sekuens

29
FASIES DAN SEQUENCE STRATIGRAFI 1.1 Fasies Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya. Menurut Selley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya. Sifat alami material yang diendapkan dimanapun akan ditentukan oleh proses fisika, kimia dan biologi yang terjadi selama pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen. Proses-proses ini juga mengartikan lingkungan pengendapan. Di bab

Transcript of sekuens

Page 1: sekuens

FASIES DAN SEQUENCE STRATIGRAFI

1.1 Fasies

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi

karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur

biologi memperlihatkan aspek fasies yang berbeda dari tubuh batuan yang

yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Fasies umumnya dikelompokkan

ke dalam facies association dimana fasies-fasies tersebut berhubungan secara

genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala

lebih luas asosiasi fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic

architectural element dari suatu lingkungan pengendapan yang khas sehingga

akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya.

Menurut Selley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan

yang dapat dikenali dan dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar

geometri, litologi, struktur sedimen, fosil, dan pola arus purbanya.

Sifat alami material yang diendapkan dimanapun akan ditentukan oleh

proses fisika, kimia dan biologi yang terjadi selama pembentukan, transportasi

dan pengendapan sedimen. Proses-proses ini juga mengartikan lingkungan

pengendapan. Di bab selanjutnya, dibahas proses-proses yang terjadi di dalam

tiap-tiap lingkungan pengendapan yang terdapat di seluruh permukaan bumi

dan karakter sedimen yang diendapkan. Untuk mengenalkan bab ini, konsep

lingkungan pengendapan dan fasies sedimen dibahas di bab ini. Metodologi

analisis batuan sedimen, perekaman data dan menginterpretasikannya ke

dalam proses dan lingkungan dibahas di sini secara umum. Contoh kutipan

yang berhubungan dengan proses dan hasil di dalam lingkungan dibahas

dengan lebih detail di bab berikutnya.

Setting dimana sedimen terakumulasi dikenal sebagai kesatuan

geomorfologi seperti sungai, danau, pantai, laut dangkal, dan lain-lain. Salah

satu tujuan geologi sedimen adalah untuk menentukan lingkungan dimana

rangkaian batuan sedimen tertentu terendapkan. Agar objektif, sedimentolog

mencoba menentukan kondisi di permukaan bumi pada waktu yang berbeda

Page 2: sekuens

dan dalam tempat yang berbeda, dan dari sini membangun gambaran sejarah

planet. Tahap pertama adalah penyelidikan batuan sedimen dengan bantuan

metodologi ilmiah yang dikenal sebagai analisis fasies. (Walker 1992a;

Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan

sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa

lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa fasies

sedimen, yang merangkum hasil interpretasi dari berbagai data, diantaranya :

1. Geometri :

a) regional dan lokal dari seismik

b) intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)

2. Litologi : dari cutting, dan core

3. Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall

core

4. Struktur sedimen : dari core

1.2 Analisis Fasies

Konsep fasies adalah tidak berarti hanya tepat dan sesuai dalam

mendeskripsikan batuan dan mengelompokkan batuan sedimen yang terlihat

di lapangan, konsep ini juga membentuk dasar-dasar interpretasi strata.

Karaktersitik litofasies dihasilkan dari proses fisika dan kimia yang aktif pada

waktu pengendapan sedimen, dan biofasies serta ichnofasies menyediakan

informasi tentang paleoecology selama dan sesudah pengendapan. Dengan

pengetahuan kondisi fisika, kimia, dan ekologi maka memungkinkan untuk

merekonstruksi lingkungan pada waktu pengendapan. Proses analisis fasies

ini, interpretasi strata ke dalam istilah lingkungan pengendapan, dapat

dianggap sebagai pusat objektif utama dari sedimentologi dan stratigrafi yang

merekonstruksi masa lampau (Gambar 1.1) (Anderton 1985; Reading & Levell 1996).

