file · Web viewSecara alami bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan ......
Click here to load reader
Transcript of file · Web viewSecara alami bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan ......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tercapainya tujuan pembinaan kesehatan bagi masyarakat lanjut usia
( lansia ) adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia
dalam mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat. Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan RI Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
bahwa upaya kesehatan lanjut usia merupakan pelayanan penunjang yang
kegiatanya di selenggarakan oleh puskesmas dan merupakan upaya kesehatan
pengembangan dengan indicator standar pelayanan minimal 70%. Adapun
tujuan khusus dari pelayanan kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan
kemandirian lansia dalam mengatasi masalah kesehatanya khususnya kemampuan
mendeteksi dini penyakit, mencari pertolongan pengobatan dan kemampuan
merawat dirinya sendiri untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menurut
WHO tahun 1989, telah dicapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lansia
( elderly ) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih.
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil
dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut Dep.Kes RI. Tahun
2005, tentang Umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki
64,3 tahun . Bahkan Boedhi Darmojo menyebutkan harapan hidup pada waktu
lahir orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih.
Adapun batasan lanjut usia oleh Departemen Kesehatan RI di tetapkan
seseorang dengan usia lebih dari 60 – 69 tahun, sedangkan usia lebih dari 70
tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi. Berdasarkan data
Susenas tahun 2003 jumlah penduduk lanjut usia mencapai 16.172.835 jiwa atau
7,54% dan pada tahun 2010 akan mencapai 24 juta jiwa atau 9,77% dari total
penduduk. Dampak dari peningkatan jumlah lanjut usia antara lain masalah
penyakit degeneratif akan sering menyertai para lanjut usia yang bersifat kronis
dan multipatologis dalam penangananya memerlukan waktu cukup lama dan biaya
besar. Menghadapi kondisi demikian perlu pengkajian masalah-masalah lanjut
1
usia yang lebih mendasar dan sesuai dengan kebutuhan. Secara alami
bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif dengan
manifestasi beberapa penyakit seperti penyakit hipertensi, kelainan jantung,
penyakit diabetes militus, kanker rahim / prostat, osteoporosis dan lain-lain.
Meskipun lanjut usia bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan proses
penuaan, insiden penyakit kronik dan ketidakmampuan akan semakin meningkat.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi dari lanjut usia
2. Untuk mengetahui golongan usia pada lansia
3. Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan pada lanjut usia
4. Untuk mengetahui program kesehatan pada lanjut usia
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.
b) Mahasiswa dapat mengenal karakteristik penyakit pada lansia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Lanjut Usia ( Lansia )
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan
yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses
penuaan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di
wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh,
merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus
berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua
adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13
tahun 1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan
alam, maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun.
Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu
fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih
ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh
manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur
anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini
berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang
selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan
tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara
keseluruhan.
3
B. Golongan Usia Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan
menjadi 4, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu
pertengahan umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 – 54 tahun, usia
lanjut dini/ prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55
– 64 tahun, kelompok usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau
kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita
penyakit berat, atau cacat (Mutiara, 1996).
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Deputi
I Menkokesra, 1998)
C. Masalah Kesehatan pada Lansia
a. Penyakit-penyakit Lansia
Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh penderita usia lanjut
diantaranya adalah :
1. Sistem Pernapasan
a) Emfisema
Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan
struktur paru-paru dalam bentuk pelebaran saluran napas di
ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan dinding
alveolus. Penyakit ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif
kronik yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara
pernapasan. Penyakit ini bersifat progresif dan biasanya
4
diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat berupa
batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mukoid, dan
jika terdapat infeksi, sputum tersebut menjadi purulen. Badan
terlihat lelah, nafsu makan berkurang, dan berat badan pasien
menurun.
b) Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan
yang menyebabkan hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit
asma ditandai dengan 3 hal, antara lain penyempitan saluran
napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di
saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas,
batuk berdahak, dan suara napas yang berbunyi wheezing, yang
biasanya timbul secara episodic pada pagi hari menjelang
waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormone kortisol
yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor
lainnya.
c) Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang
penting pada lansia. Penyakit ini menduduki peringkat keempat
penyebab kematian dan infeksi paru dan sering merupakan
penyakit terminal yang dialami lansia. Pneumonia pada lansia
dapat bersifat akut atau kronis. Gejala pneumonia bermacam-
macam bergantung pada kondisi tubuh dan jenis kuman
penyebab infeksi. Beberapa tanda dan gejala pneumonia
meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat, menggigil,
dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri
kepala, nyeri otot dan lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda
ini lebih ringan, bahkan suhu tubuh dapat lebih rendah dari nilai
normal.
d) Bronkitis
Bronkitis merupakan peradangan membran mukosa yang
melapisi bronkus dan/atau bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea
5
ke paru-paru. Bronkitis dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut
dan kronis. Bronkitis akut ditandai dengan batuk dengan atau
tanpa sputum, terdiri atas mucus yang diproduksi di saluran napas.
