Sejarah Taliban
-
Upload
galuhfahmi -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
Transcript of Sejarah Taliban
Sejarah TalibanBy Jookut dkk
Kalau mendengar Taliban pasti kebanyakan orang Islam sendiri langsung berburuk
sangka.
(Sumber: Dr. Muhammad Abbaas, “Bukan… Tapi Perang terhadap Islam”
(diterjemahkan oleh Ibnu Bukhori), Solo: Wacana Ilmiah Press, Cet. I, April
2004, hal. 248-255 dan hal. 245-246)
Setelah mujahidin meraih kemenangan, Amerika Serikat dan pengikut-pengikutnya
berhasil menyebarkan permusuhan di kalangan faksi-faksi mujahidin, selain juga
berhasil membunuh Kamal Sananiri pada tahun ’81, pembunuhan terhadap Dr.
Abdullaah Azzaam pada tahun ’89 berhasil menciptakan perpecahan di antara faksi-
faksi mujahidin. Sehingga, mereka semua saling memusuhi, sehingga hal ini
menimbulkan meluasnya ketakutan di sebagian besar kawasan Afghanistan.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang berjiwa lemah, sehingga mereka
menarik pajak dan upeti kepada masyarakat. Semakin banyaklah patroli yang
berkeliling di jalan-jalan yang mengumpulkan pajak dengan paksa kepada orang-
orang yang lewat dengan kendaraan mereka. Maka, setiap kelompok dari faksi-faksi
itu memiliki para penarik pajak yang melakukan tindakan yang mirip dengan
tindakan para mafia. Maka, merajalelalah kejahatan dengan berbagai bentuknya.
Masyarakat dilanda ketakutan menyangkut keamanan jiwa, harta, kehormatan, dan
hak milik mereka. Sebagian orang bertahan, sebagian lagi pergi ke luar negeri.
Krisis ini semakin parah, penderitaan semakin bertambah-tambah, dan harapan
semakin pupus. Keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun, di mana
masyarakat sudah kehabisan harapan untuk mendapatkan jalan keluar, karena di
sana tidak ada seberkas cahaya pun di cakrawala dan tiada sepercik harapan di
hati. Hanya ada kegelapan yang bertumpuk dengan kegelapan, malam gelap gulita
yang sangat kelam menyelimuti seluruh kawasan Afghanistan, yang semua itu
menambah beban di hati putra-putra negeri Islam yang telah dihancurkan oleh
perang dan dipotong-potong oleh taring-taringnya yang tajam, sehingga ia
bermalam sebagai sepotong daging yang menjadi permainan lidah orang-orang
dengki atau bola yang disepak ke sana kemari oleh kaki orang-orang berdosa.
Tiba-tiba, tanpa perencanaan oleh seorang pun, datanglah jalan keluar dari Allah
swt. Maka, muncullah Taliban di permukaan dengan sedikit komandan tempur dan
personil militer yang kecil untuk mengatakan kepada semua pihak: “Tahanlah
tangan kalian dan menyingkirlah dari medan! Bukalah kota-kota, lapangan-
lapangan, jalan-jalan, dan halaman-halaman, dengan sukarela atau dengan
peperangan!” Lantas, mereka semua pun menyingkir dengan terpaksa dan terhina.
Gerakan Taliban bermula pada tahun 1994, pada saat sebuah kelompok kecil dari
kalangan Talib (pelajar ilmu agama; dalam bahasa Afghan, kata talib dijamakkan
menjadi Taliban, dengan demikian kata taliban berarti pelajar ilmu agama) dan
Mulla Afghan di Kandahar melakukan pengusiran terhadap para perampok yang
biasa merampok kafilah (yang mengadakan perjalanan) dan melakukan
pemerkosaan kepada wanita di sekitar Kandahar. Para Talib itu, yang dipimpin oleh
Mulla Muhammad Umar berhasil merampas senjata para perampok dan
menemukan beberapa wanita yang diculik dan sebagian lagi dibunuh setelah
diperkosa. Sebagian perampok itu berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman sesuai
dengan syariat. Sebagian dari gerombolan perampok melarikan diri dari Kandahar.
