SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND …
Transcript of SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND …
viii
SCHOOL PROGRAM OF NURSING FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNDERGRADUATED THESIS, August 2010 Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507 Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang. xxii + 89 pages, 15 tables, 5 charts, 6 attachment
ABSTRACT
Psychological problem was raising significantly, above all about the nuisance of emotional, the example was anxiety. There was anxiety when someone who having traumatic incident one of all was anxiety which be happened to primipara mom. Because pregnancy was dramatic period, which someone was having biological and psychological alteration, and adapting to new situation specially for women who will give birth to her baby. Women thought that pregnancy could grow naturally, but many of them felt anxious. Anxiety could hinder child birth procces, partianlarly in the third trimester. Research, the factor predisposisi of anxiety which could be learned by them on Stuart’s and Lairaia’s, were psychoanalysis, interpersonal, behavior, family support and biology, but the research was done in the health society centar of Pamulang, there was just family support interpersonal and behavior were just controller.
The research used quantity approximation with design cross sectional technic of getting sample used total sample, about 52 woman. Data was collected on the health society center of Pamulang, June 2010. Bivariat analysis used analysis Multinominal logistic with α : 5%. Instruments which used by Zung Self Anxiety Scale (ZSAS), family support, interpersonal, and behaviour.
The result of research, 15,4% of Primipara mom was not anxious and 84,6% them was anxious (65,4%). Having low anxiety and 19,2% having medium anxiety). On the bivariat analysis family support (p; 0,01) and interpersonal (p; 0,931) showed they had connection with anxiety, and behavior (0,931) hadn’t connection. Based on multivariate analysis, it could condude there were connection between family support and anxiety, the research had been be controlled with interpersonal and behavior (p:0,012). It be wanted, it could increase support to primipara mom by her family on the third trisemester, so that it could reduce anxiety which mother having. Key words: Family Support, Primipara, The Third Trimester, Anxiety Bibliography : 44 (1970-2009)
viii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI, Agustus 2010 Nur Jannatun Na’im, NIM. 106104003507 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan Ibu Primipara Menghadapi Persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan xxii + 89 halaman, 15 tabel, 5 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK Masalah kejiwaan di dunia mengalami peningkatan secara signifikan
terutama masalah gangguan emosional, salah satu gangguan yang banyak terjadi di masyarakat adalah kecemasan. Kecemasan dapat muncul saat seseoang menghadapi kejadian yang traumatik, salah satunya adalah kecemasan yang dialami ibu primipara trimester III, karena kehamilan merupakan periode dramastis, terjadi perubahan baik biologi, psikis,dan terjadi adaptasi terhadap lingkungan baru, terutama pada wanita yang baru akan melahirkan. Pada penelitian ini diteliti tentang faktor predisposisi kecemasan menurut Stuart dan Laraia yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi, Tetapi penelitian ini hanya dukungan keluarga yang diteliti. Sedangkan interpersonal dan behavior dijadikan sebagai pengontrol.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross sectional, tehnik pengambilan sampel menggunakan Total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Data dikumpulkan di Puskesmas Pamulang pada bulan Juli tahun 2010. Analisis bivariat menggunakan Multinomial Logistic dengan α = 5%. Instruments yang digunakan Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) , dukungan keluarga, interpersonal, dan behavior.
Hasil penelitian didapatkan, sebesar 15.4% ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas ringan 65.4 % & dan cemas sedang 19.2%). Pada analisis bivariat, dukungan keluarga (p=0.0001) dan interpersonal (p=0.001) menunjukkan terdapat hubungan dengan kecemasan, sedangkan behaviour (0.937) tidak ada hubungan dengan kecemasan. Berdasarkan analisis Multivariat, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan behaviour (p=0.012).
Kata Kunci: dukungan keluarga, Primipara, Trimester ketiga, kecemasan. Bibliography : 44 (1970-2009)
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN
Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
NUR JANNATUN NA’IM
106104003507
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M / 1431 H
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN
NUR JANNATUN NA’IM
106104003507
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M / 1431 H
Wahai Alloh yang maha Mulia, Mahadermawan, percikanlah ke dalam hati dan pikiranku
semangat untuk menolong hamba-hamba MU yang membutuhkan aku, jangan biarkan
daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa
aku mempunyai sesuatu yang bisa di berikan kepada orang lain.
Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku
dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan
biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa
di dahului oleh kerja keras.
Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir
dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin
semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin
mendewasakanku
Terima kasih untuk pake, make, saudaraku, keluarga di Klaten
Untuk bapak ibu guru, yang sabar dan ikhlas membimbingku
Sahabat yang selalu ada, Teman-teman seperjuangan.
BIODATA
Nama : Nur Jannatun Na’im
Tempat, tanggal lahir : Klaten, 10 april 1986
Agama : Islam
Alamat : Jl. H. Koweng no. 9 Ciputat Molek
No telp : 083892417090 / 082111773740
Nama orang tua
Ayah : Amad Suparman
Ibu : Sami
Riwayat pendidikan 1998-2001 SLTP 1 Delanggu
2001-2004 SMF/SAA Indonesia Jogjakarta
2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prodi Ilmu Keperawatan
Pengalaman Bekerja 2004- Sekarang Asisten Apoteker Di Apotek Slipi
Farma
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………...……………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….……....... 8
C. Pertanyaan penelitian…………………………......................................... 8
D. Tujuan Penelitian…………………………………………..……….…… 9
E. Manfaat Penelitian……………………………………………….…….. 10
F. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………….…….. 11
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan…………………………………………………..………..... 11
1. Pengertian Kecemasan………………………………….….……..... 11
2. Jenis Kecemasan…………………………………………..……...… 11
3. Tingkat Kecemasan…………………………………….….…….…. 12
4. Rentang Respon Kecemasan……………………………..…….…….14
5. Respon Kecemasa………………………………………..…………. 14
6. Reaksi Kecemasan……………………………….……...…...…..… 16
7. Mekanisme Koping…………………………..………...……..…… 16
8. Gejala Kecemasan……………………………………………......... 17
9. Factor Pencetus…………………………………………….….......... 18
10. Mekanisme Pertahanan Kecemasan………………….…………..... 19
11. Alau Ukur Kcemasan…………...………………………….…….... 20
12. Tindakan Keperawatan………………..…………………..……….. 21
13 Terapi Farmakologi………………………………………………….24
14 Faktor Predisposisi…………………………………………………. 25
a. Psikoanalisa….. ……………………...………………………….25
b. Interpersonal…………………………………..…………………26
c. Behavior………………………………………………………….28
d. Keluarga ……………………………….………………………...30
xv
e. Biologi …………………………………………………...……...36
B. Kehamilan dan Persalinan sebagai pencetus kecemasan…………… ….37
1. Kehamilan……………………………………………….……………. ..37
2. Persalinan…………….…………………………………..…………… ..42
C. Kerangka Teori………………………………………….……………... 43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISi OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep………………………………………..……………... 43
B. Hipotesis……………………………………………….………………. 44
C. Definisi operasional………………………………….………………… 48
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian………………………………………….…….……… 49
B. Lokasi dan waktu penelitian………………………………….………... 49
C. Populasi, sampel, dan teknik sampling………………………..……….. 49
1. Populasi…………...…………………………………..……………. .50
2. Sampel …………………………………………………….……….. 50
3. Besar sampel………………………………………………..………. 51
D. Kriteria sampel………………………………………………..………... 51
E. Pengumpulan data………………………………………………..…….. 51
1. Jenis data………………………………………………………..…... 52
2. Instrument data……………………………………………..………. 53
xvi
3. Prosedur pengumpulan data….………………………….………….. 54
F. Uji validitas dan reabilitas instrument……………………….………… 55
G. Pengolahan data……………………………………………….……….. 56
1. Editing………………….…………………….……………….…….. 56
2. Coding………………………………………………………..…….. 56
3. Entry data………………………………………………..………….. 56
4. Melakukan teknik analisis…………………………….……………. 56
H. Analisis data………………………………………………..…………... 57
1. Analis Univariat...………………………………….………. .57
2. Analisis Bivariat…………………………...…..…………….57
3. Analisa Multivariat……………………………..………… ...60
I. Etika penelitian……………………………………………….………... 60
1. Informed Consent………………………………….……….……….. 60
2. Anonimity (tanpa nama)…………………………………….………. 60
3. Kerahasiaan (confidentiality)……………………………….………. 60
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian………………………………….……….. 61
1. Letak wilayah…………………………………..……………...……. 61
2. Visi dan Misi Puskesmas Pamulang…………………………...…… 61
3. Program Puskesmas………….…………………..………….……… 62
xvii
4. Tenaga kerja……………………………………….……….……….. 63
B. Hasil Analisa Univariat…………………………………………….…... 64
1. Gambaran Kecemasan Ibu Primipara…………….………….…….... 64
2. Gambaran Dukungan Ibu Primipara……………………...………… 64
3. Gambaran Interpersonal Ibu Primipara…………….……………..….65
4. Gambaran Behaviour Ibu Primipara……………………...………… 67
C. Hasil Analisa Bivariat…………………………………..……………… 67
1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan…………………… 67
2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemasan…..…….…….… 68
4. Hubungan antara behavior dengan kecemasan……….…….………. 69
D. Analisis Multivariat…………………………………………..………....….. 74
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian …………………………………...…..……….. 75
B. Instrumen Penelitian………………………………………………….... 76
C. Interpretasi dan Hasil diskusi………………………………..…….…... 77
1. Hubungan antara dukungan dengan kecemasan……………….….. 77
2. Hubungan antara interpersonal dengan kecemassan…………………82
3. Hubungan antara behavior dengan kecemasan ……….….….……... 84
4. Hubungan antara keluarga dengan kecemasan dikontrol interpersonal
dan behaviour……………….………………………………...…….. 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………..……………………………….... 86
xix
DAFTAR TABEL
No. tabel
2.1 Obat Anti ansietas ......................................................................................…. 41
3.1 Definisi Operasional………………………………………………………. … 38
4.1 Skala Kecemasan……………………………………………………………... 51
4.2 Skala Likert …………………………………………………………………….52
5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan……………………………………..63
5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga………………………………….…...64
5.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan tingkat kecemasan…….........65
5.4 Distribusi Frekuensi Interpersonal…………………………………………........66
5.5 Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan………….........67
5.6 Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan………………......68
5.7 Distribusi Kecemasan dengan dukungan keluarga……………………………...69
5.8 Distribusi Kecemasan dengan Interpersonal……………………………………70
5.9 Distribusi Kecemasan dengan Behaviour……………………………………….71
5.10 Hubungan antara variable dependen dengan independen………………...…...72
5.11 Model Variabel Multivariat…………………………………………………….73
xx
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1 Pengaruh lingkungan terhadap Kesehatan Mental……………………… …..32
2.2 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap stres.........................................…..33
2.3 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ......................…..43
2.4 Kerangka Teori……………………………………………………………... 55
3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………………………………………….56
xxi
LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat ijin penelitian
2. Informed consent
3. Kuesioner
4. Hasil analisa Univariat
5. Hasil analisa Bivariat
6. Hasil analisa Multivariat
xxii
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adreno Cortico Tropin Hormone
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
FSH : Folicle Stimulating Hormone
GABA : Gamma Amino Butiric Acid
GH : Growth Hormone
HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga
SSP : Susunan Syaraf Pusat
THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan
WHO : World Health Organization
ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 menjelaskan bahwa
status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami
gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%
populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar
20% pasien teridentifikasi mengalami gangguan jiwa. Data WHO memperkirakan
peningkatan sekitar 5% - 10% untuk semua gangguan mental (WHO, 2005).