Sedangkan bronkitis kronis merupakan satu dari penyakit paru
obstruktif kronis dengan batuk produktif yang berlangsung sampai
3 bulan atau lebih setiap tahunnya selama 2 tahun.
.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami
kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak (akut).
Hipertensi menetap (tekanan darah yang tinggi yang tidak menurun)
merupakan faktor risiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner,
gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun peningkatan
tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka
harapan hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala,
meskipun beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing,
pandangan kabur, muka yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup
aliran darah di arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang
menyalurkan makanan ke otot jantung. Penghentian suplai darah ke
jantung akan merusak atau mematikan sebagian jaringan otot jantung.
Gejala yang sering muncul pada serangan jantung dapat berupa rasa
tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat
menjalar dari dada ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga
ke gigi dan rahang. Episode ini dapat semakin sering dan semakin
lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul berupa sesak napas,
berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai muntah.
Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol.
Namun, gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti
6
terbakar, kulit dingin, pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang
disertai rasa lesu yang luar biasa tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan
insiden meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun.
Keadaan ini merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah
sesuai kebutuhan fisiologis. Angka rawat inap gagal jantung pada
pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun terakhir. Gagal
jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang
memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal
jantung atau terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu
curah jantung. Kelainan katup menyebabkan gangguan ejeksi,
pengisisan dan preload kronis yang diakhiri dengan gagal jantung
.
3. Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60% demensia
ditimbulkan penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan untuk
menggambarkan sindrom klinis dengan gejala penurunan daya ingat
dan kemunduran fungsi intelektual lainnya. Pasien mengalami
kemunduran fungsi intelektual yang bersifat menetap, yakni adanya
gangguan pada sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis, yang
mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan
memahami.
b. Stroke
Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau
jika pembuluh darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke
jaringan otak disekitarnya. Sel-sel otak akan mati jika tidak
mendapatkan oksigen dan makanan atau akan mati akibat perdarahan
yang menekan jaringan otak sekitar. Stroke dapat dibagi atas 2 kategori
besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Yang pertama terjadi
akibat penyumbatan aliran darah sedangkan yang kedua karena pecahnya
7
pembuluh darah. Delapan puluh persen kasus stroke disebabkan oleh
iskemia dan sisanya akibat perdarahan.
c. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama
berupa tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak stabil. Penyakit
ini terjadi akibat sel saraf (neuron) yang mengatur gerakan mengalami
kematian. Ciri penyakit Parkinson merupakan kelompok gejala yang
tergabung dalam kelainan gerakan. Empat gejala utama Parkinson adalah
tremor atau gemetar di tangan, lengan, rahang, atau kepala; kekakuan di
otot atau ekstremitas; bradikinesia, atau perlambatan gerakan; postur tubuh
yang tidak stabil atau gangguan keseimbangan. Gejala biasanya timbul
secara perlahan dan semakin lama semakin parah. Pada taraf gejala
maksimal, pasien tidak dapat berjalan, berbicara, atau bahkan melakukan
suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini bersifat menahun, progresif,
tidak menular, dan tidak diturunkan.
4. Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam
mengeluarkan tinja, yaitu pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya,
tidak dapat menahannya atau terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut.
Mereka dengan keluhan ini dalam pergaulan merasa tersisihkan dan
rendah diri yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB
lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair,
terkadang terdapat ampas dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi
fisiologis sistem pencernaan lansia yang sudah mulai menurun dan juga
disebabkan oleh bakteri dan faktor psikologis.
