Septal Abscess

download Septal Abscess

of 21

Transcript of Septal Abscess

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    1/21

    1

    PENATALAKSANAAN ABSES SEPTUM NASI

    PADA ANAKDiana Sari, Abla G Irwan

    Bagian IKTHT- KL FK Unsri/

    Departemen KTHT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang

    AbstrakAbses septum nasi adalah kumpulan pus yang terdapat antara tulang rawan atau

    tulang pada septum nasi dengan mukoperikondrium atau mukoperiosteum. Abses

    septum jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki. Sebanyak 74%

    mengenai umur dibawah 31 tahun dan 42% mengenai umur 3-14 tahun. Lokasi

    yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior kartilago septum.

    Penyebab abses septum nasi tersering karena trauma. Khususnya pada

    anak biasanya karena trauma minor hidung. Penyebab lainnya akibat penyebaran

    infeksi sinus, komplikasi operasi hidung, infeksi gigi, vestibulitis, tuberkulosis

    dan gangguan sistem imun.

    Abses septum nasi merupakan kasus emergensi yang harus ditangani

    sesegera mungkin. Penatalaksanaan berupa insisi dan drainase abses disertai

    pemberian antibiotik spektrum luas.

    Dilaporkan satu kasus abses septum nasi pada anak yang telah dilakukan

    aspirasi, insisi dan drainase secara lokal anestesi juga diberikan antibiotikintravena.

    Kata kunci : abses septum nasi, etiologi, penatalaksanaan

    AbstractA nasal septal abscess is defined as a collection of pus between the cartilage or

    bony septum and its normally applied mucoperichondrium or mucoperiostium.

    Nasal Septal abscess is rare and usually occurs in men. As many as 74% under

    the age of 31 years and 42% over the age of 3-14 years. The location is most often

    found in the anterior septum cartilage. A nasal septal abscess common cause ofabscesses due to trauma. Especially in children is usually due to minor trauma to

    the nose. Other causes due to the spread of sinus infection, complications of nasal

    surgery, dental infections, vestibulitis, tuberculosis and immune system disorders.

    A nasal septal abscess is emergency cases should be handled as soon as possible.

    The management of abscess such as needle aspiration, incision and drainage

    with given antibiotics board spectrum. It was reported one case of nasal septal

    abscess in children who had performed needle aspiration, incision and drainage

    with local anesthetics and intravenous antibiotics.

    Keywords: nasal septal abscess, etiology, treatment

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    2/21

    2

    PENDAHULUAN

    Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian

    lebih dari biasanya, sebagai salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap

    lingkungan yang tidak menguntungkan.1 Abses septum dikenalkan pertama kali

    oleh Cloquet pada tahun 1810 yang berhasil menyembuhkannya dengan cara

    drainase. 2

    Abses septum nasi merupakan suatu kumpulan pus yang terdapat di antara

    kartilago atau tulang septum dengan mukoperikondrium atau mukoperiosteum. 3-7

    Kasus ini sangat jarang terjadi sehingga tidak banyak dibicarakan dalam berbagai

    kepustakaan.3,4,5

    Ambrus dkk (1981) dan Tavares dkk (2002) menyatakan 75% abses

    septum nasi disebabkan oleh trauma6,8 Kebanyakan abses septum nasi disebabkan

    oleh trauma yang kadang tidak disadari oleh pasien. Selain trauma, abses septum

    nasi juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari infeksi sinus, infeksi gigi, pasca

    operasi hidung (septoplasti), vestibulitis dan tuberkulosis.3-6,8,9 Beberapa laporan

    kasus menyatakan abses septum nasi disebabkan oleh jamur pada pasien-pasien

    dengan gangguan sistem imun.2,8,10

    Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif yang ditandai

    dengan rasa nyeri pada hidung seperti berdenyut terutama terasa dipuncak hidung.

    juga terdapat keluhan demam, sakit kepala dan terasa lunak pada daerah sekitar

    hidung.3

    Penatalaksanaan abses septum nasi harus dilakukan sesegera mungkin

    yaitu dengan aspirasi jarum dilanjutkan dengan insisi dan drainase abses serta

    pemberian antibiotik spektrum luas secara parenteral.3,11,12

    Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat karena

    komplikasinya dapat berat, yaitu dalam waktu yang tidak lama dapat

    menyebabkan nekrosis pada tulang rawan septum sehingga menimbulkan

    deformitas berupa hidung pelana, retraksi kolumela, dan pelebaran dasar hidung.

