Seminar Ortho Kel 5

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro- organisme lain. Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001). Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.

Transcript of Seminar Ortho Kel 5

Page 1: Seminar Ortho Kel 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari

darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka

atau reduksi (osteomielitis eksogen).

Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan

intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.

Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses

tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian

sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan

agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini maka penulis

membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini

adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis.

1.3.Makalah ini disusun dengan tujuan :

1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomyelitis.

2.      Untuk mengetahui penyebab osteomyelitis.

3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomyelitis

4.      Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomyelitis

5.      Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien yang mengalami osteomyelitis.

6.      Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomyelitis.

7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada klien yang mengalami osteomyelitis.

8.      Untuk mengetahui suhan keperawatan klien yang mengalami osteomyelitis.

Page 2: Seminar Ortho Kel 5

1.4.Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian

Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling

jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi

kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh

bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari

darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka

atau reduksi (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2001).

Osteomeilitis dapat diklasifikasikan menjadi 2 mCm Ykni :

Osteomielitis Primer

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain

dan beredar melalui sirkulasi darah.

Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan

sebagainya.

2.2 ETIOLOGI

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui

3 cara:

Page 3: Seminar Ortho Kel 5

Aliran darah

Penyebaran langsung

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi

biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang

(pada dewasa).

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap

infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam

telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang

lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang

(penyakit Pott).

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama

pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang

di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari

atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena

cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya

pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa

menyebar ke tulang tengkorak.

Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,

lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita

atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka

panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami

sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka

mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan

evakuasi hematoma pascaoperasi.

Page 4: Seminar Ortho Kel 5

2.3 PATOFISIOLOGI

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme

patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,

dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,

gram negative dan anaerobik.

Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut

fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan  penumpukan hematoma atau infeksi

superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah

pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen

dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,

dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat

tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan

jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah

periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila

proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus

dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya

terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar.

Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.

Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun

tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap

rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe

kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

2.4 MANIFESTASI KLINIK

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam

dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi.

Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan

menimbulkan nyeri.

Page 5: Seminar Ortho Kel 5

Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung

dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak

berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang

merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.

Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal

dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang,

dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan

pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada

sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.

Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun

(osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan

tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.

Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang

yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.

Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit

dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk.

2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah

Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan

darah.

2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus

Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan

uji sensitivitas.

3. Pemeriksaan feses

Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh

bakteri Salmonella.

4. Pemeriksaan Biopsi tulang.

5. Pemeriksaan ultra sound

Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

Page 6: Seminar Ortho Kel 5

6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik,

setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

2.6 Prinsip penatalaksanaan

Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah

terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per

hari untuk meningkatkan aliran darah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab

dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang

terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.

Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa

dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau

sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut

menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu

sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi.

Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah

diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat

diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika

oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus

dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara

langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah.

Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat

mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan

rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan

kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang

permanen.

Page 7: Seminar Ortho Kel 5

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar

dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang

drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang  debris. Dapat diberikan

irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan

pemberian irigasi ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang

penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang

berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun

dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan

darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan

eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan

stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk

mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002)

2.7. Pencegahan

Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat

menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat

mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan

operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.

Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat

pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik

perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan

potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

  Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam atau

keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.

  Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan

riwayat bedah ortopedi sebelumnya.

Page 8: Seminar Ortho Kel 5

  Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi

khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial

terjadinya infeksi.

b. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa

juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya

demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.

c. Riwayat psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut

diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengkaji

perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan

atau sekolah.

d. Pemeriksaan diagnostic

Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50%

pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan

scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.

2. Diagnosa Keperawatan

1.     Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2.     Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.

3.     Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

4.     Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan

pengobatan.

5.     Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

6.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak

7.     Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

3. Perencanaan Keperawatan

DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Tujuan / Hasil Pasien :

Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan

Page 9: Seminar Ortho Kel 5

Kriteria Evaluasi :

Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh

normal

Intervensi dan Rasionalisasi :

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mandiri :

Mengkaji karakteris- tik nyeri :

lokasi, durasi, intensitas nyeri

dengan meng- gunakan skala nyeri

(0-10)

Mempertahankan im- mobilisasi

(back slab)

Berikan sokongan (support) pada

ektremitas yang luka

Amati perubahan suhu setiap 4 jam

Kompres air hangat

Kolaborasi :

Pemberian obat-obatan analgesik

Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri

sehingga dapat me- nentukan jenis

tindak annya

Mencegah pergeseran tulang dan

penekanan pada jaring- an yang luka.

