SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan...

35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan secara utuh. Husdarta (2009:18) mengemukakan bahwa“Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan, atau olahragayang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Dalam kaitannya dengan pendidikan, Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyatakan

Transcript of SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan...

Page 1: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktifitas jasmani untuk

mencapai tujuan pendidikan secara utuh. Husdarta (2009:18) mengemukakan

bahwa“Penjas adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan,

atau olahragayang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Dalam kaitannya

dengan pendidikan, Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyatakan

Page 2: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa“Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum.Ia

merupakan salah satu dari subsistem-subsistem pendidikan”.

Penjas merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari

pendidikan lainnya. Melalui penjas aspek-aspek yang ada pada diri siswa

dikembangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan

secara keseluruhan. Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut Adang Suherman

(2000: 23) bahwa, "Secara umum tujuan penjas dapat diklasifikasikan ke dalam

empat kategori yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3)

perkembangan mental dan, (4) perkembangan sosial". Penjas merupakan

pendidikan yang di dalamnya diajarkan beberapa macam cabang olahraga

menurut jenjang pendidikannya. Sedangkan menurut Sukintaka (2004: 36)

bahwa, “ Pendidikan Jasmani adalah pendidikan melalui gerak manusia. Dalam

arti yang luas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses

pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara

sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara

organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional.

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan

yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik.

Pendidikan sebagai salah satu sub-sistem pendidikan yang berperan yang penting

dalam mengembangkan kualitas manusia Indonesia (Toho Cholik Mutohir &

Rusli Lutan, 2001: 2).". Penjas merupakan pendidikan yang tidak dapat

dipisahkan dari pendidikan lainnya. Melalui penjas aspek-aspek yang ada pada

diri siswa dikembangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan

pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan merupakan

bagian integral dari pendidikan keseluruhan, yang dalam proses pembelajarannya

mengutamakan aktivitas jasmani guna mendorong hidup sehat menuju pada

pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang

serasi selaras dan seimbang.

Pendidikan Jasmani dan kesehatan (Penjaskes) adalah salah satu mata

pelajaran yang mempunyai kedudukan sama seperti mata pelajaran lainnya dan

dilaksanakan di semua jenis sekolah. Penjaskes adalah mata pelajaran yang

Page 3: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelaksanaannya menekankan pada aspek fisik. Toho Cholik dan Rusli Lutan

(2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang

dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk

memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kecerdasan dan perkembangan

watak kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila”. Pendapat tersebut

menunjukan bahwa, tujuan pendidikan jasmani pada hakikatnya untuk

membentuk dan mengembangkan kepribadian serta meningkatkan kemampuan

siswa ke araah yang lebih tinggi bagi kepentingan hidupnya agar anak dapat

mengembangkan kemampuannya di kemudian hari. Pendidikan jasmani

merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai

kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler,

intelektual dan emosional.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,

dengan belajar akan terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa ke arah yang

lebih baik. Namun demikian belajar dalam pendidikan jasmani berbeda dengan

belajar seperti mata pelajaran yang lain.

b. Tujuan pendidikan Jasmani

Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan secara sederhana memberikan

kesempatan kepada siswa untuk (Husdarta 2011:9) :

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

Page 4: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Menurut Soedarminto (1993) tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu

harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak

kalah pentingnya dalam domain afektif, pengembangan domain psikomotorik

secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, (1) mencapai perkembangan

aspek kebugaran jasmani, (2) mencapai perkembangan aspek perseptual motorik.

Bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang

mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat

pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri. Kebugaran jasmani

merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada

perkembangan kemampuan biologis organ tubuh, konsentrasinya lebih banyak

pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya

sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan,

sistem metabolism.

Dalam pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep kebugaran

jasmani ini dengan konsep kebugaran motorik.Keduanya dibedakan dalam hal:

kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya,

seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan

persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang

melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi,

power, keseimbangan, dll. Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan

konsep kebugaran jasmani tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di

atas.

Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan

suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi

rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai

terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu, penekanan

proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang

bervariasi, sehingga setiap kali anak selalu mengerahkan kemampuannya dalam

Page 5: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak, dengan cara itu, kepekaan

sistem saraf anak semakin dikembangkan. Domain kognitif mencakup

pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan

kemampuan memecahkan masalah, aspek kognitif dalam pendidikan jasmani,

tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi

meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang

berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat

pengisian waktu luang.

Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur

kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat

yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan

komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep

diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya,

konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada

kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.

Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri,

kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati.

Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu

menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting dalam

kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat, demikian

juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan baik tanpa

ada ketekunan ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri,

kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun. Di

lain pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu

menempatkan diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui perasaan oran

lain. Karena itu pula empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial. Bila

guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu anak-anak untuk

mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya serta

memperkaya keterampilannya. Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain

mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam

Page 6: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai

benda di lingkungan sekitarnya. Husdarta (2011:9-11), meringkaskan dalam

terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus

mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah

pentingnya dalam domain afektif.

Belajar dan keceriaan merupakan dua hal penting dalam masa kanak-

kanak. Hal ini termasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai

kemungkinan geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak kian banyak ia bergerak, kian banyak hal yang ditemui dan

dijelajahi. Kian baik pula kualitas pertumbuhannya. Perhatikan tiga kata kunci di

atas gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar.

Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak

mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Bagi

anak, gerak semata-mata untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan

tujuan tertentu. Gerak adalah kebutuhan mutlak anak-anak. Sayangnya, ketika

usianya semakin meningkat, aktivitas anak-anak semakin berkurang. Ketika

memasuki usia sekolah, ia belajar dengan cara yang berbeda. Mereka lebih banyak

diminta duduk tenang untuk mendengarkan penjelasan guru tentang berbagai hal,

lingkungan belajar pun semakin sempit, dibatasi oleh empat sisi dinding kelas

yang membelenggu. Karena dipaksa untuk diam, dan mendengarkan orang lain

berbicara, belajar tidak lagi menarik bagi anak.

Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia

anak-anak mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan

yang tidak menyenangkan. Pentingnya Pendidikan Jasmani, beban belajar di

sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak, kebutuhan

mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan

kesempatan, lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk

dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan

prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk.

Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah

Page 7: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah

keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah

mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik

dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak

mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.

Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula

gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi,

kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang

gerak . Akibatnya penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa,

tetapi juga sudah menyerang anak-anak. Sejalan dengan itu, pengetahuan dan

kebiasaan makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang

mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para

‘pemalas gerak’ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan.

Mereka menghadapkan diri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi

organ) yang semakin besar. Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah

tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang

direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi

intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar

menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga

kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-

anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali

keceriaannya.

Husdarta ( 2011:9-11) juga meringkaskan bahwa pengembangan domain

psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama: Pertama

mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai

perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran

pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang

kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan

gerak keterampilan itu sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut, konsep diri

menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep

Page 8: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diri merupakan pondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya

dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa

kelak.Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni

pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan

untuk berempati. Adapun Tujuan pendidikan jasmani seperti yang dikemukakan

oleh Bucher dalam Suherman (2009) pada dasarnya dapat diklasifikasikan

kedalam empat kategori tujuan , Antara Lain :

1. Perkembangan fisik, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).

2. Perkembangan gerak:Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).

3. Perkembangan mental: Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani Kedalam lingkungannya.

4. Perkembangan social: Tujuan ini berhubungan dengan kemampuansiswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Sehubungan dengan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam Penjasorkes

tersebut, maka beberapa aktivitas yang seringkali diberikan dalam suatu program

pendidikan jasmani yaitu : aktivitas lokomotor, kesegaran jasmani, aktivitas

sosial, permainan, dan Kesenangan.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani di Sekolah

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan

sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan

pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan

terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang

berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang

diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan

Page 9: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai

pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang

terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu

diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang

lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak

sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan

dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan

zaman.

Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu

pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan

ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,

seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan

peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan

kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan

psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai

(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup

sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas

fisik dan psikis yang seimbang.

Menurut Husdarta(2011:180) bahwa komponen-komponen yang dapat

dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran jasmani di sekolah yaitu:

1) Ukuran berat atau bentuk peralatan yang dipergunakan.2) Ukuran lapangan permainan.3) Lamanya waktu bermain atau lamanya permainan.4) Peraturan permainan yang digunakan.5) Jumlah pemain atau jumlah siswa yang dilibatkan dalam suatu

permainan.

Page 10: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip

pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan

langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan

individual”.Pendapat tesebut menunjukan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran

meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau

berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan

individual untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Karena begitu eratnya

hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan

anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar

semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa

dibuat begitu saja, sebab perlu diolah sebaik-baiknya dengan pertimbangan yang

matang. Pertimbangan tersebut meliputi dasar-dasar pengembangan program, pola

pertumbuhan dan perkembangan anak, dorongan dasar anak-anak, dan

karakteristik serta minat anak.

2. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberikan kewenangan (otonomi)

kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan

pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk:

1. Menignkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama

3. Menignkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Page 11: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola

pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah

yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu dterapkan oleh

setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut:

1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelamahan, peluang, dan ancaman

bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatansumber

daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses

pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta

didik.

3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk

memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu

apa yagn terbaik bagi sekolahnya

4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum menciptakan transparasi dan demokrasi yang

sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat

setempat

5. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-

masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat

pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin

untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP

6. Sekolah dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain

untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan

dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah

setempat.

7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan

lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya

dalam KTSP.

Sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah

komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Page 12: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu

dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan,

sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.

Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada

zaman Yunani kuno.Curriculum dalam bahasa Yunani berasal kata kata Curir

artinya pelari dan Curere artinya tempat berpacu.Curriculum diartikan jarak yang

harus ditempuh oleh pelari.Mengambil makna yang terkandung dari rumusan di

atas, kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus

ditempuh atau diselesaikan oleh anak didik untuk memperoleh ijazah (Nana

Sudjana, 1988:4).

Menurut Sudjana (1998:3) “Kurikulum adalah niat dan harapan yang

dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan

dan digunakan oleh guru-guru di sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan

ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai taraf

perkembangan siswa. Kurikulum akan mempunyai arti dan fungsi untuk

mengubah siswa apabila dilaksanakan dan ditransformasikan oleh guru kepada

siswa dalam suatu kegiatan yang disebut proses belajar mengajar. Soedarminto

(1993:5) juga memberikan ulasan bahwa, “Tujuan Kurikulum ada 2 yaitu:

(1) tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan dan tujuan yang ingin dicapai setiap bidang studi, bahwa belajar adalah bagian dari sebuah kompetensi sosial yang ada di pribadinya, kurikulum adalah bagian dari pendidikan yang mencakup semua aspek dan titik temu dari pembelajaran, aktivitas belajar, dan juga pengalaman yang diikuti oleh para peserta didik dengan bantuan berupa arahan dari pihak sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.

