah adalah indeks dari gempa. Terendamnya bangunan adalah
indeks dari banjir. Sebuah ideks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti
halnya dalam ikon, tetapi juga perlu dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut.
Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan
konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu
persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Lampu lalu
lintas adalah simbol, warna merah berhenti, hujau berarti jalan, palang merah adalah
simbol yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaraan melalui konvensi atau
aturan dalam kebudayaan yang telah disepakati. Katagori-katagori tersebut tidaklah
terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari berbagai tipe tanda. Jadi
titik tekan semiotika Pierce pada semiotika visual. Berbeda dengan Sausure yang
menitik beratkan pada semiotika linguistik.
Representasi dan interpretasi simbol dapat bersifat denotatif dan konotatif.
Pengertian denotasi dan konotasi di sini adalah suatu deretan interpretasi simbol
secara bertingkat. Dengan kata lain, denotasi merupakan dasar interpretasi pada
konotasi, sedangkan konotasi adalah interpretasi baru berdasarkan atau setelah
denotasi. Dalam teori yang dikemukakan oleh Umberto Eco, semiotik konotatif
terjadi apabila terdapat suatu semiotik yang ungkapannya meliputi semiotik lain.
Misalnya, jika seseorang bertanya “Apakah kamu mencintai saya?” maka orang yang
ditanya akan menjawab “ya, saya mencintai kamu”. Akan tetapi jika kalimat yang
sama digunakan untuk menegur seorang kekasih karena terlambat datang, maka
jawabannya akan berbeda atau bahkan mungkin sang kekasih hanya diam saja.
Simbol yang pertama disebut makna atau interpretasi denotatif karena benar-benar
7
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
menanyakan perasaan cinta, sedangkan yang kedua disebut makna atau interpretasi
konotatif yaitu yang timbul berdasarkan simbol pertama (denotasi).
Dengan adanya keterbukaan interpretasi terhadap suatu simbol, maka makna
simbol itu akan terbuka dan akan bisa berkembang secara dinamis. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa beberapa interpretasi baik konotatif maupun denotatif, bisa
muncul dari satu simbol. Kemungkinan lain adalah bahwa interpretasi denotatif bisa
hilang dari pemakaian simbol dan yang tetap bertahan adalah interpretasi konotatif.
Simbol mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan. Dengan
demikian, simbol merupakan wadah ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan.
Itulah kandungan simbol. Isi itu diintrasformasikan secara konvensional dan arbitrer
ke dalam suatu wadah yang disebut simbol tanpa ada hubungan langsung antara isi
dengan wadahnya. Simbol mampu melingkupi dan merepresentasikan keseluruhan
ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Proses penyimbolan itu disebut
simbolisme.
Analisis Semiotika Film
Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara
yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan
skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. Film merupakan gambar
hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema.
Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film
dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur
palsu) dengan kamera, atau oleh animasi.
Tokoh yang paling dikenal sebagai Cine-Semiology adalah Christian Metz.
Christian Meltz merupakan tokoh di bidang Semiotik Sinema di mana ia
memunculkan beberapa bahasan mengenai pola pengambilan gambar dan makna di
balik pengambilan gambar tersebut. Ia mengungkapkan bahwa film/sinema bukan
suatu sistem bahasa tetapi itu adalah suatu bahasa (suatu tanda yang termotivasi) .
Bidikan kamera/sinematik adalah seperti kata dalam kalimat . Jadi bidikan kamera
itu bila diurutkan menjadi satu akan sama seperti kata-kata yang disusun hingga
8
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
menjadi suatu kalimat. Ia banyak menjelaskan mengenai shot (take gambar) untuk
film. Shot bersifat tanpa batas dalam hal jumlah . Satu shot banyak sekali memberi
informasi. Shot itu adalah satu unit yang merupakan penyajian terhadap suatu makna
(actualized).
Menurut ahli semiotik strukturalis Jacobson, bahasa itu memiliki enam
macam fungsi (sudaryanto, 1990:12), yaitu : fungsi referensial (pengacu pesan),
fungsi emotif (pengungkap keadaan pembicara), fungsi konotatif (pengungkap
keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang
penyimak), fungsi metalingual (penerangan terhadap sandi atau kode yang
digunakan), fungsi fatis (pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak
antara pembicara dan penyimak), dan fungsi puitis (penyandi pesan). Jacobson yakin
bahwa fungsi utama dari suara dalam bahasa adalah untuk memungkinkan manusia
membedakan unit-unit sistematis, unit-unit yang bermakna, dan ini yang dilakukan
dengan mengetahui ciri-ciri pembeda (distinctive feature) dari suatu suara yang
memisahkan ciri-ciri suara yang lain. Fungsi bahasa yang berbeda tersebut,
merupakan faktor-faktor pembentuk dalam setiap jenis komunikasi verbal. Addresser
(pengirim) mengirimkan suatu message (pesan) kepada seorang adresse (yang
dikirimi). Agar operative, pesan tersebut memerlukan context (konteks) sehingga
mudah dipahami oleh yang dikirimkan dan dapat diverbalisasikan.
