Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

45
SIKAP SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU BLITAR Proposal Skripsi Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Islam (S.Psi) Oleh : NUR AZIZATUL HUSNA NIM: 9334.014.10 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

description

proposal sikap

Transcript of Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Page 1: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

SIKAP SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN

KONSELING DI MADRASAH ALIYAH MA’ARIF UDANAWU

BLITAR

Proposal Skripsi

Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Psikologi Islam (S.Psi)

Oleh :

NUR AZIZATUL HUSNA

NIM: 9334.014.10

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

JURUSAN USHULUDDIN DAN ILMU SOSIAL

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) KEDIRI

2014

Page 2: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling di MA

Ma’arif Udanawu Blitar

1. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, pendidikan merupakan proses yang sangat

menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat.

Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 sebagaimana dikutip

oleh Sugiyono tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Fungsi pendidikan nasional menurut Mulyana yaitu “untuk

mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat

manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional”.2 Pendidikan

tidak lepas dari suatu lembaga yang menaunginya. Lembaga pendidikan

bertugas mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas.

Sekolah yang bermutu juga dipengaruhi oleh peserta didik maupun

pendidiknya.

Pendidikan di Indonesia ini tidak hanya memprioritaskan

perkembangan aspek kognitif atau pengetahuan peserta didik, namun juga

perkembangan individu sebagai pribadi yang unik secara utuh. Maka dari itu.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), 42.2 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi (Bandung: Fokus Media, 2010), 6.

Page 3: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

suatu lembaga pendidikan atau sekolah memberikan layanan yang dapat

memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan

dan konseling. Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling

kepada peserta didik yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi, sosial,

belajar dan karir. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pengembangan

atau kualitas madrasah maupun individu yang bernaung didalamnya khususnya

siswa. Salah satunya adalah mengenai sikap.

Sikap merupakan kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang,

institusi atau kejadian baik secara positif atau negatif.3 Tetapi hal ini tidak

berarti bahwa semua tindakan atau perbuatan seseorang identik dengan sikap

yang ada padanya. Sikap anak terhadap sekolah sangat besar pengaruhnya

terhadap berhasil tidaknya pendidikan anak-anak di sekolah. Termasuk sikap

siswa terhadap layanan bimbingan konseling

Sikap memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau

negatif terhadap objek atau situasi. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan,

keyakinan, perasaan, dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap

objek sikap. Jadi kita dapat mengukur kedalaman sikap seseorang terhadap

suatu objek melalui pengetahuannya, perasaannya, dan bagaimana ia

memperlakukan objek tersebut.4

Layanan yang diberikan oleh bimbingan dan konseling terutama yang

berkaitan dengan belajar, serta sikap yang dimunculkan dari siswa terhadap

layanan bimbingan dan konseling itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

pendidikan anak-anak disekolah. Layanan bimbingan dan konseling seharusnya

direspon positif oleh siswa, karena layanan ini sangat menguntungkan dan

dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalahnya namun

3 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), 43.4 Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 83.

Page 4: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

kenyataannya banyak siswa yang merespon negatif akan keberadaan layanan

bimbingan dan konseling.

Seperti yang dituturkan oleh M. Fandu Dharma S. salah satu siswa di

MA Ma’arif Udanawu ketika diwawancarai peneliti, “terus terang saya tidak

suka mbak dengan bimbingan konseling, kalau saya terlambat, apalagi

sekarang ada sistem point, melakukan kesalahan dikit aja dipanggil, memang

sih itu tujuannya baik dan saya akui saya juga salah, tapi ya kesalahan kecil aja

dah dapat point,aku kan jadi dapat panggilan wali murid”.5 hasil wawancara

tersebut tidak jauh beda dengan apa yang dituturkan oleh M. Sholikhin yang

juga salah satu siswa di MA Ma’arif Udanawu ketika diwawancarai oleh

peneliti “kalau bisa sih, jangan sampai saya berurusan dengan BK mbk,

kesannya kalau dapat panggilan dari BK itu mesti buruk. Apalagi sekarang

peraturan semakin ketat semenjak ada sistem point, melakukan kesalahan

sedikit aja kena point dan dipanggil ke BP/BK.6

Petugas bimbingan dan konseling sering dianggap oleh siswa sebagai

"polisi sekolah" yang harus menjaga tata tertib dan disiplin sekolah. Siswa

menganggap petugas bimbingan dan konseling sebagai petugas yang

menangkap siswa yang tidak mematuhi tata tertib sekolah atau melanggar

disiplin sekolah.

