sastra minangkabau

6
Jenis-jenis sastra Minangkabau Sastra minangkabau terdapat di daerah propinsi Sumatera Barat. Pada mulanya sastra Minangkabau berbentuk ssastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut dan turun menurun. Cerita dihafalkan oleh tukang cerita (tukang kaba) lalu kemudian dilagukan atau didendangkan oleh tukang kaba kepada para pendengar. Jenis sastra rakyat Minangkabau pun bermacam-macam. Sastra Minangkabau dikelompokkan dalam tiga bentuk sastra, yaitu (1) puisi, (2) prosa, dan (3) drama. 1. Puisi. Puisi dalam sastra minangkabau dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu mantra, pantun, talibun, pepatah-petitih, dan syair. Mantra adalah puisi yang tertua dalam sastra minangkabau. Puisi ini diciptakan untuk mendapat kekuatan gaib dan sakti. Mantra itu biasanya dugunakan dalam rangka panen, mengobati orang sakit, menyemai benih panen, memasang tiang utama pembangunan rumah, dan menagkap ikan di laut. Pantun Minangkabau terdiri dari empat baris, bersajak a b a b, dua baris awal berupa sampiran dan dua bais akhir berupa isi. Pantun dapat digolongkan dalam beberapa ragam seperti pantun nasehat, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantun berhiba hati, pantun jenaka, pantun adat, dan pantun agama. Pantun biasanya disajikan dengan menggunakan iringan musik dan tari-tarian.

Transcript of sastra minangkabau

Page 1: sastra minangkabau

Jenis-jenis sastra Minangkabau

Sastra minangkabau terdapat di daerah propinsi Sumatera Barat. Pada mulanya sastra

Minangkabau berbentuk ssastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut dan turun menurun. Cerita

dihafalkan oleh tukang cerita (tukang kaba) lalu kemudian dilagukan atau didendangkan oleh tukang

kaba kepada para pendengar.

Jenis sastra rakyat Minangkabau pun bermacam-macam. Sastra Minangkabau dikelompokkan

dalam tiga bentuk sastra, yaitu (1) puisi, (2) prosa, dan (3) drama.

1. Puisi.

Puisi dalam sastra minangkabau dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu mantra, pantun,

talibun, pepatah-petitih, dan syair.

Mantra adalah puisi yang tertua dalam sastra minangkabau. Puisi ini diciptakan untuk

mendapat kekuatan gaib dan sakti. Mantra itu biasanya dugunakan dalam rangka

panen, mengobati orang sakit, menyemai benih panen, memasang tiang utama

pembangunan rumah, dan menagkap ikan di laut.

Pantun Minangkabau terdiri dari empat baris, bersajak a b a b, dua baris awal berupa

sampiran dan dua bais akhir berupa isi. Pantun dapat digolongkan dalam beberapa

ragam seperti pantun nasehat, pantun berkasih-kasihan, pantun perceraian, pantun

berhiba hati, pantun jenaka, pantun adat, dan pantun agama. Pantun biasanya disajikan

dengan menggunakan iringan musik dan tari-tarian.

Talibun hampir sama seperti pantun, namun jumlah baris sebuah talibun lebih dari

empat baris dan selalu genap, misalnua enam, delapan, sepuluh, duabelas, atau empat

belas.

Pepatah-petitih atau dapat disebut juga sebagai peribahasa dalam sastra Indonesia

lama. Pepatah-petitih merupakan suatu kalimat atau ungkapan yang mengandung

pengertian yang dalam, luas, tpat, halus, dan kiasan. Fungsi dari pepatah-petitih yaitu

menasihati .

Syair adalah puisi yang terdiri dari empat baris, bersajak a a a a, dan keempat barisnya

berupa isi.

Page 2: sastra minangkabau

2. Prosa

Jenis sastra Minangkabau yang termasuk prosa yaitu carito, kaba, undang-undang, dan tambo.

Carito merupakan cerita pendek dan sederhana. Isinya bersifat dongeng, dan bahasanya

bahasa prosa biasa dan tidak berirama namun berisi nasehat.

Kaba merupakan karya sastra yang utama dan paling populer dalam sastra

minangkabau. Kaba termasuk dalam jenis sastra lisan Minangkabau berbentuk prosa liris

yang berirama, narasi, dan tergolong cerita panjang. Kaba dapat dikelompokka dalam

dua kelompok yaitu kaba lama dan kaba baru. Nanti saya akan membahasnya lebih

terperinci pada bab selanjutnya.

Undang-undang

Tambo Minangkabau adalah suatu karya sastra yang menceritakan sejarah asal usul

suku bangsa, negeri, dan adat minangkabau. Penulisan sejarah ini berdasarkan

anggapan atau kepercayaan masyarakat setempat secara turun-temurun.