Berangkat dari teori dasar inilah kemudian Metz mengembangkan metode
analisis film dengan menggunakan teori strukturalis. Analisis film melalui
pendekatan semiotik menurut Metz dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya
jenis pengambilan gambar, tipe pengambilan gambar, suara, dan narasi.
III. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
semiotika, yakni ilmu mengenai tanda dan makna. Penelitian ini menganalisis dan
menggambarkan simbol dan konsep yang muncul dan memberi makna tentang dua
kehidupan yang berbeda yakni dongeng dan realitas.
Subjek dalam penelitian ini adalah film berjudul Enchanted, sebuah film
produksi Walt Desney pada tahun 2007. Kajian Simbol dan konsep akan terfokus
9
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
pada tokoh Giselle dan juga beberapa tokoh pendukung lainnya yang dapat
memperkuat data dan analisis.
Simbol merupakan tanda yang mewakili ide, perasaan benda dan tindakan.
Sementara konsep merupakan pikiran, persepsi dan pencitraan yang muncul di
masyarakat. Analisis simbol dan konsep ini dilakukan pada fase metamorfosis
Giselle, yakni fase perubahan seorang tokoh dari negeri dongeng yang berubah
menjadi manusia dan hidup dalam realitas. Analisis data akan dibagi menjadi tahap-
tahap yang sesuai dengan tahap perubahan Giselle, yakni fase cerita dongeng, fase
antara dongeng dan realitas, dan fase realitas.
IV. SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE
Berikut ini merupakan analisis terhadap simbol dan konsep berkenaan dengan
representasi cerita dongeng dan realitas. Analisis simbol dan konsep ini terdapat
dalam beberapa fase proses metamorfosis Giselle atau fase perubahan Giselle dari
10
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
tokoh cerita dongeng menjadi manusia utuh dalam kehidupan realitas. Fase tersebut
meliputi: 1. fase cerita dongeng, dimana Giselle hidup sebagai tokoh cerita dongeng.
Dalam fase ini simbol dan konsep yang muncul adalah simbol-simbol dan konsep-
konsep cerita dongeng. 2. Fase antara cerita dongeng dan realitas, dimana Giselle
hidup diantara dua simbol dan konsep yang berbeda, yakni cerita dongeng dan
realitas, sehingga simbol dan konsep dua kehidupan tersebut dibandingkan dan lebih
terlihat perbedaannya. 3. Fase realitas, dimana Giselle telah berubah menjadi
manusia dengan simbol dan konsep yang dimunculkannya adalah kehidupan realitas.
FASE I; GISELLE DALAM CERITA DONGENG
Pada 10 menit pertama film Enchanted, kita dibawa pada sebuah negeri
dongeng dengan segala nuansa dan karakteristik cerita dongeng pada umumnya.
Penonton seolah dibawa dan diingatkan pada kisah cerita dongeng Cinderella, Snow
White, Rapunzel dan cerita dongeng lainnya yang memiliki karakteristik yang sama
dalam hal jalan cerita, penokohan, dan konsep-konsep lain yang menjadi ciri khas
cerita dongeng.
Secara umum, topik yang diangkat
dalam cerita dongeng berkisar tentang
kehidupan manusia biasa yang mendapat
masalah tapi menemukan pertolongan oleh
keajaiban yang terjadi dalam hidupnya.
Keajaiban yang terjadi bukanlah oleh
mukjizat Tuhan melainkan oleh intervensi
dari peri, liliput, dan penyihir.
Tokoh-tokoh yang menjadi karakter
utama, protagonis, dalam kumpulan cerita dongeng kebanyakan adalah masyarakat
petani atau pedagang. Dalam beberapa cerita, ada pula tokoh yang berasal dari
keluarga kerajaan, tetapi jumlahnya tidak banyak. Ini sepertinya mencerminkan pola
pikir masyarakat yang berpihak pada kaum pekerja yang senantiasa menghadapi
masalah dalam hidup mereka dibandingkan kaum berkuasa dan berpunya. Meskipun
begitu, ada pula karakter dari latar belakang keluarga kerajaan yang tertimpa masalah
Gb. 1. Giselle sebagai tokoh dongeng
11
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
seperti Puteri Tidur dan Putri Salju. Sedang tokoh antagonis biasa diperankan oleh
wanita penyihir, ibu tiri, dan wanita licik, jarang sekali ada tokoh pria yang jahat.