    Bila hilangnya tulang rawan septum terjadi pada anak, maka dapat menyebabkan

    gangguan perkembangan wajah.7

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    3/21

    3

    Abses septum nasi dapat juga menyebabkan komplikasi seperti infeksi ke

    intrakranial dan trombosis sinus kavernosus, sehingga setiap kasus septum nasi

    dianggap sebagai kasus darurat yang memerlukan penaganan yang tepat dan

    segera. Diagnosis yang terlambat dan penatalaksanaan yang tidak tepat dapat

    menimbulkan komplikasi.4,5

    KEKERAPAN

    Abses septum nasi jarang ditemui dan biasanya terjadi pada laki-laki.5,6,13

    Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun dan 42% mengenai umur

    diantara 3-14 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian

    anterior kartilago septum.5

    Suatu penelitian di Massachuesetts Eye and Ear Infirmy (1981) hanya

    menemukan 16 kasus dalam 10 tahun.5,14Studi kasus seri di Royal Childrenss

    Hospital Melbourne Australia (1996) melaporkan sebanyak 20 pasien abses

    septum selama 18 tahun.5,15 Penelitian pada 57 anak usia kurang dari 10 tahun

    dengan fraktur nasal tidak ditemukan hematom ataupun abses septum.5 Blahova

    melaporkan sebanyak 241 anak dengan fraktur nasal, hanya 2 orang mengalami

    abses septum. Chukuezi mengidentifikasi sebanyak 46 anak Nigeria dengan

    hematom septum yang menderita abses septum.5

    Abses septum nasi di RSMH berdasarkan data rawat inap pasien THT,

    didapatkan 1 kasus abses septum nasi dalam 2 tahun. Abses septum dapat terjadi

    unilateral atau bilateral tetapi belum ada laporan mengenai angka pastinya.

    ANATOMI

    Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang

    dipisahkan dibagian tengahnya oleh septum menjadi kavum nasi kanan dan kiri.16

    Tebal septum nasi secara normal 2-4mm yang sekaligus menjadi dinding medial

    dari kavum nasi.5

    Septum nasi dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang yang

    membentuk septum adalah lamina perpendikularis os etmoid, os vomer, krista

    nasalis os maksila dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan adalah

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    4/21

    4

    kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela. Septum nasi dilapisi oleh

    perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang,

    sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Bagian terbesar dari septum

    nasi dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid posterior dan kartilago

    septum anterior.13,16,17,

    Lamina perpendikularis os etmoid membentuk sepertiga atas atau lebih

    septum nasi, berhubungan dengan bagian horizontal os etmoid yang bagian

    bawahnya bertumpu pada os vomer. Di bagian anterior dan superior berhubungan

    dengan os frontal dan os nasal, di posterior berhubungan dengan tonjolan os

    sfenoid, di postero-inferior dengan os vomer dan antero-inferior dengan kartilago

    septum. Vomer terletak di septum nasi bagian posterior dan inferior. Dibagian

    superior membentuk sendi os sfenoid dan lamina perpendikularis os etmoid, dan

    di bagian inferior dengan krista nasalis os maksila dan os palatina. Krus medial

    dari kartilago alar mayor dan prosesus nasal bawah (krista) maksila membentuk

    bagian anterior septum.1,16,17

    Kartilago septum nasi merupakan sekeping tulang rawan tunggal yang

    berbentuk quadrilateral sebagai bagian anterior inferior septum nasi. Dibelakang

    bersatu dengan bagian tulang septum dan lamina perpendikularis os etmoid,

    bagian bawahnya bertumpu pada lekukan os vomer, krista maksila dan spina

    maksila. Periosteum dan perikondrium dari tulang rawan septum dihubungkan

    oleh jaringan konektif yang dibentuk oleh ligamentum yang memungkinkan

    terjadinya gerakan dari tulang tersebut.1

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    5/21

    5

    Gambar 1. Anatomi septum nasi. 1. Kartilago kuadrangularis. 2. Os nasal. 3. Lamina

    perpendikularis os etmoid. 4. Vomer. 5. Krista nasalis os palatina 6. Krista nasalis os

    maksila. 7. Kolumela (Dikutip dari Bailey Head and Neck Surgery Otolaryngology 2006)

    Perdarahan

    Perdarahan hidung sebagian besar berasal dari arteri karotis eksterna dan

    interna. Arteri sfenopalatina (cabang dari arteri maksilaris dan arteri karotis

    eksterna) dan arteri palatina desendens memperdarahi bagian posteroinferior

    septum sedangkan bagian anterosuperior septum dan dinding lateral memperoleh

    perdarahan dari arteri etmoidalis anterior dan posterior. Arteri palatina mayor

    (juga cabang arteri maksilaris) melalui kanalis insisivus menyuplai darah ke

    bagian anteroinferior. Cabang arteri labialis superior (cabang arteri fasialis)

    menyuplai bagian anterior tuberkel septum. Pada bagian kaudal septum yatiu tepat

    di belakang vestibulum terdapat pleksus Kiesselbach yang merupakan anstomosis

    dari arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior dan arteri palatina mayor.

    Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan

    dengan arteri. Vena pada vestibulum dan struktur luar hidung mempunyai

    hubungan dengan sinus kavernosus melalui vena oftalmika superior. 13,16,18,19

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    6/21

    6

    Gambar. 2 Perdarahan septum nasi (Dikutip dari Anatomy of The Nose and

    Paranasal Sinuses. Scott and BrownsOtolaryngology 1997)

    Persarafan

    Bagian anterior dan superior rongga hidung mendapat persarafan sensoris

    dari nervus etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris

    yang berasal dari nervus oftalmikus (n.V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian

    besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion

    sfenopalatinum.1,16,20

    Ganglion sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris, juga

    memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion

    ini menerima serabut sensoris dari nervus maksila (n.V-2), serabut

    parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Disamping mempersarafi hidung,

    ganglion sfenopalatina mempersarafi kelenjar lakrimalis dan palatum.18,21

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    7/21

    7

    Gambar 3. Persarafan septum nasi ((Dikutip dari Anatomy of The Nose and

    Paranasal Sinuses. Scott and Browns Otolaryngology 1997)

    ETIOLOGI

    Menurut Ambrus dkk (1981) terjadinya abses septum nasi paling sering

    ditemukan akibat trauma pada hidung (75%).14 Keadaan ini dapat terjadi akibat

    kecelakaan, perkelahian maupun olahraga. Trauma dapat mengakibatkan luka

    pada mukosa septum sehingga dapat menyebabkan hematom septum nasi. Tiga

    sampai lima hari setelah terjadi hematom septum nasi, hematom mengalami

    infeksi sekunder sehingga terjadi abses septum nasi.11

    Hematom septum nasi pada dewasa terjadi akibat trauma wajah yang

    bermakna dan fraktur hidung. Pada anak, hematom septum nasi ditemukan pada

    trauma minor hidung seperti berkelahi, jatuh dari sepeda, benturan bola ke muka

    atau benturan dengan objek keras. Hematom septum nasi dengan atau tanpa

    trauma harus tetap dicurigai akibat kekerasan pada anak (child abuse) terutama

    bayi dan anak kecil.2,11,14

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    8/21

    8

    Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoid dan sinusitis

    sfenoid. Beck (1945) melaporkan suatu kasus abses septum nasi sebagai

    komplikasi dari sinus etmoid.5,8 Collins (1985) juga melaporkan kasus abses

    septum nasi yang disebabkan oleh sinusitis sfenoid akut.5,8

    Abses septum nasi juga dapat terjadi akibat komplikasi dari operasi

    hidung. Lo (2004) menemukan 7% abses septum disebabkan trauma akibat

    tindakan septomeatoplasti.22 Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari

    infeksi gigi.5,8 Da Silva (1982) melaporkan 2 kasus abses septum nasi akibat

    infeksi gigi.5 Ozan, Polat dan Heler (2006) juga melaporkan 1 kasus yang

    disebabkan infeksi gigi.4

    Penyebab lain abses septum nasi adalah vestibulitis (13,4%) dan yang

    tidak diketahui penyebabnya (6,7%).6 Menurut Singh dkk (2004) abses septum

    nasi dapat disebabkan oleh tuberkulosis hidung.23 Penelitian Walker dkk (2007)

    melaporkan 1 abses septum nasi yang disebabkan oleh jamur pada pasien dengan

    ganguan sistem imun.2

    PATOFISIOLOGI

    Patofisiologi abses septum nasi biasanya tergantung dari penyebabnya.

    Beberapa mekanisme untuk terjadinya abses septum nasi yaitu hematom septum

    yang terinfeksi, penyebaran langsung infeksi sepanjang permukaan jaringan,

    infeksi gigi, penyebaran melalui pembuluh darah vena ke orbita dan sinus

    kavernosus.5

    Trauma pada hidung menyebabkan pembuluh darah di sekitar tulang

    rawan robek, sehingga darah akan berkumpul diantara tulang rawan dan

    mukoperikondrium yang melapisinya menyebabkan tulang rawan mengalami

    penekanan, nekrosis sehingga tulang rawan jadi destruksi. Hematom ini

    merupakan media yang sangat mudah terinfeksi dan menimbulkan proses supurasi

    yang berkembang menjadi abses. Abses septum nasi dapat mengakibatkan

    nekrosis tulang rawan septum oleh karena menghalangi suplai darah ke tulang

    rawan septum nasi. jika sudah terjadi nekrosis akan menyebabkan terjadinya

    perforasi, sehingga proses supurasi yang semula unilateral menjadi bilateral.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    9/21

    9

    Destruktif tulang membentuk kavitas yang akan diisi oleh jaringan ikat.

