SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan...
Transcript of SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk
mencapai tujuan pendidikan secara utuh. Husdarta (2009:18) mengemukakan
bahwa“Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan,
atau olahragayang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Dalam kaitannya
dengan pendidikan, Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bahwa“Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum.Ia
merupakan salah satu dari subsistem-subsistem pendidikan”.
Penjas merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan lainnya. Melalui penjas aspek-aspek yang ada pada diri siswa
dikembangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan
secara keseluruhan. Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut Adang Suherman
(2000: 23) bahwa, "Secara umum tujuan penjas dapat diklasifikasikan ke dalam
empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3)
perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial". Penjas merupakan
pendidikan yang di dalamnya diajarkan beberapa macam cabang olahraga
menurut jenjang pendidikannya. Sedangkan menurut Sukintaka (2004: 36)
bahwa, “ Pendidikan Jasmani adalah pendidikan melalui gerak manusia. Dalam
arti yang luas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara
sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara
organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional.
Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik.
Pendidikan sebagai salah satu sub-sistem pendidikan yang berperan yang penting
dalam mengembangkan kualitas manusia Indonesia (Toho Cholik Mutohir &
Rusli Lutan, 2001: 2).". Penjas merupakan pendidikan yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan lainnya. Melalui penjas aspek-aspek yang ada pada
diri siswa dikembangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan
bagian integral dari pendidikan keseluruhan, yang dalam proses pembelajarannya
mengutamakan aktivitas jasmani guna mendorong hidup sehat menuju pada
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang
serasi selaras dan seimbang.
Pendidikan Jasmani dan kesehatan (Penjaskes) adalah salah satu mata
pelajaran yang mempunyai kedudukan sama seperti mata pelajaran lainnya dan
dilaksanakan di semua jenis sekolah. Penjaskes adalah mata pelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelaksanaannya menekankan pada aspek fisik. Toho Cholik dan Rusli Lutan
(2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang
dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk
memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kecerdasan dan perkembangan
watak kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila”. Pendapat tersebut
menunjukan bahwa, tujuan pendidikan jasmani pada hakikatnya untuk
membentuk dan mengembangkan kepribadian serta meningkatkan kemampuan
siswa ke araah yang lebih tinggi bagi kepentingan hidupnya agar anak dapat
mengembangkan kemampuannya di kemudian hari. Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai
kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler,
intelektual dan emosional.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
dengan belajar akan terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa ke arah yang
lebih baik. Namun demikian belajar dalam pendidikan jasmani berbeda dengan
belajar seperti mata pelajaran yang lain.
b. Tujuan pendidikan Jasmani
Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan secara sederhana memberikan
kesempatan kepada siswa untuk (Husdarta 2011:9) :
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Menurut Soedarminto (1993) tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu
harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak
kalah pentingnya dalam domain afektif, pengembangan domain psikomotorik
secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, (1) mencapai perkembangan
aspek kebugaran jasmani, (2) mencapai perkembangan aspek perseptual motorik.
Bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang
mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat
pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri. Kebugaran jasmani
merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada
perkembangan kemampuan biologis organ tubuh, konsentrasinya lebih banyak
pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya
sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan,
sistem metabolism.
Dalam pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep kebugaran
jasmani ini dengan konsep kebugaran motorik.Keduanya dibedakan dalam hal:
kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya,
seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan
persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang
melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi,
power, keseimbangan, dll. Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan
konsep kebugaran jasmani tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di
atas.
Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan
suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi
rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai
terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu, penekanan
proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang
bervariasi, sehingga setiap kali anak selalu mengerahkan kemampuannya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak, dengan cara itu, kepekaan
sistem saraf anak semakin dikembangkan. Domain kognitif mencakup
pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan
kemampuan memecahkan masalah, aspek kognitif dalam pendidikan jasmani,
tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi
meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang
berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat
pengisian waktu luang.
Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur
kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat
yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan
komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep
diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya,
konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada
kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri,
kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati.
Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu
menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting dalam
kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat, demikian
juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan baik tanpa
ada ketekunan ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri,
kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun. Di
lain pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu
menempatkan diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui perasaan oran
lain. Karena itu pula empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial. Bila
guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu anak-anak untuk
mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya serta
memperkaya keterampilannya. Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain
mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai
benda di lingkungan sekitarnya. Husdarta (2011:9-11), meringkaskan dalam
terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus
mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah
pentingnya dalam domain afektif.
Belajar dan keceriaan merupakan dua hal penting dalam masa kanak-
kanak. Hal ini termasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai
kemungkinan geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak kian banyak ia bergerak, kian banyak hal yang ditemui dan
dijelajahi. Kian baik pula kualitas pertumbuhannya. Perhatikan tiga kata kunci di
atas gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar.
Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak
mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Bagi
anak, gerak semata-mata untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan
tujuan tertentu. Gerak adalah kebutuhan mutlak anak-anak. Sayangnya, ketika
usianya semakin meningkat, aktivitas anak-anak semakin berkurang. Ketika
memasuki usia sekolah, ia belajar dengan cara yang berbeda. Mereka lebih banyak
diminta duduk tenang untuk mendengarkan penjelasan guru tentang berbagai hal,
lingkungan belajar pun semakin sempit, dibatasi oleh empat sisi dinding kelas
yang membelenggu. Karena dipaksa untuk diam, dan mendengarkan orang lain
berbicara, belajar tidak lagi menarik bagi anak.
Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia
anak-anak mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan
yang tidak menyenangkan. Pentingnya Pendidikan Jasmani, beban belajar di
sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak, kebutuhan
mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan
kesempatan, lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk
dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan
prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk.
Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah
keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah
mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik
dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak
mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula
gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi,
kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang
gerak . Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa,
tetapi juga sudah menyerang anak-anak. Sejalan dengan itu, pengetahuan dan
kebiasaan makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang
mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para
‘pemalas gerak’ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan.
Mereka menghadapkan diri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi
organ) yang semakin besar. Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah
tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang
direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi
intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar
menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga
kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-
anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali
keceriaannya.
Husdarta ( 2011:9-11) juga meringkaskan bahwa pengembangan domain
psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama: Pertama
mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai
perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran
pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang
kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan
gerak keterampilan itu sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut, konsep diri
menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diri merupakan pondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya
dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa
kelak.Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni
pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan
untuk berempati. Adapun Tujuan pendidikan jasmani seperti yang dikemukakan
oleh Bucher dalam Suherman (2009) pada dasarnya dapat diklasifikasikan
kedalam empat kategori tujuan , Antara Lain :
1. Perkembangan fisik, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).
2. Perkembangan gerak:Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).
3. Perkembangan mental: Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani Kedalam lingkungannya.
4. Perkembangan social: Tujuan ini berhubungan dengan kemampuansiswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
Sehubungan dengan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam Penjasorkes
tersebut, maka beberapa aktivitas yang seringkali diberikan dalam suatu program
pendidikan jasmani yaitu : aktivitas lokomotor, kesegaran jasmani, aktivitas
sosial, permainan, dan Kesenangan.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di Sekolah
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan
sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang
diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang
terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu
diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih
baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang
lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak
sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan
dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan
zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu
pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan
ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan
peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan
psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup
sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas
fisik dan psikis yang seimbang.
Menurut Husdarta(2011:180) bahwa komponen-komponen yang dapat
dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran jasmani di sekolah yaitu:
1) Ukuran berat atau bentuk peralatan yang dipergunakan.2) Ukuran lapangan permainan.3) Lamanya waktu bermain atau lamanya permainan.4) Peraturan permainan yang digunakan.5) Jumlah pemain atau jumlah siswa yang dilibatkan dalam suatu
permainan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip
pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan
langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan
individual”.Pendapat tesebut menunjukan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran
meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan
individual untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Karena begitu eratnya
hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan
anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar
semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa
dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang
matang. Pertimbangan tersebut meliputi dasar-dasar pengembangan program, pola
pertumbuhan dan perkembangan anak, dorongan dasar anak-anak, dan
karakteristik serta minat anak.
2. Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberikan kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk:
1. Menignkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama
3. Menignkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola
pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah
yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu dterapkan oleh
setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut:
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelamahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatansumber
daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu
apa yagn terbaik bagi sekolahnya
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan transparasi dan demokrasi yang
sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat
setempat
5. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat
pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain
untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah
setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan
lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya
dalam KTSP.
Sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah
komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu
dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan,
sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada
zaman Yunani kuno.Curriculum dalam bahasa Yunani berasal kata kata Curir
artinya pelari dan Curere artinya tempat berpacu.Curriculum diartikan jarak yang
harus ditempuh oleh pelari.Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di
atas, kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan oleh anak didik untuk memperoleh ijazah (Nana
Sudjana, 1988:4).
Menurut Sudjana (1998:3) “Kurikulum adalah niat dan harapan yang
dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan
dan digunakan oleh guru-guru di sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan
ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai taraf
perkembangan siswa. Kurikulum akan mempunyai arti dan fungsi untuk
mengubah siswa apabila dilaksanakan dan ditransformasikan oleh guru kepada
siswa dalam suatu kegiatan yang disebut proses belajar mengajar. Soedarminto
(1993:5) juga memberikan ulasan bahwa, “Tujuan Kurikulum ada 2 yaitu:
(1) tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan dan tujuan yang ingin dicapai setiap bidang studi, bahwa belajar adalah bagian dari sebuah kompetensi sosial yang ada di pribadinya, kurikulum adalah bagian dari pendidikan yang mencakup semua aspek dan titik temu dari pembelajaran, aktivitas belajar, dan juga pengalaman yang diikuti oleh para peserta didik dengan bantuan berupa arahan dari pihak sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
2) Kurikulum dapat didefinisikan sebagai sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum tersebut diterapkan. Berdasarkan pendapat tersebut, kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu dalam kurikulum suatu sekolah setelah terkandung dalam tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan” (1993: 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah segala bentuk pengalaman
belajar yang dituangkan dalam rencana atau program pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
b. Kurikulum dalam Pendidikan
Kurikulum dalam pendidikan sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila drinci
secara lebih mendetail terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yatu
peranan knservatif, peranan kreatif dan peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik,
1990: 254).