Tema cerita dalam kumpulan dongeng berputar sepanjang pertarungan antara
orang baik dan orang jahat. Orang baik biasanya digambarkan sebagai orang yang
lemah, dari segi kekuatan, dan hidup sederhana. Sayangnya, kehidupan mereka yang
biasa-biasa saja sering diganggu oleh masalah. Orang jahat yang mengganggu
mereka adalah orang-orang yang iri atau ingin mencuri harta milik mereka. Mereka
cemburu lantaran orang lemah ini masih memiliki sesuatu yang tidak ada pada diri
mereka. Ratu iri pada Putri Salju karena kecantikan miliknya. Sedang saudara tiri
Cinderella cemburu pada kecantikannya yang melebihi diri mereka.
Untungnya, tokoh baik dalam cerita mendapat bantuan dari pihak-pihak non
manusia seperti peri, hewan, kurcaci, penyihir baik hati, atau, yang paling sering,
ksatria tampan nan perkasa. Lewat pertolongan tokoh baik hati inilah mereka yang
tertimpa masalah bisa menemukan jalan keluar dan menjadi pemenang.
Tidak berbeda dengan gambaran cerita dongeng di atas, Enchanted juga
mengetengahkan karakteristik, penokohan, dan tema sebuah cerita dongeng pada
awal penyajiannya. Dan ini merupakan fase awal metamorfosis tokoh Giselle sebagai
pemeran utama wanita pada film ini. Simbol-simbol yang muncul pada setiap tokoh
dan adegannya merupakan representasi karakteristik cerita dongeng.
12
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Seperti cerita dongeng lainnya, film diawali oleh pembacaan narasi oleh
seorang narator yang menceritakan garis besar cerita fase awal ini dan juga
memperkenalkan tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya. Tokoh-tokoh yang muncul
pada fase awal ini diantaranya adalah Giselle, Ratu Narissa yang jahat, Pangeran
Edward yang tampan ,Nathaniel si pengawal gendut, dan beberapa binatang yang
dapat berbicara atau berkomunikasi. Giselle adalah seorang gadis sebatang kara yang
hidup di sebuah rumah pohon dan hanya ditemani oleh binatang-binatang yang dapat
berbicara. Seperti laiknya cerita dongeng, ia adalah gadis yang mendambakan
seorang pangeran tampan yang kelak akan menikahinya. Harapannya ini
direpresentasikan melalui lagu tentang cinta sejati dan true love kiss , bernyanyi
dengan binatang-binatang sambil mengukir sebuah patung pangeran.
Seketika munculah tokoh Pangeran Edward dengan kuda putihnya tatkala
mendengar senandung Giselle. Mereka pun bertemu dan langsung saling jatuh cinta
bahkan langsung memutuskan untuk menikah. Hanya dari satu peristiwa yakni jatuh
dari pohon, kita bisa melihat
konsep percintaan yang
singkat dalam negeri
dongeng sekaligus menjadi
penutup fase pertama ini,
dimana sang gadis telah
menemukan cinta sejatinya.
Representasi lain
yang nampak pada fase
pertama ini diantaranya, gaun pengantin Giselle yang dibuat oleh para binatang,
istana kerajaan yang megah, dan kereta kencana yang dinaiki Giselle ketika menuju
istana. Selain itu tokoh Ratu Narissa yang jahat dan berpakaian hitam dan berwajah
kejam dengan make up serba hitam yang kemudian berubah wujud menjadi nenek
sihir. Motiv kejahatannya pun adalah perebutan harta kerajaan dan modus
kejahatannya berupa sumur ajaib, dimana Giselle disingkirkan dengan cara dilempar
pada sumur tersebut. Dan ini menjadi batas fase pertama Giselle, yakni fase dimana
Giselle adalah karakter cerita dongeng dan hidup dalam negeri dongeng sepenuhnya.
Gb. 2 Giselle bertemu Edward langsung jatuh cinta
13
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
FASE II
GISELLE: ANTARA DONGENG DAN
REALITAS
Fase ini diawali ketika Giselle
mendapati dirinya telah berubah
wujud/fisik menjadi manusia dan terdampar
di negeri asing, yang tiada lain adalah dunia
manusia atau realitas. Sang sutradara
memperlihatkan Bank Amerika untuk
menunjukan bahwa dunia realitas yang
dimaksud adalah kota New York, AS.
Dalam kehidupannya pada fase inilah ia
bertemu dengan karakter manusia yakni Robert, seorang duda beranak satu yang
berprofesi sebagai pengacara; Morgan, seorang anak berusia 7 tahun yang
mnyenangi cerita-cerita dongeng; Nancy, tunangan Robert, dan beberapa pemeran
pendukung lainnya yang merepresentasikan karakter manusia dan realitas.