    Hilangnya sebagian besar jaringan penyokong bagian bawah hidung dan adanya

    retraksi jaringan parut akan menyebabkan terjadinya deformitas hidung berupa

    hidung pelana dan retraksi kolumela.5

    Penyebaran langsung sepanjang permukaan jaringan yang berasal dari

    infeksi sinus. Lamina perpendikularis os etmoid merupakan jalan masuk langsung

    bila terdapat infeksi dari sinus frontal dan sphenoid ke etmoid kemudian septum

    hidung.8 Huang dkk (2006) menduga abses septum nasi yang disebabkan oleh

    infeksi sekunder dari sinus terjadi karena tidak adanya katup pada sistem vena

    pada sinus-sinus yang menyebabkan hubungan bebas dengan bakteriemia atau

    tromboflebitis sepsis.3,5,6

    Infeksi gigi dapat menyebabkan abses septum nasi melalui penyebaran

    langsung. Gigi taring bagian atas secara anatomi dekat dengan dasar hidung yang

    menjelaskan fakta bahwa abses gigi taring dapat menonjol ke dasar hidung.4,5

    Abses septum nasi yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat terjadi sebagai

    infeksi lokal atau manifestasi sekunder dari tempat lain.24 Pada fase awal infeksi,

    organisme ini melalui aliran darah akan mencari sistem limfe dan organ lain,

    meninggalkan fokus yang akan menimbulkan gejala klinis dalam waktu lama.23

    DIAGNOSIS

    Anamnesis

    Hidung tersumbat yang progresif merupakan gejala yang paling sering

    ditemukan pada abses septum nasi. Gejala lainnya adalah nyeri pada hidung

    seperti berdenyut terutama di puncak hidung, lesu, demam, sakit kepala dan terasa

    lunak pada daerah sekitar hidung.3,4,5,12

    Gejala yang timbul tergantung penyebab abses septum nasi. Oleh karena

    itu perlu ditanyakan kemungkinan-kemungkinan penyebab abses septum nasi

    seperti riwayat trauma, adanya gejala-gejala sinusitis, operasi hidung, riwayat

    sakit gigi, riwayat mencabut bulu hidung, riwayat batuk lama juga riwayat

    penyakit atau tindakan sebelumnya.3,4,5,12

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    10/21

    10

    Pemeriksaan Fisik

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak hidung bagian luar (apeks nasi)

    hiperemi, oedem, dan kulit mengkilat. Didapatkan nyeri pada sentuhan. Rinoskopi

    anterior tampak pembengkakan septum nasi baik unilateral maupun bilateral

    terutama pada bagian anterior dengan warna yang bervariasi dari abu-abu sampai

    ungu kemerahan, pada sentuhan terasa lunak, perabaan menggunakan benda

    tumpul pembengkakan terasa fluktuatif. Pemberian kapas yang dibasahi dengan

    solutio tetrakain efedrin 1% tidak mengempis.3,4,5,11,12,14

    Selain itu juga diperiksa nyeri tekan pada sinus, keadaan gigi-geligi dan

    pemeriksaan lain yang berhubungan dengan kemungkinan penyebab abses septum

    nasi.3,4,5,12

    Tindakan pungsi dan aspirasi berguna untuk membantu menegakkan

    diagnosis dan pemeriksaan kultur, selain itu juga dapat mengurangi tekanan dalam

    abses dan mencegah terjadinya infeksi intrakranial.3

    Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari penyebab abses septum

    nasi yang akan berkaitan dengan terapi, juga untuk melihat sejauh mana terjadinya

    komplikasi. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah laboratorium, foto toraks,

    foto sinus paranasal dan kultur resistensi pus. Selain itu dapat dilakukan

    pemeriksaan tomografi komputer.3,4,5,12

    MIKROBIOLOGI

    Stafilokokus aureus adalah organisme yang paling sering didapat dari

    hasil kultur pada abses septum.3 Kadang-kadang ditemukan Streptkokus

    pneumonia, Streptokokus mileri, Streptokokus viridian, Stafilokokus epidermidis,

    Streptockcus hemolitikus, Haemofilus influenzae dan organisme anaerob.3,4,5,11

    Penelitian Tavares dkk (2002) melaporkan sebanyak 42,9% dari hasil kultur

    adalah Stafilokokus aureus, selain itu juga ditemukan bakteri Streptokokus

    viridan (21,4%),Enterokokus fekalis (7,1%) dan Streptokokus piogens (7,1%).6,26

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    11/21

    11

    Brook (1998) dalam penelitiannya melaporkanPeptostreptokokus magnus,

    Pretovella intermedia danPeptostreptokokus anarobius sebagai bakteri penyebab

    abses septum nasi.25

    Spesies Aktinomises, Aspergillius flavus dan mungkin Kandida,

    Kriptokokus, Trikosporan, Kokidiodes imitis, Blastomises dermatidis dan

    Histoplasma kapsulatum dapat ditemukan pada hasil kultur.9,27

    KOMPLIKASI

    Komplikasi berhubungan dengan perkembangan wajah pada anak, karena

    kartilago berguna untuk menunjang hidung dan perkembangan wajah.4,5

    Komplikasi dari abses septum nasi dapat berupa estetik maupun intrakranial.