a. Peranan KonservatifBahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warsan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan [ada hakikatnya merupakan proses social. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai social yang hidup dilingkungan masyarakatnya.
b. Peranan KreatifBahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
c. Peranan Kritis dan EvaluatifBahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami perubahan,sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.
Sudjana (1989:1) berpendapat bahwa pendidikan adalah upaya manusia
untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Tuhan
yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya, sebab
memiliki kemampuan berbahasa dan akal pikiran, sehingga manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya.Kemampuan
mengembangkan diri dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan social. (Sudjana, 1989:1). Pendidikan
sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya
mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga dapat hidup secara
optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki
nilai-nilai moral dan sebagai pedoman hidupnya. Berdasarkan pernyataan
tersebut, pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batasan ruang dan waktu.
c. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan
pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Secara lebih
sederhana, E. Mulyasa (2009: 19) menyatakan bahwa“KTSP merupakan
kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan
satuan pendidikan” . Menurut Karim (Susilo, 2007:10) bahwa: ‘’Dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan perubahan kurikulum,
sehingga mulai Cawu 2 Tahun Ajaran 2001/2002 sudah diperkenalkan kurikulum
berbasis kompetensi yang merupakan pengembangan dari kurikulum 1994, dan
kini dikenalkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang hampir sama
dengan kurkulum berbasis kompetensi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi ((Susilo,
2007:10)) bahwa: “saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara yang perlu segera dianggap dan
dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan. Di mana peraturan perundang-undangan yang baru telah
membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum seperti pembaruan dan
diversifikasi kurikulum”. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat
15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).KTSP disusun
dan dikembangkan berdasarkan Undang-undangno. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan daerah, dan peserta didik.
3. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah.
Menurut E. Mulyasa (2009: 21), KTSP adalah suatu ide tentang
pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan salah satu
wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan
satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi,
tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. E.Mulyasa (2009: 21) juga berpendapat
pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and responsibility dalam
menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas,
mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
serta mempertanggung jawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Berdasarkan definisi tersebut, pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan
dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap
tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana
peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan.
3) Sarana dan Prasarana
a. Sarana Pendidikan Jasmani
Soekatamsi dan Srihati Waryati (1996) mengemukakan, “Sarana adalah
perlengkapan yang dapat dipindah-pindahkan untuk mendukung fungsi kegiatan
dalam satuan pendidikan. Sarana ini dapat meliputi peralatan, perabotan, media
pendidikan, peralatan penunjang kegiatan belajar mengajar, dan buku. Selain itu,
sarana juga merupakan segala sesuatu yang dipakai dalam proses pendidikan
sebagai alat dalam mencapai makna dan tujuan dalam suatu pendidikan yang
terdiri dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan
dalam kegiatan olahraga. Sarana olahraga dapat berupa net, bola, lembing, pluit,
stopwatch, sepatu, raket, dan alat pendukung untuk menunjang kebutuhan
kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani dan merupakan alat yang dalam
penggunaannya dapat dipindah-pindah dan dapt disimpan disuatu tempat agar
dapat digunakan kembali saat diperlukan. Contohnya bola, net, kostum, raket, dan
lain-lain.
Menurut Mulyadi dkk (1992: 31) bahwa, “Sarana berati alat langsung
untuk mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2001: 999) dijelaskan, “Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat
dalam mencapai maksud atau tujuan”. Menurut Ratal Wirjosantoso (1984: 113)
bahwa:
Sarana pendidikan jasmani dapat berbentuk perlengkapan-perlengkapan atau equipment dan alat-alat atau supplies. Perlengkapan adalah perkakas yang kurang permanen dibandingkan dengan prasarana atau fasilitas. Berbagai perlengkapan dapat dikemukakan disini antara lain: bangku Swedia, jenjang, peti lompat, kuda-kuda, palang sejajar, palang titian,trampolin, matras, palang tunggal dan lain-lain. Sedangkan alat-alat atau supplies adalah sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
olahraga yang dipakai relatif dalam waktu pendek misalnya bola, baik bola besar maupun bola kecil, raket, net atau jaring, jaring bola basket, pemukul kasti, softball dan baseball.
