Scele 2 Respon Radang Dan Pemulihan Jaringan Eva

14
Nama Mahasiswa : Eva Yulianti NPM : 1406649731 Topik : Respon radang dan pemulihan jaringan Abses Tampilan apakah gambar-gambar mikroskopik dibawah ini? Jelaskan definisi dan mekanisme terjadinya abses! Gambar.1 Gambar.2 Jawaban s) : Gambar 1 : pada gambar diatas menunjukan terbentuknya abses di lobus paru-paru dimana pada peradangan supuratif tersebut terjadi nekrosis liquefaktif pada jaringan dibawahnya. Gambar 2 : pada gambar tersebut memperlihatkan gambaran abses pada penderita bronchopneumonia dimana terlihat area yang di infiltrate oleh neutrophil terlihat lebih terang. Abses merupakan sekumpulan pus fokal yang dapat disebabkan oleh penyemaian organisme piogenik yang dalam ke dalam jaringan atau

description

respon radang dan pemulihan

Transcript of Scele 2 Respon Radang Dan Pemulihan Jaringan Eva

Nama Mahasiswa: Eva YuliantiNPM: 1406649731Topik: Respon radang dan pemulihan jaringanAbsesTampilan apakah gambar-gambar mikroskopik dibawah ini? Jelaskan definisi dan mekanisme terjadinya abses!

Gambar.1Gambar.2Jawaban s) : Gambar 1 : pada gambar diatas menunjukan terbentuknya abses di lobus paru-paru dimana pada peradangan supuratif tersebut terjadi nekrosis liquefaktif pada jaringan dibawahnya.Gambar 2 : pada gambar tersebut memperlihatkan gambaran abses pada penderita bronchopneumonia dimana terlihat area yang di infiltrate oleh neutrophil terlihat lebih terang. Absesmerupakan sekumpulan pus fokal yang dapat disebabkan oleh penyemaian organisme piogenik yang dalam ke dalam jaringan atau oleh infeksi sekunder fokus nekrotik (Kumar, et. al, 2007).Sedangkan menurut Price dan Wilson (2006) abses merupakan akumulasi pus di dalam sebuah kantong jaringan lunak. Abses secara khusus memiliki daerah nekrotik sentral yang luas yang dikelilingi oleh selapis neutrofil yang terlindungi, disertai suatu zona yang dikelilingi pembuluh darah yang mengalami dilatasi dan proliferasi fibrolastik yang menunjukkan perbaikan dini.Abses pada waktunya dapat hilang sempurna dan akhirnya digantikan oleh jaringan ikat (Kumar, et. al, 2007). Mekanisme terjadinya absesJika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel akan mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel leukosit yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel leukosit akan mati. Sel leukosit yang mati inilah yang membentuk pus yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan pus ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses (Price & Wilson, 2006).

UlkusMenampilkan gambaran apakah sediaan berikut? Apakah penyebab proses tersebut? Apakah konsekuensinya untuk klien?

Jawaban t) :Gambar tersebut memperlihatkan ulkus pada permukaan epitel lambung. Ulkus tersebut termasuk merupakan jenis ulkus peptikum yaitu luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Pada gambar tersebut terlihat bahwa mukosa lambung telah hilang atau mengalami ulserasi. Konsekuensi pada klien yang terkena ulkus pada permukaan epitel lambung adalah klien akan merasa nyeri pada organ yang terdapat ulkus (di lambung). Ulkus adalah kerusakan lokal atau eksvakasi permukaan jaringan yang muncul karena terkupasnya jaringan radang. Ulkus peptikum timbul akibat gangguan keseimbangan asam lambung yaitu pepsin dan daya tahan mukosa. Factor pemicu terjadinya ulkus peptikum adalah: riwayat keluarga, perokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat analgesik berlebih dan stress. Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluassampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebutsebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus (misalnya ulkus karena stres).Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yangterkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelahgastroenterostomi, juga jejenum (Price & Wilson, 2006).Perhatikan contoh ulkus pada organ lain dengan penyebab yang berbeda berikut. Bagaimana mekanisme terjadinya ulkus-ulkus tersebut?Jawaban u) :

