Sejarah Kebudayaan Islam

49
RESUME PERKULIAHAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM : ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW, KHULAFAUR RASYIDIN DAN PASKA KHULAFAUR RASYIDIN Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Islam Dosen Pengampu : Drs. H. Sangidun, M.Si 1 PGMI A Disusun Oleh Alfam Atthamimy 1123305024 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO

description

Sejarah Kebudayaan Islam Masa Nabi Muhammad Saw, Khulafaur Rasyidin dan dinasti penerusnya

Transcript of Sejarah Kebudayaan Islam

Page 1: Sejarah Kebudayaan Islam

RESUME PERKULIAHAN

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM : ISLAM PADA MASA NABI

MUHAMMAD SAW, KHULAFAUR RASYIDIN DAN PASKA KHULAFAUR

RASYIDIN

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas UAS

Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu : Drs. H. Sangidun, M.Si

1 PGMI A

Disusun Oleh

Alfam Atthamimy 1123305024

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

PURWOKERTO

2011/2012

Page 2: Sejarah Kebudayaan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam sejarah peradaban manusia, tidak lepas dari sejarah kebudayaan atau

peradaban Islam. Peradaban Islam bukan hanya sekedar tentang kisah-kisah para nabi dan

rasul utusan Allah SWT. Akan tetapi juga tentang sejarah nabi Muhammad SAW dan umat

Islam, baik umat pada zaman nabi Muhammad maupun setelah beliau wafat. Termasuk

perjalanan nabi SAW dalam menyebarkan agama Islam beserta kesulitan-kesulitan dan

tantangan yang dihadapi di Jazirah Arab yang juga tantangan itu datang dari keluarganya

Bani Hasyim dan kaum Kafir Quraisy. Dakwah beliau pun dapat di bagi menjadi dua

periode yaitu periode Mekah dan periode Madinah

Selain itu, juga tentang kepemimpinan-kepemimpinan paska wafatnya beliau yang

diteruskan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’u dan tabi’un. Penerus beliau setelah beliau wafat

adalah para khalifah yang biasa disebut dengan Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin

terdiri atas empat sahabat nabi SAW yang paling terkemuka, yaitu Abu Bakar Ash Sidiq,

Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan diakhiri oleh Ali bin Abi Thalib. Proses pemilihan

yang berbeda satu sama lain seolah-olah merupakan hal baru bagi umat Islam masa itu,

karena memang nabi Muhammad SAW tidak berwasiat siapakah yang akan menggantikan

kepemimpinan beliau.

Paska Khulafaur Rasyidin, muncullah era baru pemerintahan Islam, berupa kerajaan-

kerajaan beserta kemajuan-kemajuan yang dibawanya bagi umat Islam bahkan dapat disebut

pula masa-masa kejayaan dan keemasan Islam.

2

Page 3: Sejarah Kebudayaan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

I. ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Islam tersebar ke berbagai penjuru dunia dengan sangat cepat. Dalam waktu +23

tahun, Islam sudah tersebar ke seluruh Jazirah Arab. Waktu 23 tahun itu dapat dibagi

menjadi dua periode, yaitu periode Mekah yang berlangsung selama + 13 tahun dan periode

Madinah + 10 tahun.

Cepatnya penyebaran Islam itu tidak berarti bahwa dakwah yang dilakukan nabi

Muhammad SAW. Berjalan mulus. Pada periode Mekah nabi menghadapi rintangan berat

dari kaum Quraisy. Selama itu, nabi hanya memperoleh pengikut sekitar 200 orang. Itupun

kebanyakan dari kalangan lemah.

A. PENYEBARAN ISLAM PERIODE MEKAH

Rasulullah SAW berdakwah menyebarkan Islam di Mekah selama + 13 tahun.

1. Dakwah secara sembunyi-sembunyi

Pada awalnya, nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-

sembunyi. Hal ini untuk mengantisipasi guncangan di masyarakat. Beliau memulai

dakwah kepada keluarga dan karib kerabatnya. Beliau mengetahui bahwa orang

Quraisy sangat terikat, fanatik dan kuat mempertahankan kepercayaan jahiliah.

Dakwah dengan sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3-4 tahun. Orang pertama

yang menyatakan keIslamannya adalah Siti Khadijah istri nabi, Ali bin Abi Thalib

dan Zaid bin Haritsah disusul Abu Bakar dan Ummu Aiman. Selanjutnya golongan

yang pertama masuk Islam disebut As Sabiqunal Awwalun.

2. Dakwah secara terbuka

Tiga tahun lamanya Rasul berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah

Arqam bin Abil Arqam. Penduduk Mekah sudah banyak yang mengetahui dan mulai

membicarakan agama baru yang beliau bawa. Mereka menganggap agama Islam

bertentangan dengan agama nenek moyang mereka. Pada waktu itulah turun wahyu

yang memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terbuka kepada

masyarakat. Quran surat Al Hijr ayat 94.

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan

(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.

3

Page 4: Sejarah Kebudayaan Islam

Dakwah ini membuat seorang tokoh bani Giffar yaitu Abu Dzar Al Giffari masuk

Islam dan kemudian melanjutkan dakwah dari Rasul di kampungnya di barat laut

merah. Sejak itulah banyak orang masuk Islam melalui Abu Dzar. Dengan demikian

Islam sudah mulai tersebar ke luar Mekah.

Keberhasilan Rasul dalam berdakwah mendorong kaum Quraisy

melancarkan tindakan kekerasan terhadap beliau dan pengikutnya. Di tengah

meningkatnya kekejaman pemimpin kaum Quraisy terhadap Rasul dan pengikutnya,

Hamzah bin Abdul Mutalib dan Ummar bin Khattab, dua orang kuat Quraisy masuk

Islam. Hal ini membuat kaum kafir Quraisy mengalami kesulitan untuk

menghentikan dakwah beliau.

3. Pemboikotan dan rencana pembunuhan

Merasa gagal dengan cara diplomatik dan bujuk rayu, para pemimpin kaum

Quraisy kemudian melakukan tindakan kekerasan secara fisik terhadap orang yang

masuk Islam, budak yang masuk Islam disiksa dengan kejam. Seperti Bilal bin

Rabah, Amir bin Fuhairah At tamimi, Ummu Ubais, an Nahdiyah serta anaknya.

Tekanan-tekanan yang diberikan kaum Quraisy tidak membuat Islam dijauhi. Namun

umat Islam semakin bertambah. Hal ini membuat Abu Jahal menekan kepada semua

pemimpin Quraisy untuk memboikot bani Hasyim. Tindakan ini sangat

menyengsarakan bani Hasyim. Berikut adalah isi surat pemboikotan :

a. Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya tidak diperbolehkan menikah

dengan bangsa Arab Quraisy lainnya, baik laki-laki maupun perempuan.

b. Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya tidak boleh mengadakan

hubungan jual beli dengan kaum Quraisy lainnya.

c. Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya tidak boleh bergaul dengan

kaum Quraisy lainnya.

d. Kaum Quraisy tidak dibenarkan membantu dan menolong Muhammad,

keluarganya ataupun pengikutnya.

4. Hijrah ke Habsyi

Setelah Abu Thalib meninggal, beberapa hari setelah pemboikotan berakhir,

kepemimpinan bani Hasyim beralih kepada Abu Lahab. Tekanan terhadap nabi dan

pengikutnya bertambah kejam. Kemudian Rasul memerintahkan kepada pengikutnya

hijrah ke Habsyi. Pada tahun 615 M berangkatlah kaum muslimin hijrah ke Habsyi.

Rombongan pertama sejumlah 15 orang. Rombongan kedua sejumlah hampir 100

4

Page 5: Sejarah Kebudayaan Islam

orang. Diantara sahabat yang ikut adalah Utsman bin Affan dan istrinya (Ruqayah),

Zubair bin Awam, Abdurrahman bin Auf, dan Jafar bin Abi Thalib.

Kedatangan kaum muslimin di Habsyi diterima dengan baik oleh raja Najasyi.

Mereka mendapat perlindungan dan bantuan bahan makanan.

