Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

34
Semen luting konvensional dan kontemporer : Suatu tinjauan Abstrak Kesuksesan klinis jangka panjang dari restorasi prostodontik tetap dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor penting adalah pemilihan agen luting yang tepat. Tidak ada satupun agen luting yang mampu memenuhi semua peryaratan ketat tersebut, yang merupakan suatu alasan kenapa ada banyak pilihan agenn luting yang tersedia mulai dari semen konvensional berbasis air sampai resin adhesif kontemporer. Pengenalan sistem resin adhesif telah sepenuhnya mengubah bentuk dari praktik prostodontik tetap yang meningkatkan penggunaan mahkota bonded all-ceramic dan gigi palsu tetap sebagian resin-retained. Artikel ini berusaha untuk meninjau bermacam-macam agen luting konvensional dan kontemporer, sifatnya & implikasi klinis yang terkait sehingga mencoba untuk membantu petugas klinis memilih agen luting yang sesuai untuk diberikan pada suatu situasi klinis. Kata kunci :semen luting, sifat, keuntungan, kekurangan, perhatian utama, rekomendasi klinis Pendahuluan Beberapa faktor mempengaruhi keberhasilan dari restorasi prosthodontik tetap dengan desain preparasi, oral hygiene/micro- flora, Kekuatan mekanis, dan bahan restorasi adalah beberapa di antaranya. Namun, Faktor kunci keberhasilan adalah pemilihan agen luting dan tahap sementasi yang sesuai. Hilangnya retensi mahkota ditemukan sebagai penyebab kedua yang paling utama dalam gagalnya crowns dan gigi palsu tetap

description

asdsa

Transcript of Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Page 1: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Semen luting konvensional dan kontemporer : Suatu tinjauan

Abstrak

Kesuksesan klinis jangka panjang dari restorasi prostodontik tetap dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satu faktor penting adalah pemilihan agen luting yang tepat. Tidak ada satupun

agen luting yang mampu memenuhi semua peryaratan ketat tersebut, yang merupakan suatu

alasan kenapa ada banyak pilihan agenn luting yang tersedia mulai dari semen konvensional

berbasis air sampai resin adhesif kontemporer. Pengenalan sistem resin adhesif telah

sepenuhnya mengubah bentuk dari praktik prostodontik tetap yang meningkatkan

penggunaan mahkota bonded all-ceramic dan gigi palsu tetap sebagian resin-retained. Artikel

ini berusaha untuk meninjau bermacam-macam agen luting konvensional dan kontemporer,

sifatnya & implikasi klinis yang terkait sehingga mencoba untuk membantu petugas klinis

memilih agen luting yang sesuai untuk diberikan pada suatu situasi klinis.

Kata kunci :semen luting, sifat, keuntungan, kekurangan, perhatian utama, rekomendasi

klinis

Pendahuluan

Beberapa faktor mempengaruhi keberhasilan dari restorasi prosthodontik tetap dengan desain

preparasi, oral hygiene/micro- flora, Kekuatan mekanis, dan bahan restorasi adalah beberapa

di antaranya. Namun, Faktor kunci keberhasilan adalah pemilihan agen luting dan tahap

sementasi yang sesuai. Hilangnya retensi mahkota ditemukan sebagai penyebab kedua yang

paling utama dalam gagalnya crowns dan gigi palsu tetap sebagian [1] sedangkan suatu studi

mengemukakan restorasi yang tidak di sementasi sebagai penyebab utama ketiga dari

prostetik pengganti dengan kegagalan muncul setelah hanya 5.8 tahun [2].

Kata ‘luting’ berasal dari bahasa latin Lutumwhich yang berarti lumpur. Agen dental luting

menyediakan suatu hubungan antara restorasi dan preparasi gigi, mengikatnya bersama-sama

melalui beberapa bentuk dari pelekatan permukaan, yang mungkin mekanik, micro-mekanik,

kimia atau kombinasi. Agen luting mungkin definitif atau provisional tergantung pada sifat

fisik dan umur panjang yang telah direncanakan dari restorasi.

Artikel ini meninjau beberapa semen luting, sifat-sifat, karakteristik, syarat penggunaan dan

juga keuntungan dan kerugiannnya. Semen dalam arikel ini telah diklasifikasikan ke dalam

basis air dan anhydrous.

Page 2: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Agen luting konvensional berbasis air

Semen seng fosfat

merupakan agen luting tertua yang dicatat memiliki kesuksesan klinis lebih dari 100 tahun

sejak diperkenalkan pada1878 [3]. Stabilitas perlekatan dari semen ini dilaporkan pada suatu

studi yang menganalisa struktur kimia dari sampel semen seng fosfat yang didapatkan dari 27

prosthesis tetap yang ada pada pelayanan klinis dari 2 sampai 43 tahun [4].

Tersedia dalam sistem/dikemas dalam bentuk bubuk dan liquid dan diatur oleh reaksi asam-

basa. Komponen utama dari bubuk adalah zinc oxide dengan 2–10% magnesium oxide.

Liquid dasarnya merupakan suatu larutan asam fosfat (45–64%) [5] yang disanggah dengan

penambahan sejumlah kecil zinc oxide/aluminium oxide. Senyawa ini membentuk fosfat

yang menstabilkan pH asam dan mengurangi reaktivitasnya. Usaha yang gagal dalam

menggabungkan semen ini dengan flouride dan eugenol telah dilakukan untuk meningkatkan

sifat biologi[6].

Kandungan air dari liquid (30–55%) signifikan karena mengontrol ionisasi asam, yang

mempengaruhi laju reaksi setting. Hilangnya air dapat memperpanjang reaksi setting dan

sebaliknya. Pencemaran air harus dicurigai jika liquid tampak keruh saat pengeluaran.

Kontaminasi air harus dihindari ketika semen setting, selagi asam fosfat larut keluar dan dan

meningkatkan kelarutan semen.

Semen ini menahan prostesis murni dengan cara mekanis. kelancipan, panjang dan area

permukaan preparasi gigi oleh karena itu penting untuk keberhasilan[7].

Pencampuran semen penting dan harus dilakukan pada slab yang dingin dengan tahap dan

area yang meluas. Kegagalan pada tahap ini mempercepat reaksi dan mempengaruhi

konsistensi akhir semen. Basis yang optimal memerlukan pencampuran dan kekuatan

sementasi berat konstan [8–10].