Kemudian, berkembanglah euforia dan semangat di kalangan penduduk Kandahar,
lantas mereka memecat gubernur Kandahar yang berada di bawah pemerintahan
Rabbani, karena ia tidak mampu menghadapi para perampok itu. Mereka pun
mengangkat Mulla Muhammad Umar sebagai amir mereka. Mulla (Mulla adalah
mahasiswa ilmu syariah yang berhenti dari sekolah sebelum memperoleh gelar,
sedangkan maulawi adalah yang telah berhasil meraih gelar) akhirnya
mengumumkan penerapan syariat Islam di Kandahar, kawasan yang mereka kuasai.
Tersebarlah berita keamanan yang terwujud di kawasan Kandahar, sehingga
berdatanganlah delegasi para Talib dan penduduk kawasan utara dan barat yang
bertetangga dengan Kandahar. Para pelajar agama itu meminta mereka untuk
memerintah dan menerapkan syariat Islam di wilayah-wilayah mereka. Para Talib
itu membantu mereka dalam mengatur wilayah tersebut di bawah kekuasaan
mereka dan dalam penerapan syariat. Dengan demikian, Taliban telah menguasai
sekitar seperlima Afghanistan tanpa peperangan, akan tetapi karena keinginan
penduduk kawasan tersebut akan diterapkannya syariat Islam dan terciptanya
keamanan. Itulah awal mula gerakan ini. Dr. Sami Muhammad Shalih Dallal
melukiskan bagaimana gerakan Taliban sering meraih kemenangan ini tanpa
peperangan. Ia mengatakan:
“Dari rahim sekolah-sekolah agama di Kandahar, dengan fatwa para ulama di
kawasan Mayuan, muncul Taliban pada hari jumat, 15 Muharram 1415 H
bertepatan dengan 24 Juni 1994 M di medan konflik perubahan. Ia berawal dari
beberapa belas penuntut ilmu agama yang dipimpin oleh Mulla Muhammad Umar,
kemudian banyak penuntut ilmu yang bergabung dengan mereka, di mana
kebanyakan mereka itu lulusan Universitas Haqqaniyah di Peshawar, Pakistan.
Dalam sebuah pertemuan besar yang dihadiri oleh 1500 ulama Aghanistan,
terpilihlah pimpinan dan perintis gerakan Taliban, Mulla Muhammad Umar sebagai
Amirul Mukminin. Mulailah gerakan Taliban menaklukkan kawasan-kawasan
Afghanistan, satu demi satu, bermula dari kawasan Ruzajan, dengan pasukan yang
jumlahnya hanya sebanyak 313 orang, di mana kelak kekuasaannya meluas sedikit
demi sedikit. Keadaan ini terus berlangsung hingga akhirnya ia menguasai
mayoritas kawasan itu. Seluruh faksi yang semula saling bertempur sejak
kekalahan Rusia pada tahun 1989 M berhasil dikalahkannya. Pada masa itu,
Pakistan mendukung Taliban dan mempermudah gerakan para Talib ke Afghanistan
untuk bergabung dengan Taliban. Pakistan juga membuka perbatasan untuk suplai
logistik bagi Taliban. Karena kedudukan terhormat para ulama, maulawi, dan Talib
di masyarakat Afghan, Taliban meraih kemajuan dengan menguasai kawasan-
kawasan lain di utara dan timur. Saat itu, Rabbani, sebagai penguasa di Kabul
belum mengumumkan sikapnya, sebagai taktiknya, karena ia mengetahui bahwa
pasukan Hikmatyar-lah yang memisahkan wilayah kekuasaan mereka dari Kabul.
Bahkan, ia menawarkan bantuan kepada mereka untuk menjadi gerakan agama
yang menjalankan tugas untuk melakukan koreksi serta amar makruf dan nahi
munkar. Akan tetapi Hikmatyar memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerah
kepada Taliban. Terjadilah pertempuran di antara mereka di kawasan Ghazni,
kemudian ke utara hingga kawasan Kabul, di mana wilayah kekuasaannya jatuh
satu persatu tanpa peperangan atau dengan peperangan kecil, karena kebanyakan
komandan dan faksi mujahidin, bahkan juga perampok, ragu untuk terjun
berperang melawan para penuntut ilmu agama.