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat secara
signifikan. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia
prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh
lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut
mengindikasikan bahwa individu mengalami suatu perubahan emosional yang apabila
tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.
Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan
menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah ansietas/kecemasan. Menurut
Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
secara interpersonal.
2
Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang
diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu
kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh
adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu, pengalaman
traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati,
2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-
hari adalah cemas saat menghadapi kejadian traumatik misalkan kecemasan
menghadapi persalinan terutama ibu yang pertama kali akan melahirkan.
Persalinan dan kehamilan merupakan suatu peristiwa yang membahagiakan bagi
seorang ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling
dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini
memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan
dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya waktu menghadapi
persalinan. Menurut Gressman (1980), kehamilan melibatkan seluruh anggota
keluarga. Karena kehamilan adalah permulaan tidak hanya berkembangnya janin,
tetapi juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan
perubahan hubungan setiap anggota keluarga.
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran
baru, wanita mengubah konsep dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan
3
ini membutuhkan penguasaan tugas-tugas tertentu, menerima kehamilan,
mengidentifikasi peran ibu, mengatur hubungan dengan pasangannya, membangun
hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri menghadapi
persalinan ( Stainton, 1984).
Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti kelahiran bayi,
terutama ibu primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak,
2004). Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika
bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sehingga menyebabkan calon ibu
mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu
menjadi lebih introspektif dan mulai banyak memikirkan dan mencemaskan
persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu mulai protektif terhadap bayi
yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang dapat mengurangi
kesejahteraannya (Hamilton, 1995).
Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh
bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan
mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan
terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada
ibu hamil.
Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta
previa, suasana psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu
dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada
akhirnya berujung pada stres. Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon
4
stres meningkat (beta-endorphin, hormon adrenokortikotropik [ACTH], kortisol dan
epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam menghambat persalinan dapat
dikaitkan dengan persalinan distosia. Cemas yang berlebihan dapat menghambat
dilatasi seviks normal, sehingga dapat meningkatkan persepsi nyeri dan
mengakibatkan persalinan lama (Bobak, 2004).
Kecemasan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi tubuh, menyebabkan
keletihan bahkan mempengaruhi kondisi janin dalam kandunganya. Kondisi inilah
yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan
rahim ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi
yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu
hamil membutuhkan ketenangan agar proses persalinan menjadi lancar tanpa
hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka persalinan akan berjalan
semakin lancar (Zaenal, 2002).
Menurut Todd dalam Irma (2002), melaporkan kecemasan selama kehamilan
menyebabkan depresi postpartum 20 responden dari 300 responden. Hasil penelitian
mengindikasikan beratnya perubahan suasana emosi pada periode postpartum
berkorelasi dengan beratnya kecemasan selama kehamilan. Penelitian lain juga
menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap permusuhan selama kehamilan
berkorelasi secara positif dengan depresi postpartum (Hayworth, 1980).
Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengatasi masalah kecemasan
yang dialami ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan
mengurangi kecemasan ibu hamil dengan memberikan penjelasan mengenai
5
kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.
(Dagun, 1991).
Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan
Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran
hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi
persalinan mengatakan bahwa terdapat 20% ibu yang mengalami kecemasan.
Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh
cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008),
mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang
diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan antara lain:, interpersonal, behaviour, biologi, dan keluarga. Pada
penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan
yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang
dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan.
Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi
dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior,
tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara
objektif.
Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan
tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya.
Seseorang yang memiliki dukungan yang kurang dalam kehidupannya,maka
6
cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan
wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih
mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.
Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan orang terdekat akan
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang, pada
tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu
mengatakan khawatir menghadapi persalinan. Pengamatan yang kami lakukan terkait
dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami
atau salah satu anggota keluarganya.
Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwasanya kehamilan dan persalinan
merupakan tugas yang sangat berat :
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Luqman 14).
7
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
Aku termasuk orang-orang yang berserah diri"(QS. Al Ahqaaf 15).
Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III
terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis,
tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak
ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri
ibu dan memperlama proses persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang
8
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu
primipara menghadapi persalinan.
B. Rumusan Masalah
Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa
dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal
ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan
persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.
Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya
kecemasan, yaitu psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, dan biologi tetapi
penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga
sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi
(Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang
adanya hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara menghadapi
persalinan.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran dukungan keluarga ibu primipara trimester III dalam
menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?
2. Bagaimana gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang ?
3. Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara
dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang?
9
4. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol
interpersonal dan behavior ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu
primipara trimester III dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.
b. Mengidentifikasi gambaran kecemasan ibu primipara trimester III dalam
menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.
c. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu primipara
dalam menghadapi persalinan di Puskesmas Pamulang.
d. Diketahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah
dikontrol interpersonal dan behavior.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi pelayanan keperawatan
Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III
menghadapi persalinan, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan terutama
saat melakukan pengkajian terkait kondisi psikologis ibu.
10
2. Bagi tenaga kesehatan
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya
Puskesmas Pamulang yang menangani ibu hamil untuk menyusun upaya-upaya
yang sesuai dalam mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester
III, terutama untuk health promotion dan health prevention.
3. Bagi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu khususnya ilmu
keperawatan maternitas mengenai penatalaksanaan sewaktu ANC dan keperawatan
jiwa tentang penyebab kecemasan.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan
pengembangan ilmu berkaitan dengan kecemasan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan
dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu
interpersonal dan behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan
terhadap kecemasan. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang 2010, karena
Puskesmas Pamulang mempunyai jumlah ibu primipara tertinggi dibanding
Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi penelitian ini adalah ibu primipara
trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang 2010.
11
Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu
menggunakan populasi sebagai sampel sebanyak 52 orang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari
kehidupan. Kelainan kecemasan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika,
menyerang antara 10%-25% populasi. Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang
dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang
bercampur baur samar-samar dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan
tidak berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan
merupakan pengalaman yang menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di
sepanjang kehidupan (Stuart dan Laraia, 2005).
Menurut Post (1978:57-86), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak
menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan,
ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud
(dalam Arndt, 1974) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu
perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti
perubahan detak jantung dan pernafasan.
2. Jenis Kecemasan
Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita,
neurotik dan moral.
13
a. Kecemasan realita
Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan
semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
b. Kecemasan neurotik
Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu
yang dapat membuatnya terhukum.
c. Kecemasan moral
Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan norma moral.
3. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami
oleh individu, yaitu :
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk
belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
14
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi
pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan
pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada
rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,
mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan
berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,
tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya,
bingung, disorientasi.
15
d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
5. Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon
adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun (konstruktif)
dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptif merupakan
koping yang bersifat merusak (destruktif) dan disfungional seperti individu
menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus
diri (Suliswati, 2005).
6. Respon Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag
ketika mengalami kecemasan :
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan.
1) Kardio vaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi
meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
16
2) Respirasi
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3) Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,
rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
4) Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea,
diare.
5) Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
1) Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar.
2) Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,
bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir
yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-
lain.
3) Afektif
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.
17
6. Reaksi Kecemasan
Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu.
a. Konstuktif
Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terhadap perasaan tidak
nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.
b. Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional.
7. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang
digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping
dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan
secara realistik. Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Perilaku menyerang digunakan
untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal.
b. Mekanisme Pertahanan Ego
Membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme
tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan
18
diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif
terhadap stres.
8. Gejala Kecemasan
Orang yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas
dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu
a. Fase 1 (satu)
Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan
diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh
merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan
noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di
otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini
menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat
pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme
peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf
fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur
dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak
ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah
menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah
19
menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang
dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan
kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada
keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam
diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat
sesuatu (Asdie, 1988).
c. Fase 3 (tiga)
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap
saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan
gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi
kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa
perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan
stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang
sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah
mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai
gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
9. Faktor Pencetus Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), pencetus timbulnya kecemasan dapat
disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal
tersebut dibedakan menjadi:
20
a. Ancaman terhadap integritas fisik
Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang
untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman
keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan
mekanisme fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator
menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.
b. Ancaman terhadap self esteem
Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan
integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan
seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status
pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu
kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di
dalam masyarakat.
10. Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan
Beberapa mekanisme pertahanan digunakan untuk melawan kecemasan antara lain
adalah:
a. Represi
Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari
kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak
sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.
21
b. Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan
tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk
yang lebih dapat diterima.
c. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu
impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya
melainkan milik orang lain.
d. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa
periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi
dan kecemasan yang saat ini dihadapi.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman
kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat
diterima oleh kita.
f. Pemindahan
Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek
lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.
g. Sublimasi
Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id,
sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu sendiri.
22
Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secarasosial bukan
hanya diterima namun dipuji.
h. Isolasi
Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima
dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,
merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut tanpa emosi.
11. Alat Ukur Kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale
(ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,
1998). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety
Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat
kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan beberapa modifikasi sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Instrumen ZSAS dikembangkan oleh William W.K Zung (1997).
Batasan keadaan kecemasan adalah suatu pengalaman manusia yang universal
berbentuk respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut
dan khawatir terhadap ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada
konflik-konflik di dalam diri sendiri, disertai gejala-gejala fisik disebabkan rangsangan
sistem syaraf simpatik. Berdasarkan analisis statistik, ZSAS mampu membedakan
dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa lain dan juga hubungan antara
setiap pertanyaan dengan total skor yang didapat adalah bermakna.
23
12. Tindakan Keperawatan
Menurut Doenges, dkk (1995) tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas
antara lain : mengkaji kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan
tingkat koping, menentukan mekanisme pertahanan yang harus digunakan,
mengidentifikasi metode koping sebelumnya terhadap masalah kehidupan,
mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa
yang sedang terjadi, membantu klien mengidentifikasi efek maladaptif mekanisme
koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk
menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta
ketrampilan penyelesaian masalah).
Mc Closkey (1996) pada Nursing Intervention Classification menjelaskan
bahwa tindakan keperawatan untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan
cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien,
menjelaskan semua prosedur termasuk dampak maupun akibat selama perawatan,
memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres,
menyediakan informasi berdasarkan fakta mengenai hasil diagnose keperawatan dan
prognosisnya.
Perawat juga menyediakan objek yang menandakan rasa aman, menggosok
pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi,
mendengarkan penuh perhatian, mendorong klien untuk mengungkapkan persepsi
maupun kecemasan yang dirasakan, mengidentifikasi ketika tejadi perubahan tingkat
24
cemas, menyediakan kegiatan yang sesuai ke arah pengurangan ketegangan membantu
klien dalam mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan, membantu klien
dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa yang akan datang,
menentukan kemampuan klie dalam mengambil keputusan, menganjurkan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi serta program pengobatan. Menurut pandangan
beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi kecemasan diantaranya :
a) Terapi kognitif
Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang
didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berpikir, mendorong pada
penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi
pikiran, terapis membantu klien mengidentikasi pikiran negatif yang menyebabkan
kecemasan, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis
dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ide–ide yang
membangun.
b) Terapi perilaku
Berbagai jenis perilaku digunakan digunakan pembelajaran dan praktik secara
langsung dalam upaya menurunkan kecemasan atau menghindari. Videback (2000)
menegaskan bahwa terapi perilaku dipandang efektif dalam mengatasi gangguan
kecemasan terutama jika dikombinasikan dengan farmakoterapi.
c) Teknik relaksasi
Latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot.