Working time semen dapat ditambah (4–11 min) and setting time diperkecil to untuk

mencapai sementasi serentak dari berbagai restorasi menggunakan teknik Frozen Slab

technique. Pada metode ini, suatu glass slab didinginkan pada pendingin dengan suhu 60C

pembeku dengan suhu -100C. Jumlah bubuk yang tergabung adalah 50–75% lebih banyak

dari normal, mengimbangi kemungkinan efek merusak dari air yang tergabung dalam

pencampuran dari kelembaban kental. Kekuatan Compressive dan tensile secara signifikan

tidak berbeda dari pencaampuran normal [11].

Page 3: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Waktu setting dapat ditambah melalui suatu proses yang disebut ‘slaking the fluid’’, dimana

sejumlah kecil bubuk ditambahkan kedalam liquid sekitar semenit sebelum prosedur

pencampuran utama dimulai[12]. Waktu Setting secara kuat dipengaruhi oleh variasi kecil

dalam pengadukan, temperatur, powder: liquid (P:L) ratio & kandungan air dari komponen

liquid.

Meskipun pH awal rendah(1–2), Brannstrom and Nyborg [13] menemukan tidak ada efek

iritasi pulpa per se dan, dalam praktiknya, potensi efek iritan tidak terlihat signifkan.

Penggunaan sealer berbasis resin agen proteksi pulpa lainnya seperti calcium hydroxide atau

potassium oxalate tidak dianjurkan pada preparasi karena menandakan pengurangan pada

retensi[14].

Semen ini secara rutin dianjurkan untuk prefabricated dan cast posts, crowns, FPD’s, metal

inlays and onlays.

Keuntungan:

kekuatan compressive yang baik (jika diproporsikan secara tepat) [5]

ketebalan film yang memadai (\25 lm)

working time yang masuk akal

dapat digunakan pada area dengan tekanan pengunyahan tinggi atau prostesis jangka

panjang [15].

Kerugian:

kekuatan Tensile rendah

tidak ada ikatan kimia

kelarutan pada cairan mulut

Semen Modified Zinc Phosphate: semen tembaga dan perak (jarang digunakan), semen

Fluoride

Secara historis, semen yang mengandung tembaga terdiri dari semen seng fosfat dimana

tembaga (2–97%) telah ditambahkan pada bubuk [16]. Semen fosfat tembaga murni juga

digunakan tetapi mencemari gigi dan terbukti beracun. Dulu, dokter gigi telah menemukan

old, ill fitting and worn-out gold swaged crowns dengan semen merah masih ada dan tidak

adanya karies sekunder[17]. Semen yang mengandung konsentrasi tembaga yang rendah

Page 4: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

ditunjukkan germicidal sama seperti dengan konsentrasi tinggi [16]. Fakta ini belum

sepenuhnya terjelaskan sampai sekitar tahun 2000 ketika penelitian tentang biofim memasuki

duni kedokteran gigi [18]. Bagaimanapun, semen ini tidak banyak digunakan dikarenakan

keasamannya yang tinggi, kelarutan yang tinggi dan kekuatan yang rendah [19].

Indikasi utama dari semen ini adalah, sebagai bahan tumpatan pada gigi susu dimana tidak

mungkin untuk menghilangkan semua karies dan pada sementasi cor cap perak splint pada

fraktur wajah [20].

Semen perak mengandung sejumlah kecil silver phosphate. Pada semen fluoride, stannous

fluoride (1–3%) ditambahkan untuk menyediakan sifat anticariogenic pada semen fosfat.

Bagaimanapun, semen tersebut memiliki kekuatan yang rendah dan sangat larut karena

pembubaran. Semen Zinc Silicophosphate ini diperkenalkan pada 1878 [21]. Bubuk adalah

kombinasi dari zinc oxide dan silicate glass (meengandung 12–25% fluoride) dan liquid

berkonsentrasi phosphoric acid.

Keuntungan:

penambahan silicate glass berimbas pada translucency, peningkatan kekuatan,

pelepasan fluoride, kelarutan rendah.

Kerugian :

pH awal yang tinggi dibanding semen seng fosfat, jadi tidak biokompatibel

ketebalan film yang tinggi(88 lm) [22] dikarenakan waktu kerja dan berukuran butiran

kasar

Semen Zinc-Oxide Eugenol

Semen Zinc oxide eugenol dikembangkan oleh Dr. J. Foster Flagg pada tahun 1875 [23].

Semen ini dikembangkan dari semen zinc oxychloride dengan penggantian dari liquid

dengan, pertama creosote, kemudian eugenol. Produk paten ZOE pertama adalah ‘‘pulpol’’,

dikenalkan oleh Wessler pada tahun 1894 [24]. Bermacam-macam bahan tambahan telah

dikombinasikan dengan semen zinc oxide eugenol untuk meningkatkan kekuatannya dan

mengurangi kelarutan, contoh, silica, alumina, rosin, dicalcium phosphate, polystyrene,

polymethylmethacrylate, dan asam ortho-ethoxybenzoic (EBA) [25–29].

Page 5: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Peningkatan pada kekuatan menghasilkan terutama dari penambahan polymethylmethacrylate

(20–40%) pada bubuk dan EBA pada liquid. Penambahan heat-treated fused quartz ke bubuk

juga meningkatkan stabilitas dimensi dan kekuatan semen EBA [30]. Namun, studi telah

menunjukkan jika kemerosotan dan kerusakan timbul bahkan dengan bahan modifikasi [31],

jadi kegunaannya terbatas terutama pada situasi dimana sensitivitas gigi merupakan suatu

masalah dan agen luting jangka pendek untuk provisional acrylic crowns dan gigi palsu tetap

sebagian.

Beberapa modifikasi signifikan dari semen ini adalah:

1. Penggunaan asam vanillic (4-hydroxy-3-methoxybenzoic acid) esters [32, 33] dimana

liquid tersusun dari 12% n-hexyl vanillate EBA dengan bubuk mengandung zinc

oxide, alumina dan hydrogenated rosin.

Penggantian eugenol oleh vanillate menghasilkan semen tak berbau dengan kekuatan

tinggi, kelarutan rendah dan tidak ada inhibisi dari polimerisasi vinyl. Adhesi

terhadap logam non-mulia dan polimer bagus tapi minimal pada enamel dan dentin.

2. penambahan cured silicone berbasis semen ZO dengan agen silane (semen non-

eugenol)

semen sementara kuat namun elastis, tidak larut pada cairan mulut, yang

membersihkan dengan mudah dengan cara mengelupas. Tersedia secara komersil

pada automix syringe kit (Prime-Dent).

