SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id
Transcript of SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR ... - jurnal.stiqsi.ac.id
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, No 2, Desember 2019 | 19
SENSIBILITAS PENERJEMAHAN AL-QUR’AN
(STUDI LINGUISTIK TERHADAP BEST PRACTICE
PEMBELAJARAN TERJEMAH AL-QUR’AN)
Fathurrofiq
Pengkaji Linguistik dan Literasi di Education Care Surabaya dan Associate di
East-West Center, Honolulu, Hawaii, USA
Email: [email protected]
Abstrak
Kitab Al-Qur’an dan Terjemahnya (QT) memang tersedia di mana-mana dan
memudahkan setiap muslim dan siapa saja untuk membaca. Namun ini tidak
menjadikan umat Islam Indonesia lalu semata-mata bergantung pada QT dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur’an . Motivasi banyak umat Islam untuk belajar
langsung menerjemahkan Al-Qur’an tetap tinggi. Buktinya, sejumlah buku yang
berisi terjemahan Al-Qur’an kata per kata (TQK) banyak beredar di samping
QIT. Aktivitas pembelaraan terjemahan kata per kata juga hidup menggejala di
masyarakat perkotaan semisal Surabaya. Pada dasarnya, belajar terjemahan kata
per kata menekankan pada pendekatan berbasis daftar kosakata (vocabulary) dan
pemahaman gramatika bahasa Arab. Bagaimana menerjemahkan kata per kata
yang bekerja dalam pikiran penerjemah (guru) terjemah Al-Qur’an adalah
persoalan yang ingin dijelaskan oleh penelitian ini. Pendekatan linguistik
dimanfaatkan untuk menjelaskan; 1) cara baca (act of reading) dalam
menerjemahkan Al-Qur’an dan 2) praktik menerjemahkan Al-Qur’an yang
dilakukan guru-guru terjemah Al-Qur’an . Dengan metode etnografis, penelitian
ini menjelaskan horizon pandang guru-guru terjemah dalam membaca referensi:
QT danTQK untuk pengembangan pembelajaran terjemah Al-Qur’an. Dalam
menerjemahlan Al-Qur’an termasuk TQK, sejumlah tantangan akan menghadang
para guru. Tantangan ini muncul mengingat bahasa Al-Qur’an (bahasa Arab)
berbeda dari bahasa Indonesia. Setiap bahasa memiliki keistimewaan
gramatikanya sendiri-sendiri. Secara kultural dan natural, setiap bahasa
mengembangkan sistem konvensi dan arbitrasinya masing-masing yang pasti
berbeda satu denganbahasa-bahasa yang lain. Maka sesungguhnya praktik TQK
adalah upaya menjembatani perbedaan tersebut.
Kata Kunci: QT, TQK, Ayat Al-Qur’an , Penerjemahan Kata Demi Kata.
Fathurrofiq
20 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
A. Pendahuluan
Setiap muslim dipastikan memiliki motivasi untuk memahami Al-Qur’an
secara langsung berdasarkan sumber asli bahasanya: bahasa Arab. Motivasi
semacam ini tentu mendorong mereka belajar bahasa Al-Qur’an . Salah satu cara
yang berkesesuaian dengan motivasi belajar memahami Al-Qur’an ini adalah
belajar terjemah Al-Qur’an kata demi kata (TQK). Kemampuan TQK bagi
penutur asli bahasa Indonesia bisa menumbuhkan penguasaan bahasa Al-Qur’an
dibandingkan dengan hanya semata-mata menggantungkan pada membaca Kitab
Al-Qur’an dan Terjemahnnya (QT) yang dikeluarkan kemetria Agama RI.
Sejumlah buku yang berisi TQK di antaranya: Tafsir Quran Per Kata karya
Dr. Ahmad Hatta diterbitkan oleh Maghfiroh Pustaka Jakarta dan Al-Qur’an ul
Karim Tafsir Per Kata diterbitkan oleh Sigma dan Syamil Publisher Bandung,
atau buku-buku TQK sejenis, tetapi dengan berbagai variasi judul. Buku-buku ini
terbit untuk melayani banyaknya permintaan terhadap buku TQK yang
menggejala di masyarakat.
Bagaimana TQK diparktikkan dalam pembelajaran di antaranya didemonstra-
sikan oleh Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Al-Qur’an (LPPIQ) di
Surabaya yang dipimpin oleh Mohammad Roem Rowi. Lembaga ini adalah salah
satu lembaga tertua dalam melayani pembelajaran TQK berdasar kemahiran
berbahasa Arab. Buku yang dimanfaatkan adalah TQK dan QIT. Sejumlah
lembaga, termasuk lembaga pendidikan, mengikuti cara LPPIQ atau mengadopsi
pendekatan yang dikenalkannya.
Pertanyaan terkait guru-guru terjemah tersebut adalah bagaimana mereka
membaca QT dan TQK lalu memraktikkan penerjemahan dalam proses
pembelajaran? Dua ranah yang diteliti adalah sebagai berikut: 1) cara baca
mereka, 2) cara mereka menerjemah dalam proses pembelajaran. Perihal poin
kedua, ada dua kemungkinan: mereka menerjemahkan secara harfiah persis
berdasar buku atau mereka secara kreatif mengonstruksi redaksi bahasa
terjemahan mereka dengan membuat diksi dan struktur kalimat mereka sendiri.
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 21
Concern yang dalam pada cara baca dan cara menerjemahkan inilah yang
diistilahkan dalam riset ini sebagai sensibilitas.1
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengkaji hubungan antara buku TQK-QT
dengan pembacanya: para guru terjemah; 2) mengkaji bagaimana Al-Qur’an
dipahami dengan model TQK dalam bahasa Indonesia. Pentingnya riset ini
dilakukan untuk menunjukkan keterbacaan QT dan TQK sekaligus menunjukkan
pengaruh horizon pandang (tingkat literasi) yang dimiliki penutur asli bahasa
Indonesia dalam memahami Al-Qur’an . Pada kasus ini direpresentasikan oleh
guru-guru terjemah.