Menurut Stuart dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak
25
tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang
terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi,
mengurangi keingat dan frekuensi pernapasan.
d) Modelling
Terapis secara khusus memberikan role model dan mendemonstrasikan perilaku
yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.
14.Terapi Farmakologi
Halloway (1996) menjelaskan bahwa terapi obat untuk gangguan kecemasan
diklarifikasikan menjadi anti ansietas yang terdiri, anxiolitik, transquilizer, sedative,
hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi
susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja
yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan
melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat
anti ansietas digunakan dalam penatalaksanaan gangguan kecemasan, gangguan
somatoform, gangguan disosiatif, gangguan kejang, dan untuk pemulihan gejala
insomnia dan kecemasan.
Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti
ansietas yakni, pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,
letih, depresi, sakit kepala, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas),
kardiovaskuler (hipotensi ortostastik, takikardi, perubahan elektrokardigram), mata dan
THT (pandangan kabur, midriasis, tinnitus), gastrointestinal (anoreksia, mual, kering,
mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu, penyakit hati, klien lansia, penyakit
26
hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah
ada serta reaksi hipersensitivitas.
Tabel 2.1 Daftar Obat Ansietas
Nama Generik Dosis (Mg/ hari)
Alprazolam (xanax) 1- 4
Diazepam (Valium) 2 -40
Fluoxetine (Prozac) 20 – 60
Clomipramine (Anafranil) 50 – 250
Lorazepam (Ativan) 1 – 6
15. Faktor Prediposisi Kecemasan
a. Psikoanalisa
Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu
sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat
normal, adaptif, maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan.
Freud mengatakan bahwa prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto
Rank, 1986).
Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman
dengan setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir
individu dihadapkan pada lingkungan yang berlawanan. Individu kemudian harus
beradaptasi dengan realitas, yaitu kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan.
Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah dan belum tersiapkan, tiba-tiba
27
dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir,
dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang
berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang
bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak
dapat terpuaskan merupakan pengalaman pertama individu dengan ketakutan dan
kecemasan.
Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu
termotivasi untuk memuaskan. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu
bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka
ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan
mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta
berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu
juga dapat mengikuti kata hatinya.
b. Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Interpersonal penolakan
termasuk dalam peristiwa yang paling mempengaruhi dalam pengalaman orang.
Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi, dan jenis lain dari penolakan memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Akibatnya, orang
termotivasi untuk menghindari penolakan sosial, dan banyak perilaku manusia
tampaknya dirancang untuk menghindari pengalaman tersebut. Efek penolakan
28
interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta
mengakibatkan kecemasan.
Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal
transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan
perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma
kehilangan, dan kematangan kepribadian.
Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan ancaman,
kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi dan harga
diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian,
rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam
(2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui
hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya.
bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa,
dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat
menimbulkan kecemasan. Adanya trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang
akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul
dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah
satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan disebabkan oleh kebutuhannya.
Individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami
kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan
individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini
lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan.
29
c. Behaviour
Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli
perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan
muncul melalui classical conditioning, artinya seseorang mengembangkan reaksi
kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah
dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang
disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan. Tujuan tersebut
mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri.
Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal
ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).
Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari
luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana
orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon
sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk
mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi
yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang
sama (Stuart dan Laraia, 2005).
Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang
mengalami persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan
30
kecemasan meningkatkan persepsi konflik yang dimanifestasikan perasaan tidak berdaya
(Stuart dan Laraia, 2005).
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-
ciri individual dalam interaksi sosial, menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat. Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
1) Faktor penyebab konflik.
a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia
adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya.
b) Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.
c) Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
2) Macam-macam konflik itu adalah :
31
a) Pendekatan-pendekatan
Seseorang mengejar tanggung jawab menguntungkan dan sangat diinginkan.
Konflik ini jarang menimbulkan kecemasan.
b) Pendekatan-penghindaran
Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.
c) Penghindaran-penghindaran
Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan
tersebut merupakan hal yang tidak diinginkan.
d) Double Pendekatan- penghindaran
Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak
menguntungkan, keduanya merupakan pilihan.
6) Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga.
Kecemasan disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi
pada keluarga dan epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap
keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati
(2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi
kecemasan.
Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat
mengalami kejadian yang mengkhawatirkan. Segala hal yang mempengaruhi semua
anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran
32
keluarga dalam menimbulkan kecemasan meliputi, adanya konflik, dukungan keluarga
yang diberikan ketika menghadapi peristiwa penting dalam kehidupan.
Menurut Baron & Byrne (1991) dukungan keluarga berperan meningkatkan
kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan
sebagai bantuan orang saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam
hidup. Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet,
2004) membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi
1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap yang bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan
emosional yang dapat diberikan
a) Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.
b) Adanya komitmen dari keluarga terhadap kesejahteraan atau berbagi beban.
c) Keterlibatan sosial adanya kontak sosial dan suasana persahabatan.
d) Afektif, yaitu dengan menunjukkan cinta dan perhatian.
e) Adanya dukungan timbal balik.
2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang
lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan
dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan
penghargaan yang dapat diberikan:
a) Penegasan keluarga memvalidasi tindakan, perasaan.
b) Mendengarkan aktif, mendukung individu, dan memberi pendapat.
c) Berbicara, yaitu memberikan anggota keluarga untuk mengeluarkan pendapat.
33
3) Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota
keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada
situasi tertentu.
4) Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan
balik.
5) Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu
kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga atau mempertahankan
integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998
dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan
mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka
diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi
seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh
positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga
yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).
Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga
dalam menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi
seseorang (Taylor, 2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.
Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup
luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan
kesejahteraan seseorang serta dapat mengurangi kecemasan, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Seseorang yang sedang mengalami stres akan mendapatkan perasaan
34
dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat
dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau
gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan
pengaruh orang yang berarti merupakan faktor–faktor dari lingkungan eksternal yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
Skema 2.2 Pengaruh lingkungan eksternal terhadap kesehatan mental.
Sedangkan menurut the buffering model, dukungan keluarga berpengaruh
tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang
ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model
ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai
dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor
yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari
lingkungan keluarga. Kedua, dukungan keluarga dapat memodifikasi reaksi seseorang
tentang stressor setelah melakukan penilaian sebelumnya. Orang yang tidak
Faktor lingkungan eksternal
(dukungan keluarga)
Penguatan tingkah laku
Pengaruh orang berarti
Dorongan semangat
Contoh / model
Sehat dan keadaan sejahtera
35
mendapatkan atau sedikit mendapatkan dukungan keluarga mempunyai kecenderungan
tinggi mengalami dampak negatif dari stres.
Skema 2.3 Pengaruh dukungan keluarga terhadap stress.
Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang
paling penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh
suaminya selama kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih
komplikasi persalinan dan kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum
(Grossman, dkk, 1980; May, 1982).
e. Dasar Biologi
Kajian biologis menunjukkan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat
nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart
dan Sundeen, 1998).
Pengaturan kecemasan berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmitter
Gamma Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak
yang berfungsi untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja diawali dengan
penghambatan neurotransmitter di otak oleh GABA. Ketika persilangan di sinaps dan
Stres
Kurang dukungan keluarga Sakit
Dukungan keluarga
36
mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran
reseptor terbuka, diikuti oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi
penghambatan/reduksi sel yang dirangsang kemudian sel beraktifitas dengan lambat
(Stuart dan Laraia, 2005).
37
Respon Adaptif Respon Maladaptif
antisipasi ringan sedang berat panik
Bagan 2.3 Stuart model adaptasi berhubungan dengan kecemasan (2005).
Faktor predisposisi
Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi
Kekuatan koping
Mekanisme koping
Faktor presipitasi
Integritas fisik
System self esteem
Penilaian stressor
Konstruktif
Mekanisme pertahanan Ego
Reaksi berorientasi tugas
Destruktif
38
B. Kehamilan dan Persalinan Sebagai Pencetus Kecemasan
1. Kehamilan
Kehamilan menandai akan hadirnya manusia baru dengan segala kemungkinan,
harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap
menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman
masa kanak-kanak, pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan atau pengalaman
sendiri pada kehamilan sebelumnya akan ikut mempengaruhi makna kehamilan
tersebut (Whalen, 1987).
Seorang wanita hamil biasanya mengalami perasaan ambivalensi. Suatu perasaan
yang bersifat menginginkan dan menolak terhadap kehadiran bayinya. Perasaan
menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak
menimbulkan perasaan bersalah, ketakutan, dan kecemasan. Perasaan menolak kurang
dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar
tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu
melahirkan, terutama kelainan pada persalinan sebelumnya, kehilangan sifat menarik,
perasaan tidak nyaman akibat pembesaran abdomen, terganggunya pekerjaan dan
aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas
atau bertanggung jawab sebagai ibu (Benson, R.C.,1984, Maramis,W.F,1986).
Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester
ketiga yang dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester
sebelumnya.
39
a.Trimester ketiga
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.
Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang
lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik . Alasan yang mungkin
menyebabkan peningkatan kecemasan adalah kecemasan mengenai ketakutan untuk
melahirkan dan kekhawatiran terhadap anaknya ( Kosim, 1970).
Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai
perasaan emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami
perubahan. Ibu akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu
akan merasakan berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk
bertemu bayi baru anda. Mungkin juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai
berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan
pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi pada kehamilan trimester
ketiga:
a) Payudara
Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang
kaya akan protein.
b) Konstipasi
Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke
daerah usus selain peningkatan hormone progesterone.
c) Pernafasan
Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena
40
tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa
terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya
tekanan bagian tubuh bayi dibawah tulang iga ibu.
d) Sering BAK
Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin
menekan kandung kencing ibu.
e) Masalah Tidur
f) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah
panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir
kehamilan kepala bayi juga akan menekan vena daerah panggul.
h) Kontraksi Perut
Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang
ringan, tidak teratur, dan hilang bila duduk atau istirahat.
i) Bengkak
Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan
kaki, kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan
hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
j) Kram Kaki
Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan
dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar
kalsium.
41
k) Cairan Vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih,
pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.
Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat
menyebabkan kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah
perdarahan. Penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa,
plasenta abruption dan bloody show.
a) Placenta Previa (plasenta terletak tidak normal)
Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi
pembukaan serviks.
b) Plasenta Abruption (awal pemisahan plasenta)
Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan
terlepas dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,
yang berbahaya bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.
c) Bloody Show
Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester
ketiga. Ini dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal
sebagai perubahan serviks, cairan ini berbentuk lendir dan darah.
2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).
42
Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu.
C. Kerangka Teori
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan.
Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan
yang mencetuskan cemas (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis,
sosial atau fisik. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah
psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi. Pada kelima hal yang
menyebabkan terjadinya kecemasan, yang paling mempengaruhi dan merupakan
support sistem adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai peranan
dalam membantu anggota keluarga menghadapi kecemasan. Ada 2 model dalam
dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the
direct effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari
luar yang meliputi. Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang
berarti dan dorongan semangat. Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang
kurang mendapat dukungan dari keluarga maka ia akan menjadi sakit.
43
Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).
Faktor Predisposisi
Psikoanalisa
Interpersonal
konsep diri,
trauma kehilangan
kematangan kepribadian
Behavior
trauma kegagalan,
pembelajaran,
konflik
Keluarga (dukungan keluarga)
Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informatif
Network support
Biologi
Kecemasan
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori,
maka dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga
merupakan variabel independen, kecemasan variabel dependen dan interpersonal dan
behaviour sebagai variabel potensial confounding.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep (Sumber: Stuart dan Laraia (2005).