Seperti yang dituturkan oleh Bapak Fitra Yuni S. selaku guru BK Ma

Ma’arif Udanawu ketika diwawancarai oleh peneliti, “siswa yang merespon

negatif atau tidak suka dengan BK itu terkadang karena keadaan, atau masalah

yang ada pada diri mereka sendiri walaupun sebenarnya mereka mengetahui

fungsi dari layanan bimbingan dan konseling yang ada disekolah. Kedatangan

mereka ke ruang BK mayoritas karena dapat panggilan sedangkan yang datang

karena keinginan maupun kesadarannya sendiri itu masih minim. Namun, pada

waktu akan kenaikan kelas maupun kelulusan, banyak siswa yang datang ke

5 M. Fandu Dharma S., Siswa MA Ma’arif Udanawu, Blitar, 03 Desember 2013.6 M. Sholikhin, Siswa MA Ma’arif Udanawu, Blitar, 24 Desember 2013.

Page 5: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

BK untuk memanfaatkan layanan BK dalam hal pemilihan jurusan maupun

melanjutkan ke perguruan tinggi.”.7

Pada saat saya melaksanakan studi kasus kemarin saya menemukan

sebuah fenomena yang terjadi yang tentang layanan bk, di survey aal yg sy

lkkan sya mwwancarai bbrpa sswa mngutrakan sbuah penilaian negtif tyang

akhirnya menimulkan sikap negative terhadap pelayanan bk, dari hal

tersebutlah saya mencoba untuk meneliti jauh mana pelayanan bk ang dibrikan

teadap siswa, mengapa merekaa bersikap negative. Dari hasil wawancara saya

terhada siswa maupun guru bk, para siswa itu tidak suka aau tidak setuju

terhadap layanan BK . karena setiap melakukan keslahan mereka dipanggil

oleh bkmereka BK UNTUK MEMNGGIL SISWA mELLUI KETERTIBAAN

KRN KETERTIBN YAANG MENGETAHUI permasaalahan yang dialami

siswa

Berdasarkan studi kasus yang pernah saya lakukan di Ma Ma’arif

Udanawu terdapat beberapa siswa yang tidak suka bahkan menjauh dari BK,

mereka menganggap bahwa siswa yang berurusan atau bahkan hanya masuk ke

ruang BK adalah anak yang bermasalah atau melakukan hal yang negatif.

Selain itu, mereka ada tidak mau BK mengetahui masalah mereka dan ikut

campur. Sehingga mereka tidak mau memanfaatkan layanan BK. Sikap seperti

itulah yang dapat menghambat pengembangan kualitas atau potensi diri siswa

bahkan juga bisa berdampak pada perkembangan kualitas atau mutu sekolah.

Padahal BK merupakan layanan yang menawarkan bantuan kepada siswa agar

mereka dapat memahami maupun mengarahkan dirinya sendiri, serta dalam

pemecahan masalah maupun pengambilan keputusan. Sehingga siswa dapat

mencapai perkembangan diri secara optimal.

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

mengambil judul “Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan dan

Konseling di Ma Ma’arif Udanawu Blitar”.

7 Fitra Yuni S., Guru BK Ma Ma’arif Udanawu, Blitar, 15 Maret 2014.

Page 6: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Sikap Siswa Terhadap

Layanan Bimbingan Dan Konseling Di MA Ma’arif Udanawu Blitar?”

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling

di MA Ma’arif Udanawu Blitar.