2) Kurikulum dapat didefinisikan sebagai sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum tersebut diterapkan. Berdasarkan pendapat tersebut, kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu dalam kurikulum suatu sekolah setelah terkandung dalam tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan” (1993: 8).

Page 13: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah segala bentuk pengalaman

belajar yang dituangkan dalam rencana atau program pendidikan untuk mencapai

tujuan pendidikan.

b. Kurikulum dalam Pendidikan

Kurikulum dalam pendidikan sekolah/madrasah memiliki peranan yang

sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila drinci

secara lebih mendetail terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yatu

peranan knservatif, peranan kreatif dan peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik,

1990: 254).

a. Peranan KonservatifBahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warsan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan [ada hakikatnya merupakan proses social. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai social yang hidup dilingkungan masyarakatnya.

b. Peranan KreatifBahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

c. Peranan Kritis dan EvaluatifBahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup masyarakat senantiasa mengalami perubahan,sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan kebutuhan.Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan

Page 14: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

Sudjana (1989:1) berpendapat bahwa pendidikan adalah upaya manusia

untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk Tuhan

yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya, sebab

memiliki kemampuan berbahasa dan akal pikiran, sehingga manusia mampu

mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya.Kemampuan

mengembangkan diri dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan social. (Sudjana, 1989:1). Pendidikan

sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya

mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga dapat hidup secara

optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki

nilai-nilai moral dan sebagai pedoman hidupnya. Berdasarkan pernyataan

tersebut, pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat.

Pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batasan ruang dan waktu.

c. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum

operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan

pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Secara lebih

sederhana, E. Mulyasa (2009: 19) menyatakan bahwa“KTSP merupakan

kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan

satuan pendidikan” . Menurut Karim (Susilo, 2007:10) bahwa: ‘’Dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan, salah satunya adalah dengan perubahan kurikulum,

sehingga mulai Cawu 2 Tahun Ajaran 2001/2002 sudah diperkenalkan kurikulum

berbasis kompetensi yang merupakan pengembangan dari kurikulum 1994, dan

kini dikenalkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang hampir sama

dengan kurkulum berbasis kompetensi”.

Page 15: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi ((Susilo,

2007:10)) bahwa: “saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara yang perlu segera dianggap dan

dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan. Di mana peraturan perundang-undangan yang baru telah

membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum seperti pembaruan dan

diversifikasi kurikulum”. Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat

15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang

dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).KTSP disusun

dan dikembangkan berdasarkan Undang-undangno. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan daerah, dan peserta didik.

3. KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah.

Menurut E. Mulyasa (2009: 21), KTSP adalah suatu ide tentang

pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan

pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan salah satu

wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan

satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi,

tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. E.Mulyasa (2009: 21) juga berpendapat

pada sistem KTSP, sekolah memiliki full authority and responsibility dalam

menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan

tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas,

mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar,

Page 16: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

serta mempertanggung jawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.

Berdasarkan definisi tersebut, pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan

dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap

tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana

peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan.

3) Sarana dan Prasarana

a. Sarana Pendidikan Jasmani

Soekatamsi dan Srihati Waryati (1996) mengemukakan, “Sarana adalah

perlengkapan yang dapat dipindah-pindahkan untuk mendukung fungsi kegiatan

dalam satuan pendidikan. Sarana ini dapat meliputi peralatan, perabotan, media

pendidikan, peralatan penunjang kegiatan belajar mengajar, dan buku. Selain itu,

sarana juga merupakan segala sesuatu yang dipakai dalam proses pendidikan

sebagai alat dalam mencapai makna dan tujuan dalam suatu pendidikan yang

terdiri dari segala bentuk dan jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan

dalam kegiatan olahraga. Sarana olahraga dapat berupa net, bola, lembing, pluit,

stopwatch, sepatu, raket, dan alat pendukung untuk menunjang kebutuhan

kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani dan merupakan alat yang dalam

penggunaannya dapat dipindah-pindah dan dapt disimpan disuatu tempat agar

dapat digunakan kembali saat diperlukan. Contohnya bola, net, kostum, raket, dan

lain-lain.

Menurut Mulyadi dkk (1992: 31) bahwa, “Sarana berati alat langsung

untuk mencapai tujuan pendidikan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001: 999) dijelaskan, “Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat

dalam mencapai maksud atau tujuan”. Menurut Ratal Wirjosantoso (1984: 113)

bahwa:

Sarana pendidikan jasmani dapat berbentuk perlengkapan-perlengkapan atau equipment dan alat-alat atau supplies. Perlengkapan adalah perkakas yang kurang permanen dibandingkan dengan prasarana atau fasilitas. Berbagai perlengkapan dapat dikemukakan disini antara lain: bangku Swedia, jenjang, peti lompat, kuda-kuda, palang sejajar, palang titian,trampolin, matras, palang tunggal dan lain-lain. Sedangkan alat-alat atau supplies adalah sarana

Page 17: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

olahraga yang dipakai relatif dalam waktu pendek misalnya bola, baik bola besar maupun bola kecil, raket, net atau jaring, jaring bola basket, pemukul kasti, softball dan baseball.