Interpretasi lingkungan sedimen dari fasies dapat diperoleh dengan

latihan yang sederhana atau memerlukan pertimbangan yang kompleks dari

banyak faktor sebelum dapat membuat kesimpulan sementara. Di beberapa

kasus ada karakteristik batuan yang unik untuk lingkungan tertentu. Sejauh

Page 3: sekuens

yang kita ketahui, hermatypic corals hanya tumbuh di dalam air laut yang

dangkal, bersih dan hangat: kehadiran fosil koral ini dengan posisi ketika

masih hidup di dalam batuan sedimen dapat digunakan untuk menunjukkan

bahwa sedimen terendapkan di dalam air laut yang dangkal, bersih dan

hangat. Dimana ada petunjuk-petunjuk langsung suatu kondisi seperti itu,

maka dengan langsung dapat diinterpretasikan lingkungan masa lampau suatu

batuan sedimen. Berbeda dengan hal berikut, cross bedded sandstone dapat

terbentuk selama pengendapan di gurun, sungai, delta, danau, pantai dan laut

dangkal: litofasies ‘cross bedded sandstone’ tidak menyediakan petunjuk

lingkungan khusus.

Gambar 1.1 Diagram alir analisis fasies

Page 4: sekuens

1.3 Sikuen Stratigrafi

Sikuen stratigrafi adalah studi stratigrafi yang berhubungan dengan

kerangka waktu pengendapan dalam kaitannya perubahan siklus muka laut

(global/regional).

Gambar 1.2 Hubungan Antara Sikuen Stratigrafi

1.4 Pembagian Orde Sikuen Stratigrafi

Setiap sikuen pengendapan terdiri dari perulangan perlapisan yang

dibatasi oleh permukaan erosi (UC) atau hiatus atau permukaan yang selaras

(C) (Van Wagoner et.al., 1987). Sikuen dibatasi secara regional oleh

ketidakselarasan (UC) atau permukaan keselarasan (C) (Mitchum et.al., 1977).

Elemen penting dalam menentukan pola-pola sikuen stratigrafi adalah

shelf/slope break.

Page 5: sekuens

Gambar 1.3 Assosiasi Seismik Fasies (Mitchum et al., 1977)

Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan

sikuen stratigrafi adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang

keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996)

Bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi, pada umumnya

terjadi di atas muka laut (sub-aerial), ditandai oleh rumpang waktu geologi.

Bidang keselarasan padanan adalah bidang kelanjutan dari bidang

ketidakselarasan kearah susunan lapisan batuan yang selaras (Sandi Stratigrafi

Indonesia, 1996).

Bidang ketidakselarasan atau bidang erosi batas satuan sikuen

stratigrafi disebabkan oleh proses penurunan relatif muka air laut, yang

disebabkan oleh banyak hal diantaranya gerak muka muka laut global,

sedimentasi maupun tektonik (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Dalam rekaman batuan sikuen pengendapan dapat dibedakan menjadi

dua yaitu sikuen tipe 1 dan sikuen tipe 2. Sikuen tipe 1 tersusun oleh tersusun

oleh sedimen yang diendapakann saat relatif muka air laut mulai turun. sikuen

1 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1di bagian bawah dan  di bagian atas oleh

batas sikuen 1 atau batas sikuen 2. Sikuen tipe 2 tersusun oleh sedimen yang

Page 6: sekuens

diendapkan  selama siklus muka laut relatif naik perlahan-lahan atau tetap.

Sikuen tipe 2 dibatasi oleh batas sikuen tipe 1 di bawah dan di bagian atas

oleh batas sikuen 1 atau batas sikuen 2.

Batas sikuen 1 ditandai oleh perolehan fluvial dan peremajaan

aliran, shelf sedimentary bypass, pergeseran fasies dan coastal onlap kearah

cekungan. Batas cekungan tersebut terbentuk ketika kecepatan eustasi lebih

besar dari kecepatan subsiden pada depositional shoreline break, sehingga

menghasilkan muka laut relatif turun.

