Science care islam 3
Transcript of Science care islam 3
TAHAPAN PERJUANGAN NABI, (mulai dari penerimaan Wahyu Pertama hingga Wafat)
1. Pengenalan Tauhid2. Perbaikan Akhlaq3. Ritual Islam4. Politik Islam
3. RITUAL ISLAM
-Mulai dengan perintah Shalat(Saat Isra’ Mi’raj)
-Ayat2 tentang Puasa, Zakat, Haji, Doa, dll
4. POLITIK ISLAM
Diawali dengan Bai’at Aqabah
Hijrahnya Rasulullah ke Madinah
Piagam Madinah(Rasulullah sebagai Kepala Negara)
Penerapan Syariat dalam mengelola Negara
Diplomasi ke Negara lain
PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM
1. Fase Mekah, 13 tahun a. Pengenalan Tauhid, Akhlaq Karimah, dan Ritual Islam b. Perjuangan melalui media Dakwah dg jalur orang ke orang, rumah ke rumah c. Berhasil menyelamatkan sekitar 300 orang
2. Fase Madinah, 10 tahun a. Mulai dengan Hijrah Nabi ke Madinah b. Nabi memimpin Partai Islam (Hizbullah) dalam bentuk Bani ‘Aus c. Kelompok Islam (Bani ‘Aus, Khajraj dll) berhasil melobi Kelompok Yahudi-Nasrani sehingga disepakati Piagam Madinah (Rasulullah sbg Kepala Negara, dll) d. Perjuangan Islam: Dakwah dan Politik e. Seluruh Jazirah Arab dan sekitarnya menjadi Muslim
SESUDAH RASULULLAH WAFAT
Islam terus dipraktekkan dalam semua dimensi kehidupan:
Pribadi, Keluarga, Berbangsa-bernegara
Islam diperjuangkan dengan metoda Dakwah dan Politik
Islam dipeluk kian banyak manusia, memimpin wilayah yang kian luas: Asia,
Afrika, Eropah
HIJRAH ADALAH TITIK BALIK PERJUANGAN ISLAM:
1. Dari dakwah antar individu ke antar negara
2. Dari dakwah sebatas Tauhid, Ritual, Akhlak, dilanjutkan dg Gerakan Politik Islam,
Umat dalam satu Kekuatan Politik (Hizbullah=Partai Islam)
3. Umat Islam dari terhinakan menjadi umat yang dihormati dan dibanggakan
(Surat al Kautsar)
Lima Penyimpangan terhadap Ajaran Nabi:
1. Memaknai Iman
2. Memaknai Ilmu
3. Memaknai Penilaian Diri
4. Memaknai Politik
5. Memaknai Perjuangan / Jihad
1. MEMAKNAI IMAN
1. Agama Islam itu dimulai dengan keyakinan hati akan ADANYA TUHAN, PENCIPTA ALAM SEMESTA2. Identitas/Ciri Utama Tuhan 3. Identitas UtusanNya (Nabi/Rasul)4. Identitas TuntunanNya (Syariat Islam)
PERBEDAAN ISLAM DENGAN ATHEISME &AGAMA LAIN ADA PADA KE 4 CIRI KEIMANAN ITU:
1. Tuhannya Allah SWT2. Nabinya Muhammad SAW
3. Tuntunan hidupnya Syariat Islam yang bersumber al Qur’an dan Hadits
BERIMAN SECARA BENAR MENURUT AL QUR’AN DIBERI CIRI2 JELAS:
1. Dimensi Hati: a. Keyakinan akan Allah SWT sebagai tuhan, dan Nabi Muhammad SAW, sebagai utusanNya, TANPA KERAGUAN SEDIKITPUN b. Bila disebut nama Allah akan bergetar hatinya c. Bila dibacakan ayat2 Allah akan menjadi semakin patuh untuk siap melaksanakannya d. Berserah diri pada Allah atas hasil semua usaha yang dilakukan
2. Dimensi Perbuatan:
a. Melaksanakan Shalat b. Membayar Infaq, Zakat, Shadaqoh c. Melakukan semua tuntunan Allah SWT sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki d. Melaksanakan Jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya
KEKELIRUAN MEMAKNAI IMAN
1. Asal hatinya merasa sudah meyakini Allah dan Nabi Muhammad (bersyahadatain), tidak disertai aspek kemantapan-kepasrahan hati dan perbuatan
nyata yang sejalan syariatNya disertai Jihad
2. Sikap yang membenarkan keyakinan orang lain (menganggap keyakinan orang lain itu juga benar) karena kekurang fahaman tentang makna beriman
atau terdorong bersikap toleransi yang berlebihan atau ditekan fisik dan mental oleh lingkungan sekitarnya
2. MEMAKNAI ILMU
1. Ilmu adalah Pemahaman pemikiran akan suatu Kondisi dan Fenomena dunia
Empiris (Nyata) dan Non-Empiris (Ghoib)2. Sumber Ilmu dalam ajaran Islam adalah:
al Qur’an, Hadits, dan Sains
NABI MUHAMMAD MEMERINTAHKAN UNTUK MEMAHAMI RAHASIA CIPTAAN ALLAH SWT YANG BERADA DI DUNIA NYATA DAN GHOIB, BERSUMBER DARI
WAHYU (Qur’an & Hadits) dan UPAYA MANUSIAWI SENDIRI (Sains)
KEKELIRUAN MEMAKNAI ILMU
1. Menganggap ILMU hanya sebatas hal-hal Ghoib dan Ritual/Mahdhoh, digalinya hanya
dari al Qur’an & Hadits saja, lupa mengembangkan dan menalar Sains (upaya manusiawi untuk menemukan rahasia alam
sahadah sesudah Allah SWT memberi keunggulan berupa otak dan kondisi biologis
lain yang prima
2. Berlebihan dalam mengartikan hal2 ghoib dan ritual, bahkan berani mereka-reka,
berkhayal/spekulatif tentang rahasia alam semesta disertai cari pembenar dari sumber
hadits palsu dan lemah atau menakwil ayat al Qur’an yang bersifat mutasyabihat.