Fase ini berlangsung selama 60 menit atau sekitar 60% dari durasi
keseluruhan. Hal ini berarti bahwa fase inilah yang paling mendominasi dan
menentukan jalan cerita keseluruhan, yakni fase dimana tokoh Giselle menapaki
dirinya sebagai seorang tokoh dongeng yang berangsur berubah seiring dengan
banyak hal yang ia temukan dan ia pelajari di dunia manusia atau realitas, sampai
membawa dirinya benar-benar berubah menjadi manusia.
Analisis pada fase ini lebih kepada membandingkan simbol-simbol dan
konsep-konsep yang muncul dan dibangun diantara dua kehidupan berbeda, yakni
dongeng dan realitas. Penulis mengkaji tokoh Giselle sebagai representasi cerita
dongeng dan membandingkannya dengan simbol-simbol dan konsep-konsep yang
ditampilkan oleh karakter lain sebagai manusia dalam realitas.
Gb.3. Giselle berubah fisik
14
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Busana dan Make up Giselle
Simbol yang paling menonjol yang merepresentasikan tokoh Giselle sebagai
gadis cantik dari negeri dongeng adalah cara ia berpakaian dan berdandan.
Kemunculan pertamanya menarik perhatian banyak orang karena gaun pengantin dan
tampilan Giselle yang tampak konvensional dan
tidak sesuai dengan model gaun pengantin tahun
2007 di kota New York. Selain itu, selama fase
ini, Giselle tetap menampilkan gaun khas negeri
dongengnya yang ia buat dari kain gorden dan
karpet dengan model dan warna layaknya
seorang puteri negeri dongeng. Tatanan rambut
Giselle pada fase ini adalah model rambut cukup
panjang, ikal, dan dihiasi pita-pita berwarna,
yang tentu saja tidak mencerminkan model
tatanan rambut lurus yang sedang trend di kota
New York pada saat itu.
Suara dan Gerak-gerik Giselle
Pada menit-menit awal kehidupan Giselle di dunia realitas, karakternya masih
kental dengan cerita dongeng. Suara Giselle yang mendayu-dayu ketika berbicara
dengan Robert dan cara Giselle menggeliat ketika bangun pagi masih menunjukan
seorang tokoh cerita dongeng. Begitu pun kebiasaan Giselle yang mengungkapkan
segala hal melalui lagu juga tetap ia lakukan. Misalnya ketika ia hendak
membereskan rumah, ia memanggil binatang-binatang dengan suaranya yang khas
untuk membantunya. Ia pun bernyanyi sambil membereskan rumah. Pun halnya
ketika ia ingin mengungkapkan harapan-harapannya; seperti dalam cerita dongeng,
harapan diungkapkan melalui lagu dan menyanyi di atas balkon. Selain itu, satu lagu
yang Giselle nyanyikan pada fase ini yang menjadi soundtrack utama flm ini
sekaligus menunjukan bahwa dalam cerita dongeng ungkapan perasaan dan cinta
lebih banyak diungkapkan melalui lagu.
Gb.4 Melalui lagu Giselle mengungkapkan perasaan
15
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Karakter Binatang
Seperti dikemukakan di atas bahwa cerita dongeng umumnya melibatkan
tokoh binatang yang bergaul dengan tokoh manusia dan bisa berbicara. Binatang-
binatang itu hidup berdampingan tanpa mempertimbangkan hukum alam tentang
rantai makanan; ada pemangsa ada yang dimangsa. Itulah yang juga ditunjukan
dalam fase kesatu metamorfosis Giselle. Namun bagaimana kini ketika Giselle telah
memasuki dunia realitas?
Seekor Chipmunk dari negeri dongeng bernama Pip yang menyususl Giselle
ke dunia realitas tiba-tiba mendapati dirinya tidak bisa berbicara. Begitu pula Ketika
Giselle memanggil teman-teman binatangnya dari atas balkon, binatang-binatang pun
berdatangan, tapi kali ini berbeda. Mereka adalah binatang yang tak dikenalnya,
binatang yang hidup pada dunia realitas dan binatang yang tidak bisa berbicara.
Binatang-binatang itu tampak akur pada saat membantu Giselle, tapi diakhir adegan
membersihkan rumah, hukum rantai makanan mulai berlaku, dimana seekor burung
akhirnya memakan seekor kecoa.