5. Misi ke Thaif

Rasul mencoba berdakwah ke Thaif, sebuah kota di Hijaz di sebelah tenggara

Mekah. Namun, disana beliau mendapatkan kelompok masyarakat yang lebih kejam

dalam menerima dakwahnya. Penduduk kota Thaif menghina dan melemparinya

hingga terluka. Kemudian Rasul SAW terpaksa menyelamatkan diri dan berlindung

dibalik pagar kebun Utbah dan Syaibah. Beliau beristirahat dan berdoa kepada Allah

SWT, “ya Allah SWT, hanya kepada Mu aku mengadukan kelemahanku. Ya Allah,

Engkau maha penyayang yang melindungi orang yang lemah. Kepada siapa Engkau

serahkan diriku. Kepada orang jauh yang menerima aku dengan kebengisannya atau

kepada musuh yang akan menghancurkan diriku. Ya Allah, biarlah, asal aku tidak

mendapat kemurkaan Mu. Aku tidak peduli terhadap mereka. Aku berlindung pada

cahaya Mu, rahmat dan kelapangan Mu. Engkau yang menerangi segala yang gelap,

yang memperbaiki dunia dan akhirat. Semoga Engkau tidak menjatuhkan murka Mu

kepadaku. Aku hanya menurut keridaan Mu. Tidak ada daya upaya melainkan dari

kelimpahan rida Mu.”

6. Respon masyarakat Yastrib

Pada saat suku Aus dan Khazraj berhaji pada tahun 620 M, Rasul SAW

menyampaikan dakwah kepada jamaah haji yang hadir di sekitar Ka’bah, beliau

mengajak mereka untuk beriman kepada Allah SWT dan berbuat baik. Mendengar

ajakan tersebut, suku Aus dan Khazraj memperhatikan dengan seksama. Dakwah

tersebut sesuai dengan pemahaman mereka yang diperoleh dari orang-orang Yahudi.

Mereka sepakat untuk menerima dakwah dan mendekati beliau seraya berkata,

“wahai Rasulullah! Kami datang dari Yastrib yang penduduknya saling bermusuhan,

dengan dakwahmu mudah-mudahan Allah SWT mendamaikan mereka dan

menjadikan bersaudara. Kamu adalah laki-laki yang paling mulia.”

7. Perjanjian Aqabah I

Pada tahun 620 M, kaum muslimin dari suku Aus dan Khazraj berangkat ke

Mekah untuk beribadah haji. Mereka bertemu dengan Rasul SAW di aqabah (mina)

dan menyatakan baiat (sumpah setia). Ada enam pokok persoalan penting dalam

baiat aqabah I :

5

Page 6: Sejarah Kebudayaan Islam

a. Mereka tidak akan menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun,

b. Mereka tidak akan mencuri,

c. Mereka tidak akan berzina,

d. Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya,

e. Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta dan curang,

f. Mereka tidak akan mendurhakai nabi Muhammad SAW.

8. Perjanjian Aqabah II

Pada tahun 622 M, serombongan kaum muslimin dari Yastrib menuju Mekah

untuk beribadah haji sejumlah 75 orang. Mereka segera menghadap Rasul dan

meminta diadakan pertemuan di Mina. Isi dari baiat aqabah II :

a. Kami bersumpah untuk taat kepada Rasulullah dalam susah dan senang,

b. Kami bersumpah akan mengatakan kebenaran dimanapun kami berada,

c. Kami bersumpah tidak gentar menghadapi fitnah dari siapapun juga.

Perjanjian tersebut dinamakan baiat aqabah II atau baiat aqabah kubra. Baiat

ini terjadi pada malam yang sunyi. Dengan terjadinya baiat aqabah II ada arti penting

bagi perkembangan Islam, yaitu :

a. Kaum muslimin Yastrib siap membela Islam dan Rasulullah,

b. Rasulullah siap untuk hijrah ke Yastrib,

c. Rasulullah dan umat Islam akan menghadapi perjuangan yang sangat besar

menghadapi kemarahan orang-orang kafir Quraisy.

B. PENYEBARAN ISLAM PERIODE MADINAH

Berikut beberapa peristiwa besar dalam sejarah penyebaran Islam yang terjadi pada

periode Madinah :

1. Perang Badar

Perang badar terjadi pada tahun 2 H/ 625 M di lembah badar. Pasukan

muslimin berjumlah 313 orang, sedangkan pasukan kafir berjumlah 1000 orang.

Perang ini dimenangi kaum muslimin.

Perang badar terjadi karena kaum kafir Quraisy telah mengusir dan merampas

seluruh harta benda kaum muslimin sehingga terpaksa hijrah ke Madinah. Selain itu

kaum Quraisy selalu berusaha menghancurkan kaum muslimin.

Pengaruh kemenangan umat muslim dalam perang badar sangat besar, yaitu

meningkatkan nama harum umat Islam. Selain itu, banyak orang yang masuk Islam

6

Page 7: Sejarah Kebudayaan Islam

dengan kesadarannya. Perang badar disebut juga Yaumul Taqal Jam’an. Artinya hari

bertemunya dua golongan, yaitu Islam dan kaum kafir Quraisy.

2. Perang Uhud

Pada tahun 3 H/ 625 M, dengan bantuan dari kabilah Saqif, Tihamah dan

Kinaah kaum Quraisy berangkat ke Madinah dengan membawa 3000 pasukan unta,

200 pasukan berkuda dibawah pimpinan Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam)

dan 700 orang pasukan berbaju besi. Sedang kaum muslimin berjumlah 1000 orang.

Rasul menempatkan 50 orang pemanah mahir di lereng bukit yang cukup tinggi di

bukit Uhud, dibawah pimpinan Hamzah bin Abdul Muthalib. Rasul berpesan agar

tidak meninggalkan tempat itu dengan alasan apapun.

Pasukan muslimin dapat memukul mundur pasukan musuh yang lebih besar.

Kemenangan yang sudah didepan mata digagalkan oleh godaan harta yang

ditinggalkan pihak musuh. Pasukan muslimin termasuk anggota pemanah, mulai

memungut harta rampasan dan tidak menghiraukan gerakan musuh. Pasukan musuh

pun kembali menyerang dari atas bukit yang ditinggalkan pasukan muslimin.

Pasukan muslimin tak mampu bertahan. Hamzah, paman Rasul terbunuh dengan

dada dibelah.

3. Perang Khandak (perang parit)

Peristiwa ini terjadi pada tahun 5 H/ 627 M, pasukan muslimin berjumlah

3000 orang dan pasukan sekutu berjumlah 10.000 orang dibawah komando Abu

sufyan. Kekuatan musuh yang sangat besar membuat umat Islam berfikir keras.

Akhirnya muncul usulan dari Salman Al Farisi untuk membuat parit sebagai benteng

pertahanan. Pembuatan parit selesai dalam waktu 6 hari.

Dalam perang ini tidak terjadi baku hantam karena kedua pasukan dipisahkan oleh

parit pertahanan. Dalam perang ini Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh Amr bin

Abdul Wudd bin Abi Qais. Umat Islam terkepung oleh pasukan sekutu selama satu

bulan. Dalam suasana yang tidak menguntungkan tanpa diketahui siapapun seorang

dari kabilah Gatafan yang bernama Nu’man bin Mu’az menyatakan diri masuk

Islam. Kemudian ia diberi tugas oleh Rasul untuk memecah belah pasukan sekutu

dan berhasil. Akhirnya, tumbuh sikap saling tidak percaya di antara pasukan sekutu.

Pasukan sekutu makin kacau ketika suatu malam Allah SWT menurunkan angin

topan yang memporak-porandakan kemah mereka. Merekapun memutuskan untuk

pulang kembali ke tempat masing-masing.

4. Perang Mu’tah

7

Page 8: Sejarah Kebudayaan Islam

Penyebab terjadinya perang ini adalah dibunuhnya utusan nabi SAW yang

membawa surat kepada raja Gassan untuk menyeru masuk Islam. Beliau mengirim

sebanyak 3000 orang dibawah pimpinan Zaid bin Harisah untuk menghadapi raja

Gassan. Perang ini terjadi di utara Jazirah Arab. Perang ini disebut perang Mu’tah

karena terjadi di daerah Mu’tah.

5. Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, Rasul beserta kaum muslimin berangkat ke Mekah untuk

beribadah haji. Mereka sejumlah 1000 orang. Ketika sampai di suatu tempat bernama

Hudaibiyah, Rasul mengutus Usman bin Affan kepada orang kafir Quraisy untuk

menjelaskan tujuan kaum muslimin ke Mekah yaitu beribadah haji dan menengok

saudara-saudaranya. Namun, Usman ditahan oleh kaum kafir Quraisy dan terdengar

berita bahwa ia dibunuh. Ternyata berita itu tidak benar.