Sarana pendidikan jasmani merupakan peralatan yang sangat membantu

dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Sarana pendididkan jasmani

pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak permanen, dapat

dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat ketempat lain. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999) dijelaskan, “Sarana adalah segala

sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”. Contoh:

bola, raket, pemukul, tongkat, balok, raket tennis meja, shattle cock, dll. Sarana

atau alat sangat penting dalam memberikan motivasi peserta didik dengan

sungguh-sungguh dan akhirnya tujuan aktivitas dapat tercapai. Menurut Ratal

Wirjasantoso (1984: 157) alat-alat olahraga biasanya dipakai dalam waktu relatif

pendek misalnya: bola, raket, jarring, pemukul bola kasti, dan sebagainya. Alat-

alat olahraga biasanya tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama, alat akan

rusak apabila sering di pakai dalan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani,

agar alat dapat bertahan lama harus dirawat dengan baik. Sarana maupun alat

merupakan benda yang dibutuhkan dalam pembelajaran olahraga, dan alat

tersebut sangat mudah dibawa sehingga sarana atau alat tersebut sangat praktis

dalam pelaksanaan pembelajaran. Alat olahraga merupakan hal yang mutlak harus

dimiliki oleh sekolah, tanpa ditunjang dengan hal ini pembelajaran pendidikan

jasmani tidak akan dapat berjalan dengan baik. Sedang menurut Sukintaka yang

dimaksud alat adalah alat-alat olahraga adalah “ alat yang digunakan dalam

olahraga, misalnya bola untuk bermain basket, voli, sepak bola. Soepartono

(1999/2000: 57) menyatakan istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari

fasilitas yaitu sesuatu yng dapat digunakan dan dimanfaatkan dalah pelaksanaan

proses pembelajaran pendidikan jasmani. Selanjutnya sarana juga dapat diartikan

segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani

mudah dipindah bahkan mudah dibawa oleh pemakai.

Sedangkan sarana olahraga dapat dibedakan menjadi :

1. Peralatan ialah sesuatu yang digunakan.

Contoh: peti loncat, palang tunggal, palang sejajar, dan lain sebagainya.

Page 18: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Perlengkapan ialah:

3. Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana. Misalnya: net, bendera

untuk tanda, garis batas.

4. Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau

kaki. Misalnya: bola, raket, pemukul.

Berdasarkan pengertian sarana yang di kemukakan beberapa ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, sarana pendidikan jasmani merupakan perlengkapan

yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sifatnya

dinamis dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya

bola, raket, net, dll. Dan sarana atau alat pendidikan jasmani merupakan segala

sesuatu yang dipergunakan dalam prose pembelajaran pendidikan jasmani

atau olahraga, segala sesuatu yang dipergunakan tersebut adalah yang muddah

dipindah-pindah atau dibawa saat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran

pendidikan jasmani atau olahraga. Sarana pendidikan jasmani merupakan media

atau alat peraga dalam pendidikan jasmani.

Dengan demikian dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani apabila

didukung dengan sarana yang baik dan mencukupi, maka anak didik atau siswa

bahkan guru akan dapat menggunakan sarana tersebut dengan baik dan maksimal.

Tentunya anak didik atau siswa tersebut akan merasa senang bahkan puas dlam

memakai sarana yang terdapat disekolahnya. Dengan memiliki sarana yang

memenuhi standar maka anak atau siswa dapat mengembangkan keinginannya

untuk terus mencoba olahraga yang disenanginya. Menurut Nana Sudjana

(2005:100) bahwa salah satu fungsi alat peraga yaitu,” Penggunaan alat peraga

dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi belajar mengajar.

Dengan kata lain, menggunakan alat peraga hasil belajar yang dicapai akan tahap lama akan diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi” . Penggunaan sarana yang baik mempunyai peranan penting untulk meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu, penyediaan sarana pendidikan jasmani harus ideal sesuai dengan jumlah siswa. Tersedianya sarana pendidikan jasmani yang ideal sesuai dengan jumlah siswa, maka pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien. Namun sebaliknya,

Berdasarkan pengertian sarana yang dikemukakan empat ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, sarana pendidikan jasmani merupakan perlengkapan-

Page 19: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perlengkapan yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang

sifatnya dinamis dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, misalnya

bola, raket, net, jaring dan lain-lain. Hal senada dikemukakan Srijono Brotosuroyo

dkk (1994: 297) bahwa, “Dengan menggunakan alat bantu belajar mengajar atau

media, pengajaran dapat menjadi lebih konkrit dan menarik sehingga mudah

untuk dimengerti dan dipahami anak didik”.

b. Prasarana Pendidikan Jasmani

Menurut Menurut Mulyadi dkk (1992: 31) Bahwa Prasarana merupakan

suatu kebutuhan dasar kegiatan dalam suatu pendidikan jasmani, misalnya

lapangan, dan gedung. Kesemuanya ini merupakan kebutuhan pokok dalam

kegiatan olahraga yang harus dipenuhi segala sesuatu yang merupakan penunjang

utama terselenggaranya suatu proses. Banyak sekali penerapan olahraga di

sekolah-sekolah di Indonesia untuk prestasi serta pendidikan saja, terkadang

terdapat sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan sebagai pendidikan jasmani

dan rekreasi walau kurang memadai. Misalnya lapangan olahraga permainan bola

basket yang dapat juga disambilkan untuk permainan futsal dengan menambah

gawang yang tidak permanen. Selain itu, lapangan bulu tangkis yang juga dapat

dimanfaatkan sebagai lapangan sepak takraw. Sehingga dengan prasarana yang

ada dapat difungsikan bukan hanya satu fungsi, melainkan beberapa fungsi.