- Interpersonal
- Behaviour
Dukungan keluarga
Kecemasan
menghadapi
persalinan
45
B. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan kerangka konsep
penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan menghadapi
persalinan di Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2010.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara
menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.
46
C. Definisi Operasional.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Penguk
uran
Kecemasan Perasaaan
terancam dan
stressfull, yang
dimanifestasikan
pada perubahan
pola tidur, makan
dan tanda-tanda
vital.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
sebagai alat
ukur respon
kecemasan.
Kuesioner
A 1
0 = Tidak
cemas ( 20
- 40)
1 = Cemas
ringan ( 41-
60)
2 = Cemas
Sedang
(61-80)
3 = Cemas
Berat (81-
100)
Ordinal
Dukungan
keluarga
Dukungan yang
diberikan oleh
anggota keluarga
terdekat yang
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner
Kuesioner
A 2
0 =
dukungan
baik (37-
48)
ordinal
47
berupa dukungan
emosional,
penghargaan,
instrumental
informative dan
network support
mempunyai
peranan sebagai
contoh/model,
penguatan
tingkah laku,
dorongan
semangat, dan
pengaruh orang
berarti.
1 = cukup
dukungan
( 25-36)
2 = kurang
dukungan
(12-24)
48
Interpersonal
Hubungan
interaksi dengan
lingkungan yang
dipengaruhi
konsep diri,
kematangan
kepibadian, serta
trauma
kehilangan.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner.
Kuesioner
A 3
0= baik
(37-48)
1= cukup
(25- 36)
2= kurang
(12-24)
Ordinal
Behaviour
Perilaku yang
dibentuk sejak
dini dipengaruhi
trauma kegagalan,
pembelajaran
kejadian, dan
konflik.
Wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner.
Kuesioner
A 4
0= baik
(37-48)
1= cukup
(25-36)
2= kurang
(12-24)
Ordinal
49
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Peneliti menggunakan
rancangan penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian
ini variabel independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu
(periode) yang sama. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dan hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan behaviour.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu primiara trimester III dan melakukan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Pamulang. Jumlah populasi dalam penelitian ini
52 orang (berdasarkan data ibu primipara trimester II bulan Maret).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008:91). Sampel dari
penelitian ini diambil dari populasi ibu primipara trimester III yang melakukan
pemeriksaan kehamilan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
50
a. Ibu Hamil trimester III
b. Ibu yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang (namanya tercantum di KIA
bulan Maret).
c. Ibu yang akan melahirkan anak pertama.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi,
tetapi peneliti menggunakan Total Sampling yaitu menggunakan populasi sebagai
sampel, karena jumlah populasi yang kecil.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini,
teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Total Sampling, yaitu cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan seluruh jumlah populasi digunakan
sebagai sampel, sebanyak 52 orang.
C. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Pamulang bulan Juni-Juli 2010.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa
Ilmu Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti
mendatangi rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan
di Puskesmas Pamulang yaitu saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan.
51
Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti
memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberi informed consent
untuk meminta persetujuan klien dijadikan responden penelitian.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner
dengan beberapa pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap
dan jujur sesuai dengan yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner,
responden didampingi oleh peneliti, sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak
jelas dapat ditanyakan langsung pada peneliti.
Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali jawaban untuk setiap
pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.
Pengumpulan data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan menggunakan
kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga
menggunakan instrumen dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour. Untuk
mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour yang dimiliki oleh ibu
primipara.
E. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan 4 instrumen dalam penelitian ini, yakni :
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety
Scale (ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk
mengukur tingkat kecemasan pada ibu primipara menghadapi persalinan.
Instrumen ini terdiri dari 20 butir pernyataan dengan karakteristik kecemasan
meliputi 5 sikap dan 15 gejala somatik, dan digolongkan ke dalam empat
52
tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, dan
cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang ada pada
kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai
jawaban sebagai berikut:
Tabel 4.1 Skala Kecemasan
Alternatif
Jawaban
Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang 3 3
Jarang 2 4
Tidak Pernah 1 5
(Sumber: Nursalam, 2003)
Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang
tingkat kecemasan berupa data interval dengan kategori tidak cemas, cemas
ringan, cemas sedang, dan cemas berat.
Keterangan:
P = Panjang kelas interval
Rentang = Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil
Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada
empat, yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, dan
cemas berat.
53
Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Nilai 20 – 40 : tidak cemas
Nilai 41 – 60 : cemas ringan
Nilai 61 – 80 : cemas sedang
Nilai 81 – 100 : cemas berat
2. Instrumen yang kedua adalah Dukungan keluarga , dengan menggunakan
kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk mengukur dukungan keluarga yang
dimiliki ibu primipara dan mempegaruhi kecemasan. Pada instrumen berisikan
dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif dan network support
mempunyai peranan sebagai contoh/model, penguatan tingkah laku, dorongan
semangat, dan pengaruh orang berarti. Instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 3
pertanyaan mengenai contoh/model, 3 pertanyaan mengenai penguatan tingkah
laku, 3 pertanyaan mengenai dorongan semangat, 3 pertanyaan mengenai
pengaruh orang berarti dan digolongkan ke dalam tiga tingkatan dukungan
keluarga yaitu kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari
empat pilihan jawaban yang ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala
Likert, dimana digunakan skoring atau nilai jawaban sebagai berikut:
54
Tabel 4.2 Skala Dukungan Keluarga
Alternatif
Jawaban
Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan
Negatif
Sering 4 1
Kadang-kadang 3 2
Jarang 2 3
Tidak Pernah 1 4
(Sumber: Nursalam, 2003)
Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang
dukungan, dukungan cukup dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu :
Nilai 12 - 24 : kurang dukungan
Nilai 25 – 36 : cukup dukungan
Nilai 37–48 : dukungan baik
3. Instrumen yang ketiga adalah interpersonal, dengan menggunakan kuesioner yang
berisi daftar pernyataan untuk mengukur interpersonal yang dimiliki ibu primipara
dan mempengaruhi kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 6
pertanyaan mengenai konsep diri, 2 pertanyaan mengenai kematangan kepribadian,
4 pertanyaan mengenai trauma kehilangan.
4. Instrumen yang keempat adalah behaviour, dengan menggunakan kuesioner yang
berisi daftar pernyataan untuk mengukur behaviour yang dimiliki ibu primiara dan
55
mempengaruhi kecemasan. Pada instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 4
pertanyaan mengenai trauma kegagalan, 4 pertanyaan mengenai trauma kejadian, 4
pertanyaan mengenai konflik. Skor dan penilaian yang diberikan pada instrumen ini
sama seperti pada instrumen dukungan keluarga.
E.Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas tiap
pertanyaan. Uji coba ini dilakukan sebelum penelitian dengan menyebarkan
instrumen berupa kuesioner, yang diuji cobakan kepada responden yang bukan
merupakan anggota sampel penelitian. Uji coba instrumen dukungan keluarga,
interpersonal, dan behaviour dilakukan di Puskesmas Ciputat dengan jumlah sampel
15 orang.
1.Uji Validitas
Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata “validity” yang
mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
tersebut. Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas
instrumen menunjukan kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu
penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas
konstrak. Uji validitas konstrak yaitu menyusun indikator pengukuran operasional
berdasarkan kerangka teori konsep yang akan diukur. Secara sederhana dapat
dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan
56
mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor masingmasing
item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti
instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang digunakan
dalan uji validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 15
(N=15). Item-item yang memiliki nilai r hitung > r tabel (0,501) itu item yang
digunakan dalam penelitian.
2.Uji Reliabilitas
Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata
reliability yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi dan sebagainya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek
yang diukur tidak berubah. Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang
dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai
dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas
dengan menggunakan metode alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha
Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan
rentang yang sama, maka ukuran alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel
d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
57
F. Pengolahan Data
1. Editing
Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang sudah ada, terutama
mengenai kelengkapan data yang dikumpulkan melalui kuesioner.
2. Coding
Suatu model untuk mengkonversikan data yang dikumpulkan selama penelitian ke
dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding.
Misalnya dilihat dari dukungan keluarga, diberi coding yaitu 0 = dukungan baik, 1 =
cukup dukungan, 2= kurang dukungan.
3. Entry data
Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan ke dalam master
tabel atau data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau
bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. Setelah semua isian kuesioner terisi
penuh dan benar, data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses
data untuk dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan
data dari kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistic.
4. Cleaning data
Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan
untuk melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang
dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai
dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.
58
G. Analisa Data
Menurut Arikunto (2002), analisa data merupakan pengolahan data terhadap
data yang sudah terkumpul dengan menggunakan rumus atau aturan yang sesuai
dengan pendekatan penelitian atau desain yang dipergunakan sehingga memperoleh
suatu kesimpulan.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif yang berfungsi untuk meringkas,
mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Data ditampilkan dengan tabel frekuensi
mengenai kecemasan, dukungan keluarga, interpersonal dan behavior pada ibu
primipara.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dengan dependen, variabel confounding dengan dependen. Dukungan keluarga,
dengan kecemasan, interpersonal dengan kecemasan dan behavior dengan
kecemasan. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa Multinomial Logistic
dengan menggunakan α = 5 %. Jika p value ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, atau variabel confounding dengan variabel dependen dan jika p value >
0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
variabel .
59
3. Analisa Multivariat
Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen dikontrol dengan variable confounding. Teknik
analisa yang digunakan adalah analisa regresi logistic ganda. Langkah dalam
pemodelan variabel confounding adalah :
a. Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variable - variabel yang akan menjadi
kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisi multivariate. Variable yang akan
dimasukkan ke dalam analisis multivariat memiliki nilai P < 0,25. Semua
variabel yang telah memenuhi syarat dimasukkan dalam Big Model. Model ini,
dinamakan Hierarchically Well Formulated Model (HWF Model) atau model
yang paling lengkap.
b. Menilai Interaksi
Untuk menentukan apakah suatu factor risiko mempunyai efek interaksi, dapat
diuji dengan melakukan fitting pada model dengan menyertakan variable
interaksi. Suatu factor risiko mempunyai efek interaksi bila interaksi tersebut
bermakna secara statistik. Uji statistic yang dilakukan dengan membandingkan
likelihood ratio test yaitu membandingkan nilai likelihood tanpa variable
interaksi dengan nilai likelihood dengan variable interaksi. Variable interaksi
dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil analisi
mendapatkan nilai P ≤ 0,05.
c. Menilai Confounding
60
Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang
mempunyai nilai P paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel
dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut
merupakan variabel confounding. Bila itu variabel confounding maka variabel
tersebut diikutsertakan dalam analisa selanjutnya.
d. Menyinpulkan dan menilai OR
Setelah mengantrol variabel interaksi dan confounding maka diharapkan dapat
dihasilkan hasil model parsimonious, model yang sahih dan presisi yang baik tapi
juga sederhanan. Model ini tidak hanya mengikutsertakan faktor yang penting tapi
juga sederhana. Efek pajanan dinilai berdasarkan nilai OR.
H. Etika Penelitian
Merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat
penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika
penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:
(Hidayat, 2008:82)
1. Informed consent
Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
61
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Pamulang
1. Letak Wilayah
UPTD Puskesmas Pamulang berada di sebelah timur Kabupaten Tangerang
berbatasan dengan Kabupaten Bogor di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Ciputat, dan disebelah barat dengan Kecamatan Serpong, wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pamulang terdiri dari dataran rendah.
