Sejarah Jember

download Sejarah Jember

of 57

Transcript of Sejarah Jember

Sejarah Jember

Mengenal Sejarah Kabupaten Jember

KABUPATEN Jember yang terletak 250 km dari ibu kota propinsi Jawa Timur, Surabaya, merupakan kabupaten yang mengandalkan pendapatannya dari sektor pertanian. Wilayah kabupaten Jember merupakan pedesaan.

Berdasarkan Staatsbland Nomor: 322 tanggal 9 Agustus 1928 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929 sebagai dasar hukum, maka pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Propinsi Jawa Timur. Antara lain dengan menunjuk REGENSCHAP DJEMBER sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus 1928.

Mempelajari konsideran Staatsbland No. 322 tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa Kabupaten Jember menjadi kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dilandasi dua macam pertimbangan yaitu:

Pertama, Pertimbangan Yuridis Konstitusional, yaitu dengan menunjuk pada Indiche Staatsegeling (IS), suatu Undang Undang Pokok yang berlaku bagi negara jajahan Wilayah Hindia Belanda khususnya pasal 112 ayat pertama.

Kedua, Pertimbangan Politis Sosiologi, yaitu dengan mendengarkan persidangan antara Pemerintah Hindia Belanda dalam menentukan kebijaksanaannya, memanfaatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Hal ini bisa dibuktikan bahwa dari 33 anggota persidangan yang diketuai oleh Bupati pada waktu itu (Noto Hadinegoro), sejumlah 24 di antara mereka adalah orang-orang pribumi. Yang unik dan menarik lagi adalah, Pemerintah Regenschap Jember diberi beban pelunasan hutang-hutang berikut bunganya sepanjang menyangkut tanggungan Regenschap Jember.

Dari artikel ini dapat dipahami bahwa dalam pengertian masyarakat hukum yang berdiri sendiri, tersirat adanya hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Sebutan regenschap atau kabupaten sebagai wilayah administratif serta sebutan regent atau Bupati sebagai Kepala Wilayah Kabupaten, diatur dalam artikel 7. Demikian juga pemisahan secara tegas antara Jember dan Bondowoso sebagai bagian dari wilayah yang lebih besar, yaitu Besuki dijelaskan pada artikel 7 ini.

Pada ayat 2 dan 4 artikel 7 ini disebutkan bahwa ayat 2 artikel 121 Ordonasi Propinsi Jawa Timur adalah landasan kekuatan bagi pembuatan Staatsbland tentang pembentukan Kabupaten-kabupaten di Jawa Timur. Semua ketentuan yang dijabarkan dalam staatsbland ini dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929. Ini disebutkan pada artikel terakhir dari staatsbland ini. Hal inilah yang memberikan keyakinan kuat kepada kita bahwa secara hukum Kabupaten Jember dilahirkan 1 Januari 1929 dengan sebutan "REGENSCHAP DJEMBER".

Sebagaimana lazimnya sebuah peraturan perundang-undangan, supaya semua orang mengetahui maka ketentuan penataan kembali pemerintah desentralisasi Wilayah Kabupaten Jember yang pada waktu itu disebut regenschap, dimuat juga dalam Lembaran Negara Pemerintah Hindia Belanda. Selanjutnya perlu diketahui

pula bahwa, Staatsbland No. 322/1928 di atas ditetapkan di Cipanas, Jawa Barat oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan suatu Surat Keputusan No. IX, 9 Agustus 1928.

Pada perkembangannya dijumpai perubahan-perubahan sebagai berikut.

Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi menjadi tujuh Wilayah Distrik pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsbland No. 46/1941 tanggal 1 Maret 1941 maka Wilayah Distrik dipecah-pecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu:

* Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi dan Arjasa * Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe dan Sukowono o Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli dan Jenggawah * Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo * Distrik Tanggul meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru dan Bangsalsari * Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong Gumukmas dan Umbulsari * Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu dan Balung.

Perkembangan perekonomian begitu pesat, mengakibatkan timbulnya pusatpusat perdagangan baru terutama perdagangan hasil-hasil pertanian, seperti padi, palawija dan lain-lain, sehingga bergeser pulalah pusat-pusat pemerintah ditingkat distrik, seperti distrik Wuluhan Balung, sedangkan distrik Puger bergeser ke Kencong.

Berdasarkan Undang Undang No.12/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Timur, menetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (dengan Perda) antara lain Daerah Kabupaten Jember ditetapkan menjadi Kabupaten Jember.

Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tanggal 19 April 1976, maka dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah baru sebagai berikut:

* Kacamatan Jember dihapus, * Dibentuk tiga kecamatan baru, masing-masing Sumbersari, Patrang dan Kaliwates, sedang Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli menjadi Kecamatan Sukorambi.

Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, Wilayah Kewedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa yang wilayah kerjanya meliputi Arjasa, Pakusari dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya maka secara administratif, Kabupaten Jember saat ini terbagi menjadi tujuh Wilayah Pembantu Bupati, satu Wilayah Kota Adminis-tratif dan 31 Kecamatan, yaitu:

* Kota Administratif Jember, meliputi Kec. Kaliwates, Patrang dan Sumbersar * Pembantu Bupati di Arjasa, meliputi Kec. Arjasa, Jelbuk, Pakusari dan Sukowono

* Pembantu Bupati di Kalisat, meliputi Kec. Ledokombo, Sumberjambe dan Kalisat; Pembantu Bupati di Mayang, meliputi Kec. Silo, Mumbulsari dan Tempurejo * Pembantu Bupati di Rambipuji, meliputi Kec. Rambipuji, Panti, Sukorambi, Ajung dan Jenggawah * Pembantu Bupati di Balung meliputi Kec. Ambulu, Wuluhan dan Balung * Pembantu Bupati di Kencong, meliputi Kec. Kencong, Jombang, Umbulsari, Gumukmas, dan Puger * Pembantu Bupati di Tanggul, meliputi Kec. Sembaro, Tanggul, Bangsalsari dan Sumberbaru.

Namun dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sejak 1 Januari 2001 sebagai tuntutan No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Jember juga telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk dihapusnya lembaga Pembantu Bupati yang kini menjadi Kantor Koordinasi Camat.

Kemudian dalam menjalankan roda pemerintah di era Otonomi Daerah ini Pemerintah Kabupaten Jember dibantu empat Kantor Koordinasi Camat, masingmasing:

* Kantor Koordinasi Camat Jember Barat di Tanggul * Kantor Koordinasi Camat Jember Selatan di Balung * Kantor Koordinasi Camat Jember Tengan di Rambipuji * Kantor Koordinasi Camat Jember Timur di Kalisat

Sementara lembaga yang baru dibentuk berkaitan dengan Otonomi Daerah, meliputi enam badan, 21 Dinas dan sembilan kantor, sedang Sekretariat Daerah membawahi 10 bagian. Dengan mengacu pada kajian tersebut di atas, maka tepat pada hari jadi ke-72 Kabupaten Jember memasuki babak baru dalam sistem desentralisasi atau Otonomi. Kabupaten ini memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai keinginan dan aspirasi rakyatnya sesuai per-aturan perundangan yang berlaku.*

J-Spot ucapkan terimakasih buat penulis, CU Rajeh (cujember.blogspot.com)

Stasiun Radio Jember Tempo Dulu Wednesday, August 25, 2010 11:43 PM Suatu hari penulis terlibat obrolan ringan dengan Bapak penulis sendiri. Obrolan yang lumayan seru, karena Bapak bercerita tentang Jember tempo dulu. Disaat Jember masih menggunakan ejaan lama, Djember.

Di Jember dulu ada radio yang namanya radio sukses, sebuah awalan cerita yang terlontar dari Bapak.. Menurut bapak sebenarnya radio sukses bukanlah benar benar sebuah stasiun radio, melainkan hanya sebuah toko yang menjual piringan hitam. Akan tetapi karena setiap hari tertentu toko tersebut terbiasa memutar lagu lagu yang lagi digandrungi (di jaman itu), jadilah orang orang melabelinya dengan nama radio sukses.

Lokasinya dekat dengan studio photo angkasa (sekarang). Dulu namanya toko Young Ming. Masih menurut Bapak, stasiun radio tersebut eksis sekitar akhir tahun enam puluhan.

Sekarang radio sukses tersebut telah berganti nama dan fungsi menjadi toko jamu, masih di jalan Sultan Agung.

Selain Radio Sukses, masih ada lagi radio radio yang beroperasi kala itu.

1. Radio Angkatan Muda. Lebih populer dengan nama Radio RAM. Berlokasi di Jalan Dr. Soebandi (sekarang berganti nama menjadi jalan Nusa Indah). Tepatnya di depan kanan SMPN 10 Jember, rumah Dr. Arman. 2. Radio Kannasta. Juga berlokasi di jalan Dr. Soebandi (Nusa Indah). Di Rumah Dokter Gigi Vander Heide. Yang terkenal anaknya, namanya Polce (Masih menurut Bapak). 3. Radio Semeru 5. Ada di Jalan Semeru No. 5 Sekarang jadi jalan Wijaya Kusuma. Gedung Radio Semeru lima pernah dijadikan gedung Bank Bumi Daya (BBD), dan kini berganti lagi menjadi Bank mandiri? 4. Radio Hasanudin Bertempat di rumah Jenderal Syafiudin, Mayor pada saat itu. Sekarang nama lokasi nya menjadi jalan PB. Sudirman. 5. Gezina X 17 Jalan Ciliwung (sekarang). Ada di samping SMPN 2 Jember.

6. Radio Faperta Radionya Fakultas Pertanian Universitas Jember. 7. Radio SAA 7. Ada di jalan SAA No 7. Sekarang menjadi Jalan KH. Ahmad Dahlan, rumah dari Mayor Kirman. 8. RKPD Radionya Pemerintah Daerah. Bertempat di kantor Pemerintah Daerah, Jalan Sudarman No. 1. Disebelah kiri gedung, pojok depan. 9. Radio Kartika AM 10. Radio Akbar AM. 11. Lain lain adalah Radio Amatir.

Seiring berjalannya waktu, ada aturan baru mengenai radio. Ijin membuka usaha radio dimahalkan, jadi tidak semua stasiun radio bisa membayarnya. Hanya beberapa yang eksis. Diantaranya Akbar AM dan Kartika AM. Kedua stasiun radio ini akhirnya mengubah jenis gelombangnya menjadi Frekuensi Modulation.

Para netter, mohon maaf bila data ini terlihat sangat subyektif. Penulis hanya mencoba menggali Jember dari sisi sejarah lisan. Kalau misalnya ada yang berinisiatif untuk menambah dan menyempurnakan info, penulis sangat berterimakasih sekali.

Wassalam.. Artikel perkenalan JEMBERPOS

Monday, August 23, 2010 12:12 AM Blog ini sengaja saya buat untuk menceritakan tentang Jember. Sekalian untuk memperingati hari jadi kota Jember. Tujuh hari lagi. 1 Januari 2009. Sama sekali tidak ada maksud menyaingi blog blog yang sudah ada. Saya bahkan minta sambung doanya.

Hanya ingin berbagi. Itu saja. Saya berharap ini akan bermanfaat. Semoga bisa lebih mewarnai dunia blogger di Jember. Ohya sukses selalu buat komunitas suwar suwir. Nuwon sewu saya ucapkan pada blogger Jember khususnya. Dan salam kenal buat para blogger dimanapun berada. Terima kasih.