Prasarana menurut kelompok kami dapat diartikan yakni suatu sumber daya serta

alat pendukung yang dapat digolongkan permanen, dimana sumber daya ini dalam

penggunaannya tidak dapat dipindah-pindahkan maupun disimpan disuatu tempat.

Prasarana yang dimaksud yakni lapangan baik itu indoor maupun outdoor, bak

lompat jauh, kolam renang, dan lain-lain.

Menurut pendapat Mulyadi dkk (1992: 31 bahwa, “Jenis peralatan dan

perlengkapan yang disediakan sekolah dan cara-cara pengadministrasiannya

mempunyai pengaruh besar terhadap program mengajar. Persediaan yang kurang

dan tidak memadai akan menghambat proses mengajar dan belajar”. Berdasarkan

definisitersebut dapat disebutkan beberapa contoh prasaranaolahraga adalah;

Page 20: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lapangan tenis, lapangan bola basket, gedung olahraga, lapangansepakbola,

stadion atletik, dan lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasaranaberfungsi

serba guna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untukpertandingan

beberapa cabang olahraga. Gedung olahraga dapat digunakansebagai prasarana

pertandingan bola voli, prasarana olahraga bulutangkis dan lain-lain.Sedang

stadion atletik di dalamnya termasuk lapangan lompat jauh, lapanganlempar

cakram, lintasan lari dan lain-lain.Seringkalistadion atletik digunakan sebagai

prasarana pertandingan sepakbola yang memenuhi syarat pula, contohnya stadion

utama di senayan.Semua yang disebutkan di atas adalah contoh-contoh prasarana

olahraga yangstandar. Prasarana pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan

sesuatu yang bersifat permanen. Kelangsungan proses belajar mengajar

pendidikan jasmani tidak terlepas dari tersedianya prasarana yang baik dan

memadai. Prasarana yang baik dan memadai maka proses pembelajaran

pendidikan jasmani dapat berjalan dengan baik.

Menurut Soepartono (1999/2000: 5) berpendapat bahwa prasarana

olahraga adalah sesuatu yang meeupakan penunjang terlaksananya suatu proses

pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani

prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar

proses. Salah satu sifat yang dimiliki oleh prasarana jasdmani adalah

sifatnya relatif permanen atau susah untuk dipindah. Menurut Depdiknas dalam

Kamus Besar Bahasa Iandonesia (2001: 893) bahwa, “prasarana adalah segala

sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha,

pembangunan proyek dan lain sebagainya”. Prasarana pendidikan jasmani yang

dimaksud dalam pendapat di atas dapat diartikan sebagai prasarana dengan ukuran

standar seperti lapanganlapangan maupun gedung olahraga, tetapi kebanyakan

sekolah tidak dapat menyenggarakan pembelajaran penddidikan jasmani dengan

prasarana standar, sering pembelajaran pendidikan jasmani diselenggarakan di

halaman sekolahsekolah, disela-sela bangunan gedung, sebagian dapat

menggunakan prasarana standar yang terdapat disekitar sekolah namun harus

berbagi dengan sekolah lain maupun masyarakat. Tetapi pendidikan jasmani

seringkali hanya dilakukan di halamansekolah atau di sekitar taman. Hal ini bukan

Page 21: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena tidak adanya laranganpendidikan jasmani dilakukan di halaman yang

memenuhi standar, tetapimemang kondisi sekolah-sekolah saat sekarang hanya

sedikit yang memilikiprasarana olahraga yang standar.

c. Standar Sarana dan Prasarana Olahraga dalam Pendidikan Jasmani

Standar sarana dan prasarana olahraga dalam pendidikan jasmani

merupakan acuan minimum kelengkapan dan kelayakan sarana dan prasarana

olahraga dalam pendidikan jasmani di sekolah. Berkaitan dengan pelaksanaan

pendidikan jasmani, standar sarana dan prasarana harus mengacu pada materi

yang diberikan pada pendidikan jasmani di sekolah dasar yang meliputi: 1)

Permainan dan olahraga, 2) Aktivitas pengembangan, 3) Aktivitas senam, 4)

Aktivitas ritmik, 5) Aktivitas air, 6) Pendidikan luar kelas, dan 7) Kesehatan.

Standar Sarana dan Prasarana Olahraga menurut Lampiran Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tanggal 28 Juni 2007 tentang

Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)

adalah :

1) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain,

berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

2) Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/peserta didik.

Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167,

luas minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di dalam luasan

tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m

x 15 m.

3) Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian

ditanami pohon penghijauan.

4) Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak

mengganggu proses pembelajaran di kelas.

5) Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.

Page 22: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6) Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase

baik, dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang

mengganggu kegiatan olahraga.