B. Teori Resepsi dalam Linguistik
Teori resepsi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara teks dengan
pembacanya. Teori ini menggariskan bahwa teks menjadi bermakna jika dibaca
oleh pembaca. Tanpa pembaca, tesk nyaris tidak ada gunanya. Dalam pandangan
teori ini, wawasan pembaca mempengaruhi cara membaca teks.2 Cara membaca
mereka sangat dipengaruhi oleh tingkat literasi. Semakin tinggi dan kritis tingkat
literasi, semakin luas dan dalam memaknai teks. Sebaliknya semakin miskin
literasi semakin jelek memaknai teks.
Pada akhirnya bagi teori resepsi, pemahaman pembaca menpengaruhi
bagaimana teks dimaknai. Pemahaman itu bisa jadi terbentuk dari ilmu
pengetahuan yang digeluti. Psikiater yang menggeluti penyakit mental, misalnya,
akan lebih memahami tentang problem schozofrenia dibandingkan ahli teknik
lingkungan. Kasus serupa adalah guru-guru terjemah Al-Qur’an yang akrab
menggeluti penerjemahan Al-Qur’an dipastikan mereka memiliki eligibilitas
bahasa Arab, melek Hadits dan juga mamahami buku-buku tafsir Al-Qur’an .
Guru-guru memiliki kompetensi untuk menerangkan makna ayat-ayat Al-Qur’an .
Resepsi teori yang memandang pembaca sebagai agen utama penghasil
makna teks tidak berarti membiarkan pembaca memonopoli makna teks
sekehendak mereka sendiri. Membiarkan pembaca utuk memonopoli makna akan
membawa pada interpretasi yang anarkis atau menghasilkan kebebasan tanpa
1Longman Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced Learners
(Edinburg: Pearson Education Limited, 2009), 1586. 2 Terry Eagleton, Literary Theory (Blackwell Publisher, 2003), 47
Fathurrofiq
22 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
batas dalam memaknai teks. Meskipun pembaca memiliki hak untuk memaknai
teks, tetapi bagaimanapun mereka harus berpulang merujuk pada teks yang
dibaca. Eagleton menyatakan dalam karyanya:
For an interpretation to be an interpretation of this text and not some other, it
must be in some sense logically constrained by the text itself. The work in other
word, exercises a degree of determinacy over readers’ response to it, otherwise
criticism would seem to fall into total anarchy.3
Kasus ini dapat dilihat dari cara mufasir memahami ayat pembuka suratAl-
Qur’an. Awal surat Al Baqoroh tersusunan huruf Alif-Lam-Mim (انم). Apa arti
susunan huruf ini? Tidak ada yang mengetahui kecuali Alah Swt. Tidak ada satu
pun ahli penerjemah atau ahli tafsir dari semua penjuru dunia yang memiliki
pengetahuan yang akurat arti susunan huruf ini. Maka untuk mengartikan susunan
huruf ini dikembalikan pada huruf yang merepresentasikan bunyi asalnya.4 Jangan
lagi (انم) yang merupakan salah satu huruf-huruf rahasia yang ada dalam Al-
Qur’an, bahkan untuk kata atau frase dalam Al-Qur’an yang jelas maka
leksikalnya masih menyisakan perdebatan dalam penafsiran. Ambil contoh, ( أو
(لامستم انىسبء ....5 sebagian ulama menafsirkan frase ini sebatas kontak kulit. Namun
ada pula yang menafsirkan hubungan seksual.
C. Pendekatan Etnografi
Bagaimana memotret cara baca yang diparktikkan guru terjemah? Metode
etnografi dimanfaatkan untuk menjelaskan ikhwal ini. Sebagaimana dimaklumi,
etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Pendekatan ini
menekankan pada perilaku kelompok orang tertentu yang secara asli terikat dalam
kultur kebiasaan yang sama. Creswell menjelaskan:
3 Ibid, 84
4 Ibnu Mandhur summarized three points of how Ibnu Abbas interpreted such letters ( انحشوف
none but Allah (Alone) knows their :(انم) One of the points Ibnu Abbas stated that .(انمقطعت
meaning. See IbnuMandhur, Lisanul Arabi (Beirut: DaarulKitaab, 2009), 10. 55
An Nisa (QS, 4:43)
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 23
…that ethnography research allows the researchers to explore how people
create, sustain, change, and pass on their shared values, belief, and behavior in
essence their culture.6
Dalam etnografi klasik, adalah lazim diteliti kelompok masyarakat
berdasarkan lokasi atau tempat tertentu dalam budaya tertentu pula. Etnografi
tradisional luput melihat kesamaan teks budaya karena terlalu menekankan
kesamaan lokasi budaya. Pandangan terhadap teks sebagai objek yang alami
menjadi kurang kritis. Dalam etnografi modern, lokasi budaya tidak lagi menjadi
faktor penentu. Melampaui lokasi sebagai pusat perhatian riset, ada semacam
pergeseran pada etnografi yang kritis: pengayaan etnografi untuk melihat teks
hasil kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat meskipun mereka
tidak bertempat tinggal di lokasi yang sama. Teks yang dimiliki oleh kelompok itu
disatukan oleh isu yang sama. Dengan demikian isu tentang TQK adalah semacam
isu yang menyatukan teks yang dipraktikkan guru-guru terjemah. Atkinson
membuat identifikasi:
Atkinson (1990) identified the recurrent textual method and motifs by which
ethnographic texts have been constructed. He looks at several standard elements
of literary analysis, and thus examines the use of various major devices and
tropes. For example, narrative forms are used to convey accounts of social action
and causation.7
Berkesesuaian dengan metode etnografi adalah dua strategi pilar dalam
mengumpulkan data: observasi dan wawancara. Berkaitan dengan subjek
penelitian yaitu guru-guru terjemah, penelitian ini dilakukan dengan mengikuti
kelas mereka. Di kelas, peneliti mengamati mereka dalam mempraktikkan
penerjemahan Al-Qur’an. Cara mengamati ini dikenal dengan participatory
observation. Menurut Gold (1958) dan Junker (1960), peneliti terlibat sebagai
peserta di kelas terjemahan. Hammersley dan Atkinson (1983) menegaskan bahwa
6 Juanita Heighem and Keiko Sakui, “Ethnography” in Juanita Heighem and Robert A.
Croker, Qualitative Research in Applied Linguistics: A Practical Introduction, (Palgrave
Mcmillan, 2009), 93 7 Paul Atkinson and Martyn Hammesley, “Ethnography and Participant Observatory”,
Norman K. Denzin and Yvonna s. Lincoln (ed), Handbook of Qualitative Research (Sage
Publication, 1994), 255.