8
5. Sistem Perkemihan
a. Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan
ampas darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring darah, cairan
dan ampas tersebut akan menumpuk dalam tubuh. Keadaan ini dapat pulih
kembali dan jika kondisi pasien cukup baik fungsi ginjal dapat kembali
normal dalam beberapa minggu, misalnya akibat penyakit kronis seperti PJK,
stroke, infeksi berat ataupun penyakit penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya
dapat berupa penurunan jumlah pengeluaran urine meskipun sesekali
pengeluaran masih dapat terjadi, retensi air yang dapat menimbulkan edema
tungkai, mengantuk, sesak napas, lesu, bingung, kejang atau koma pada kasus
berat, dan nyeri dada akibat perikarditis. Biasanya pasien tidak
memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi lebih terfokus pada keluhan
penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang
minimal. Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan tersebut
sampai fungsi ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah diabetes dan
hipertensi. Beberapa tanda dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah
hipertensi, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan
muntah, lesu dan gelisah, kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas,
penurunan daya ingat, kedutan dan kram otot, BAB berdarah, kulit
kekuningan, dan rasa gatal.
c. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat, meliputi antara
lain: jaringan kelenjar dan jaringan fibromuskular yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika. Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal,
yaitu penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih dan
Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi
kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Gejala klinik dapat
berupa frekuensi berkemih bertambah, berkemih pada malam hari,
9
kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih
masih tetap menetes setelah selesai berkemih, rasa nyeri pada waktu
berkemih.
d. Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu
di luar kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi
medis, inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus dekubitus, infeksi
saluran kemih, sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah
tidur, dan sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang
beberapa saat setelah digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul
secara bergantian selama beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling
bersifat asimetris. Osteoartritis terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak
tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena penggunaan sendi yang
berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan saling bergeser sehingga
menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini biasanya mengenai daerah lutut dan
punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau
2 jam. Kadang-kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini.
Peradangan sendi lain dapat berupa nyeri dan keletihan yang semakin
berat. Pembengkakan sendi pada beberapa bagian tubuh seperti tangan,
kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang terpapar secara simetris juga
dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Pirai (gout)
Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan
terjadinya penumpukan asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini biasanya
pertama kali mengenai ibu jari kaki sampai berwarna kemerahan dan
10
bengkak, tetapi juga dapat mengenai sendi lainnya. Rasa nyeri tersebut
dapat cepat berkembang.
d. Artritis pada lupus
Artritis dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit
peradangan kronis jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh
menyerang jaringan atau organ pasien sendiri. Inflamasi terlihat pada
berbagai sistem tubuh yang berbeda, mencakup sendi, kulit, ginjal, sel
darah, jantung, dan paru
e. Peradangan sendi
Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan
pergerakan yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang
aktif, gangguan arthritis ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
f. Osteoporosis
Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau
mudah patah. Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon, kekurangan
kalsium dan vitamin D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis
merupakan penyebab utama fraktur orang dewasa terutama pada kaum
perempuan.
7. Sistem Penglihatan
a. Katarak
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan
pada lensa mata. Katarak yang tidak mendapatkan penanganan dapat
menyebabkan glaucoma fakomorfik. Lensa mata yang menua pada
katarak dengan zonula siliaris yang lemah dapat tergeser ke depan atau
ke belakang sehingga persepsi cahaya yang memasuki mata menjadi
terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang. Katarak pada lansia
ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa yang
berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada
keadaan lain katarak akibat usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair
membentuk cairan kental putih yang menimbulkan peradangan hebat
11
jika kapsul lensa mengalami rupture dan cairan tersebut keluar, yang
disebut katarak Morgagni.
8. Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan
pendengaran pada lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55
tahun atau lebih. Penyebab gangguan pendengaran lainnya pada orang
berusia tua antara lain karena infeksi atau kerusakan di telinga dalam.
Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap dalam beberapa tahun,
yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan tersebut baru
diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai.
Teman atau anggota family dapat terkejut karena pasien menyetel
televisi terlalu keras atau meminta pengulangan pertanyaan berkali-kali.
Gangguan pendengaran ini dapat menimbulkan keterasingan dan
ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9. Sistem Endokrin
a. Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan
kadar gula darah yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur,
walaupun umumnya lebih sering dijumpai pada lansia sebagai suatu
penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada kelompok individu berumur 65
tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya terdapat 5 tanda gejala awal,
yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus, bertambahnya nafsu
makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu. Kadang-kadang
gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.