3. Semen bebas Eugenol dengan calcium hydroxide

bakteriostatik dan mendukung pembentukan dentin sekunder. Tersedia sebagai

quickmix syringe/cartridge/ tubes.

Masalah utama semen yang mengandung eugenol adalah sisa eugenol bebas dikarenakan

phenolic hydrogen sebagai penyapu radikal bebas dan bercampur dengan polimerisasi yang

sesuai dari resin composites mempengaruhi kekerasan mikro dan stabilitas warnanya.

Disarankan apabila pembentukan formulasi non-eugenol seharusnya digunakan sebagai

provisional semen luting ketika agen luting berbasis resin digunakan untuk sementasi

permanen.

Semen Zinc Polycarboxylate

Semen ini dikembangkan oleh Dr. Dennis Smith, seorang dokter gigi Manchester pada tahun

1968 [34] sebagai suatu set dasar dari dua liquid dan satu bubuk. Satu liquid digunakan untuk

Page 6: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

tujuan luting, sedangkan yang lainnya untuk tujuan lining. Dia menukar asam fosfor dengan

polymeric acid, polyacrylic acid yang baru dan merupakan semen adhesif kimia pertama.

Semen diatur oleh suatu reaksi berbasis asam ketika bubuk zinc oxide dicampur dengan

larutan kental (karena sebagian terpolimerisasi) dengan berat asam molekular asam

polyacrylic yang tinggi. Bubuk mengandung 4% stannous fluoride tapi tidak memberi sifat

anti kariogenik karena pelepasan fluoride hanya 10–15% yang dilepaskan oleh glass ionomer

cement. Namun, itu bertindak sebagai agen penguat.

Ikatan adhesif secara umum pada enamel walaupun ikatan yang lemah pada dentin juga

terbentuk dikarenakan reaksi chelation antara kelompok carboxyl dari semen dan kalsium

pada struktur gigi; karenanya, semakin termineralisasi struktur gigi, semakin kuat ikatannya.

Semen ini hydrophilic jadi mampu membasahi permukaan dentinal [19, 34, 35]. Itu membentuk

ikatan lemah dengan emas dikarenakan sifat inert emas yang tinggi biasanya mengakibatkan

kegagalan adhesif. Membentuk ikatan tidak jelas dengan porselin. Mereka akan,

bagaimanapun, berikatan dengan non-precious alloys, kemungkinan berhubungan dengan

adanya lapisan oxide. Jadi, kegagalan jika timbul adalah kohesif daibandingkan dengan

adhesif.

Campuran air semen Anhydrous polycarboxylate juga tersedia secara komersil dengan asam

freeze-dried tergabung dalam bubuk untuk pencampuran yang terpercaya, setting dan

penanganan semen (Tylok Plus, Poly F Plus, AqualatPromedica).

Pencampuran semen yang baru memiliki konsistensi seperti madu dengan sifat pseudoplastic

dan menunjukkan perilaku shear-thinning. Karenanya, walaupun campuran semen terlihat

terlalu tebal, semen tersebut mengalir secara adekuat dibawah tekanan pada film dengan

ketebalan 25–35 lm. Sifat ini tidak dipahami oleh dokter gigi yang membuat suatu keasalahan

mengurangi rasio P:L untuk membuat campuran yang lebih tebal, berpikir bahwa semen akan

mengalir dengan baik, walaupun hasil ini mengurangi kekuatan dan menambah kelarutan [5,

36]. Selama setting, semen melewati fase rubbery dan harus tetap tak terganggu untuk

mencegah tarikkan dari margin.

Semen Polycarboxylate menunjukkan deformasi plastis lebih besar secara signifikan daripada

zinc phosphate (modulus elastis being one-third that of zinc phosphate) demikian, tidak

cocok untuk digunakan pada regio dengan stress pengunyahan tinggi atau pada sementasi

prosthesis jangka panjang [37].

Page 7: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Disarankan untuk gigi vital atau sensitif dengan preparasi dekat pada pulpa dan untuk

sementasi unit tunggal atau jembatan jangka pendek pada area tekanan rendah.

Keuntungan:

ikatan kimia

biokompatibel dengan pulpa dental dikarenakan: – peningkatan pesat pada pH setelah

pencampuran – asam Polyacrylic menjadi lebih lemah daripada asam fosfor –

kurangnya penetrasi tubular dari molekul asam polyacrylic yang dipisahkan secara

besar dan buruk [15, 38],

kekuatan tensil yang baik (8–12 MPa) [3]

daya tahan adekuat terhadap peleburan air

Kerugian:

tidak tahan terhadap peleburan asam

deformasi selama pemuatan

manipulasi kritis

kenaikan awal yang pesat pada ketebalan film yang mungkin mengganggu dengan

penempatan cor yang sesuai

Semen Glass-Ionomer (Glass-Polyalkenoate Cements)

Pada tahun 1969, semen translucent baru dikembangkan oleh Wilson dan Kent [39]

berdasarkan reaksi berbasis asam antara bubuk aluminosilicate glass larutan cair polymers

dan copolymers asam akrilik, termasuk itaconic,maleic, dan asam tricarboxylic. Semen ini

diberi naama genetik Glass-ionomer cement (GIC) dan nama sederhananya adalah ASPA

(Aluminosilicate polyacrylate) [40].

Semen Glass-ionomer telah didefinisikan oleh McLean, Nicholson dan Wilson sebagai

‘‘semen yang terdiri dari kaca dasar dan suatu polymer asam yang diatur oleh reaksi berbasis

asam antara komponen tersebut’’ [41]. Kata ‘Ionomer’ diciptakan perusahaan Dupont untuk

mendeskripsikan rentang polymers yang mengandung proporsi kecil kelompok terionisasi

atau mampu diionisasi, secara umum 5–10% [42].

Semen ini memiliki keuntungan dari masing-masing semen silicate (translusensi dan

pelepasan fluoride) dan semen sepolycarboxylate ( baik untuk pulpa dan pelekatan kimia

Page 8: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

pada struktur gigi) [43]. Kandungan Fluoride dari bubuk dengan rentang dari10 sampai 23%,

jadi memiliki potensi sifat antikariogenik.

Water-settable GIC juga tersedia dalam usaha untuk menambah working time semen. Asam

pada liquid beku-kering dan digabung pada bubuk, dimana air atau air dengas asam tartar

membentuk liquid. Jadi, ketika bubuk dan air bercampur, bubuk asam larut untuk menyusun

kembali asam cair, yang diikuti oleh reaksi berbasis asam. Formulasi tersebut

memperpanjang umur shelfdengan mencegah gelasi [15]. Asam Tartar acid menyediakan aliran

dan meningkatkan working time[44].