Fathurrofiq
24 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
tidak akan berguna pengamatan yang dilakukan peneliti tanpa keterlibatan
langsung atau tanpa menjadi bagian di dalam orang-orang yang diteliti.8
Untuk melengkapi pengamatan, para guru terjemah diwawancarai dengan
kerangka topik TQK. Dalam proses wawancara, penelitian ini menekankan pada
praktik penerjemahan mereka di kelas. Dengan menggunakan asumsi cerita, guru-
guru terjemah itu adalah tokoh utamanya. penelitian ini menempatkan mereka
untuk menceritakan pengalaman dan aktivitas dalam TQK selama ini. Ini adalah
semacam wawancara tidak terstruktur. Dalam telaah narrative inquiry, cerita
mereka, jawaban mereka, konfirmasi mereka adalah semacam bagian, pecahan
data yang disusun peneliti menjadi recount text. Webster dan Metrova
memarafrase dengan jelas tentang metode narrative inquiry:
Narrative inquiry is set of human stories of experience. It provides
researchers with rich framework through which they can investigate the ways
human experience the world depicted through their stories.9
Dengan demikian jika ada lima guru terjemahan yang diwawancarai, maka
ada lima tokoh cerita tentang cara baca dan praktik terjemahan. Tentu saja riset ini
tidak secara totaliter mewujudkan diri seperti tuturan cerita prosa sebagaimana
dilakukan olehF. Michael Connelly and D. Jean Clandinin dalam riset bidang
pendidikan.10
Cara bertutur riset ini lebih tepatnya merujuk pada apa yang
dilakukan oleh Peter K Manning and Betsy Cullum-Swan, yaitu narrative inquiry
sebagai analisis. Dalam kasus penelitian medis, narrative anayisis ternyata
digunakan dalam penulisan cerita kasus medis. Tuturan cerita prosais
menunjukkan bahwa itu mencerminkan sisi kemanusiaan dan pengalaman
manusiawi dalam praktik klinis atau medis.11
8 Ibid, 248-249
9 Leonard Webster and Patrcie Mertova, Using Narative Inquiry as a Research Method: An
Introduction to Using Critical Event Narrative Analysis in Research on Learning and Teaching
(New York: Routlage, 2007), 1 10
F. Michael Conelly and D. Jean Clandinin, ”Stories of Experience and Narrative Inquiry”,
Educational Research, Vol 19, No 5 (June-July 1990), 2-4 11
Peter K. Manning and Betsy Cullum-Swan, “Narrative, Content, and Semiotic Analysis”,
Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln (ed), Op.cit, 464-465.
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 25
D. Sensibilitas Penerjemahan
Sensibilitas, serapan dari bahasa Inggris sensibility, adalah ketajaman
kognitif, perhatian yang tinggi, concern yang mendalam. Longman dalam
Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced Leaner
mendefinisikan sensibilitas adalah kemampuan memberikan penilian yang baik
(showing good judgment).12
Dalam tradisi akademis, sensibilitas adalah kemam-
puan manusia mempersepsi objek yang hadir di depannya.“A capacity for
receiving representation through the mode in which we are affected by the
objects,” jelas Bryan Jacob dalam karyanya tentang pemikiran antropologis
Immanuel Kant.13
E. Membaca Terjemahan Al-Qur’an
Sejumlah buku yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia di
antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, Kitab Al-Qur’an dan Terjemahnya
(QT). Buku ini berisi lengkap terjemahan ayat Al-Qur’an. Penerjemahannya
adalah ayat per ayat. Satu ayat ditulis lengkap dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Buku ini dikeluarkan Kementrian Agama Republik Indonesia. Ini
merupakan buku penerjemahan resmi yang dikeluarkan negara. Untuk
menerbitkan tidak saja ditangani negara. Banyak penerbit swasta ikut menerbitkan
QT melalui persetujuan negara. Penerbit-penerbit tersebut mencantumkan lembar
validasi dari otoritas yang ditunjuk negara dalam QT terbitan mereka.
Menurut Nur Ichwan, QT adalah proyek yang sudah dilakukan sejak Orde
Lama di Era Presiden Soekarno hingga masa Orde Baru Presiden Soeharto.
Selama dua orde itu, proyek penerjemahan Al-Qur’an secara resmi oleh negara
telah menerbitkan tiga edisi. Meskipun harus segara dicatat, tradisi penerjemahan
Al-Qur’an ternyata tidak hanya dikerjakan oleh negara. Sejumlah buku
terjemahan Al-Qur’an yang dilakukan agen di luar negara juga beredar. Mahmud
Yunus menulis Terjemah Al-Qur’an; A.Hasan menulis Tafsir Al Furqon;
12
Longman Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced Learners
(Edinburg: Pearson Education Limited, 2009), 1586. 13
Bryan Jacob, Essay on Kant’s Anthropology (Edinburg: Cambridge University Press,
2003), 165
Fathurrofiq
26 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Zainuddin Hamdy dan Fachruddin HS menulis Tafsir Qur’an.14
Tidak terkecuali
karya Terjemahan Al Qur’anul Karim Bacaan Mulia yang ditulis oleh HB Jassin
atau yang terbaru Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriah yang ditulis Muhammad Tholib.
Meskipun buku-buku karya terjemahan beragam, QT dari negara adalah buku
yang lazim dipegang oleh guru-guru terjemah.
Kedua, jenis buku terjemahan yang memuat terjemahan Al-Qur’an secara
lengkap. Namun pola penerjemahannya adalah kata per kata; terjemahan Al-
Qur’an kata per kata (TQK). Sejumlah judul menunjukkan nama buku ini terbit
dari penerbit yang berbeda, tetapi isinya serupa: penerjemahan Al-Qur’an kata per
kata. Di antara buku-buku ini: Tafsir Quran Per Kata karya Dr. Ahmad Hatta
diterbitkan Maghfiroh Pustaka of Jakarta; Al-Qur’an ul Karim Tafsir Per Kata
diterbitkan Sigma dan Syamil Publisher of Bandung; Al Qur’an Terjemah Per
Kata diterbitkan Nur Alam Semesta, Bandung; Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid
Kode Angka diterbitkan Kalim Jakarta, dan judul-judul yang lain.