4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a) Menambah khasanah pengetahuan bagi perkembangan disiplin ilmu

psikologi pada umumnya, khususnya psikologi sosial dan psikologi

pendidikan.

b) Memberikan penjelasan dan gambaran mengenai sikap siswa terhadap

layanan bimbingan dan konseling.

c) Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian mendatang mengenai

permasalahan yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap layanan

bimbingan dan konseling

2. Kegunaan Praktis

a) Bagi guru khususnya guru BK, hasil dari penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan masukan di dalam merumuskan pemberian

layanan BK yang efektif bagi siswa serta perbaikan, peningkatan,

Page 7: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

perubahan ke arah yang lebih baik sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai secara optimal.

b) Bagi siswa MA Ma’arif Udanawu khususnya dan para siswa

madrasah aliyah ataupun sederajat pada umumnnya dapat

mengetahui dan menyadari pentingnya layanan bimbingan

konseling bagi mereka dalam peningkatan kualitas diri dan menjadi

termotivasi untuk memanfaatkan layanan BK.

c) Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah dan

menambah wawasan di bidang psikologi sosial dan psikologi

pendidikan sehingga diharapkan dapat mengaplikasikannya.

5. Telaah Pustaka

Mengenai masalah sikap siswa sudah ada yang membahas sebelumnya.

Namun, dalam penelitian ini, yang mana mengenai sikap siswa terhadap

layanan bimbingan dan konseling di MA Ma’arif Udanawu Blitar belum ada

yang mengkaji. Berdasarkan penelusuran peneliti, terdapat penelitian yang

hampir serupa dengan penelitian yang akan dilaksanakan diantaranya:

Sikap, Minat dan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Seni Budaya Kelas XI di SMA Negeri 1 Kawedanan, Magetan .

Penelitian dilakukan oleh Endah Dwi Anggraini dari Universitas

Negeri Malang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

kuantitatif deskriptif.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Sikap Belajar Siswa

Kelas XI jurusan Ilmu Alam adalah dengan prosentase 76,7% responden,

sedangkan jurusan Ilmu Sosial memiliki jumlah prosentase 76,2%

terhadap Mata Pelajaran Seni Budaya. Minat Belajar Siswa Kelas XI

jurusan Ilmu Alam dengan prosentase 51,3%, sedangkan siswa jurusan

Page 8: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Ilmu Sosial dengan jumlah prosentase 67,4%. Motivasi Belajar Siswa

Kelas XI jurusan Ilmu Alam dengan prosentase 74,5%, sedangkan siswa

jurusan Ilmu Sosial adalah 75,5%. Perbedaan Sikap, siswa jurusan Ilmu

Alam lebih baik daripada jurusan Ilmu Sosial. Untuk perbedaan minat,

siswa jurusan Ilmu Sosial lebih tinggi daripada jurusan Ilmu Alam.

Sedangkan untuk perbedaan motivasi, siswa jurusan Ilmu sosial lebih

tinggi daripada jurusan Ilmu Alam.

Pengaruh Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling terhadap Sikap

Sosial Siswa MTsN Model Brebes kelas VIII Semester 1 Tahun Ajaran

2009/2010

Penelitian dilakukan oleh Herman Firdaus dari IKIP PGRI

Semarang. Penelitian ini Termasuk Penelitian Kuantitatif. Dari hasil

penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikant layanan

informasi bimbingan dan konseling terhadap sikap sosial siswa MTsN

model Brebes kelas VIII Semester 1 tahun ajaran 2009/2010.

6. Kajian Teoritik

1. Sikap

a) Pengertian Sikap

Sikap dapat diartikan suatu predisposisi atau kecenderungan yang

relatif stabil dan barlangsung terus menerus untuk bertingkahlaku atau untuk

mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga,

atau persoalan tertentu. Dilihat dari satu titik pandangan yang sedikit

berbeda, sikap merupakan kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang,

institusi atau kejadian baik secara positif atau negatif.8

8 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), 43.

Page 9: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Pengertian sikap atau attitude menurut Gerungan dapat diterjemahkan

dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan

atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa

diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap

suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada suatu hal, suatu objek. Tidak

ada attitude tanpa ada objeknya. Attitude mungkin terarahkan pada benda-

benda, orang-orang, tetapi juga peristiwa-peristiwa, pemandangan-

pemandangan, lembaga-lembaga, norma- norma, nilai-nilai, dan lain-lain.9

Definisi sikap menurut Shelley, Letitia, & David “Attitude (sikap)

adalah evaluasi terhadap objek, isu, atau orang. Sikap didasarkan pada

informasi afektif, behavior, dan kognitif (“ABC-nya” sikap)”.10

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap

merupakan keadaan dalam diri individu yang berupa pandangan, perasaan

dan disertai kecenderungan untuk bertindak dalam menanggapi suatu hal atau

suatu objek, baik secara positif maupun negatif.

b) Komponen Sikap

Sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

Komponen kognitif

Berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan

objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang

diketahuinya sekitar objek sikap., dapat berupa tanggapan atau

keyakinan, kesan, atribusi , dan penilaian, tentang objek sikap tadi.