Sarana pendidikan jasmani merupakan peralatan yang sangat membantu
dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Sarana pendididkan jasmani
pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak permanen, dapat
dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat ketempat lain. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999) dijelaskan, “Sarana adalah segala
sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”. Contoh:
bola, raket, pemukul, tongkat, balok, raket tennis meja, shattle cock, dll. Sarana
atau alat sangat penting dalam memberikan motivasi peserta didik dengan
sungguh-sungguh dan akhirnya tujuan aktivitas dapat tercapai. Menurut Ratal
Wirjasantoso (1984: 157) alat-alat olahraga biasanya dipakai dalam waktu relatif
pendek misalnya: bola, raket, jarring, pemukul bola kasti, dan sebagainya. Alat-
alat olahraga biasanya tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama, alat akan
rusak apabila sering di pakai dalan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani,
agar alat dapat bertahan lama harus dirawat dengan baik. Sarana maupun alat
merupakan benda yang dibutuhkan dalam pembelajaran olahraga, dan alat
tersebut sangat mudah dibawa sehingga sarana atau alat tersebut sangat praktis
dalam pelaksanaan pembelajaran. Alat olahraga merupakan hal yang mutlak harus
dimiliki oleh sekolah, tanpa ditunjang dengan hal ini pembelajaran pendidikan
jasmani tidak akan dapat berjalan dengan baik. Sedang menurut Sukintaka yang
dimaksud alat adalah alat-alat olahraga adalah “ alat yang digunakan dalam
olahraga, misalnya bola untuk bermain basket, voli, sepak bola. Soepartono
(1999/2000: 57) menyatakan istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari
fasilitas yaitu sesuatu yng dapat digunakan dan dimanfaatkan dalah pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan jasmani. Selanjutnya sarana juga dapat diartikan
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani
mudah dipindah bahkan mudah dibawa oleh pemakai.
Sedangkan sarana olahraga dapat dibedakan menjadi :
1. Peralatan ialah sesuatu yang digunakan.
Contoh: peti loncat, palang tunggal, palang sejajar, dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Perlengkapan ialah:
3. Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana. Misalnya: net, bendera
untuk tanda, garis batas.
4. Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau
kaki. Misalnya: bola, raket, pemukul.
Berdasarkan pengertian sarana yang di kemukakan beberapa ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, sarana pendidikan jasmani merupakan perlengkapan
yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sifatnya
dinamis dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya
bola, raket, net, dll. Dan sarana atau alat pendidikan jasmani merupakan segala
sesuatu yang dipergunakan dalam prose pembelajaran pendidikan jasmani
atau olahraga, segala sesuatu yang dipergunakan tersebut adalah yang muddah
dipindah-pindah atau dibawa saat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan jasmani atau olahraga. Sarana pendidikan jasmani merupakan media
atau alat peraga dalam pendidikan jasmani.
Dengan demikian dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani apabila
didukung dengan sarana yang baik dan mencukupi, maka anak didik atau siswa
bahkan guru akan dapat menggunakan sarana tersebut dengan baik dan maksimal.
Tentunya anak didik atau siswa tersebut akan merasa senang bahkan puas dlam
memakai sarana yang terdapat disekolahnya. Dengan memiliki sarana yang
memenuhi standar maka anak atau siswa dapat mengembangkan keinginannya
untuk terus mencoba olahraga yang disenanginya. Menurut Nana Sudjana
(2005:100) bahwa salah satu fungsi alat peraga yaitu,” Penggunaan alat peraga
dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi belajar mengajar.
Dengan kata lain, menggunakan alat peraga hasil belajar yang dicapai akan tahap lama akan diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi” . Penggunaan sarana yang baik mempunyai peranan penting untulk meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu, penyediaan sarana pendidikan jasmani harus ideal sesuai dengan jumlah siswa. Tersedianya sarana pendidikan jasmani yang ideal sesuai dengan jumlah siswa, maka pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien. Namun sebaliknya,
Berdasarkan pengertian sarana yang dikemukakan empat ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, sarana pendidikan jasmani merupakan perlengkapan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perlengkapan yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang
sifatnya dinamis dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, misalnya
bola, raket, net, jaring dan lain-lain. Hal senada dikemukakan Srijono Brotosuroyo
dkk (1994: 297) bahwa, “Dengan menggunakan alat bantu belajar mengajar atau
media, pengajaran dapat menjadi lebih konkrit dan menarik sehingga mudah
untuk dimengerti dan dipahami anak didik”.
b. Prasarana Pendidikan Jasmani
Menurut Menurut Mulyadi dkk (1992: 31) Bahwa Prasarana merupakan
suatu kebutuhan dasar kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani, misalnya
lapangan, dan gedung. Kesemuanya ini merupakan kebutuhan pokok dalam
kegiatan olahraga yang harus dipenuhi segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses. Banyak sekali penerapan olahraga di
sekolah-sekolah di Indonesia untuk prestasi serta pendidikan saja, terkadang
terdapat sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan sebagai pendidikan jasmani
dan rekreasi walau kurang memadai. Misalnya lapangan olahraga permainan bola
basket yang dapat juga disambilkan untuk permainan futsal dengan menambah
gawang yang tidak permanen. Selain itu, lapangan bulu tangkis yang juga dapat
dimanfaatkan sebagai lapangan sepak takraw. Sehingga dengan prasarana yang
ada dapat difungsikan bukan hanya satu fungsi, melainkan beberapa fungsi.