Beberapa faksi lain, seperti faksi Yunus Khalish dan pasukan Haqqani menyerahkan
wilayah kekuasaan mereka kepada Taliban di Paktia dan Khost. Kebanyakan
komandan Sayyaf juga enggan untuk berperang melawan para Talib itu. Mereka
menyerahkan Nankarhar dan Jalalabad kepada Taliban, karena mereka melihat
akhlak para Talib itu, serta tindakan mereka menerapkan syariat Islam, beramar
makruf nahi munkar, mewujudkan stabilitas keamanan, memburu para perampok,
dan mengamankan jalan. Kemudian, Taliban berhasil mencapai perbatasan Kabul.
Mereka menghadap kepada Rabbani dengan sejumlah tuntutan, yang paling
penting di antaranya adalah penerapan syariat Islam. Kemudian, Rabbani meminta
mereka mengirimkan delegasi untuk berunding dengannya. Akan tetapi, Mas’ud,
menteri pertahanannya, setelah berjanji kepada mereka untuk menyerahkan
senjata, menghentikan peperangan, dan berdialog dengan mereka, justru
mengkhianati mereka pada pagi hari berikutnya dan membunuh sejumlah qurra
dan penghafal al-Quran yang menjadi delegasi dari para Talib itu. Disebutkan
bahwa jumlah orang-orang yang dikhianati itu, yang dibunuh di dalam masjid
mencapai hampir 250 talib. Akhirnya, Taliban menyerang Kabul, yang dalam waktu
singkat berhasil dijatuhkan pada malam 26 September ’96, karena tidak adanya
kepercayaan di antara dua faksi yang mempertahankannya, yaitu; kelompok Mas’ud
dan kelompok Hikmatyar. Sebelum subuh, Taliban memasuki Kabul setelah terjadi
pertempuran ringan dengan sebagian penjaganya dari kelompok pasukan Mas’ud,
Rabbani, dan Sayyaf. Maka, faksi-faksi itu melarikan diri ke arah utara, untuk
menghentikan peperangan di garis Gunung Siraj, pintu gerbang koridor Salink, dan
kawasan utara. Saat itu, usia Taliban dihitung dari kemunculannya sekitar dua
tahun. Kekuasaan Taliban berhenti di kawasan timur, selatan, barat, dan barat laut,
hingga kawasan Herat. Sedangkan hampir seluruh kawasan utara yang meliputi
sekitar 15% kawasan Afghanistan dengan ibukotanya Mazar-i Syarif masih belum
dikuasai oleh Taliban.
Pada pertengahan tahun ’97, Taliban bergerak ke arah utara dan dalam sebuah
gerakan cepat berhasil menguasai sebagian besar kawasan utara, dan jatuhlah
ibukota Mazar-i Syarif ke tangan mereka. Saat itu seluruh dunia menyangka bahwa
kekuasaan Afghanistan telah berada di tangan Taliban. Tetapi, sebagian milisi
Uzbek yang semula mengadakan perjanjian damai dan bekerjasama dengan
Taliban, berkhianat. Pengkhianatan ini menimbulkan pembantaian mengerikan
yang menimpa pasukan mereka di utara, di mana korban pembantaian ini mencapai
10.000 hingga 15.000 pasukan Taliban, menurut angka-angka yang disebut, dalam
pembantaian sadis, di mana kebanyakan dari mereka dikuburkan hidup-hidup
dalam kuburan masal oleh milisi Uzbek Komunis di Mazar-i Syarif bersama dengan
sekutu mereka dari golongan Syiah.
Maka, Taliban kembali bergerak ke utara dengan penuh waspada, lantas satu
persatu wilayah utara jatuh ke tangah mereka sekali lagi. Maka, pasukan Dustum
pun hancur dan ia melarikan diri ke Uzbekistan. Maka, tidak ada lagi kekuatan
militer yang melawan mereka kecuali pasukan Mas’ud yang berdiam di sebuah
lembah sempit yang terbentang dari Panshir hingga Gunung Siraj, kemudian ke
Tasyarika, hingga ke pintu gerbang Kabul bagian utara, di mana di situ ia bertahan
bersama pasukan pengikut Sayyaf. Taliban bergerak ke utara mengejar pasukan
Mas’ud melalui jalan Ghurbind, tempat yang sewaktu-waktu bisa dijadikan jalan
penyerangan bagi Mas’ud dan Sayyaf ke arah Kabul, dalam upaya menguasainya
dan mengembalikan neraca kekuatan di Afghanistan, sekali lagi.