Komponen afektif

9 W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT Rafika Aditama, 2004), 160-161.10 Shelley E. Taylor, et. al., Psikologi Sosial edisi kedua belas (Jakarta: Kencana, 2009), 165.

Page 10: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya

komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau

tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan

atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang

mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya.

Komponen konatif

Dapat diketahui melalui respon subjek yang berkenaan dengan

objek sikap. Respon tersebut dapat berupa tindakan atau perbuatan yang

dapat diamati dan berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan

tertentu sehubungan dengan objek sikap. Intensi merupakan predisosisi

atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap. Jika orang mengenali

dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap yang disertai

dengan perasaan yang positif mengenai kognisinya, maka ia akan

cenderung untuk mendekati (approach) objek sikap tersebut. Sebaliknya,

bila orang memiliki anggapan, pengetahuan, dan keyakinan negatif yang

disertai dengan perasaan tidak senang terhadap objek sikap, maka ia

cenderung “menjahuinya”. Artinya, ia akan menentang, menolak, dan

menghindar dari objek tersebut. 11

Komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh

asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen

konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara

langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang

berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang.

Masalahnya adalah tidak ada jaminan bahwa kecenderungan berperilaku

11 Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial., 83-84.

Page 11: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

itu akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai

apabila individu berada dalam situasi yang termaksud.12

Karena ketiga komponen itu saling terkait erat, timbul teori bahwa

jika kita dapat mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu

objek sikap tertentu, kita akan tahu pula kecenderungan perilakunya.

Dengan demikian, kita dapat meramalkan perilaku dari sikap yang

dampaknya besar sakali dalam penerapan psikologi karena dapat

dimanfaatkan baik dalam hubungan antarpribadi, dalam konseling

maupun hubungan antar kelompok. Namun, dalam kenyataanya tidak

selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan

sikap tersebut.13 Misalnya, anak yang tidak suka pada salah satu mata

pelajaran dikelas (sikap negatif) tetap mengikuti proses KBM karena itu

sudah peraturan dan juga merupakan kewajiban bagi siswa.

c) Ciri-ciri sikap

Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain

penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan baginya, dan

yang terdapat padanya sejak dilahirkan.

Attitude dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang

atau sebaliknya, attitude-attitude dapat dipelajari sehingga attitude-

attitude dapat berubah-ubah pada seseorang bila terdapat keadaan-

keadaan atau syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya

sikap pada orang itu.

12 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 2813 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Individu Dan Teori –Teori (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 234.

Page 12: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi

tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap terbentuk,

dipelajari atau berubah, senantiasa berkaitan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

Objek attitude dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat pula

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkaitan

dengan satu objek dan juga berkaitan dengan sederetan objek yang

serupa

Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat

inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.14

e). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap antara lain:

Pengalaman Pribadi

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai

tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah

penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif ataukah negatif

tergantung berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini,

Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman

sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan

membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Pengalaman Pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

14 Gerungan, Psikologi Sosial., 163-164.

Page 13: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional. Dan bagaimana individu bereaksi terhadap pengalaman

saat ini jarang jarang lepas dari penghayatannya terhadap

pengalaman-pengalaman dimas lalu.

Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Di antara

orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang

tua, orang yang status sosialnya tinggi, teman sebaya, teman dekat,

guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.