3. Drama

Drama Minangkabau dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu randai dan indang

Randai adalah drama pentas tradisional Minangkabau yang dimainkan di lapangan

terbuka. Randai mengandung unsure dialog, tuturan, tari (gerakan silat), lagu, dan musik

(saluang dan talempong). Randai merupakan seni pertunjukan dalam menyampaikan

kaba. Semua peran dalam randai dimainkan oleh pria, jika da peran wanita tetap

dimainkan oleh pria yang didandani seperti wanita. Bagian-bagian cerita yang

melukiskan suasana, tempat, waktu kejadian, peralihan cerita atau alur didendangkan

oleh semua pemain secara bersahut-sahutan sambil membuat gerak dasar pencak silat

dalam beberapa kali putaran

Indang adalah seni pertunjukan tradisionalyang bernafaskan islam di kabupaten Padang

Pariaman. Pertunjukan ini dimainkan oleh tiga kelompok dalam bentuk dialog dengan

jumlah pemain selalu ganjil, minimal 9 orang dan maksimal 13 orang. Bahasa yang

digunakan adalah bahasa yang puitis berbentuk syair dan diiringi alat musik ritmisyang

disebut repa’i.

Page 3: sastra minangkabau

Sastra Minangkabau: kaba

Kaba tergolong dalam bentuk karya sastra lisan yang disampaikan secara lisan dengan

didendangkan atau dilagukan didiringi alat musik saluang atau rebab. Cerita kaba mudah didendangkan

karena gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa prosa berirama. Pola kalimatnya terdiri atas gatra-

gatra dengan jumlah suku kata yang relatif tetap (biasanya delapan atau sepuluh suku kata). Konsistensi

jumlah suku kata itulah yang menyebabkan timbulnya irama di dalam bahasa kaba.

Cerita kaba adalah cerita rakyat yang hidup dikalangan rakkyat dan disampaikan secara turun-

temurun. Karena cerita ini berasal dari rakyat maka banyak kaba yang tidak diketahui siapa

pengarangnya atau anonym. Kaba berfungsi sebagai hibura, pelipur lara, nasehat, dan pendidikan moral.

Pada umumnya kaba pelipur lara mengisahkan peristiwa menyedihkan namun berakhir dengan

kebahagiaan. Kaba yang tergolong dalam cerita pelipur lara yaitu kaba Si Untung Sudah, Kaba Si Umbuik

Mudo, Kaba Mangek Manandin, Kaba Malin Demam, dan Kaba Mamak Si Hetong. Selain cerita pelipur

lara, kaba juga mengisahkan kepahlawanan atau epos misalnya Kaba Cinduo Mato dan Kaba nan

Tungga.

1. Pengelompokan kaba

Kaba dapat dekelompokan menjadi dua yaitu kaba lama dan kaba baru. Kaba lama

menceritakan kehidupan masyarakat Minagkabau pada jaman dahulu dengan tata kehidupan

social budaya lama. Cerita ini terasa kurang hidup dan dirasa kurang logis oleh masyarakat

sekarang. Ciri-ciri kaba lama yaitu:

Bercerita tentang kehidupan raja, putra-putri raja dengan berbagai kisah pengembaraan

melawan tantangan kehidupan

Para pelaku dalam cerita biasanya memiliki kesaktian untuk menegakkan kebenaran dan

kewibawaaannya

Kehidupan sangat dipengaruhi oleh kekuatan gaib dan sakti misalnya percaya akan

tukang tenung, kesaktian bebatuan yang dapat mendatangkan semua keinginan yang

diminta, kesaktian seseorang untuk menghidupkan orang yang telah mati.

Page 4: sastra minangkabau

Nama tokoh cerita seringkali melambangkan kebesaran dan kekuatannya misalnya Raja

Alam Sakti, Gombang Alam, Raja Angek Garang. Nama dan tempat kejadian selalu samar

dan tidak jelas.

Ceritanya mngisahkan perebutan kekuasaan antar dua kelompok.

Cirri-ciri kaba baru:

Cerita tentang suka duka kehidupan manusia biasa

Tokoh dengan segala pengetahuan, kekuasaan, dan pengalamannya memperbaiki nasib

buruknya. Nasib buruk itu disebabkan oleh kebiasaan jelek dirinya sendiri atau oleh

lingkungan.

Masalah yang terdapat dalam cerita ini sudah logis dan diungkapkan dengan konsep

ideal yang sesuai dengan keperluan kehidupan yang sebenarnya/realitas. Kepercayaan

pada unsur-unsur sakti tidak lagi kelihatan.

Nama tokoh yang digunakan tidak lagi seperti kaba lama. Nama tokoh biasa-biasa saja

misalnya untuk wanita disebut Siti dan untuk pria disebut Sutan. Tempat peristiwa dan

nama negeri sudah mulai dikenali lokasinya masalnya Padang, Pariaman, Padang

Panjang, Bukit Tinggi, Medan, dan Palembang.

2. Cara penyampaian kaba

Pada mulanya kaba hadir dalam bentuk tradisi lisan. Karena adanya pengaruh cerita hikayat,

kaba berkembang menjadi cerita pelipur lara yang memberi hiburan. Kaba merupakan salah

satu bentuk fiksi yang berbentuk prosa liris, berirama, dan bermatra. Sebagai tradisi lisan, istilah

bakaba lebih dikenal. Bakaba berasal dari kata ba (ber) dan kata kaba yang berarti

menyampaikan kabar. Dalam bakaba ada tiga unsure penting yaitu:

Adanya seseorang yang menyampaikan cerita kaba. Ceritanya dipilih satu dari sekian

cerita yang dikuasainya atau tukang kaba dapat menceritakan kisah ciptaannya sendiri.

Cerita disampaikan dengan cara dinyanyikan atau didendangkan. Setiap tukang kaba

menguasai sejumlah lagu dan nyanyiannya digilir secara bervariasi sampai cerita selesai.