Perhatian utama pada semen ini adalah sensitifitasnya terhadap kontaminasi embun awal dan

pengawetan melalui proses pengeringan yang membahayakan keutuhan bahan [15].

Penyerapan air selama tahap awal setting menyebabkan deteriorasi semen, hilangnya

translusensi dan secara signifikan mengurangi kekerasan pokok dari semen glass-ionomer

and zinc phosphate[45–47]. Perluasan proteksi margin mahkota setelah pelepasan sebagian besar

semen dengan petroleum jelly/ varnish dianjurkan untuk mencegah efek buruk dari air setelah

pematangan semen, walaupun sulit ketika marginnya adalah subgingival [48].

Secara serentak, ketika campuran semen baru terekspos terkena udara ambien tanpa

pelindung, permukaan akan tidak stabil dan retak akibat pengawetan melalui proses

pengeringan, menyebabkan kegagalan kohesif dari pembentukan mikrocrack [15, 49]. Ketika

kelebihan semen terekstruksi di sekeliling margin telah menjadi pucat, melapisinya dengan

petroleum mencegahnya dari dehidrasi [50]. Menghindari kelebihan desikasi selagi itu

menambah insidensi sensitifitas post-operatif.

GIC belum sempurna sampai 24–72 jam setelah peletakan (pemuatan awal dari restorasi

tersementasiharus dihindari), tetapi ketika benar-benar siap menunjukkan daya tahan yang

lebih baik terhadap pelarutan [51]. Telah disarankan jika sejumlah kecil semen harus

diletakkan pada mahkota untuk mencegah pembentukan tekanan dikarenakan semen yang

berlebihan [52]. ‘’

Keuntungan:

Ikatan kimia [44, 53],

pelepasan fluoride terus-menerus dan kemampuan untuk menyerap fluoride dari

lingkungan oral (pengisian fluoride) membuatnya jadi pilihan pada pasien dengan

angka karies tinggi.

Page 9: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

keofisien ekspansi termal mirip gigi

Translucent, dapat digunakan dengan mahkota porselen

daya tahan adekuat terhadap pelarutan asam

ketebalan film yang rendah dan menjaga viskositas yang konstan untuk sementara

waktu setelah pencampuran, jadi peletakkan restorasi yang baik [54, 55],

Kerugian:

waktu setting awal lambat dan sensitif terhadap kontaminasi kelemmbaban awal dan

desikasi

modulus elastisitas lebih rendah dari zinc phosphate, jadi potensi dari deformasi

elastis pada area dengan tekanan pengunyahan tinggi [15].

setting awal pH yang rendah diasumsikan berhubungan dengan sensitifitas setelah

sementasi [56].Namun, percobaan dobel secara acak pada GIC dan semen zinc

phosphate melaporkan tidak ada perbedaan signifikan pada sensitifias post-operatif [57]. Desikasi dentin, semen tipis dicampur bersaaman dengan gaya hidraulik yang

berlebihe, dan micro leakage terkadang bertanggungjawab atas sensitifitas[58].

daya tahan pemakaian yang kurang

Semen Resin-Modified Glass-Ionomer

Semen ini diperkenalkan pada tahun 1990 dengan tujuan untuk menggabungkan beberapa

sifat yang diinginkan dari semen glass-ionomer (pelepasan fluoridedan perlekatan kimia)

dengan kekuatan yang tinggi dan kelarutan rendah dari resin [59].

Kelompok Polymerizable fungsional ditambahkan pada semen glass-ionomer konvensional

untuk mencapai curing cepat yang diaktifkan oleh cahaya/senyawa kimia selagi tetap

membiarkan reaksi berbasis asam untuk berperaan bersamaan dengan polimerisasi. Daya

tahan pemakaian juga ditingkatkan[15].

Antonucci et al. Semula menggunakan kata resin-modified glass-ionomer sebagai nama

sederhana dan resin-modified glasspolyalkenoate sebagai nama sistematis[60].

Tersedia sebagai bubuk/liquid, dikemasi dalam bentuk preproporsion atau dalam sistem dua

pasta (Fujicem, GC America, IL).

Bubuk --mengandung ion-leachable glass dan inisiator untuk chemical/light-curing

Page 10: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Liquid-- mengandung empat bahan utama

sebuah resin methacrylate resin (bis-GMA) yang memungkinkan reaksi polimerisasi.

suatu poli asam yang bereaksi dengan ion-leachable glass untuk memungkinkan

reaksi berbasis asam.

hydroxy-ethyl methacrylate (HEMA), suatu hydrophilic methacrylate yang

memungkinkan kedua resin dan komponen asam untuk koeksis pada larutan cair;

HEMA juga berperan dalam reaksi polimerisasi.

Air, untuk memungkinkan ionisasi dari komponen asam jadi reaksi berbasis asam

dapat timbul.

komponen lain termsauk aktivator dan stabilizer polimerisasi [20].

Reaksi setting dari semen ini adalah dual mekanisme. Reaksi berbasis asam timbul setelah

bubuk dan liquid dicampur, membentuk garam polyacrylate. Polimerisasi (reaksi setting

primer) diinisiasi segera setelah radikal bebas yang memadai tersedia. Reaksi berbasis asam

yang lambat bertanggunjawab terhadap pematangan akhir dan kekuatan semen sedangkan

reaksi polimerisasi menyediakan pengaturan awal [20].

Polimerisasi yang diaktifkan secara kimia dari semen resin-modified glass-ionomer

dimaksudkan sebagai ‘‘Dark Cure’’ [20].

Semen tersebut bisa jadi chemical-cured, light-cured, dualcured (reaksi berbasis asam

chemical-cured/light-cured ?) or tri-cured (reaksi berbasis asam chemical-cured ? light-

cured ?).

Keuntungan:

kekuatan compressive,kekuatan diametral tensile, dan kekuatan flexural secara

dramatis meningkat dibandingkan seng fosfat, polycarboxylate, dan semen glass-

ionomer tapi lebih rendah dari resin komposite [61].

sensitivitas yang kurang terhadap kontaminasi kelembaban awal dan desikasi selama

setting dan kurang larut dibandingkan semen glass-ionomer dikarenakan of ikatan

kovalen silang dari garam polyacrylate dari polimerisasi radikal bebas [58, 62],

manipulasi dan penggunaan yang mudah

ketebalan film yang rendah secara adekuat [63, 64],

pelepasan Fluoride mirip dengan GIC konvensional [65]

Page 11: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

polimerisasi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh bahan provisional yang

mengandung eugenol, selama semen provisional benar-benar dihilangkan dengan

melalui prophylaxis [66].