Pada masa anak-anak dan remaja, orang tua biasanya

menjadi figur yang paling berarti bagi anak. Interaksi antara anak

dan orang tua merupakan determinan utama sikap si anak. Sikap

orang tua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang

hidup (Middlebrook, 1974). Namun, biasanya apabila

dibandingkan dengan pengaruh teman sebaya maka pengaruh sikap

orang tua jarang menang. Hal ini terutama benar pada anak-anak

remaja di sekolah menengah dan di perguruan tinggi. Seorang anak

yang biasanya belum kritis mengenai suatu hal, akan cenderung

mengambil sikap yang serupa dengan sikap orangtuanya

dikarenakan proses imitasi atau peniruan terhadapmodel yang

dianggapnya penting, yakni orangtuanya sendiri. Akan tetapi,

apabila terjadi pertentangan antara sikap orang tua dan sikap

teman-teman sebaya dalam kelompok anak tersebut, maka anak

akan cenderung untuk mengambil sikap yang sesuai dengan sikap

kelompok .

Pengaruh Kebudayaan

Page 14: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak

pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok

masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah

mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan

dalam pembentukan sikap individual.

Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai suatu hal mamberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang

dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi

dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah

sikap tertentu.

Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu

sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis

pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-

ajarannya.

Page 15: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang,

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian

dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu

frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang

lebih persisten dan bertahan lama.15

f). Teori Sikap Menurut Katz

Salah satu teori yang mempelajari sikap adalah teori fungsional

yang dikemukakan oleh Katz mengatakan bahwa untuk memahami

bagaimana sikap menerima dan menolak perubahan haruslah berangkat

dari dasar motivasional sikap itu sendiri. Apa yang dimaksud oleh Katz

sebagai dasar motivasional merupakan fungsi sikap bagi individu yang

bersangkutan. Fungsi sikap bagi manusia dirumuskan menjadi empat

macam, yaitu:

1) Fungsi Instrumental, Fungsi Penyesuaian, atau Fungsi Manfaat

Individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal

yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Dengan demikian individu akan membentuk sikap positif terhadap

hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan

membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan

merugikan dirinya.

2) Fungsi Pertahanan Ego

Sewaktu individu mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dan

dirasa akan mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta

15 Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.,30-36.

Page 16: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

dan kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya

dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan

melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

3) Fungsi Pernyataan Nilai

Dengan Fungsi ini seringkali seseorang mengembangkan sikap

tertentu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang

dianutnya yang sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

Sikap digunakan sebagai sarana ekspresi nilai sentral dalam dirinya.

Fungsi inilah yang menyebabkan orang sering lupa diri sewaktu

berada dalam situasi massa seideologi atau sama nilai.

4) Fungsi Pengetahuan

Manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk

mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya.

Adanya unsur yang semula tidak konsisten dengan apa yang

diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali, atau diubah

sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi.16

2. Bimbingan Dan Konseling

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan

Bimbingan menurut Tohirin adalah bantuan yang diberikan oleh

pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai

kemandirian dengan menggunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan

pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan

norma-norma yang berlaku.17

16 Ibid., 53-54.

17 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 20.

Page 17: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Menurut Crow & Crow yang dikutip oleh Samsul Munir

menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh

seseorang, baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan

berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia

dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,

mengembangkan arah pandangannya sendiri membuat pilihan sendiri,

dan memikul bebannya sendiri.

Menurut Rachman Natawidjaja yang dikutip juga dalam Samsul

Munir bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu

tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan

keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan

umumnya. Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan

dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat

umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri

secra optimal sebagai makhluk sosial.18

Jadi bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan

seseorang kepada individu baik laki-laki maupun perempuan secara

sistematis agar individu tersebut dapat memahami dirinnya

sendiri,mandiri, dan bisa memecahkan persoalan sesuai dengan

keberadaan individu tersebut baik dilingkungan sekolah, keluarga, dan

masyarakat.

Konseling

Konseling menurut Mortensen yang dikutip oleh Tohirin adalah

proses hubungan antar pribadi dimana orang yang satu membantu yang

18 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 4-6

Page 18: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan

masalahnya.

Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara

konselor dengan klien (siswa) yang berusaha memecahkan sebuah

masalah dengan mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien

dapat memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan sendiri.19

Konseling menurut Hansen Cs yang dikutip oleh samsul munir

menyatakan bahwa konseling adalah proses bantuan kepada individu

dalam belajar tentang dirinya, lingkungannya, dan metode dalam

menangani peran dan hubugan. Meskipun individu mengalami masalah

konseling, ia tidak harus remidial. Konselor dapat membantu seorang

individu dalam proses pengambilan keputusan dalam hal pendidikan dan

kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal.20

Jadi konseling tersebut dapat didefinisikan sebagai interaksi antar

individu (konselor dan klien) untuk membantu klien dalam menemukan

maupun mencari solusi permasalahan yang dialaminya. Seain itu dapat

juga membantu dalam proses pengambilan keputusan .

b. Tujuan Bimbingan dan konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya

2. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke

arah tingkat perkembangan yang optimal

3. Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya

4. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang

objektif tentang dirinya

19 Tohirin, Bimbingan dan Konseling,. 22-23. 20 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam,. 12.

Page 19: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

5. Menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri

maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam

hidupnya

6. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya

7. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku salah 21

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya disekolah dan madrasah

memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi pencegahan

Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya

masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai

masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Berdasarkan

fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan

kepada setiap siswa sebagai pencegahan terhadap timbulnya masalah,

yakni dengan merumuskan program bimbingan yang sistematis

sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa seperti

kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan masalah

lainnya dapat dihindari.

Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan

dengan fungsi ini yang bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah

meliputi layanan orientasi, Layanan pengumpulan data, layanan

kegiatan kelompok, layanan bimbingan karier

2. Fungsi Pemahaman

Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan

pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya dan

juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan pihak-pihan yang

membantunya (pembimbing).

3. Fungsi Pengentasan

21 Tohirin, Bimbingan dan Konseling,. 36-37.

Page 20: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Apabila seorang siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak

dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau

konselor, maka yang diharapkan oleh siswa yang bersangkutan adalah

teratasinya masalah yang dihadapinya. Masalah yang dialami siswa

juga merupakan suatu keadaan yang tidak disukainya. Oleh sebab itu

ia harus diangkat atau dientas dari keadaan yang tidak disukainya.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui

pelayanan bimbingan dan konseling, pada hakikatnya merupakan

upaya pengentasan.

4. Fungsi Pemeliharaan

Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti

memelihara segal sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri

individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-

hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. selain itu, juga

untuk mempertahankan agar hal-hal positif yang ada pada diri

individu tersebut tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan

semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut

bertambah lebih baik dan berkembang

5. Funsi Penyaluran

Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk

mengembangkan diri sesuai dengan keadan pribadinya masing-masing

yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita, dan lain sebagainya.

Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya

mengenali masing masing siswa secara perseorangan, selanjutnya

memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program

yang dapat menunjang tercapainaya perkembangan yang optimal.

6. Fungsi Penyesuaian

Pelayanan bimbingan konseling membantu siswa memperoleh

penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya (terutama

lingkungan sekolah dan madrasah bagi para siswa). Fungsi

penyesuaian mempunyai dua arah yaitu bantuan kepada siswa agar

Page 21: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah atau madrasah

dan bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai

dengan keadaan masing-masing siswa.

7. Fungsi Pengembangan

Siswa di sekolah atau madrasah merupakan individu yang sedang

dalam proses perkembangan. Mereka memiliki potensi tertentu untuk

dikembangkan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan

konseling diberikan kepada para siswa untuk membantu para siswa

mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah.

8. Fungsi Perbaikan

Pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang

diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi siswa. Siswa

yang mempunyai masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan

bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak

terjadi lagi pada masa yang akan datang.

9. Fungsi Advokasi

Layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah

membantu pesrta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau

kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.22

d. Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Tohirin terdapat beberapa layanan bimbingan dan

konseling:

Jenis- Jenis Pelayanan Bimbingan Dan Konseling:

I. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah suatu layanan terhadap siswa

baik disekolah maupun dimadrasah yang berkenaan dengan

tatapan ke depan dan tentang sesuatu yang baru.

II. Layanan Informasi

22 Ibid., 41-50.

Page 22: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Menurut Winkel yang dikutip oleh Tohirin layanan

informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi

kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.

III. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Menurut Winkel yang dikutip oleh Tohirin layanan

penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanaan

masa depannya selama masih disekolahdan madrasah dan

sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai

persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.

IV. Layanan Penguasaan Konten

Menurut Prayitno yang dikutip oleh Tohirin layanan

penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada

individu (siswa) baik sendiri atau kelompok untuk menguasai

kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

V. Layanan Konseling Perorangan

Menurut Payitno yang dikutipoleh Tohirin layanan

konseling perorangan adalah konseling yang diselenggarakan

oleh seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien

dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

VI. Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara

memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa)

melalui kegiatan kelompok.

VII. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok mengikutkan sejumlah

peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai

pemimpin kegiatan kelompok.

VIII. Layanan Konsultasi

Layanan Konsultasi merupakan layanan konseling yang

dilaksanakan oleh konselor (pembimbing) terhadap seorang

pelanggan (konsulti) yang memungkinkannya memperoleh

Page 23: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

wawasan, pemahaman, daa cara-cara yang perlu

dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan

pihak ketiga.

IX. Layanan Mediasi

Menurut Prayitno yang dikutip oleh Tohirin layanan

mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan

konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam

keadaan saling tidak menemukan kecocokan.

Kegiatan- Kegiatan Pendukung Pelayanan Bimbingan dan Konseling:

I. Aplikasi Instrumentasi

Aplikasi Instrumentasi dapat bermakna upaya

pengungkapan melalui pengukuran yang dilakukan dengan

menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Atau kegiatan

menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu

atas diri siswa.

II. Himpunan Data

Himpunan Data dapat bermakna suatu upaya

penghimpunan, penggolongan-penggolongan, dan pengemasan

data dalam bentuk tertentu. Himpunan data juga bermakna usaha-

usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis,

dan menafsirkan, serta menyimpannya.

III. Konferensi Kasus

Kasus bisa bemakna kondisi yang mengandung

permasalahan tertentu. Konferensi kasus merupakan forum terbatas

yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas

suatu permasalahan dan arah pemacahannya. Konferensi kasus

Page 24: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor,

dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan

upaya pemecahannya.

IV. Kunjungan Rumah

Menurut Prayitno yang dikutip oleh Tohirin Kunjungan

rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam

kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi

tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan

bimbingan dan konseling.

V. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasusdapat dimaknai dengan dengan upaya

mengalihkan atau memindahkan tanggung jawab memecahkan

masalah atau kasus-kasus tertentu yang dialami siswa kepada orang

lain (petugas bimbingan lain) yang lebih mengetahui dan

berwenang. Alih tangan kasus sering juga disebut layanan

rujukan.23

7. Metode Penelitian

a. Jenis/Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian yang menekankan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisisnya

pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika.24

Hasil penelitian deskriptif berupa deskripsi mengenai variabel-

variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau

kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disetiap variabel.

23

24 Saifudin azwar, Metode penelitian ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 5.

Page 25: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Metode penelitian kuantitatif ini termasuk jenis penelitian

deskriptif. Metode penelitian digunakan untuk memecahkan masalah,

metode harus sesuai dengan rumusan masalah. Jika rumusan masalahnya

deskriptif, maka metode penelitian yang digunakan untuk

memecahkannya adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada

satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau

membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu

kelompok dalam hal satu variabel.25

Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori

kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan,

variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika

penelitian berlangsung) dan menyajikannya apa adanya.26

Metode deskripsi digunakan karena penelitian ini tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesa tertentu, tetapi hanya

mengambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.27

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sikap siswa

terhadap layanan bimbingan dan konseling di ma ma’arif udanawu blitar.

b. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Madrasah

Aliyah Ma’arif Udanawu Blitar tepatnya di Jl. Raya Bakung Desa

Bakung Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, Yaitu karena peneliti

ingin mengetahui secara pasti mengenai sikap siswa terhadap layanan

bimbingan dan konseling di MA Ma’arif Udanawu.

Alasan peneliti memilih objek MA Ma’arif Udanawu sebagai

peneitian adalah karena mutu pendidikan yang sekarang semakin maju

dan jumlah siswa yang tiap tahun juga semakin bertambah. Namun, tidak

25 Purwanto, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 176-177.

26 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001),26.27 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 310.