Tidak lama kemudian utusan kafir Quraisy yaitu Suhail bin Amr datang. Dan

disepakati perjanjian yang disebut perjanjian Hudaibiyah. Adapun isinya, yaitu :

a. Umat Islam tidak diperbolehkan menjalankan umrah tahun ini. Tahun depan

baru diperbolehkan. Umat Islam tidak boleh berada di Mekah lebih dari tiga

hari.

b. Keduanya tidak saling menyerang selama 10 tahun.

c. Orang Islam yang lari ke Mekah (murtad) diperbolehkan, sedangkan orang

kafir (Mekah) yang lari ke Madinah masuk Islam harus ditolak.

d. Suku Arab lain, bebas memilih ikut ke Madinah atau ke Mekah.

Perjanjian ini merugikan kaum muslimin namun hikmahnya sangat besar.

Masa 10 tahun dapat dimanfaatkan untuk berdakwah dengan bebas tanpa khawatir

ada gangguan dari kaum kafir Quraisy. Dalam masa 2 tahun saja, pengikut nabi

Muhammad SAW sudah bertambah menjadi banyak.

Perjanjian hudaibiyah ini berlangsung cukup lama. Orang-orang kafir Quraisylah

yang melanggar perjanjian dengan menyerang suku Khuza’ah yang beragama Islam.

6. Fathul Mekah ( penaklukan kota Mekah )

Setelah perjanjian Hudaibiyah dilanggar nabi Muhammad SAW dan para

sahabatnya berupaya untuk menaklukkan kota Mekah. Beliau menyiapkan pasukan

8

Page 9: Sejarah Kebudayaan Islam

sejumlah 10.000 orang. Hal itu terjadi pada tahun 8 H. Beliau memberi perintah,

“jangan sekali-kali menyerang jika tidak diserang.”

Melihat jumlah pasukan muslimin yang banyak dengan diiringi suara takbir, orang –

orang kafir Quraisy tak mampu berbuat apa-apa. Dalam hatinya timbul ketakutan.

Pasukan muslimin masuk Mekah tanpa perlawanan. Selanjutnya, nabi Muhammad

SAW menuju Ka’bah dan berseru, “siapa yang menutup pintu rumahnya, aman.

Siapa yang menyarungkan pedangnya, aman. Siapa yang masuk ke rumah Abu

sufyan, aman.” Orang –orang kafir Quraisy mematuhi seruan tersebut. Mereka

menutup pintu rumahnya, menyarungkan pedang dan masuk rumah Abu sufyan.

Kemudian, nabi Muhammad SAW menyuruh kaum muslimin menghancurkan

berhala-berhala yang ada disekitar ka’bah.

Nabi Muhammad SAW, melakukan haji wada’ pada tahun 10 H / 632 M. Pada waktu

melaksanakan haji wada’ inilah beliau menerima wahyu yang terakhir yaitu surah al-maidah

ayat 3.

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang

disembelih atas nama selain Allah SWT, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang

ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan

(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi

nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.

Pada hari ini orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah

Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan

Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa, Karena

kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”.

Setelah melaksanakan haji wada’ dan menerima wahyu tersebut, nabi Muhammad

SAW kembali ke Madinah bersama kaum muslimin. Delapan puluh hari kemudian, beliau

jatuh sakit sampai wafatnya, pada hari senin tanggal 12 rabiul awal tahun 11 H.

II. ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

Setelah nabi Muhammad SAW wafat kepemimpinan umat Islam dilanjutkan oleh

empat sahabat besar. Keempat sahabat yang menggantikan kepemimpinan nabi atas umat

Islam itu sering disebut dengan Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin merupakan para

9

Page 10: Sejarah Kebudayaan Islam

pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa

pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib,

dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang Islami karena

berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

A. KHALIFAH ABU BAKAR (11-13 H / 632-634 M)

Dahulu, nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah masuk Islam namanya

diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar. Gelar Ash- Shiddiq diberikan padanya

karena ia adalah orang yang pertama mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Lalu, ia pun diberi

gelar Ash- Shiddiq (Orang yang percaya). Abu Bakar Ash Shiddiq adalah sahabat nabi

Muhammad SAW yang paling tua dan ikut menyebarkan ajaran Islam, harta kekayaannya

pun digunakan untuk kepentingan Islam.

Nabi Muhammad SAW pada hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H atau pada tanggal 8

Juli 632 M wafat, pada usia 63 tahun. Umat Islam amat berduka dan terjadi vacum of power.

Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan

beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Nabi Muhammad

nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk

menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya

dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah,

Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin.

Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun

Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan

semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar Ash Shidiq terpilih sebagai

Khalifah pertama.

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar Ash Shidiq disebut

Khalifah Rasulullah (Pengganti Rasul Allah SWT) yang dalam perkembangan selanjutnya

disebut khalifah saja.

Khalifah Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M beliau meninggal

dunia. Masa sesingkat itu hanya dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri

terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk

lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah SAW. Mereka menganggap bahwa

perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi

wafat. Karena itu mereka menentang Khalifah Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan

penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Khalifah Abu

10

Page 11: Sejarah Kebudayaan Islam

Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang

melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid ra adalah panglima yang banyak berjasa dalam

Perang Riddah ini.

Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar,

sebagaimana pada masa Rasulullah SAW, bersifat sentral, kekuasaan legislatif, eksekutif

dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah

juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Khalifah Abu Bakar selalu

mengajak sahabat-sahabat nya bermusyawarah sebelum mengambil keputusan mengenai

sesuatu, yang berfungsi sebagai lembaga legislatif pemerintahannya.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Khalifah Abu Bakar

mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai

wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat

panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan

Syurahbil .

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk membentuk beberapa

pasukan tersebut, dari segi tata negara, menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan

panglima tertinggi tentara Islam. Hal ini seperti juga berlaku di zaman modern ini di mana

seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai panglima tertinggi angkatan

bersenjata.

Adapun urusan pemerintahan diluar kota Madinah, khalifah Abu Bakar membagi wilayah

kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi beberapa provinsi, dan setiap provinsi beliau

menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur).

Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar di bidang pranata sosial ekonomi adalah

mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini ia

mengolah zakat, infak, sodaqoh yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan

perang dan jizyah dari warga Negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal.

Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan Negara ini di bagikan untuk

kesejahteraan tentara, bagi para pegawai Negara dan kepada rakyat yang berhak menerima

sesuai ketentuan al-quran

Pada saat Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang

mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan" nya, Umar

ibn Khatthab al-Faruq. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, beliau

bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab

11

Page 12: Sejarah Kebudayaan Islam

sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan

dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar tersebut

ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar bin

Khattab. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulullah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga

memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).

Dari penunjukkan Umar sebagai penggantinya, ada hal yang perlu diperhatikan

1. Bahwa Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan azas musyawarah. Ia

lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui

tokoh-tokoh kaum muslimin.

2. Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya melainkan memilih

seseorang yang disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.

3. Pengukuhan Umar sebagai khalifah sepeniggal Abu Bakar berjalan baik dalam suatu

bai’at umum dan terbuka tanpa ada pertentangan dikalangan kaum muslimin

sehingga obsesi Abu Bakar untuk mempertahankan keutuhan umat Islam dengan

cara penunjukkan itu terjamin.

Hal-hal yang dilakukan khalifah Abu Bakar Ash Shidiq :

1. Memerangi kaum murtad dan nabi palsu, diantaranya adalah Musailamah al

Kadzab dari suku Hanifah di Yamamah, Al Aswad Al Insi di Yaman, Tulaihah Ibn

Khuwailid dari suku Asad.

2. Memerangi kaum yang ingkar zakat.

3. Mengumpulkan Al Quran, kehilangan 70 orang hafidz quran saat memerangi

kaum murtad dan nabi palsu. Oleh karena itu, Umar bin Khattab mengusulkan

kepada khalifah Abu Bakar untukmengumpulkan al quran dan usul itu disetujui oleh

khalifah. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menyalin ayat-ayat quran

yang sebelumnya ditulis di pelepah kurma, kulit binatang dan tumbuhan, tulang

belulang dan sebagainya ke mushaf dengan rapi dan urutan ayatnya sesuai dengan

petunjuk nabi Muhammad SAW.

4. Ekspansi atau perluasan wilayah.

B. KHALIFAH UMAR BIN KHATAB (13-23 H / 634-644 M)

Ketika Abu Bakar merasakan sakitnya semakin berat, ia mengumpulkan para sahabat

besar dan menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Para sahabat setuju dan Abu Bakar

meninggalkan surat wasiat yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Sebagaimana Abu

12

Page 13: Sejarah Kebudayaan Islam

Bakar, Umar bin khattab pun di bai’at dihadapan umat muslimin. Bagian dari pidatonya

adalah:

“Aku telah dipilih jadi khalifah. Kerendahan hati Abu Bakar selaras dengan

jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara kamu dan juga lebih mampu

memikul urusan kamu yang penting-penting. Aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah

sama seperti beliau. Andaikata aku tau ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk

memikul jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada

memikul jabatan ini.