SEKILAS TENTANG JEMBERPOS (nantinya berubah menjadi Jemberspot)

Sulit sekali ternyata untuk menetapkan nama blog ini. Meskipun gratisan (hehe..). Butuh sembilan malam untuk mikir. Alhamdulillah akhirnya saya 'sreg' dengan nama ini. JEMBERPOS. Siapa tahu kedepan saya bisa memindahkan ini ke domain berbayar, Amin. Doakan ya para netter.

Berbicara tentang Jember berarti berbicara tentang Akulturasi. Sebuah percampuran kebudayaan. Ini dikarenakan Jember tumbuh dan berkembang bukan dari reruntuhan kerajaan. SADENG adalah satu satunya kerajaan kecil di Jember yang tercatat oleh sejarah. Berlokasi di pesisir pantai puger. Insya Allah ini akan saya bahas di kesempatan yang lain.

Wah, terlalu serius ya tulisan saya? Maaf maaf. Saya baru bangun tidur soalnya. Jadi masih loading, hehe.. Kembali ke JEMBERPOS. Saya ingin menuliskan secara secara runtun. Mulai dari letak geografis, asal usul, sejarah sampai pada kisah

kisah Jember hari ini. Juga ingin saya tuliskan tentang kesenian. Bagaimana tumbuh dan berkembangnya. Yang menjadi tampak istimewa dari JEMBERPOS yaitu artikel tentang glosarium. Semacam kamus bahasa Jember. Akan saya tampilkan secara periodik kata kata apa saja yang "khas" Jember.

Tidak lupa saya akan membidik tempat2 rekreasi di Jember. Ini untuk anda yang sama sekali buta tentang kota Jember. Siapa tahu suatu saat ingin tamasya ke Jember. JEMBERPOS juga saya persiapkan untuk mensuport band2 indie Jember. Memberi gambaran singkat seperti apa dan bagaimana mereka. Juga ada keinginan untuk memuat profil. Putra daerah yang mengharumkan nama Jember. Atau siapa saja "wong" Jember yang punya sisi menarik untuk diceritakan.

Saya hanya rakyat biasa. Hanya sekedar ingin melakukan sesuatu untuk kota kecil saya. Mungkin sama sekali tidak berarti. Tapi setidaknya saya ingin mencoba. Harapan saya, semoga JEMBERPOS bisa memberi inspirasi. Minimal untuk diri saya sendiri. Untuk terus tumbuh dan berkarya. Semoga bisa diterima. Dan semoga dari media yang sederhana ini bisa bermanfaat. Amin..

Itu saja tulisan awal saya untuk JEMBERPOS . Salam kenal.

Terimakasih. Letak geografis kota Jember Monday, August 23, 2010 12:09 AM Dulunya Jember adalah salah satu wilayah Distrik dari Afdeling Bondowoso. Lalu ada ketentuan no 322. Tanggal 9 Agustus 1928. Berdasarkan staatblad. Jember ditetapkan sebagai Regentschap Djember. Mulai tanggal 1 Januari 1928. Sejak

saat itu Jember menjadi ibukota kabupaten. Itulah kenapa Dirgahayu Kota Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari.

Jember terletak di bagian timur propinsi jawa timur. Berjarak 198 km dari Surabaya. Kalau dilihat dari peta akan terlihat seperti ini. Sebelah utara berbatasan dengan Bondowoso dan Probolinggo. Sebelah timur berbatasan dengan Banyuwangi. Sebelah barat berbatasan dengan Lumajang. Dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia.

Barangkali anda juga butuh tahu tentang garis meridien. Posisi kabupaten Jember ada pada garis meridien 6 derajat 27' 9" sampai dengan 7 derajat 14' 33" bujur timur. Dan 7 derajat 59' 6" sampai dengan 8 derajat 33" 56" lintang selatan.

Luas wilayahnya 3.293,34 km persegi. Luas kota 95,91 km persegi. Ketinggian 0 sampai 3.3oo meter di atas permukaan laut. Ketinggian daerah kota kurang lebih 87 meter diatas permukaan laut. Itu bisa kita lihat di stasiun kota Jember. Temperatur udara di Jember 30 derajat celsius. Kalau musim hujan berkisar 15 derajat celsius.Kalau dulu musim hujan di Jember mudah ditebak. Tidak seperti sekarang. Dulu musim hujan berlangsung antara 8 - 10 bulan. Sedangkan musim kemarau 2 - 4 bulan. Nggak salah kalau dulu Jember dikenal dengan usaha perkebunan tembakaunya.

Para netter, capek ya bacanya? Kayak semacam thesis gitu ya? Hehe.. sori. Oke deh, untuk masalah letak geografis saya cukupkan sampai disini dulu. Sampai jumpa para netter. Merdeka..!! Lho kok jadi mirip salamnya si Unyil ya?? hehe.. Asal Usul kota Jember Monday, August 23, 2010 12:07 AM

Ada beberapa versi kisah tentang asal usul kota Jember.Diantaranya ada versi yang mengatakan bahwa Jember dulunya adalah daerah yang berawa rawa. Kotor dan becek. Dibahasakan dengan kata "JEMBREK". Seiring berlalunya waktu, kata jembrek berubah menjadi Jember. Mengikuti lidah dan kebiasaan masyarakat lokal Jember.

Saya akan mengambil satu versi yang lain untuk anda. Semoga bermanfaat. Alkisah pada suatu hari. Eh salah ding. Alkisah pada suatu masa. Nah ini kayaknya lebih keren. Hiduplah seorang putri yang sangat seksi. Hehe.. Sori para netter, intermezzo.

Pada jaman dulu. Saat pulau Jawa masih lebih banyak hutan belantara dibanding populasi yang ada. Manusia seringkali melakukan perpindahan untuk mencari tempat yang lebih baik. Ini bercerita tentang dua kelompok migrasi.

Kelompok pertama berasal dari suku Jawa. Jawa timur pedalaman. Seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Bojonegoro Ponorogo dan sekitarnya. Kelompok migrasi kedua adalah Dari suku Madura. Kedua kelompok tersebut bermigrasi. Mencari tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Keduanya bertemu pada satu titik.

Kelompok pertama dari suku Jawa berkata,Nang kene ae, lemahe sik jembar. Artinya, disini saja tanahnya masih luas. Kelompok kedua dari suku Madura juga berujar, Iyeh, neng dinnak beih, tananah gik jembher. Artinya, Iya disini saja, tanahnya masih luas. Begitulah awal terjadinya akulturasi. Percampuran kebudayaan. Seiring dengan berjalannya waktu, kata2 jembar dan jembher berevolusi menjadi seperti yang kita tahu sekarang. JEMBER.

Itulah para netter, legenda singkat tentang asal usul kota Jember. Sampai hari ini, Jember masih didominasi oleh dua suku besar tersebut. Jawa dan Madura

Terimakasih Sejarah Awal Peradaban di Jember Monday, August 23, 2010 12:03 AM Mengenai judul di atas, adalah tentang peradaban di Jember yang terlacak oleh sejarah. Bila nanti saya menemukan data baru yang komprehensif, akan saya tuliskan kembali untuk anda. Sekarang mari kita berbicara tentang Sejarah awal peradaban di Jember. Dimulai dari ketertarikan suku Jawa (diluar Jember) dan Madura untuk migrasi ke Jember.

Kenapa suku Jawa dan Madura tertarik untuk menetap di Jember? Jika dilihat dari sudut pandang sejarah, ada dua alasan. Saya akan menceritakan untuk anda . Semoga bermanfaat.

Ini adalah argumen pertama. Karena ada perkebunan di Jember. Namanya LMOD. Atau lebih lengkapnya, N.V. Landbauw Maatshcappij Oud Djember. Berdiri di Jember tahun 1859. Pertengahan abad 19 Masehi.

Siapa pendirinya? Pendirinya adalah pengusaha asal Belanda. Ada 3 leader. George Birnie, Matthiasen dan Van Gennep. Adanya LMOD ini melahirkan beberapa hal. Pertama, mengundang perusahaan swasta lain untuk menanamkan modalnya ke daerah Jember. Berikutnya, kebutuhan akan tenaga kerja.

Berhubung pribumi Jember sedikit, maka dihadirkan tenaga kerja dari luar wilayah. Tentang masalah pribumi Jemberyang sedikit, itu hanya asumsi dari saya saja. Soalnya sampai saat ini saya masih belum menemukan data tentang itu.

Dihadirkanlah tenaga kerja dari Madura. Dengan alasan mempunyai karakter pekerja keras dan ulet. Namun demikian, pihak colonial kesulitan untuk masalah pengaturan. Maka dari itu lahir kebijakan berikutnya. Mendatangkan tenaga kerja dari wilayah pedalaman Jawa timur. Ini untuk memudahkan control dan pengaturan. Menurut pihak koloni, masyarakat Jawa tidak banyak melahirkan pertentangan. Mempunyai kecenderungan watak penurut.

Alasan kedua kenapa suku Jawa dan Madura tertarik ke Jember. Karena lancarnya Jalur transportasi.

Dibukanya jalur kereta api tahun 1912 dari Surabaya-Probolinggo-Jember. Dan jalan darat yang menghubungkan daerah terpencil menuju Jember. Itu membuat terjadinya gelombang migrasi yang besar. Terutama dari daerah daerah di bagian barat.

Jember dianggap memiliki prospek yang lebih baik. Ditempat yang baru dibuka ini mereka menaruh harapan untuk diri dan keluarganya. Mereka ingin memperoleh penghasilan yang lebih baik. Perpindahan penduduk Madura, Jawa serta suku suku lain ke Jember juga terjadi di wilayah karesidenan Besuki. Alasannya karena Jember termasuk wilayah Afdeling Bondowoso. Bondowoso sendiri termasuk wilayah dari karesidenan Besuki. Perpindahan itu menggunakan berbagai macam cara. Seperti perdagangan, sebagai tenaga kerja buruh dan ekspedisi Militer.

Para netter, maaf kalau artikel ini terlalu panjang. Kedepannya juga masih agak panjang, hehe..Tapi saya sudah berusaha untuk tidak menguraikan lebih panjang kok. Maklum gini ini memang kalau membahas sejarah. Jadi harap maklum. Jika ada yang salah dari artikel ini, mohon ingatkan saya.

Terima kasih.. Jember dan daya tariknya bagi pengusaha swasta Belanda Monday, August 23, 2010 12:02 AM Di Artikel sebelumnya (Sejarah awal kehidupan di Jember), saya tuliskan tentang pertumbuhan kota Jember. Dimulai dari dibangunnya perusahaan perkebunan di Jember oleh George Birnie dan dua rekannya. Disini akan saya kembangkan lagi. Masih dengan tema yang sama. Semoga bermanfaat.

Sebagai awalan, ada baiknya saya pertanyakan kembali tentang ini. Siapakah George Birnie? Dari data yang ada di tangan saya sekarang, tidak banyak penjelasan. Masih tetap sama seperti artikel sebelumnya tapi lebih mengerucut.

George Birnie adalah pegawai pemerintah Belanda dan berwarga Negara Belanda. Birnie melakukan usaha percobaan penanaman tembakau di daerah Jember. Usaha ini terlaksana tahun 1859. Disaat ada dua pengusaha swasta Belanda yang mau bekerja sama dan bersedia memberikan modal. Kedua pengusaha itu adalah Mr. C. Standenberg Matthiasen dan A.D Van Gennep. Selanjutnya atas dasar kesepakatan ketiga pengusaha tersebut, maka tanggal 21 Oktober 1859 mendirikan sebuah perusahaan tembakau di Jember. Nama perusahaan itu adalah N.V. Landbauw Maatshcappij Oud Djember (LMOD). Pendirian LMOD ini menarik pengusaha swasta lainnya untuk menanamkan modalnya ke daerah Jember. LMOD kemudian menjadi perintis masuknya kapitalisme Belanda ke Jember dan daerah pedalaman Jawatimur lainnya.

