SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE...

24
1 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE Analisis Cerita Dongeng dan Realitas Dalam Film Enchanted Melalui Pendekatan Semiotika Aslina Dewi Agustina Abstract Film is a set of story presented in the form of moving pictures and voices supported by many techniques of shooting, editing, and organized script. Nowadays, film is not only for entertainment interest, but it becomes important media to reach social and national purposes since it brings values of life. Enchanted is a fiction that shows some values of life by presenting the characteristics of two different lifes; fairy tale and reality. The differences can be studied through semiotic approach by analyzing symbolism and concept. Symbol is a sign that reflects ideas, thoughst, feelings, things, and action. Concept relates to perception and image whis is developing in society. The symbols and concepts related to fairy tales and reality appear during the process of metamorphosis Giselle and she becomes the real human. The symbols are presented in the wardrobe, make up, gestures, and voices. Besides the symbols are showed in some shots. The concepts are about love, relationship, marriage, survival, happily ever afteer, crimes, emotion, and heroism. Fairy tale and reality give choices, and people can decide. Key words:fairy tales, reality, semiotic, symbol. Concept, metamorphosis

Transcript of SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE...

1

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE Analisis Cerita Dongeng dan Realitas Dalam Film Enchanted

Melalui Pendekatan Semiotika

Aslina Dewi Agustina

Abstract

Film is a set of story presented in the form of moving pictures and voices

supported by many techniques of shooting, editing, and organized script.

Nowadays, film is not only for entertainment interest, but it becomes important

media to reach social and national purposes since it brings values of life.

Enchanted is a fiction that shows some values of life by presenting the

characteristics of two different lifes; fairy tale and reality. The differences can

be studied through semiotic approach by analyzing symbolism and concept.

Symbol is a sign that reflects ideas, thoughst, feelings, things, and action.

Concept relates to perception and image whis is developing in society. The

symbols and concepts related to fairy tales and reality appear during the

process of metamorphosis Giselle and she becomes the real human. The

symbols are presented in the wardrobe, make up, gestures, and voices. Besides

the symbols are showed in some shots. The concepts are about love,

relationship, marriage, survival, happily ever afteer, crimes, emotion, and

heroism. Fairy tale and reality give choices, and people can decide.

Key words:fairy tales, reality, semiotic, symbol. Concept, metamorphosis

2

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara

yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan

skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. Film merupakan gambar

hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema.

Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film

dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur

palsu) dengan kamera, atau oleh animasi.

Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan

semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan

sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas,

film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Karena film

mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia, sehubungan dengan ilmu jiwa

sosial terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologis. Kekuatan dan

kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki

potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan dokumen kehidupan sosial

sebuah komunitas yang mewakili realitas kelompok masyarakat. Baik realitas bentuk

imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenar nya. Perkembangan film begitu cepat

dan tidak terprediksi, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang

progresif.

Enchanted merupakan salah satu karya film fiksi yang dinilai sukses

menggaet ribuan penonton penonton pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan enchanted

merupakan drama keluarga yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat,

baik tua, muda maupun kanak-kanak. Selain itu, Enchanted menawarkan konsep

yang berbeda dengan film fiksi lain. Seperti diketahui bahwa banyak sekali jenis film

fiksi yang mempertontonkan cerita fantasi, khayal atau dongeng dan ada juga film

fiksi yang mengangkat cerita realitas. Enchanted adalah film fiksi yang berusaha

menyampaikan makna-makna kehidupan manusia dengan mengangkat cerita fantasi

dongeng sekaligus realitas.

3

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Berbeda dengan film Alice and the Wonder Land atau Narnia yang membawa

realitas ke negeri dongeng, Enchanted justru membawa suatu negeri dongeng pada

kehidupan realitas manusia.

Pemaknaan sebuah film melalui pendekatan semiotika dapat dilakukan

melalui simbolisme, dimana ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan dapat

diwakili oleh simbol-simbol tertentu. Dengan demikian, simbol merupakan wadah

ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Itulah kandungan simbol. Isi itu

diintrasformasikan secara konvensional dan arbitrer ke dalam suatu wadah yang

disebut simbol tanpa ada hubungan langsung antara isi dengan wadahnya. Simbol

mampu melingkupi dan merepresentasikan keseluruhan ide, perasaan, pikiran, benda

dan tindakan. Selain simbolisme, kajian film juga dapat berupa analisis konsep yang

muncul, yakni berupa konse-konsep yang dibangun melalui karakter dan unsur-unsur

lain dalam film. Simbol dan konsep yang muncul mengenai dongeng dan realitas

dalam film Enchanted dapat dikaji melalui pendekatan semiotika, ilmu tentang tanda

dan makna.

B. Rumusan Masalah

1. Simbol dan konsep apakah yang merepresentasikan cerita dongeng dan realitas

dalam tahap metamorfosis Giselle pada film Enchanted?

2. Bagaimana model pengungkapan simbol dan konsep dalam film Enchanted?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini Bertujuan:

1. Mengetahui simbol dan konsep yang muncul sebagai representasi cerita dongeng

dan realitas pada proses metamorfosis Giselle dalam film Enchanted

2. Memahami model pengungkapan simbol dan konsep pada film Enchanted.

D. Manfaat Penelitian

Secara Teoritis :Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah

keilmuan dalam bidang Ilmu ilmu semiotika.

Secara Praktis:

4

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pembuat film, agar dapat

membuat film yang lebih kreatif, sarat makna dan sesuai dengan perkembangan

budaya.

2. Dapat digunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan dan kekurangan

film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan

film yang lebih berkualitas.