    Komplikasi estetis berupa deformitas hidung (saddle nose) yang disebabkan oleh

    nekrosis kartilago sehingga terjadi kerusakan sebagian besar jaringan penyokong

    bagian bawah hidung.4,5

    Perforasi septum nasi yang disebabkan oleh karena abses dapat

    menyebabkan terjadinya kavitas yang kemudian diisi jaringan ikat menyebabkan

    terjadinya retraksi, jaringan parut, kemudian menyebabkan terjadinya retraksi

    kolumela. Ada laporan bahwa hidung ras kulit hitam lebih resisten untuk

    terjadinya deformitas kosmetik dibandingkan hidung ras Kaukasia.26

    Penyebaran infeksi dari septum dapat terjadi ke mata, meningen, sinus

    kavernosus dan otak. Berdasarkan literatur didapatkan beberapa infeksi

    intrakranial yang berhubungan dengan abses septum nasi. Komplikasi termasuk

    meningitis bakteri, abses otak dan empiema subaraknoid dan trombosis sinus

    kavernosus.11

    PENATALAKSANAAN

    Abses septum nasi merupakan kasus emergensi yang harus ditangani

    sesegera mungkin. Pertama kali disarankan untuk melakukan aspirasi jarum

    sebelum melakukan insisi dan drainase abses, kemudian dikirim untuk pewarnaan,

    kultur dan resistensi tes.3,5,6,7

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    12/21

    12

    Langkah selanjutnya adalah insisi dan drainase. Beberapa peneliti

    menyarankan pemasangan drain untuk mencegah reakumulasi pus dan peneliti

    lain menyarankan pemasangan tampon hidung.5

    Insisi dapat dilakukan dengan anestasi lokal atau anestasi umum. Insisi di

    buat vertikal pada daerah yang paling berfluktuasi, diusahakan sedekat mungkin

    dengan dasar hidung agar pus dapat keluar semua. Insisi abses dapat unilateral

    atau bilateral, kemudian dilakukan evakuasi pus, bekuan darah, jaringan nekrotik

    dan jaringan granulasi sampai bersih, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan

    drain. Drain yang dipasang dapat berupa pipa (penrose drain) yang dijahit pada

    tempat insisi atau drain dari karet. Drain dipertahankan sampai 2-3 hari, jika drain

    masih diperlukan dapat dipertahankan.13

    Pada kedua rongga hidung dipasang tampon anterior setelah dilakukan

    insisi dan pemasangan drain, tampon anterior tiap hari diganti dan dipertahankan

    selama 2 sampai 3 hari. Bila pus masih ada luka dibuka lagi.3,5

    Pemberian antibiotik spektrum luas untuk gram positip dan gram negatip

    serta kuman anaerob dapat diberikan secara parenteral. Sebelum diperoleh hasil

    kultur dan tes resistensi dianjurkan untuk pemberian preparat penisilin intravena

    dan terapi terhadap kuman anaerob. Pada kasus tanpa komplikasi, terapi antibiotik

    parenteral diberikan selama 3-5 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral

    selama 7-10 hari.3,5

    Bila terjadi destruksi kartilago septum nasi maka rekonstruksi harus segera

    dilakukan untuk mempertahankan punggung septum nasi dan mukosa septum,

    menghindari perforasi dan mencegah kelainan perkembangan muka. Selain itu

    sumber infeksi abses septum nasi juga harus diobati.13

    LAPORAN KASUS

    Seorang anak perempuan usia 10 tahun berasal dari luar kota datang ke

    poliklinik THT RSMH Palembang dengan keluhan utama benjolan kemerahan di

    bagian tengah hidung kanan dan kiri disertai keluhan tambahan nyeri seperti

    berdenyut di puncak hidung. Anamnesis didapatkan lebih kurang tiga minggu

    sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami pilek tanpa disertai batuk dan

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    13/21

    13

    demam serta terasa gatal pada hidung. Karena gatal pasien sering mengorek-

    ngorek hidungnya.