Gambar tersebut menunjukan decubitus. Decubitus pada gambar tersebut merupakan ulkus decubitus sacrum tingkat IV karena menunjukan perluasan melewati fascia dan melibatkan otot, tulang, sedikit jaringan lemak, tendon dan kapsul sendi. Tiga elemen yang menjadi dasar terjadi dekubitus, yaitu intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler, durasi, dan besarnya tekanan dan toleransi jaringan. Frekuensi terjadinya ulkus sacrum mencapai 15% dari lokasi tersering, terjadi pada penderita yang lama berbaring dalam posisi supine, tidak berubah posisi berbaring secara teratur, juga dapat terjadi karena penderita merosot dari tempat tidur dengan sandaran miring, terlalu lama kontak dengan urin, keringat ataupun feces (Price & Wilson, 2006). Jawaban v) :Ulkus dekubitus disebut juga pressure sores atau bed sores adalah lesi di kulit yang terjadi akibat rusaknya epidermis, dermis dan kadang - kadang jaringan subkutis dan tulang dibawahnya. Ulkus dekubitus biasanya dijumapai pada orang - orang yang dirawat di tempat tidur atau mengalami penurunan mobilitas terutama bila disertai dengan status nutrisi yang buruk. keparahan suatu ulkus dapat dilihat dari kedalamannya. Ulkus dekubitus muncul akibat 4 faktor : 1) Tekanan2) Gesekan3) Friksi4) LembapUlkus ini biasanya terbentuk dibagian - bagian kuit yang terletak di atas tonjolan tulang.Ulkus terbentuk apabila tekanan diderah tersebut terjadi terus menerus dalam waktu lama, sehingga pembuluh - pumbuluh darahnya koplas, Hal inin menyebabkan hipoksia jaringan dan kematian sel. ulkus dekubitus sering terjadi di daerah kulit yang terkena gaya gesek atau gaya yang bersifat memotong, disertai friksi antara kulit dan permukaan dan di kulit yang terus menerus terpajan dengan urine dan fases yang akibatnya merusak kulit dan rentan terhadap infeksi. Gambaran Klinis yang dapat dilihat diantaranya adalah : Tanda cedera awal adalah adanya kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan oleh ujung jari (nonblanching). Pada cedera yang lebih berat dijumpai ulkus di kulit. Lesi kulit yang dapat terlihat dapat memilki ketebalan parsial atau penuh, yang meluas ke dalam dermis,atau bahkan menembus subkutan. cedera ketebalan penuh dapat merusak tulang. Dapat timbul rasa nyeri dan timbul tanda - tanda sistemik peradangan termasuk demam dan peningkatan hitung sel darah putih.Orang yang bersiko untuk terjadinya ulkus dekubitus harus diperiksa secara sering untuk mengetahui derajat ulkus. derajat awal ditandai dengan kulit yang tetap pucat (kemerahan) akibat tekanan yang lama (Corwin & Elizabeth, 2009 ). Berikut adalah gambar daerah yang sering terjadi ulkus decubitus :

Derajat ulkus pada luka dekubitus itu ada 4 (Corwin & Elizabeth, 2009 ) : Derajat I : terbentuknya abrasi yang mengenai epidermis, lukanya merah, hangat dan mengeras. Derajat II : mengenai seluruh dermis, ulkus membentuk cekungan dengan area merah disekitar tepian. Derajat III : mengenai jaringan dermis, epidermis dan subcutan, menyebar sepanjang lapisan fasial, luka mengalirkan cairan purulen atau bau tak sedap Derajat IV : menembus fasia, tulang, otot dan jaringan penyambung..dapat menyebabkan osteomielitis, sepsis, dan dislokasi sendi.

Jaringan GranulasiPerhatikan gambaran jaringan granulasi pada sediaan berikutApakah jaringan granulasi? Proses fisiologis atau patologiskah terbentuknya jaringan granulasi?

