sastra minangkabau
-
Upload
oktari-aneliya -
Category
Documents
-
view
1.096 -
download
8
Transcript of sastra minangkabau
Jenis-jenis sastra Minangkabau
Sastra minangkabau terdapat di daerah propinsi Sumatera Barat. Pada mulanya sastra
Minangkabau berbentuk ssastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut dan turun menurun. Cerita
dihafalkan oleh tukang cerita (tukang kaba) lalu kemudian dilagukan atau didendangkan oleh tukang
kaba kepada para pendengar.
Jenis sastra rakyat Minangkabau pun bermacam-macam. Sastra Minangkabau dikelompokkan
dalam tiga bentuk sastra, yaitu (1) puisi, (2) prosa, dan (3) drama.
1. Puisi.
Puisi dalam sastra minangkabau dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu mantra, pantun,
talibun, pepatah-petitih, dan syair.
Mantra adalah puisi yang tertua dalam sastra minangkabau. Puisi ini diciptakan untuk
mendapat kekuatan gaib dan sakti. Mantra itu biasanya dugunakan dalam rangka
panen, mengobati orang sakit, menyemai benih panen, memasang tiang utama
pembangunan rumah, dan menagkap ikan di laut.
Pantun Minangkabau terdiri dari empat baris, bersajak a b a b, dua baris awal berupa
sampiran dan dua bais akhir berupa isi. Pantun dapat digolongkan dalam beberapa
ragam seperti pantun nasehat, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantun
berhiba hati, pantun jenaka, pantun adat, dan pantun agama. Pantun biasanya disajikan
dengan menggunakan iringan musik dan tari-tarian.
Talibun hampir sama seperti pantun, namun jumlah baris sebuah talibun lebih dari
empat baris dan selalu genap, misalnua enam, delapan, sepuluh, duabelas, atau empat
belas.
Pepatah-petitih atau dapat disebut juga sebagai peribahasa dalam sastra Indonesia
lama. Pepatah-petitih merupakan suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung
pengertian yang dalam, luas, tpat, halus, dan kiasan. Fungsi dari pepatah-petitih yaitu
menasihati .
Syair adalah puisi yang terdiri dari empat baris, bersajak a a a a, dan keempat barisnya
berupa isi.
2. Prosa
Jenis sastra Minangkabau yang termasuk prosa yaitu carito, kaba, undang-undang, dan tambo.
Carito merupakan cerita pendek dan sederhana. Isinya bersifat dongeng, dan bahasanya
bahasa prosa biasa dan tidak berirama namun berisi nasehat.
Kaba merupakan karya sastra yang utama dan paling populer dalam sastra
minangkabau. Kaba termasuk dalam jenis sastra lisan Minangkabau berbentuk prosa liris
yang berirama, narasi, dan tergolong cerita panjang. Kaba dapat dikelompokka dalam
dua kelompok yaitu kaba lama dan kaba baru. Nanti saya akan membahasnya lebih
terperinci pada bab selanjutnya.
Undang-undang
Tambo Minangkabau adalah suatu karya sastra yang menceritakan sejarah asal usul
suku bangsa, negeri, dan adat minangkabau. Penulisan sejarah ini berdasarkan
anggapan atau kepercayaan masyarakat setempat secara turun-temurun.
3. Drama
Drama Minangkabau dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu randai dan indang
Randai adalah drama pentas tradisional Minangkabau yang dimainkan di lapangan
terbuka. Randai mengandung unsure dialog, tuturan, tari (gerakan silat), lagu, dan musik
(saluang dan talempong). Randai merupakan seni pertunjukan dalam menyampaikan
kaba. Semua peran dalam randai dimainkan oleh pria, jika da peran wanita tetap
dimainkan oleh pria yang didandani seperti wanita. Bagian-bagian cerita yang
melukiskan suasana, tempat, waktu kejadian, peralihan cerita atau alur didendangkan
oleh semua pemain secara bersahut-sahutan sambil membuat gerak dasar pencak silat
dalam beberapa kali putaran
Indang adalah seni pertunjukan tradisionalyang bernafaskan islam di kabupaten Padang
Pariaman. Pertunjukan ini dimainkan oleh tiga kelompok dalam bentuk dialog dengan
jumlah pemain selalu ganjil, minimal 9 orang dan maksimal 13 orang. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang puitis berbentuk syair dan diiringi alat musik ritmisyang
disebut repa’i.