    Dua hari kemudian pasien mengeluh bengkak di bagian tengah kedua

    hidungnya dan nafas agak tersumbat disertai hidung terasa membengkak. Saat itu

    pasien mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi. Lalu pasien berobat ke bidan,

    dinyatakan infeksi saluran nafas atas dan diberi empat macam obat yang tidak

    bermerk.

    Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa bengkak ditengah

    hidungnya semakin hari semakin merah, nyeri, hidung semakin terasa tersumbat

    disertai demam tinggi kemudian pasien berobat ke dokter dan diberi obat tiga

    macam.

    Satu minggu sebelum masuk rumah sakit pasien merasa demam dan nyeri

    berkurang, bengkak di bagian tengah hidung masih merah dan hidung terasa lebih

    tersumbat lalu pasien berobat ke RSMH.

    Pasien tidak mengeluh terlalu sering bersin-bersin di pagi hari, riwayat

    trauma, sering nyeri di daerah bawah mata, pangkal hidung dan dahi, terasa ada

    ingus mengalir ke tenggorok, hidung bau, operasi hidung, infeksi gigi, batuk-

    batuk lama disangkal.

    Pada pemeriksaan fisik hidung luar terdapat deformitas pada hidung

    berupa pembengkakan pada apeks nasi dan dorsum nasi. Rinoskopi anterior

    tampak kavum nasi dekstra dan sinistra sempit, sekret mukopurulen, konka

    inferior eutropi, bengkak berwarna merah sebelah kanan lebih besar dari kiri pada

    anterior septum nasi dan terasa nyeri. Pada waktu perabaan terdapat fluktuasi pada

    daerah yang bengkak. Pemeriksaan fisik lainnya tidak ditemukan kelainan. Tidak

    ditemukan infeksi gigi dan infeksi sinus.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    14/21

    14

    Gambar 4. Abses septum nasi sebelum penatalaksanaan.

    Untuk diagnostik dilakukan aspirasi jarum pada daerah fluktuatif di kavum

    nasi dekstra dan didapatkan pus 3cc. Pus lalu dikirim ke laboratorium untuk

    pemeriksaan kultur dan resistensi tes.

    Pasien didiagnosis dengan abses septum nasi dan di rawat inap di bangsal

    THT RSMH Palembang.

    Satu hari setelah dirawat dilakukan insisi abses dengan anestesi lokal.

    Dilakukan aspirasi jarum pada abses septum nasi sinistra di daerah yang palingfluktuatif didapatkan pus bercampur darah sebanyak 3cc, kemudian dilakukan

    insisi secaraKillian. Insisi diperdalam dengan klem. Dilakukan evakuasi pus dan

    bekuan darah didapatkan 10cc. Jaringan nekrotik dan jaringan granulasi

    dikeluarkan sampai bersih. Dilakukan penekanan abses septum kanan kearah kiri.

    Kemudian kartilago septum dievaluasi dan tidak ditemukan adanya nekrosis, lalu

    dipasang drain karet dan tampon hidung anterior kearah septum pada kedua

    kavum nasi.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    15/21

    15

    Gambar 5. Abses septum nasi intra-operatif

    Hasil foto toraks tidak ditemukan kelainan, hasil foto sinus paranasal

    tampak massa berdensitas jaringan lunak yang mengisi kavum nasi kanan dan kiri.

    Tidak tampak tanda-tanda sinusitis. Hasil laboratorium lekosit 10.400/ul.

    Pasien diberikan antibiotik sefotaksim 2x250mg intravena. metronidazole

    3x250mg intravena dan analgetik parasetamol 3x250mg peroral.

    Tiga hari setelah insisi dan drainase abses septum nasi, drain dilepas.

    Tampak septum nasi hiperemis, bengkak minimal dan tidak fluktuatif, luka insisikering. Tampon anterior dipasang kembali pada kedua kavum nasi, obat-obat

    sebelumnya dilanjutkan.

    Hari keenam pasca insisi dan drainase abses, tampon anterior dilepas.

    Tampak kavum nasi dekstra dan sinistra lapang, konka inferior eutropi, septum

    nasi hiperemis minimal, tidak dijumpai pembengkakan dan perforasi.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    16/21

    16

    Gambar 6. Hari keenam pasca insisi dan drainage abses.

    Hasil kultur resistensi didapatkan Stafilokokus aureus yang sensitif dengan

    sefotaksim. Setelah dirawat selama tujuh hari pasien dipulangkan dengan

    diberikan antibiotik oral amoksisilin 3x250mg selama tujuh hari.

    Satu bulan setelah dirawat, pasien kontrol ulang ke poliklinik THT RSMH

    Palembang, tidak ada lagi keluhan hidung tersumbat, tidak ada kemerahan pada

    septum dan tidak ditemukan komplikasi berupa perforasi septum nasi dan hidung

    pelana.