3. Mengabaikan fakta bahwa al Qur’an dan Hadits Shohih juga banyak menunjukkan
prinsip2 non-ritual (teori perilaku dan kaedah sosial yang benar), memerintahkan dan
memberi stimulasi/signal untuk mengkaji dengan kemampuan manusiawinya guna
memahami sunnatullah dunia fana semaksimal mungkin (Sains) dan menjadikan sains tersebut sebagai acuan hidupnya. Sains adalah bagian
integratif dari tuntunan Islam.
3. MEMAKNAI PENILAIAN DIRI
1. Dalam hidupnya setiap manusia akan selalu mendapat penilaian, baik oleh orang lain
maupun oleh Penciptanya. Islam menegaskan manusia itu akan dinilai dari Perbuatannya,
apakah sesuai Tuntunan Allah SWT atau tidak2. Perbuatan manusia harus disertai Niat yang benar yakni sebagai pengabdian pada Allah (lillah), serta dikerjakan dalam proses yang
sesuai Sunnatullah
3. Penilaian terhadap manusia harus obyektif nyata, bukan apa yang sedang ada dalam
pikiran/hatinya dan terhenti di sana. Penilaian juga dilakukan terhadap dampak dari
perbuatannya itu (jejak yang ditinggalkan), apakan perbuatan itu memberi kemanfaatan
pada sekitarnya atau malah merusak.
NABI MENEGASKAN BAHWA SETELAH BERIMAN YANG BENAR,
MELAKUKAN HAL2 SESUAI TUNTUNAN SYARIAT, MAKA
MANUSIA YANG BAIK ADALAH YANG MEMBERI KEMANFAATAN KEPADA
ORANG LAIN.
KEKELIRUAN MEMAKNAI PENILAIAN TERHADAP DIRI
1. Penilaian Allah SWT pada dirinya hanya dikaitkan oleh perbuatan2
mahdhoh/ritual dan dikiranya Allah SWT mengabaikan pentingnya perbuatan nyata
dalam aktifitas sosial dan politik yang terkait pada dunia sekitarnya
2. Penilaian terhadap diri sering diukur dengan hal2 abstrak seperti Pahala &
Dosa dengan bersikap bias bahwa Pahalanya sudah segunung sedang
Dosanya minimal karena permohonan ampun dan beritual.
Padahal manusia tidak bisa melihat/memverifikasi berapa besar sesungguhnya Pahala & Dosa yang
dimilikinya.
3. Penghargaan terhadap diri juga sering berlebihan, dikira cukup dengan berfikir positif atau berhenti pada niat baik sudah akan dapat pahala, padahal yang dinilai
adalah perbuatan nyatanya, apakah dalam bentuk bicara, menulis dan bekerja fisik
lainnya.
4. MEMAKNAI POLITIK ISLAM
1. Pada kenyataannya Nabi melakukan aktifitas politik dalam berislam, yang
ujungnya berhasil menjadi Kepala Negara Madinah. Hanya dengan menjadi
Pemimpin Negara maka syariat Allah yang terkait kenegaraan baru bisa
diterapkan..