7) Tempat bermain/berolahraga dilengkapi sarana :

a) Peralatan bola voli 1 set/sekolah, minimum 6 bola.

b) Peralatan sepak bola 1 set/sekolah, minimum 6 bola.

c) Peralatan senam 1 set/sekolah, minimum matras, peti loncat, tali loncat,

simpai, bola plastik, tongkat.

d) Peralatan atletik 1 set/sekolah, minimum lembing, cakram, peluru,

tongkat estafet, dan bak loncat.

Menurut Soekatamsi dan Srihati Waryati (1996: 5-60) bahwa standar

pemakaian sarana dan prasarana pendidikan jasmani adalah sebagai berikut :

1) Prasarana dan sarana pada cabang olahraga atletik :

a) 8 start block, 1 start block untuk 4 siswa.

b) 8 tongkat estafet, 1 tongkat untuk 4 siswa.

c) 16 peluru, 1 peluru untuk 2 siswa.

d) 2 buah lapanhan lompat jauh.

e) 2 buah lapangan lompat tinggi.

2) Prasarana dan sarana pada cabang olahraga permainan :

a) 11 bola kaki, 1 bola kaki untuk 3 siswa.

b) 11 bola voli, 1 bola voli untuk 3 siswa.

c) 11 bola basket, 1 bola basket untuk 3 siswa.

d) 11 bola tangan, 1 bola tangan untuk 3 siswa.

e) 2 buah lapangan bol voli.

f) 1 buah lapangan bola basket.

g) 1 buah lapangan sepakbola.

h) 1 buh lapangan bola tangan.

3) Prasaran dan sarana pada cabang olahraga senam :

a) 16 buah hop rotan, 1 hop untuk 2 siswa.

b) 6 buah matras, 1 matras untuk 4 siswa.

c) 2 buah peti lompat, 1 peti lompat untuk 16 siswa.

Page 23: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) 16 tali lompat, 1 tali untuk 2 siswa.

e) 1 buah balok titian.

f) 1 buah palang tunggal.

g) 2 buah tape recorder.

h) 2 buah kaset senam.

4) Prasaran dan sarana pada cabang oalaraga beladiri :

a) 2 pakaian beladiri, 1 untuk putra dan 1 untuk putri.

b) 2 buah body protector.

Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan jasmani, standar sarana dan

prasarana harus mengacu pada materi yang diberikan pada pendidikan jasmani di

sekolah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan untuk standar sarana dan

prasarana olahraga dalam pendidikan jasmani untuk sekolah dasar adalah sebagai

berikut:

1) Permainan dan Olahraga

a) Atletik

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk cabang olahraga atletik

yaitu; (1) start block (1 start block untuk 4 siswa); (2) tongkat estafet (1

tongkat untuk 4 siswa); (3) peluru (1 peluru untuk 2 siswa); (4) sektor

tolak peluru; (5) bak lompat jauh dan lompat tinggi.

b) Kasti

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan kasti yaitu;

(1) pemukul (1 pemukul untuk 4 siswa); (2) lapangan permainan kasti;

(3) Bola (1 bola untuk 1 permainan).

c) Sepak bola

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan sepakbola

yaitu; (1) bola sepak (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan sepakbola.

d) Bola basket

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bola basket

yaitu; (1) bola basket (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan bola basket.

e) Bola voli

Page 24: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bola voli

yaitu; (1) bola voli (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan bola voli.

f) Bola Tangan

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bola tangan

yaitu; (1) bola tangan (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan bola tangan.

g) Sepak Takraw

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan sepak

takraw yaitu; (1) bola takraw (1 bola untuk 3 siswa); (2) lapangan

takraw.

h) Tenis meja

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan tenis meja

yaitu; (1) bet/raket (1 bet untuk 4 siswa); (2) meja tenis meja.

i)Bulu tangkis

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan bulu tangkis

yaitu; (1) raket (1 raket untuk 4 siswa); (2) lapangan bulu tangkis.

j)Beladiri

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk permainan beladiri

yaitu Body protector.

2) Aktivitas senam.

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk aktivitas senam yaitu;

(1) matras (1 matras untuk 4 siswa); (2) hop rotan (1 hop untuk 2

siswa); (3) peti lompat (1 peti lompat untuk 16 siswa); (4) balok titian;

(5) palang tunggal; (6) aula/bangsal.

3) Aktivitas ritmik.

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk aktivitas ritmik yaitu;

(1) tape recorder/pemutar musik lainya; (2) kaset/CD senam; (3)

aula/bangsal.

4) Aktivitas air.

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani untuk aktivitas air yaitu; (1)

kolam renang; (2) pelampung (1 pelampung untuk 2 siswa).

Page 25: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Karakteristik Anak Sekolah

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa

dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat

(Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman dan Riva, 1996). Dilihat dari segi usia,

siswa SLTP (SMP dan MTs) dan SLTa (SMA, MA, dan SMK) termasuk fase atau

remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan

siswa. Menurut Konopka Pikunas, 1976 fase ini meliputi (1) remaja awal: (2-15

tahun), (2) remaja madya: (15-18 tahun), dan (3) remaja akhir:(19-22 tahun).