Sensitifitas post-operatif minimal.

kekuatan ikat yang tinggi terhadap dentin (14 MPa)

Kerugian:

penyusutan dehidrasi dikarenakan komponen glass-ionomer telah diamati Selama 3

bulan setelah pematangan bersama dengan penyusutan polimerisasi [67]. Ini mungkin

membuat tekanan fraktur pada tampilan semen restorasi gigi yang terekspos [68].

HEMA bertanggunjawab untuk bertambahnya penyerapan air, kemudian plastisitas

dan ekspansi higroskopik. Penyerapan air awal mungkin mengimbangi tekanan

penyusutan polimerisasi, penyerapan air yang berlanjut menyebabkan perubahan

substansional dimensi [69, 70], kontraindikasi kegunaan mereka untuk sementasi dari

semua mahkota keramik dan pada gigi nonvital setelah ekspansi yang disebabkan

fraktur timbul [35, 71]. Namun , dua contoh studi dilakukan pada 2003 menyimpulkan

jika ekspansi sendiri tidak bertanggungjawab terhadap fraktur pada mahkota keramik [72].

walaupun langka, mungkin mendapatkan respon alergi karena monomer bebas.

Penanganan yang hati-hati dianjurkan selama pencampuran [73, 74],

Kelebihan semen sangat keras dan sulit untuk dihilangkan.

Disarankan untuk luting logam atau mahkota porcelain-fused-tometal dan FPD pada gigi,

amalgam, resin komposit, atau glass ionomer core buildups [35].

Semen Anhydrous Luting

Poly-Acid Modified Composites (Kompomer)

Diperkenalkan pada pasar eropa sebagai bahan restoratif pada tahun 1993[75], semen ini juga

terdapat antara glass-ionomer dan resin komposit tetapi dengan karakteristik dominan dari

resin komposit microfilled. kata ‘Kompomer’ merupakan turunan dai komposit dan glass

ionomer, memiliki kemampuan pelepasan fluoride dari GIC konvensional dan durabilitas

komposit [15].

Kompomer restoratif tersedia sebagai satu komponen, bahan light-curable yang terdiri dari

partikel silicate glass, sodium fluoride dan poly-acid modified monomer tapi tidak ada air.

Page 12: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Mulanya, setting timbul dikarenakan photopolimerisasi yang diikuti oleh reaksi berbasis

asam ketika bahan yang disediakan menyerap air. Hal ini pada akhirnya menyebabkan

pelepasan fluoride walaupun terbatas [15, 76]. Karena tidak adanya air pada restorasi kompomer,

mereka tidak self-adhesive seperti GIC konvensional dan resin-modified GIC, karenanya

membutuhkan agen bonding dentin terpisah [76].

Kompomer untuk tujuan luting tersedia sebagai sistem dua komponen, entah bubuk/liquid

atau sebagai dua pasta .

Bubuk: strontium aluminofluorosilicate, metallic oxides, chemical-activated dan/atau light-

activated initiators.

Liquid: polymerizable methacrylate/carboxylic acid monomers, multifunctional acrylate

monomers, air.

Karena keberadaan air, bahan tersebut self-adhesive dan reaksi berbasis asam mulai pada

waktu pencampuran [15]. Kekuatan tensil, kekuatan flexuraldan daya tahan pakai dari

Kompomer lebih hebat daripada semen glass-ionomer konvensional tapi kurang efektif

daripada resin komposit [75].

Mereka dianjurkan secara secara umum untuk sementasi prostesis dengan substrat logam.

Seperti resin-modified GIC, kompomer juga menyerap air dan mengalami ekspasi

hygroskopik yang mungkin mematahkan mahkota keramik (Tables 1, 2, 3).

Semen Resin

Berbasis Methyl Methacrylate

Semen resin berbasis Methyl methacrylate dikembangkan pada tahun 1950 tetapi memiliki

sifat fisik yang buruk, dimana, penysutan polimerisasi tinggi dan meningkatnya microleakage

karena kandungan filler rendah. Mereka juga memiliki tingkat residual amine tinggi yang

berkontribusi terhadap perubahan warna yang signifikan setelah polimerisasi [77].

Berbasis Aromatic Dimethacrylates

Semen resin Aromatic Dimethacrylate Pada tahun 1963, Dr. Rafael Bowen mengembangkan

methacrylate multifungsi pertama yang digunakan di dunia kedokteran gigi, yang disebut bis-

GMA atau resin Bowen. Resin bis-GMA {2,2-bis[4-(2 hydroxy-methacryloxypropoxy)

phenyl]propane}dapat dideskripsikan sebagai suatu ester aromatik dimetakrilat, yang

disintesis dari suatu resin epoxy dan methyl methacrylate [78]. Bis-GMA sangat kental dan

Page 13: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

viskositas dimetakrilat rendah, seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) dicampur

dengan itu untuk mengurangi viskositas.

Tabel 1 Sifat semen luting

Tabel 2 Pilihan agen luting pada beberapa situasi klinis yang berbeda

Kondisi klinis Tipe agen luting yang

disarankan

Agen luting yang harus

dihindari

Hipersensitivitas gigi vital Zinc polycarboxylate [19],

Reinforced zincoxide

eugenol (Biokompatibel

dengan pulpa)

Zinc phosphate, Glass-

ionomer, chemically cured

composite resin

Hipersensitivitas gigi dengan

bentuk retensi sedang

Zinc polycarboxylate [19]

(hanya mahkota dan

jembatan jangka pendek)

Zinc phosphate, Glass-

ionomer, chemically cured

composite resin

Hipersensitivitas gigi dengan

bentuk retensi dan resisten

sedang/bagus dan lapisan

dentin minimal

Reinforced zinc-oxide

eugenol

Zinc phosphate, Glass-

ionomer, chemically cured

composite resin

Gigi palsu sebagian jangka

panjang pada area dengan

Zinc phosphate (favourable

modulus of elasticity) [15],

Zinc polycarboxylate [37]

Page 14: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

tekanan pengunyahan yang

tinggi ketika gigi abutment

tidak sensitif

Glass-ionomer,

Resinmodified glass-ionomer

(RMGI)

