Sikka Summary Brief

4
Januari 2014 Sikka Summary Brief Brief Info Fasilitasi Pengembangan HKm Sikka Fase Awal: September 2012 - Maret 2014 Bentang alam Sikka, Kabupaten di Pulau Flores dengan Ibukota Maumere, memiliki luas wilayah 1.731,90 km 2 dan sebagian besar berbukit, bergunung, dan berlembah dengan lereng-lereng yang curam umumnya terletak di daerah pantai, memiliki luas kawasan hutan 38,442,43 ha (22,20% dari total luas kawasan Sikka). Jumlah penduduknya sebanyak 306,269 jiwa (data BKPM regional investment 2013) tersebar di 21 Kecamatan, dengan 20% dari jumlah penduduk tinggal di sekitar hutan dan di dalam hutan, dan termasuk dalam sabuk kemiskinan (data Badan Pusat Statistik 2012). Dari 21 Kecamatan terdapat 5 Kecamatan yang masuk dalam kawasan hutan lindung, terdiri dari 21 Desa di kawasan hutan lindung Egon Ilimedo dan 6 Desa di kawasan hutan lindung Wukoh Lewoloroh.

Transcript of Sikka Summary Brief

Page 1: Sikka Summary Brief

Januari 2014

Sikka Summary Brief

Brief Info

Fasilitasi Pengembangan HKm SikkaFase Awal: September 2012 - Maret 2014

Bentang alam Sikka, Kabupaten di Pulau Flores dengan Ibukota Maumere, memiliki luas wilayah 1.731,90 km2 dan sebagian besar berbukit, bergunung, dan berlembah dengan lereng-lereng yang curam umumnya terletak di daerah pantai, memiliki luas kawasan hutan 38,442,43 ha (22,20% dari total luas kawasan Sikka). Jumlah penduduknya sebanyak 306,269 jiwa (data BKPM regional investment 2013) tersebar di 21 Kecamatan, dengan 20% dari jumlah penduduk tinggal di sekitar hutan dan di dalam hutan, dan termasuk dalam sabuk kemiskinan (data Badan Pusat Statistik 2012). Dari 21 Kecamatan terdapat 5 Kecamatan yang masuk dalam kawasan hutan lindung, terdiri dari 21 Desa di kawasan hutan lindung Egon Ilimedo dan 6 Desa di kawasan hutan lindung Wukoh Lewoloroh.

Page 2: Sikka Summary Brief

Dalam mengatasi kemiskinan dan juga mengatasi perambahan hutan, Pemerintah melalui Kementerian Kehutanan telah membangun skema Perhutanan Sosial (pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu untuk kesejahteran penghidupan masyarakat) antara lain melalui Hutan Kemasyarakatan (HKm). HKm sebagai skema yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar maupun di dalam hutan dalam pengelolaan hutan secara lestari, memberikan akses kepada masyarakat di dalam mengelola hutan untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) untuk kesejahteraan masyarakat.

Sejak HKm diperkenalkan pada tahun 1995 hingga saat ini, Kementerian Kehutanan telah menetapkan area kawasan HKm sebanyak 240.505,36 ha di 17 Provinsi. Sikka adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah mendapatkan Penetapan Area Kawasan dan telah teridentifikasi terdapat sekitar 26 Kelompok Masyarakat Adat yang mengelola hutan. Dari 29 Kelompok tersebut 18 Kelompok telah mendapatkan Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) seluas 9.970,832 ha dari Bupati Sikka.

Pada tahun 2012, Kementerian Kehutanan melalui Direktorat Bina Perhutanan Sosial bekerjasama dengan ASEAN Social Forestry Network (ASFN), UPT BPDAS Benain Noelmina / BPDAS BN dan Dinas Kehutanan Kabupaten Sikka, telah melaksanakan fasilitasi penguatan kelembagaan kelompok tani melalui pelatihan, dengan melibatkan beberapa Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait dan

Peta Kabupaten Sikka dan Lokasi-lokasi HKm

Peta Hutan Lindung Egon IlimedoPeta Hutan Lindung Lewoloroh

Di Kabupaten Sikka telah terbentuk 29 Kelompok Tani Adat yang mengelola Hutan Kemasyarakatan sejak tahun 2010. Lokasi Hutan Kemasyarakatan di Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 388/Menhut-II/2010, 5 Juni 2010, tentang Areal Cadangan Pengelolaan HKm di Kawasan Hutan Lindung seluas 16.755 ha yang mencakup Hutan Lindung Lewoloroh dan Egon Ilimedo.

Peta Hutan Lindung Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2

Page 3: Sikka Summary Brief

Sikka Summary Brief - Januari 2014

mitra Kementerian Kehutanan seperti Kemitraan / Partnership for Governance Reform, Samantha dan Sandi Florata dengan kegiatan fasilitasi pada 2012 antara lain:

1. Magang HKm Sikka di Lombok Tengah, 26 September – 2 Oktober 2012,2. Pembuatan Batas, Pengumpulan Data Detail dan Penyusunan Rencana Kerja; September –

Desember 2012,3. Pertemuan Multipihak, 6 Desember 2012,4. Pelatihan Penguatan Kelembagaan, 13 – 15 Desember 2012,5. Pelatihan Pengukuran dan Penghitungan Karbon, 17-18 Desember 2012,6. Pemberian Alat Ukur Karbon Sederhana, Peta Area Kerja dan Papan Penanda Kelompok HKm,

Desember 2012 – Februari 2013.