    Gambar 7. Kavum nasi satu bulan setelah insisi dan drainase abses.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    17/21

    17

    DISKUSI

    Dilaporkan satu kasus abses septum nasi pada seorang anak perempuan

    berusia 10 tahun. Berdasarkan kepustakaan kasus abses septum nasi merupakan

    kasus yang jarang. Biasanya pada laki-laki dan 74% mengenai umur di bawah 31

    tahun. Kasus umur 3-14 tahun sebanyak 42%.5

    Anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah benjolan kemerahan

    di bagian tengah hidung kanan dan kiri disertai nyeri di puncak hidung, hidung

    tersumbat progresif, demam dan sakit kepala. Gejala tersering abses septum nasi

    adalah hidung tersumbat yang progresif disertai nyeri berdenyut di puncak hidung,

    lesu, demam, sakit kepala dan terasa lunak pada daerah sekitar hidung.3,4,5,12

    Anamnesis juga didapatkan pada pasien riwayat penyakit sebelumnya

    pilek tanpa disertai batuk dan demam serta terasa gatal pada hidung sehingga

    pasien sering mengorek-ngorek hidungnya. Riwayat trauma, nyeri di daerah

    bawah mata, pangkal hidung dan dahi, terasa ada ingus mengalir ke tenggorok,

    hidung bau, operasi hidung, infeksi gigi, batuk-batuk lama disangkal oleh pasien.

    Menurut Ambrus dkk (1981) 75% abses septum nasi disebabkan oleh trauma.14

    Pada pasien ini terjadi trauma pada hidung yaitu sering mengorek hidung

    mengakibatkan luka pada mukosa septum sehingga terjadi hematom yang

    mengalami infeksi sekunder sehingga terjadi abses septum nasi. Banyak penyebab

    lain terjadinya septum nasi tetapi pada pasien ini tidak ditemukan.

    Pemeriksaan fisik didapatkan hiperemi, oedema dan kulit mengkilat pada

    apeks dan dorsum nasi. Rinoskopi anterior tampak bengkak berwarna merah di

    sebelah kanan dan kiri pada anterior septum nasi. Perabaan terasa nyeri dan

    fluktuatif. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa tampak deformitas pada

    hidung luar disertai pembengkakan septum nasi baik unilateral maupun bilateral

    terutama pada bagian anterior dengan warna bervariasi dari abu-abu sampai ungu

    kemerahan pada sentuhan lunak dan fluktuatif. 3,4,5,11,12,14

    Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

    laboratorium darah rutin dan kimia darah, radiologi toraks dan sinus paranasal.

    Hal ini sesuai kepustakaan, pemeriksaan penujang bertujuan untuk mencari

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    18/21

    18

    penyebab yang berhubungan dengan terapi juga untuk melihat kemungkinan

    komplikasi. 3,4,5,12

    Penatalaksanaan pada pasien ini berupa aspirasi jarum dilanjutkan insisi

    dan drainase dengan anestesi lokal kemudian dipasang drain dan tampon hidung

    anterior. Pemberian antibiotik sefotaksim dan metronidazole intravena dilanjutkan

    amoksisilin per oral. Sesuai dengan kepustakaan, abses septum nasi merupakan

    kasus emergensi yang harus ditangani sesegera mungkin berupa aspirasi jarum,

    insisi, drainase dan pemasangan tampon anterior hidung juga antibiotik gram

    positip dan gram negatip secara intravena selama 3-5 hari dilanjutkan pemberian

    antibiotik oral selama 10 hari.3,5

    Hasil kultur resistensi pus didapatkan Stafilokokus aureus yang sensitif

    dengan sefotaksim. Menurut penelitian Tavares dkk (2002) sebanyak 42,5% hasil

    kultur adalah Stafilokokus aureus.6

    Satu bulan setelah tindakan insisi dan drainase abses septum nasi, pada

    pasien ini tidak ditemukan lagi hidung tersumbat dan kemerahan pada septum

    juga komplikasi berupa perforasi dan hidung pelana. Jadi pada kasus ini tidak

    ditemukan komplikasi meskipun kasus ini terlihat salah dan telat didiagnosis

    karena awalnya dianggap infeksi saluran pernafasan atas lalu diobati. Penyakit

    terus berlanjut sehingga terjadi abses septum nasi. Dikarenakan penatalaksanaan

    yang cepat dan tepat maka tidak menimbulkan komplikasi.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    19/21

    19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hilger PA. Hidung : Anatomi dan Fisiologi Terapan. Boies Buku AjarIlmu Penyakit THT. Edisi 6, Philadelphia, Saunders 1996:173-189

    2. Walker R, Gardner L, Sindwani R. Fungal Nasal Septal Abscess in TheImmunocompromised Patient. Otolaryngology-Head and Neck Surgery

    2007;136:506-507.