Gigi nonvital dengan bentuk

retensi dari yang sedang

sampai bagus

Zinc phosphate

Gigi nonvital dengan bentuk

retensi dari yang sedang

sampai kurang

bagus(Mungkin terdapat

dinding/ cusp yang retak

Glass-ionomer, RMGI,

Adhesive resin

Gigi termutilasi dengan

restorasi post dan core

Adhesive resin

Pasien dimana restorasi

seutuhnya sulit/pada area

yang sulit diisolasi(Regio

posterior mandibula)

Zinc polycarboxylate, RMGI

Pasien kekurangan

saliva(xerostomia)

Glass-ionomer, RMGI

(pelepasan fluoride)

Indeks karies tinggi Glass-ionomer, RMGI Zinc phosphate, Glass-

ionomer

Gigi anak-anak dengan pulpa

yang besar

Zinc polycarboxylate Zinc phosphate, Glass-

ionomer

Gigi yang dipreparasi untuk

menerima partial veneer

crown atau retainer

Adhesive resin, RMGI

(kurang larut dan kebocoran

mikro)

Glass-ionomer (translusen

membuat enamel yang

bersebelahan dengan cor

logam terlihat sedikit abu-

abu) [50], Zinc phosphate [7]

Semen Resin yang digunakan sekarang terdiri dari matriks resin bis-GMA atau urethane

dimethacrylate dan filler dari partikel inorganic yang baik (20–80%) untuk memastikan

ketebalan film yang tipis.

Page 15: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Tersedia sebagai bubuk/liquid, kemasan kapsul, atau pasta dan diklasifikasikan kedalam tiga

tipe berdasarkan metode polimerisasi chemical-cured, lightcured dan dual-cured.

Keuntungan:

kekuatan compressive and tensile yang lebih baik (20–50 MPa) dengan kelarutan

rendah

Ikatan Mikromekanik terhadap preparasi permukaan enamel, dentin, alloy and

keramik

tersedia dalam rentang bentuk dan transulensi yang luars [19].

Kerugian:

Metikulus dan teknik preparasi kritis

Ketebalan film yang tinggi

kebocoran margin dikarenakan kebocoran margin

reaksi pulpa yang parah ketika digunakan untuk memotong dentin vital

Tidak ada pelepasan ataupun penambahan fluoride

modulus elastisitas rendah, jadi tidak dapat mendukung prosthesis jangka panjang.

kesulitan dalam penghilangan kelebihan resin komposit yang mengeras dari area yang

tidak terjangkau, menghalangi penggunaannya ketika margin subgingiva ditempatkan.

Penggunaan agen luting provisional berbasis eugenol menyebabkan polimerisasi

sempurna dari semen resin [19, 36, 79, 80].

dikarenakan kekuatan ikat awal yang rendah dan periode pematangan 24 jam, pasien

disarankan untuk menghindari pemuatan restorasi yang dilapisi dengan chemically-

cured resin cements pada beberapa jam awal setelah sementasi. Semen berlebih harus

dihilangkan sebelum sebelum setting untuk menghindari pengerusakan ikatan awal

yang lemah[81].

Semen resin Adhesif

Dengan maksud untuk meningkatkan ikatan adhesif dari semen resin bisGMA, monomer

adhesif telah ditambahkan yang memungkinkan ikatan kimia pada masing-masing struktur

gigi permukaan preparasi logam yang sesuai. Itu termasuk bifunctional phosphate monomer,

10-methacryloyloxydecyl dihydrogen phosphate (MDP) dikembangkan pada tahun 1981 dan

carboxylic monomer, 4-methacryloxyethyl trimellitic anhydride (4-META). Ikatan Resin

difasilitasi oleh affinitas dari monomer tersebut untuk metal oxides yang ada pada basis

metal alloys tanpa harus menggunakan etsa asam[12]. Namun, resin tersebut memiliki affinitas

Page 16: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

yang rendah untuk logam alloy mulia dikarenakan kurangnya selubung permukaan oksida

dan rekativitas kimia yang rendah membutuhkan beberapa modifikasi permukaan untuk

mencapai ikatan kimia (tin-plating, silicoating atau tribochemical coating atau penggunaan

logam primer baru) [12].

Panavia merupakan produk komersial pertama yang mengandung MDP pada liquid. Tersedia

sebagai bubuk/liquid, dalam bentuk tunggal, kekuatan ikat terhadap basis etssa logam secara

besar melebihi gigi [82].Pada tahun 1993, Panavia 21 (Kuraray Co.,Osaka, Japan)

diperkenalkan, Suatu pasta/formulasi pastayang termasuk enamel/dentin(ED)primer yang

mengandung HEMA, N-methacryloyl 5-aminosalicylic acid(5- NMSA) dan MDP. Basis

retainer logam air-abraded, secara cepat dibersihkan tapi tidak teretsa karena udara dan air

mungkin terperangkap pada irregularitas yang memicu polimerisasi semen. Bonding enamel

yang belum terpotong memerlukan etsa pada gigi. A polyethylene glycol gel disediakan

untuk mengisolasi margin semen yang terpapar oksigen memastikan terjadinya polimerisasi

sempurna [58].

Produk saat ini, Panavia F- adalah semen pelepasan fluoride self-etching, selfadhesive, dual-

cure, yang dapat di –cure dengan halogen, plasma ARC atau sinar LED. MDP menyediakan

ikatan terkuat terhadap sistem keramik metal-oxide.

Tersedia secara komersial C&B Superbond (Parkell, Farmingdale, New York) yang

merupakan 4-META yang berbasis semen resin adhesifdengan inisiator adhesif tambahan,

tributyl boron ditambahkan untuk membantu ikatan kimia pada dentin [83].

Tabel 3 Agen luting untuk restorasi prosthodontik tetap yang berbeda

Page 17: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

Ringkasan

Agen luting gigi menutupi tampilan antara restorasi dan preparasi gigi. Artikel ini mencoba

untuk memberikan wawasan tentang berbagai agen luting yang tersedia untuk petugas klinis

dari semen berbasis air konvensional sampai resin perekat terbaru. Tidak ada agen luting

tunggal yang ideal di semua situasi klinis. Artikel ini membahas sifat, kelebihan dan

kekurangan dari berbagai semen berniat untuk membantu petugas klinis dalam memilih agen

luting yang tepat dalam kondisi klinis tertentu.