Prasarana menurut kelompok kami dapat diartikan yakni suatu sumber daya serta
alat pendukung yang dapat digolongkan permanen, dimana sumber daya ini dalam
penggunaannya tidak dapat dipindah-pindahkan maupun disimpan disuatu tempat.
Prasarana yang dimaksud yakni lapangan baik itu indoor maupun outdoor, bak
lompat jauh, kolam renang, dan lain-lain.
Menurut pendapat Mulyadi dkk (1992: 31 bahwa, “Jenis peralatan dan
perlengkapan yang disediakan sekolah dan cara-cara pengadministrasiannya
mempunyai pengaruh besar terhadap program mengajar. Persediaan yang kurang
dan tidak memadai akan menghambat proses mengajar dan belajar”. Berdasarkan
definisitersebut dapat disebutkan beberapa contoh prasaranaolahraga adalah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lapangan tenis, lapangan bola basket, gedung olahraga, lapangansepakbola,
stadion atletik, dan lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasaranaberfungsi
serba guna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untukpertandingan
beberapa cabang olahraga. Gedung olahraga dapat digunakansebagai prasarana
pertandingan bola voli, prasarana olahraga bulutangkis dan lain-lain.Sedang
stadion atletik di dalamnya termasuk lapangan lompat jauh, lapanganlempar
cakram, lintasan lari dan lain-lain.Seringkalistadion atletik digunakan sebagai
prasarana pertandingan sepakbola yang memenuhi syarat pula, contohnya stadion
utama di senayan.Semua yang disebutkan di atas adalah contoh-contoh prasarana
olahraga yangstandar. Prasarana pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan
sesuatu yang bersifat permanen. Kelangsungan proses belajar mengajar
pendidikan jasmani tidak terlepas dari tersedianya prasarana yang baik dan
memadai. Prasarana yang baik dan memadai maka proses pembelajaran
pendidikan jasmani dapat berjalan dengan baik.
Menurut Soepartono (1999/2000: 5) berpendapat bahwa prasarana
olahraga adalah sesuatu yang meeupakan penunjang terlaksananya suatu proses
pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani
prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar
proses. Salah satu sifat yang dimiliki oleh prasarana jasdmani adalah
sifatnya relatif permanen atau susah untuk dipindah. Menurut Depdiknas dalam
Kamus Besar Bahasa Iandonesia (2001: 893) bahwa, “prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha,
pembangunan proyek dan lain sebagainya”. Prasarana pendidikan jasmani yang
dimaksud dalam pendapat di atas dapat diartikan sebagai prasarana dengan ukuran
standar seperti lapanganlapangan maupun gedung olahraga, tetapi kebanyakan
sekolah tidak dapat menyenggarakan pembelajaran penddidikan jasmani dengan
prasarana standar, sering pembelajaran pendidikan jasmani diselenggarakan di
halaman sekolahsekolah, disela-sela bangunan gedung, sebagian dapat
menggunakan prasarana standar yang terdapat disekitar sekolah namun harus
berbagi dengan sekolah lain maupun masyarakat. Tetapi pendidikan jasmani
seringkali hanya dilakukan di halamansekolah atau di sekitar taman. Hal ini bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena tidak adanya laranganpendidikan jasmani dilakukan di halaman yang
memenuhi standar, tetapimemang kondisi sekolah-sekolah saat sekarang hanya
sedikit yang memilikiprasarana olahraga yang standar.
c. Standar Sarana dan Prasarana Olahraga dalam Pendidikan Jasmani
Standar sarana dan prasarana olahraga dalam pendidikan jasmani
merupakan acuan minimum kelengkapan dan kelayakan sarana dan prasarana
olahraga dalam pendidikan jasmani di sekolah. Berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan jasmani, standar sarana dan prasarana harus mengacu pada materi
yang diberikan pada pendidikan jasmani di sekolah dasar yang meliputi: 1)
Permainan dan olahraga, 2) Aktivitas pengembangan, 3) Aktivitas senam, 4)
Aktivitas ritmik, 5) Aktivitas air, 6) Pendidikan luar kelas, dan 7) Kesehatan.
Standar Sarana dan Prasarana Olahraga menurut Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni 2007 tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
adalah :
1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,
berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
2) Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/peserta didik.
Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167,
luas minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di dalam luasan
tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m
x 15 m.
3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian
ditanami pohon penghijauan.
4) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak
mengganggu proses pembelajaran di kelas.