Serangan itu benar-benar terjadi ketika pasukan Taliban masih tersebar jauh dari
ibukota Kabul, di mana pada saat itu, Kabul diselamatkan, setelah oleh karunia
Allah, oleh sekelompok mujahidin Arab.
Pemerintahan Taliban telah mengumumkan penerapan syariat Islam di seluruh
kawasan yang berada di bawah kekuasaannya dengan menjadikan Kabul yang
dikuasainya pada 27-9-1996 sebagai ibukota dan basis gerakan politiknya dan
menjadikan Kandahar sebagai tempat tinggal Amirul Mukminin dan basis gerakan
legislasi dan organisasinya.
Dalam waktu singkat, Taliban telah menguasai hampir seluruh kawasan
Afghanistan (kecuali sedikit kawasan utara yang telah kami singgung sebelumnya)
dengan memproklamirkan tujuan-tujuannya, yang secara ringkas berupa penerapan
syariat Islam secara total, penciptaan stabilitas dan keamanan di seluruh kawasan
negeri Afghanistan, pemulihan bangunan, dan pembangunan infrastruktur di
seluruh kawasan negeri Afghanistan.
Tak lama setelah itu, musuh-musuh Allah di seluruh dunia pun geger. Mereka
memperlihatkan kedengkian mereka, membidikkan anak panah mereka, dengan
harapan mereka bisa mengenai Taliban dalam satu pembunuhan atau paling tidak
mempersempit ruang geraknya. Maka, mereka mulai melontarkan tuduhan-tuduhan
sebagai berikut:
1. Taliban telah membawa Afghanistan dari cahaya peradaban yang gemerlap
kepada apa yang mereka sebut sebagai kegelapan syariat Islam.
2. Melarang wanita dari kegiatan belajar dan mengajar serta menutup pintu-
pintu rumah untuk menghalangi para wanita keluar dari rumah menuju
sekolah dan universitas.
3. Melarang kaum wanita bekerja atau berkarir.
4. Mengharuskan kaum wanita mengenakan hijab.
5. Melarang minuman keras di seluruh kawasan Afghanistan.
6. Melarang musik dan lagu di panggung maupun di tempat-tempat umum.
7. Melindungi para teroris dan melatih kelompok-kelompok mujahidin.
8. Menanam ganja dan mengekspornya ke seluruh dunia.
9. Tidak mematuhi undang-undang internasional dan konvensi-konvensi antar
negara.
10.Membela kasus-kasus keislaman, khususnya intifadah di Al-Aqsha, Palestina.
Sebagai contoh, Muhammad Hasanain Haikal berkata membawakan sebuah
peristiwa menyentuh, ketika ia mengatakan:
“Agen intelijen pusat Amerika terlibat sangat intens terhadap peroalan Afghanistan,
sampai-sampai sekelompok stafnya telah menghabiskan waktu enam bulan untuk
membuat laporan tentang penyimpangan seksual bagi para pemimpin Afghan serta
pentingnya menggunakan penyimpangan seksual itu sebagai alat untuk
menundukkan mereka! Sebagai contoh nyata, agen intelijen tersebut mensinyalir
adanya perang hebat yang berlangsung selama beberapa bulan antara dua orang
pemimpin yang kedua-duanya jatuh cinta kepada anak kecil yang ditemukan oleh
salah seorang dari kedua pemimpin itu, lantas diculik oleh yang lain.”
Ya, Imperium Setan ini telah memproduksi sesuatu paling rendah yang ada pada
diri manusia yaitu nafsu seks, bermain dengan dan di atasnya. Sesungguhnya,
setiap orang memiliki titik kelemahan, jika kelemahan itu tidak ditemukan, Anda
bisa menciptakannya dengan memberikan iming-iming dan menyesatkannya. Jika
Anda tidak berhasil juga, Anda bisa mempublikasikan kelemahan itu agar
kebohongan-kebohongan dan kedustaan-kedustaan mengenainya tersebar luas.