UPTD Puskesmas Pamulang terletak diwilayah Kecamatan Pamulang dan
mempunyai luas wilayah 2788.718 ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Ciputat
b. Sebelah Barat : Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu
c. Sebelah Timur : Kota Administratif Depok
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Ciputat Timur dan Kabupaten Bogor.
2. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Pamulang
a. Visi
Puskesmas Pamulang mempunyai visi yaitu: terwujudnya Puskesmas Pamulang
dengan pelayanan kesehatan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan prima di semua sektor.
2) Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.
63
3) Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga.
4) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai sektor.
c. Motto
Motto Puskesmas Pamulang adalah “Berhasil Prima (Bersih, Harmonis,
Silahturahmi, dan Pelayanan Prima)”.
2. Program Puskesmas
Adapun Program yang terdapat di Puskesmas Pamulang yaitu: program
kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.
a. Pengembangan kesehatan dasar meliputi:
1) Promosi kesehatan
2) Penyehatan lingkungan
3) Kesehatan ibu dan anak
4) Keluarga berencana
5) Perbaikan gizi
6) Pencegahan penyakit menular
7) Pengobatan
b. Pengembangan wajib meliputi:
1) Lansia
2) Usaha Kesehatan Sekolah
3) Anti NAPZA
c. Pengembangan pilihan meliputi:
1) Laboratorium
64
2) UKGMD
3) DUKM/DUKS
4.Tenaga Kerja
a. Ketenagaan
1) Dokter Umum : 4 orang
2) Dokter Gigi : 3 orang
3) Bidan : 16 orang
4) Perawat : 10 orang
5) Perawat Gigi : 1 orang
6) Pelaksana Gizi : 1 orang
7) Analisa Kesehatan : 2 orang
8) Asisten Apoteker : 1 orang
9) Pekarya/TU : 6 orang
B. Analisa Univariat
1. Kecemasan dalam Menghadapi Persalinan
Dari hasil penelitian bahwa tingkat cemas tertinggi adalah cemas sedang sebanyak
19,2%, kemudian cemas ringan 65,4 % dan tidak cemas 15.4%. Sedangkan tidak ada
ibu yang mengalami cemas berat atau 0%, jadi kategori cemas dikelompokkan menjadi
3, berdasar tabel 5.1 :
65
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di Puskesmas Pamulang
tahun 2010
Kecemasan Jumlah Persentase
Tidak Cemas 8 15,4
Cemas Ringan 34 65,4
Cemas Sedang 10 19,2
Total 52 100
2. Dukungan Keluarga
Pada kuesioner, terdapat 5 macam dukungan yang terdiri dari, penghargaan,
emosional, instrumental, informasi, dan network support.
Dukungan Baik Cukup Kurang
Penghargaan 5% 65% 30%
Emosional 12% 70% 28%
Instrumental 23% 64% 13%
Informasi 15% 79% 6%
Network Support 10% 69% 21%
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga baik sebanyak 3.9 %,
cukup 78.8 %, dan kurang 17.3 %. Di bawah ini:
66
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden di Puskesmas Pamulang
tahun 2010
Dukungan keluarga Jumlah Persentase
Baik 2 3.9
Cukup 41 78.8
Kurang 9 17.3
Total 52 100
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dengan Tingkat kecemasan
Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi dukungan tingkat kecemasan di Poliklinik
Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Pamulang 2010.
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah Dukungan
keluarga N % N % N % N %
Baik 1 50 1 50 0 0 2 100
Cukup 7 17.1 31 75.6 3 7.3 41 100
Kurang 0 0 2 22.2 7 77.8 9 100
67
3. Interpersonal
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Interpersonal di Puskesmas
Pamulang 2010 dari tabel diperoleh hasil bahwa interpersonal baik sebanyak 37
(71.2%), cukup 15 (28.8%) dan kurang 0 (0%) dikelompokkan menjadi dua, yaitu
baik dan cukup berdasarkan tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Interpersonal Responden di Puskesmas Pamulang tahun
2010
Interpersonal Jumlah Persentase
Baik 37 71.2
Cukup 15 28.8
Total 52 100
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Interpersonal dengan Tingkat Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Jumlah Interpers
onal N % N % % N N %
Baik 7 18.9 28 75.7 5.4 2 37 100
Cukup 1 6.7 6 40 53.3 8 15 100
68
Tabel 5.5 menunjukkan distribusi frekuensi interpersonal tingkat kecemasan di
Puskesmas Pamulang 2010. Diperoleh interpersonal baik yang mengalami kecemasan
sedang sebanyak 4.8%, ringan 71.4%, dan tidak cemas 23.8%. Sedangkan
Interpersonal cukup yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 29%, ringan 61.3%,
dan tidak cemas 9.7%.
4. Behaviour
Dari hasil penelitian bahwa menunjukkan distribusi frekuensi tingkat behavior
ibu primipara di Puskesmas Pamulang tahun 2010. Diperoleh hasil bahwa Behaviour
baik sebanyak 39 (75%,), cukup 13 (25%) dan kurang 0 (0%), kemudian
dikategorikan dalam tabel 5.6 dibawah ini:
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Behaviour Responden di Puskesmas Pamulang tahun 2010
Behavior Jumlah Persentase
Baik 39 75
Cukup 13 25
Total 52 100
69
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Behaviour dengan Tingkat Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
Tabel 5.7 menunjukkan distribusi frekuensi interpersonal tingkat kecemasan di
Puskesmas Pamulang 2010.
C. Analisa Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, analisa bivariat menguji hubungan satu per satu
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas adalah dukungan
keluarga, interpersonal dan behaviour. Uji bivariat ini menggunakan uji Multinomial
Logistic Regression dengan menggunakan α = 5 %, untuk melihat adanya hubungan
antara 2 variabel dengan mengetahui nilai P value dan nilai Odds Ratio (OR).
1. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan antara dukungan keluarga dan kecemasan ibu primipara
di Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel
5.8 berikut ini :
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas
Sedang
Behaviour
N % N % N %
Baik 5 12.8 28 71.8 6 15.4
Cukup 3 23.1 6 46.2 4 30.8
70
Tabel 5.8
Distribusi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
P value 0.001, yang berarti <0.05, jadi Ho ditolak.
Kesimpulan : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan.
OR 4 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 4 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
OR 3 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas sedang
sebesar 3 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
Tidak Cemas Cemas
Ringan
Cemas
Sedang
Dukungan
keluarga
N % N % N %
OR
95 %
CI
Nilai p
Baik 1 50 1 50 0 0
Cukup 7 17.1 31 75.6 3 7.3
Kurang 0 0 2 22.2 7 77.8
4
3
2
7
0.0001
71
OR 2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 2 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
OR 7 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas sedang
sebesar 7 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai dukungan baik.
2. Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan kecemasan dengan interpersonal ibu primipara di
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.9
berikut ini
Tabel 5.9
Distribusi Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan Responden di Puskesmas
Pamulang tahun 2010
P value 0.041, yang berarti p<0.05, jadi Ho ditolak.
Kesimpulan : Ada hubungan antara Interpersonal dengan kecemasan.
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas
Sedang
Interperso
nal
N % N % N %
OR
95 %
CI
Nilai p
Baik 7 18.9 28 75.7 2 5.4
Cukup 1 6.7 6 40 8 53.3
6.67
0.36
0.001
72
OR 6.67 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 6.67 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal baik.
OR 0.36 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal yang cukup beresiko mengalami cemas
sedang sebesar 0.36 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal baik.
3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan
Distribusi frekuensi hubungan kecemasan dengan behaviour ibu primipara di
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel
5.10 berikut ini:
Tabel 5.10
Distribusi Kecemasan Hubungan Behaviour Kecemasan Responden di
Puskesmas Pamulang tahun 2010
P value 0.931, yang berarti >0.05, jadi Ho diterima.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara Behaviour dengan kecemasan .
Tidak Cemas Cemas
Ringan
Cemas Sedang Nilai p Behaviour
N % N % N %
OR
95%
CI
Baik 5 12.8 28 71.8 6 15.4 0.937
Cukup 3 23.1 6 46.2 4 30.8
0.5
1.2
73
OR 0.5 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 0.5 kali dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.
OR 1.2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas sedang
sebesar 0.5 kali dibandingkan ibu yang memiliki behavior cukup.
D. Analisa Multivariat
Berdasarkan kerangka konsep, Analisa Multivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan dependen dikontrol dengan variabel
confounding. Langkah dalam pemodelan variable confounding adalah :
1.Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variabel - variabel yang akan menjadi
kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Variabel yang akan
dimasukkan ke dalam analisis multivariat memiliki nilai p < 0,25.
Tabel 5.11
Hubungan antara variabel Dependen dan Independen
Variable P value Analisa
Keluarga 0,0001 Ikut model
Interpersonal 0,001 Ikut model
Behavior 0,937 Tidak ikut model
74
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa yang masuk ke dalam analisis multivariat adalah
variabel keluarga dan interpersonal ( p value <0,25), tetapi berdasarkan teori Stuat
dan Laraia, bahwa behavior merupakan salah satu faktor predisposisi kecemasan.
Salah satu syarat suatu variabel dijadikan variabel confounding adalah variabel
tersebut ada hubungan sebab atau akibat dengan var iabel utama. Jadi behavior
dimasukkan dalam model, Ada 3 variabel yang masuk dalam pemodelan ini (keluarga,
interpersonal, behavior).
2. Menilai Interaksi
Variabel interaksi dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil
analisis mendapatkan nilai p ≤ 0,05.
Tabel 5.12
Model Variabel Multivariat
Variable P value Analisa
Dukungan Keluarga 0,035 Tidak Ikut model
Interpersonal 0,307 Tidak ikut model
Behavior 0,248 Tidak ikut model
Hasil uji : p value <0,05 (Ho diterima)
Kesimpulan : Karena berdasarkan analisi di atas , semua variabel tidak memenuhi
syarat, maka digunakan model analisis tanpa interaksi. Jadi pemodelan dilakukan
tanpa interaksi.
75
3. Menilai Confounding
Dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel dimulai dengan variabel yang
mempunyai nilai p paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel
dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut
merupakan variabel confounding. Bila itu variabel confounding maka variabel
tersebut diikutsertakan dalam analisa selanjutnya.
Hasil variabel interpersonal dikeluarkan nilai OR variabel utama (dukungan)
menjadi 0.012, maka selisih OR (0.026-0.012)/0.026 x 100% = 53, 84 %.
Kesimpulan : Variabel interpersonal merupakan variabel confounder.
Hasil variabel behavior nilai OR variabel utama (dukungan) menjadi 0.025, maka
selisih OR (0.026-0.025)/0.026 x 100% = 10 %.
Kesimpulan : Variabel behavior merupakan variabel confounder.
4. Menyimpulkan dan Menilai OR
Hasil analisis didapatkan p value 0.001, Kesimpulan : Ada hubungan antara
keluarga dengan tingkat kecemasan setelah dikontrol dengan interpersonal dan
Behaviour.
Persamaan model adalah :
Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.582 (keluarga) + 1.295 (interpersonal)
+ 0.947 (behavior ).
Pada OR 0.582 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas
ringan adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko
76
mengalami cemas ringan sebesar 0.582 kali dibanding ibu primipara yang
mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.
Resiko terjadinya kecemasan : 20592 + 0.026 (dukungan) + 1.564
(interpersonal) + 1. 866 (behavior ).
Pada OR 0.026 berarti Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas
sedang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko
mengalami cemas sedang sebesar 0.026 kali dibanding ibu primipara yang
mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.
Resiko terjadinya kecemasan : 18 143 + 0.118 (keluarga) + 1.295 (interpersonal)
+ 0.947 (behavior ).