5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase
baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang
mengganggu kegiatan olahraga.
7) Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana :
a) Peralatan bola voli 1 set/sekolah, minimum 6 bola.
b) Peralatan sepak bola 1 set/sekolah, minimum 6 bola.
c) Peralatan senam 1 set/sekolah, minimum matras, peti loncat, tali loncat,
simpai, bola plastik, tongkat.
d) Peralatan atletik 1 set/sekolah, minimum lembing, cakram, peluru,
tongkat estafet, dan bak loncat.
Menurut Soekatamsi dan Srihati Waryati (1996: 5-60) bahwa standar
pemakaian sarana dan prasarana pendidikan jasmani adalah sebagai berikut :
1) Prasarana dan sarana pada cabang olahraga atletik :
a) 8 start block, 1 start block untuk 4 siswa.
b) 8 tongkat estafet, 1 tongkat untuk 4 siswa.
c) 16 peluru, 1 peluru untuk 2 siswa.
d) 2 buah lapanhan lompat jauh.
e) 2 buah lapangan lompat tinggi.
2) Prasarana dan sarana pada cabang olahraga permainan :
a) 11 bola kaki, 1 bola kaki untuk 3 siswa.
b) 11 bola voli, 1 bola voli untuk 3 siswa.
c) 11 bola basket, 1 bola basket untuk 3 siswa.
d) 11 bola tangan, 1 bola tangan untuk 3 siswa.
e) 2 buah lapangan bol voli.
f) 1 buah lapangan bola basket.
g) 1 buah lapangan sepakbola.
h) 1 buh lapangan bola tangan.
3) Prasaran dan sarana pada cabang olahraga senam :
a) 16 buah hop rotan, 1 hop untuk 2 siswa.
b) 6 buah matras, 1 matras untuk 4 siswa.
c) 2 buah peti lompat, 1 peti lompat untuk 16 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) 16 tali lompat, 1 tali untuk 2 siswa.
e) 1 buah balok titian.
f) 1 buah palang tunggal.
g) 2 buah tape recorder.
h) 2 buah kaset senam.
4) Prasaran dan sarana pada cabang oalaraga beladiri :
a) 2 pakaian beladiri, 1 untuk putra dan 1 untuk putri.
b) 2 buah body protector.
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan jasmani, standar sarana dan
prasarana harus mengacu pada materi yang diberikan pada pendidikan jasmani di
sekolah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan untuk standar sarana dan
prasarana olahraga dalam pendidikan jasmani untuk sekolah dasar adalah sebagai
berikut:
1) Permainan dan Olahraga
a) Atletik
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk cabang olahraga atletik
yaitu; (1) start block (1 start block untuk 4 siswa); (2) tongkat estafet (1
tongkat untuk 4 siswa); (3) peluru (1 peluru untuk 2 siswa); (4) sektor
tolak peluru; (5) bak lompat jauh dan lompat tinggi.
b) Kasti
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan kasti yaitu;
(1) pemukul (1 pemukul untuk 4 siswa); (2) lapangan permainan kasti;
(3) Bola (1 bola untuk 1 permainan).
c) Sepak bola
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan sepakbola
yaitu; (1) bola sepak (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan sepakbola.
d) Bola basket
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bola basket
yaitu; (1) bola basket (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan bola basket.
e) Bola voli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bola voli
yaitu; (1) bola voli (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan bola voli.
f) Bola Tangan
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bola tangan
yaitu; (1) bola tangan (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan bola tangan.
g) Sepak Takraw
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan sepak
takraw yaitu; (1) bola takraw (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan
takraw.
h) Tenis meja
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan tenis meja
yaitu; (1) bet/raket (1 bet untuk 4 siswa); (2) meja tenis meja.
i)Bulu tangkis
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bulu tangkis
yaitu; (1) raket (1 raket untuk 4 siswa); (2) lapangan bulu tangkis.
j)Beladiri
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan beladiri
yaitu Body protector.
2) Aktivitas senam.
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk aktivitas senam yaitu;
(1) matras (1 matras untuk 4 siswa); (2) hop rotan (1 hop untuk 2
siswa); (3) peti lompat (1 peti lompat untuk 16 siswa); (4) balok titian;
(5) palang tunggal; (6) aula/bangsal.
3) Aktivitas ritmik.
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk aktivitas ritmik yaitu;
(1) tape recorder/pemutar musik lainya; (2) kaset/CD senam; (3)
aula/bangsal.
4) Aktivitas air.
Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk aktivitas air yaitu; (1)
kolam renang; (2) pelampung (1 pelampung untuk 2 siswa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Karakteristik Anak Sekolah
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa
dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat
(Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman dan Riva, 1996). Dilihat dari segi usia,
siswa SLTP (SMP dan MTs) dan SLTa (SMA, MA, dan SMK) termasuk fase atau
remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan
siswa. Menurut Konopka Pikunas, 1976 fase ini meliputi (1) remaja awal: (2-15
tahun), (2) remaja madya: (15-18 tahun), dan (3) remaja akhir:(19-22 tahun).