Peningkatan vena return, menurunkan

edem, dan me- ngurangi nyeri

Untuk mengetahui penyimpangan –

penyimpangan yang terjadi

Mengurangi rasa nyeri dan

memberikan rasa nyaman

Mengurangi rasa nyeri

Page 10: Seminar Ortho Kel 5

DP. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan

menahan beban berat badan.

Tujuan / Hasil Pasien :

Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria Hasil :

Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

Mempertahankan posisi fungsional

Meningkatkan / fungsi yang sakit

Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasionalisasi :

No. Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

Mandiri :

Pertahankan tirah baring dalam

posisi yang di programkan

Tinggikan ekstremitas yang sakit,

instruksikan klien / bantu dalam

latihan rentang gerak pada

ekstremitas yang sakit dan tak sakit

Beri penyanggah pada ekstremitas

yang sakit pada saat bergerak

Jelaskan pandangan dan

keterbatasan dalam aktivitas

Berikan dorongan pada klien untuk

melakukan AKS dalam lingkup

keterbatasan dan beri bantuan sesuai

kebutuhan

Ubah posisi secara periodik

Agar gangguan mobilitas fisik dapat

berkurang

Dapat meringankan masalah gangguan

mobilitas fisik yang dialami klien

Dapat meringankan masalah gangguan

mobilitas yang dialami klien

Agar klien tidak banyak melakukan

gerakan yang dapat membahayakan

Mengurangi terjadinya penyimpangan

– penyimpangan yang dapat terjadi

Mengurangi gangguan mobilitas fisik

Page 11: Seminar Ortho Kel 5

6.

Kolabortasi :

Fisioterapi / aoakulasi terapi Mengurangi gangguan mobilitas fisik

DP. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan / Hasil Pasien :

Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia

Kriteria Evaluasi :

Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak mual, suhu tubuh

normal

Intervensi dan Rasionalisasi

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

Mandiri :

Pantau :tubuh setiap 2 jam-      

Warna kulit

          TD, nadi dan pernapasan

          Hidrasi (turgor dan kelembapan

kulit

Lepaskan pakaian yang berlebihan

Lakukan kompres dingin atau

kantong es untuk menurunkan

kenaikan suhu tubuh.

Motivasi asupan cairan

Kolaborasi :

Beriakn obat antipiretik sesuai

dengan anjuran

Memberikan dasar untuk deteksi hati

Pakaian yang tidak berlebihan dapat

mengurahi peningkatan suhu tubuh

dan dapat memberikan rasa nyaman

pada pasien

Menurunkan panas melalui proses

konduksi serta evaporasi, dan

meningkatkan kenyaman pasien.

Memperbaiki kehilangan cairan akibat

perspirasi serta febris dan

meningkatkan tingkat kenyamanan

pasien.

Antipiretik membantu mengontrol

peningkatan suhu tubuh

Page 12: Seminar Ortho Kel 5

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.

Tujuan / Hasil Pasien :

Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit,

program pengobatan

Kriteria Evaluasi :

Ekspresi wajah relaks

Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang

Intervensi dan Rasionalisasi :

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

Mandiri :

Jelaskan tujuan pengobatan pada

pasien

Kaji patologi masalah individu.

Kaji ulang tanda / gejala yang

memerlukan evaluasi medik

cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba,

dispnea, distres pernapasan lanjut.

Kaji ulang praktik kesehatan yang

baik, istirahat.

Kolaborasi :

Gunakan obat sedatif sesuai

dengan anjuran

Mengorientasi program pengobatan.

Membantu menyadarkan klien untuk

memperoleh kontrol

Informasi menurunkan takut karena

ketidaktahuan. Memberika pengetahuan

dasar untuk pemahaman kondisi

dinamik

Berulangnya pneumotorak/hemotorak

memerlukan intervensi medik untuk

mencegah / menurunkan potensial

komplikasi.

Mempertahanan kesehatan umum

meningkatkan penyembuhan dan dapat

mencegah kekambuhan.rapeutik.