E. Definisi kata kunci

1. semiotika: Ilmu tentang tanda dan makna

2. simbol: Tanda yang mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan

3. konsep: Citra, persepsi,pikiran

4. metamorfosis: Proses perubahan sesuatu, benda atau orang yang melalui beberapa

fase/tahap

5. cerita dongeng: cerita klasik fantasi seperti Cinderella, Snow White, Sleeping

Beauty, Rapunzel, dan Beauty adn The Beast

6. realitas: Kehidupan manusia di dunia nyata

II. KAJIAN TEORI

Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu

bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna

setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3)

pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra

kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada

pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna

tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi

Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan

interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai

“objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses

penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada

mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah,

5

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat

dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).

Ikon, Index, dan Simbol

Dalam kajian semiotika, objek yang ditunjukkan oleh tanda biasa disebut

dengan petanda meskipun penyebutan ini masih harus dijelaskan lebih jauh secara

ilmiah. Dalam teori Saussure, petanda (signifie) adalah sandingan penanda

(siginifiant). Sebuah tanda, khususnya tanda kebahasaan, merupakan entitas

psikologis yang bersisi-dua atau dwimuka,terdiri dari unsur penanda (citra-bunyi)

dan petanda (konsep). Kedua elemen tanda benar-benar menyatu dan saling

tergantung. Kombinasi dari kedua unsur inilah yang kemudian menghasilkan

tanda.Jadi, tanda dalam kajian ini berbeda dengan penanda yang hanya menjadi

unsurnya. Mungkin dari sudut ini kemudian Peirce melihat bahwa tanda tidak

menunjukkan kepada sesuatu secara utuh, yakni kepada seluruh sisi dan dayanya,

tetapi hanya kepada sebagiannya. Artinya, hubungan antara tanda dan objek yang

ditunjukkan adalah hubungan yang tak sempurna. Oleh karena itu, dibutuhkan

komponen ketiga yang ia sebut faktor penafsir atau interpretant. Jadi, hubungan ini

berpotensi beda dan selalu bisa mengalami perubahan sesuai dengan faktor

penafsirnya itu. Karenanya, tanda bersifat dinamis.

Menurut teori Peirce, dalam kaitannya dengan tiga komponen itu, ada tiga

metode utama yang bisa kita tetapkan secara spesifik untuk melakukan proses

representasi, penunjukan, atau simbolisasi. Oleh karenanya, kita bisa membedakan

tanda-tanda ke dalam tiga tipe. Pertama, tanda yang menyerupai objek yang

direpresentasikan atau acuan simbolnya, seperti maket dan peta. Peirce menyebut

tanda ini dengan istilah icon, yaitu bentuk pengecilan dari objeknya atau miniatur.

Kedua, tanda yang berkaitan secara nyata dengan objek yang ditunjukkannya seperti

jarum jam dan penunjuk arah angin (weathercock). Tipe ini disebut oleh Peirce

dengan istilah index. Ketiga, tanda yang keterikatannya dengan objek petandanya

berlaku dalam pandangan umum atau tradisi (arbiter dan linear), seperti kata dan

tanda lalu lintas. Tipe ketiga ini disebut oleh Peirce dengan istilah simbol.

6

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Ikon adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan

objek yang digambarkan. Tanda visual seperti fotografi adalah ikon, karena tanda

yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek. Sebuah foto kucing

adalah ikon dari objek yang bernama kucing, karena foto kucing tersebut berusaha

menyamakan dengan objek yang diacunya. Karena bentuknya yang sama/mirip

dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara melihatnya. Indeks adalah hubungan

langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan. Indeks,

merupakan tanda yang hubungan eksisitensialnya langsung dengan objeknya.

Runtuhnya rumah-rumah adalah indeks dari gempa. Terendamnya bangunan adalah

indeks dari banjir. Sebuah ideks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti

halnya dalam ikon, tetapi juga perlu dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut.

Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan

konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu

persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Lampu lalu

lintas adalah simbol, warna merah berhenti, hujau berarti jalan, palang merah adalah

simbol yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaraan melalui konvensi atau

aturan dalam kebudayaan yang telah disepakati. Katagori-katagori tersebut tidaklah

terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari berbagai tipe tanda. Jadi

titik tekan semiotika Pierce pada semiotika visual. Berbeda dengan Sausure yang

menitik beratkan pada semiotika linguistik.

Representasi dan interpretasi simbol dapat bersifat denotatif dan konotatif.

Pengertian denotasi dan konotasi di sini adalah suatu deretan interpretasi simbol

secara bertingkat. Dengan kata lain, denotasi merupakan dasar interpretasi pada

konotasi, sedangkan konotasi adalah interpretasi baru berdasarkan atau setelah

denotasi. Dalam teori yang dikemukakan oleh Umberto Eco, semiotik konotatif

terjadi apabila terdapat suatu semiotik yang ungkapannya meliputi semiotik lain.

Misalnya, jika seseorang bertanya “Apakah kamu mencintai saya?” maka orang yang

ditanya akan menjawab “ya, saya mencintai kamu”. Akan tetapi jika kalimat yang

sama digunakan untuk menegur seorang kekasih karena terlambat datang, maka

jawabannya akan berbeda atau bahkan mungkin sang kekasih hanya diam saja.

Simbol yang pertama disebut makna atau interpretasi denotatif karena benar-benar

7

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

menanyakan perasaan cinta, sedangkan yang kedua disebut makna atau interpretasi

konotatif yaitu yang timbul berdasarkan simbol pertama (denotasi).

Dengan adanya keterbukaan interpretasi terhadap suatu simbol, maka makna

simbol itu akan terbuka dan akan bisa berkembang secara dinamis. Tidak tertutup

kemungkinan bahwa beberapa interpretasi baik konotatif maupun denotatif, bisa

muncul dari satu simbol. Kemungkinan lain adalah bahwa interpretasi denotatif bisa

hilang dari pemakaian simbol dan yang tetap bertahan adalah interpretasi konotatif.

Simbol mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan. Dengan

demikian, simbol merupakan wadah ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan.