Identitas Giselle
Dalam cerita dongeng, ketika seorang tokoh bertemu bertemu dengan tokoh
lainnya, menanyakan kartu identitas bukanlah sesuatu yang penting dan memang
tidak ada kartu identitas dalam sistem kehidupan dunia dongeng. Berbeda ketika
Giselle kini berhadapan dengan manusia di dunia realitas. Langkah pertama Robert
ketika hendak menolong dan memulangkan Giselle ke tempat asalnya adalah dengan
mencari identitas Giselle, baik berupa KTP, SIM, maupun passport. Ini menjadi salah
satu simbol perbedaan antara dongeng dan realitas. Kartu identitas merupakan hal
yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan realitas
16
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Cinta yang membutuhkan proses
Pada fase kesatu, dimana Giselle hidup sebagai tokoh cerita dongeng, ia
bertemu dengan sang Pangeran, Edward, melalui lagu duet dan kemudian mereka
langsung jatuh cinta sesaat setelah Edward menangkap Giselle yang terjatuh dari
pohon. Dalam cerita dongeng, cinta tampak sesuatu
yang instant dan sederhana. Namun hal itu tidak
terjadi pada dunia realitas, dimana cinta adalah
sesuatu yang tidak mudah dirasakan karena
membutuhkan proses dan terkadang rumit. Hal ini
ditunjukan ketika Robert menangkap Giselle ketika
jatuh dari atas toko sebagai awal pertemuannya.
Namun lantas mereka tidak langsung jatuh cinta.
Begitu pula ketika mereka jatuh bersama-sama di
kamar mandi, perasaan cinta itu tetap belum ada. Adegan ini dapat merupakan
simbol bahwa cinta memang membutuhkan proses. Cinta dalam dunia realitas
memanglah sesuatu yang rumit. Pertengkaran antara Robert dan Nancy dan rentang
pacaran antara Robert dan Nancy yang sudah berjalan selama 5 tahun merupakan hal
yang aneh bagi Giselle yang tidak mengenal konsep kencan dan akan menikahi
Edward yang baru dikenalinya selama 1 hari.
Perkawinan, Perceraian vs ‘Happily ever after’
Konsep perkawinan dan perceraian dalam dunia realitas pertamakali
ditunjukan oleh profesi Robert sebagai seorang pengacara yang sedang mengurus
perceraian sepasang suami istri. Selain itu, tokoh Robert sendiri adalah seorang duda
yang ditinggalkan oleh istrinya. Hal ini menunjukan demikianlah dalam dunia
realitas. Ada perkawinan namun juga ada perceraian. Berbeda dengan cerita dongeng
yang tidak mengenal konsep perceraian, perpisahan, perselingkuhan, bahkan
perselisiahan antara pasangan. Hal , ini ditunjukan oleh Giselle ketika ia menangis di
kantor Robert tatkala mengetahui ada sepasang suami istri yang hendak bercerai,
karena yang tertanam dalam diri Giselle sebagai karakter dongeng adalah konsep
‘happily ever after’. Satu lagi hal berbeda dan berat yang dihadapi Giselle dalam
Gb.5 Giselle dan Robert tidak langsung jatuh cinta
17
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
proses metamorfosis ini. Namun Giselle banyak belajar, terutama dari Robert.
Percakapan antara Robert dan Giselle di restoran menunjukan suatu proses
perubahan Giselle tentang konsep ‘happily ever after’.
Tokoh dan Profesi
Profesi atau bidang pekerjaan dalam cerita dongeng meliputi profesi sebagai
petani, pedagang, tukang kayu
bahkan kadang tidak pernah
disinggung masalah pekerjaan.
Seperti kita ketahui dalam dunia
realitas, terdapat ratusan bahkan
ribuan profesi yang bisa digeluti.
Bahkan film-film yang
mengetengahkan realitas pun
banyak mengangkat masalah profesi, atau paling tidak, tokoh yang melakoni film itu
dilatarbelakangi oleh bidang pekerjaan tertentu. Perbedaan Ini merupakan hal yang
ditunjukan dalam Enchanted. Terlihat ketika Pangeran Edward memanggil para
pekerja perbaikan jalan dengan sebutan ‘petani’. Pada fase ini ditunjukan berbagai
profesi atau bidang pekerjaan manusia yang tidak terdapat dalam cerita dongeng,
diantaranya pengacara, petugas perbaikan jalan, sopir, resepsionis, desainer, penjaga
toko, pekerja salon, pengemis, pelayan restoran, dan koki. Dimunculkannya berbagai
manusia dan pekerjaannya ini juga sebagai simbol bahwa untuk dapat bertahan hidup
dalam realitas itu butuh usaha dan perjuangan.
Ibu tiri; baik atau jahat?
Jika kita bertanya pada anak kecil mengenai ibu tiri, pasti ia akan menjawab
bahwa ibu tiri itu jahat, tidak sayang, dan suka menyiksa. Atau tanya saja setelah
bercerai atau ibunya meninggal apakah ayahnya boleh menikah lagi atau tidak.