(Sumber: Dr. Muhammad Abbaas, “Bukan… Tapi Perang terhadap Islam”
(diterjemahkan oleh Ibnu Bukhori), Solo: Wacana Ilmiah Press, Cet. I, April 2004,
hal. 236)
Dalam tuduhan-tuduhan ini, mereka telah mencampuradukkan antara kebenaran
dan kebatilan. Kebanyakan tuduhan tersebut tidak memiliki dasar kebenaran sama
sekali, melainkan semata-mata merupakan kebohongan murahan. Kebanyakan
darinya bahkan merupakan mahkota yang berkilau yang dipasangkan di dahi
Taliban.
Adapun pihak-pihak yang berada di belakang tuduhan-tuduhan ini adalah: Amerika
Serikat, Uni Eropa, Republik Rusia, beberapa republik Islam yang merdeka setelah
kejatuhan Uni Soviet, India, Yahudi di Palestina, sebagian besar negara Islam, PBB,
kaum sekuleris di seluruh negara. Semua tuduhan ini dilontarkan melalui surat
kabar, majalah, buku-buku, siaran radio dan televisi, internet, dan berbagai media
informasi lainnya.
Seluruh pihak yang telah kami sebutkan tadi telah berhimpun untuk menjatuhkan
pemerintahan Taliban, meski berapapun biaya yang diperlukan dan meskipun
penderitaan yang dialami bangsa Afghanistan semakin parah.
Mereka semua menunjukkan dendam mereka dan berlindung di balik payung
Perserikatan Bangsa-bangsa. Mereka mengepung penuh Afghanistan yang
diperintah oleh Taliban. Mereka memasang pagar-pagar yang mengisolasi dan
menyerangnya dari darat dan udara, agar mereka bisa membunuh bangsa
Afghanistan dengan rasa lapar dan ketertindasan. Kemudian, sesudah itu mereka
akan mengatakan: “Ia dibunuh dan ditindas oleh Taliban!”
Adapun dari dalam, mereka menyebarkan kelompok-kelompok misionaris yang
menjelajahi sebagian besar kawasan Afghanistan dengan alasan untuk
menyelamatkan rakyat Afghanistan yang secara sistematis telah dibuat lapar dan
takut, kemudian mereka datang untuk menjadi juru selamat, seperti serigala yang
berbulu domba.
Jumlah organisasi misionaris yang aktif hingga sekarang di Afghanistan dan
diwarisi oleh Taliban dari masa-masa sebelumnya mencapai sekitar 240. Surat
Kabar Frontie Post yang terbit di Peshawar dengan bahasa Inggris, pada edisi 10
Desmber 1997, mempublikasikan bahwa organisasi NGO Men telah berhasil
mengkristenkan 100.000 rakyat Afghanistan selama 7 tahun (mulai tahun 1990
hingga 1997).
Taliban telah mengumumkan penerapan syariat Islam di seluruh bidang kehidupan.
Mereka mengeluarkan beberapa keputusan menyangkut persoalan wanita dan
perlindungannya dari penyimpangan. Mulla Muhammad Umar berkata: “Kita tidak
anti pengajaran bagi wanita, tetapi kita ingin mengatur pengajaran kaum wanita
dengan aturan-aturan syariat.”
Taliban juga telah mengeluarkan beberapa keputusan yang melarang penanaman,
produksi, dan pemakan ganja di Afghanistan, di mana sepanjang sejarah,
Afghanistan telah menjadi negara terkemuka pengekspor barang haram ini.
Ketika semua itu terjadi, maka semuanya menjadi rambu-rambu yang jelas
menunjukkan hakikat gerakan Taliban, tujuan-tujuannya, dan target-targetnya serta
sejauh mana tingkat kebenarannya. Gerakan ini telah mengajukan solusi bagi
Afghanistan yang terkucil. Ia telah berhasil mewujudkan apa yang gagal
diwujudkan oleh gerakan lain dan berdiri kukuh ketika yang lain surut ke belakang.