Itulah kandungan simbol. Isi itu diintrasformasikan secara konvensional dan arbitrer

ke dalam suatu wadah yang disebut simbol tanpa ada hubungan langsung antara isi

dengan wadahnya. Simbol mampu melingkupi dan merepresentasikan keseluruhan

ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Proses penyimbolan itu disebut

simbolisme.

Analisis Semiotika Film

Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara

yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan

skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. Film merupakan gambar

hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema.

Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film

dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur

palsu) dengan kamera, atau oleh animasi.

Tokoh yang paling dikenal sebagai Cine-Semiology adalah Christian Metz.

Christian Meltz merupakan tokoh di bidang Semiotik Sinema di mana ia

memunculkan beberapa bahasan mengenai pola pengambilan gambar dan makna di

balik pengambilan gambar tersebut. Ia mengungkapkan bahwa film/sinema bukan

suatu sistem bahasa tetapi itu adalah suatu bahasa (suatu tanda yang termotivasi) .

Bidikan kamera/sinematik adalah seperti kata dalam kalimat . Jadi bidikan kamera

itu bila diurutkan menjadi satu akan sama seperti kata-kata yang disusun hingga

8

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

menjadi suatu kalimat. Ia banyak menjelaskan mengenai shot (take gambar) untuk

film. Shot bersifat tanpa batas dalam hal jumlah . Satu shot banyak sekali memberi

informasi. Shot itu adalah satu unit yang merupakan penyajian terhadap suatu makna

(actualized).

Menurut ahli semiotik strukturalis Jacobson, bahasa itu memiliki enam

macam fungsi (sudaryanto, 1990:12), yaitu : fungsi referensial (pengacu pesan),

fungsi emotif (pengungkap keadaan pembicara), fungsi konotatif (pengungkap

keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang

penyimak), fungsi metalingual (penerangan terhadap sandi atau kode yang

digunakan), fungsi fatis (pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak

antara pembicara dan penyimak), dan fungsi puitis (penyandi pesan). Jacobson yakin

bahwa fungsi utama dari suara dalam bahasa adalah untuk memungkinkan manusia

membedakan unit-unit sistematis, unit-unit yang bermakna, dan ini yang dilakukan

dengan mengetahui ciri-ciri pembeda (distinctive feature) dari suatu suara yang

memisahkan ciri-ciri suara yang lain. Fungsi bahasa yang berbeda tersebut,

merupakan faktor-faktor pembentuk dalam setiap jenis komunikasi verbal. Addresser

(pengirim) mengirimkan suatu message (pesan) kepada seorang adresse (yang

dikirimi). Agar operative, pesan tersebut memerlukan context (konteks) sehingga

mudah dipahami oleh yang dikirimkan dan dapat diverbalisasikan.

Berangkat dari teori dasar inilah kemudian Metz mengembangkan metode

analisis film dengan menggunakan teori strukturalis. Analisis film melalui

pendekatan semiotik menurut Metz dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya

jenis pengambilan gambar, tipe pengambilan gambar, suara, dan narasi.

III. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan

semiotika, yakni ilmu mengenai tanda dan makna. Penelitian ini menganalisis dan

menggambarkan simbol dan konsep yang muncul dan memberi makna tentang dua

kehidupan yang berbeda yakni dongeng dan realitas.

Subjek dalam penelitian ini adalah film berjudul Enchanted, sebuah film

produksi Walt Desney pada tahun 2007. Kajian Simbol dan konsep akan terfokus

9

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

pada tokoh Giselle dan juga beberapa tokoh pendukung lainnya yang dapat

memperkuat data dan analisis.

Simbol merupakan tanda yang mewakili ide, perasaan benda dan tindakan.

Sementara konsep merupakan pikiran, persepsi dan pencitraan yang muncul di

masyarakat. Analisis simbol dan konsep ini dilakukan pada fase metamorfosis

Giselle, yakni fase perubahan seorang tokoh dari negeri dongeng yang berubah

menjadi manusia dan hidup dalam realitas. Analisis data akan dibagi menjadi tahap-

tahap yang sesuai dengan tahap perubahan Giselle, yakni fase cerita dongeng, fase

antara dongeng dan realitas, dan fase realitas.

IV. SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE

Berikut ini merupakan analisis terhadap simbol dan konsep berkenaan dengan

representasi cerita dongeng dan realitas. Analisis simbol dan konsep ini terdapat

dalam beberapa fase proses metamorfosis Giselle atau fase perubahan Giselle dari

10

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

tokoh cerita dongeng menjadi manusia utuh dalam kehidupan realitas. Fase tersebut

meliputi: 1. fase cerita dongeng, dimana Giselle hidup sebagai tokoh cerita dongeng.

Dalam fase ini simbol dan konsep yang muncul adalah simbol-simbol dan konsep-

konsep cerita dongeng. 2. Fase antara cerita dongeng dan realitas, dimana Giselle

hidup diantara dua simbol dan konsep yang berbeda, yakni cerita dongeng dan

realitas, sehingga simbol dan konsep dua kehidupan tersebut dibandingkan dan lebih

terlihat perbedaannya. 3. Fase realitas, dimana Giselle telah berubah menjadi

manusia dengan simbol dan konsep yang dimunculkannya adalah kehidupan realitas.

FASE I; GISELLE DALAM CERITA DONGENG

Pada 10 menit pertama film Enchanted, kita dibawa pada sebuah negeri

dongeng dengan segala nuansa dan karakteristik cerita dongeng pada umumnya.

Penonton seolah dibawa dan diingatkan pada kisah cerita dongeng Cinderella, Snow

White, Rapunzel dan cerita dongeng lainnya yang memiliki karakteristik yang sama

dalam hal jalan cerita, penokohan, dan konsep-konsep lain yang menjadi ciri khas

cerita dongeng.

Secara umum, topik yang diangkat

dalam cerita dongeng berkisar tentang

kehidupan manusia biasa yang mendapat

masalah tapi menemukan pertolongan oleh

keajaiban yang terjadi dalam hidupnya.