Para netter, dari sini saya punya pertanyaan menarik. Kenapa ya pihak Belanda tertarik dengan Jember? Menyangkut sebelumnya Jember adalah wilayah yang terisolasi.

Di data ini disebutkan bahwa, Jember mendapat perhatian dari pengusaha swasta Belanda karena beberapa hal, yatu :

1. Masalah pengairan Tersedianya air yang sangat cukup 2. Tanahnya Subur Kesuburan tanah ini cocok untuk perkebunan 3. Masalah infrastruktur transportasi dan komunikasi Infrastruktur transportasi dan komunikasi di Jember relative berkembang dibanding dengan wilayah yang lain. Ini sudah menjadi gambaran dan pertimbangan pihak colonial. 4. Sudah ada masyarakat local di Jember (sebelum 1859). Masyarakat local Jember ini sudah bisa menanam tembakau Meskipun dengan jumlah yang sedikit dan untuk keperluan local saja. bisa

Para netter, itulah daya tarik daerah Jember yang membuat pihak pengusaha swasta Belanda jatuh cinta dengan Jember. Dari artikel ini saya jadi tertarik untuk membuat karya tulis tentang kehidupan rakyat local jember sebelum ada LMOD (sebelum tahun 1850-an), Juga dalam bentuk artikel. Soalnya jika dalam

bentuk yang lebih ilmiah, saya masih kesulitan masalah sumber datanya. Itu saja para netter. Sampai jumpa lagi di artikel JEMBERPOS berikutnya.

Terimakasih..

NB : Ucapan terima kasih yang setinggi tingginya buat mas Trijono. Lulusan sastra sejarah Universitas Udayana, atas Skripsinya dengan judul : Kota Jember ; Dari Kota Kolonial Hingga Kota Republik 1929 - 1992. Semoga mas Trijono selalu ada dalam lindungan Tuhan, Amin.. Pengaruh daerah perkebunan terhadap Jember Monday, August 23, 2010 12:01 AM Jumpa lagi para netter. Hari ini sengaja saya memasukkan banyak artikel di JEMBERPOS. Karena selain blog ini masih baru, juga karena memang masih banyak yang ingin saya tuliskan tentang Jember. Itung2 juga sebagai kado buat Jember. Di hari jadinya yang ke 80 (1 januari depan). Oke para netter, kali ini kita akan membahas tentang pertumbuhan daerah perkebunan di Jember dan pengaruhnya. Semoga dari yang sederhana ini bisa bermanfaat, Amin..

Masuknya perkebunan di wilayah Jember menimbulkan perubahan bentuk fisik. Perubahan ini terjadi karena dibangunnya Infrastruktur yang mendukung kelancaran produksi perkebunan. Contohnya pembangunan jaringa irigasi, jembatan2 dan sarana transportasi. Memang salah satu syarat pertumbuhan kota adalah harus ada jaringan transportasi (Charles H. Cooley). Ini mendorong meningkatnya arus migrasi. Para pendatang itu berasal dari Jawa pedalaman, Madura, Cina dan Arab. Sedangkan orang Eropa khususnya Belanda mendominasi pegawai perusahaan perkebunan di Jember. Orang Cina dan Arab berkembang seiring dengan perkembangan ekonomi di Jember.

Gelombang migrasi yang semakin besar mendorong mereka berusaha membentuk pemukiman sendiri. Terpisah antara satu dengan lainnya. Lebih banyak berkelompok secara etnis. Migran Madura banyak bermukim di wilayah Jember utara. Migran Jawa banyak bermukim di daerah Jember selatan. Pola pemukimannya tidak didasarkan unsure genealogis seperti orang Madura. Tetapi berdasarkan pada asal daerahnya (Orang Kediri membentuk kampong kediri, Orang Ponorogo membentuk kampong Ponorogo,dll).

Pola pemukiman orang2 Cina dan Arab selalu mendekati pusat Distrik Jember. Karena rata2 mereka adalah pedagang. Orang2 Cina mendirikan kampong Pecinan. Di pusat keramaian dan tempat tempat yang strategis untuk berdagang. Hampir sama dengan kampong Arab. Tapi biasanya orang2 Arab bermukim di sekitar masjid namun tetap strategis untuk berjualan.

Pemukiman orang Eropa (khususnya Belanda) terpisah dengan migrant. Terletak di pusat Distrik Jember. Di tempat ini terdapat komplek perumahan orang Belanda yang bekerja di perkebunan dan yang bekerja di berbagai instansi pemerintahan. Selain itu juga terdapat komplek perkantoran milik Belanda.

Perbedaan Pemukiman tersebut menunjukkan adanya perbedaan status penguasa colonial dan orang2 timur asing sebagai kelompok elit. Sedangkan penduduk pribumi termasuk non elit. Maka dengan sendirinya Jember berwajah colonial.

Perkembangan tata ruang kota Jember menciptakan suasana colonial dengan pusat pemerintahan berada di selatan menghadap alun alun. Dan bagian barat tempat untuk membangun masjid kota.Pada bagian timur atau utara terdapat bangunan tangsi militer / polisi yang dilengkapi dengan bangunan penjara.

Sementara bangunan pasar yang menjadi pusat interaksi social ekonomi, tergeser ke sebelah barat.

Dibukanya jalur kereta dari Surabaya-Probolinggo-Jember pada tahun 1912 membuat perkembangan fisik kota Jember semakin pesat. Semakin mudah untuk memasarkan produksi hasil perkebunan. Baik untuk kebutuhan ekspor maupun memenuhi kebutuhan local. Dibangunnya jalur kereta api ini memudahkan hubungan daerah2 di bagian barat dengan Jember. Juga memperbesar pergesekan social ekonomi di Jember.

Perkembangan sarana fisik kota, baik jalan maupun jembatan mempermudah akses orang2 dari tempat terpencil di Jember, menuju ke pusat kota. Misalnya, jembatan yang menghubungkan kota Jember dengan Arjasa. Jembatan kota Jember berikutnya, yang membuka akses dengan daerah Wirolegi maupun Mayang.

Para netter, itulah pengaruh dari berdirinya perusahaan perkebunan di Jember. Masih merujuk pada skripsi nya mas Trijono, skripsi saya sendiri dan sumber2 lokal lainnya.

Terimakasih.. Sungai Sungai di Jember Sunday, August 22, 2010 11:59 PM Para netter, apakah anda sudah tahu tentang sungai bedadung? Atau jangan2 anda sudah pernah mandi disana. Kalau anda orang Jember sih nggak ada masalah. Tapi kalau anda dari luar kota, berhati hatilah. Jangankan mandi,

menyentuh airnya saja sudah beresiko anda akan sulit melupakan Jember. Kenapa?

Ada satu mitos tentang sungai bedadung. Beredar dari mulut kemulut. Bagi siapa saja pendatang yang mandi di sungai bedadung. Kalau pendatang itu laki2, maka dia akan beristrikan orang Jember. Begitu juga sebaliknya. Anda tidak percaya? Ini sudah terbukti pada Almarhumah ibu saya sendiri lho. Kalau anda ingin tahu rahasianya bergabunglah dengan saya. Hanya 200 ribu. Haha.. Kayak Reseller saja.

Terlepas dari mitos itu, masih banyak sungai2 lain yang mengaliri wilayah Jember. Lalu kenapa sungai bedadung menjadi yang paling beken? Ini tidak lain karena sungai bedadung mengalir dan membelah ditengah tengah kota Jember. Pada kesempatan lain Insya Allah akan saya kupas kembali cerita rakyat tentang sungai bedadung.

Adapun sungai sungai lainnya yang menyejukkan wilayah Jember adalah :

SUNGAI MAJANG Merupakan sungai yang bermata air dan berhulu dari Pegunungan Raung. Berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi.

SUNGAI SANEN Bermata air dan berhulu sungai dari Pegunungan Raung juga. Sungai sanen ini bertemu dengan sungai majang di desa Sumberrejo Kecamatan Ambulu dan bermuara di Samudra Indonesia.

SUNGAI JATIROTO Merupakan sungai yang berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Bermata air dan berhulu sungai dari pegunungan Hyang. Bermuara di Samudra Indonesia.

SUNGAI SUNGAI KECIL. Diantaranya kalikotok, renes, bondoyudo, dan sungai besini. Sungai sungai tersebut bermanfaat bagi irigasi dan perusahaan2 perkebunan di Jember.

Para netter, itulah sungai sungai yang ada di Jember. Lumayan banyak juga ya. Maaf kalau penyampaian saya terlalu kaku. Semoga kedepan JEMBERPOS bisa mengalir lebih santai dan indah. Seperti gemericik air di sungai bedadung.

Ingatkan saya jika ada kesalahan. Saya mengundang masukan dari siapa saja.

Terima kasih para netter.. Tentang struktur pemerintahan di Jember di akhir abad 19 Sunday, August 22, 2010 11:55 PM Para netter, struktur ini memang tidak tertulis di skripsi saya dulu. Tapi saya kutip dari skripsinya mas Trijono (sekali lagi terimakasih mas..). Semoga bisa memperluas cakrawala kita tentang struktur pemerintahan tempoe doeloe di Jember.

Melihat kondisi masyarakat Jember dengan mata pencahariannya, muncul tiga tingkatan social. Yang pertama adalah Controleur beserta wedana dan asisten

wedana. Kedua adalah lurah atau petinggi. Dengan perangkatnya seperti carik, kebayan, modin. Ketiga adalah rakyat biasa atau umum. Hubungan antara rakyat biasa dengan controleur disini dapat dikatakan baik. Controleur berkedudukan sesuai dengan struktur pemerintahan colonial yang menguasai distrik.

Sejak tahun 1883 sudah berubah. Asisten residen dan bupati, sebagai penguasa tertinggi di Afdeling Djember. Controleur beserta wedono dan asisten (sekarang camat), otomatis ada di bawah struktur penguasa tertinggi. Berikutnya, lurah beserta aparatnya. Terakhir adalah rakyat biasa.

Perangkat desa yang bersifat tradisional ini, masih sebagai perantara antara penguasa colonial dan rakyat biasa.

Para netter, seperti itulah struktur pemerintahan di Jember akhir abad 19.

Terimakasih. Lebih Mengenal Pola Pemukiman Orang Orang Madura dan Jawa di Jember Sunday, August 22, 2010 11:54 PM Hai para netter.. Sedikit menyegarkan ingatan kita tentang pola pemukiman di Jember tempo dulu.. Semoga bermanfaat..

Pola pemukiman orang Madura biasanya didasarkan unsur genealogis dengan membawa dan mengembangkan seni2 tradisional dari daerah asalnya. Ini bisa anda lihat di beberapa daerah di Jember. Kecamatan Arjasa, Sukowono, Kalisat dan Mayang. Migran Madura terutama di pedesaan mempunyai beberapa

kesatuan tempat tinggal. Berikut akan saya jelaskan untuk anda. Semoga bermanfaat.

Yang pertama adalah pola pemukiman yang disebut dengan KOREN. Yaitu kesatuan tempat tinggal yang terdiri dari beberapa rumah tangga inti dalam satu pekarangan. Biasanya dipagari dengan pagar alam sebagai pemisah dengan koren yang lain.

Koren terdiri dari deretan rumah (beberapa rumah). Masing2 terdiri oleh satu atau lebih keluarga inti. Contoh, menantu yang belum berpenghasilan sendiri berkumpul dengan mertua. Arah rumah membujur kea rah utara selatan. Berhadapan dengan beberapa gubug yang merupakan dapur dan kandang ternak. Di bagian barat deretan rumah tersebut membujur barat timur. Itu adalah langgar (musholla) tempat mereka beribadah sholat.