Tugas-Tugas perkembangan Remaja Antara Lain :
a). Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya (seperti
kecantikan, keberfungsian, dan keutuhan)
b). Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orang tua
dan orang lain)
c). Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal (lisan dan
tulisan)
d). Mampu bergaul denngan teman sebaya atau orang lain secara wajar
e). Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan nya sendiri
f). Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identitasnya
g). Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar
Adapun karakteristk pertumbuhan seperti yang dikemukakan oleh Yusuf,
S. (2004) pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam tujuh kategori perubahan ,
Antara Lain :
2. Pertumbuhan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih
cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase
ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa
berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh
berkembang pesat.
3. Perkembangan seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada
remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki
diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami
masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma.
Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi
karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama terdapat ciri lain
pada anak laki-laki maupun perempuan, pada laki-laki pada lehernya
menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah, didaerah
wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau
rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-
porinya meluas.
Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini
dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat, pinggul
membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang
pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit, payudara membesar dan
rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi
lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara
pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat
besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan
untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi
aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone
(LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang
pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di
atas merubah sistem biologis seorang anak.
Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda
bahwa sistem reproduksinya sudah aktif, selain itu terjadi juga perubahan
fisik seperti payudara mulai berkembang, anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik
mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
4. Cara berfikir kausalitas
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah
mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru,
lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak
akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua
tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan
pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”.
Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya, apabila guru/pendidik
dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan
menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks
dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi,
dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada
kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu
sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal
ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya,
yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih
sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi.
Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah)
dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga
anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan
sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah
harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka
lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
5. Emosi yang meluap-meluap
`Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan
keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik.
Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi
mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung
perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka
daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya
menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
6. Perkembangan Sosial
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi
segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan
atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk
menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitarnya, ketrampilan-ketrampilan tersebut
biasanya disebut sebagai aspek psikososial, ketrampilan tersebut harus
mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan
memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau
bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan
tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb.
Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka
akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan
berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat,
ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting manakala anak sudah menginjak masa remaja, hal ini disebabkan
karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang
lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan
sangat menentukan.
Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial
akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial
ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim
bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan
kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi
remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri, permasalahannya adalah
bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang
harus diperhatikan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai
remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan
remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari, ketrampilan-
ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi,
menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang
lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau
menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai
norma dan aturan yang berlaku, dsb.
Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase
tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya, hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu
mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal, jadi tidak
mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari
lingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya
mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia
bisa menjalankan peranan itu dengan baik.
Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan
perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya
cenderung ke arah perilaku negative salah satu pola hubungan sosial
remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok remaja dalam
kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga
tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya
dinomorsatukan.
Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan
untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman,
maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan
jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua
kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah
sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua
mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat
matang daripada anak laki-laki.
7. Perkembangan Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978)
menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan
sosial, dsb.
Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan,
remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya secara kritis, remaja
akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini di ajarkan dan di
tanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini di ketahui dan di
percayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat
hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan,
terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja
selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral
(moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat
adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai
dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan
“kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan"
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-
bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah
nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik, pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya
membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. hal ini tentu saja akan
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri
remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja
tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi
mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik
sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik
tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan
alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri
remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu
jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan
memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan
penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran
orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika
“lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau
bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan
orangtua mungkin akan mulai menajam.
8. Perkembangan Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi
dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang
tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak
menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang
memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah
pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang
menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-
hal fisik seperti materi atau penampilan.
Menurut H. Abdulkadir Ateng (1992:74) Pada pertengahan dan
masa adolesen aktivitas pada kebanyakan anak muda ini menjadi berkurang.
Sebagian besar berkurangnya aktivitas ini akibat minatnya terhadap
pekerjaan tertentu, berkurang dalam jumlah berbagai aktivitas, dan minat
sosial serta lainya yang lebih menguat. Lebih banyak terjadi absensi dalam
pelajaran pendidikan jasmani di SLTP dan SLTA di bandingkan dengan
sekolah dasar. Penurunan ini berlanjut hingga dewasa dan merupakan
masalah bagi pendidikan jasmani. Sebaiknya masyarakat diberi informasi
yang lebih baik akan nilai aktivitas yang sesuai sepanjang hayat.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, untuk dapat mengambil
perhatian dari siswa pada tahapan adolesense ini perlu menggunakan hal –
hal yang baru dan dapat menarik perhatian siswa. Tujuan dari penggunaan
modifikasi sarana dan prasarana adalah untuk memenuhi rasa penasaran
siswa agar dalam proses yang berkaitan dengan tujuan psikologis dan
sosialnya dapat tercapai dengan maksimal.
e. Modifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
Pendekatan pembelajaran dengan melakukan modifikasi ini dimaksudkan
agar materi dalam kurikulum dapat disajikan secara maksimal dan dapat
memberikan pengalaman gerak dan pengalaman belajar pada siswa. Dengan
melakukan modifikasi fasilitas pembelajaran maupun media pembelajaran
Penjaskes tidak akan mengurangi aktifitas siswa dalam melakukan Penjas.