Keajaiban yang terjadi bukanlah oleh

mukjizat Tuhan melainkan oleh intervensi

dari peri, liliput, dan penyihir.

Tokoh-tokoh yang menjadi karakter

utama, protagonis, dalam kumpulan cerita dongeng kebanyakan adalah masyarakat

petani atau pedagang. Dalam beberapa cerita, ada pula tokoh yang berasal dari

keluarga kerajaan, tetapi jumlahnya tidak banyak. Ini sepertinya mencerminkan pola

pikir masyarakat yang berpihak pada kaum pekerja yang senantiasa menghadapi

masalah dalam hidup mereka dibandingkan kaum berkuasa dan berpunya. Meskipun

begitu, ada pula karakter dari latar belakang keluarga kerajaan yang tertimpa masalah

Gb. 1. Giselle sebagai tokoh dongeng

11

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

seperti Puteri Tidur dan Putri Salju. Sedang tokoh antagonis biasa diperankan oleh

wanita penyihir, ibu tiri, dan wanita licik, jarang sekali ada tokoh pria yang jahat.

Tema cerita dalam kumpulan dongeng berputar sepanjang pertarungan antara

orang baik dan orang jahat. Orang baik biasanya digambarkan sebagai orang yang

lemah, dari segi kekuatan, dan hidup sederhana. Sayangnya, kehidupan mereka yang

biasa-biasa saja sering diganggu oleh masalah. Orang jahat yang mengganggu

mereka adalah orang-orang yang iri atau ingin mencuri harta milik mereka. Mereka

cemburu lantaran orang lemah ini masih memiliki sesuatu yang tidak ada pada diri

mereka. Ratu iri pada Putri Salju karena kecantikan miliknya. Sedang saudara tiri

Cinderella cemburu pada kecantikannya yang melebihi diri mereka.

Untungnya, tokoh baik dalam cerita mendapat bantuan dari pihak-pihak non

manusia seperti peri, hewan, kurcaci, penyihir baik hati, atau, yang paling sering,

ksatria tampan nan perkasa. Lewat pertolongan tokoh baik hati inilah mereka yang

tertimpa masalah bisa menemukan jalan keluar dan menjadi pemenang.

Tidak berbeda dengan gambaran cerita dongeng di atas, Enchanted juga

mengetengahkan karakteristik, penokohan, dan tema sebuah cerita dongeng pada

awal penyajiannya. Dan ini merupakan fase awal metamorfosis tokoh Giselle sebagai

pemeran utama wanita pada film ini. Simbol-simbol yang muncul pada setiap tokoh

dan adegannya merupakan representasi karakteristik cerita dongeng.

12

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Seperti cerita dongeng lainnya, film diawali oleh pembacaan narasi oleh

seorang narator yang menceritakan garis besar cerita fase awal ini dan juga

memperkenalkan tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya. Tokoh-tokoh yang muncul

pada fase awal ini diantaranya adalah Giselle, Ratu Narissa yang jahat, Pangeran

Edward yang tampan ,Nathaniel si pengawal gendut, dan beberapa binatang yang

dapat berbicara atau berkomunikasi. Giselle adalah seorang gadis sebatang kara yang

hidup di sebuah rumah pohon dan hanya ditemani oleh binatang-binatang yang dapat

berbicara. Seperti laiknya cerita dongeng, ia adalah gadis yang mendambakan

seorang pangeran tampan yang kelak akan menikahinya. Harapannya ini

direpresentasikan melalui lagu tentang cinta sejati dan true love kiss , bernyanyi

dengan binatang-binatang sambil mengukir sebuah patung pangeran.

Seketika munculah tokoh Pangeran Edward dengan kuda putihnya tatkala

mendengar senandung Giselle. Mereka pun bertemu dan langsung saling jatuh cinta

bahkan langsung memutuskan untuk menikah. Hanya dari satu peristiwa yakni jatuh

dari pohon, kita bisa melihat

konsep percintaan yang

singkat dalam negeri

dongeng sekaligus menjadi

penutup fase pertama ini,

dimana sang gadis telah

menemukan cinta sejatinya.

Representasi lain

yang nampak pada fase

pertama ini diantaranya, gaun pengantin Giselle yang dibuat oleh para binatang,

istana kerajaan yang megah, dan kereta kencana yang dinaiki Giselle ketika menuju

istana. Selain itu tokoh Ratu Narissa yang jahat dan berpakaian hitam dan berwajah

kejam dengan make up serba hitam yang kemudian berubah wujud menjadi nenek

sihir. Motiv kejahatannya pun adalah perebutan harta kerajaan dan modus

kejahatannya berupa sumur ajaib, dimana Giselle disingkirkan dengan cara dilempar

pada sumur tersebut. Dan ini menjadi batas fase pertama Giselle, yakni fase dimana

Giselle adalah karakter cerita dongeng dan hidup dalam negeri dongeng sepenuhnya.

Gb. 2 Giselle bertemu Edward langsung jatuh cinta

13

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

FASE II

GISELLE: ANTARA DONGENG DAN

REALITAS

Fase ini diawali ketika Giselle

mendapati dirinya telah berubah

wujud/fisik menjadi manusia dan terdampar

di negeri asing, yang tiada lain adalah dunia

manusia atau realitas. Sang sutradara

memperlihatkan Bank Amerika untuk

menunjukan bahwa dunia realitas yang

dimaksud adalah kota New York, AS.

Dalam kehidupannya pada fase inilah ia

bertemu dengan karakter manusia yakni Robert, seorang duda beranak satu yang

berprofesi sebagai pengacara; Morgan, seorang anak berusia 7 tahun yang

mnyenangi cerita-cerita dongeng; Nancy, tunangan Robert, dan beberapa pemeran

pendukung lainnya yang merepresentasikan karakter manusia dan realitas.