Jenis pemukiman berikutnya adalah Kompong Meiji. Kampong Meiji adalah kampong terpencil yang ditempati sekitar 5 generasi. Dengan himpunan lebih dari 20 rumah tempat tinggal. Sedangkan langgarnya (Musholla) terletak di bagian tengah. Atau kalau tidak, ada di bagian utara. Kampong Meiji ini letaknya terpencil. Di pedalaman Jember bagian utara.

Jenis pemukiman ketiga adalah Pamengkang. Yaitu kesatuan tempat tinggal yang didiami oleh tiga generasi dengan jumlah rumah paling banyak lima buah.

Ketiga pola pemukiman orang Madura di Jember tersebut membentuk pola pemukiman berkelompok. Berderet dan membentuk suatu halaman memanjang. Itulah mengapa pola pemukiman orang Madura di Jember dikenal dengan nama

TANEAN LANJENG. Dalam bahasa Indonesia artinya halaman panjang. Terbentuknya ini kira kira tahun 1860.

Untuk pola pemukiman orang Jawa di Jember tidak sama dengan pola pemukiman orang Madura. Tidak mendasarkan pada unsure genealogis seperti pola pemukiman orang Madura. Lebih pada asal daerahnya. Maka dari itu di Jember terdapat pemukiman kampong orang Ponorogo, kampong Bojonegoro, kampong Madiun dll. Meskipun sekarang sudah agak kabur antara kampung satu dengan kampong lainnya. Tetapi kita masih bias menelusuri sejarahnya.

Pola pemukiman yang dikembangkan oleh orang jawa di Jember adalah rumah joglo. Rumah tersebut memakai pintu gerbang (regal). Pagar didepan rumahnya dibuat sebagai kandang sapi. Pola seperti itu banyak dijumpai di desa Balung.

Itu saja para netter, pola pemukiman orang Madura dan Jawa di Jember. Sekian dulu.

Terimakasih. Musik Patrol, benarkah musiknya orang Jember? Sunday, August 22, 2010 11:52 PM Berbicara tentang Jember memang menarik. Ada banyak hal yang bisa kita ceritakan. Tapi kalau sudah menyangkut masalah tradisi, keadaannya menjadi lain. Bahkan masyarakat Jember sendiri tidak percaya diri. Wah berat ini.

Coba saja anda tanya ke masyarakat asli Jember. Apakah musik patrol itu identitas Jember? Saya yakin anda akan heran. Paling2 dijawab, Nggak tau ya..

Atau, Bukan, itu musiknya orang Madura. Trus yang benar apa dong? Nggak tau ya, haha..

Kalau yang dimaksud adalah musik Tongtong, jawabannya itu pasti. Musik identitas Madura. Memang mirip antara keduanya. Tapi ada bedanya. Beda yang paling mendasar adalah dilihat dari alat tiupnya. Tongtong menggunakan alat tiup saronen. Sedang musik patrol memakai seruling. Perbedaannya juga bisa kita lihat dari lagu yang dibawakan. Tongtong mengusung lagu lagu Madura. Musik patrol lebih ke lagu2 Banyuwangi-an. Meskipun juga ada lagu2 Madura dan lainnya. Belum lagi bila dilihat dari performa dan sejarah kemunculannya.

Musik patrol adalah musiknya orang Jember. Atau kalau anda juga tidak percaya diri, saya akan tuliskan seperti ini. Musik patrol adalah khas Jember. Dikesempatan yang lain akan saya tulis artikel tentang sejarah musik patrol. Karena dulu skripsi saya juga tentang ini. Kehidupan Musik Patrol Di Jember Tahun 1987 1997.

Para netter, apakah anda tertarik ingin menyaksikan musik patrol jember? Saran saya, berkunjunglah ke Jember pada waktu bulan puasa. Musik patrol dimanfaatkan oleh masyarakat Jember untuk membangunkan warga muslim. Mereka akan berkeliling pada waktu2 sahur sebelum Imsyak dengan mendendangkan lagu2 merdu.

Berita baiknya, beberapa tahun terakhir ini ada carnaval musik patrol. Dulu namanya Festival Musik Patrol. Dirintis dan dikoordinir oleh kawan2 aktivis seni. UKM Kesenian Pusat Universitas Jember.

Nah para netter, selamat menikmati musik patrol, musiknya wong Jember.

Gumuk, ciri khas milik Jember Sunday, August 22, 2010 11:51 PM Halo para netter. Bagaimana kabar anda saat ini. Selalu ada doa untuk kebaikan anda, dari saya.

Sesuai dengan janji saya sebelumnya. Saya akan paparkan tentang apa dan bagaimana GUMUK. Salah satu khas daerah Jember. Semoga bermanfaat.

Ada yang menarik dikota Jember selain TAMASYA BAND. Hehe..sekalian promosi. Gumuk namanya. Menurut penelitian Lembaga Penelitian Universitas Jember pada tujuh kecamatan., jumlah gumuk mencapai lebih dari seribu buah. Belum lagi jumlah gumuk di kecamatan kecamatan lainnya.

Gumuk merupakan istilah khusus yang diberikan pada suatu bukit. Dengan ketinggian berkisar antara 1 meter sampai dengan 57,5 meter. Jember dengan gumuknya, memberikan pola bentang alam yang khas. Yang tidak dijumpai di daerah2 lain di Indonesia (padang, 1939). Namun ada bantahan dari Ir. Sutrisno M.S. Dosen jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember. Wilayah lain yang mempunyai bentang alam gumuk adalah Tasikmalaya.

Formasi gumuk2 di Jember dianggap sebagai bekas aliran lava dan lahar dari kawah gunung Raung. Aliran ini lalu tertutup oleh bahan vuklanik yang lebih muda. Sampai ketebalan puluhan meter yang berasal dari gunung Raung sekarang. Kemudian terjadi erosi pada bagian2 yang lunak. Yang terdiri atas sediment vulkanik lepas2 selama kurang lebih 2000 tahun. Lalu menghasilkan bentukan topografi gumuk. Seperti yang dap[at dilihat saat ini. (Verbeek dan Vennema, 1936).

Sebaran dan bentuk gumuk terlihat mengecil ketika jaraknya semakin jauh dari gunung Raung. Gumuk2 besar dengan ketinggian lebih dari 50 meter dapat dijumpai di Kecamatan Sukowono, SumberJambe, dan Mayang. Sementara di Kecamatan Wuluhan, Balung dan Kencong, ketinggian gumuk hanya sekitar 1 2 meter saja.

Unsur utama Gumuk adalah batuan. Karena gumuk berasal dari lontaran gunung berapi. Bagian atas gumuk menjadi tanah yang subur. Ini karena ribuan tahun formasi gumuk berubah. Terjadi proses pelapukan. Macam2 batuan di dalam gumuk. Batu padas, batu pondasi, batu koral, batu piring, dan batu pedang. Itu yang mengundang adanya eksploitasi Gumuk untuk ekonomi.

Itu dulu dari saya para netter. Akan saya bahas di artikel berikutnya tentang manfaat Gumuk dari beberapa sisi.

Terima kasih.. Manfaat Gumuk bagi wong Jember Sunday, August 22, 2010 11:49 PM Jumpa lagi para netter. Masih berbincang tentang Gumuk. Kali ini akan saya coba kupas dari sisi manfaatnya.

Warga Jember pasti tahu kalau ditanya tentang manfaat Gumuk. Apalagi kalau bukan digali dan dijual batunya. Secara ekonomi jelas bermanfaat. Apa manfaat lainnya? Sebagai penyimpan cadangan air buat warga Jember. Apa lagi? Sebagai

tempat wisata. Contohnya pemandian Oleng si butong dan taman rekreasi bukit bedadung. Terus apalagi ya?

Dari sisi ilmu pengetahuan jelas bermanfaat. Dari gumuk bisa ditelusuri dinamika alam masa lalu. Sebagai referensi. Bisa jadi kembali terjadi di masa yang akan datang. Mengingat di Indonesia perbukitan dikaki gunung hanya ada di dua lokasi. Kaki Gunung Raung (Jember) dan kaki gunung Galunggung (Tasikmalaya).

Sengaja saya membatasi tulisan. Tidak mengangkat tema tentang perbandingan manfaat. Dari sisi ekonomi dan ekologi. Mungkin kedepan saya akan menguraikan itu. Saat ini saya hanya ingin menekankan. Bahwa GUMUK ADALAH KHAS MILIK JEMBER. Dan juga punya makna filosofis yang tidak enteng.

Merupakan sebuah kebanggaan bagi kita selaku orang Jember. Dititipi Gumuk oleh Tuhan. Tinggal bagaimana kita bersikap. Memelihara atau menghancurkan.

Berbanggalah kita rakyat Jember. Ditakdirkan tumbuh di kaki gunung Raung. Letusannya yang melahirkan Gumuk dan aliran sungai bedadung, itu mempengaruhi karakter kita.

Kita bukan hanya tumbuh dan berkembang di kaki gunung Raung. Tapi kitalah kaki gunung Raung itu. Tergantung kita. Akan kita arahkan kemana langkah kaki kita.

Kalau kita adalah kaki dari gunung Raung itu sendiri, bagaimana dengan tangan kita?. Tangan tangan kita adalah tangan tangan yang nantinya diharapkan bisa membelai lingkungan disekitar kita. Tangan tangan yang kreatif. Tangan tangan

yang melahirkan karya. Tangan tangan yang menuliskan indahnya daerah sekitar kita.

Bagi orang Jember, tulislah indahnya Jember. Begitu juga dengan para netter. Mari kita tuangkan dengan pena keindahan sekitar kita.

Itulah kita, terlepas dari segala kekurangan kita. Berbahagialah anda menjadi warga Jember. Karena memang tidak ada alasan untuk malu.

Para netter, sekian dulu artikel tentang manfaat gumuk, dari sisi material maupun immaterial.

Terima kasih.. Salam Lestari..!!! Bahasa Khas Orang Jember Sunday, August 22, 2010 11:48 PM Perkembangan budaya dan bahasa di Jember berasal dari dua migran. Migran Jawa dan migran Madura. Orang Madura banyak tinggal di Jember bagian utara. Mereka membawa unsur bahasa ke tempat yang baru. Karena bahasa adalah sarana komunikasi dalam pergaulan.

Migran Jawa banyak bermukim di Jember bagian selatan. Juga membawa dan mengembangkan budaya asalnya. Termasuk bahasa. Karena itu adalah identitas daerah.

Artikel saya ini tidak hendak membedakan. Mana yang Jember utara mana yang selatan. Tapi lebih pada percampuran kebudayaan tersebut.

Komposisi antara migrant Jawa dan Madura jumlahnya seimbang. Inilah yang menimbulkan adanya budaya campuran. Pada akhirnya melahirkan masyarakat ber-dwi bahasa. Dan ini digunakan dalam keseharian. Pemakai bahasa Madura dapat berbahasa Jawa. Begitu pula sebaliknya.

Bagaimana para netter, tidak tertarikkah anda untuk singgah ke Jember? Hehe.. promosi nih. Hal yang saya uraikan diatas sedikitnya menjawab tentang kesulitan masyarakat Jember. Bahwa masyarakat Jember sendiri sulit untuk menentukan dan merunut budaya aslinya.

Kalau dari saya sendiri, saya tidak mau hanya terjebak saja. Memikirkan tentang budaya asli tapi tidak melakukan apa apa. Saya punya ajakan nih para netter. Kenapa tidak kita tuliskan saja? Segala hal tentang Jember dan dari sudut pandang tertentu.