Batas sikuen 2 ditandai oleh pergeseran coastal onlap ke arah

cekungan dan erosi subaerialyang meluas, tatapi tanpa peremajaan aliran dan

pergeseran fasies kearah cekungan. Batas sekuen ini terbentuk ketika

kecepatan eustasi lebih kecil dari kecepatan subsiden padadepositional

shoreline break, tetapi tanpa perubahan muka laut  relatif turun pada posisi

tersebut

Siklus transgresi regresi yang terbentuk di antara dua periode muka

laut turun akan menghasilkan satu sikuen pengendapan. Sikuen pengendapan

tersebut dibatasi oleh ketidakselarasan dan keselarasan yang sebanding.

Pembentukan sikuen pengendapan sering diselingi oleh

pembentukan maximum flooding surface (MFS). Batas sikuen dan MSF

merupakan permukaan kunci yang dapat dikenali dalam well logs, coring,

singkapan dan penampang seismik.

Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum

landward onlap dari lapiasan marine pada batas basin dan mencerminkan

kenaikan maksimum secara relatif dari sea level(Armentout, 1991).

Page 7: sekuens

Gambar 1.4 Diagram Sikuen Stratigrafi (Tanpa Terganggu Oleh Adanya Struktur

Sekunder) (Vail et al, 1987)

Gambar 1.5 Diagram Sikuen Stratigrafi pada Daerah yang Terpengaruh oleh Adanya Sesar

Page 8: sekuens

1.5 Konsep Stratigrafi

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif

serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk

menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan

yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi

(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun

absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas

penyebaran lapisan batuan.

Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya

adalah William Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan batuan

yang tersingkap yang memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi).

Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan

batuan yang terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa

pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang

utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara

satu tempat ke tempat lainnya pada suatu daerah yang luas. Berdasarkan hasil

pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang

bersifat umum untuk periode-periode geologi meskipun pada waktu itu belum

ada penamaan waktunya.

Berawal dari hasil pengamatan William Smith dan kemudian

berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan dan genesa

batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi. Dengan demikian stratigrafi

merupakan ilmu yang mempelajari susunan, hubungan dan genesa batuan-

batuan yang ada di alam sehingga dengan demikian dapat diketahui proses

pembentukan batuan, hubungan antar batuan, sejarah sedimentasi dan sejarah

tektonik yang telah terjadi pada batuan batuan tersebut.

Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku

kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan

dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya

gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi dalam arti sempit dapat

dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang

Page 9: sekuens

lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan

di alam dalam ruang dan waktu.

Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi

stratigrafi adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi

ataupun tidak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun

pengertian nama-nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi,

Zona/zona, Sistem dan sebagainya.

Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap

lapis batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan

batuan tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya

adalah “selaras” (conformity) atau “tidak selaras” (unconformity).

Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan

memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies

sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.

Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau

diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa

batuan sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, Glacial), Transisi (Pasang-

surut/Tides, Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal,

atau Hadal)

Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut

dan biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping

formasi Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa

formasi Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir

1.6 Sandi Stratigrafi

Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan

batuan di alam, dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi

membahas aturan, hubungan, kejadian lapisan serta tubuh batuan di alam.

Sandi stratigrafi dimaksudkan untuk memberikan pengarahan kepada para

ahli geologi yang bekerja mempunyai persepsi yang sama dalam cara

Page 10: sekuens

penggolongan stratigrafi. Sandi stratigrafi memberikan kemungkinan untuk

tercapainya keseragaman dalam tatanama satuan-satuan stratigrafi. Pada

dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui adanya satuan lithostratigrafi, satuan

litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen stratigrafi, satuan

kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai untuk

semua macam batuan.

Berikut ini pengertian pengertian mengenai Sandi Stratigrafi sebagai

berikut:

Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan

menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan

hubungan batuan yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut

diatas dikenal sebagai satuan stratigrafi.

Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri

satuan tersebut sebagaimana didefinisikan. Batas satuan Stratigrafi jenis

tertentu tidak harus berimpit dengan batas Satuan Stratigrafi jenis lain,

bahkan dapat memotong satu sama lain.