Fase ini berlangsung selama 60 menit atau sekitar 60% dari durasi

keseluruhan. Hal ini berarti bahwa fase inilah yang paling mendominasi dan

menentukan jalan cerita keseluruhan, yakni fase dimana tokoh Giselle menapaki

dirinya sebagai seorang tokoh dongeng yang berangsur berubah seiring dengan

banyak hal yang ia temukan dan ia pelajari di dunia manusia atau realitas, sampai

membawa dirinya benar-benar berubah menjadi manusia.

Analisis pada fase ini lebih kepada membandingkan simbol-simbol dan

konsep-konsep yang muncul dan dibangun diantara dua kehidupan berbeda, yakni

dongeng dan realitas. Penulis mengkaji tokoh Giselle sebagai representasi cerita

dongeng dan membandingkannya dengan simbol-simbol dan konsep-konsep yang

ditampilkan oleh karakter lain sebagai manusia dalam realitas.

Gb.3. Giselle berubah fisik

14

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Busana dan Make up Giselle

Simbol yang paling menonjol yang merepresentasikan tokoh Giselle sebagai

gadis cantik dari negeri dongeng adalah cara ia berpakaian dan berdandan.

Kemunculan pertamanya menarik perhatian banyak orang karena gaun pengantin dan

tampilan Giselle yang tampak konvensional dan

tidak sesuai dengan model gaun pengantin tahun

2007 di kota New York. Selain itu, selama fase

ini, Giselle tetap menampilkan gaun khas negeri

dongengnya yang ia buat dari kain gorden dan

karpet dengan model dan warna layaknya

seorang puteri negeri dongeng. Tatanan rambut

Giselle pada fase ini adalah model rambut cukup

panjang, ikal, dan dihiasi pita-pita berwarna,

yang tentu saja tidak mencerminkan model

tatanan rambut lurus yang sedang trend di kota

New York pada saat itu.

Suara dan Gerak-gerik Giselle

Pada menit-menit awal kehidupan Giselle di dunia realitas, karakternya masih

kental dengan cerita dongeng. Suara Giselle yang mendayu-dayu ketika berbicara

dengan Robert dan cara Giselle menggeliat ketika bangun pagi masih menunjukan

seorang tokoh cerita dongeng. Begitu pun kebiasaan Giselle yang mengungkapkan

segala hal melalui lagu juga tetap ia lakukan. Misalnya ketika ia hendak

membereskan rumah, ia memanggil binatang-binatang dengan suaranya yang khas

untuk membantunya. Ia pun bernyanyi sambil membereskan rumah. Pun halnya

ketika ia ingin mengungkapkan harapan-harapannya; seperti dalam cerita dongeng,

harapan diungkapkan melalui lagu dan menyanyi di atas balkon. Selain itu, satu lagu

yang Giselle nyanyikan pada fase ini yang menjadi soundtrack utama flm ini

sekaligus menunjukan bahwa dalam cerita dongeng ungkapan perasaan dan cinta

lebih banyak diungkapkan melalui lagu.

Gb.4 Melalui lagu Giselle mengungkapkan perasaan

15

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Karakter Binatang

Seperti dikemukakan di atas bahwa cerita dongeng umumnya melibatkan

tokoh binatang yang bergaul dengan tokoh manusia dan bisa berbicara. Binatang-

binatang itu hidup berdampingan tanpa mempertimbangkan hukum alam tentang

rantai makanan; ada pemangsa ada yang dimangsa. Itulah yang juga ditunjukan

dalam fase kesatu metamorfosis Giselle. Namun bagaimana kini ketika Giselle telah

memasuki dunia realitas?

Seekor Chipmunk dari negeri dongeng bernama Pip yang menyususl Giselle

ke dunia realitas tiba-tiba mendapati dirinya tidak bisa berbicara. Begitu pula Ketika

Giselle memanggil teman-teman binatangnya dari atas balkon, binatang-binatang pun

berdatangan, tapi kali ini berbeda. Mereka adalah binatang yang tak dikenalnya,

binatang yang hidup pada dunia realitas dan binatang yang tidak bisa berbicara.

Binatang-binatang itu tampak akur pada saat membantu Giselle, tapi diakhir adegan

membersihkan rumah, hukum rantai makanan mulai berlaku, dimana seekor burung

akhirnya memakan seekor kecoa.

Identitas Giselle

Dalam cerita dongeng, ketika seorang tokoh bertemu bertemu dengan tokoh

lainnya, menanyakan kartu identitas bukanlah sesuatu yang penting dan memang

tidak ada kartu identitas dalam sistem kehidupan dunia dongeng. Berbeda ketika

Giselle kini berhadapan dengan manusia di dunia realitas. Langkah pertama Robert

ketika hendak menolong dan memulangkan Giselle ke tempat asalnya adalah dengan

mencari identitas Giselle, baik berupa KTP, SIM, maupun passport. Ini menjadi salah

satu simbol perbedaan antara dongeng dan realitas. Kartu identitas merupakan hal

yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan realitas

16

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Cinta yang membutuhkan proses

Pada fase kesatu, dimana Giselle hidup sebagai tokoh cerita dongeng, ia

bertemu dengan sang Pangeran, Edward, melalui lagu duet dan kemudian mereka

langsung jatuh cinta sesaat setelah Edward menangkap Giselle yang terjatuh dari

pohon. Dalam cerita dongeng, cinta tampak sesuatu

yang instant dan sederhana. Namun hal itu tidak

terjadi pada dunia realitas, dimana cinta adalah

sesuatu yang tidak mudah dirasakan karena

membutuhkan proses dan terkadang rumit. Hal ini

ditunjukan ketika Robert menangkap Giselle ketika

jatuh dari atas toko sebagai awal pertemuannya.

Namun lantas mereka tidak langsung jatuh cinta.