Saya berkeinginan untuk mengumpulkan kata kata khas Jember. Terinspirasi oleh bulletin pothot. Buletinnya orang2 kreatif. Sayang sekarang sudah pasif. Akan saya terbitkan secara berkala. Sementara masih diblog gratis ini, hehe.. Siapa tahu nanti bisa diterbitkan dalam bentuk kamus. Dan disebarkan secara indie. Doakan ya para netter..

Terima kasih. Lahirnya bahasa khas dialek Jember

Sunday, August 22, 2010 11:46 PM Halo para netter, artikel ini melengkapi artikel sebelumnya tentang bahasa khas orang Jember. Mari kita diskusikan bareng2. Terimakasih dan semoga bermanfaat.

Secara umum masyarakat Jember menggunakan bahasa Jawa. Tetapi bila kita perhatikan, bahasa Jawa khas Jember berbeda dengan bahasa Jawa baku. Kenapa bisa berbeda? Ada tiga hal yang menyebabkan perbedaan tersebut. Yaitu hambatan social, hambatan geografis, dan hambatan linguistic. Disini akan saya gambarkan satu persatu. Mengacu pada sumber dari Jurnal Ilmu2 Humaniora Volume 1. Tulisan dari Henriono Nugroho dengan judul Latar Belakang Sosio Kultural Bahasa Jawa Daerah Jember.

Yang pertama adalah tentang Hambatan Sosial Berdasarkan artikel sebelumnya yang sudah saya tuliskan, Sejarah Jember dimulai dari adanya perkebunan abad 19. Dari sini muncul gelombang pendatang baik dari Jawa diluar Jember maupun Madura. Sebagai buruh perkebunan, rata2 para pendatang ini adalah dari golongan rakyat kelas bawah. Dengan demikian penduduk setempat (local Jember) bercampur baur dan membentuk masyarakat Jember sampai saat ini. Perpaduan dua suku dari golongan kelas bawah ini membentuk golongan kelas yang sama. Karena merasa dari golongan yang sama, suku Jawa cenderung menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Suku Madura juga menggunakan bahasa Madura kasar (unda usuk tingkat rendah).

Berikutnya adalah mengenai hambatan Geografis Berbicara tentang bahasa Jawa otomatis pikiran kita terarah pada Yogyakarta. Tapi mengapa bahasa Jawa yang ada di Jember jauh berbeda dengan Yogyakarta? Jawaban sederhana adalah karena masalah jarak Jember Yogyakarta yang jauh.

Sebenarnya, Yogyakarta dan Jember terletak di dekat pantai selatan. Tapi kedua daerah ini terpisah oleh gunung, sungai, karang terjal, dan daerah tandus. Jadi tidak ada jalan lurus horizontal yang menghubungkan Jember Yogyakarta. Bila dari arah Yogya, untuk menuju ke Jember kita harus menuju kea rah timur laut dulu. Yakni melalui Solo, Ngawi, Madiun, Nganjuk, Kertosono, Mojokerto, Jombang, dan Surabaya. Baru kemudian kea rah tenggara melalui Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan barulah sampai di Jember. Itulah par netter, bahasa Jawa baku dari Yogya telah melalui beberapa daerah. Mau tidak mau mengalami proses asimilasi dengan bahasa Jawa dialek lainnya. Khususnya bahasa Jawa dialek arek (dialek Madiun dan Surabaya).

Penyebab perbedaan yang terakhir adalah Hambatan Linguistik Di materi Jurnal yang ditulis oleh Henriono Nugroho ini menguraikan banyak istilah2 kebahasaan beserta contoh. Akan saya persingkat untuk anda. Bahwa dialek Jember lebih miskin perbendaharaan kata (bahasa Jawa) daripada bahasa Jawa baku yang berkembang di Yogyakarta. Misalnya untuk nama anak hewan. Dibahasa Jawa baku lengkap sedang di dialek Jember tidak ada. Contoh : anak gajah dalam bahasa Jawa baku dinamakan bledug. Tapi dalam bahasa Jawa dialek Jember cukup dinyatakan dengan anake gajah.

Pengaruh bahasa Madura pada bahasa Jawa khas Jember juga sangat kuat sekali. Ini melahirkan banyak sekali perbendaharaan kata baru yang hanya ada di kota Jember. Misal kata2 cangkul. Dalam bahasa Jawa baku istilah untuk cangkul adalah pacul. Di Jember berubah menjadi pacol untuk meMadurakannya. Padahal dalam bahasa Madura sendiri, istilah untuk cangkul sama sekali bukan pacol, tapi landuk.

Faktor lain penyebab timbulnya perbedaan dialek Jember dengan bahasa Jawa baku adalah perbedaan budaya antara Jember dan Yogyakarta. Masyarakat Yogya

pada umumnya golongan abangan dan priyayi dan sebagian santri. Sedangkan masyarakat Jember mayoritas golongan santri. Dengan sendirinya ada perbedaan kosakata pada kedua dialek tersebut. Bahwa Jawa baku (Yogyakarta) lebih terpengaruh oleh hindu dan budaya aristokrasi keraton. Dan Jember lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab / ajaran agama Islam.

Kromo inggil bahasa Jawa dialek Jember hanya berdasarkan factor rasa hormat dan kebersamaan. Kromo inggil pada dialek Jember tidak banyak dipengaruhi status social sehingga masyarakat Jember terlihat lebih akrab dengan bahasa Jawa Ngoko. Ngoko menjadi symbol keakraban antar sesame rakyat Jember bila digunakan dengan timbale balik.

Itulah para netter, gambaran sederhana tentang lahirnya bahasa khas dialek Jember. Ohya, tentang keinginan saya membuat glosarium bahasa khas Jember, mohon doa restunya ya..

Terima kasih.. Jember Acaca Volume 1 Sunday, August 22, 2010 11:45 PM Para netter, ini kamus online yang saya janjikan. Tidak saya beri nama Glosarium. Tapi Jember Acaca. Biar lebih local. Acaca sendiri saya ambil dari bahasa Jember adopsi dari bahasa Madura. Di Madura sendiri yang ngetren adalah abenta. Artinya sama, berbicara. Saya ingin Jember berbicara. Membuka mata dunia tentang kota kecil Jember.

Inilah para netter, Jember acaca edisi pertama untuk anda.

1. Metao Artinya : Sok tahu. Slengean dari kata2 metoah. Bahasa Madura yang artinya sok tua. Ini adalah kata umpatan khas Jember. Sama seperti kata Jancok atau kata Nggateli. Untuk kata2 umpatan yang lain seringkali orang Jember mengumpat dengan menyebut nama Hewan.

2. Kardi Artinya : Seenaknya sendiri. Pemadatan kata dari karepe dhewe (Jawa) atau karepa dibik (Madura). Dilabelkan pada orang orang yang tidak punya sopan santun.

3. Taq mesetaq Artinya : Bertingkah laku buruk, tidak menghargai orang2 disekitarnya. Masih satu sifat dengan nomor dua.

4. Dag Gradag Artinya : Tergesa gesa. Tanpa perhitungan. Terinspirasi dari bahasa Jawa, grusa grusu. Melakukan sesuatu dengan spontan tanpa perhitungan.

5. Gak onok

Artinya : Tidak ada. Asli bahasa Jawa. Tapi ini seperti kata2 wajib dari wong Jember untuk menjawab pertanyaan dari orang lain. Misalnya : Bapakmu kemana? Bisa dipastikan jawabannya adalah GAK ONOK. Tidak ada. Dari mana? Gak onok / gak ada. Mau kemana? Gak onok / gak ada. Ini seringkali membingungkan masyarakat pendatang. Tapi memang seperti itulah bahasa khas Jember. Unik.

6. Mak Taker Artinya mana mungkin, tidak mungkin. Kata2 khas Jember dan sering diucapkan. Biasanya untuk memberi penilaian pada hal hal yang tidak masuk akal.

7. Pet Crepet Artinya : Berserakan kemana mana. Tidak konsisten. Seringkali digunakan untuk orang yang tidak tepat janji. Contoh : Awakmu mak pet crepet, jare kate nang omahku. Kamu kok pet crepet, katanya mau kerumahku.

8. Huh Kah Artinya : Hanya sebuah desahan (bukan kata). Sama seperti keluhan huh..

Digunakan saat tidak enak hati atau lagi gemes. Biasanya dibaca meninggi dan memanjang. Dengan tanda seru.

9. Tat Letat Artinya : Becek. Tanah lembek yang terinjak injak. Lumpur di alas kaki yang menempel di lantai, menyebabkan kotor yang mencolok. Kata kata ini popular di Jember perbatasan Bondowoso.

10. Dem MeKodem Artinya sok aparat (padahal bukan), sok jagoan. Dilabelkan pada orang yang reseh atau sering cari gara gara. Serapan dari kata KODIM.

Ini dulu Jember Acaca dari saya para netter. Jumpa lagi di Jember Acaca Volume 2. Mungkin tidak saya seragamkan 10 kata, tapi tetap akan saya usahakan. Ini untuk menghindari biar saya tidak terpenjara target. Saya sangat mengharap sumbangsih kata kata khas Jember. Terutama dari para blogger Jember (keluarga suwarsuwir). Terima kasih sebelumnya.

Thanks para netter.. Hebat mana orang Jember dengan orang luar negeri? Sunday, August 22, 2010 11:44 PM

Para netter..

Menurut anda hebat mana, orang Jember dengan orang luar negeri? Ya, jelas aja anda memilih lebih hebat orang luar negeri. Apalagi luar negerinya adalah orang2 benua Eropa. Atau orang Amerika Serikat (bukan benuanya lho). Dari sektor gizi aja orang Jember nggak ada apa apanya.

Kalau saya yang diberi pertanyaan, saya akan menjawab satu kata saja. Jember. Nah kan.. Anda bereaksi kan? Saya sudah prediksikan itu. Paling paling anda menyangka saya sukuisme. Mber meJember atau apalah namanya. Silahkan mencibir. Akan saya terima. Tapi setelah itu pahami argumen sederhana saya. Begini argumennya.

Berapa sih bahasa yang dikuasai oleh orang2 luar negeri? Paling2 tiga. Itupun saya yakin salah satunya dari kursus atau dari sekolah. Dua lainnya adalah bahasa ibu dan bahasa nasional.

Saya dan orang2 disekitar saya menguasai lima bahasa tanpa kursus. Bahasa Indonesia, bahasa jawa ngoko, bahasa jawa kromo, bahasa madura kasar (iyehenjek), dan bahasa madura halus (enggih-enten). Atau kalau anda kurang sepakat bisa diringkas lagi. Tiga bahasa. Bahasa Indonesia, jawa dan madura. Atau Indonesia, jawa halus (tapi jawa halus khas Jember lho, hehe..) dan kasar. Tetap tiga dan alamiah, hehe..

Masalah bahasa adalah masalah memori. Berbanding lurus dengan kekuatan otak. Belum lagi kalau ketambahan bahasa yang lain. Nggak usah jauh jauh ke bahasa inggris. Bahasa using misalnya. Terbukti banyak juga masyarakat Jember yang bisa bahasa using. Dengar saja acara radio swasta di Jember. Acara berbahasa using.

Dan itu lebih dari satu acara. Ada juga yang setelah merantau ke Bali (atau manapun), pulang2 sudah cas cis cus bahasa Balinya. TANPA KURSUS. Hanya mengandalkan kekuatan otak dan kelenturan adaptasi. Mengenai kelenturan adaptasi ini adalah efek dari Akulturasi budaya.

Nah.. kan..