Tugas-Tugas perkembangan Remaja Antara Lain :

a). Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya (seperti

kecantikan, keberfungsian, dan keutuhan)

b). Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orang tua

dan orang lain)

c). Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal (lisan dan

tulisan)

d). Mampu bergaul denngan teman sebaya atau orang lain secara wajar

e). Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuan nya sendiri

f). Menemukan manusia model yang dijadikan pusat identitasnya

g). Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar

Adapun karakteristk pertumbuhan seperti yang dikemukakan oleh Yusuf,

S. (2004) pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam tujuh kategori perubahan ,

Antara Lain :

2. Pertumbuhan fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih

cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase

ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa

berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada

Page 26: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh

berkembang pesat.

3. Perkembangan seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada

remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki

diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami

masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma.

Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi

karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama terdapat ciri lain

pada anak laki-laki maupun perempuan, pada laki-laki pada lehernya

menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah, didaerah

wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau

rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-

porinya meluas.

Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini

dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat, pinggul

membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang

pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit, payudara membesar dan

rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi

lebih penuh dan merdu.

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai

dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara

pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat

besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan

untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi

aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau

gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:

1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone

(LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang

pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.

Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-

Page 27: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan

testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di

atas merubah sistem biologis seorang anak.

Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda

bahwa sistem reproduksinya sudah aktif, selain itu terjadi juga perubahan

fisik seperti payudara mulai berkembang, anak lelaki mulai

memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang

berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik

mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan

membawa mereka pada dunia remaja.

4. Cara berfikir kausalitas

Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah

mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru,

lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak

akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua

tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan

pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”.

Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak

boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang

memuaskan maka dia akan tetap melakukannya, apabila guru/pendidik

dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan

menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget

(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan

tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal

operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola

pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks

dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian

rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak

alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.

Page 28: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang

sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para

remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan

memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran

mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa

lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi,

dan rencana untuk masa depan.

Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu

mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada

kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih

sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu

sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal

ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya,

yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih

sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai

dimensi.

Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang

tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah)

dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.

penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang

cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga

anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan

sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah

harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka

lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk

menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

5. Emosi yang meluap-meluap

`Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan

keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik.

Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi

mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya

Page 29: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung

perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka

daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya

menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

6. Perkembangan Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi

segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan

atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk

menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian

diri terhadap lingkungan sekitarnya, ketrampilan-ketrampilan tersebut

biasanya disebut sebagai aspek psikososial, ketrampilan tersebut harus

mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan

memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau

bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan

tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb.

Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka

akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan

berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat,

ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin

penting manakala anak sudah menginjak masa remaja, hal ini disebabkan

karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang

lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan

sangat menentukan.

Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial

akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari

pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial

ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim

bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan

kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Page 30: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi

remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan

kemampuan untuk menyesuaikan diri, permasalahannya adalah

bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang

harus diperhatikan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai

remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan

remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari, ketrampilan-

ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi,

menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang

lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau

menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai

norma dan aturan yang berlaku, dsb.

Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase

tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosialnya, hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu

mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal, jadi tidak

mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari

lingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya

mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia

bisa menjalankan peranan itu dengan baik.

Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan

perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya

cenderung ke arah perilaku negative salah satu pola hubungan sosial

remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok remaja dalam

kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga

tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya

dinomorsatukan.

Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan

untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman,

maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola

Page 31: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan

jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua

kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah

sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua

mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat

matang daripada anak laki-laki.

7. Perkembangan Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-

tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya

sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978)

menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri

dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan

lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan

sosial, dsb.

Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,

dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan,

remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan

mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya secara kritis, remaja

akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan

membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini di ajarkan dan di

tanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya

“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini di ketahui dan di

percayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat

hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.

Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan,

terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja

selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral

(moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat

adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai

dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa

Page 32: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan

“kenyataan” yang baru.

Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan"

remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-

bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah

nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik, pada masa

remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya

membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi

itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. hal ini tentu saja akan

menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri

remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja

tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi

mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik

sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik

tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan

sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan

alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri

remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu

jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan

memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan

penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja

tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran

orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika

“lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau

bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan

orangtua mungkin akan mulai menajam.

8. Perkembangan Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi

dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang

tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku

Page 33: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak

menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang

memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah

pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang

menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-

hal fisik seperti materi atau penampilan.

Menurut H. Abdulkadir Ateng (1992:74) Pada pertengahan dan

masa adolesen aktivitas pada kebanyakan anak muda ini menjadi berkurang.

Sebagian besar berkurangnya aktivitas ini akibat minatnya terhadap

pekerjaan tertentu, berkurang dalam jumlah berbagai aktivitas, dan minat

sosial serta lainya yang lebih menguat. Lebih banyak terjadi absensi dalam

pelajaran pendidikan jasmani di SLTP dan SLTA di bandingkan dengan

sekolah dasar. Penurunan ini berlanjut hingga dewasa dan merupakan

masalah bagi pendidikan jasmani. Sebaiknya masyarakat diberi informasi

yang lebih baik akan nilai aktivitas yang sesuai sepanjang hayat.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, untuk dapat mengambil

perhatian dari siswa pada tahapan adolesense ini perlu menggunakan hal –

hal yang baru dan dapat menarik perhatian siswa. Tujuan dari penggunaan

modifikasi sarana dan prasarana adalah untuk memenuhi rasa penasaran

siswa agar dalam proses yang berkaitan dengan tujuan psikologis dan

sosialnya dapat tercapai dengan maksimal.

e. Modifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani

Pendekatan pembelajaran dengan melakukan modifikasi ini dimaksudkan

agar materi dalam kurikulum dapat disajikan secara maksimal dan dapat

memberikan pengalaman gerak dan pengalaman belajar pada siswa. Dengan

melakukan modifikasi fasilitas pembelajaran maupun media pembelajaran

Penjaskes tidak akan mengurangi aktifitas siswa dalam melakukan Penjas.