Berbagai upaya iming-iming maupun penyesatan tidak mampu membalikkannya
dari jalan yang telah digariskannya, ketika amirnya dengan tegas menyatakan—
sebagai jawaban atas embargo, tekanan, dan tawar-menawar yang diajukan
kepadanya: “Sesungguhnya prinsip-prinsip Islam mengenai pemerintahan Islam
tidak bisa menerima kompromi atau tawar-menawar terhadapnya dengan apapun
juga.”
Adalah mustahil untuk menjelaskan seluruh sepak terjang Taliban, sekalipun
dengan menggunakan seluruh lembaran buku ini, oleh karena itu, penulis akan
memberikan gambaran sepintas, barangkali ini bisa menghilangkan berbagai
kebohongan yang diceritakan mengenainya.
Kita awali dengan kesaksian Mufti Mesir, Dr. Nashr Farid Washil, di mana beliau
mengatakan:
“Ketika kita pergi ke sana, kita akan mendapati bahwa realitas Afghanistan berbeda
sama sekali dari apa yang digambarkan dan disiarkan oleh media massa Barat
tentang Taliban dengan berbagai pengekangan, pengungkungan wanita, dan
perkebunan ganja. Kami semua, sebagai delegasi, semula memiliki kesan kuat di
benak kami bahwa Taliban benar-benar telah mengangkat syiar Islam sebagai
solusi, tetapi mereka kemudian menanam ganja untuk membiayai gerakan mereka.
Media massa Barat menyiarkan bahwa mereka mengekang dan melarang kaum
wanita dari aktivitas mengajar, mengemudi mobil, dan sebagainya, bahwa mereka
begini dan begitu. Tapi, di sana terlihatlah fakta yang tak pernah terlihat itu, bahwa
mereka tidak menanam ganja, melainkan membentuk kelompok-kelompok untuk
memberantas pertanian ganja, bahkan benar-benar membakar perkebunannya.
Mereka melarang ada satu pohon ganja pun dalam pemerintahan mereka!
Adapun kaum wanita, maka kami melihat mereka ada di jalan raya, di sepanjang
jalan raya. Mereka mengatakan: bahwa apa yang dipublikasikan itu keliru. Yang
benar adalah, ‘karena kurangnya sekolah dan gedung sekolah, disebabkan oleh
kondisi pengajaran yang buruk di negeri kami’, maka kami mulai menyiasati
keadaan, yaitu bahwa anak laki-laki, khususnya yang tertua akan menjadi
penanggung jawab dan penting bagi keluarganya; oleh karena itu, kami
mengutamakan saudara laki-laki paling besar daripada saudara-saudara lainnya,
sekalipun mereka juga sama-sama laki-laki, agar mendapat tempat di sekolah. Maka
laki-laki tertualah yang paling utama. Jadi, permasalahannya bukan perempuan
atau laki-laki, melainkan keadaan telah mengatur aktivitas dan sikap kami. Jika
keadaan pengajaran membaik, tentu setiap anak perempuan akan mendapat tempat
seperti anak laki-laki.’
Sebenarnya, kami sangat terkejut dengan keadaan yang disiarkan secara bohong
oleh media informasi Barat. Saya mengakui bahwa saya pribadi dulu mempercayai
semua pemberitaan menyangkut Taliban, akan tetapi setelah melakukan kunjungan
itu, seluruh delegasi tanpa terkecuali yakin tentang ketidakobjektifan media massa
Barat dan upayanya untuk menyesatkan seluruh dunia, khususnya mengenai
realitas Taliban dan Afghanistan.
Terus terang, saya juga menganggap kunjungan ini seluruhnya bernilai positif,
karena dengan kunjungan ini kami mengerti sejauh mana kebohongan informasi-
informasi yang dipublikasikan oleh media massa Barat.
Saya katakan: sudah waktunya negara-negara Islam untuk mulai mengakui
pemerintahan Taliban. Ini merupakan pendapat delegasi Organisasi Konferensi
Islam (OKI) dan pendapat saya pribadi. Saya katakan, sudah waktunya kita
memahami bahwa kebanyakan kekuatan politik internasional menghendaki kondisi
menyedihkan ini, di mana kekuatan-kekuatan ini berupaya menciptakan perpecahan
di antara saudara-saudara seagama. Karena itu, saya menyerukan kepada dunia
Arab dan Islam untuk merevisi sikapnya terhadap pemerintah Taliban.”