Ketiga, karya terjemahan yang disusun oleh guru-guru terjemah. Buku
terjemah jenis ini ditulis dengan cara yang sama dengan TQK. Akan tetapi
biasanya buku ini memuat ayat-ayat atau surat-surat terpilih, tidak memuat
terjemahan yang lengkap. Dengan demikian tentu saja buku ini termasuk dalam
TQK. Buku ini semacam modul untuk kalangan terbatas dalam proses
pembelajaran terjemah. Para guru terjemah penyusun dibantu lembaga atau
sekolah mencetak buku untuk kalangan mereka sendiri. Sejumlah contoh: Kunci
Memahami Terjemah Al-Qur’an ditulis oleh Roem Rowi. Buku ini diterbitkan
oleh LPPIQ (Lembaga pendidikan dan Pengkajian Al-Qur’an ) Surabaya;
Terjemah Kalimat Al-Qur’an ditulis oleh Abdul Muhaimin As’ad dan Anas
Adnan. Buku ini dicetak oleh Indah Jaya Offset Surabaya; Panduan Tarjim
Lafdhiyah. Buku ini ditulis oleh Zainul Arifin and Zainal Arifin and diterbitkan
oleh Sekolah Al Hikmah Surabaya.
Tentu saja guru-guru terjemah tidak semata-mata merujuk pada QI maupun
TQK. Mereka juga membaca kitab-kitab Tafsir. Mereka membaca kitab-kitab
tafsir mengingat mereka memiliki kompetensi membaca bahasa Arab, selain
1414
Moch Nur Ichwan, “Negara, Kitab Suci dan Politik”, Henri Chambert-Loir (editor),
Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2009), 479.
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 27
motivasi untuk memperluas dan memperdalam pemahaman terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an untuk kebermanfatan best practice pembelajaran mereka. Sejumlah buku
tafsir kanonik yang dibaca: Jalalain, Shofwatut Tafasir (Asshobuni), Tafsir Ibnu
Katsir, dan Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Mishbah. Dua yang terakhir (Al Azhar dan
Al Mishbah) adalah karya ulama terkemuka Indonesia: Hamka dan Quraish
Shihab.
Concern guru-guru terjemah membaca kitab tafsir
No Guru Jalalain Ibn Katsir Ashobuni Al Azhar Al Misbah
1 Dwi Buchro 2 3 5 1 1
2 Kasuwi 3 5 2 2 2
3 Harun 3 2 2 3 1
4 Kholil 2 2 1 1 1
5 Hidayah 2 1 1 2 1
Keterangan: 1= tahu, 2= pernah baca, 3= kadang baca, 4= seringkali baca,
5= selalu baca
Di luar lima judul kitab tafsir di atas, guru-guru tafsir tentu membaca judul
yang lain yang mungkin tidak dibaca oleh sejawatnya. Al Maraghi, misalnya
hanya dibaca oleh dua guru. Lima judul dalam tabel itu adalah judul yang
diucapkan semua guru terjemah yang diwawancarai. Setiap guru bebas saja
membuka apa saja kitab tafsir yang diinginkan selagi bisa diakses. Dengan
demikian wajarlah jika mereka memiliki concern yang berbeda dalam membaca
kitab tafsir. Di antara mereka selalu berbagi pengetahuan, berdiskusi kandungan
ayat. Tabel di atas sekaligus membuktikan bahwa mereka membaca kitab tafsir
berbahasa Arab. Ini niscaya karena mereka melek bahasa Arab. Literasi bahasa
Arab mereka sudah terbentuk sejak belajar di tingkat sekolah menengah: di
pesantren. Bahasa Arab adalah syarat pertama untuk memahami Al-Qur’an.
Dengan kompetensi bahasa Arab guru terjemah memahami gramatika dan leksikal
Al-Qur’an dan kitab tafsir yag tertulis dalam bahasa Arab.
Para guru membaca kitab tafsir adalah untuk memperluas pemahaman mereka
terhadap kandungan Al-Qur’an. Adalah lazim dan keharusan mereka memahami
makna ayat Al-Qur’an jauh lebih dalam dan luas dari pemahaman awam. Contoh
kasus adalah kosa kata: (انشحمبن) dan (انشحُم) diterjemahkan ke dalam Indonesia
Fathurrofiq
28 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
dengan pengasih/pemurah dan penyayang. Istilah pengasih berasal dari kasih,
penyayang berasal dari sayang. Dua kosa kata ini kasih-sayang sinonim.15
Namun
dalam morfologi Arab, baik (انشحمبن) atau (انشحُم) berasal dari satu asal kata (سحم).
Proses afiksasi yang berbeda, maka secara lingusitk keduanya memiliki makna
yang berbeda. Untuk membedakan pengertian keduanya dibutuhkan kitab tafsir,
tidak cukup dengan QIT dan TQK.
Dalam kitab tafsir Shofwatut Tafasir karya Muhammad Ali Ash Shabuni,
diterangkan (انشحمبن) berarti pemberian (benefit) dari Allah di dunia. Sementara
berarti pemberian (mercy) dari Allah di Akhirat. Bisa disimpulkan, Ash (انشحُم)
Shobuni memaknai dua kata ini meskipun berasal dari akar kata yang sama (سحم)
secara kamus memiliki makna yang berbeda.16
Meskipun guru-guru terjemah memiliki kompetensi bahasa Arab yang
memungkinkan mereka memahami Al-Qur’an langsung dari bahasa aslinya,
mereka tetap membuka QT dan TQK. Ini dilakukan untuk membantu mereka
menyusun kalimat terjemahan dengan struktur bahasa dan pilihan kalimat yang
baik. Bagimanapun QT membawakan bahasa terjemahan dengan bahasa Indonesia
standar. Guru-guru terjemah memang menguasai bahasa Arab dengan baik, tetapi
kemampuan mengartikulasikan bahasa Indonesia membutuhkan model dan
contoh. Itu ditemukan dari QT. Membaca QT juga merupakan upaya konfirmasi
dan membandingkan pemahaman mereka pada Al-Qur’an dengan cara melihat
ulang QT. Seorang guru terjemah menegaskan ia sudah paham arti ( ن بسم الله انشحمب
انشحمبن ) Dengan membuka ulang QT, ia menyadari variasi penerjemahan .(انشحُم
QT secara konsisten menerjemahkan semua kata sifat Allah menjadi .(انشحُم
superlative dengan menambahi: maha.17
Bandingkan dengan penerjemahan dalam
bahasa Inggris. Ada buku yang menambah: the most sebagai kata sifat superlatif.