Malahan sebaliknya, karena siswa akan difasilitasi untuk lebih banyak bergerak

serta riang gembira dalam bentuk-bentuk kegiatan berupa pendekatan bermain.

Konsep ini memaparkan kondisi dan lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan

Page 34: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai sarana, prasarana dan Media pengajaran pendidikan jasmani dan

kesehatan (Penjaskes) (.J.S. Husdarta, 2009: 178). Keterbatasan tempat dan alat

bukan menjadi alasan utama untuk tidak mengajarkan suatu cabang olahraga

tertentu pada peserta didik. Pengembangan kurikulum yang semakin kompleks,

menuntut guru untuk berpikir cerdas agar materi pembelajaran dapat tersampaikan

dengan baik. Meneruskan dengan model pembelajaran yang sama dan anak

mudah sekali bosan dengan hal yang itu-itu saja, namun kembali lagi kepada

kreatifitas Guru Penjas dalam melakukan modifikasi pembelajaran. Modifikasi

dalam pendidikan tidak hanya mencakup dalam jenis

Tujuan modifikasi menurut Lutan (1988: 21), adalah:

a. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaranb. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasic. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benard. Sedangkan alasan secara umum untuk modifikasi yaitu: e. Keterbatasan sarana dan prasaranaf.Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam

pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan.

Anak mudah sekali jenuh dengan kegiatan yang ada di sekitar

lingkungannya. Terkadang Guru Penjas masih permainan dan peraturan, tetapi

juga di dalamnya jenis alat atau sarana dan prasarana. Lalu apa yang dimodifikasi:

(1) Ukuran berat dan bentuk peralatan. (2) Lapangan permainan (3) Waktu

bermain atau lamanya permainan (4) Peraturan permainan atau jumlah pemain.

Dari modifikasi ini ternyata juga memunculkan suatu cabang olahraga baru dan

organisasi baru, misalnya adanya permainan Tonnis, yaitu perpaduan antara Tenis

dan Bulutangkis. Cara bermain seperti halnya tenis lapangan tetapi menggunakan

lapangan bulutangkis.

Menurut Ngasmain dan Soepartono( 1997 ) “Anak bukanlah orang dewasa

dalam bentuk kecil,kematangan fisik dan mental anak belum selengkap

orangdewasa. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif,

hanya bersifat lateral dan monoton. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan

jasmaniyang ada sekarang, hampir semuanya di desain untuk orang dewasa”. Jadi

anak menjadi kurang bias menguasai. Missal dalam cabang olahraga atletik lempar lembing,

Page 35: SEKRIPSI DAWUD RIBOWO · Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:2) menyebutkan bahwa, “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses yang dilakukan sacara sadar dan sistematik melalui berbagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak mungkin anak usia dini melakukan lemparan dengan lembing sungguhan. Tetapi sekarang

ini telah dibentuk alat olahraga atletik untuk anak ( Atletik KIT), untuk lempar lembing anak

dapat menggantikan lembing menggunakan turbo yang terbuat dari karet. Dengan

melakukan modifikasi, guru penjas akan menyajikan materi pelajaran yang sulit

menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan

apa yang akan diberikan. Anak akan lebih leluasa bergerak dalam berbagai situasi

dan kondisi yang dimodifikasi.H.J.S. Husdarta ( 2009: 180-181) menyimpulkan

bahwa:

.....komponen-komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Menengah pertama/MTs adalah : (1) ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan, (2) ukuran lapangan permainan, (3) lamanya waktu bermain atau lamanya permainan, (4) peraturan permainan yang digunakan, (5) jumlah pemain atau jumlah siswa yang dilibatkan dalam suatu permainan.

Semakin mudah, semakin sering dan semakin banyak melakukan, maka

akan semakin banyak peluang bagi siswa untuk lebih cepat meningkatkan

kesegaran jasmaninya, kemampuan fisiknya, pengalaman geraknya, pengayaan

geraknya dan efisiensi dan efektivitas geraknya serta otomatisasi gerak siswa.

Lutan (Husdarta 2011:179) juga menyatakan, modifikasi dalam mata pelajaran

pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : (1) siswa memperoleh

kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) meningkatkan kemungkinan

keberhasilan dalam berpartisipasi, dan (3) siswa dapat melakukan pola gerak

secara benar.

B. Kerangka Berpikir

Sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani merupakan salah satu

unsur dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Prasarana pada dasarnya

merupakan fasilitas yang bersifat permanen tidak bergerak atau tidak dapat

dipindah-pindah. Sedangkan sarana merupakan perlengkapan atau alat yang

sifatnya dinamis dapat dipindah-pindahkan menurut kebutuhannya. Kelancaran

dan keberhasilan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga salah satunya

dipengaruhi oleh faktor sarana dan prasarana olahraga tersebut.Tujuan

diadakannya sarana dan prasarana olahraga dalam pendidikan jasmani adalah