Referensi

1. Schwartz NL, Whitsett LD, Berry TG, Stewart JL (1970) Unserviceable crowns and

fixed partial dentures: life-span and causes for loss of serviceability. J Am Dent Assoc

81:1395–1401

2. Walton JN, Gardner FM, Agar JR (1986) A survey of crown and fixed partial denture

failures: length of service and reasons for replacement. J Prosthet Dent 56:416–421

3. Ames WB (1892) A new oxyphosphate for crown seating. Dent Cosmos 34:392–393

4. Margerit J, Cluzel B, Leloup JM, Nurit J, Pauvert B, Terol A (1996) Chemical

characterization of in vivo aged zinc phosphate dental cements. J Mater Sci Mater

Med 7:623–628

Page 18: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

5. Smith DC (1983) Dental cements. Current status and future prospects. Dent Clin

North Am 6(3):763–793

6. Stevens L (1975) The properties of four dental cements. Aust Dent J 20:361–367

7. Oilo G, Jorgensen KD (1978) The influence of surface roughness in the retentive

ability of two dental luting cements. J Oral Rehabil 5:377–389

8. Kay GW, Jablonski DA, Dogon IL (1986) Factors affecting the seating and fit of

complete crowns: a computer simulation study. J Prosthet Dent 55:13–18

9. Wang CJ, Millstein PL, Nathanson D (1992) Effects of cement, cement space,

marginal design, seating aid materials and seating force on crown cementation. J

Prosthet Dent 67:786–790

10. Jorgensen KD (1960) Factors affecting the film thickness of zinc phosphate cements.

Acta Odontol Scand 18:479–490

11. Kendziar GM, Leinfelder KF, Hershey HG (1976) The effect of cold temperature

mixing on the properties of zinc phosphate cement. Angle Orthod 46:345 12.

12. Richard van N (2002) Introduction to dental materials. Mosby, London, pp 257–278

13. Brannstrom M, Nyborg H (1977) Pulpal reaction to polycarboxylate and zinc

phosphate cements used with inlays in deep cavity preparations. J Am Dent Assoc

94:308

14. Johnson GH, Hazelton LR, Bales DJ et al (2004) The effect of resin-based sealer on

crown retention for three types of cement. J Prosthet Dent 91(5):428–435

15. Anusavice KJ (1996) Phillips’ science of dental materials, 11th edn. WB Saunders,

Philadelphia, pp 555–581

16. Timothy WF (1916) The Dental Review. Our present cements with special reference

to those containing copper, vol XXX, No. 8, Chicago, pp 691–704

17. Russell D (2000) PhD ZNP red copper cement. Materia Medica, Feb 2001, pp 1–3

18. Overman PR (2000) Biofilm: a new view of plaque. J Contemp Dent Pract 1(3):1–8

Summer issue

19. O’Brien W (2002) Dental materials and their selection, 3rd edn. Quintessence,

Chicago, pp 133–155

20. McCabe JF, Walls AWG (2005) Applied dental materials, 8th edn. Blackwell Pub.

Co, Oxford, pp 226–230

21. Anderson JN, Paffenbarger GC (1962) Properties of silicophosphate cements. D

Progress 2:72–75

Page 19: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

22. Hembree JH, George TA, Hembree ME (1978) Film thickness of cements beneath

complete crowns. J Prosthet Dent 39:533–535

23. Smith DC (1998) Development of glass-ionomer cement systems. Biomaterials

19(6):467–478

24. Luckie S (1898) Oxide of zinc and eugenol. Items D Int 20(July):490–491

25. Weiss MB (1958) Improved zinc oxide-eugenol cement. Illinois D J 27(4):261–271

26. Roland N, Kutscher AH, Ayres HD (1959) Effect of dicalcium phosphate on the

crushing strength of zinc-oxide eugenol cement. New York State D J 25(2):84–86

27. Brauer GM, Simon L, Sangermano L (1962) Improved zinc oxide-eugenol type

cements. J Dent Res 41(5):1096–1102

28. Brauer GM, McLaughin R, Huget EF (1968) Aluminium oxide as reinforcing agent

for zinc-oxide eugenol-o-ethoxybenzoic acid cements. J Dent Res 47(4):622–628

29. Brauer GM (1965) A review of zinc-oxide eugenol type filling materials and

cements. Rev Belge Med Dent 20(3):323–364

30. Civjan S, Brauer GM (1964) Physical properties of cements based on zinc oxide,

hydrogenated rosin, o-ethoxybenzoic acid and eugenol. J Dent Res 43(2):281–299

31. Mesu FP, Reedijk T (1983) Degradation of luting cements measured in vitro and in

vivo. J Dent Res 62:1236–1240

32. Brauer GM, Stransbury JW (1984) Intermediate restorations from N-Hexyl vanillate-

EBA-ZnO-glass-ionomer composites. J Dent Res 63:1315–1320

33. Brauer GM, Stransbury JW, Flowers D (1986) Modifications of cements containing

vanillate or syringate esters. Dent Mater 2:21–27

34. Smith DC (1968) A new dental cement. Br Dent J 125(9): 381–384

35. Diaz-Arnold AM, Vargas MA, Haselton DR (1999) Current status of luting agents

for fixed prosthodontics. J Prosthet Dent 81(2):135–141

36. Rosentiel SF, Land MF, Crispin BJ (1998) Dental luting agents: a review of the

current literature. J Prosthet Dent 80(3):280–301

37. Oilo G (1991) Luting cements: a review and comparison. Int Dent J 41:81–88

38. Charlton DG, Moore BK, Swartz ML (1991) Direct surface pH determination of

setting cements. Oper Dent 16:231–238

39. Wilson AD, Kent BE (1971) The glass-ionomer cement, a new translucent cement for

dentistry. J Appl Chem Biotechnol 21:313

40. Wilson AD, Kent BE (1972) A new translucent cement for dentistry. The glass

ionomer cement. Br Dent J 132:133–135

Page 20: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

41. McLean JW, Nicholson JW, Wilson AD (1994) Proposed nomenclature for glass-

ionomer dental cements and related materials. Quintessence Int 25(9):587–589

42. Longworth R (1983) The structure and properties of ionomers. In: Wilson AD,

Prosser HJ (eds) Developments in ionic polymers-1. Applied Science Publishers,

Barking

43. Wilson AD, McLean JW (1985) Glass-ionomer cement. Quintessence, Chicago

44. Hosada H (1993) In: Katsuyama S, Ishikawa T, Fujii B (eds) Glass ionomer dental

cement-the materials and their clinical use. Ishiyaku Euroamerica, St Louis, pp 16–24,