2. Aktifitas Nabi dalam Politik dilakukan dengan penyadaran bahwa pengikut
agama Islam bersumpah untuk bersatu saling membantu, dan ujungnya
menyatakan kesetiaan pada kebijakan Pemimpin. Islam tidak hanya sekedar tatacara peribadatan/ritual namun juga
menggalang masa yang berorientasi untuk memimpin masyarakat dan negara
3. Tatkala Kepemimpinan Sosial-Politik sudah berada di tangan Islam maka kebijakan sosial-politik yang diterapkan adalah tuntunan Allah
SWT terkait masalah kenegaraan, seperti kebijakan Politik Ekonomi, Hukum, Sosial-
Budaya, Pertahanan-Keamanan
DI DALAM AJARAN ISLAM DAN PERCONTOHAN NABI MUHAMMAD
JELAS DI SANA ADA POLITIK ISLAM, YAKNI AJARAN ISLAM BAGAIMANA
BISA MEMBANGUN KEKUATAN POLITIK DI TENGAH KEKUASAAN NON-ISLAM,
BERTUJUAN AGAR ISLAM BISA MENJADI PEMIMPIN NEGARA UNTUK
MENERAPKAN SYARIAT ISLAM DALAM KENEGARAAN SETELAH MEMEGANG
KENDALI PEMERINTAHAN
ISLAM MENGAJARKAN BAHWA KESELAMATAN DAN KESEJAHETRAAN
MANUSIA TIDAK TERLEPAS DARI AKTIFITAS POLITIK KARENA NEGARA
YANG DIPIMPIN SECARA SALAH, TIDAK ISLAMI, AKAN MERUSAK KUALITAS MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA
KEKELIRUAN MEMAKNAI POLITIK DALAM ISLAM
1. Ajaran Islam dikiranya tidak termasuk aktifitas Politik, hanya sekedar kegiatan Ritual dan amal Sosial belaka, padahal isi al Qur’an dan percontohan Nabinya jelas menunjukkan
keharusan terlibat dalam aktifitas Politik.
2. Umat sudah puas jika penguasa politik membolehkan umat Islam melakukan ibadah mahdhoh (ritual) secara Islami. Umat tidak peduli apakah negara mengatur ekonomi,
budaya, hukum, pendidikan, dll tidak berpedoman pada al Qur’an dan Hadits. Bahkan
walau kebijakan tersebut merugikan kepentingan mereka yang non-ritualnya, atau
menggerogoti makna keimanan Islam.
3. Umat sudah merasa benar cara berislamnya jika telah masuk organisasi yang hanya
bergerak dalam skala Ritual dan Amal sosial, walau di negerinya ada kesempatan untuk
membuat dan membesarkan Partai Politik yang berideologi Islam, bercita-cita menerapkan
syariat kenegaraan dalam mengelola bangsa-negara. Akibatnya kepemimpinan negara selalu
dalam penguasaan non-Syariat.
5. MEMAKNAI JIHAD
1. Setelah seseorang memiliki keyakinan hati apa yang benar dan apa yang salah maka
harusnya orang tersebut menyampaikan ke orang lain tentang apa yang benar dan salah itu
sehingga orang lain bisa ikut menikmati kebenaran tersebut dan terhindar dari hal2 yang
salah. Dalam Islam upaya penyampaian kebenaran ke orang lain itu disebut “Jihad fie
Sabilillah”
2. Jihad harusnya bisa dilakukan di masa damai maupun perang. Esensinya sama yakni
menyampaikan kebenaran yang diyakini, membela keyakinan itu jika dihinakan orang, dan terus
berupaya mendatangkan kemashlakhatan/kebaikan sekitarnya dengan kebenaran yang diyakini itu.
Dalam Islam tidak boleh ada paksaan pada orang untuk mengikuti kebenaran yang diyakininya, tapi
juga tidak boleh pasif menyimpan kebenaran hanya untuk diri sendiri.
3. Jika ada orang atau negara lain yang menyerang keyakinan Islamnya secara fisik
maka wajib bagi umat Islam melawannya sampai penyerangan fisik itu berhenti. Di
sinilah makna Jihad dalam bentuk perang fisik.
4. Dalam kondisi damai, upaya jihad berbentuk: a). Berdakwah menyampaikan keyakinan Islam b). Berpolitik untuk membangun kekuatan masif yang mendukung keyakinan Islam, sehingga bisa
mengatur kehidupan bersama yang aman-sejahtera bagi penduduk negeri yang pasti plural.
Umat Islam tidak boleh berdiam diri bila kehidupan sosialnya diatur dengan kebijakan2 merusak yang bersumber dari visi non-Islami.
AL QUR’AN MENEGASKAN BAHWA JIHAD ADALAH PENANDA KEIMANAN
YANG NYATA (al Qur’an 49:15),AKTIFITAS JIHAD ADALAH PENANDA
BAHWA KEIMANAN SESEORANG ADALAH SUNGGUH-SUNGGUH, TIDAK PALSU SEBAGAIMANA YANG SERING
DIMILIKI OLEH KAUM MUNAFIK.