Pada OR 0.118 berarti, Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas
ringan pada dukungan kurang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan
kurang beresiko mengalami cemas ringan sebesar 0.118 kali dibanding ibu
primipara yang mempunyai dukungan baik.
Resiko terjadinya kecemasan : 20592 + 1.495 (dukungan) + 1.564
(interpersonal) + 1. 866 (behavior ).
Pada OR 1.495 berarti Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas
sedang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko
mengalami cemas sedang sebesar 1.495 kali dibanding ibu primipara yang
mempunyai dukungan baik setelah dikontrol interpersonal dan behavior.
77
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional, yang memiliki kelemahan
rawan terhadap bias, karena pada rancangan ini peneliti mengobservasi variabel
independen dan dependen secara bersamaan (pada periode yang sama) dapat diatasi
dengan kontrol analisis dan kontrol sampel. Pada penelitian ini hanya menggunakan
kontrol analisis, yaitu variabel lain dari faktor predisposisi (interpersonal, behaviour)
digunakan sebagai variabel confounding. Kami tidak menggunakan kontrol sampel
karena keterbatasan peneliti dalam mengelompokkan sampel yang mempunyai
interpersonal dan behaviour yang sama.
2. Instrumen mengenai tingkat kecemasan dan dukungan keluarga yang digunakan
merupakan hasil modifikasi dari instrumen yang sudah ada sebelumnya, dan
pernyataan yang ada dalam instrumen merupakan pernyataan tertutup, sehingga bisa
jadi pernyataan dalam instrumen ini belum mewakili apa yang dirasakan oleh
responden. Pada variabel confonding, Behaviour dan interpersonal secara umun kedua
hal ini mempunyai respon subjektif, sehingga pengukuran yang dilakukan secara
kuantitatif. Kami tidak bisa menggali secara mendalam bagaimana interpersonal dan
behaviour , namun peneliti sudah meminimalkan hal tersebut dengan melakukan uji
validitas dan reliabilitas instrumen.
78
3. Pada saat pengambilan data, dilakukan melalui 2 cara, yaitu mendatangi responden di
rumahnya serta menunggu responden saat melakukan pemeriksaan di Puskesmas.
Sehingga terdapat perbedaan dalam mengisi instrumen, keterbatasan waktu yang
dimiliki responden saat melakukan pemeriksaan dan kelonggaran waktu responden
saat mengisinya di rumah. Hal ini akan memeberikan hasil pengisian yang berbeda.
4. Pada analisis multivariat, tidak menggunakan model interaksi hal ini disebabkan
keterbatasan kemampuan peneliti.
B. Instrumen Penelitian
1.Validitas instrumen ZSAS berkorelasi dengan Taylor Manifest Anxiety Scale
(TMAS) yaitu 0,5 sedangkan untuk reliabilitas instrumen ZSAS adalah 0.87.
2. Validitas instrument keluarga berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,681.
3. Validitas instrument interpersonal berkorelasi 0.514 dan reliabilitas yaitu 0,676.
4. Validitas instrument behavior berkorelasi yaitu 0,514 dan reliabilitas yaitu 0,639.
Keempat instrument di atas menunjukkan instrument yang valid dan reliabel (0,61-
0,80).
C. Interpretasi dan Hasil Diskusi
1. Hubungan Dukungan Keluarga dan Kecemasan.
Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan hasil bahwa jumlah ibu yang mengalami
cemas ringan dan cemas sedang lebih banyak dibanding tidak cemas. Sebesar 15.4%
ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas
ringan 65.4 %& dan cemas sedang 19.2% Ini terdapat perbedaan pada penelitian yang
dilakukan Yonne ( 2009), hasil penelitiannya 47.5% ibu hamil tidak mengalami cemas
79
dan 52.5% ibu hamil mengalami cemas (cemas ringan 36.1%, sedang 15.8%, dan
berat 0.6%).
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis
dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur
baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa saat
menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal yang
menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu
terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
psikologis (Kartono, 1992).
Dick Read (1959) menyatakan seorang ibu dalam proses persalinan berada
dalam siklus fear-tension-pain. Dick Read menyatakan nyeri yang terjadi saat
kontraksi uterus akan menyebabkan ketegangan. Ketegangan akan menyebabkan
keluarnya enzim, yaitu biogenik amin (tiga katekolamin) dan serotonin yang
menstimulasi neurotransmitter syaraf pusat sehingga ibu berada dalam keadaan stres.
Keadaan stres akan menyebabkan ibu merasa takut , dan ketakutan ibu akan lebih
meningkatkan rasa nyeri karena ketika seseorang merasa takut maka ambang nyeri
akan terasa lebih dangkal. Ketegangan yang dialami ibu mengakibatkan berkurangnya
kontraktilitas uterus sehingga proses persalinan menjadi lebih lama. Lamanya kala I
menyebabkan suplai darah, termasuk ke pembuluh darah plasenta dan uterus
berkurang. Suplai darah berkurang menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga
akan mempengaruhi oksigenasi janin dan janin menjadi asfiksia.
80
Agar proses persalinan berjalan lancar maka siklus fear-tension-pain harus
diputus. Salah satu caranya adalah mengurangi rasa nyeri yang disebabkan ketakutan
yang berhubungan kecemasan ibu, yaitu menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu.
Salah satunya adalah mengidentifikasi keadaan psikologis ibu, menanyakan mengenai
perasaan ibu, memberikan penjelasan mengenai proses persalinan yang dapat terjadi
secara alami, dan memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai pentingnya
memperhatikan kondisi ibu.
Berdasarkan analisa mengenai dukungan keluarga didapatkan bahwa jumlah ibu
yang mempunyai dukungan baik paling sedikit dibanding dukungan lain, tetapi pada
berdasarkan tabel 5.3, masih didapatkan ibu yang mengalami cemas dan jumlah ibu
yang mempunyai dukungan cukup dan mengalami cemas ringan lebih banyak
dibanding yang tidak cemas.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Semakin tua kehamilan, maka perhatian
dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga
kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
keluarga yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang
81
mengalami kecemasan dan mempunyai dukungan cukup, hal ini disebabkan ada faktor
lain yang kurang lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Dukungan keluarga yang tinggi disebabkan adanya dukungan emosional, dukungan
insrumental, dukungan informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari
keluarga, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga
dan ibu hamil dan mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang
tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan,. Wanita hamil dengan
dukungan keluarga yang tinggi akan belajar dari lingkungan keluarga, yang tidak
menimbulkan kecemasan dalam kesehariannya. Karena itu tidak mudah mengalami
kecemasan, walaupun ia terpapar dengan factor pencetus yang menimbulkan
kecemasan.
Berdasarkan perhitungan statistik, pada tabel 5.8 dapat dilihat adanya hubungan
anatara dukungan keluarga dengan kecemasan. Menurut Baron & Byrne (1991)
dukungan keluarga berperan meningkatkan kesehatan tubuh dan menciptakan efek
yang positif. Dukungan keluarga berperan dalam menjaga atau mempertahankan
integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998
dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan
mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka
diharapkan dapat mengurangi tingkat stress. Selain berperan dalam melindungi
seseorang terhadap sumber stres, dukungan keluarga juga memberikan pengaruh
82
positif terhadap kondisi kesehatan seseorang. Seseorang dengan dukungan keluarga
yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).
Sejalan dengan penelitian ini, Sagrestano, dkk (1999) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa dukungan sosial yang ditunjukan memberikan efek yang
bermanfaat pada kesehtan fisik dan mental pada wanita hamil. Pada penelitian juga
didapatkan sumbangan afektif dukungan keluarga terhadap kecemasan ibu hamil
menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga yaitu sebesar15,4%.
Hal ini menunjukan terdapat 84,6% variabel lain yang mempengaruhi timbulnya
kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil pertama.
2. Hubungan Interpersonal dengan Kecemasan
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa lebih banyak ibu yang mempunyai
interpersonal cukup dibanding dukungan baik, dan pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa
ada ibu yang mengalami cemas walaupun mempunyai interpersonal baik.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka
perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,
sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
83
interpersonal yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang
mengalami kecemasan dan mempunyai interpersonal baik, kemungkinan ada faktor
lain yang kurang baik dan lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Jalaludin Rakhmat (2007) mengatakan bahwa interpersonal dipengaruhi oleh
persepsi interpersonal; konsep diri, trauma kehilangan dan kematangan kepribadian.
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan
orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad
keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin jelas persepsinya tentang
orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif hubungan yang berlangsung.
Pada penelitian ini antara interpersonal dan kecemasan menunjukkan ada
hubungan antara interpersonal dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi
persalinan. Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain,
interpersonal transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan
kecenderungan perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan
tidak berdaya, trauma kehilangan, dan kematangan kepribadian.
Kecemasan dapat terjadi karena perasaan ketidakberdayaan menyelesaikan
ancaman, kehilangan kemampuan mengendalikan keadaan, perasaan kehilangan fungsi
dan harga diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi,
takut kematian, rasa tidak berdaya (Hudak & Gallo, 1995; Kozier B, Glenorae, 1993).
3. Hubungan Behaviour dengan Kecemasan
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa jumlah ibu primipara yang
mempunyai behaviour cukup lebih banyak dibanding yang mempunyai behaviour baik
84
dan ini diperkuat dengan tabel 5.7 ibu yang mempunyai behaviour baik mengalami
cemas.
Menurut Kushartanti, (2004), kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka
perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,
sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
behaviour yang menyebabkan terjadinya kecemasan. Pada ibu primipara yang
mengalami kecemasan dan mempunyai behaviour baik, kemungkinan ada faktor lain
yang kurang baik dan lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
Behavior manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, karena dimotivasi
oleh keinginannya untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui motivasi sebagai usaha
sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah pada tercapainya
suatu tujuan. Tingkah laku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat,
diperbuat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang sedikit banyak
berintegrasi di dalam mengejar suatu tujuan tertentu.
Pada penelitian ini menunjukkan antara Behaviour dan kecemasan tidak ada
hubungan antara Behaviour dengan kecemasan pada ibu primipara menghadapi
85
persalinan .Hal ini tidak sesuai dengan teori Stuart dan Laraia. Teori behavior
menjelaskan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya
seseorang mengembangkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami
sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack &
Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan
yang disebabkan dari sesuatu bertentangan dengan pencapaian keinginan/tujuan.
Tujuan tersebut mungkin terdapt halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari
diri sendiri. Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang
tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).
Hal ini disebabkan salah satunya adalah instrument yang digunakan tidak mewakili
behavour yang dimiliki oleh ibu secara keselcuruhan. Kemungkinan factor
predisposisi lain yang lebih dominan dalam menyebabkan kecemasan. Populasi yang
terlalu kecil, sehingga tidak bisa memberikan hasil yang maksimal.
4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan setelah dikontrol
interpersonal dan Behaviour.
Pada analisis multivariate, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol interpersonal dan
behavior.(p = 0.012). Pada hasil OR dukungan keluarga setelah dikontrol lebih kecil,
yaitu sebelumnya OR (4,2,7, dan 3) dan OR setelah dikontrol (0.582, 0.026, 0.118 dan
1.495) karena dalam studi interaksi keluarga terdapat bagian yang berkaitan dengan
interpersonal dan behaviour.