Hampir dapat dipastikan jawabannya adalah ‘tidak’. Hal ini karena sosok ibu tiri
terutama bagi anak kecil adalah sosok yang jahat, tidak menyenangkan, dan tidak
diinginkan. Mungkin terbentuknya pemikiran seperti tadi karena konsep ibu tiri jahat
banyak disuguhkan dalam cerita dongeng yang notabene banyak dinikmati oleh
Gb. 6 Para petugas yang dipanggil “petani”
18
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
anak-anak. Cinderella misalnya yang menjadikan ibu tiri jahat sebagai sumber
penderitaan dan masalah. Memang benar bahwa sosok ibu tiri dalam cerita dongeng
adalah sosok yang kejam, dengan mata yang melotot, suka menyiksa, dan hanya
membawa penderitaan. Sama halnya dengan tokoh Narissa yang merupakan ibu tiri
pangeran Edward yang menjadi tokoh antagonis utama dalam film ini, namun
Narissa tetaplah tokoh cerita dongeng, karena ibu tiri dalam realitas tentu tidak
seperti yang disimbolkan oleh Narissa atau tokoh ibu tiri dalam cerita dongeng
lainnya.
Inilah kenapa Morgan begitu enggan menerima Nancy, tunangan ayahnya.
Morgan diceritakan sebagai seorang anak penikmat cerita dongeng yang paham betul
mengenai ibu tiri yang jahat. Hal ini ditunjukan dalam ujaran Morgan “You mean,
step mother” yang memberikan tekanan pada kata step mother. Padahal tentu saja
kehadiran Nancy atau ibu tiri dalam realitas tidak selalu seperti dalam cerita
dongeng. Nancy sendiri sebagai calon ibu tiri Morgan bukanlah karakter jahat atau
antagonis. Nancy merepresentasikan konsep ibu tiri dalam dunia realitas.
FASE III; GISELLE DALAM REALITAS
Akhir dari cerita film ini adalah mengubah sosok Giselle yang pada awalnya
adalah karakter cerita dongeng, berubah menjadi manusia seutuhnya dan
memutuskan hidup di dunia realitas dengan menikah dengan Robert. Fase ketiga ini
merupakan fase terakhir dimana Giselle sudah dapat diklaim sebagai manusia utuh.
Analisis pada fase ini mengetengahkan simbol-simbol yang merepresentasikan
perubahan Giselle serta konsep dongeng dan realitas yang muncul pada fase terakhir
ini.
‘Marah’ bentuk emosi manusia
Fase ini diawalai oleh suatu pertengkaran dan argumen antara Giselle dan
Robert yang mempertentangkan konsep harapan dan kenyataan. Giselle dengan
keyakinan tentang ending yang bahagia dari suatu kisah cinta tetap yakin bahwa
Pangeran pujaannya Edward akan datang dan menjemputnya. Sementara Robert,
19
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
sosok manusia yang pernah merasakan pahitnya kenyataan cinta dengan ditinggalkan
istrinya mencoba meyakinkan Giselle bahwa Edward mungkin tidak akan datang dan
kisah cinta itu tak harus berakhir bahagia. Lagi-lagi ‘happily ever after’
dipertentangkan. Dalam adegan pertengkaran inilah kemudian ditunjukan perubahan
pada Giselle yakni ketika ia harus ‘marah’ terhadap robert. ‘Marah’ adalah hal yang
hampir pasti tidak ada dan tidak pernah dirasakan oleh tokoh protagonis cerita
dongeng. Begitupun Giselle. Namun adalah hal yang aneh ketika ia merasakan hal
luar biasa dari perasaan ‘marah’ itu. Inilah yang menunjukan batas dan titik awal
Giselle memasuki fase ketiga, yakni fase dimana ia mulai berubah menjadi manusia.
Peristiwa argumen malam itulah yang menunjukan kepada penonton bahwa telah
terjadi perubahan (meski belum sepenuhnya) pada diri Giselle dan perasaannya
terhadap Robert ketika Giselle menyentuh
dada Robert dengan penuh kebimbangan.
Suatu hal yang hampir tidak mungkin
terjadi dalam dunia dongeng dimana cinta
dan perasaan bisa berubah arah.
Kebingungan Giselle tentang hal ini lebih
menunjukan tahap dimana ia sudah mulai
terpengaruh oleh dunia nyata dan sudah
mulai akan berubah.