PENIMPANGAN MAKNA JIHAD
1. Jihad sering dimaknai dengan menggunakan akar kata yang salah (‘jahada’) yang berarti “sungguh-
sungguh” sehingga apapun aktifitas yang dilakukan bersungguh-sungguh dianggap sudah berjihad.
Padahal kata dasar jihad adalah “JAAHADA” yang bermakna operasional ‘perjuangan’. Makna salah
seperti di atas membius umat untuk berislam hanya dengan ritual atau amal sosial saja yang jika
dilakukan sungguh2 sudah merasa dirinya berjihad.
2. Jihad juga sering diartikan sekedar berjuang melawan hawa nafsu, sehingga berperang fisik dengan resiko mati untuk membela Islampun masih kalah dengan jihad hawa nafsu untuk tidak melakukan perbuatan dosa. Dengan
makna jihad seperti itu maka orang yang duduk manis di rumah untuk tidak berjudi misalnya sudah masuk kategori jihad. Astaghfirullah.
Memaknai jihad seperti itu ternyata hanya didasarkan pada informasi (yang ternyata hadits dhoif/palsu) bahwa sepulang dari perang Badar
Nabi diberitakan menyatakan bahwa mereka pulang dari jihad kecil (perang) menuju jihad
akbar (menahan nafsu). Astaghfirullah, ternyata umat banyak disesatkan oleh hadits palsu yang
ternyata luas beredar
3. Jihad sering disebut bukan kewajiban umat Islam karena tidak masuk rukun Islam yang 5,
padahal al Qur’an tegas berkali-kali menyebutkan kewajiban umat untuk berjihad, sedang rukun Islam yang 5 yang bersumber hadits tidak berarti membatalkan kewajiban
umat untuk melaksanakan perintah al Qur’an lainnya apalagi berjihad. Jihad bahkan disebut di dalam al Qur’an sebagai persaratan manusia untuk bisa masuk surga (al Qur’an 03:142).
I.1. SIAPA sang Pencipta Sesungguhnya ( tepat dan benar): Allah SWT(dengan sifat2 dasarnya seperti disebutkan dalam al Qur’an Surat al Ikhlas),
I.2. Siapa Manusia yang diutusNya untuk menyampaikan Berita kepada Manusia:
Nabi, Rasul, Pembawa Risalah TuntunanNya: Muhammad SAW
II. MENGENALKAN TUNTUNAN TUHAN
UNTUK DITAATI DAN DILAKSANAKAN SECARA UTUH
(terbagi dalam 4 kategori)
II.2. Mengenalkan Tuntunan Akhlaq Islam:
a. Pribadi: Makan-Minum, Pakaian, Menjaga Nafsu, Kesehatan, dllb. Sosial : Shadiq-Jujur, Amanah, Tabligh, Dermawan, Tabayyun, dll
II.3. Mengenalkan Tuntunan Berkeluarga Islami:
a. Memilih Pasangan Hidup yang benarb. Pernikahan-perceraian yang sahc. Tata-kelola Keluarga Muslimd. Pembagian Warise. Hubungan antar Keluarga
II.4. Mengenalkan Tuntunan Hidup Bernegara
a. Memilih Organisasi & Partai Politikb. Memilih Pemimpin dalam Kelompok & Negarac. Memenangkan Partai Politik Islam (Hizbullah)d. Menerapkan Tuntunan Islam dlm Mengelola Bangsa-Negara yang penduduknya PLURAL (POLEKSOSBUDKUMHANKAM Islami)
III. MENGENALKAN BENTUK PERJUANGAN UNTUK PENGEMBANGAN/PENYEBARAN
AGAMA ISLAM
(Lintas Generasi, Berkesinambungan)
III.1. Mendorong manusia untuk terus mengkaji Sunnatullah, yang diturunkan
secara transendental (Kajian Qur’an & Hadits Shohih)
Perintah Islam mengenal/Memahami Ciptaan Allah dalam Dunia Ghoib & Sahadah,
UPAYA TANPA HENTI,
sampai kiamat datang
III.2. Mendorong manusia untuk terus mengkaji Sunnatullah melalui proses SAINS,
Perintah Islam supaya manusia proaktif dan mandiri mengenali/Memahami karakteristik Ciptaan Allah dalam Dunia Sahadah yang dihuninya (Pengembangan Sains dalam semua bidang) UPAYA TANPA HENTI, sampai kiamat datang
III.3. Mendorong untuk terus KREATIF dan GIGIH berjuang membela-menguatkan Islam dan Umat, khususnya dalam pengelolaan bangsa
Cita2 mulia membuat kejayaan Islam dan Umat Islam (Izzul Islam wal Muslimin) dalam skala luas (Bangsa-Negara-Dunia Internasional yg ISLAMI),
UPAYA TANPA HENTI sampai kiamat datang