Para netter, bila kebetulan anda juga orang Jember, berbahagialah. Ternyata otak kita canggih. Dan ini meninggalkan satu pertanyaan untuk warga Jember semua. Dimanapun anda sekarang berada. Berkarya atau tidak..!! Sayang bila kita tidak berkarya. Kita sudah menyia nyiakan anugerah yang Tuhan berikan. KEKUATAN PIKIRAN.

Saya bukan Hittler. Saya tidak mengajak anda untuk memandang rendah daerah lain. Bahkan saya ingin daerah lain juga menyadari potensinya. Ingat, kita bangsa yang plural. Ada banyak bahasa disini. Itu berarti banyak orang2 hebat di Nusantara ini. Hanya butuh sedikit sentuhan saja, maka saya yakin akan ada begitu banyak karya yang lahir dari tangan tangan kita.

Kembali kepada Jember. Dengan segala kesederhanaan saya himbaukan ini. Jangan malu menjadi orang Jember. MARI KITA BERKARYA.

Terima kasih.. profil tentang diri saya Sunday, August 22, 2010 11:42 PM Jumpa lagi para netter..

Sudah enam belas artikel saya tulis. Tapi saya belum mengenalkan diri lewat artikel. Di artikel yang ketujuh belas ini saya akan mengutarakan beberapa hal tentang diri saya dan JEMBERPOS.

Para netter, perkenalkan nama lengkap saya Rohim Zabriansyah Hakim. Nama kecil saya Aim. Nama panggilan saya Hakim. Tapi saya biasa dipanggil Bro oleh orang2 disekitar saya. Sejak sembilan tahun yang lalu. Saat kata2 Bro masih sama sekali belum popular di dunia entertaint. Nah anda bisa memanggil saya Aim, Hakim atau Bro. Terserah anda.

Untuk blog tentang diri, pola pikir dan gaya hidup saya pribadi, anda bisa melihatnya di www.terbuai.blogspot.com. Juga masih baru. Saya buat sekitar tiga minggu yang lalu. Masih ada 16 artikel. Kenapa saya menaruh dua blog ini di blogspot? Jawabannya sederhana. Karena saya belum cukup finansial untuk membeli domain berbayar. Doakan saja kedepan saya ada rejeki. Amin.

Kenapa blog ini saya namakan JemberPos? Jawabannya juga sederhana. Karena saya sreg. Pas dengan nama ini. Saat saya kecil dulu, yang saya tahu tentang POS adalah semacam gardu. Tempat para hansip, satpam dan piket poskamling berjaga. Tempatnya tukang ojek berkumpul. Tempatnya anak muda nongkrong dan ngobrol. Saling bercerita dan bertukar pikiran. Diluar itu, saat saya kecil dulu, yang saya tahu tentang POS ya KANTORPOS. Tempat yang istimewa untuk ukuran anak kecil di generasi saya. Ohya, di kesempatan yang lain saya juga tertarik untuk meng-artikelkan kantorpos (postkantoor)Jember tempoe doeloe, Insya Allah..

Saya ingin JemberPos kedepan bisa menjadi semacam Bank Data. Cerita tentang Jember. Tentunya semampu yang saya bisa. Ada beberapa alasan kenapa saya

terpanggil untuk membuat JemberPos. Alasan pertama karena saya orang Jember. Lahir dan besar di Jember. Saat Jember tumbuh dan berkembang (terhitung sejak masa kecil saya), saya ada bersama proses itu. Kedua karena skripsi saya dulu berlatar belakang kota Jember. Ini mengharuskan saya bersinggungan dengan banyak sumber. Tentang Jember, sejarah dan perkembangannya.

Posting ini saya beri Judul Ai eLof Jember. Itu adalah judul lagu ciptaan saya sendiri. Lagu tersebut berkumandang bersama tumbuh dan berkembangnya band kesayangan saya, TAMASYA BAND. Memang penulisan judul lagunya seperti itu. Ai eLof bukan I Love. Ini untuk menyesuaikan dengan lidah orang2 Jember. Gimana ya. Sulit untuk menjelaskannya. Ya sama saja dengan bahasa inggrisnya orang Inggris dan Amerika serikat itu beda. Dari logat dan pengucapannya. Itu juga berlaku untuk Jember.

Para netter, sepertinya artikel ini sudah panjang. Sekian dulu perkenalan dari saya. Di Artikel sebelumnya saya membahas tentang Gumuk. Semacam bukit (gundukan). Hasil dari proses ledakan gunung. Kenapa? Karena gumuk hanya ada di tiga tempat di seluruh dunia. Jepang, Tasik Malaya, dan Jember. Wow. Saya bangga menjadi orang Jember. Bagaimana dengan anda? Apa yang hebat dari daerah anda? Mari kita bersama sama menuliskannya, siapa tahu bermanfaat untuk anak cucu kita nanti..

Setidaknya ada satu karya yang tertinggal saat kita mati nanti..

Itu saja dulu para netter, gambaran tentang saya. Salam kenal buat anda. Juga salam hangat buat orang orang di sekitar anda..

Terima kasih.. Tidak ada yang namanya Syaiful di Jember Sunday, August 22, 2010 11:40 PM Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar besarnya buat anda yang bernama Syaiful. Bukan bermaksud mengejek atau melecehkan. Artikel ini hanya bermaksud mendokumentasikan saja. Tentang guyonan orang orang Jember yang sering saya dengar. Sama sekali bukan untuk menyudutkan siapapun. Sekali lagi maap..

Oke saya lanjutkan kembali tulisan ini. Begini para netter. Dikota kecil saya banyak sekali yang bernama Syaiful. Teman saya sendiri saja ada yang bernama Syaiful. Belum ketambahan dengan nama bapaknya teman saya. Belum lagi Syaiful2 yang lain yang tidak saya kenal. Ohya satu lagi, hamper lupa. Keponakan saya sendiri bernama Syaiful. Masih kecil, masih belum sekolah. Lho kok jadi cerita keponakan saya ya.. Oke kembali lagi. Nama2 Syaiful tadi, apa benar2 Syaiful ya namanya? Maksud saya, orang Jember yang bernama Syaiful apa juga otomatis dipanggil Syaiful? Jawabannya adalah tidak..

Khusus untuk satu nama ini orang Jember punya istilah sendiri. Barangsiapa yang namanya Syaiful (hehe..) maka secara otomatis dia akan dipanggil Sepol atau Saipul atau Saipol. Atau kalau lagi apes malah yang terdengar Cuma kata kata Pol saja. Kenapa? Jawabannya adalah karena plat nomor kendaraannya orang Jember adalah P. Makanya apa apa diganti P, hehe.. Enggak2 para netter, bercanda.

Ini hanya masalah kebiasaan saja. Kalaupun diucapkan dengan benar bisa kok. Orang yang bernama Syaiful terus dipanggil Pak Syaiful ya bisa saja. Gampang. Biasanya Pak Syaiful yang ini nih, punya status social yang terhormat. Makanya dipanggil dengan ejaan yang benar. Atau lantaran yang memanggil baru kenal.

Jadi sungkan mau manggil pak Sepol, haha.. Tapi tetaqp saja ejaan dengan huruf P lebih mantab dilidah dan akrab dihati.

Trus kok bisa2nya saya kasih judul Ai eLof Jember?Harusnya kan Ai eLop Jember. Wah kalau itu beda kasus para netter. Orang Jember kakalu disuruh baca LOVE memang eLof, bukan Lev. Kalau nggak percaya, coba sampean tanyakan ke pemuda Jember yang habis nembak ceweknya pakai bahasa inggris. Pasti dia bilang Ai eLof yu bukannya Ai Lev yu. Hehe..benar lagi kan saya..

Kalau Madura tidak punya huruf W, Jember juga tidak punya satu huruf, yaitu P. Sebentar2. Anda pasti mau Tanya lagi nih sebelum artikel ini saya sudahi. Apa maksudnya orang Madura tidak punya huruf W? Nantang carok tah? Wah sabar bos sabar, hehe..

Coba anda perhatikan orang Madura saat bicara. Pasti kalau ketemu yang namanya hurf W, seringkali mereka ubah dengan B. Nggak tahu kenapa. Mungkin inilah kelebihan orang Madura. Punya keunikan disana sini. Contoh saja kata2 wajan berganti bejen. Walang berganti beleng. Bondowoso berganti Bendebesah. Dan masih banyak lagi.

Jember juga seperti itu. Unik. Kita berplat P tapi jarang menggunakan huruf P. Anda ernama Syaiful. Datangnya artikel ini bukan untuk melakukan pembunuhan karakter. Sama sekali saya tidak ada maksud tidak terpuji. Terima kasih atas pengertiannya.

Salam plat P..tidak percaya? Kalau memang nggak percaya tanyakan saja ke pak Sepol. Ingat, ke pak Sepol lho ya.

Itu saja dari saya para netter. Semoga tulisan ini bisa membuat kita semua lebih bergairah untuk mencatat hal2 menarik di sekitar kita. Sekali lagi mohon maap buat anda2 yang bernama Syaiful. Datangnya artikel ini sama sekali bukan untuk melakukan pembunuhan karakter. Sama sekali tidak ada maksud tidak terpuji. Terima kasih atas pengertiannya.

Salam Plat P.. Jemberpos Ganti Nama Sunday, August 22, 2010 11:39 PM Para netter, Hepi Nyuw Yer..

Selamat hari kamis 1 Januari 2009, hehe.. Semoga ditahun ini para netter tambah sukses, banyak rejeki, dan selalu berdansa dengan alam raya.

Ini bukan artikel dengan pemikiran tertentu. Hanya media informasi saja. Bahwa blog ini berganti nama. Dari yang tadinya JEMBERPOS menjadi JEMBERSPOT.. Bukan apa apa. Saya baru tahu kalau sudah ada jemberpos.com. Nggak enak aja, sudah pakai blog gratis eh namaya sama lagi, hehe... Bedanya yang ini ada embel embel blogspotnya. Nah mumpung masih baru jadi cepet cepet saya ganti. Sekalian nama baru ini saya jadikan kado buat hari jadi kota Jember yang ke 80.

Tidak ada yang istimewa dari nama JEMBERSPOT. Hanya ingin menjadi sebuah noda kecil saja. Berkarya dengan yang saya bisa untuk kota Jember tersayang. Sudah itu saja. Semoga dari yang kecil ini bisa memberi arti buat kota kelahiran saya.

Gitu aja ya para netter. Sekali lagi Hepi Nyuw Yeeeerrr,,Tet tet teeetttt Pribumi Jember pra perkebunan Sunday, August 22, 2010 11:36 PM Kemarin saya mampir ke perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Jember. Iseng saya lihat deretan buku yang tertata rapi. Mata saya tertarik pada sebuah buku tebal bercover biru muda. Ternyata kumpulan materi dalam Kongres Nasional Sejarah 1996. Sub temanya adalah Dinamika Sosial Ekonomi III. Yang membuat saya tambah tertarik adalah, disana ada tulisannya Drs. Edy Burhan Arifin. Dosen saya dulu. Bahasan beliau berjudul Migrasi Orang Madura Dan Jawa ke Jember. Wow.. pas banget.

Anda tahu bukan, saya tertarik dengan keberadaan masyarakat local Jember sebelum ada perkebunan. Artinya sebelum tahun 1859. Bila menelaah kembali tulisan2 tentang Jember, ada gambaran samar samar tentang adanya peradaban di Jember sebelum berdirinya perusahaan perkebunan. Di artikel saya sebelumnya yang berjudul Jember dan daya tariknya bagi pengusaha swasta Belanda misalnya. Salah satu daya tariknya tertulis seperti ini. Bahwa masyarakat local telah menanam tembakau untuk keperluan local. Ini jelas2 menyatakan bahwa sebelum abad 19 desenia ke enam sudah ada peradaban di Jember.