Jawaban w) :Jaringan granulasi merupakan tahap pemulihan jaringan. Jaringan yang rusak akan diganti oleh jaringan granulasi (Priggoutomo, 2002). Proses terjadinya jaringan granulasi adalah sewaktu mengalami kerusakan dan tidak dapat direkonstruksi, jaringan akan diikuti oleh suatu respon sterotipik yang disebut sebagai perbaikan. Sel endotel kapiler berproliferasi dan tumbuh kedalam daerah yang akan diperbaiki, dimulai dari tunas yang padat yang kemudian terbuka menjadi saluran vaskuler. Pembuluh vaskuler ini tersusun sebagai lengkung-lengkung yang masuk kedalam daerah yang mengalami kerusakan (Underwood, 1999).Pada waktu yang bersamaan, fibroblast akan terangsang untuk membelah diri dan menghasilkan kolagen. Fibroblast akan menghasilkan serabut-serabut otot dan perlekatan pada stroma serta sel didekatnya. Sel yang mengalami perlekatan ini disebut sebagai miofibroblast dan memperlihatkan bentuk serta fungsi yang sesuai dengan fibroblast dan sel otot polos. Disamping menghasilkan anyaman kolagen, meraka mempunyai peranan yang fundamental dalam pengerutan luka. Campuran lengkung kapiler dan miofibroblast inilah yang dikenal sebagai jaringan granulasi. Keadaan ini termasuk dalam proses fisiologis (Craven & Hirnle, 2006).Namun, proses granulasi tidak hanya merupakan proses fisiologis saja, tapi bisa juga merupakan proses patologis. Jaringan granulasi yang terlalu subur (hipergranulasi), terkadang kita jumpai saat melakukan perawatan luka pasien. Ini merupakan cara penyembuhan luka yang abnormal. Hipergranulasi dapat terjadi pada situasi (Mitchell & Richard, 2009):1) Luka yang kehilangan membran dasar2) Luka yang bereksudat banyak3) Luka hebat dan sudah lama4) Luka yang terdapat pada jaringan yang memiliki sel pembangun yang kurang.5) Penatalaksanaan yang kurang terkontrolKarakteristik jaringan granulasi (Craven & Hirnle, 2006) :1) Berwarna merah2) Mudah berdarah3) Terdapat pada bagian permukaan kulit4) Strukturnya tampak jelas5) Lembut dan bergranula

Berdasarkan tampilannya melalui jenis pemulihan luka primer ataukah sekunder proses pemulihannya? Mengapa demikian?Jawaban x) :Proses penyembuhan luka Penyembuhan luka meliputi pergantian, penutupan dan penyusutan dan pengurangan luka. Karakteristik penyembuhan luka ini berbeda durasinya disetiap jenis luka. Menurut Huether, Sue E & Kathryn L. (2008), penyambuhan luka ada 2 jenis yaitu, penyembuhan Primer dan Sekunder, Sedangkan menurrut Craven dan Hirnle (2006), proses penyembuhan luka ada 3, yaitu primer, sekunder dan tersier, yaitu :1) Penyembuhan Primer, Adalah penyembuhan luka pada luka insisi bersih, seperti luka insisi saat operasi atau pemotong kertas. Penyembuhan primer ini melalui sintesis kolagen. Ini dikarenakan minimalnya jaringan yang rusak dan pelebaran lukanya tidak luas, sehingga mempermudah proses penutupan luka (epitelisasi) dan penyusutan luka (kontraksi).2) Penyembuhan SekunderLuka dengan jaringan yang hilang, seperti : luka bakar, luka tekan atau luka laserasi yang parah akan mengalami penyembuhan sekunder. Penyembuhan sekunder memerlukan waktu yang lebih lama sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar. Tepi luka tidak saling berdekatan. Luka akan tetap terbuka hingga terisi oleh jaringan parut. Luka terbuka yang besar biasanya lebih banyak mengeluarkan cairan dari pada luka tertutup. Inflamasi yang terjadi sering kali bersifat kronik dan jaringan yang rusak lebih banyak dipenuhi oleh jaringan granulasi yang rapuh daripada dipenuhi oleh kolagen.3) Penyembuhan tersierPenyembuhan luka tersier ini terjadi pada luka yang disebabkan oleh adanya injuri sehingga luka ada didalam. Hal ini menyebabkan penyembuhan luka yang tertunda. Tipe penyembuhan ini juga dapat dikatakan sebagai penutupan primer tertunda. Ini dapat terjadai pada luka dalam yang penyembuhannya harus menunggu tanda infeksi tidak tampak lagi dan selanjutnya luka ini diinsisi (operasi) dan luka ini ditutup dengan jahitan operasi. Saat luka disembuhkan melalui proses sekunder dan tersier, akan tampak scar dan yang luas dan dalam. Menurut saya, proses penyembuhan yang terjadi pada gambar diatas adalah proses penyembuhan sekunder. karena ciri-ciri penyembuhan luka sekunder terjadi pada luka yang luas, tepi luka berjauhan, sehingga terbentuk rongga yang diisi oleh bekuan darah dan jaringan nekrotik. dari ciri - ciri luka yang kita lihat pada gambar tampak tepi-tepi luka berjauhan, ada rongga pada bagian tengah luka yang diisi dengan bekuan darah, ini sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan pada penyembuhan luka sekunder. luka yang ditunjukan pada gambar biasanya terjadi pada penyakit diabetes mellitus.