Sebagai seorang negarawan yang patut diteladani. Ia telah menggariskan:

1. persyaratan bagi calon Negara;

2. menetapkan dasar-dasar pengelolaan Negara;

3. mendorong para pejabat Negara agar benar-benar meperhatikan kemaslhatan rakyat dan

melindungi hak-haknya karena mereka adalah pengabdi rakyat dan bagian dari rakyat

itu sendiri;

4. pejabat yang dipegang seseorang adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan

kepada Tuhan dan rakyat

5. mendidik rakyat supaya berani memberi nasihat dan kritik kepada pemerintah,

pemerintah juga harus berani menerima kritik dari siapapun sekalipun menyakitkan

karena pemerintah lahir dari rakyat dan untuk rakyat;

6. khalifah Umar telah meletakkan dasar-dasar pengadilan dalam Islam.

Ia selalu mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh Anshar dan Muhajirin,

dengan rakyat dan dengan para administrator pemerintahan untuk memecahkan masalah-

masalah umum dan kenegaraan. Beliau tidak bertindak sewenang-wenang dan memutuskan

suatu urusan tanpa mengikutsertakan umat.

Hasil musyawarah atau konsultasi khalifah diakhir hidupnya dengan sejumlah pemuka

masyarakat Madinah yang terpenting adalah terbentuknya “tim formatur” yang bertugas

memilih khalifah setelah Khalifah Umar. Konsultasi ini terjadi ketika keadaan jiwanya

akibat tikaman enam kali yang dilakukan Abu Lu’luah karena dendam, dan ini

mengakibatkan kewafatannya.

Di zaman Khalifah Umar, gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)

pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah

tentara Byzantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah

13

Page 14: Sejarah Kebudayaan Islam

kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di

bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash.

Iskandariah/ Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir

jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada

tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada

tahun itu juga. Pada tahun 641 M , Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa

kepemimpinan khalifah Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia,

Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara

dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi

pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah

Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan.

Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.

Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga

eksekutif.

Adapun kekuasaan eksekutif dipegang oleh khalifah Umar bin Khattab dalam

kedudukannya sebagai kepala Negara. Untuk mendukung kelancaran administrasi dan

operasional tugas-tugas eksekutif, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan,

diantaranya:

1. Diwana al-kharaj (jawatan pajak),

2. Diwana alahdats (jawatan kepolisian),

3. Nazarat al-nafi’at (jawatan pekerjaan umum),

4. Diwana al-jund (jawatan militer),

5. Baitul al-mal (baitul mal).

Sumber-sumber keuangan Negara untuk mengisi baitul mal diperoleh dari alfarz, usyri,

usyur, zakat dan jizya.

Khalifah Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa

jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia

bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, khalifah Umar tidak menempuh

jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada

mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut

adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn Auf. Setelah

khalifah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai

khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib .

14

Page 15: Sejarah Kebudayaan Islam

C. KHALIFAH UTSMAN bin AFFAN (23-35 H / 644-656 M)

Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan

khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Abu Lu’lu’ah,

seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti

sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat

seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat

sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah

Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,

Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Setelah melalui perdebatan yang cukup lama, muncul dua nama yang bersaing ketat

yakni Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keputusan terakhir diserahkan kepada

Abdurrahman bin Auf sebagai ketua Dewan yang kemudian menunjuk Utsman bin Affan

sebagai Khalifah.

Setelah Usman bin Affan dilantik menjadi khlifah ketiga Negara Madinah ,ia

menyampaikan pidatonya yang menggambarkan dirinya sebagai sufi, dan citra

pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang politik belaka sebagai dominan.dalam

pidato itu usman mengingatkan beberapa hal yang penting:

1. agar umat Islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian;

2. agar umat Islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh kepalsuan;

3. agar umat Islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu;

4. sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah al-quran dan sunnah Rasul;

5. di samping beliau akan meneruskan apa yang telah dilkukan pendahulunya juga akan

membuat hal baru yag akan membawa kepada kebajikan;

6. umat Islam boleh mengkririknya bila beliau menyimpang dari ketentuan hukum.

Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan didaerah, khalifah Usman

mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau provinsi pada

masanya kekuasaan wilayah Madinah dibagi menjadi 10 provinsi:

1. Nafi’bin al-haris al-khuza’i, amir wilayah Mekkah;

2. Sufyan bin Abdullah al-tsaqqfi, amir wilayah Thaif

3. Ya’la bin Munabbih Halif BaniNauful bin Abd Manaf, amir wilayah Shan’a

4. Abdullah bin Abi Rabiah , amir wilayah al Janad;

5. Usman bin Abi al-ashal-Tsaqafi, amir wilayah Bahrain;

15

Page 16: Sejarah Kebudayaan Islam

6. Al-Mughirah bin Syu’bah al-tsaqi, amir wilayah Kufah;

7. Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy’ari, amir wilayah Basrah;

8. Muawiyah bin Abi Sufyan , amir wilayah Damaskus

9. Umar bin Sa’ad , amir wilayah Himsh;dan

10. Amr bin al-Ash al-Sahami, amir wilayah Mesir.

Sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat Syura, tempat

khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka.

Prestasi tertinggi masa pemerintahan khalifah Usman sebagai hasil majlis syura adalah

menyusun al-quran standar, yaitu penyeragaman bacaan dan tulisan al-quran, seperti yang

dikenal sekarang. Naskah salinan al-quran tersebut disimpan dirumah istri nabi kemudian

naskah salinannya atas persetujuan para sahabat dikirim ke beberapa daerah.

Di masa pemerintahan khalifah Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes,

dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi

Islam pertama berhenti sampai di sini. Untuk mengisi baitul mal diperoleh dari alfarz, usyri,

usyur, zakat dan jizya. Khalifah Usman melengkapinya dengan beberapa jawatan.

Pemerintahan khalifah Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa

kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam

terhadapnya. Kepemimpinan khalifah Utsman memang sangat berbeda dengan

kepemimpinan pada masa khalifah Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin

Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Ibnu Saba’ ini

gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah

kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M,

khalifah Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang

berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ .

Tahun-tahun berikutnya, pemerintahannya mulai goyah. Rakyat dibeberapa daerah

terutama Kufah, Basrah dan Mesir mulai memprotes kepemimpinannya yang dinilai tidak

adil. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap

kepemimpinan khalifah Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam

kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada

dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan,

sedangkan khalifah Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota

keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Dia juga tidak tegas terhadap

kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol

oleh khalifah sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’.

16

Page 17: Sejarah Kebudayaan Islam

Padahal khalifah Usman yang paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus

banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-

jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

D. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB (36-41 H / 656-661 M)

Umat yang tidak punya pemimpin dengan wafatnya khalifah Utsman, membaiat Ali

bin Abi Thalib sebagai Khalifah baru.

Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga orang khalifah

pendahulunya. Beliau dibai’at di tengah-tengah kematian Usman, pertentangan dan

kekacauan dan kebingungan umat Islam Madinah. Sebab kaum pemberontak yang

membunuh khalifah Usman mendaulat Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah.

Dalam pidatonya khalifah Ali menggambarkan dan memerintahkan agar umat Islam:

1. tetap berpegang teguh kepada al-quran dan sunnah Rasul,

2. taat dan bertaqwa kepada Allah SWT serta mengabdi kepada Negara dan sesama

manusia,

3. saling memelihara kehormatan di antara sesame muslim dan umat lain,

4. terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum, dan

5. taat dan patuh kepada pemerintah.

Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib ra menghadapi pemberontakan Thalhah,

Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan

mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali

sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair

agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan

tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal

dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah ra dalam pertempuran itu menunggang

unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah

ra ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui masa-masa paling kritis karena

pertentangan antar kelompok yang berpangkal dari pembunuhan Usman. Namun khalifah

Ali menyatakan:…beliau berhasil memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan

mengembalikan kebijaksanaan Umar pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Beliau

membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan menyelamatkan

dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ush surtah, serta mengordinir polisi dan

menetapkan tugas-tugas mereka.

17

Page 18: Sejarah Kebudayaan Islam

Kebijaksanaan-kebijaksanaan khalifah Ali juga mengakibatkan timbulnya

perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah

bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil

memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, khalifah Ali bergerak dari Kufah

menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan

Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang

Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak

menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij,

orang-orang yang keluar dari barisan Ali tetapi tidak menjadi bagian dari Muawiyah, bahkan

mereka menganggap golongan khalifah Ali dan golongan Muawiyah sebagai golongan kafir.