Nah, di tulisannya pak Edy yang baru saya baca kemarin, ada data baru yang menyegarkan saya. Akan saya tuliskan kembali untuk anda.

Proses migrant orang2 Madura ke daerah karesidenan Besuki sudah sering terjadi sejak jaman dulu. Hal ini terlihat pada tahun 1798 penduduk Afdeling Bondowoso baru berjumlah 8000 jiwa. Namun pada tahun 1920 membengkak menjadi 40.000

jiwa. Hal ini dikarenakan banyaknya orang Madura yang migrasi. Di Afdeling Besuki dan Panarukan juga mengalami gejala yang sama.

Berdasarkan keterangan Residen Besuki pada sekitar 1800-an, orang2 Madura tidak tertarik migrasi ke Jember. Karena Jember termasuk daerah pedalaman dan terisolasi. Dan sarana transportasinya sangat sulit. Selain itu hutannya juga sangat lebat. Juga tanahnya yang moeras (berawa).

Dari sini saja saya bisa membuat gambaran sederhana. Bahwa Jember abad 18 masih belum ada pendatang (orang2 Madura) dari arah Afdeling Panarukan (pelabuhan Panarukan yang berdekatan dengan Sumenep), Besuki dan Bondowoso. Baru awal abad 19 (1800-an) ada migrant Madura dari arah tersebut. Itupun masih coba coba. Masuk dari arah Maesan, Jelbuk sampai Arjasa.

Secara garis besar masa itu Jember masih merupakan daerah unpopulated. Memang sudah ada populasi (pribumi Jember) tetapi masih sangat sedikit Jumlahnya. Untuk tahun 1858 saja penduduk wilayah Jember hanya 21.215 jiwa. Dengan luas wilayah Jember diperkirakan 3.234 kilometer persegi. Itu berarti jumlah penduduk Jember abad 18 sampai dengan awal abad 19 jauh dibawah 21.215 jiwa. Catatan konkritnya seperti ini. Pada desenia awal ke empat abad 19 jumlah penduduk Jember hanya berkisar 1800 15000 jiwa. Paling sedikit jika disbanding dengan Afdeling lain. Sejak desenia 6 abad 19 ada kenaikan jumlah sangat cepat. Menurut Bleeker, tahun 1845 jumlah penduduk Jember 9.237 jiwa. Beberapa tahun kemudian, 1867 membengkak menjadi 75.680 jiwa. Salah satu factor penyebabnya adalah terjadinya gelombang migrasi besar2an orang Madura ke Jember.

Para netter, kita sudah mempunyai gambaran tentang Jember pra perkebunan. Bahwa Jember termasuk daerah pedalaman dan terisolasi oleh hutan yang sangat

lebat dan rawa rawa. Belum lagi transportasi yang sulit. Itu menjadikan Jember sebagai wilayah yang tak terjamah. Begitupun oleh colonial Belanda. Untuk kepulauan Jawa, bisa dikatakan sangat terlambat sekali Belanda menjamah Jember.

Tapi para netter.. Tidak adil rasanya memberi gambaran tentang Jember hanya dari sisi perkebunan. Juga perbandingannya hanya dengan Afdeling Bondowoso, Besuki dan Panarukan saja. Kedepan saya akan mencari sumber2 lain untuk memperkaya data dan sudut pandang. Mohon sambung doanya.

Terimakasih

NB : Terimakasih buat Bapak Drs. Edy Burhan Arifin atas kepeduliannya terhadap Sejarah kota Jember. Kenapa Di Jember berceceran benda2 jaman kerajaan? Sunday, August 22, 2010 2:41 AM Dulu saya sempat berpikir kalau Jember adalah bekas reruntuhan kerajaan. Tapi itu pemikiran saat saya masih di bangku SMA. Kenapa saya berpikir seperti itu? Karena yang saya tahu Jember punya peninggalan sejarah berupa kuburan batu, batu kenong dan menhirnya.Apalagi beberapa waktu kemarin ketambahan penemuan baru. Di Ambulu telah ditemukan batu bata merah ukuran besar. Di dusun Gondosari desa Tamansari kecamatan Wuluhan tepatnya. Disinyalir batu bata merah tersebut adalah peninggalan Majapahit (Budiono : Dosen Sastra UJ).

Kalau memang Jember adalah bukan bekas reruntuhan kerajaan, lalu kenapa ada benda2 peninggalan sejarah yang berceceran disini? Jawabannya singkatnya adalah karena Jember diapit oleh beberapa kerajaan besar. Dari pra colonial

sampai jaman penjajahan. Dari sini saya ajak anda untuk berpikir bahwa Jember adalah daerah transit kerajaan2 tersebut. Contoh pada jaman kerajaan Blambangan berselisih paham dengan Majapahit. Kemudian terjadi perang yang dikenal dengan nama Perang Paregreg. Perang ini terjadi tahun 1401 M sampai 1406 M. Pemicunya adalah karena perebutan kekuasaan. Perang ini juga melahirkan cerita sejarah tentang pertempuran antara DamarWulan (utusan Majapahit) dan MinakJinggo pemimpin Blambangan.

Terlepas dari cerita tersebut, anda mungkin sudah bisa menggambarkan posisi Jember dalam perang paregreg tersebut. Jember tepat ada di tengah medan perang. Meskipun abad 14 - 15 Jember masih unpopulated dan terisolasi oleh hutan yang lebat, tapi Jember adalah satu2nya wilayah yang harus dilewati. Misalnya Majapahit (Mojokerto dan sekitarnya) akan menggempur kerajaan Blambangan (Banyuwangi), maka pilihannya ada dua. Lewat laut apa melalui rute darat. Kalau darat ya mau nggak mau menembus hutan belukar Jember.

Padahal perangnya bukan hanya itu. Sebelum paregreg ada perang Nambi. Bermula dari hubungan diplomatik yang tidak harmonis antara Blambangan dengan Majapahit mengobarkan perang Nambi pada tahun 1316. Setelah itu ada perang Sadeng tahun 1331. Masih antara Blambangan dan Majapahit. Baru tujuh puluh tahun berikutnya muncul perang paregreg. Perang paling dahsyat daripada perang sebelumnya.

Nah para netter, dari contoh kasus diatas saja kita bisa menyimpulkan kenapa di Jember ada tercecer peninggalan seperti batu kenong, kuburan batu dan menhir. Selain juga pernah ditemukan alat2 perang didaerah Biting arjasa berbahan perak perunggu tembaga dan manik2 emas (sumber : Bapak Rohim).

Itu dulu para netter, jumpa lagi di artikel depan. Masih tentang Jember, Kota penuh inspirasi..

Terima kasih.. Panarukan tempoe doeloe Sunday, August 22, 2010 2:39 AM Para netter, tahukah anda bahwa Raja Hayam Wuruk pernah ke Panarukan? Pada tahun 1359 tepatnya. Wah, kalau lewat darat berarti melewati Jember dong? Lewat patrang terus ke Arjasa, Jelbuk dan seterusnya. Lewat depan rumah enggak ya? Hehe.. Ada apa dengan Panarukan tempo dulu sampai2 Hayam Wuruk len jelenan kesana? Saya dapatkan data tentang Panarukan ini dari tulisan ilmiahnya Mbak / Ibu Cholifa Jurusan Arkeologi Universitas Udayana. Oke saya tulisan kembali untuk anda dengan sedikit edit.

Panarukan tempo dulu adalah salah satu pelabuhan internasional yang strategis. Terletak di sebelah Pantai Utara Jawa Timur. Sebagai salah satu bandar kuno telah mempermainkan peranannya sejak berabad-abad yang lampau. Pada masa Kerajaan Majapahit Panarukan sangat terkenal sebagai kota pelabuhan di ujung timur Pulau Jawa. Panarukan mempunyai kedudukan lebih penting karena terletak pada tepi jalan perdagangan yang lebih ramai. Ini mungkin menjadi alasan mengapa raja dan petinggi-petinggi Kerajaan Majapahit sering singgah di Panarukan.

Panarukan saat ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur. Letak Kabupaten Situbondo, di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Luas wilayah Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 Km. Hampir keseluruhan terletak di pesisir pantai dari Barat ke Timur, bentuknya memanjang kurang lebih 140 km.

Panarukan dahulu merupakan bagian dari Keresidenan Besuki. Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah Kabupaten Panarukan dengan ibukota Situbondo. Pada masa pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jendral Daendels ( tahun 1808-1811 M) membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Jalan Anyer Panarukan .

Pada masa pemerintahan Bupati Achmad Tahir ( tahun 1972 M) Kabupaten Panarukan kemudian berganti nama menjadi Kabupaten Situbondo, dengan ibukota tetap di Situbondo

Kawasan pelabuhan Panarukan berada di Pedukuhan Pesisir Kilensari Kecamatan Panarukan. Jarak dari pusat kota Situbondo ke lokasi pelabuhan Panarukan kurang lebih 8 km ke arah barat. Lokasi pelabuhan terletak di pinggir laut dan dekat dengan jalan raya sehinggga dapat dijangkau dengan mudah.

Sejak abad XVI Panarukan sudah berfungsi sebagai salah satu kota pelabuhan terkemuka di Jawa Timur. Fungsi pelabuhan Panarukan semakin tampak yakni pada sekitar abad XIX tatkala daerah Jember dan Bondowoso dijadikan sebagai sentra area penanaman cash crop production, khususnya tanaman tembakau, kopi, tebu dan produk-produk perkebunan yang lain. Di pelabuhan Panarukan inilah tempat untuk menimbun, menyimpan, dan mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri.

Pelabuhan Panarukan didirikan oleh salah seorang Ondemer terkemuka di kawasan Besuki yakni George Birnie pada tahun 1890-an dengan nama Maactschappij Panaroekan.

Pelabuhan Panarukan erat hubungannya dengan aktivitas serta perkembangan PT. Djakarta Lloyd sub. Cab Panarukan dahulu Panaroekan Maatscappij yang didirikan pada tahun 1886. Maka sejak tahun pendirian tersebut pelabuhan Panarukan sudah dikenal pasaran dunia atau Eropa melalui ekspor komoditi gula, kopi, tembakau, karet, dan jagung. Di pelabuhan Panarukan juga terdapat lori yang menghubungkan stasiun kereta api sampai dermaga. Kira-kira sepanjang 1 Km. Untuk angkutan tembakau dan kopi dari Jember dan Bondowoso lebih murah dan cepat dengan jasa kereta api sampai Panarukan.

Sejak awal abad XIX pihak pemerintah kolonial menerapkan kebijakan ekonomi the system of onterprice (sistem pembangunan perusahaan atau Industri) sebagai pengganti the cultivation system (sistem pengolahan bahan). Dampak kebijakan politik ekonomi itu menyebabkan banyak berdirinya perusahaan perkebunan. Salah satu daerah yang berkembang sebagai akibat kebijakan itu ialah daerah Bondowoso dan Jember. Kedua daerah ini terletak di bagian pedalaman yang cocok untuk penanaman komoditi ekspor. Namun pada waktu itu permasalahan utama yang dihadapi oleh perusahaan perkebunan ialah sulitnya mengangkut hasil perkebunan ke luar negeri, karena kedua derah tersebut jauh dari pelabuhan. Untuk mengatasi masalah tersebut George Bernie, pemilik NV LMOD (landbouw Matscapay Out Djember) yakni salah seorang penguasa perkebunan terbesar di daerah ini berinisiatif untuk membangun pelabuhan di Panarukan dan jalur kereta api Jember-Bondowoso-Panarukan. Gagasan untuk membangun pelabuhan Panarukan terealisasi pada tahun 1897 dan jalur kereta api JemberBondowoso-Panarukan yang berjarak 98 km dibuka pada tanggal 1 Oktober 1897. Untuk itu Bernie bekerjasama dengan Stoomvaart Matscapien Nederlandsch dengan mendirikan Matscapay panaroekan. Sejak berdirinya perusahaan pelabuhan ini semua hasil perkebunan yang berasal dari Bondowoso, Jember,

Banyuwangi, dan Panarukan sendiri ditimbun di gudang-gudang di sekitar pelabuhan kemudian diangkut dari pelabuhan Panarukan ke luar negeri terutama ke Bremen (Jerman) dan Rooterdam (Belanda).