Namun buku yang lain tidak.18
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), 631
and 1234 16
Yassin (translator) Shofwatut Tafasir: Tafsir-Tafsir Pilihan Syeich Muhammad Ali Ash
Shobuni, jilid I (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011), 11. 17
Al Quran danTerjemahnya, (cetakan Madinah), 5. 18
Bagian ayat ( انشحمبن انشحُم) ini diterjemahkan: The Compassionate and The Merciful tanpa
didahului ”the most”. Lihatlah The Quran: An English Translation of the Meaning Of the Quran
(Lebanon: Dar Choura, 1980), 1. Frase ini juga diterjemahkan: The Most Gracious and The Most
Merciful. Baca Abdullah Yusuf Ali, The Holy Quran: Text and Translation (Kuala Lumpur:
Islamic Book Trust, 2006), 1. Baca juga Also Muhammad Taqiud-Din Al Hilali and Muhammad
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 29
Guru-guru terjemah yang tumbuh kembang sebagai muslim di Indonesia telah
membaca QT sejak kecil ketika belum paham bahasa Arab. Sejak SD anak-anak
muslim telah membaca QT untuk kebutuhan pelajaran agama saat mereka belum
belajar bahasa Arab. Namun setelah mereka belajar bahasa Arab, bukan berarti
mereka menutup QT. Mereka tetap memabaca QT meskipun tidak lagi sesering
ketika mereka belum paham bahasa Arab.
Alasan dan frekuensi guru-guru terjemah membaca QT
No Guru Alasan Frekuensi
1 Dwi Buchro Konfirmasi pemahaman ayat Pernah
2 Kasuwi Memahami makna ayat Sangat jarang
3 Harun Model/contoh mengucapkan bahasa Indonesia
standar Jarang
4 Kholil Tidak ada alas an Kadangkala
5 Hidayah Mengingat kandungan ayat Al-Qur’an Kadangkala
Para guru terjemah memandang QT sebagai karya yang membantu terutama
masyarakat muslim Indonesia memahami Al-Qur’an dengan bahasa Indonesia.
Jangankan bagi mereka yang belum paham bahasa Arab, bagi yang melek bahasa
Arab, QT memberi manfaat. Para penyusun QT tidak diragukan adalah ulama
muslim Indonesia yang ahli Ulum Al-Qur’an. Sementara QT membantu pembaca
memahami kandungan ayat demi ayat Al-Qur’an, TQK membantu pembaca
memahami kata demi kata dalam Al-Qur’an. Dengan demikian membaca TQK
memacu pembaca belajar bahasa Arab. Membaca TQK memperkaya pembaca
dengan kosa kata bahasa Arab.
Ambil contoh misalnya: (فببٌ الاء سبكمب تكزببن)19
. Ayat di surat ar-Rahman ini
diterjemahkan dalam QT: Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan20
.
Diterjemahkan dalam satu ayat lengkap. Penerjemah bekerja berdasar satu
kesatuan sintaksis ayat itu. Pembaca dengan demikian fokus pada keseluruhan arti
Muhsin Khan, Translation of The Meanings of Noble Qur’an in English Language (Madinah:
King Fahd Complex for The Printing of The Holy Qur’an), 1. 19
Al Quran (QS, 55: 13) 20
Al Quran danTerjemahnya (cetakanMadinah), 889
Fathurrofiq
30 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
dalam satu ayat itu. Sementara dalam TQK, ayat ini dipotong-potong menjadi kata
demi kata21
.
فببٌ الاء سبكمب تكزببن
Kalian
dustakan
Tuhan kalian berdua (jin dan
manusia) nikmat
Maka yang
manakah
Penerjemahan kata per kata itu, penerjemah bekerja berdasar makna leksikal
yang dikandungnya. Pembaca dengan demikian membahami makna ayat itu
dengan membelah pengertian kata per kata dalam satu ayat itu22
.
Di samping pengakuan terhadap karta QT, telah lazim di kalangan guru
terjemah memberikan kritik pada QT. Kritik itu, bisa jadi, mengucapkan ulang
dari apa yang pernah mereka dengar atau mereka menemukan sendiri kesulitan-
kesulitan dari terjemahan QT. Menurut para guru, meskipun mereka memahami
terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an, mereka kebingungan juga untuk menerjemahkan
sejumlah kosa kata dalam Al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia. Contohnya: ( انمه
(وانسهىي23
atau (وانتُه وانضَتىن)24
. Memamahi ayat ini tidak cukup hanya dengan
memahami makna leksikal kata per kata. Memahami kata demi kata itu
dibutuhkan penjelasan yang lebih lanjut. Pada arah inilah dibutuhkan kitab tafsir
yang mengurai makna kata tersebut. Dalam banyak kesempatan guru-guru
terjemah mengucapkan ulang koreksi Roem Rowi terhadap penerjemahan QT dari
ayat berikut. (….. ( انسمىاث والاسض انً مغفشة مه سبكم وجىت عشضهب وسبسعىا25
. QT
menerjemahkan (عشض) luas. Menurut Roem Rowi, (عشض) adalah lebar bukan
luas. Maka jika diterjemahkan dengan lebar, betapa tidak terbayangkan luas
surga. Jangankan luasnya, lebarnya saja sebagaimana tidak terukurnya bumi dan
langit. Dalam kamus Arab-Indonesia Al Munawwir, (عشض) juga mengartikan
serupa dengan pengertian Roem Rowi.26
21
The Noble Quran: English Translation of The MeaurahArning and Commentary 22
Al Quran Terjemahan Per Kata (Bandung: Semesta Al Quran, 2013), 532 23
Al Quran (QS, 2: 57) 24
Al Quran (QS, 95:1) 25
Al Quran (QS, 2: 133). 26
Dalam kamus Arab Indonesia, ( عشض ) berarti ( ضذانطىل) artinya lebar .Lihat. Attabik Ali
Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak, 1999), 1282. Sementara dalam Kamus Indonesia Arab, lebar adalah
.( عشَض)
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 31
F. Praktik Penerjemahan
Praktik penerjemahan terutama dilakukan oleh guru di depan kelas untuk
mengantarkan siswa mereka paham dengan Al-Qur’an. Maka harus dipahami
bahwa siswa yang belajar terjemah belum memahami bahasa Arab. Mereka belum
bisa membaca, menulis, mendengar dan berbiacara dalam bahasa Arab meskipun
mereka telah familiar dengan kosa kata, kalimat bahasa Arab yang mereka dapat
dari Al-Qur’an, dalam ibadah, dzikir sehari-hari. Akan tetapi mereka belum punya
kompetensi dan performasi bahasa Arab.