Sastra Minangkabau: kaba
Kaba tergolong dalam bentuk karya sastra lisan yang disampaikan secara lisan dengan
didendangkan atau dilagukan didiringi alat musik saluang atau rebab. Cerita kaba mudah didendangkan
karena gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa prosa berirama. Pola kalimatnya terdiri atas gatra-
gatra dengan jumlah suku kata yang relatif tetap (biasanya delapan atau sepuluh suku kata). Konsistensi
jumlah suku kata itulah yang menyebabkan timbulnya irama di dalam bahasa kaba.
Cerita kaba adalah cerita rakyat yang hidup dikalangan rakkyat dan disampaikan secara turun-
temurun. Karena cerita ini berasal dari rakyat maka banyak kaba yang tidak diketahui siapa
pengarangnya atau anonym. Kaba berfungsi sebagai hibura, pelipur lara, nasehat, dan pendidikan moral.
Pada umumnya kaba pelipur lara mengisahkan peristiwa menyedihkan namun berakhir dengan
kebahagiaan. Kaba yang tergolong dalam cerita pelipur lara yaitu kaba Si Untung Sudah, Kaba Si Umbuik
Mudo, Kaba Mangek Manandin, Kaba Malin Demam, dan Kaba Mamak Si Hetong. Selain cerita pelipur
lara, kaba juga mengisahkan kepahlawanan atau epos misalnya Kaba Cinduo Mato dan Kaba nan
Tungga.
1. Pengelompokan kaba
Kaba dapat dekelompokan menjadi dua yaitu kaba lama dan kaba baru. Kaba lama
menceritakan kehidupan masyarakat Minagkabau pada jaman dahulu dengan tata kehidupan
social budaya lama. Cerita ini terasa kurang hidup dan dirasa kurang logis oleh masyarakat
sekarang. Ciri-ciri kaba lama yaitu:
Bercerita tentang kehidupan raja, putra-putri raja dengan berbagai kisah pengembaraan
melawan tantangan kehidupan
Para pelaku dalam cerita biasanya memiliki kesaktian untuk menegakkan kebenaran dan
kewibawaaannya
Kehidupan sangat dipengaruhi oleh kekuatan gaib dan sakti misalnya percaya akan
tukang tenung, kesaktian bebatuan yang dapat mendatangkan semua keinginan yang
diminta, kesaktian seseorang untuk menghidupkan orang yang telah mati.
Nama tokoh cerita seringkali melambangkan kebesaran dan kekuatannya misalnya Raja
Alam Sakti, Gombang Alam, Raja Angek Garang. Nama dan tempat kejadian selalu samar
dan tidak jelas.
Ceritanya mngisahkan perebutan kekuasaan antar dua kelompok.
Cirri-ciri kaba baru:
Cerita tentang suka duka kehidupan manusia biasa
Tokoh dengan segala pengetahuan, kekuasaan, dan pengalamannya memperbaiki nasib
buruknya. Nasib buruk itu disebabkan oleh kebiasaan jelek dirinya sendiri atau oleh
lingkungan.
Masalah yang terdapat dalam cerita ini sudah logis dan diungkapkan dengan konsep
ideal yang sesuai dengan keperluan kehidupan yang sebenarnya/realitas. Kepercayaan
pada unsur-unsur sakti tidak lagi kelihatan.
Nama tokoh yang digunakan tidak lagi seperti kaba lama. Nama tokoh biasa-biasa saja
misalnya untuk wanita disebut Siti dan untuk pria disebut Sutan. Tempat peristiwa dan
nama negeri sudah mulai dikenali lokasinya masalnya Padang, Pariaman, Padang
Panjang, Bukit Tinggi, Medan, dan Palembang.
2. Cara penyampaian kaba
Pada mulanya kaba hadir dalam bentuk tradisi lisan. Karena adanya pengaruh cerita hikayat,
kaba berkembang menjadi cerita pelipur lara yang memberi hiburan. Kaba merupakan salah
satu bentuk fiksi yang berbentuk prosa liris, berirama, dan bermatra. Sebagai tradisi lisan, istilah
bakaba lebih dikenal. Bakaba berasal dari kata ba (ber) dan kata kaba yang berarti
menyampaikan kabar. Dalam bakaba ada tiga unsure penting yaitu:
Adanya seseorang yang menyampaikan cerita kaba. Ceritanya dipilih satu dari sekian
cerita yang dikuasainya atau tukang kaba dapat menceritakan kisah ciptaannya sendiri.
Cerita disampaikan dengan cara dinyanyikan atau didendangkan. Setiap tukang kaba
menguasai sejumlah lagu dan nyanyiannya digilir secara bervariasi sampai cerita selesai.