SEISMIK DARATpro
-
Upload
fajar-waskito -
Category
Documents
-
view
292 -
download
4
description
Transcript of SEISMIK DARATpro
SEISMIK DARATFAJAR WASKITO
TRAINEE
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
LEMIGAS
Pembimbing: Okky Hedriana, S.Si
Pendahuluan
Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direfleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon.
Gelombang Seismik
Hukum Perambatan Gelombang
Asas Fermat :
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat waktu penjalarannya.
Perinsip Huygens:
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik-titik pengganggu yang berada didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan gelombang yang baru.
Hukum Snellius:
Gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium yang berbeda.
Akuisisi Seismik Darat
Akuisisi data merupakan tahap awal dalam metode seismik. Akuisisi data seismik adalah proses pengambilan data hasil rekaman seismik dilapangan.
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah memperoleh data pengukuran gelobang seismik yang diperoleh dari sumber energy ke penerima (geophone).
Alur Proses Akuisisi Seismik Darat
Survey Awal
Pengukuran Titik Control
Pengukuran Lintasan Seismik
Design Survey
Drilling & Preloading
Recording
Shooting
Design Survey
Dalam pembuatan design survey dibutuhkan beberapa parameter yang menjadi acuan diantaranya:
Trace Interval : Jarak antara tiap trace/receiver
Shot Point Interval: Jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya
Posisi Shot Point: Koordinat posisi shot point
Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan receiver terjauh
Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan receiver terdekat
Jumlah Shot Point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan
Jumlah Receiver: Banyaknya receiver yang digunakan dalam satu SP
Design Survey
Record Length: Lamanya perekaman gelombang seismic
Laju Pencuplikan: menentukan batas frekuensi maksimum yang masih dapat direkam dan direkonstruksi dengan benar sebagai data.
Fold Coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone di permukaan
Panjang lintasan: panjang lintasan pada akuisisi
Ukuran Sumber: Ukuran energi yang dihasilkan oleh sumber seismik
Kedalaman Sumber: Penempatan kedalaman sumber didalam tanah
Arah Lintasan: Arah lintasan bentangan geophone
Spasi antar Lintasan: Penentuan jarak antar lintasan
96 97 192
SourceConfigurationRecord Length Number of Channel Interval ShotInterval ReceiverSampling RateRecording Filter Low filter High FilterNear offsetFar offsetCDP SpacingCDP Fold
DynamiteSplit spread6 s192105 m 35 m 4ms-----------------------------------------10 Hz – 12 db/oct62.5 Hz – 72 db/oct± 17.5 m± 3325 m17.5 m32 (max)
Skema akuisisi seismic 2D darat
Parameter akuisisi seismic 2D darat
Near Offset
Far Offset
Group Interval
Charge Depth
Shallow Target
Deepest Target
Source Receiver
Skema akuisisi seismic 2D darat
Alur Proses Akuisisi Seismik Darat
Survey Awal
Pengukuran Titik Control
Pengukuran Lintasan Seismik
Design Survey
Drilling & Preloading
Recording
Shooting
Quality Control (QC)
Tahap Field QC data seismik merupakan kegiatan untuk mengkontrol kualitas dari perekaman data seismic yang berupa raw data.
Kualifikasi kualitas raw data adalah berupa: Good : Frekuensi sinyal dan energy tinggi, kandungan
bising (noise) yang sangat sedikit / Tidak ada. Fair : Frekuensi sinyal dan energi tidak begitu tinggi,
terdapat kandungan bising yang tidak terlalu banyak. Poor : Frekuensi sinyal dan energi rendah, kandungan
bising dominan
Quality Control (QC)
Good raw data Fair raw data
Poor raw data
Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik dititik beratkan pada koreksi koreksi terhadap sesuatu yang dapat mengganggu data. Tujuan utama dari pengolahan data seismik adalah untuk memerperoleh gambaran lapisan lapisan bawah bumi dari data akuisisi yang dimiliki.
Tahapan Pengolahan Data Seismik
Secara garis besar urutan pengolahan data seismik dibagi menjadi 3, yaitu:
Pre-processing adalah tahapan awal pengolahan data seismic yang bertujuan untuk merekondisi sinyal seismic yang terekam. Terdiri dari Demultiplex, True Amplitude Recovery (TAR), Editing, Dekonvolusi, Filtering, Koreksi Statik.
Processing atau Analyzing adalah tahapan lanjut dalam pengolahan data seismic yang bertujuan untuk menganalisis kecepatan gelombang seismik yang melewati suatu reflector. Gelombang seismic yang terekam dianalisis kecepatannya dengan cara memunculkan spectrum amplitude hasil NMO dan Stacking. Kecepatan yang tepat akan menghasilkan penampang seismic yang tepat.