Meskipun mereka belum memiliki literasi bahasa Arab, sebagai muslim
mereka pasti memiliki motivasi untuk memahami Al-Qur’an. Untuk mengatasi
keterbatasan bahasa Arab, mereka sebenarnya bisa membuka QT untuk
memahami kandungan ayat Al-Qur’an. Namun bagi yang ingin memahami Al-
Qur’an dengan memahami bahasanya, membaca QT semata kurang menantang.
Untuk memenuhi motivasi itu, belajarlah mereka TQK. Bagaimanapun TQK
menjadikan siswa dalam kelas terjemahan lebih akrab dengan kosa kata Al-
Qur’an. Ketika mereka belajar sebuah kosa kata dari suatu ayat, dan menemukan
kata itu di ayat yang berbeda, mereka aka mengingkat ulang dan menerapkan
pengertian kosa kata itu pada ayat yang baru.
Teori penerjemahan menjelaskan bahwa penerjemahan adalah upaya
membandingkan isi dan struktur bahasa asal (Al-Qur’an) ke dalam bahasa tujuan
(Indonesian language). Sejumlah teori penerjemahan di antaranya: philological
theory, linguistics theory, grammatical theory, sociolinguistic theory, analysis text
theory27
. Jika penerjemahan ayat demi ayat seperti dalam QT bisa dikategorikan
sebagai grammatical theory, maka penerjemahan kata demi kata adalah
pengalihan kode (to switch code) dari kata Al-Qur’an sebagai bahasa asal ke
dalam bahasa tujuan. Dasar utamanya terletak pada makna kata. Cara
menerjemahkannya: kata disusun mengikuti urutan ayat, tetapi seringkali
mengabaikan gramatika atau konstruksi sintaksis bahasa sasaran yang
membangun keseluruhan makna dalam satu ayat penuh. Ciri ini sebagaimana
27
Muhammad Shaheen, Theories of Translation and Their Application to Teaching of
English/ Arabic-Arabic/ English Translation (Glasgow University: Thesis for Ph.D), 14 and 19.
Fathurrofiq
32 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
dijelaskan Shaheen adalah model penerjemahan philological model. Berikut ini
adalah contoh28
.
وار ابتهً ابشاهُم سبه بكهمبث فبتمهه
maka ia menyem-
purnakannya
dengan beberapa
kalimat Tuhannya Ibrahim menguji
Dan
ketika
Jika pembelahan kata demi kata ini disusun dalam kalimat yang lengkap
menjadi: Dan ketika menguji Ibrahim Tuhannya dengan beberapa kalimat maka
ia menyempurnakannya. Secara sintaksis-semantis kalimat ini membingungkan.
Konstruksinya tidak membatu pemahaman pembaca untuk memaknai lebih jelas.
Urutan ini membingungkan apakah Allah subjek atau Ibrahim yang menjadi
subjek. Bandingkan dengan kalimat terjemahan: Dan (ingatlah) ketika Tuhan
Ibrahim mengujinya dengan beberapa kalimat, maka (Ibrahim)
menyempurnakannya29
. Kalimat ini secara gramatika dan sintaksis lebih efektif
daripada kalimat sebelumnya. Dalam QT bahkan kalimat terjemahan bisa diubah
menjadi pasif: Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan). Maka ia pun menunaikannya.30
Menjadi tantangan guru-guru terjemah untuk mengantarkan murid memahami
Al-Qur’an dengan penerjemahan. Maka pemahaman yang baik dari penerjemahan
adalah kemampuan memahami Al-Qur’an dari bahasa Arab sekaligus kemampuan
mengucapkan pemahaman itu dengan artikulasi kalimat yang benar. Dalam proses
mengajar, guru terjemah membacakan ayat-ayat terpilih kemudian kelas
mengikuti arti secara kamus yang dibacakan guru. Berikut ini sejumlah variasi
buku TQK yang menjadi rujukan guru-guru terjemah.
28
Al Baqoroh, 2: 124. 29
Roem Rowi, Kunci Memahami Terjemah Al Quran (Surabaya: Lembaga Pendidikan dan
Pengkajian Ilmu Al Quran, 2011), iii 30
Al Quran dan Terjemahnya, (QS, 2: 124), 34
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 33
Contoh dari ayat Al-Qur’an surat (Al-Baqarah: 1-3). TQK mengikuti setiap
kata dari ayat.31
Setiap satu kata diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Harusnya
dengan membaca, sudah bisa dipahami ayat itu oleh pembaca. Namun kehadiran
guru bagi kelas terjemah tetap dibutuhkan untuk menjelasan lebih lanjut dari
kandungan Al-Qur’an.
31
Mudhawi Ma’arif, Bimbingan Menghafal & Memahami Al Quran (Surabaya, YLPI Al
Hikmah, 2012), 2
Fathurrofiq
34 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Ini adalah versi lain dalam TQK. Tabel ini dilengkapi dengan klasifikasi jenis
kata. Setiap kosa kata dalam Al-Qur’an diikuti dengan arti bahasa Indonesia dan
penjelasan jenis kata32
.
Model penerjemahan yang ini diajarkan tanpa menampilkan arti dalam bahasa
Indonesia.33
Tanpa keterampilan bahasa Arab, model ini merupakan tersulit
dibandingkan model-model sebelumnya. Model ini mengharuskan guru hadir
untuk memberikan bimbingan atau murid harus rajin membuka kamus.