Para netter, ada benang merah yang dapat diambil oleh warga jember menyangkut tulisan diatas. Bahwa sudah sejak awal pertumbuhannya (Abad XIX Masehi), Jember sudah memiliki kedekatan dengan Panarukan. Hal ini terbukti dengan pengangkutan hasil2 perkebunan lewat Panarukan.

Gitu aja ya para netter, kalau ingin tulisan yang lebih lengkap, silahkan kunjungi www.matabumi.com. Saya dapatnya sumber ini dari sana soalnya.

Terima kasih

NB : Terima kasih yang sebesar besarnya buat Mbak / Ibu Cholifa, atas tulisannya yang berjudul Sekelumit Sejarah Pelabuhan Internasional Panarukan Jawa Timur. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan, Amin.. Belajar dari Tuban.. Sunday, August 22, 2010 2:38 AM Artikel yang hendak saya beberkan ini terinspirasi oleh semacam buku panduan. Dari Panitia Hari Jadi Tuban. Judulnya Panduan kegiatan peringatan Hari Jadi Tuban ke 708 (1293 2001). Semoga kita istimewanya rakyat Jember bisa belajar dari ini.

Panitia Hari Jadi Tuban terbentuk berdasarkan SK Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tuban Nomor 90 tahun 1986. Tim penggali Hari Jadi Tuban ini bekerja sama

dengan beberapa pakar sejarah dari perguruan tinggi untuk penelitian dan pengumpulan data2.

Penetapan hari jadi tidak semata mata untuk menggali nilai sejarah dan pelestarian budaya daerah saja. Lebih dari itu untuk upaya membangkitkan sisi kepahlawanan Ronggolawe. Dengan tujuan untuk membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Tuban.

Upaya penelusuran ini melalui beberapa tahap (kriteria) yaitu :

1. Membentuk tim penggali Hari Jadi Kabupaten Tuban dengan SK Bupati. 2. Tim melaksanakan tugas dengan tolak ukur (criteria) sebagai berikut : a. Mencari sumber tertulis yang setua mungkin b. Pengertian Tuban diharapkan sudah setingkat dengan Kabupaten sekarang c. Hari Jadi harus mampu memberikan kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Tuban d. Penentuan Hari Jadi merupakan KEPUTUSAN POLITIK dari Bupati Kepala Daerah. e. Hari Jadi harus dapat merupakan pelestarian budaya daerah yang mengandung unsure semangat membangun bagi masyarakat Tuban 3. Menelusuri asal usul nama Tuban sebagai letak Kota Tuban. Ada beberapa dasar sebagai alternative yang cukup jelas yaitu : A. Berdasarkan Legenda ada tiga istilah sebagai berikut

1. Tuban berasal dari istilah Wa(Tu) Ti(Ban) yaitu pusaka kerajaan Majapahit berbentuk batu. 2. Tuban, yang berasal dari istilah Metu Banyune. 3. Tuban, dari istilah Jawa Nges (Tu)ake Kuwaji (Ban). B. Berdasarkan etimologi ada tiga macam : 1. Data Arkeologi, Peninggalan sejarah Archa Nandhim dan Arca Mahatula di Kecamatan Rengel. Menunjukkan jaman Singosari. Juga diketemukan pecahan keramik, batu bata dan prasasti Malengga dan Banjaran yang berangka tahun 1052 M 2. Data Geografis, Rengel terletak di tepi Bengawan Solo yang sangat strategis. Ditinjau dari segi ekonomi dan militer sangat mendukung pengembangan pusat pemerintahan 3. Cerita rakyat, Antara lain Lanjar Maibit dari kecamatan Rengel, Pangeran Purbaya dan peperangan antara Ronggolawe dengan Kebo Anabrang di Beron C. Berdasarkan pendapat para ahli Drs. M. Soekarto Kartoatmojo berpendapat bahwa Tuban berasal dari Tubo. Tubo adalah tanaman yang dapat diramu untuk membuat racun. Salah satu wilayah di Kabupaten Tuba nada yang bernama Jenu. Artinya sama dengan Tubo.

4. Menelusuri Hari Jadi Tuban dari sudut lintasan sejarah a. Jaman Pemerintahan Airlangga sampai Kediri pada tahun 1042. Kerajaan Kediri dibagi menjadi 2 bagian yaitu Panjalu dan jenggala. Pembagian Negara Kediri ini bertautan dengan Tuban, baik letak maupun hubungannya. Pada awal 1293 Tuban kembali menjadi percaturan sejarah karena peranannya. Pada masa Raden Wijaya membuka tanah di hutan tarik yang akhirnya menjadi

besar yaitu Majapahit. Dari sinilah peranan Ronggolawe sangat besar sehingga diangkat sebagai Adipati Mancanegara di Tuban.

5. Penelusuran melalui sumber2 tertulis yang berkaitan dengan Tuban yaitu berupa prasasti (Prasasti kembang putih, Malengga, Banjaran dan Prasasti Tuban I & II. Juga sumber2 tertulis yang berupa naskah kuno. Diantaranya : i. Kidung Harsa Wijaya , yang menyebut bahwa penobatan Raden Wijaya adalah pada Purnen Kartika Masa Pancasidi Sukleng Catur5 yaitu tanggal 15 bulan Kartika. Atau tanggal 12 Nopember 1293 Masehi. ii. Kidung Ronggolawe Pupuh XXV / 22 dan Pupuh XXV / 23 iii. Piagam Kudadu yang berangka tahun1294 iv. Piagam penenggungan Tahun 1296 Masehi

Jaman Singosari sampai berdirinya Majapahit tahun 1059 Kerajaan Jenggala mengalami masa surut tapi nama Tuban belum muncul dalam arena sejarah. Pada tahun1275 dalam surat Paraton disebut : Sirna Panji Aragini Angeteraken Wangsul Ing TUBAN Teka Ring Tumepel Sang Panji Aragini Angeteraken sodohapati Dina Akhlasukan Sira Aji Kertanegara. Dengan demikian dapat disimpulkan sewaktu jaman Raja Kertanegara Tuban sudah menjadi kota yang besar. Juga sebuah Bandar pelabuhan. Hal ini terbukti (menurut Tim Penggali Hari Jadi Tuban) adanya tentara tar tar Dari Tiongkok yang menuju ke Singosari berlabuh di pelabuhan Tuban.

6. Berdasarkan beberapa penelusuran tersebut, ada beberapa alternative Hari Jadi Tuban, yaitu : a. Tanggal 21 Agustus 1052 berdasarkan Prasasti Malengga

b. Tanggal 31 Agustus 1052 berdasarkan Prasasti Banjaran diketemukan di Plumpang c. Tanggal 12 Nopember 1293 yaitu tanggal penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit yang diikuti pengangkatan para punggawa kerajaan. Salah satu Punggawa Kerajaan tersebut adalah Ronggolawe yang diangkat sebagai Adipati Mancanegara di Tuban d. Tahun 1355 berdasarkan Prasasti Tuban I dan II yang ditemukan di Desa Bandungrejo Kecamatan Plumpang menyebutkan tentang pemberontakan di tepi sungai yang dapat dipadamkan oleh Ra Khuti Tuban 6. Atas dasar beberapa sumber data tersebut dan dengan memperhatikan kriteria poin 2, Tim Penggali menyimpulkan Hari Jadi Tuban jatuh pada tanggal 12 Nopember 1293. Bertepatan dengan diangkatnya Ronggolawe sebagai Adipati Mancanegara di Tuban.

Para netter, capek ya bacanya? Panjang beneran kan? hehe.. Sori.

Sesuai dengan judul artikel ini, Belajar dari Tuban, saya ingin mengajak warga Jember untuk rame2 berpikir kembali tentang Hari Jadi. Sampai saat ini masih ada beberapa pihak yang ingin meninjau kembali Hari Jadi kota Jember. Dan pintu menuju kesana terbuka lebar. Pihak Pemerintah Daerah mempersilahkan bagi siapa saja yang kompeten di bidangnya untuk mengadakan penelitian tentang ini. Sayang seribu saying, yang sering saya dengar hanyalah perbedaan pandangan saja. Ujung2nya saling menyalahkan. Kalaupun ada ujung2nya lagi, pasti alasannya adalah dana.

Sebenarnya adalah berita yang menyenangkan manakala banyak pihak yang menyoroti hal ini. Secara tidak langsung itu menunjukkan rasa kepemilikan yang tinggi warga Jember terhadap daerahnya.

Tuban mengajarkan bahwa usia tua bukan menjadi satu2nya yang dikejar. Sebenarnya Tuban bisa menjadi lebih tua dari usianya yang sekarang. Lebih tua hampir dua setengah abad. Tetapi Tuban memilih 1293 sebagai Tahun Hari Jadinya. Kenapa? Mengejar momentum itu jawabannya. Selain juga eksistensi nama. Tahun 1293 yang paling dekat dengan surat Paraton, 1275. Di tahun tersebut nama Tuban telah eksis di Panggung sejarah. Alasan terakhir adalah memahat kepahlawanan (dianggap pahlawan) Ronggolawe demi melahirkan rasa kebanggaan bagi masyarakat Tuban. Semuanya pada akhirnya kembali pada Keputusan Politik. Bagaimana dengan Jember?

Jember tidak punya sumber tertulis semacam prasasti. Di abad 13 Jember juga tidak memiliki tokoh semacam Ronggolawe. Tapi bukan berarti kita bisa memvonis rakyat Jember tidak bangga dengan Hari Jadinya. Itu yang harus menjadi pertimbangan manakala ada yang ingin merekonstruksi Hari Jadi Kota Jember.

Sejarah membuktikan, pemikiran kaum menengah dan kaum elit seringkali berbeda dengan rakyat sebagai arus bawah. Pandangan se-ideal apapun seringkali kandas hanya karena tidak ada komunikasi dengan rakyat jelata.

Alangkah lebih bijaksananya bila kita menggali lebih dalam (saja) tentang apa2 yang bisa membanggakan warga Jember menyangkut ke-Jember-an nya. Saya rasa itu lebih menyenangkan. Mari kita meneliti dan mencari data bareng2 tentang kehidupan di Jember tempoe doeloe. Apa dan Bagaimana pola pikir dan gaya hidupnya. Setidaknya itu bisa dijadikan parameter pada saat kita (warga jember) ingin bergaya ala Jember.

Para netter, bagaimana dengan anda? Ingin bergaya cara Jember? Oke saya kasih bocorannya (kedepan InsyaAllah akan saya artikelkan). Lilitkan serbet / bandana di leher anda. Karena itu yang dilakukan oleh kaum buruh perkebunan Jember tempo dulu untuk mengantisipasi polusi aroma. Selain juga Jember tempo dulu teramat sangat berdebu, tidak seperti sekarang.