Banyak pasien yang membutuhkan obat

penenang untuk mengontrol ansietasnya

DP. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

Tujuan / Hasil Pasien :

Pola tidur kembali normal

Page 13: Seminar Ortho Kel 5

Kriteria Evaluasi :

Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya kepuasan tidur, pasien

menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

Intervensi dan Rasionalisasi :

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Mandiri :

Tentukan kebiasaan tidur yang

biasanya dan perubahan yang terjadi

Berikan tempat tidur yang nyaman dan

beberapa milik pribadi, misalnya ;

bantal dan guling

Buat rutinitas tidur baru yang

dimasukkan dalam pola lama dan

lingkungan baru

Cocokkan dengan teman sekamar

yang mempunyai pola tidur serupa dan

kebutuhan malam hari

Dorong beberapa aktifitas fisik pada

siang hari, jamin pasien berhenti

beraktifitas beberapa jam sebelum

tidur

Instruksikan tindakan relaksasi

Kurangi kebisingan dan lampu

Gunakan pagar tempat tidur sesuai

indikasi, rendhkan tempat tidur bila

mungkin

Kolaborasi :

Berikan sedatif, hipnotik sesuai

indikasi

Mengkaji perlunya dan

mengidentifikasi intervensi yang

tepat

Meningkatkan kenyamanan tidur

serta dukungan fisiologis/ psikologis

Bila rutinitas baru mengandung

aspek sebanyak kebiasaan lama,

stres dan ansietas dapat berkurang

Menurunkan kemungkinan bahwa

teman sekamar yang “burung hantu”

dapat menunda pasien untuk terlelap

atau menyebabkan terbangun

Aktivitas siang hari dapat membantu

pasien menggunakan energi dan siap

untuk tidur malam hari

Membantu menginduksi tidur

Memberikan situasi kondusif untuk

tidur

Pagar tempat tidur memberikan

keamanan dan dapat digunakan

untuk membantu merubah posisi

Mungkin diberikan untuk membantu

pasien tidur atau istirahat selama

periode transisi dari rumah ke

Page 14: Seminar Ortho Kel 5

lingkungan baru

DP. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak

Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :

Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Kriteria Evaluasi :

Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam melakukan aktifitas,

berkurangnya nyeri.

Intervensi dan Rasionalisasi :

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mandiri :

Jelaskan aktivitas dan faktor yang

dapat meningkatkan kebutuhan

oksigen

Anjurkan program hemat energi

Buat jadwal aktifitas harian,

tingkatkan secara bertahap

Kaji respon abdomen setelah

beraktivitas

Berikan kompres air hangat

Beri waktu istirahat yang cukup

Merokok, suhu ekstrim dan stre

menyebabkan vasokonstruksi

pembuluh garah dan peningkatan

beban jantung

Mencegah penggunaan energi

berlebihsn

Mempertahankan pernapasan lambat

dengan tetap mempertahankan

latihan fiisk yang memungkinkan

peningkatan kemampuan otot bantu

pernapasan

Respon abdomen melipuit nadi,

tekanan darah, dan pernapasan yang

meningkat

Kompres air hangat dapat

mengurangi rasa nyeri

Meningkatkan daya tahan pasien,

mencegah keletihan

7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

Tujuan / Hasil Pasien :

Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami

Page 15: Seminar Ortho Kel 5

Kriteria Hasil:

Mencapai waktu penyembuhan

Intervensi dan rasionalisasi:

No. Intervensi Rasionalisasi

1.

Mandiri:

Pertahankan system kateter steril;

berikan perawatan kateter regular

dengan sabun dan air, berikan salep

antibiotic disekitar sisi kateter.

Mencegah pemasukan bakteri dari

infeksi/ sepsis lanjut.

2. Ambulasi dengan kantung drainase

dependen.

Menghindari refleks balik urine,

yang dapat memasukkan bakteri

kedalam kandung kemih.

3 Awasi tanda vital, perhatikan demam

ringan, menggigil, nadi dan pernapasan

cepat, gelisah, peka, disorientasi.

Pasien yang mengalami sistoskopi/

TUR prostate beresiko untuk syok

bedah/ septic sehubungan dengan

manipulasi/ instrumentasi

4. Observasi drainase dari luka, sekitar

kateter suprapubik.

Adanya drain, insisi suprapubik

meningkatkan resiko untuk infeksi,

yang diindikasikan dengan eritema,

drainase purulen.

5. Ganti balutan dengan sering (insisi

supra/ retropublik dan perineal),

pembersihan dan pengeringan kulit

sepanjang waktu

Balutan basah menyebabkan kulit

iritasi dan memberikan media untuk

pertumbuhan bakteri, peningkatan

resiko infeksi luka.

6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi Memberikan perlindungan untuk

kulit sekitar, mencegah ekskoriasi

dan menurunkan resiko infeksi.

7.

Kolaborasi:

Berikan antibiotic sesuai indikasi Mungkin diberikan secara

profilaktik sehubungan dengan

peningkatan resiko infeksi pada

prostatektomi.

Page 16: Seminar Ortho Kel 5

Daftar Pustaka

☼    Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.

☼    Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

☼    Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

☼    Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.

☼    Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,

EGC, Jakarta.