Kelebihan dan kesulitan TQK
No Teachers Kelebihan Kesulitan
1 Dwi Buchro Mempermudah pemula
memahami Al-Qur’an Memahami makna kiasan
2 Kasuwi
Memperkuat pembelajaran
bahasa Arab sekaligus Al-
Qur’an
Memaknai arti yang beragam
dari satu kata (homonim)
3 Harun Mengingat arti yang
terkandung dalam ayat
Tidak selalu mampu
menjelaskan makna yang utuh
dari setiap ayat
4 Kholil Memperkaya kosa kata bahasa
Arab
Memahami ayat secara
grmatikal
32
Abdul Muhaimin As’addan M. Anas Adnan, Terjemah Kalimat Al Qur’an (Surabaya:
Indah Jaya Ofset, 1994), 21 33
M. Zaenul Arifin and Zaenal Arifin, Panduan Tarjim Lafdhiyah Juz I (Surabaya: YLPI Al
Hikmah), 4
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 35
5 Hidayah Memahami makna Al-Qur’an Memahami kosa kata baru
Dalam pembelajaran terjemah, seringkali guru mengalami kesulitan untuk
menerjemahkan kata demi kata saat menjumpai istilah dalam Al-Qur’an yang
membutuhkan penjelasan lebih jauh. Salah satu yang lazim dilakukan guru
terjemah adalah memparafrase. Sejumlah istilah yang membutuhkan parafrase
adalah: kata kiasan, polisemi, homonim. Bahasa kiasan dalam Al-Qur’an cukup
melimpah. Untuk menerjemahkan metafora tidak cukup dengan menerjemahkan
secara harfiah dari Arab ke Indonsia. Untuk memahami metafora atau kiasan
diperlukan parafrase. Contohnya, (وجعهىب انهُم نببسب)34
. Kosa kata (نببسب ) tidak bisa
diterjemahkan menjadi baju. Akan tetapi itu menjadi kiasan malam menutup
dunia, sebagaimana baju menutup aurat. Mari dibaca juga ( وسع كشسُه انسمىاث
(والاض35
. Kata (ٍكشس) kiasan tentang kuasa atau otoritas. Arti harfiahnya tempat
duduk.
Dalam Al-Qur’an terdapat juga sejumlah problem kosa kata mirip sinonim:
( نالاحسب )36
(انخُش) ,37
(انبش) ,38
(انمعشوف) ,39
Semua kosa kata ini diterjemahkan menjadi
kebaikan. Mereka yang mahir bahasa Arab secara mudah bisa memilah kapan
menggunakan masing-masing kosa kata tersebut. Nida menegaskan bahwa
sinonim itu dibatasi oleh konteks. Konteks yang berbeda akan mengubah rasa atau
memberi gradasi makna suatu kata menjadi berbeda. Nida memberikan contoh
dalam bahasa Inggris bahwa mudah untuk menyamakan makna rich man dan
wealthy man. Tetapi menjadi sulit atau salah menyatakan rich experience dan
wealthy experience40
. Beruntung juga bahasa Indonesia cukup fleskibel menyerap
kosa kata Arab, terutama dalam kosa kata yang berkaitan dengan ritual ibadah:
sholat, rukuk, sujud, dzikir, doa, sabar, ibadah, zakat, infaq, shodaqoh, haji. Dari
lima rukun Islam, hanya puasa yang tidak diserap dari bahasa Arab. Akan tetapi
diserap dari bahasa Jawa: poso.
34
Al Quran (QS, 78: 10) 35
Al Quran (QS, 2: 155). 36
Al Quran (QS, 2: 178), (QS, 4: 36), (QS, 2: 229) 37
Al Quran (QS, 2: 217), (QS, 2: 138), (QS, 2: 269) (QS, 99: 7), (QS, 4: 19) 38
Al Quran (QS, 2: 177), (QS, 5: 2) 39
Al Quran (QS, 2: 178), (QS, 2: 228), (QS, 2: 231) 40
Eugene ANida, “Theories of Translation” in Pliegos de Yusta No 4, I, 2006.
Fathurrofiq
36 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Kosa kata (انهجشة) istilah yang dinaturalisasi menjadi: hijrah. Bisa diartikan:
perbindahan sesuatu atau seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Pengertian
ini sama dengan migrasi atau eksodus. Kosa kata lain yang jarang atau sedikit
dikenali adalah (انىشىص )41
. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan: desertion. Akan
tetapi dalam Indonesian, kata ini tidak ada terjemahnnya juga tidak dinaturalisasi.
Konsekuensinya, untuk memahaminya, memparafrase adalah langkah yang tepat.
Dalam QT, (انىشىص) diartikan: 1) meninggalkan kewajiban bersuami isteri; 2)
meninggalkan rumah tanpa izin; and 3) sikap keras terhadap isteri: tidak
menggauli dan memberi hak42
. Hampir sama dengan (انىشىص) adalah (كسىة)43
.
Meskipun yang kedua lebih simpel dari yang pertama, kata ini juga membutuhkan
parafrase: memberi pakaian. Kosa kata ini juga belum dinaturalisasi. Kosa kata ini
lalu diasosiakan dengan kain penutup Ka’bah.
Sejumlah kata lain juga mengandung kesulitan untuk diterjemahkan adalah
kosa kata homonim atau polisemi. Misalnya kata (امت). Kosa kata ini memiliki
sejumlah makna. Pertama dalam ayat ( وقبل انزي وجب مىهمب وادكش بعذ امت اوب اوبئكم
(فبسسهىن44
. Dalam ayat ini berarti waktu yang lama. ( ان ابشاهُم كبن امت قبوتب لله حىُفب ونم َك
(مه انمششكُه45
. Dalam ayat ini berarti model atau pemimpin. Yang berikut artinya
komunitas atau masyarakat (بم قبنىا اوب وجذوب ءاببءوب عهً امت واوب عهً اثشهم مهتذون )46
.
Kesulitan mencarikan padanan kosa kata dari bahasa asal ke dalam bahasa sasaran
dalam terjemahan akhirnya menjadi tantangan dalam praktik penerjemahan untuk
diselesaikan.