40–46

45. McLean JW (1988) Glass-ionomer cements. Br Dent J 164: 293–300

46. Um CM, Øilo G (1992) The effect of early water contact on glass-ionomer cements.

Quitessence Int 23:209–214

47. Mojon P, Kaltio R, Feduik D, Hawbolt EB, MacEntee MI (1996) Short-term

contamination of luting cements by water and saliva. Dent Mater 12:83–87

48. Ogimoto T, Ogawa T (1997) Simple and sure protection of crown margins from

moisture in cementation. J Prosthet Dent 78:225

49. Hornsby PR (1980) Dimensional stability of glass-ionomer cements. J Chem Tech

Biotechnol 30:595–601

50. Shillingburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE (1997) Fundamentals

of fixed prosthodontics, 3rd edn. Quintessence Publishing Co Inc, Chicago, pp 385–

415

51. Mitchem JC, Gronas DG (1978) Clinical evaluation of cement solubility. J Prosthet

Dent 40:453

52. McLean JW (1992) Clinical applications of glass-ionomer cements. Oper Dent

17:184–190

53. Wilson AD, Prosser HJ, Powis DM (1983) Mechanism of adhesion of polyelectrolyte

cements to hydroxyapatite. J Dent Res 62:590–592

54. Strutz JM, White SN, Yu Z, Kane CL (1994) Luting cementmetal surface

physicochemical interactions on film thickness. J Prosthet Dent 72:128–132

55. Øilo G, Evje DM (1986) Film thickness of dental luting cements. Dent Mater 2:85–

89

56. Smith DC, Ruse ND (1986) Acidity of glass ionomer cements during setting and its

relation to pulp sensitivity. J Am Dent Assoc 112:654–657

Page 21: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

57. Johnson GH, Powell LV, Derouen TA (1993) Evaluation and control of

postcementation pulpal sensitivity. Zinc phosphate and glass-ionomer cements. J Am

Dent Assoc 124:39–46

58. McComb D (1996) Adhesive luting cements- classes, criteria & usage. Compend

Contin Edu Dent 17:759–773

59. Davidson CL, Mjor IA (1999) Advances in glass-ionomer cements. Quintessence,

Chicago, pp 41–43, 160–166, 247–250

60. Antonucci JM, McKinney JE, Stansbury JW (1988) Resin-modified glass-ionomer

cement. US Patent Application 160856

61. White SN, Yu Z (1993) Compressive and diametral tensile strengths of current

adhesive luting agents. J Prosthet Dent 69: 568–572

62. Cho E, Kopel H, White SN (1995) Moisture susceptibility of resin-modified glass-

ionomer materials. Quitessence Int 26: 351–358

63. White SN, Yu Z (1992) Film thickness of new adhesive luting agents. J Prosthet Dent

67:782–785

64. White SN, Yu Z, Sangsurasak S (1995) In vivo marginal adaptation of cast crowns

luted with different cements. J Prosthet Dent 74:25–32

65. Robertello FJ, Coffey JP, Lynde TA, King P (1999) Fluoride release of glass

ionomer-based luting cements in vitro. J Prosthet Dent 82:172–176

66. Fujisawa S, Kadoma Y (1997) Action of eugenol as a retarder against polymerization

of methyl methacrylate by benzoyl peroxide. Biomaterials 18:701–703

67. Sidhu SK, Sheriif M, Watson TF (1997) The effects of maturity and dehydration

shrinkage on resin-modified glass-ionomer restorations. J Dent Res 76:1495–1501

68. Sidhu SK, Watson TF (1990) Resin-modified glass-ionomer cements. Int J

Prosthodont 3:425–429

69. Yap AU (1996) Resin-modified glass-ionomer cements: a comparison of water

sorption characteristics. Biomaterials 17:1897–1900

70. Kanchanavasita W, Pearson A, Pearson GJ (1997) Water sorption characteristics of

resin-modified glass-ionomer cements. Biomaterials 18:343–349

71. Christensen RP, Christensen GJ (1996) Resin reinforced glass ionomer (RRGI)

cements, all-ceramic crown fracture. Clin Res Assoc Newsl 20(11):3

72. Synder MD, Lang BR, Razzoog ME (2003) The efficacy of luting all-ceramic crowns

with resin-modified glass-ionomer cement. J Am Dent Assoc 134:609–612

73. Ivoclar (1997) Variolink II scientific documentation. Ivoclar North America, Amherst

Page 22: Semen Luting Konvensional Dan Kontemporer

74. 3M Dental Products (1994) Vitremer luting cement technical product profile. 3M

Dental Products Laboratory, StPaul

75. Meyer JM, Cattani-Lorente MA, Dupuis V (1998) Compomersbetween glass-

ionomer cements and composites. Biomaterials 19(6):529–539

76. Mount GJ (2002) An atlas of glass-ionomer cements, a clinicians guide, 3rd edn.

Martin Dunitz, New York, pp 1–73

77. Petrich A, VanDercreek J, Kenny K (2004) Clinical update on dental luting cements,

vol 26, no. 3. Naval Postgraduate Dental School, Bethesda, Maryland, March 2004

78. Bowen RL (1963) Properties of a silica-reinforced polymer for dental restorations.

JADA 66:57–64

79. Zhen CL, White S (1999) Mechanical properties of dental luting cements. J Prosthet

Dent 81(5):597–609

80. Taira J, Ikemoto T, Yoneya T, Hagi A, Murakami A, Makino K (1992) Essential oil

phenyl propanoids useful as OH scavengers? Free Radic Res Commun 16(3):197–204

81. Burrow MF, Nikaido T, Satoh M, Tagami J (1996) Early bonding of resin cements to

dentin-effect of bonding environment. Oper Dent 21:196–202

82. Tjan AHL, Tao L (1992) Seating and retention of complete crowns with a new

adhesive resin cement. J Prosthet Dent 67(4):478–483

83. Ertugrul HZ, Ismail YH (2005) An in vitro comparison of cast metal dowel retention

using various luting agents and tensile loading. J Prosthet Dent 93(5):446–452

84. Craig RG, Powers JM (2002) Restorative dental materials, 11th edn. Mosby, St

Louis, pp 594–634

85. Griffith JR, Cannon RWS (1974) Cementation—materials and techniques. Aust Dent

J 19:93–99

86. Misch CE (1999) Contemporary implant dentistry, 2nd edn. Mosby Inc, St Louis, pp

539–573