Begitu pula ketika mereka jatuh bersama-sama di

kamar mandi, perasaan cinta itu tetap belum ada. Adegan ini dapat merupakan

simbol bahwa cinta memang membutuhkan proses. Cinta dalam dunia realitas

memanglah sesuatu yang rumit. Pertengkaran antara Robert dan Nancy dan rentang

pacaran antara Robert dan Nancy yang sudah berjalan selama 5 tahun merupakan hal

yang aneh bagi Giselle yang tidak mengenal konsep kencan dan akan menikahi

Edward yang baru dikenalinya selama 1 hari.

Perkawinan, Perceraian vs ‘Happily ever after’

Konsep perkawinan dan perceraian dalam dunia realitas pertamakali

ditunjukan oleh profesi Robert sebagai seorang pengacara yang sedang mengurus

perceraian sepasang suami istri. Selain itu, tokoh Robert sendiri adalah seorang duda

yang ditinggalkan oleh istrinya. Hal ini menunjukan demikianlah dalam dunia

realitas. Ada perkawinan namun juga ada perceraian. Berbeda dengan cerita dongeng

yang tidak mengenal konsep perceraian, perpisahan, perselingkuhan, bahkan

perselisiahan antara pasangan. Hal , ini ditunjukan oleh Giselle ketika ia menangis di

kantor Robert tatkala mengetahui ada sepasang suami istri yang hendak bercerai,

karena yang tertanam dalam diri Giselle sebagai karakter dongeng adalah konsep

‘happily ever after’. Satu lagi hal berbeda dan berat yang dihadapi Giselle dalam

Gb.5 Giselle dan Robert tidak langsung jatuh cinta

17

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

proses metamorfosis ini. Namun Giselle banyak belajar, terutama dari Robert.

Percakapan antara Robert dan Giselle di restoran menunjukan suatu proses

perubahan Giselle tentang konsep ‘happily ever after’.

Tokoh dan Profesi

Profesi atau bidang pekerjaan dalam cerita dongeng meliputi profesi sebagai

petani, pedagang, tukang kayu

bahkan kadang tidak pernah

disinggung masalah pekerjaan.

Seperti kita ketahui dalam dunia

realitas, terdapat ratusan bahkan

ribuan profesi yang bisa digeluti.

Bahkan film-film yang

mengetengahkan realitas pun

banyak mengangkat masalah profesi, atau paling tidak, tokoh yang melakoni film itu

dilatarbelakangi oleh bidang pekerjaan tertentu. Perbedaan Ini merupakan hal yang

ditunjukan dalam Enchanted. Terlihat ketika Pangeran Edward memanggil para

pekerja perbaikan jalan dengan sebutan ‘petani’. Pada fase ini ditunjukan berbagai

profesi atau bidang pekerjaan manusia yang tidak terdapat dalam cerita dongeng,

diantaranya pengacara, petugas perbaikan jalan, sopir, resepsionis, desainer, penjaga

toko, pekerja salon, pengemis, pelayan restoran, dan koki. Dimunculkannya berbagai

manusia dan pekerjaannya ini juga sebagai simbol bahwa untuk dapat bertahan hidup

dalam realitas itu butuh usaha dan perjuangan.

Ibu tiri; baik atau jahat?

Jika kita bertanya pada anak kecil mengenai ibu tiri, pasti ia akan menjawab

bahwa ibu tiri itu jahat, tidak sayang, dan suka menyiksa. Atau tanya saja setelah

bercerai atau ibunya meninggal apakah ayahnya boleh menikah lagi atau tidak.

Hampir dapat dipastikan jawabannya adalah ‘tidak’. Hal ini karena sosok ibu tiri

terutama bagi anak kecil adalah sosok yang jahat, tidak menyenangkan, dan tidak

diinginkan. Mungkin terbentuknya pemikiran seperti tadi karena konsep ibu tiri jahat

banyak disuguhkan dalam cerita dongeng yang notabene banyak dinikmati oleh

Gb. 6 Para petugas yang dipanggil “petani”

18

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

anak-anak. Cinderella misalnya yang menjadikan ibu tiri jahat sebagai sumber

penderitaan dan masalah. Memang benar bahwa sosok ibu tiri dalam cerita dongeng

adalah sosok yang kejam, dengan mata yang melotot, suka menyiksa, dan hanya

membawa penderitaan. Sama halnya dengan tokoh Narissa yang merupakan ibu tiri

pangeran Edward yang menjadi tokoh antagonis utama dalam film ini, namun

Narissa tetaplah tokoh cerita dongeng, karena ibu tiri dalam realitas tentu tidak

seperti yang disimbolkan oleh Narissa atau tokoh ibu tiri dalam cerita dongeng

lainnya.

Inilah kenapa Morgan begitu enggan menerima Nancy, tunangan ayahnya.

Morgan diceritakan sebagai seorang anak penikmat cerita dongeng yang paham betul

mengenai ibu tiri yang jahat. Hal ini ditunjukan dalam ujaran Morgan “You mean,

step mother” yang memberikan tekanan pada kata step mother. Padahal tentu saja

kehadiran Nancy atau ibu tiri dalam realitas tidak selalu seperti dalam cerita

dongeng. Nancy sendiri sebagai calon ibu tiri Morgan bukanlah karakter jahat atau

antagonis. Nancy merepresentasikan konsep ibu tiri dalam dunia realitas.

FASE III; GISELLE DALAM REALITAS

Akhir dari cerita film ini adalah mengubah sosok Giselle yang pada awalnya

adalah karakter cerita dongeng, berubah menjadi manusia seutuhnya dan

memutuskan hidup di dunia realitas dengan menikah dengan Robert. Fase ketiga ini

merupakan fase terakhir dimana Giselle sudah dapat diklaim sebagai manusia utuh.

Analisis pada fase ini mengetengahkan simbol-simbol yang merepresentasikan

perubahan Giselle serta konsep dongeng dan realitas yang muncul pada fase terakhir

ini.