12
10. Sistem Reproduksi
a. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berarti kegagalan terjadinya dan
ketidakmampuan mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi
pada persetubuhan. Disfungsi ereksi dapat terjadi dari waktu ke waktu
pada berbagai tingkat umur setelah dewasa. Walaupun insiden disfungsi
ereksi meningkat seiring pertambahan usia, prevalensinya mencapai
sekitar 52% pada umur antara 40-70 tahun dan meningkat pada orang
yang lebih tua, yaitu hampir mencapai 95% pada pria berumur >70
tahun, terutama dengan penyakit penyerta seperti diabetes. Disfungsi
ereksi dapat timbul akibat gangguan vascular, neurogenik, endokrin,
kelainan struktur penis, efek samping obat, dan stress psikologis.
b. Pola Penyakit Lansia
Pada tahun 1988 di Konfrensi UCLA, Solomon dkk
menyampaikan istilah “ 13 i “ yaitu tentang kemunduran dan
kelemahan yang dialami oleh lansia. Isinya antara lain:
a. Imobilitas (Immobility),
b. Instabilitas/Terjatuh (Instability/Falls),
c. Gangguan intelektual/Demensia (Intelectual
impairment/Dementia), Isolasi/Depresi (Isolation/Depression),
d. Inkotinensia (Incontinence),
e. Impoten (Impotence),
f. Imunodefisiensi (Immunodeficiency),
g. Infeksi (Infection),
h. Kelelahan/Malnutrisi (Inanition/Malnutrition),
i. Impaksi/Konstipasi (Impaction/Constipation),
j. Iatrogenesis,
k. Insomnia,
l. Gangguan (Impairment): penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, komunikasi, integritas kulit dan
convalescence.
13
c. Sifat Penyakit Lansia
Ada beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya
dengan penyakit pada orang dewasa, yaitu :
1. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit pada lansia pada umumnya berasal dari
dalam tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari
luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan pada lansia telah terjadi
penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan
sel-sel karena proses menua (menjadi tua), sehingga produksi
hormon, enzim, zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh
menjadi berkurang sekali akibat kerusakan sel-sel tadi, dan dengan
demikian lansia akan lebih mudah mendapat infeksi.
Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi), yang
satu sama lain dapat berdiri sendiri maupun saling berkaitan dan
memperberat, dan penyakit sering telah ada di tubuh penderita sebelum
menimbulkan gejala-gejala maupun tanda-tanda, seolah-olah telah
menyelinap selama ini. Demikian pula, pengobatan terhadap
penyakitnya akan lebih sulit karena penyakitnya yang lebih dari satu
jenis.
2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Sangat penting untuk diketahui bahwa gejala penyakit pada
lansia seringkali tidak khas/tidak jelas, yang berbeda dengan penyakit
yang ditemukan pada orang dewasa. Misalnya, penyakit infeksi paru
mendadak (pneumonia) seringkali tidak didapati demam tinggi dan
batuk darah, gejala hanya ringan saja kelihatannya sedangkan penyakit
sebenarnya cukup serius, sehingga penderitanya menganggap
penyakitnya ringan saja dan tidak perlu berobat.
14
3. Memerlukan lebih banyak obat
Akibat penyakit pada lansia yang lebih dari satu jenis maka
dalam pengobatannya akan memerlukan obat-obat yang beraneka
ragam jenisnya dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, perlu
diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati, ginjal,
yang berperanan di dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam
tubuh telah berkurang, yang menyebabkan kemungkinan yang lebih
besar dari obat-obat tersebut untuk menumpuk dalam tubuh dan
menyebabkan keracunan obat dengan segala komplikasinya, jika obat-
obat tersebut diberikan dengan takaran yang sama dengan orang
dewasa, dan karena itu, takaran obat perlu dikurangi pada lansia
dengan prinsip start slow go slow, yaitu mulai menggunakan obat
dengan takaran yang serendah mungkin yang masih mempunyai efek
pengobatan dan naikkan secara perlahan-lahan sampai tercapai efek
pengobatan seoptimal mungkin.. Efek samping obat sering pula terjadi
pada lansia, yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru
akibat pemberian obat tadi (iatrogenik), misalnya terjadinya beser
buang air kecil akibat pemakaian obat yang meningkatkan pengeluaran
air seni (diuretik), merasa terjatuh akibat penggunaan obat-obat
penurun tekanan darah, penenang, antidepresi dan lain-lain. Efek
samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosa yang tidak
tepat, ketidakpatuhan penderita meminum obat menurut aturan yang
ditentukan, pengguinaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang
dalam waktu yang lama. Ketidakpatuhan untuk meminum obat-obat
yang sedang dipakai sering terjadi pada lansia, terutama pada mereka
yang menderita cacat fisik maupun mental. Ketidakpatuhan meminum
obat akan meningkat dengan semakin banyaknya jenis obat yang
digunakan dengan kerumitan aturan pemakaian obat yang digunakan.