    3. Huang PH, Chiang YC, Yang TH dkk. Clinical Photograph Nasal SeptalAbscess. Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2006;135:335-336.

    4. Ozan F, Polat S, Yeler H. Nasal Septal Abscess Caused by DentalInfection: A Case Report. The Internet Journal of Otorhinolaryngology

    2006;4:2.

    5. Santiago R, Villalonga P, Maggioni A. Nasal Septal Abscess: A CaseReport International Pediatrics 1999;14:229-231.

    6. Tavares RA, Neves MC, Angelico FV dkk. Septal Haematoma andAbscess: Study of 30 Cases. Brazilian Journal of Otorhinilaryngology

    2002;66:800-803.

    7. Debnam JM, Gillenwater AM, Ginsbuerg LE. Nasal Septal Abscess InPatients with Immunosuppresion. Dept of Radiology and Head and Neck

    Surgery 2007;28:1878-1879.

    8. Brain D. The Nasal Septum. In: Scott and Browns Otolaryngology. 6th ed.Great Britain: Butterworth-Heinemann 1997;4:11:p1-2.

    9. Jafek BW, Dodson BT. Nasal Obstruction. In: Bailey BJ ed. Head andNeck Surgery Otolaryngology. 3rd ed. Philadelpia: Lippincit-Raven

    2001:p306.

    10.Atherino CCT, Mirelles RC, Moreira LAS. Nasal Septal Abscess Due toDental Prothesis. Head and Neck Surgery Otolaryngology 1996;121:235.

    11.Savage RR, Valvich C. Hematoma of The Nasal Septum. Pediatrics inReview 2006;27:478-479.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    20/21

    20

    12.Huizing EHG, de Groot JAM. Septal Hematoma and Abscess. In:Functional Reconstructive Nasal Surgery. 1st ed. New York: Thieme,

    2003:p177-178.

    13.Lee KJ. The Nose and Paranasal Sinuses. Essential Otolaryngology Headand Neck Surgery 9th ed. 2008;402-412.

    14.Ambrus PS, Eavey MD, Baker AS et al. Management of Nasal SeptalAbscess. The Laryngoscope 1981;91:575-582.

    15.Canty PA, Berkowitz RG. Haematoma and Abscess of The Nasal Septumin Children. Head and Neck Surgery Otolaryngology 1996;122:1373-

    1376.

    16.Soetjipto D, Wardani RS. Sumbatan Hidung. Buku Ajar Ilmu KesehatanTHT-KL. Edisi ke-6. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2007; 118-125

    17.Walsh WE, Kern RC. Sinonasal Anatomy, Function, and Evaluation.In :Bailey Head and Neck Surgery Otolaringology. 4th ed. Philadelphia:

    Lippincot-Raven, 2006 :p:315

    18.Lund VJ. Anatomy of The Nose and Paranasal Sinuses. In: Scott andBrowns Otolaryngology. 6th ed. Great Britain: Butterworth-Heinemann,

    1997;1;5:p11-14.

    19.Becker W, NaumannHH, Pfaltz CR. Nose, Nasal Sinuses, and Face. In:Ear, Nose and Throat disease, A Pocket Reference. 3rd ed. New York:

    Thieme, 1989:p170-180.

    20.Ballenger JJ. Hidung dan Sinus Paranasal. Edisi 13. Philadephia : Lea danFebiger, 1994; 1-25.

    21.Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Anatomy of The Nose, ParanasalSinuses, and Face. In: Basic Otorhinolaryngology. 1st ed. New York:

    Thieme, 2006:p2-7.

    22.Lo SH, Wang PA. Nasal Septal Abscess as a Complication of LaserInferior Turbinectomy. Original Article. Chang Gung Med Journal

    2004;27:5:390-392.

    23.Singh M, Singh R, Sonsale AP. Tubercular Septal Abscess. BHJ Journal2004;4602:243.

  • 7/27/2019 Septal Abscess

    21/21

    21

    24.Gray H. Nasal Anatomy and Function. Rhinoplasty 4 You 2005 (cited2010 December 22) Available from www.newimage.com.

    25.Brook I. Recovery of Anaerobic Bacteria from A Post Traumatic NasalSeptal Abscess-A Report of Two cases. Ann Otol Rhinol Laryngol

    1998;959-960.

    26.Mcdonald TJ. Manifestasions of Systemic Diseases of The Nose. In:Cummings CW ed. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 3rd ed.

    America: Mosby-Year, 1999:p848-849.

    27.Kingdom TT, Tami TA. Actinomycosis of The Nasal Septum in A PatientInfected with The Human Immunodeficiency Virus. Otolaryngology-Head

    and Neck Surgery 1994;111:130-133.

    http://www.newimage.com/http://www.newimage.com/