Akibatnya, di ujung masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah

menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-

yahudi) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar

dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan khalifah. Munculnya kelompok al-

khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin

kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota

Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

Harus diakui ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa khalifah Usman dan Ali

yang tidak menyenangkan. Akan tetapi perlu dicatat secara umum mengenai beberapa hal

yang dicontohkan oleh khulafaur Rasyidin dalam memimpin Negara Madinah.

Pertama, mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi terkemuka itu menjadi

Khalifah dipilih dan di angkat dengan cara yang berbeda.

1) Pemilihan bebas dan terbuka melalui forum musyawarah tanpa ada seorang calon

sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk calon penggantinya. Cara

ini terjadi pada musyawarah terpilihnya Abu Bakar dibalai pertemuan Tsaqifah Bani

Syadiah.

2) Pemilihan dengan cara pencalonan atau penunjukkan oleh khalifah sebelumnya dengan

terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan para sahabat terkemuka dan kemudian

memberitahukan kepada umat Islam, dan mereka menyetujuinya. Penunjukkan itu tidak

ada hubungan keluarga antara khalifah yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk.

Cara ini terjadi pada penunjukan Umar oleh khalifah Abu Bakar.

3) Pemilihan tim atau Majelis Syura yang dibentuk khalifah. Anggota tim bertugas

memilih salah seorang dari mereka menjadi khalifah. Cara ini terjadi pada masa Usman

18

Page 19: Sejarah Kebudayaan Islam

melalui Majelis Syura yang dibentuk oleh khalifah Umar yang beranggotakan enam

orang.

4) Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah situasi yang kacau akibat pemberontakan

sekelompok masyarakat muslim yang membunuh usman.Cara ini terjadi pada Ali yang

dipilih oleh kaum pemberontak dan umat Islam Madinah.

Kedua, pemerintahan Khulafaur Rasyidin tidak mempunyai konstitusi yang dibuat secara

khusus sebagai dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan. Undang-undangnya

adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan hasil ijtihad khalifah dan keputusan

Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul yang tidak ada

penjelasannya dalam nash syariat.

Ketiga, pemerintahan khulafaur Rasyidin juga tidak mempunyai ketentuan mengenai masa

jabatan bagi setiap khalifah. Mereka tetap memegang jabatan itu selama berpegang kepada

syariat Islam.

Keempat, dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah khulafa al-Rasyidin telah

melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip persamaan bagi semua lapisan masyarakat dalam

berbagai aspek kehidupan, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip keadilan social dan

kesejahteraan rakyat.

Kelima, dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan Negara Madinah adalah Al-

Qur’an dan Sunnah Rasul, hasil ijtihad penguasa, dan hasil keputusan Majelis Syura.

Karenanya corak Negara Madinah pada periode Khulafa al-Rasyidin tidak jauh berbeda

daripada zaman Rasulullah.

III. PEMERINTAHAN PASCA KHULAFAUR RASYIDIN

A. Pemerintahan Dinasti Umayah(41-132)

Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya al-Hasan bin Ali selama

beberapa bulan. Namun, karena al-Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari

pertumpahan darah, maka al-Hasan menyerahkan jabatan kekhalifahan kepada Mu’awiyah.

Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam

satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu

juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam.

Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun

jama'ah ('amul jama'ah) Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa

Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.

Muawiyah dikenal sebagai politikus dan administrasi yang pandai. Ia juga seorang yang

19

Page 20: Sejarah Kebudayaan Islam

piawai dalam merencanakan taktik dan strategi, di samping kegigihan dan keuletannya serta

kesediaanya menempuh berbagai cara dalam berjuang untuk mencapai cita-citanya karena

pertimbangan politik dan situasi tertentu. Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas.

Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak

lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang

sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang

menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain:

1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan

Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan

ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku

bangsa Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut

membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.

3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu,

mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi

peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri

masing-masing.

4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya

kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan

memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang

tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.

5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran,

tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.

6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa

Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa (Bizantium) yang

memerintah mereka.

7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu

penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan menjadi monarki, namun

Dinasti ini tetap memakai gelar khalifah. pengelolaan administrasi pemerintahan dan stuktur

pemerintahan dinasti umayah merupakan penyempurnaan dari pemerintahan khulafa al-

rasyidin yang diciptakan oleh khalifah Umar. Wilayah kekuasaan yang luas itu dibagi

menjadi beberapa provinsi. Setiap provinsi dikepalai oleh seorang gubernur.

20

Page 21: Sejarah Kebudayaan Islam

Ditingkat pemerintahan pusat dibentuk beberapa lembaga dan departemen, al-kitab,

al-hajib dan diwan. Lembaga lain adalah dibidang pelaksanaan hukum, yaitu Al-Nizham al-

qadhai terdiri dari 3 bagian yaitu; al-qadha, al-hisbat dan al-mazhalim. Di dalam tubuh

organisasi pemerintahan Dinasti Umayah juga dibentuk diwan atau departemen:

1. diwan al-rasali,

2. diwan al-khatim,

3. diwan al-kharaj,

4. diwan al-badrid,

5. diwan al-jund.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan kemudian menata administrasi pemerintahan dan

memberikan perhatian tinggi kepada pembangunan kesejahteraan rakyat, antara lain:

1. Membentuk Mahkamah untuk mengadili pejabat yang menyeleweng,

2. Menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi adminitrasi kenegaraan

menggantikan bahasa Romawi dan Persia,

3. Mengganti uang Romawi dan Persia dengan mata uang baru yang bertuliskan lafadz

”laailahaillallah”.

Dinasti Umayah mencapai masa kejayaannya pada masa khalifah Walid bin Abdul

Malik (86-96 H atau 705-715 M). Pada masa inilah kekuasaannya sudah meliputi wilayah

yang sangat luas.

Terbentang antara Andalusia (Spanyol) di sebelah barat, Afrika Utara, sampai ke Asia

Tengah dan daerah Indus (India) di sebelah timur, meliputi bangsa, bahasa dan budaya.

Khalifah Umar bin Abdul Azis, adalah seorang yang memiliki sifat utama, santun,

sederhana dan cinta kepada rakyat, mementingkan urusan agama dari urusan politik,

mementingkan persatuan dari golongan. Dengan demikian penyebaran Islam berjalan

dengan damai, penuh toleransi. Kesejahteraan rakyat adalah kebijaksanaan pemerintah.

Beliau juga yang menggagas pengumpulan dan pembukuan hadits.

Demikian pula khalifah Hisyam bin Abdul Malik berusaha meningkatkan

kesejahteraan dengan mendirikan perusahaan sutra, serta pembuatan saluran/ terusan untuk

irigasi. Namun, sepeninggal khalifah Hisyam, pertikaian keluarga terjadi. Keadaan internal

dinasti Umayah pada waktu itu sudah sulit untuk diselamatkan dari kehancuran.

Beberapa sebab runtuhnya dinasti Umayah, diantaranya :

1. Figur khalifah yang lemah.

2. Hak istimewa bangsa Arab Suriah.

3. Pemerintahan yang tidak demokratis dan korup.

21

Page 22: Sejarah Kebudayaan Islam

4. Persaingan antar suku.

Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah

Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang

mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi.

Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis.

Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara

turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah

bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah

dengan pembesar-pembesar yang lain.

Ciri-ciri khusus yang membedakan bani Umayah dari praktek pemerintahan Khulafa

Rasyidin dan pemerintah dinasti Abbasyiah ciri-cirinya antara lain: unsur pengikat bangsa

lebih ditingkatkan pada kesatuan politik dan ekonomi; khalifah adalah jabatan sekuler dan

berfungsi eksekutif; kedudukan khalifah hanya sebagai kepala pemerintahan. Kedudukan

khalifah masih mengikuti tradisi kedudukan syaikh (kepala suku) Arab, disamping ini lebih

banyak mengarahkan kebijaksanaan pada perluasaan kekuasaan politik atau perluasan

wilayah kekuasaan Negara, dinasti ini bersifat eksklusif karena lebih mengutamakan orang-

orang berdarah Arab duduk dalam pemerintahan, orang-orang non Arab tidak mendapat

kesempatan yang sama luasnya dengan orang-orang Arab; dan qadhi (hakim) mempunyai

kebebasan dalam memutuskan perkara. Di samping itu, Dinasti tidak meninggalkan unsur

agama dalam pemerintahan. Formalitas agama tetap dipatuhi dan terkadang menampilkan

citra dirinya sebagai pejuang Islam. Ciri lain dinasti ini kurang melaksanakan musyawarah.