86
Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004)
membedakan 5 dimensi dari dukungan sosial yang meliputi
a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
terhadap yang bersangkutan.
b. Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk orang
lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan
individu lain.
c. Dukungan Instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika anggota
keluarga lain memberikan, menolong, membantu menyelesaikan seseorang pada
situasi tertentu.
d. Dukungan Informatif, mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan umpan
balik.
e. Network support, menimbulkan perasaan menjadi suatu bagian di dalam suatu
kelompok tertentu yang mempunyai minat dan aktivitas tertentu.
Dari kelima dukungan keluarga diatas terdapat kaitan dengan interpersonal dan
behavior. Misalkan pada dukungan emosional, melibatkan hubungan dengan oranglain
disini mencakup interpersonal, sedangkan network support melibatkan interaksi
dengan perilaku yang dipengaruhi adanya konflik, walaupun interpersonal juga
terdapat di dalamnya.
87
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ibu Primipara trimester III di Puskesmas Pamulang yang menjadi sampel pada
umumnya mengalami kecemasan (84.6%) dan sisanya tidak mengalami
kecemasan (15.4%).
2. Gambaran variabel yang menyebabkan kecemasan yaitu:
a. Keluarga, ibu yang mempunyai dukungan baik (3.8%), cukup (78.8%). Dan
kurang (17.3%).
b. Interpersonal, ibu yang mempunyai interpersonal baik (71.2%) dan
interpersonal yang cukup (28.8%)
c. Behaviour, ibu yang mempunyai behavior yang baik (75 %) dan behavior
cukup (25%).
3. Hasil penelitian didapat bahwa dari tiga variabel yang diteliti, satu variabel tidak
adanya hubungan yaitu behaviour (p=0.931) dengan kecemasan. Sedangkan
variabel yang lain, yaitu dukungan (p=0.001) dan interpersonal (p=0.041) secara
statistik dapat membuktikan adanya hubungan dengan kecemasan. Tetapi dalam
penelitian ini, dukungan keluarga merupakan variabel utama.
4. Hasil penelitian dari analisis multivariate, dimana variabel lain interpersonal dan
behavior dijadikan sebagai pengontrol. Dari hasil analisis didapatkan hubungan
88
yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu primipara
menghadapi persalinan setelah dikontrol dengan interpersonal (p= 0.012).
B. Saran
1. Untuk Puskesmas Pamulang
Memperhatikan kondisi psikologi ibu saat melakukan ANC, yaitu
mengidentifikasi kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh ibu yang akan
mempersiapkan kehamilan dan saat hamil sehingga kekhawatiran dan kecemasan
yang terjadi pada ibu dapat teridentikasi.
Mengadakan kelas Parenting, bagi ibu dan keluarga, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan ibu serta menciptakan suasana yang nyaman dalam
keluarga.
2. Untuk Tenaga Kesehatan
a. Meningkatkan peran serta perawat/bidan dalam memberikan promosi
kesehatan kepada ibu hamil pada saat antenatal care tentang keadaan fisik dan
psikis.
b. Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya disarankan untuk meningkatkan
caring dan empati pada ibu hamil, misalkan memberikan penjelasan dan
informasi lebih mengenai kehamilan dan persalinan untuk mengurangi
kecemasan.
3. Untuk Pendidikan Keperawatan
Meningkatkan dan mengembangkan ilmu keperawatan jiwa tentang kecemasan,
terutama Teori yang dikemukakan oleh Stuart dan Laraia, untuk keperawatan
89
maternitas tidak hanya memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil
mengenai kondisi fisik tetapi juga mengenai psikologi agar dapat memberikan
asuhan keperawatan secara optimal.
4. Untuk Peneliti Selanjutnya
Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kecemasan dengan
pendekatan yang berbeda (kualitatif) dan sampel yang diteliti lebih spesifik
(pasien yang mengalami kecemasan berat atau panic, atau pada pasien yang
menggunakan terapi obat antiansietas) sehingga kecemasan lebih terlihat dan
variabel ( keluarga, interpersonal dan Behaviour) lebih tergali lagi.
Lampiran 1
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
No. responden :
Tanggal :
Dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk ikut dalam penelitian
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta:
Nama : Nur Jannatun Na’im
NIM : 106104003507
Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primipara
Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Pamulang 2010.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaan dari pihak
manapun untuk dipergunakan bila perlu.
Jakarta, 2010
Hormat saya,
……………….. *) dicoret bila perlu
Lampiran 2
KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIPARA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI POLIKLINIK KESEHATAN
IBU DAN ANAK PUSKESMAS PAMULANG 2010
Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah pernyataan yang diberikan dengan baik sehingga dimengerti
2. Mengisi seluruh nomor pernyataan tanpa bantuan orang lain
3. Setiap pernyataan hanya berlaku untuk satu jawaban
4. a. Pada kuesioner, berilah satu tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan sikap ibu
berhubungan dengan kecemasan dengan ketentuan:
5. Jika ingin mengganti jawaban, cukup dengan mencoret jawaban pertama dengan tanda (=),
kemudian beri tanda (√) pada jawaban terakhir
6. Bila mengalami kesulitan dalam menjawab dapat menanyakan langsung pada peneliti
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan
cemas lebih dari biasanya, karena waktu
melahirkan semakin dekat
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
karena waktu melahirkan semakin dekat
(menyangkut persalinan, diri, dan bayi
saya)
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
3 Saya merasa badan saya seperti hancur
berkeping-keping
4 Saya merasa mudah marah/tersinggung,
atau panik dari biasanya karena waktu
melahirkan yang semakin dekat
5 Saya merasa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada diri saya ataupun pada bayi
saya saat melahirkan nanti
6 Kedua tangan dan kedua kaki saya terasa
gemetar akhir-akhir ini
7 Saya merasa terganggu dengan sakit
kepala/nyeri leher, nyeri otot karena
mendekati persalinan
8 Badan saya terasa lemah dan cepat lelah
akhir-akhir ini
9 Saya tidak dapat istirahat dengan tenang
karena memikirkan proses persalinan
nanti
10 Saya merasa jantung saya berdebar sangat
cepat karena waktu melahirkan sudah
dekat
11 Saya merasa pusing yang diikuti dengan
pandangan menjadi gelap
12 Saya merasa pusing dengan alasan yang
tidak jelas akhir-akhir ini
13 Saya mudah sesak nafas karena
memikirkan waktu melahirkan nanti
14 Saya merasa kaku atau mati rasa karena
waktu melahirkan yang semakin dekat
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
pernah
15 Saya merasa sakit perut atau mengalami
gangguan pencernaan mendekati saat-saat
melahirkan
16 Saya merasa tangan saya dingin dan
sering basah oleh keringat karena
memikirkan saat-saat melahirkan
17 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
karena waktu melahirkan semakin dekat
18 Saya sulit tidur pada malam hari karena
memikirkan waktu melahirkan nanti
(berkaitan dengan keselamatan diri saya
atau bayi saya)
19 Saya mengalami mimpi buruk berkaitan
dengan proses melahirkan yang akan saya
hadapi
20 Saya buang air kecil lebih dari biasanya
menjelang melahirkan
2. Dukungan Keluarga
No Pernyataan Sering Jarang Kadang
-kadang
Tidak
pernah
1. Keluarga memberikan dukungan ketika saya menghadapi
masalah.
2 Saya menganggap keberadaan saya tidak dibutuhkan di
dalam keluarga.
3 Keluarga menemani saya saat sedang menghadapi
peristiwa penting dalam hidup.
4 Anggota keluarga saya mendahulukan kepentingan
pribadi disbanding kepentingan bersama
5 Saya merasa bosan tinggal di rumah
6 Setiap anggota keluarga diberikan tanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah.
7 Di Keluarga saya pengambilan keputusan dilakukan oleh
ayah atau ibu, atau suami.
8 Keluarga saya memberi kebebasan setiap anggota
keluarga untuk menentukan pilihan dalam hidupnya.
9 Saya tidak diberikan pujian ketika melakukan sesuatu
dengan benar dan baik.
10 Saya merasa berada dalam keluarga yang sering
bertengkar.
11 Peraturan dalam rumah dibuat oleh kepala keluarga dan
harus ditaati.
12 Saya merasa kami sekeluarga saling menyayangi.
3. Interpersonal
No Pernyataan Sering Jarang Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1. Saya merasa kurang mampu menyelesaikan
masalah.
2 Saya mendapatkan apa yang saya inginkan.
3 Saya mempunyai keinginan yang sulit untuk
dicapai.
4 Saya merasa kesepian ketika saya sendirian
5 Saya merasa malu dengan bentuk tubuh karena
perkataan orang mengenai bentuk tubuh saya.
6 Saya merasa minder saat berada di tengah
masyarakat.
7 Saya kurang berani bepergian sendiri tanpa
ditemani orang lain.
8 Saya merasa tidak mampu menjadi istri yang
baik
9 Saya kehilangan orang yang saya cintai.
10 Saya merasa kecewa saat keinginan saya tidak
tercapai.
11 Saya kehilangan benda yang saya sayangi.
12 Saya merasa mampu menjadi calon ibu yang
baik.
4. Behaviour
No Pernyataan Sering Jarang Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1. Saya mengalami kegagalan dalam mencapi cita-cita
2 Saya merasa tidak nyaman berada dalam
lingkungan saya saat ini.
3 Saya memilih hal hal kecil yang membuat saya
bingung.
4 Saya ditipu orang dan dibohongi.
5 Saya melihat ibu saya cukup baik dalam menjadi
peran seorang ibu.
6 Saya dihadapkan pada 2 pilihan, untuk memilih hal
yang tidak saya sukai
7 Saya memilih sesuatu yang tidak saya sukai dan
saya sukai.
8 Saya mengalami pengalaman pahit yang saya ingat
sampai sekarang.
9 Saya melihat orang menyambut kelahiran dengan
bahagia.
10 Saya merasa bahagia hidup dengan suami saya .
11 Saya melihat orang hidup berumah tangga akan
berakhir dengan perceraian.
12 Saya melihat sekeliling saya, setelah melahirkan
suami kurang suka dengan perubahan bentuk tubuh
istrinya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustarika, Butet. 2009. Pengarih Terapi Thought Stopping Terhadap Ansietas KLien dengan Gangguan Fisik di RSUD Kabupaten Sorong (Tesis) Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Amir, Achsin. 2003. Untukmu ibu tercinta. Bogor: Prenada.
Aprianawati, 2007. Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan pada Remaja, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Peneletian. Edisi Revisi Ke-6. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Astria, Yonne. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester Iii Dala Menghadapi Persalinan Di Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan RSUP Fatmawati 2009. Jakarta, UIN.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Benson, R.C., 1984. Psychologic aspects of obstetric and gynecology in Current Obstetric and Gynecology Diagnosis and Treatment, 6 th Ed. California: Lange Medical.
Bitt, Price, 1996. Kehamilan dan Persalinan Menikmati Tugas Sebagai Ibu. Jakarta : Arcan.
Atwater, E, 1993. Psychology of Adjustment, 3nd ed, New Jersey; Prentice-Hall-INC, 1993.
Bobak, et all, 1995. Maternity Nursing, St. Louis; Mosbyco.
Bobak, L.M; D.L Lowdermilk; and M.D Jensen.1994 . Keperawatan maternitas Edisi 4. Alih bahasa Wijayarini, M.A & Anugerah, P. I. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Jual, 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Keperawatan. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F,2000. Obstetri Williams, Eds. 21. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC
Psychiatry, Br. J.2002. British Journal of Pschiatry.