Jaringan SkarPerhatikan sediaan makroskopik berikut. Proses apakah yang terjadi pada organ-organ tersebut dan mengapa terjadi proses tersebut?apakah dampaknya bagi fungsi masing-masing organ tersebut?Jawaban y) :

Pada gambar ini terlihat bahwa bronkus mengalami proses dilatasi dan pembentukan jaringan skar. Hal ini dapat dilihat dari adanya kumparan putih pada bronkus. Kumparan berwarna putih tersebut merupakan kumparan yang terdiri atas kolagen padat, fragmen jaringan elastis. Pada inflamasi kronik yang sudah sembuh, jaringan fibrosa yang terbentuk bisa saja dapat mengganggu jalan nafas. Hal ini mungkin saja terjadi apabila jaringan skar yang terbentuk cukup luas.

Pada gambar ini , terjadi pembentukan skar dan kontraktur pada kulit di area ketiak. Pada umumnmya kulit merupakan sel labil yang mempunyai kemampuan untuk beregenerasi yang tinggi, terjadi pada penggantian terus menerus, dan mengganti sel yang rusak pada proses fisiologis. Pemulihan jaringan yang mengandung sel labil dapat terjadi bila mana masih dijumpai sel labil yang cukup. Namun pada gambar terbentuk skar pada proses pemulihan yang menyebabkan kontraktur, ini diakibatkan oleh karena granulasi dan siklus mitosis sel yang berlebihan. Gambar tersebut juga menunjukan luka yang telah sembuh dan digantikan oleh jaringan skar yang berkerut atau cekung. Selain itu juga jaringan kapiler menghilang sehingga jaringan skar yang tadinya berwarna merah dan berambut sekarang menjadi pucat dan epitel yang terbentuk tidak berkelenjar dan tidak berfolikel rambut. Manifestasi yang akan terjadi pada jenis penyembuhan ini adalah tidak adanya rambut dan tidak mengandung kelenjar keringat. Hal ini disebabkan karena tidak terbentuknya kelenjar dibawah kulit pada saat pemulihan luka (Kumar, et. al., 2007). Pada kelainan ini dan diperbaiki dengan Z-plasty incision yang berfungsi menghilangkan kontraktur sehingga dapat berfungsi seperti semula.

DAFTAR PUSTAKA

Craven, F., Ruth, Hirnle, Constance, J. (2006). Fundamentals of nursing: human health and function. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott.Corwin, Elizabeth J. ( 2009 ). Buku saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta : EGC

Huether, Sue E and Kathryn. (2008). Understanding pathophysiology. 5th Edition. Elsevier Inc: Mosby.Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins. (2007).Buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta : EGCMitchell. Richard N. et al. (2009). Buku saku dasar patologi penyakit Robbins and Cotran. Ed. 7. Jakarta : EGC.Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit (Alih bahasa Brahm, U,et. All). Edisi 6. Jakarta : EGC.

Pringgoutomo S, Himawan S., Tjarta A. (2002). Buku Ajar Patologi I (Umum). Jakarta: Sagung Seto.

Underwood, J.C.E. (1999). Patologi umum dan sistematik. Vol. 1. Edisi 2. Jakarta : EGC.