Giselle masih tetap berpenampilan layaknya sang puteri dongeng, namun
perubahan-perubahan Giselle direpresentasikan dalam hal lain. Diantaranya, nada
bicara Giselle yang sudah tidak terlalu mendayu-dayu seperti lagu, gerak-gerik dan
posisi tangan Giselle yang sudah tidak lagi seperti penari, serta konsep-konsep
realitas yang mulai ingin diwujudkan oleh Giselle. Ketika Edward datang dengan
penampilan dan gaya bak seorang Pangeran dari negeri dongeng dengan adegan
merangkul dan langsung menyanyi, Giselle sudah tidak bisa lagi meneruskan lagu
duetnya. Hal ini menunjukan Giselle, bahkan tanpa ia sadari sedang
bermetamorfosis. Selain itu, Giselle meminta Edward untuk melakukan kencan yang
notabene menjadi konsep pacaran di dunia realitas. Suatu keinginan yang hanya
dilakukan oleh manusia dalam dunia realitas, dan tidak pernah ada pada cerita
dongeng.
Gb. 7 Giselle, antara Edward dan robert
20
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Cinta yang problematis
Perasaan berat dan agak sedih ditunjukan oleh Giselle, pun demikian halnya
Robert, ketika mereka harus berpisah. Adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi
dalam cerita dongeng dimana tokoh sang puteri menduakan perasaanya. Hal ini lebih
menunjukan bahwa perasaan Giselle nyata berubah. Perubahan lainnya ditunjukan
ketika Giselle atas bantuan Morgan, merubah penampilannya dengan berbelanja ke
toko baju dan ke salon dengan menggunakan kartu kredit, bukan atas bantuan ibu
peri.
Kesempurnaan metamorfosis Giselle yang berubah dari tokoh cerita dongeng
menjadi manusia biasa adalah dengan ditunjukannya perubahan penampilan Giselle
yang dramatis. Mulai dari busana, make up, tatanan
rambut yang merepresentasikan model wanita di kota
New York pada tahun 2007. Untuk menonjolkan
perubahan ini, sutradara sengaja memilih setting acara
pesta dansa kerajaan, dimana orang-orang pada saat
itu (pada saat acara pesta dansa) justru memakai
pakaian pesta bak dalam cerita dongeng. Berbeda
dengan Giselle dengan penampilan barunya yang
secara tidak langsung mendeklamasikan bahwa
dirinya kini telah berubah menjadi manusia.
Perubahan yang terjadi juga ditunjukan oleh
aspek verbal dimana Giselle menjadi sulit dan ragu
memperkenalkan edward dengan sebutan my prince. Sementara Edward sendiri
dengan bangga memperkenalkan Giselle dengan sebutan my bride. Dua frase yang
hanya lazim dipakai dalam cerita dongeng, karena dalam dunia realitas nama
panggilan untuk pasangan adalah kekasihku, pacarku, tunanganku, istriku, dan
sebagainya.
Berbeda dengan cerita dongeng dimana suatu perasaan cinta kepada
seseorang selalu diungkapkan dengan kata-kata secara langsung ataupun melalui
senandung lagu, dalam realitas perasaan cinta kadang tak perlu diungkapkan melalui
cara-cara tersebut. Hal ini dikarenakan cinta dalam realitas lebih rumit, problematis
dan tak selalu sesuai dengan harapan, sehingga kadang tak bisa diungkapkan karena
Gb. 8. Giselle, manusia utuh
21
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
tak mungkin dicapai. Inilah yang ditunjukan oleh Giselle ketika ia berdansa dengan
Robert diiringi musik dan lagu Waltz. Giselle yang kini sudah bermetamorfosis
menjadi manusia, harus merasakan cinta yang rumit, tak terungkapkan dan tampak
tidak mungkin memiliki Robert. Adegan dansa dengan musik dan lagu waltz
membawa penonton pada perasaan Giselle tentang cinta yang dilematis dalam
kehidupan realitas.
Perasaan Giselle yang berkecamuk membawa Giselle pada keputusasaan dan
frustasi. Satu lagi perasaan yang hanya ada pada dunia realitas dimana manusia bisa
melakukan apa saja, bahkan diluar nalar, ketika ia sedang mengalami keputusasaan.
Inilah kemudian yang dilakukan Giselle, ia memutuskan untuk menggigit buah Apel
yang disodorkan oleh Narissa dalam wujud Nenek Sihir, dengan harapan ia bisa
melupakan segalanya termasuk perasaan cintanya terhadap Robert. Perasaan
frustasilah yang membuat Giselle jatuh pingsan, sementara modus buah Apel
semata-mata menunjukan bahwa karakter Narissa adalah tetap sosok dari negeri
Dongeng yang tidak mengalami perubahan. Begitupula solusi ‘true love kiss’ yang
menunjukan karakter Pangeran Edward yang tetap sebagai sosok negeri dongeng
yang juga sama sekali tidak mengalami perubahan. Sementara ‘true love kiss’ yang
ternyata berhasil dilakukan oleh Robert lebih menunjukan bahwa Robertlah yang
merupakan cinta sejati Giselle dan tidak perlu cinta sejati itu adalah seorang
pangeran.