Post-processing adalah tahapan akhir dalam pengolahan data seismic yang terdiri dari koreksi residual static dan migrasi.
Flow Chart
Raw Data Input
Raw data input adalah process input data mentah dari hasil akuisisi seismik yang tersimpan didalam pita magnetik dengan format SEGY. Rekaman gelombang seismic yang terekam dalam field tape terdiri dari header dan amplitude.
Pola gelombang seismik yang terekam pada raw
data
Pendefinisian Geometri
Pendefinisian geometri adalah proses memasukkan parameter lapangan kedalam dataset yang dimiliki. Hasil keluaran dari field geometry berupa stacking chart atau stacking diagram dengan geometri penembakan saat akuisisi data.
Editing
Editing adalah proses menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan yang lainnya yg dapat mengganggu data.
True Amplitude Recovery (TAR)
True Amplitude Recovery (TAR) adalah koreksi terhadap amlitudo gelombang seismic yang menjadikan permukaan pemantul seolah memiliki energy yang sama.
Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan meminimalisir efek multiple. Fenomena perambatan gelombang seismic yang dipakai dalam seismic eksplorasi dapat didekati dengan model konvolusi. Dekonvolusi dilakukann untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll, multiple reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise.
Konvolusi merupakan operasi forward:
Dekonvolusi merupakan keterbalikan konvolusi:
Sumber (t) * Koefisien Refleksi (t) = Sinyal (t)
Koefisien Refleksi (t) = sumber (t) / Sinyal (t)
Dekonvolusi pada dasarnya berfungsi membentuk sinyal. Beberapa tipe dekonvolusi diantaranya :
Spiking deconvolution adalah menghasilkan ideal spike signal
Predictive deconvolution adalah proses perbaikan bentuk wavelet akibat noise yang apabila di kill atau di mute akan menghilangkan sinyal yg diperlukan
Filtering Frekuensi
Filter Frekuensi
Koreksi static
Koreksi static termasuk juga koreksi ketinggian (elevasi). Efek topografi terhadap waktu rambat gelombang refleksi dapat dihilangkan dengan mengoreksi elevasinya. Koreksi ketinggian dilakukan karena posisi sumber sumber dan receiver atau geophone dipermukaan bumi memiliki ketinggian yang bervariasi. Oleh karena itu, koreksi dengan cara menghilangkan efek dekat permukaan yang bertujuan untuk menyamakan ketinggian.
Koreksi statik
Analisis Kecepatan
Analisis kecepatan merupakan proses untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk memperoleh staking yang terbaik dengan kata lain proses untuk memperoleh kecepatan yang tepat. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses staking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang maksimum. Semakin jauh jarak offset suatu receiver maka semakin besar waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari source untuk dapat ke receiver.
Normal Move Out (NMO)
Normal Move Out (NMO) adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset tertentu dengan TWT pada zero offset.
Koreksi NMO juga bisa disebut pemilihan model kecepatan (Vrms maupun Vstack) merupakan hal yang sangat penting
a. Sebelum koreksi NMOb. Model kecepatan yang tepatc. Model kecepatan yang rendahd. Model kecepatan yang tinggi
Stacking
Stacking adalah proses menjumlahkan trace-trace seismik dalam satu CDP setelah koreksi NMO (Normal Move Out). Stacking bertujuan mempertinggi signal to noise ratio (S/N).
Residual static
Residual static atau koreksi static sisa adalah proses yang dilakukan setelah analisis kecepatan, yang hanya digunakan untuk menyempurnakan koreksi static yang awal sudah dilakukan.
Residual static ini dibutuhkan karena:
Proses NMO pada CDP Gather tidak selalu cocok dengan lintasan hiperbolik
Saat melakukan koreksi static, kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman berada pada wethering zone
Data uphole dan first break yang sangat buruk.
Sehingga, setelah melalui tahapan proses ini diharapkan data data yang dihasilkan sudah terkoreksi secara benar dan menghasilkan penampang seismik yang benar benar mempresentasikan keadaan bawah permukaan bumi dengan tepat.
Migrasi
Migrasi adalah suatu proses untuk memetakan penampang menjadi penampang lain dimana even-even seismic semu pada reflector miring dikembalikan pada posisi dan waktu yang tepat. Hasil proses migrasi mampu menghilangkan efek efek sinyal terdifraksi sehingga mendapatkan gambaran bawah permukaan secara jelas.
Secara lengkap migrasi bertujuan sebagai berikut:
Memperbaiki resolusi even dalam penampang seismic.
Mengoreksi posisi reflector yang terdistorsi dengan menghilangkan difraksi hiperbola dan memfokuskan energinya pada puncak hiperbola tersebut.
Mengekstraksi koefisien refleksi dari data seismic.