Karenanya kekuasaan khalifah mulai bersifat absolut walaupun belum begitu menonjol.

Dengan demikian tampilnya pemerintahan Dinasti Umayah mengambil bentuk monarki,

merupakan babak kedua dari praktek pemerintahan umat Islam dalam sejarah.

B. Pemerintahan Dinasti Abbasyiah (132-656 H/750-1258)

1. Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Setelah pemerintahan Dinasti Umayah jatuh, kekuasaan khilafah jatuh ke

tangan Bani Abbas, keturunan Bani Hasyim suku Quraisy sebagaimana Bani

Umayah juga suku Quraisy. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas seorang

keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW , Al-Abbas bin Abd al-Muthalib bin

Hasyim. Nama lengkapnya Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-

Abbas bin Abd al-Muthalib. Berdirinya Dinasti Abbasiyah ini merupakan hasil

perjuangan gerakan politik yang dipimpin oleh Abu Abbas yang dibantu oleh kaum

22

Page 23: Sejarah Kebudayaan Islam

syiah dan orang –orang Persi. Gerakan politik ini berhasil menjatuhkan Dinasti

Umayah di tahun 750 M melalui usaha propaganda yang mereka sebut dengan

gerakan dakwah. Gerakan dakwah ini sebenarnya sudah dimulai pada masa khalifah

Umar bin Abdul Azis berkuasa (717-720 M) karena kepemimpinan beliau yang adil,

ketenteraman dan stabilitas negara secara tidak langsung memberikan kesempatan

kepada gerakan ini untuk menyusun dan merencanakan kegiatannya di al

Humaymah. Pemimpin gerakan waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin Abbas. Dia

kemudian digantikan oleh anaknya, Muhammad. Ia memperluas gerakan ini dan

menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Yaitu, al Humaymah, Kuffah dan

Khurasan. Muhammad meninggal pada tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya

Ibrahim al Imam kemudian beliau menunjuk Abu Muslim al Khurasani seorang

khurasan sebagai panglima perangnya.

Abu Muslim kemudian banyak mengumpulkan banyak pengikut, baik dari

Khurasan maupun dari Persia dengan kampanyenya yang memunculkan rasa

kebersamaan di antara golongan Alawiyyin (Bani Ali), golongan Syiah dan orang-

orang Persia yang menentang dinasti Umayah yang telah menindas mereka. Abu

Muslim mengajak mereka untuk mengembalikan kekuasaan kepada bani Hasyim.

Ibrahim al Imam yang dihukum oleh khalifah Marwan II karena diketahui

bahwa beliau memerintahkan Abu Muslim untuk menyingkirkan orang-orang Arab

di Khurasan yang mendukung kekhalifahan Umayah digntikan oleh saudaranya, Abu

Abbas As Saffah. Setelah berhasil menggulingkan imperium Umayah, Abu Abbas

dibaiat sebagai khalifah, di masjid Kuffah pada tahun 750 M.

Menurut para ahli sejarah, perpindahan kekuasaan dari dinasti Umayah ke

Abbasiyah merupakan revolusi Islam yang sama vitalnya seperti revolusi Prancis dan

Rusia.

Sistem dan bentuk pemerintahan, struktur organisasi pemerintahan dan

organisasi pemerintahan Dinasti ini pada hakikatnya tidak jauh berbeda dari Dinasti

Umayah. Namun ada hal-hal baru yag di ciptakan oleh bani Abbas. Sistem dan

bentuk pemerintahan monarki yang di pelopori oleh Muawiyah bin Abi Sufyan

diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah; dan memakai gelar khalifah. Tapi derajatnya

lebih tinggi dari gelar khalifah di zaman Dinasti Umayah. Khalifah-khalifah

Abbasiyah menempatkan diri mereka sebagai zhillullah fi al-ardh (bayangan Allah

SWT di bumi). Pernyataan ini diperkuat dengan ucapan Abu ja’far al-

mansur:”sesungguhnya saya adalah Sultan Allah SWT di bumiNya.” Ini

23

Page 24: Sejarah Kebudayaan Islam

mengandung bahwa khalifah memperoleh kekuasaan dan kedaulatan dari Allah

SWT,bukan dari rakyat. Karena khallifah menganggap kekuasaannya ia peroleh atas

kehendak Tuhan dan Tuhan pula yang member kekuasaan itu kepadanya, maka

kekuasaannya bersifat absolut.

Struktur Organisasi dinasti Abbasiyah terdiri dari al-khilafat, al-wizarat, al-

kitabat, dan al-hijabat. Lembaga khilafah dijabat oleh seorang khalifah sebagai telah

disebut di atas, dan suksesi khalifah berjalan secara turun-temurun dilingkungan

Dinasti Abbasiyah. Lembaga al-wizarat(kementerian) di pimpin oleh seorang wazir,

seperti menteri zaman sekarang. Lembaga dan jabatan ini baru dalam sejarah

pemerintahan Islam yang diciptakan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur.

Lembaga Al-kitabat terdiri dari beberapa katib (sekretaris). Yang terpenting

dalam katib al-rasail, katib al-kharaj, katib al-jund katib al-syurthat, dan katib al-

qadhi. Tugas masing-masing katib ini seperti di zaman Dinasti Umayah. Lembaga

al-hijabat dipimpin oleh al-hajib. Tugasnya sebagaimana pada pemerintahan tangga

istana dan pengawal khalifah berperan mengatur siapa saja yang ingin bertemu

dengan khalifah. Tapi di zaman Abbasiyah birokrasi diperketat . Hanya rakyat dan

pejabat yang punya urusan benar-benar amat penting yang boleh bertemu langsung

dengan khalifah.

Lembaga lain adalah al-nizham al-mazhalim, yaitu lembaga yang bertugas

memberi penerangan dan pembinaan hukum, menegakkan ketertiban hukum baik di

lingkungan pemerintah maupun di lingkungan masyarakat, dan memutuskan perkara.

Sumber-sumber keuangan Negara untuk mengisi Baitul Mal terdiri dari al-kharaj

(pajak tanah yang berproduksi), zakat dan infaq menurut ketentuan Syariat, jizyat

(pajak perlindungan yang ditarik dari warga Negara non-muslim), ‘unsyur (pungutan

terhadap para pedagang asing yang mengimport barang dagangannya ke wilayah

Islam), ghanimat (harta rampasan perang) dan sumber-sumber lain. Untuk

memperlancar jalannya roda pemerintaan di bentuk pula diwan-diwan atau

departemen-departemen. Jumlahnya lebih banyak dari pada Dinasti Umayah.

Departemen-departemen dalam tubuh organisasi Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

meliputi departemen urusan pendapatan Negara, departemen urusan denda,

departemen urusan keuangan, departemen urusan kemiliteran, departemen urusan

pelayanan pos, departemen urusan pengendalian belanja Negara, departemen urusan

surat-surat Negara, departemen urusan perbekalan, dan departemen urusan umum

untuk membangun sarana-sarana umum.

24

Page 25: Sejarah Kebudayaan Islam

Pada periode pertama, Dinasti ini melaksanakan system sentralisasi;

kekuasaan terpusat di tangan khalifah dan wazir. Gubernur tidak memiliki kekuasaan

penuh untuk mengatur segala urusan pemerintahan di daerahnya, dan tidak punya

pengaruh dalam urusan pollitik dan kemasyarakatan, tapi dalam perkembangannya

kekuasaan khalifah yang bersifat absolut sejak Harun al-Rosyid berkuasa, ditantang

oleh para wali daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dan mendirikan dinasti-

dinasti kecil. Terobosan dinasti-dinasti kecil ini kemudian ikuti oleh dinasti-dinasti

yang lebih besar, seperti Dinasti Ghaznawi ( 962 – 1186) di Afganistan dan punjab

di india.

2. Penyebaran Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

Beberapa khalifah yang terkenal selain Abu Abbas, adalah Abu Ja’far al

Mansyur. Beliau adalah generasi kelima keturunan Abbas. Khaliifah Abu Ja’far al

Mansur berkuasa mulai tahun 754- 775 M atau sekitar 21 tahun lamanya. Dalam

masa yang selama itu, berbagai usaha untuk mengonsolidasikan dinasti Abbasiyah

dalam bidang pemerintahan dan militer telah dilakukan. Beliau boleh dikatakan

sebagai pembangun dinasti Abbasiyah dengan laangkah-langkah yang di ambilnya

dalam mengendalikan negara, antara lain : melaksanakan administrasi pemerintahan

dengan tertib, serta kondisi antar aparat, kemudian memelihara keamanan dan

stabilitas dalam negeri serta menindak tegas kelompok-kelompok yang merongrong

kekuasaannya. Dalam politik luar negeri, khalifah abu Ja’far al Mansur menjalin

persahabatan dengan raja Perancis, raja Pepin. Sementara itu, perluasan wilayah

Afrika dan daerah-daerah kekuasaan Byzantium (Romawi Timur) masih teris

dilanjutkan.