G. Kesimpulan
Berkaitan dengan TQK, sensibilitas guru sangat terpengaruh oleh cara baca
dan praktik penerjemahan yang mereka lakukan. Cara baca terhadap QT, TQK,
kitab tafsir mempengaruhi literasi. Literasi itu mempengaruhi kedalaman atau
keluasan pemahaman dalam penerjemahan. Dari sejumlah kitab tafsir yang rata-
rata dibaca oleh guru-guru terjemah yaitu: Jalalain, Ibnu Katsir, As Shobuny, Al
41
Al Quran (QS, 3: 128), (QS, 3: 34) 42
Al Quran danTerjemahnya (terbitan Madinah), 124 dan 144. 43
Al Quran (QS, 2: 233). 44
Al Quran (QS, 12: 45) 45
Al Quran (QS, 16: 120) 46
Al Quran (QS, 43: 22)
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 37
Azhar, dan Al Misbah. Untuk membaca kitab tafsir yang berbahasa Arab,
kemahiran berbahasa Arab menjadi syarat utama. Namun demikian kemahiran
bahasa Arab bukan satu-satunya jaminan untuk bisa menerjemahkan apalagi
menafsir. Pembacaan yang ektensif dan intensif menjadi penentu pemahamn Al-
Qur’an yang tidak pernah ada garis akhirnya.
Dalam praktik penerjemahan (TQK), sementara itu, dipengaruhi oleh minimal
tiga faktor: 1) mengingat dan mengetahui kosa kata Al-Qur’an. 2) kemahiran
menyusun kalimat bahasa Indonesia. Dua poin ini mengonfirmasi bahwa
kemampuan menerjemahkan Al-Qur’an tidak hanya bergantung pada daftar kosa
kata. Untuk memahami Al-Qur’an, meskipun harfiah, tetap dibutuhkan kemahiran
menyusun kosa kata itu dalam gramatika bahasa yang benar dalam level
linguistik: morfem, frase, dan sintaksis. Benar secara gramatika dari bahasa asal
dan bahasa sasaran adalah syarat. Syarat ini penting mengingat perbedaan natural
dan kultural antara bahasa Arab (bahasa asal) dan bahasa Indonesia (bahasa
sasaran). Bahasa Indonesia tentu saja memiliki keterbatasan dalam
menerjemahkan bahasa Arab kata per kata secara harfiah. Contoh kasus (انىشىص)
dan (كسىة) dalam Al-Qur’an menegaskan itu.
Untuk itu harus segera dicatat bahwa TQK dan juga QT adalah salah satu
pendekatan dalam memahami Al-Qur’an. Lazim pula bagi pendekatan ini
memberikan peran positif. Pendekatan ini sangat mangkus bagi mereka yang tidak
mahir bahasa Arab, tetapi pada saat bersamaan mereka ingin belajar bahasa Arab
untuk tujuan khusus yaitu memahami kandungan Al-Qur’an dan bacaan dalam
ritual agama Islam.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an.
Al-Qur’an danTerjemahnya, (cetakan Madinah).
Ali, Abdullah Yusuf. The Holy Quran: Text and Translation. Kuala Lumpur:
Islamic Book Trust, 2006.
An English Translation of the Meaning of the Quran. Lebanon: Dar Choura, 1980.
Fathurrofiq
38 | Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347
Arifin, M. Zaenul and Arifin, Zaenal. Panduan Tarjim Lafdhiyah Juz I. Surabaya:
YLPI Al Hikmah.
As’ad, Abdul Muhaimindan Adnan, M. Anas. Terjemah Kalimat Al Qur’an.
Surabaya: Indah Jaya Ofset, 1994.
Atkinson, Paul and Hammesley,Martyn. “Ethnography and Participant
Observatory” Denzin, Norman K and Lincoln, Yvonna S. (ed) 1994.
Handbook of Qualitative Research. Sage Publication.
Conelly, F. Michael and Clandinin, D. Jean. ”Stories of Experience and Narrative
Inquiry”, Educational Research, Vol 19, No 5 (June-July 1990).
Eagleton, Terry. Literary Theory. Blackwell Publisher, 2003.
Heighem, Juanita and Sakui, Keiko “Ethnography” in Heighem, Juanita and
Croker, Robert A. Qualitative Research in Applied Linguistics: A
Practical Introduction. Palgrave Mcmillan, 2009.
Hilali (al), Muhammad Taqiud-Din and Khan, Muhammad Muhsin. Translation
of the Meanings of Noble Qur’an in English Language. Madinah: King
Fahd Complex for the Printing of the Holy Qur’an, t.t.
Ichwan, Moch Nur “Negara, Kitab Suci dan Politik”.in Chambert-Loir, Henri
(ed). Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2009.
Jacob, Bryan. Essay on Kant’s Anthropology. Edinburg: Cambridge University
Press, 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2013.
Longman Dictionary of Contemporary English New Edition for Advanced
Learners. Edinburg: Pearson Education Limited, 2009.
Ma’arif, Mudhawi. Bimbingan Menghafal & Memahami Al-Qur’an. Surabaya,
YLPI Al Hikmah, 2012.
Mandhur, Ibnu. Lisanul Arabi. Beirut: Daarul Kitaab, 2009.
Manning, Peter K. and Cullum-Swan, Betsy. “Narrative, Content, and Semiotic
Analysis”. Denzin, Norman K. and Lincoln, Yvonna S. (ed). Handbook of
Qualitative Research. Sage Publication, 1994.
Sensibilitas Penerjemahan….
p-ISSN:2722-1652, e-ISSN: 2721-1347 Al-I’jaz : Volume 1, Nomor 2, Desember 2019 | 39
Muhdlor, Attabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1999.
Nida, Eugene A. “Theories of Translation” in Pliegos de Yusta No 4, I, 2006.
Rowi, Roem. Kunci Memahami Terjemah Al-Qur’an . Surabaya: Lembaga
Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Al-Qur’an, 2011.
Shaheen, Muhammad. Theories of Translation and Their Application to Teaching
of English/ Arabic-Arabic/ English Translation. Glasgow University:
Thesis for Ph.D.
Syamil Al-Qur’an . Bandung: Sygma, 2007.
Webster, Leonard and Mertova, Patrcie. Using Narrative Inquiry as a Research
Method: An Introduction to Using Critical Event Narrative Analysis in
Research on Learning and Teaching. New York: Routlage, 2007.
Yassin (translator) Shofwatut Tafasir: Tafsir-Tafsir Pilihan Syeich Muhammad Ali
Ash Shobuni, Jilid I. Jakarta: Pustaka Kautsar, 2011.