Page 26: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

sedikit siswa yang merespon negatif, tidak suka, atau tidak setuju

terhadap layanan bimbingan dan konseling di MA Ma’arif udanawu ini,

dan permasalahan ini dari dulu sampai sekarang masih terjadi. Padahal

siswa maupun layanan bimbingan dan konseling juga berpengaruh dalam

peningkatan mutu pendidikan di MA Ma’arif udanawu tersebut. Hal

tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan MA

Ma’arif Udanawu sebagai tempat penelitian.

c. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono populasi adalah Wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyak yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.28 Adapun populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswa kelas XI Ma Ma’arif Udanawu.

Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti.29 Pengambilan sampel dalam penelitian ini

berpedoman pada pendapat Arikunto. Subyek yang dimaksud adalah

kelas XI di MA Ma’arif Udanawu. Arikunto mengatakan bahwa apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.30

Teknik Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

cluster random sampling artinya Melakukan randomisasi terhadap

kelompok, bukan terhadap subyek secara individual.31 Kelas XI dipilih

secara acak dari daftar nama kelas XI yang ada kemudian manetapkan

nama-nama kelas yang dipilih sebagai sampel penelitian. Jadi semua

28 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ., 117.29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,

2002), 109.30 Ibid.,112.31 Azwar, Metode penelitian.,87.

Page 27: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

kelas XI mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel bukan

murid secara individual melainkan murid secara kelompok.

d. Data dan Sumber Data

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung kepada subyek penelitian.32 Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Ma’arif

Udanawu Blitar.

2. Sumber data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung didapat dari subyek penelitian.33 Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Guru bimbingan dan konseling

MA Ma’arif Udanawu, dokumen-dokumen, angket.

e. Metode Pengumpulan Data

1) Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.34 Dalam

penelitian ini, metode angket digunakan mencari data untuk

mengetahui sikap siswa terhadap BK. Angket tersebut diberikan

secara langsung kepada responden dengan jawaban mengenai

derinya sendiri.

2) Interview (Wawancara)

32 Ibid., 9133 Ibid., 9134 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan., 199.

Page 28: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara dapat

dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat

dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon. 35

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada

sebagian siswa maupun guru BK sebagai studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang diteliti dan juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.36 Metode dokumentasi ini dipakai

oleh peneliti untuk mencari data mengenai latar belakang lokasi

penelitian, atau gambaran umum madrasah.

f. Analisis Data

Dalam Penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.37

Mengingat sifat dan tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan

informasi atau data sebagaimana adanya, maka jenis statistikanya seperti

teknik persen, kuartil, modus, median, mean, simpangan baku, dan

korelasi. Sedangkan visualisasinya dapat berbentuk tabel, grafik,

diagram, dan sejenisnya. 38

35 Ibid., 194.36 Ibid., 329.37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan., 207.38 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah., 90.

Page 29: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Daftar Pustaka

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D.Bandung: Alfabeta, 2013.

Mulyono. Manajemen Administrasi dan Organisasi. Bandung: Fokus Media,

2010.

Chaplin,J.P. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 1999.

Sarwono, Sarlito Wirawan dan Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika, 2012.

M. Fandu Dharma S., Siswa MA Ma’arif Udanawu, Blitar, 03 Desember 2013.

M. Sholikhin, Siswa MA Ma’arif Udanawu, Blitar, 24 Desember 2013.

Fitra Yuni S., Guru BK Ma Ma’arif Udanawu, Blitar, 15 Maret 2014.

Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: PT Rafika Aditama, 2004.

Shelley E. Taylor, et. al., Psikologi Sosial edisi kedua belas. Jakarta: Kencana,

2009.

Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2002

Sarono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial,Individu Dan Teori –Teori. Jakarta:

Balai Pustaka, 2002.

Page 30: Sikap Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling Di Madrasah Aliyah Ma

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah berbasis

Integrasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah, 2010.

Azwar, Saifudin azwar. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Purwanto. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Subana, M. dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV

Pustaka Setia, 2001.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2002