‘Marah’ bentuk emosi manusia

Fase ini diawalai oleh suatu pertengkaran dan argumen antara Giselle dan

Robert yang mempertentangkan konsep harapan dan kenyataan. Giselle dengan

keyakinan tentang ending yang bahagia dari suatu kisah cinta tetap yakin bahwa

Pangeran pujaannya Edward akan datang dan menjemputnya. Sementara Robert,

19

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

sosok manusia yang pernah merasakan pahitnya kenyataan cinta dengan ditinggalkan

istrinya mencoba meyakinkan Giselle bahwa Edward mungkin tidak akan datang dan

kisah cinta itu tak harus berakhir bahagia. Lagi-lagi ‘happily ever after’

dipertentangkan. Dalam adegan pertengkaran inilah kemudian ditunjukan perubahan

pada Giselle yakni ketika ia harus ‘marah’ terhadap robert. ‘Marah’ adalah hal yang

hampir pasti tidak ada dan tidak pernah dirasakan oleh tokoh protagonis cerita

dongeng. Begitupun Giselle. Namun adalah hal yang aneh ketika ia merasakan hal

luar biasa dari perasaan ‘marah’ itu. Inilah yang menunjukan batas dan titik awal

Giselle memasuki fase ketiga, yakni fase dimana ia mulai berubah menjadi manusia.

Peristiwa argumen malam itulah yang menunjukan kepada penonton bahwa telah

terjadi perubahan (meski belum sepenuhnya) pada diri Giselle dan perasaannya

terhadap Robert ketika Giselle menyentuh

dada Robert dengan penuh kebimbangan.

Suatu hal yang hampir tidak mungkin

terjadi dalam dunia dongeng dimana cinta

dan perasaan bisa berubah arah.

Kebingungan Giselle tentang hal ini lebih

menunjukan tahap dimana ia sudah mulai

terpengaruh oleh dunia nyata dan sudah

mulai akan berubah.

Giselle masih tetap berpenampilan layaknya sang puteri dongeng, namun

perubahan-perubahan Giselle direpresentasikan dalam hal lain. Diantaranya, nada

bicara Giselle yang sudah tidak terlalu mendayu-dayu seperti lagu, gerak-gerik dan

posisi tangan Giselle yang sudah tidak lagi seperti penari, serta konsep-konsep

realitas yang mulai ingin diwujudkan oleh Giselle. Ketika Edward datang dengan

penampilan dan gaya bak seorang Pangeran dari negeri dongeng dengan adegan

merangkul dan langsung menyanyi, Giselle sudah tidak bisa lagi meneruskan lagu

duetnya. Hal ini menunjukan Giselle, bahkan tanpa ia sadari sedang

bermetamorfosis. Selain itu, Giselle meminta Edward untuk melakukan kencan yang

notabene menjadi konsep pacaran di dunia realitas. Suatu keinginan yang hanya

dilakukan oleh manusia dalam dunia realitas, dan tidak pernah ada pada cerita

dongeng.

Gb. 7 Giselle, antara Edward dan robert

20

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Cinta yang problematis

Perasaan berat dan agak sedih ditunjukan oleh Giselle, pun demikian halnya

Robert, ketika mereka harus berpisah. Adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi

dalam cerita dongeng dimana tokoh sang puteri menduakan perasaanya. Hal ini lebih

menunjukan bahwa perasaan Giselle nyata berubah. Perubahan lainnya ditunjukan

ketika Giselle atas bantuan Morgan, merubah penampilannya dengan berbelanja ke

toko baju dan ke salon dengan menggunakan kartu kredit, bukan atas bantuan ibu

peri.

Kesempurnaan metamorfosis Giselle yang berubah dari tokoh cerita dongeng

menjadi manusia biasa adalah dengan ditunjukannya perubahan penampilan Giselle

yang dramatis. Mulai dari busana, make up, tatanan

rambut yang merepresentasikan model wanita di kota

New York pada tahun 2007. Untuk menonjolkan

perubahan ini, sutradara sengaja memilih setting acara

pesta dansa kerajaan, dimana orang-orang pada saat

itu (pada saat acara pesta dansa) justru memakai

pakaian pesta bak dalam cerita dongeng. Berbeda

dengan Giselle dengan penampilan barunya yang

secara tidak langsung mendeklamasikan bahwa

dirinya kini telah berubah menjadi manusia.

Perubahan yang terjadi juga ditunjukan oleh

aspek verbal dimana Giselle menjadi sulit dan ragu

memperkenalkan edward dengan sebutan my prince. Sementara Edward sendiri

dengan bangga memperkenalkan Giselle dengan sebutan my bride. Dua frase yang

hanya lazim dipakai dalam cerita dongeng, karena dalam dunia realitas nama

panggilan untuk pasangan adalah kekasihku, pacarku, tunanganku, istriku, dan

sebagainya.

Berbeda dengan cerita dongeng dimana suatu perasaan cinta kepada

seseorang selalu diungkapkan dengan kata-kata secara langsung ataupun melalui

senandung lagu, dalam realitas perasaan cinta kadang tak perlu diungkapkan melalui

cara-cara tersebut. Hal ini dikarenakan cinta dalam realitas lebih rumit, problematis

dan tak selalu sesuai dengan harapan, sehingga kadang tak bisa diungkapkan karena

Gb. 8. Giselle, manusia utuh

21

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

tak mungkin dicapai. Inilah yang ditunjukan oleh Giselle ketika ia berdansa dengan

Robert diiringi musik dan lagu Waltz. Giselle yang kini sudah bermetamorfosis

menjadi manusia, harus merasakan cinta yang rumit, tak terungkapkan dan tampak

tidak mungkin memiliki Robert. Adegan dansa dengan musik dan lagu waltz

membawa penonton pada perasaan Giselle tentang cinta yang dilematis dalam

kehidupan realitas.