Oleh karena itu, hendaknya diberikan sesedikit mungkin jenis obat,
dan jika memungkinkan dalam takaran yang mudah diingat (misalnya
sekali sehari pemakaiannya).
15
4. Sering mengalami gangguan jiwa
Penyakit pada lansia sering mengalami gangguan fisik dan
psikis (jiwa) secara bersamaan, khususnya pada mereka yang telah
lama menderita sakit sering mengalami tekanan jiwa ( depresi ),
sehingga di dalam pengobatannya tidak hanya gangguan fisiknya saja
yang diobati meskipun hanya ini yang dikeluhkan, tetapi juga
gangguan jiwanya yang justru sering tersembunyi gejalanya, yang jika
yang mengobatinya tidak teliti, akan mempersulit penyembuhan
penyakitnya. Sehubungan dengan uraian tersebut di atas. maka
penanganan penyakit pada lansia memerlukan ketrampilan khusus,
walaupun gejalanya ringan tetapi memerlukan penanganan yang serius,
karena keterlambatan di dalam penanganannya dapat merupakan
ancaman yang besar bagi keselamatan jiwa penderita lansia
d. Program Kesehatan Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang
antara lain melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta
sebagai pusat pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya. Saat ini Puskesmas diharapkan dapat melaksanakan
berbagai macam program dalam bentuk upaya kesehatan wajib dan
pengembangan. Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan
upaya kesehatan pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan
upaya promotif, preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia :
1. Upaya Promotif
Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga
ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan
tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses
degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya
16
peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta
produktivitas masyarakat lanjut usia.
a. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat
kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang
garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya
bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan
perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup
bersih dan sehat ini sesuai dengan visi Promosi Kesehatan
dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya
hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak
merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal
higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah
sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.
b. Gizi untuk Lanjut Usia
Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan
bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang
seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar
tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif
di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang
mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
a. Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan
pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang
mengandung karbohidrat.
17
b. Sumber zat pembangun atau protein penting untuk
pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada
hewani seperti telur, ikan dan susu. Sedangkan pada
nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu.
c. Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai
vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan
bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan
buah.
2. Upaya Preventif
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif.
Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia
yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia ( posyandu lansia )
atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS
) lanjut usia.
3. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila
dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau
Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi
lanjut usia yang sakit dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti
Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa.
Bila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan
dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah
Sakit setempat.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial,
edukatif maupun upaya-upaya lain yang dapat semaksimal
mungkin mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan
diri lanjut usia.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat
menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua
sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan
terhadap penyakit dan kematian.
2. Batasan lansia menurut WHO meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Menurut Birren dan Jenner tahun 1977, mengusulkan untuk membedakan
antara usia biologis, usia psikologis dan usia sosial.
4. Penyakit - penyakit yang sering diderita oleh penderita usia lanjut
diantaranya adalah :
a. Penyakit musculoskeletal (penyakit sendi dan tulang), seperti :
osteoarthritis gout, rematik ,osteoporosis.
b. Penyakit cerebro-kardiovaskuler seperti stroke, penyakit jantung
koroner, demensia, dll.
c. Saluran pernapasan, seperti : bronchitis kronis, asma, dll.
d. Kanker
e. Gangguan metabolik, seperti : diabetes mellitus, obesitas, hipertiroid,
dan lain-lain
f. Gangguan kulit, seperti : gatal, gampang alergi makanan, dan lain-lain.
g. Katarak
h. Prostat yang membesar
19
5. Program pembinaan kesahatan lanjut usia merupakan upaya kesehatan
pengembangan puskesmas yang lebih mengutamakan upaya promotif,
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
B. Saran
1. Perlunya upaya kesehatan bagi lanjut usia yakni melaksanakan upaya
promotif, perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut sia, paya preventif,
upaya kuratif, dan upaya rehabilitatif,
2. Perlunya program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis
lansia dengan cara mengintegrasikan dengan program pemerintah yang
lainnya.
3. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar
lebih memahami karakteristik lansia serta faktor resiko dan juga
karakterisitik penyakit pada lansia.
20