Hall CS, Lindzey G.1993. Teori-teori psikodinamik klinis. Yogyakarta; Penerbit Kanisisus. Halloway LB, Jacobson NS, Boston. Acocella; 1994. J. Abnormal Psychology: Current perspectives. 8th ed. McGraw-Hill College Hamilton, Persis Mary.1995 . Dasar-dasar keperawatan maternitas Edisi 6. Alih
bahasa Asih, Ni Luh Gede Yasmin. Jakarta: EGC. Harber, J, et all 2003. Comprehensive Psychiatric Nursing. New York; Mc Graw.
Hawari, D. 2002. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hidayat, A. Aziz Alimul.1998. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika.
Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC. Kaplan, H.I and Saddock, B.J. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta:
Widya Medika. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju.
Kosim, H.M.C.1970, Aspek Kejiwaan dalam Kebidanan. Naskah Lengkap KOGEL, Jakarta.
Kushartanti, Hanim, L., Nuhriawangsa, L., Sumarni, 2004. Keadaan Kecemasan dan Depresi pada Emesis Gravidarum di RSUP. Dr. Sardjito dan Klinik Trisnowati Yogyakarta.
Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta
Mugi Hartoyo, MN . 2004., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Ansietas ( Kecemasan ). Depkes Jawa Tengah,.
Nurbaeti, Irma. 2006. Analisi Hubungan karakteristik ibu, kondisi Bayi Batu Lahir, Dukungan Sosial, dan Kepuasan Pernikahan dengan Depresi Postpartum di Rumah Sakit Harapan Anak Bunda Jkarta. Depok. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Panggabean, L. 2003.. Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak dipublikasikan.
Peterson, J, Sandra. 2006. Middle Range of Theory : Application to Nursing
Research. ISBN. Perry, Shannon E II Wong, Donna L, 1998. Maternal Child Nursing Care. Rakhmat, 2007. Pengaruh Tehnik Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Skor Kecemasan Pada Klien Post Laparatomi, Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.
Sagrestono, Sarwono Prawirohardjo.1973. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek Pengobatannya Ed. 3 Yogyakarta.
Schultz D. 1986. Psychoanalytic approach: Sigmund Freud in Theories of Personality. 3rd ed. California: Brooks/Cole Publishing Company. Stuart, G. W., & Laraia,2005 . M. T. Principles and practice of psychiatric nursing. (8th ed.). St. Louis: Mosby.
Stuart dan Sundden , 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Suliswati , Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2005 Tomb D.2000. Buku Saku Psikiatri. Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Vacarolis, EM., 1995. Foundation of Psyhiatric Metal Health Nursing, Sounders Company. Vauhkonen K. A, Videback, Psychoanalytical approach of panic reaction. in many faces of panic disorder. Hangon Kirjapaino Oy, Hanko, 2000.
Whalen, J., 1987. Psychologic Aspects of Pregnancy, Delivery, and Puerperium in Manual of Obstetic, Diagnosis and Therapy. Third edition. Little Brown, Boston.
Yuliana, Stefania Wednesdya. 2008. Gambaran tingkat kecemasan ibu Hamil trimester III di UPT Ibrahim Adjie Kota Bandung (Skripsi). Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo : Jakarta.
Zung, W.W.K. 1997. Rating Anxiety for anxiety disorder physychosomatic. USA:
Mosby Company.
Analisis Univariate kategori dukungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent baik 2 3,8 3,8 3,8 cukup 41 78,8 78,8 82,7 kurang 9 17,3 17,3 100,0
Valid
Total 52 100,0 100,0 interper
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent baik cukup
37 71,2 71,2 71,2
15 28,8 28,8 100,0
Valid
Total 52 100,0 100,0 behaviour
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent cukup 39 75,0 75,0 75,0 kurang 13 25,0 25,0 100,0
Valid
Total 52 100,0 100,0 kategori kecemasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent tidak cemas 8 15,4 15,4 15,4 cemas ringan 34 65,4 65,4 80,8 cemas sedang 10 19,2 19,2 100,0
Valid
Total 52 100,0 100,0
kategori dukungan nm * kategori kecemasan Crosstabulation
kategori kecemasan Total
tidak cemas cemas ringan cemas sedang tidak cemas
kategori dukungan nm
Baik Count 1 1 0 2
% within kategori dukungan nm 50,0% 50,0% ,0% 100,0%
cukup Count 7 31 3 41 % within kategori
dukungan nm 17,1% 75,6% 7,3% 100,0%
kurang Count 0 2 7 9 % within kategori
dukungan nm ,0% 22,2% 77,8% 100,0%
Total Count 8 34 10 52
% within kategori dukungan nm 15,4% 65,4% 19,2% 100,0%
interper * kategori kecemasan Crosstabulation
kategori kecemasan Total
tidak cemas cemas ringan cemas sedang tidak cemas
Interper Baik Count 7 28 2 37 % within interper 18,9% 75,7% 5,4% 100,0% Cukup Count 1 6 8 15 % within interper 6,7% 40,0% 53,3% 100,0% Total Count 8 34 10 52 % within interper 15,4% 65,4% 19,2% 100,0%
behaviour * kategori kecemasan Crosstabulation
kategori kecemasan Total
tidak cemas cemas ringan cemas sedang tidak cemas
behaviour Baik Count 5 28 6 39 % within behaviour 12,8% 71,8% 15,4% 100,0% Cukup Count 3 6 4 13 % within behaviour 23,1% 46,2% 30,8% 100,0% Total Count 8 34 10 52 % within behaviour 15,4% 65,4% 19,2% 100,0%
Analisa Bivariat Case Processing Summary
N Marginal
Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%
kategori kecemasan
cemas sedang 10 19,2% baik 2 3,8% cukup 41 78,8%
kategori dukungan nm
kurang 9 17,3% Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 3
Model Fitting Information
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 32,011 Final 10,275 21,735 4 ,000
Pseudo R-Square Cox and Snell ,342 Nagelkerke ,412 McFadden ,237
Likelihood Ratio Tests
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Effect
-2 Log Likelihood of
Reduced Model Chi-Square df Sig.
Intercept 10,275(a) ,000 0 . Katdukmn 32,011 21,735 4 ,000
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates kategori kecemasan(a) B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
95% Confidence Interval for
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Boundcemas ringan Intercept 18,189 1,058 295,636 1 ,000 [katdukmn=0] -18,189 1,766 106,068 1 ,000 1,26E-008 3,96E-010 [katdukmn=1] -16,701 1,004 276,576 1 ,000 5,58E-008 7,80E-009 [katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . cemas sedang Intercept 19,442 ,690 793,743 1 ,000 [katdukmn=0] -37,322 7631,409 ,000 1 ,996 6,19E-017 ,000 [katdukmn=1] -20,289 ,000 . 1 . 1,54E-009 1,54E-009 [katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant. c Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system missing. Case Processing Summary
N Marginal
Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%
kategori kecemasan
cemas sedang 10 19,2% cukup 37 71,2% Interper kurang 15 28,8%
Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 2
Model Fitting Information
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 25,938 Final 11,183 14,756 2 ,001
Pseudo R-Square Cox and Snell ,247 Nagelkerke ,298 McFadden ,161
Likelihood Ratio Tests
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Effect
-2 Log Likelihood of
Reduced Model Chi-Square df Sig.
Intercept 11,183(a) ,000 0 . kaer 25,938 14,756 2 ,001
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom. Parameter Estimates
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Inte
Exp(B)kategori kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
Intercept 1,792 1,080 2,752 1 ,097 [kaer=1] -,405 1,160 ,122 1 ,727 ,667 ,069
cemas ringan
[kaer=2] 0(b) . . 0 . . . Intercept 2,079 1,061 3,844 1 ,050 [kaer=1] -3,332 1,330 6,281 1 ,012 ,036 ,003
cemas sedang
[kaer=2] 0(b) . . 0 . . . a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant.
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage tidak cemas 32 61,5% cemas ringan 17 32,7%
Kecemasan
cemas sedang 3 5,8% Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 2
Model Fitting Information
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 11,459 Final 11,335 ,124 2 ,940
Pseudo R-Square Cox and Snell ,002 Nagelkerke ,003 McFadden ,001
Likelihood Ratio Tests
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Effect
-2 Log Likelihood of
Reduced Model Chi-Square df Sig.
Intercept 17,571 6,237 2 ,044 kab 11,459 ,124 2 ,940
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. Parameter Estimates
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for
Exp(B)
kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Intercept -,693 ,612 1,281 1 ,258 cemas ringan kab ,080 ,703 ,013 1 ,909 1,083 ,273 Intercept -2,079 1,061 3,844 1 ,050 cemas sedang kab -,405 1,291 ,099 1 ,753 ,667 ,053
a The reference category is: tidak cemas.
Analisa Multivariat
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%
kategori kecemasan
cemas sedang 10 19,2% baik 2 3,8% cukup 41 78,8%
kategori dukungan nm
kurang 9 17,3% cukup 37 71,2% interper kurang 15 28,8% cukup 39 75,0% behaviour kurang 13 25,0%
Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations. Model Fitting Information
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 46,219 Final 19,388 26,830 8 ,001
Pseudo R-Square Cox and Snell ,403 Nagelkerke ,486 McFadden ,292
Likelihood Ratio Tests
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Effect
-2 Log Likelihood of
Reduced Model Chi-Square df Sig.
Intercept 19,388(a) ,000 0 . katdukmn 29,761 10,373 4 ,035 kaer 21,751 2,363 2 ,307 bah 22,175 2,787 2 ,248
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom. Parameter Estimates
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for
kategori kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
Intercept 18,413 1,516 147,582 1 ,000 [katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-010[katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-009[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . [kaer=1] -,541 1,295 ,174 1 ,676 ,582 ,046[kaer=2] 0(b) . . 0 . . [bah=1] 1,393 ,947 2,161 1 ,142 4,026 ,629
cemas ringan
[bah=2] 0(b) . . 0 . . Intercept 20,592 1,322 242,631 1 ,000 [katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-017[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-009[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . [kaer=1] -2,136 1,564 1,866 1 ,172 ,118 ,006[kaer=2] 0(b) . . 0 . . [bah=1] ,368 1,335 ,076 1 ,783 1,445 ,106
cemas sedang
[bah=2] 0(b) . . 0 . . a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant.
Case Processing Summary
N Marginal
Percentage tidak cemas 8 15,4% cemas ringan 34 65,4%
kategori kecemasan
cemas sedang 10 19,2% baik 2 3,8% cukup 41 78,8%
kategori dukungan nm
kurang 9 17,3% Valid 52 100,0% Missing 0 Total 52 Subpopulation 8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations. Model Fitting Information
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Model -2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig. Intercept Only 46,219 Final 19,388 26,830 8 ,001
Pseudo R-Square Cox and Snell ,403 Nagelkerke ,486 McFadden ,292
Likelihood Ratio Tests
Model Fitting Criteria Likelihood Ratio Tests
Effect
-2 Log Likelihood of
Reduced Model Chi-Square df Sig.
Intercept 19,388(a) ,000 0 . kaer 21,751 2,363 2 ,307 bah 22,175 2,787 2 ,248 katdukmn 29,761 10,373 4 ,035
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0. a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) 95% Confidence Interval for
kategori kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
Intercept 20,117 2,109 90,992 1 ,000 kaer ,541 1,295 ,174 1 ,676 1,717 ,136bah -1,393 ,947 2,161 1 ,142 ,248 ,039[katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-010[katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-009
cemas ringan
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . Intercept 17,056 2,606 42,835 1 ,000 kaer 2,136 1,564 1,866 1 ,172 8,464 ,395bah -,368 1,335 ,076 1 ,783 ,692 ,051[katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-017[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-009
cemas sedang
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . . a The reference category is: tidak cemas. b This parameter is set to zero because it is redundant.