Malahan sebaliknya, karena siswa akan difasilitasi untuk lebih banyak bergerak
serta riang gembira dalam bentuk-bentuk kegiatan berupa pendekatan bermain.
Konsep ini memaparkan kondisi dan lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai sarana, prasarana dan Media pengajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan (Penjaskes) (.J.S. Husdarta, 2009: 178). Keterbatasan tempat dan alat
bukan menjadi alasan utama untuk tidak mengajarkan suatu cabang olahraga
tertentu pada peserta didik. Pengembangan kurikulum yang semakin kompleks,
menuntut guru untuk berpikir cerdas agar materi pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik. Meneruskan dengan model pembelajaran yang sama dan anak
mudah sekali bosan dengan hal yang itu-itu saja, namun kembali lagi kepada
kreatifitas Guru Penjas dalam melakukan modifikasi pembelajaran. Modifikasi
dalam pendidikan tidak hanya mencakup dalam jenis
Tujuan modifikasi menurut Lutan (1988: 21), adalah:
a. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaranb. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasic. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benard. Sedangkan alasan secara umum untuk modifikasi yaitu: e. Keterbatasan sarana dan prasaranaf.Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan.
Anak mudah sekali jenuh dengan kegiatan yang ada di sekitar
lingkungannya. Terkadang Guru Penjas masih permainan dan peraturan, tetapi
juga di dalamnya jenis alat atau sarana dan prasarana. Lalu apa yang dimodifikasi:
(1) Ukuran berat dan bentuk peralatan. (2) Lapangan permainan (3) Waktu
bermain atau lamanya permainan (4) Peraturan permainan atau jumlah pemain.
Dari modifikasi ini ternyata juga memunculkan suatu cabang olahraga baru dan
organisasi baru, misalnya adanya permainan Tonnis, yaitu perpaduan antara Tenis
dan Bulutangkis. Cara bermain seperti halnya tenis lapangan tetapi menggunakan
lapangan bulutangkis.
Menurut Ngasmain dan Soepartono( 1997 ) “Anak bukanlah orang dewasa
dalam bentuk kecil,kematangan fisik dan mental anak belum selengkap
orangdewasa. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif,
hanya bersifat lateral dan monoton. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan
jasmaniyang ada sekarang, hampir semuanya di desain untuk orang dewasa”. Jadi
anak menjadi kurang bias menguasai. Missal dalam cabang olahraga atletik lempar lembing,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak mungkin anak usia dini melakukan lemparan dengan lembing sungguhan. Tetapi sekarang
ini telah dibentuk alat olahraga atletik untuk anak ( Atletik KIT), untuk lempar lembing anak
dapat menggantikan lembing menggunakan turbo yang terbuat dari karet. Dengan
melakukan modifikasi, guru penjas akan menyajikan materi pelajaran yang sulit
menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan
apa yang akan diberikan. Anak akan lebih leluasa bergerak dalam berbagai situasi
dan kondisi yang dimodifikasi.H.J.S. Husdarta ( 2009: 180-181) menyimpulkan
bahwa:
.....komponen-komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah pertama/MTs adalah : (1) ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan, (2) ukuran lapangan permainan, (3) lamanya waktu bermain atau lamanya permainan, (4) peraturan permainan yang digunakan, (5) jumlah pemain atau jumlah siswa yang dilibatkan dalam suatu permainan.
Semakin mudah, semakin sering dan semakin banyak melakukan, maka
akan semakin banyak peluang bagi siswa untuk lebih cepat meningkatkan
kesegaran jasmaninya, kemampuan fisiknya, pengalaman geraknya, pengayaan
geraknya dan efisiensi dan efektivitas geraknya serta otomatisasi gerak siswa.
Lutan (Husdarta 2011:179) juga menyatakan, modifikasi dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : (1) siswa memperoleh
kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) meningkatkan kemungkinan
keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (3) siswa dapat melakukan pola gerak
secara benar.
B. Kerangka Berpikir
Sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani merupakan salah satu
unsur dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Prasarana pada dasarnya
merupakan fasilitas yang bersifat permanen tidak bergerak atau tidak dapat
dipindah-pindah. Sedangkan sarana merupakan perlengkapan atau alat yang
sifatnya dinamis dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhannya. Kelancaran
dan keberhasilan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga salah satunya
dipengaruhi oleh faktor sarana dan prasarana olahraga tersebut.Tujuan
diadakannya sarana dan prasarana olahraga dalam pendidikan jasmani adalah