Tatanama Stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi,

baik resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama

maupun pengertian nama nama tersebut seperti misalnya:

Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan sebagainya.

Dalam Sandi diakui nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian satuan

resmi dan tak resmi masing-masing satuan stratigrafi, menganut batasan

satuan yang bersangkutan. Penamaan satuan tak resmi hendaknya jangan

mengacaukan yang resmi.

Stratotipe atau pelapisan jenis adalah tipe perwujudan alamiah satuan

stratigrafi yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas satuan

stratigrafi. Tipe ini merupakan sayatan pangkal suatu satuan stratigrafi.

Stratotipe hendaknya memberikan kemungkinan penyelidikan lebih lanjut.

Stratotipe Gabungan ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh

kombinasi beberapa sayatan komponen

Page 11: sekuens

Hipostratotipe ialah sayatan tambahan (stratotipe sekunder) untuk

memperluas keterangan pada stratotipe;

Lokasitipe ialah letak geografi suatu stratotipe atau tempat mula-mula

ditentukannya satuan stratigrafi.

Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau

penghubungan satuan satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan

kesamaan waktu.

Horison ialah suatu bidang (dalam praktek, lapisan tipis di muka bumi

atau dibawah permukaan) yang menghubungkan titik-titik kesamaan

waktu. Horison dapat berupa: horison listrik, horison seismik, horison

batuan, horison fosil dan sebagainya. Istilah istilah seperti : datum, marker,

lapisan pandu sebagai padanannya dan sering dipakai dalam keperluan

korelasi.

Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan dalam

kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang

sama dikatakan berbeda facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri

fisik, kimia atau biologinya.

1. Satuan Lithostratigrafi

Pembagian litostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di

bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada

ciri-ciri litologi. Pada satuan litostratigrafi penentuan satuan didasarkan

pada ciri-ciri batuan yang dapat di-amati di lapangan, sedangkan batas

penyebarannya tidak tergantung kepada batas waktu. Tingkat-tingkat

Satuan Litostratigrafi:

Urutan tingkat satuan litostratigrafi resmi dari besar sampai kecil

adalah: Kelompok, Formasi dan Anggota.

Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi.

Page 12: sekuens

2. Satuan Litodemik

Pembagian satuan litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan

beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan

bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologi. Batuan penyusun satuan

litodemik tidak mengikuti kaidah Hukum Superposisi dan kontaknya

dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat extrusif, intrusif, metamorfosa

atau tektonik.

3. Satuan Biostratigrafi

Pembagian biostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan lapisan-

lapisan batuan di bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama

berdasar kandungan dan penyebaran fosil. Kandungan fosil yang

dimaksud disini adalah fosil yang terdapat dalam batuan yang seumur

(kontemporer) dengan pengendapan batuan. Fosil rombakan tidak dapat

dipakai dalam penentuan satuan biostratigrafi. Tingkat dan Jenis Satuan

Biostratigrafi.

Zona adalah satuan dasar biostratigrafi.

Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu

takzon fosil atau lebih.

Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar

sampai kecil ialah: Super-Zona, Zona, Sub-Zona, dan Zonula.

Berdasarkan ciri paleontologi yang dijadikan sendi satuan

biostratigrafi, dibedakan: Zona Kumpulan, Zona Kisaran, Zona

Puncak, dan Zona Selang.

4. Satuan Sikuenstratigrafi

Pembagian sikuenstratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan batuan di

bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan gerak

relatif muka laut. Pembagian ini merupakan kerangka untuk menyusun

urutan peristiwa geologi. Satuan sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan

batuan yang terbentuk dalam satuan waktu tertentu pada satu siklus

perubahan relatif muka laut.

Page 13: sekuens

Batas Satuan: batas atas dan bawah satuan sikuenstratigrafi adalah

bidang ketidakselarasan atau bidang keselarasan padanannya.