Perasaan Giselle yang berkecamuk membawa Giselle pada keputusasaan dan

frustasi. Satu lagi perasaan yang hanya ada pada dunia realitas dimana manusia bisa

melakukan apa saja, bahkan diluar nalar, ketika ia sedang mengalami keputusasaan.

Inilah kemudian yang dilakukan Giselle, ia memutuskan untuk menggigit buah Apel

yang disodorkan oleh Narissa dalam wujud Nenek Sihir, dengan harapan ia bisa

melupakan segalanya termasuk perasaan cintanya terhadap Robert. Perasaan

frustasilah yang membuat Giselle jatuh pingsan, sementara modus buah Apel

semata-mata menunjukan bahwa karakter Narissa adalah tetap sosok dari negeri

Dongeng yang tidak mengalami perubahan. Begitupula solusi ‘true love kiss’ yang

menunjukan karakter Pangeran Edward yang tetap sebagai sosok negeri dongeng

yang juga sama sekali tidak mengalami perubahan. Sementara ‘true love kiss’ yang

ternyata berhasil dilakukan oleh Robert lebih menunjukan bahwa Robertlah yang

merupakan cinta sejati Giselle dan tidak perlu cinta sejati itu adalah seorang

pangeran.

Gb. 9. Giselle yang bermetamorfosis

22

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

Dalam cerita dongeng tokoh heroic atau sang penyelamat adalah selalu

pangeran atau sosok pria. Sang pangeran dengan pedang dan kudanya datang

menyelamatkan gadis pujaannya sebagai akhir cerita. Hal ini karena cerita dongeng

tidak mereprentasikan konsep-konsep feminisme dan isu kesetaraan gender. Berbeda

dengan kehidupan realitas masa kini yang sudah mengalami perubahan dan

perkembangan terkait masalah feminisme dan kesetaraan gender, dimana telah

banyak hal yang biasa dilakukan oleh kaum pria, juga dapat dilakukan oleh kaum

perempuan. Adalah suatu simbol yang jelas bahwa Giselle telah berubah menjadi

manusia ketika ia memutuskan untuk mengambil pedang yang tertancap di lantai dan

menyelamatkan Robert yang diculik oleh monster Narissa. Seketika itu pula ia

meninggalkan sepatu kacanya, sebagai simbol bahwa ia memang meninggalkan

cerita dongeng dan ia tidak akan kembali demi sepatu kaca itu, dan bukan sepatu

kaca itu yang menentukan kelangsungan hidupnya, tetapi aksi penyelamatannya

terhadap Robert. Ia yang datang menjemput cintanya, bukan sang pangeran yang

mencarinya. Karena kini ia telah menjadi manusia dan hidup dalam realitas.

PILIHAN HIDUP: DONGENG ATAU REALITAS?

Enchanted adalah suatu film yang menunjukan dua dunia yang berbeda,

yakni dunia dongeng dan dunia nyata (realitas). Film ini mencoba memberikan

gambaran aspek-aspek kehidupan yang nyata berbeda diantara keduanya. Dan

manusia bebas memilih ia mau hidup dalam dunia yang mana; dongeng atau realitas.

Giselle yang telah sampai pada fase terakhir metamorfosisnya memilih hidup di

dunia realitas, dunia yang memiliki konsep-konsep yang berbeda dengan cerita

dongeng. Pertemuan dan kisah cintanya dengan Robert adalah sesuatu yang

ditempuh dengan proses yang panjang dan penuh pengorbanan. Dan bukan hal yang

mudah untuk kedepannya bahwa ia memutuskan menikah dengan seorang duda

(Robert) dan membangun rumah tangga yang tentu akan penuh liku untuk mencapai

‘happily ever after’.

Namun pilihan bisa berbeda. Manusia bebas memilih jalan hidupnya. Hal ini

ditunjukan oleh Nancy, tunangan Robert terdahulu yang kemudian memutuskan

23

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

untuk ikut bersama Edward ke negeri dongeng. Nancy pun menikah dengan Edward

dan hidup di negeri dongeng; suatu negeri yang sangat berbeda yang akan ia hadapi,

negeri yang ia yakini penuh dengan romantisme, kedamaian, cinta sejati dan bebas

dari perselingkuhan. Nancy sepertinya tak lagi membutuhkan hal-hal yang

diperlukan pada dunia realitas. Hal ini ditunjukan ketika Nancy

melempar/membuang handpone-nya, sebagai sesuatu yang tidak ia butuhkan untuk

mencapai ‘happily ever after’.

V. KESIMPULAN

Terdapat perbedaan karakteristik diantara dua kehidupan cerita dongeng dan

realitas. Perbedaan tersebut dapat dikaji melalui analisis simbol dan makna yang

muncul pada cerita dongeng dan realitas. Simbol merupakan tanda yang mewakili

ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan, dan konsep merupakan suatu persepsi,

dan pencitraan yang muncul dan berkembang di masyarakat. Simbol dan konsep

mengenai cerita dongeng dan realitas ini muncul pada proses metamorfosis tokoh

Giselle, yakni proses perubahan Giselle dari tokoh cerita dongeng menjadi manusia

utuh yang akhirnya hidup dalam realitas. Simbol yang muncul adalah melalui gaya

busana, make up, gerak-gerik, dan nada suara Giselle. Simbol juga muncul melalui

sikap yang ditunjukan dalam beberapa pengambilan gambar. Sementara itu, konsep

yang ditemukan adalah berupa suatu persepsi tentang percintaan, perkawinan,

happily ever after, kejahatan, emosi, dan heroisme. Cerita dongeng dan realitas

menawarkan bentuk kehidupan berbeda dan siapapun berhak menentukan pilihan;

hidup dalam negeri dongeng atau realitas.

24

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Chandler, daniel. 2000. Introduction to semantics. Routledge: Routledge outline

de Saussure, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. Penerj. Rahayu Surtiati Hidayat (Edisi kritis

Tulio de Mauro,1973).

Eco, Umberto. 1976. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.