Gb. 9. Giselle yang bermetamorfosis
22
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
Dalam cerita dongeng tokoh heroic atau sang penyelamat adalah selalu
pangeran atau sosok pria. Sang pangeran dengan pedang dan kudanya datang
menyelamatkan gadis pujaannya sebagai akhir cerita. Hal ini karena cerita dongeng
tidak mereprentasikan konsep-konsep feminisme dan isu kesetaraan gender. Berbeda
dengan kehidupan realitas masa kini yang sudah mengalami perubahan dan
perkembangan terkait masalah feminisme dan kesetaraan gender, dimana telah
banyak hal yang biasa dilakukan oleh kaum pria, juga dapat dilakukan oleh kaum
perempuan. Adalah suatu simbol yang jelas bahwa Giselle telah berubah menjadi
manusia ketika ia memutuskan untuk mengambil pedang yang tertancap di lantai dan
menyelamatkan Robert yang diculik oleh monster Narissa. Seketika itu pula ia
meninggalkan sepatu kacanya, sebagai simbol bahwa ia memang meninggalkan
cerita dongeng dan ia tidak akan kembali demi sepatu kaca itu, dan bukan sepatu
kaca itu yang menentukan kelangsungan hidupnya, tetapi aksi penyelamatannya
terhadap Robert. Ia yang datang menjemput cintanya, bukan sang pangeran yang
mencarinya. Karena kini ia telah menjadi manusia dan hidup dalam realitas.
PILIHAN HIDUP: DONGENG ATAU REALITAS?
Enchanted adalah suatu film yang menunjukan dua dunia yang berbeda,
yakni dunia dongeng dan dunia nyata (realitas). Film ini mencoba memberikan
gambaran aspek-aspek kehidupan yang nyata berbeda diantara keduanya. Dan
manusia bebas memilih ia mau hidup dalam dunia yang mana; dongeng atau realitas.
Giselle yang telah sampai pada fase terakhir metamorfosisnya memilih hidup di
dunia realitas, dunia yang memiliki konsep-konsep yang berbeda dengan cerita
dongeng. Pertemuan dan kisah cintanya dengan Robert adalah sesuatu yang
ditempuh dengan proses yang panjang dan penuh pengorbanan. Dan bukan hal yang
mudah untuk kedepannya bahwa ia memutuskan menikah dengan seorang duda
(Robert) dan membangun rumah tangga yang tentu akan penuh liku untuk mencapai
‘happily ever after’.
Namun pilihan bisa berbeda. Manusia bebas memilih jalan hidupnya. Hal ini
ditunjukan oleh Nancy, tunangan Robert terdahulu yang kemudian memutuskan
23
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
untuk ikut bersama Edward ke negeri dongeng. Nancy pun menikah dengan Edward
dan hidup di negeri dongeng; suatu negeri yang sangat berbeda yang akan ia hadapi,
negeri yang ia yakini penuh dengan romantisme, kedamaian, cinta sejati dan bebas
dari perselingkuhan. Nancy sepertinya tak lagi membutuhkan hal-hal yang
diperlukan pada dunia realitas. Hal ini ditunjukan ketika Nancy
melempar/membuang handpone-nya, sebagai sesuatu yang tidak ia butuhkan untuk
mencapai ‘happily ever after’.
V. KESIMPULAN
Terdapat perbedaan karakteristik diantara dua kehidupan cerita dongeng dan
realitas. Perbedaan tersebut dapat dikaji melalui analisis simbol dan makna yang
muncul pada cerita dongeng dan realitas. Simbol merupakan tanda yang mewakili
ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan, dan konsep merupakan suatu persepsi,
dan pencitraan yang muncul dan berkembang di masyarakat. Simbol dan konsep
mengenai cerita dongeng dan realitas ini muncul pada proses metamorfosis tokoh
Giselle, yakni proses perubahan Giselle dari tokoh cerita dongeng menjadi manusia
utuh yang akhirnya hidup dalam realitas. Simbol yang muncul adalah melalui gaya
busana, make up, gerak-gerik, dan nada suara Giselle. Simbol juga muncul melalui
sikap yang ditunjukan dalam beberapa pengambilan gambar. Sementara itu, konsep
yang ditemukan adalah berupa suatu persepsi tentang percintaan, perkawinan,
happily ever after, kejahatan, emosi, dan heroisme. Cerita dongeng dan realitas
menawarkan bentuk kehidupan berbeda dan siapapun berhak menentukan pilihan;
hidup dalam negeri dongeng atau realitas.
24
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Chandler, daniel. 2000. Introduction to semantics. Routledge: Routledge outline
de Saussure, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Penerj. Rahayu Surtiati Hidayat (Edisi kritis
Tulio de Mauro,1973).
Eco, Umberto. 1976. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.