Bidang ketidakselarasan merupakan bidang erosi pada umumnya

terjadi diatas muka laut (sub-areal), ditandai oleh rumpang waktu

geologi. Bidang keselarasan padanan adalah bidang kelanjutan dari

bidang ketidakselarasan kearah susunan lapisan yang selaras.

Bidang ketidakselarsan atau bidang erosi batas satuan sikuenstratigrafi

disebabkan oleh proses penurunan relatif muka-laut, sedangkan adanya

bidang erosi (lokal) dalam proses pengendapan tidak dapat dipakai

sebagai batas satuan sikuenstratigrafi.

5. Satuan Kronostratigrafi

Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan-lapisan secara

bersistem menjadi satuan bernama berdasarkan interval waktu geologi.

Interval waktu geologi ini dapat ditentukan berdasar geo-kronologi atau

metoda lain yang menunjukkan kesamaan waktu. Pembagian ini

merupakan kerangka untuk menyusun urutan penafsiran geologi secara

lokal, regional dan global. Hubungan Kronostratigrafi dan Geokronologi:

Bagi setiap satuan kronostratigrafi terdapat satuan geokronologi

bandingannya; Eonotem dengan Kurun, Eratem dengan Masa, Sistem

dengan Zaman, Seri dengan Kala dan Jenjang dengan Umur.

Pembagian waktu geologi ialah pembagian waktu menjadi interval-

interval tertentu berdasarkan peristiwa geologi. Interval waktu geologi ini

disebut sebagai satuan geokronologi. Cara penentuannya didasarkan atas

analisis radiometrik atau isotropik. Hubungan dengan Satuan

Kronostratigrafi dapat dilihat pada tabel “SKALA WAKTU GEOLOGI”

6. Satuan Tektonostratigrafi

Pembagian tektonostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan suatu

kawasan di bumi, yang tergolong pinggiran lempeng aktif, baik yang

menumpu (plate convergence) ataupun memberai (plate divergence)

menjadi mintakat-mintakat (terrances).

Page 14: sekuens

Penentuan mintakat didasarkan pada asal-usul terbentuknya dan bukan

pada keterdapatannya, dan karenanya mintakat dibedakan menjadi 3 jenis,

yaitu 1). Atockton (Autochthonous), 2). Alokton (Allochthonous) dan 3).

Para-Atokton (Para-autochthonous). Penentuan batas penyebarannya

ditentukan oleh kegiatan tektonik pada waktu tertentu.

1.7 Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi adalah kolom yang menggambarkan susunan dari

batuan yang memperlihatkan hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai

dari yang tertua hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap

satuan batuan, serta genesa pembentukan batuannya. Dengan kata lain, bahwa

kolom stratigrafi harus dapat menjelaskan tentang sejarah sedimentasi dan

sejarah tektonik dari batuan-batuan yang ada di suatu wilayah. Berikut ini

adalah salah satu contoh dari kolom stratigrafi dari hasil pengukuran pada

lintasan sepanjang sungai Cikaniki, desa Nanggung, Leuwiliang, Kabupaten

Bogor, Jawa Barat yang memperlihatkan susunan dan hubungan antara satuan

batuan dari yang tertua hingga termuda, ketebalan, log grafis, dan deskripsi

batuan.

1.8 Korelasi Stratigrafi

Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik

kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan

mempertimbangkan kesamaan waktu. Berikut ini adalah beberapa contoh

korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:

1. Korelasi Litostratigrafi

2. Korelasi Biostratigrafi

3. Korelasi Kronostratigrafi

1 Korelasi Lithostratigrafi

Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan lapisan lapisan

batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya.

Page 15: sekuens

Batupasir

Batulempung

Batugamping

Batulempung

Batugamping

BreksiBreksi

Napal

Catatan: Satu lapis batuan adalah satu satuan waktu pengendapan

Contoh: Korelasi Litostratigrafi

Gambar 2.1 Contoh korelasi Lithostratigrafi

P

r

o

s

e

d

u

r

dan penjelasan:

1. Korelasi dimulai dari bawah dengan melihat litologi yang sama.

2. Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis

litologi yang sama (Pada gambar diwakili oleh garis warna biru).