Selain khalifah Abu Ja’far al Mansur cucunya, Harun al Rasyid menjadi

khalifah kelima. Beliau adalah khalifah yang terkemuka sebagai seorang penyair dan

dermawan. Beliau menjadi figur yang legendaris karena cerita-cerita tentang dirinya

dalam kitab Alfu lailah wa Lailah (seribu satu malam). Boleh jadi, pada masanya

inilah dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaan dan keemasannya. Kemudian

kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama al Makmun. Pelayanan

terhadap rakyat bersifat terbuka dan tidak membedakan kelas maupun agama.

Didirikannya majelis ilmu yang disebut Baitul Hikmah. Sementara itu juga wilayah

kekuasaanya juga terbentang dari pesisir samudra Atlantik sampai dengan tembok

besar Cina.

25

Page 26: Sejarah Kebudayaan Islam

Selama 5 abad berkuasa, dinasti Abbasiyah runtuh karena serbuan tentara

Tartar yang dipimpin oleh Hulaghu Khan pada tahun 1258 M.

Untuk mengakhiri pembahasan tentang pemerintahan Dinasti Abbasyiah ini,

dikemukakan ciri-ciri khususnya yang membedakannya dari pemerintahan khulafa

al-Rasyidin dan pemerintahan Dinasti Abbasiyah ciri-ciri khususnya adalah:unsur

pengikat bangsa adalah agama; jabatan khalifah adalah jabatan yang tidak bisa

dipisahkan dari negara;kepala negara eksekutif dijabat oleh seotang wazir, Dinasti

ini lebih menekankan kebikjaksanaannya pada kosolidasi dan peningkatan laju

pertumbuhan ekonomi; Dinasti ini bersifat universal karena muslim Arab dan non-

Arab adalah sama; dan corak pemerintahannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan

persia.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada masa dinasti Abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat

baik dalam ilmu-ilmu agama, kesusastraan, filsafat, sejarah maupun eksakta,

beberapa di antaranya adalah, ilmu kedokteran ( Ibnu Sina, Abu Zakaria bin

Maskaweh, Abu Bakar ar Razy), ilmu falak/ astronomi (Raihan al Biruny, Abu

Ma’syar al Falaky), farmasi dan kimia (Ibnu Baithar), filsafat (Abu Ishak al Kindy,

Ibnu Thufail, Ibnu sina), sejarah (Ibnu Hisyam, al Waqidi), kesusastraan (Abu

Nawas, al Mutanaby).

C. Islam Di Andalusia (Spanyol) (Umayah 2)

1. Masuknya Islam di Andalusia

Pada masa dinasti Umayah 1, tepatnya masa pemerintahan khalifah al Walid,

gubernur Afrika Utara di jabat oleh Musa bin Nushair. Gubernur Musa setelah

mendapat izin dari khalifah, memerintahkan Thariq bin Ziyad memasuki Andalusia.

Thariq dan pasukannya mendarat disebuah gunung yang kemudian diberi nama Jabal

Thariq (di selat Gibraltar utara Maroko). Dalam perang Xeraz yang dahsyat, Thariq

berhasil mengalahkaan panglima Roderik pada tahun 92 H atau 771 M. Setelah itu,

terus maju menguasai kota-kota seperti Kordova, Malaga, dan Granada sampai

ibukota Toledo yang sudah ditinggalkan penduduknya kecuali orang-orang Yahudi

dan Nasrani. Thariq melarang pasukannya merusak gereja-gereja dan biara dan

menjamin bahwa mereka bebas menjalankan agamanya.

26

Page 27: Sejarah Kebudayaan Islam

Dengan dukungan Musa bin Nushair, penaklukan diteruskan ke kota

Saragossa dan Barcelona sampai ke kaki gunung Pyrenia, yang memisahkan

Andalusia dengan kerajaan Franka (Perancis).

2. Penyebaran Islam di Andalusia

Pada periode pertama, Andalusia merupakan provinsi dari dinasti Umayah

yang berpusat di Damaskus. Wali- wali yang memerintah berhasil mengembangkan

dan memperluas penyebaran Islam.

Khalifah yang terkenal pada masa ini adalah Abdurrahman ad Dakhil,

Hisyam bin Abdurrahman dan Abdurrahman II al Ausath sangat berjasa dalam

memajukan persatuaan rakyat, memperhatikan bidang pendidikan dan pembangunan

terutama al Ausath seorang Amir yang kuat dan bijaksana, memberikan kebebasan

yang seluas-luasnya kepada penduduk Andalus untuk memilih agama yang

dianutnya. Banyak orang-orang Nasrani Spanyol yang kemudian memeluk Islam.

Masa pemerintahan Abdurrahman III, Andalusia mencapai kejayaan serta

keemasan. Beliau diteruskan putranya, Hakam II menjadikan ibukota Kordova

sebagai pusat ilmu pengetahuan, sehingga banyak dikunjungi oleh para pelajar dari

penjuru Eropa.

3. Akhir Perkembangan di Andalusia

Setelah penguasa-penguasa dinasti Umayah 2 di Andalusia terpecah-pecah,

Andalus diperintah oleh dinasti-dinasti kecil, sehingga kekuatannya melemah.

Dinasti terakhir yang memerintah adalah bani Ahmar dengan ibukota Granada.

Mereka membangun istana al Hambra yang indah.

Kekuatan Kristen yang semakin kuat, apalagi setelah raja Ferdinand dari

Arangon menikah dengan ratu Isabella dari Castilia. Gabungan dua kekuatan itu

berhasil mengalahkan bani Ahmar. Granada jatuh pada tahun 1492 M. Dengan

demikian, berakhirlah kekuatan kaum muslimin di Andalusia, setelah berkuasa

selaama 8 abad. Kemudian terjadi tragedi yang menimpa umat Islam. Raja Ferdinand

dan ratu Isabella berjanji akan melindungi kaum muslimin, baik jiwanya, hartanya,

maupun agamanya, membiarkan masjid-masjid dalam keadaan biasa. Tetapi janjinya

tidak ditepati. Mereka memaksa umat Islam, bangsa Arab, Barbar maupun asli

Spanyol untuk meninggalkan agamanya. Jika tidak bersedia, maka mereka akan

dibunuh dan dibakar dengan biadab. Mereka mendirikan pengadilan yang di beri

nama “pengadilan darah” yang memeriksa dan menghukum umat Islam dan Yahudi

yang tidak mau memeluk agama Nasrani diusir.

27

Page 28: Sejarah Kebudayaan Islam

Pada saat ini, peninggalan-peninggalan peradaban Islam yang tinggi ada yang

masih berdiri, dan ada pula yang berubah fungsi, seperti masjid raya Kordova yang

berubah fungsi menjadi gereja.

D. Kerajaan Turki Usmani

1. Berdirinya Kerajaan Turki Usmani

Bangsa Turki Usmani berasal dari keluarga Qabey dari kabilah Al Gaz

Alturky di daerah Tukistan. Bangsa Turki memeluk Islam antara abad 9 dan 10,

mereka selalu di tekan oleh bangsa Mongol. Oleh karena itu, kabilah ini

mengembara ke Asia kecil dipimpin oleh Sulaiman sampai ke Halb beliau

meninggal, rombongan itu terpecah menjadi dua bagian, rombongan pertama

kembali dan rombongan kedua meneruskan perjalanan dipimpin olah Orthogul anak

Sulaiman.

Rombongan kedua ini sampai ke Asia Kecil dan mengabdikan diri ke Sultan

Alauddin II yang sedang berperang dengan Byzantium. Atas jasaanya, beliau diberi

sebidang tanah yang berdekatan dengan Byzantium, dan dibiarkan merambah ke

arah musuh.

Setelah daerahnya bertambah luas, maka Syukud dipilih menjadi ibukotanya.

Pada tahun 1258 M. Orthogul mendapatkan seorang anak yang diberi nama Usman.

Ia di didik oleh ayahnya tentang kemiliteran dan kenegaraan secara sempura. Pada

tahun 1289 M Orthogul meninggal dunia. Usman menggantikan ayahnya, karena

keperkasaannya, ia sangat disayangi oleh sultan Alauddin. Ia diperbolehkan

mencetak uang sendiri.