Pada tahun 2013, kegiatan pengembangan dan penguatan kelembagaan dilanjutkan antara lain melalui:

a. fasilitasi pengembangan sumber daya Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari HKm Sikka dengan melibatkan BPDAS BN, Dishut Provinsi NTT, Dishut Kabupaten Sikka dan NTFP-EP (Non Timber Forest Product-Exchange Programme South and Southeast Asia). Keterlibatan NTFP-EP terutama dalam pelaksanaan fasilitasi Pengembangan Produk Hasil Hutan Bukan Kayu/HHBK dan identifikasi pasar.

b. Pelatihan Penguatan Kelembagaan untuk 8 kelompok yang telah memperoleh IUPHKm pada Oktober 2013;

c. Pengembangan Budidaya murbei dan tanaman obat di desa Hikong dan Watumerak, difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi NTT;

d. Pelatihan Pembuatan Mesin Produksi Sederhana untuk HKm Sikka, diselenggarakan oleh BPDAS Benain Noelmina;

e. Program Kebun Bibit Rakyat (KBR), oleh Ditjen Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDASPS) Kemenhut;

f. Magang di HKm Kulon Progo diikuti oleh wakil pengurus dari 3 (tiga) kelompok HKm Sikka yang mendapat IUPHKm tahun 2012 dan 3 (tiga) kelompok HKm Sikka yang mendapat IUPHKm tahun 2013. Magang ini diselenggarakan oleh Dishut Kab. Sikka dan DPRD Kabupaten Sikka (Komisi B).

Kelompok Hutan Kemasyarakatan Sikka dan fasilitator membahas tentang potensi sumber daya yang dapat dikembangkan oleh masyarakat untuk meningkatkan penghidupannya pada Training of Community Livelihood Appraisal and Products Scanning, 4-6 Juni 2013. Pelatihan ini diselenggarakan oleh ASFN Secretariat bekerjasama dengan Dinas Kehutanan (Dishut) Kabupaten Sikka dan NTFP-EP (Non-Timber Forest Products Exchange Programme South and Southeast Asia).

3

Page 4: Sikka Summary Brief

Secara umum Produk HHBK yang sudah memiliki pasar dan dihasilkan oleh Kelompok Tani HKm Sikka adalah biji Mete (Anacardium occidentale), Kakao (Theobroma Cacao) dan Kemiri (Aleurites moluccana). Namun demikian ketiga komoditas tersebut belum dikembangkan dengan optimal, dan selain ketiga produk HHBK tersebut masih ada potensi produk lainnya. Melalui Buku Induk yang telah disusun bersama oleh kelompok Tani dan Fasilitator dari Dishut Kabupaten Sikka dan LSM Sandi Florata, diketahui sekurangnya ada 16 (enam belas) produk yang dapat dikembangkan dan memiliki potensi untuk diunggulkan. Keenambelas produk tersebut antara lain: asam, nangka, mangga, pisang, kelapa, petai, pala, rambutan, durian, cengkeh, sukun, vanili, kopi, cempedak, langsat dan ubi keladi (roset).

Kurangnya pengetahuan dalam teknik budidaya menyebabkan hasil agroforestri petani HKm Sikka masih belum memuaskan. Dari ketiga produk HHBK yang dikenal dan memiliki pasar tersebut, kemiri merupakan produk yang paling potensial, namun kualitasnya masih harus ditingkatkan.

Peluang meningkatkan kualitas dan kuantitas kakao dan mete dari area petani HKm masih besar, namun pemberdayaan dan pendampingan untuk petani HKm harus dilakukan.

Dari 18 Kelompok Tani HKm yang sudah memiliki ijin terdapat 7 Kelompok Tani HKm yang memiliki potensi pengembangan usaha produk kakao, yaitu Kelompok Tani HKm Watumerak, Wolomotong, Nenbura, Koangpopot dan Wogalirit di kecamatan Doreng, Pruda di Kecamatan Waiblama dan Egon Gahar di Kecamatan Mapitara.

Untuk tahun 2014 dan seterusnya kegiatan fasilitasi pengembangan HKm Sikka akan lebih diarahkan kepada pengembangan usaha produk yang dapat dikembangkan pada areal HKm Sikka. Pengembangan usaha produk HKm akan mengundang dan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama yang dapat bersinergi dalam pengembangan teknologi budidaya, pemanenan, pengolahan serta strategi pemasaran beberapa jenis komoditi yang berpotensi dan prioritas ditangani seperti coklat, kemiri dan mete.

Kelompok Hutan Kemasyarakatan Sikka mencatat pengukuran karbon ke dalam matriks yang diberikan oleh Dr. Markum (memakai kaos oranye) pada 13-15 Desember 2012. Pengukuran dan penghitungan karbon dilakukan agar Kelompok HKm mengetahui pentingnya pengukuran dan pencatatan cadangan karbon di area kerja mereka.

4

www.asfnsec.org

Disclaimer:

Informasi diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Sikka, Direktorat Bina Perhutanan Sosial Kementrian Kehutanan, Masyarakat penerima IUPHKm serta Mitra Fasilitasi HKm Sikka dan disusun untuk publikasi kegiatan ASFN dalam fasilitasi pengembangan usaha HKm Sikka, Maumere, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Informasi lebih lanjut:

ASFN SECRETARIATManggala Wanabhakti Building, Block VI, 4th FloorJalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270Indonesia ( +62 -21-5703246, ext. 478 7 +62-21-5730136* [email protected]