3. Breksi pada Sumur-1 dikorelasikan dengan breksi pada Sumur-2,

demikian juga antara batugamping dan lempung di Sumur-1 dengan

batugamping dan lempung di Sumur-2.

4. Sebaran batupasir di Sumur-1 ke arah Sumur-2 menunjukkan adanya

pembajian, demikian napal di Sumur-2 memperlihatkan pembajian ke

arah Sumur-1.

2 Korelasi Biostratigrafi

Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan di

dasarkan atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di

dalam batuan.

Dalam korelasi biostratigrafi dapat terjadi batuan yang berbeda memiliki

kandungan dan penyebaran fosil yang sama.

SUMUR- 2SUMUR-1

Page 16: sekuens

Contoh : Korelasi Biostratigrafi

Gambar 2.2 Contoh korelasi Biostratigrafi

Prosedur dan penjelasan:

1. Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung

kesamaan dan persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas

diwakili oleh garis warna biru).

2. Kandungan dan sebaran fosil pada batugamping di Sumur-1 sama

dengan kandungan dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga

batugamping yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih

yang terdapat di Sumur-2.

3. Batugamping pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil Y sedangkan

pada Sumur-2, serpih juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil Y.

Dengan demikian lapisan batugamping pada Sumur-1 dapat

dikorelasikan dengan serpih pada Sumur-2.

SUMUR- 2SUMUR-1

Batupasir

Kump.Fosil A

Konglomerat

Kump.Fosil A

Batupasir

Kumpulan

Fosil X

Batulempung

Kumpulan

Fosil X

Napal

Kump.Fosil Z

Napal

Kump.Fosil Z

Batugamping

Kump.Fosil YSerpih

Kump.Fosil Y

Page 17: sekuens

4. Kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-1 sama dengan

kandungan dan sebaran fosil pada napal di Sumur-2, sehingga napal

yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan napal yang terdapat

di Sumur-2.

5. Kandungan dan sebaran fosil pada batupasir di Sumur-1 sama dengan

kandungan dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-2, sehingga

batupasir yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan

batulempung yang ada di Sumur-2. Kandungan dan sebaran fosil pada

napal di Sumur-1 sama dengan kandungan dan sebaran fosil pada

napal di Sumur-2, sehingga napal yang ada di Sumur-1 dapat

dikorelasikan dengan napal yang terdapat di Sumur-2.

3. Korelasi Kronostratigrafi

Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang

mengacu pada kesamaan umur geologinya.

Prosedur dan penjelasan:

Prosedur korelasi kronostratigrafi adalah sebagai berikut:

1. Korelasikan/bubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang

ada (Pada gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai

garis kesamaan umur geologi)

2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litologinya sama dan berada

diantara garis umur yang sama. Pada gambar diatas ditunjukkan oleh

batupasir pada Sumur-1 dengan batupasir pada Sumur-2, serpih pada

Sumur-1 dan serpih pada Sumur-2 (Diwakili oleh garis putus-putus warna

biru).

3. Konglomerate pada Sumur-1 tidak boleh dikorelasikan dengan

Konglomerat pada Sumur-2, dikarenakan umur geologinya berbeda.

4. Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada

gambar diwakili oleh garis warna merah).

Contoh : Korelasi Kronostratigrafi (Geokronostratigrafi)

Page 18: sekuens

Miosen

Atas

Gambar 2.3 contoh korelasi kronostratigrafi

KORELASI STRATIGRAFI TERPULIHKAN

CEKUNGAN BOGOR

SUMUR- 2SUMUR-1

Batugamping

Batugamping

Miosen

Atas

batupasir

Serpih

Serpih

BatupasirMiosen

TengahBatupasir

Miosen Tengah

KonglomeratBatu Lanau

Miosen

Bawah Batupasir

Miosen

BawahKonglomerat

Page 19: sekuens

(Menurut: Soeyono Martodjojo, 1984)

Gambar 2.4 contoh korelasi dengan struktur cekungan