Pada tahun 699 H atau 1299 M. Daulah bani Saljuk dikuasai tentara Mongol

dan sultan Alauddin meninggal dunia. Oleh kaarena itu, Usman memproklamirkan

“kesultanan Usmani”. Atas pernyataan itu, pembesar bani Saljuk, para penentang

Mongol datang membantunya, sehingga seluruh wilayah Saljuk menjadi Daulah

Usmani. Semenjak itu, kerajaan ini dikenal dengan Daulah Turki Usmani pada tahun

699 H atau 1299 M.

Kerajaan Turki Usmani telah menyampaikan dakwah Islamiyah ke Eropa dan

Afrika. Hal itu masih dapat di lihat dari peninggalan-peninggalannya sampai

sekarang.

Turki Usmani menolak usaha Zionis kaum Yahudi untuk menetap di

Palestina yaitu pada masa sultan Hamid II (1876-1909 M), walaupun dijanjikan

28

Page 29: Sejarah Kebudayaan Islam

bantuan dan hadiah kepada sultan sebesar lima puluh juta Jemaih. Sultan Hamid juga

mendirikan Pan Islamisme untuk mengimbangi Kristen dan Zionis.

Pertengahan abad ke-19 pemerintahan di Dunia Islam memasuki babak ke 3, yaitu

disusunnya konstitui pertama di Tunis dan konstitusi kedua di Turki atas usaha Khayr al-din

(1810-1889) disusunlah konstitusi bagi pemerintahan Tunis dan di umumkan pada bulan

Januari 1886. Sedangkan di Turki atas usaha Namik Kemal (1840-1885), pemimpin

Gerakan Usmani Muda, dan disetujui oleh Sultan Abdul Hamid disusun konstitusi bagi

kerajaan Usmani dan di umumkan pada tanggal 23 desember 1876. Dengan demikian sistem

monarki absolut di ubah menjadi sistem monarki konstitusional. Langkah Tunis dan Turki

ini diikuti oleh penguasa-penguasa Islam lainnya, sehingga pada pertengahan abad ke 20

boleh dikatakan hampir seluruh pemerintahan di Dunia Islam sudah mempunyai konstitusi

dengan sistem dan bentuk pemerintahan yang berbeda.

E. Kerajaan Safawi

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah nama tarekat di kota Ardabil Azerbaijan.

Tarekat ini diberi nama Safawiyah sesuai dengan nama pendirinya Safiad Din (1252-1334

M). Ia adalah keturunan Musa al Kidzim, imam Syiah keenam. Tarekat ini beralih dari

gerakan keagamaan menjadi gerakan politik yang berpengaruh di Persia, Syria, dan

Anatolia. Dan ia menempatkan wakil-wakilnya di daerah dengan nama khalifah.

Gerakan tersebut menjadi sebuah pemerintahan yang di pimpin oleh Juned tahun 1447- 1460

M. Perluasan negaranya dengan menambah kegiatan politik dengan menagatasnamakan

kegiatan keagamaan yang beraliran Syiah.

F. Kerajaan Mughol

Kerajaan Mughol berdiri 25 tahun setelah kerajaan Safawi berdiri. Kerajaan Mughol

bukanlah satu-satunya kerajaan Islam di India. Dakwah Islam sampai ke India ialah pada

masa khalifah al Walid dari bani Umayah di bawah panglimanya yang bernama Muhammad

ibnu Qasim. Dinasti Gazwani di bawah sultan Mahmud mengembangkan sayapnya ke India

tahun 1020 M, dan hampir seluruhnya dikuasai dan di Islamkan. Setelah Gazwani hancur

dan muncullah kerajaan-kerajaan Islam seperti Khalji, Tuglug dan sebagainya.

Kerajaan Mughol dengan ibukotanya Delhi dan raja pertamanya Zahiruddin Babur

(1482-1530 M) cucu dari Timur Lenk dari ayah bernama Umar Mirza yang menguasai

daerah Fargana. Ia sejak kecil ingin menguasai Samarkand, kota penting di Asia Tengah

29

Page 30: Sejarah Kebudayaan Islam

pada masa itu. Zahiruddin dapat menguasai Samarkand dengan bantuan sultan Salim I dari

kerajaan Saafawi tahun 1494 M dan pada tahun 1504 M, Kabul ibukota afganistan dapat di

kuasai.

Pada masa Akbar, banyak pemberontakkan yang ingin menguasai Delhi akan tetapi

dapat di atasi. Sultan Akbar terus melebarkan sayapnya. Ia berhasil menguasai Cundar,

Ghow, Citor, Kalinjar, Surat, Bihar, Kasmir, Orisa, Dekan, Narhala, Ahmadnagar, Bengali

dan Asirgah. Namun, daerah yang luas itu dipimpinnya secara diktator dan semua pejabat

dilatih secara kemiliteran. Sultan Akbar menjadikan kesultanan India Makmur dan terkenal

pada masa itu serta di segani oleh negara-negara lain.

Semua kemajuan-kemajuan pada kerajaan Mughol sangat dikenal pada dunia Islam

terutama sastra dan seni bangunan yang sampai saat ini masih indah dan utuh.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan dan Saran

Perjuangan penyebaran Islam oleh nabi Muhammad SAW dari jaman Jahiliyah

hingga akhir hayatnya tidaklah mudah, tantangan-tantangan yang ada membuat nabi

Muhammad SAW jatuh bangun bahkan dalam hijrahnya ke beberapa daerah tidak

menghasilkan hasil yang memuaskan atau hanya caci-maki bahkan cidera fisik. Namun,

tantangan-tantangan itu tidak membuat nabi putus asa tetapi justru lebih terpacu untuk

menyebarkan agama Islam. Dengan kebijaksanaan, kesabaran serta sahabat-sahabat yang

mendukung beliau dan tentu saja pertolongan dari Allah SWT akhirnya Islam dapat tersebar

30

Page 31: Sejarah Kebudayaan Islam

keseluruh penjuru Jazirah Arab. Setelah beliau wafat perjuangan dan kepemimpinan beliau

diteruskan oleh sahabat-sahabat beliau. Terjadi beberapa periode besar kepemimpinan umat

Islam setelah nabi wafat. Yaitu, masa Khulafaur Rasyidin yang penuh demokrasi. Kemudian

diteruskan oleh dua imperium besar yaitu daulah bani Umayah yang di dirikan oleh

Muawiyah bin Abu Sufyan dan berkuasa selama 90 tahun hingga Andalusia pun jatuh ke

tangan Islam. Namun pemberontakan dan masalah internal membuat dinasti ini runtuh.

Dinasti kedua yang berkuasa bahkan merupakan masa kejayaan dan keemasan Islam di

bidang pemerintahan, militer, kesusastraan dan ilmu pengetahuan adalah dinasti bani

Abassiyah yang berdiri setelah menggulingkan dinasti Umayah dan mengukir prestasi yang

luar biasa bagi dunia Islam.

Di Andalusia juga berdiri dinasti Umayah yang didirikan oleh Abdurrahman ad

Dakhil yang lolos dari kejaran pasukan Abassiyah. Namun, akhirnya kekuasaan di

Andalusia runtuh akibat semakin melemahnya kekuatan Islam. Kemudian berdirilah dinasti-

dinasti kecil, yang terakhir adalah Turki Usmani yang berhasil berdakwah hingga Eropa.

Turki Usmani (Ottoman) baru berakhir saat dimulainya perang dunia pertama.

Dari kisah-kisah ini, kita seharusnya dapat mengambil nilai positif dan semakin

terpacu untuk selalu berpegang teguh kepada ajaran Islam yang tentu saja dalam sejarahnya

pernah menguasai separuh dunia. Kita tidak hanya mengagumi kemajuan-kemajuan itu

tetapi juga harus berusaha untuk bagaimana supaya kita dapat meraihnya kembali di era

global ini yang semakin memojokkan Islam tentu saja bukan dengan cara yang arogan dan

menggunakan kekerasan tetapi menunjukkan pada dunia bahwa umat Islam telah bangkit

dengan lebih mengedepankan ilmu-ilmu pengetahuan. Dan semua itu demi kemaslahatan

umat Islam yang telah lama terpuruk.

Daftar Pustaka

Darsono, Ibrahim T. 2005. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga Serangkai

Syalabi, Ahmad.1987. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna

Departemen Agama RI. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Dirjen Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam

Departemen Agama RI. 1996. Pendidikan Agama Islam Untuk SLTP Kelas II. Jakarta:

Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Islam

31