Santi

10
Riwayat personal dan sosial terkait: gaya hidup, pola makan, keadaan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya sangat sedikit. Apakah saat beraktifitas mengalami dispneu atau takipneu (karena inadekuat O2 ke jaringan). Ortopneu biasanya diakibatkan kongesti vena pulmonary. Berkeringat secara abnormal biasanya disebabkan oleh gagal jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia pada otot jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta, hipertensi pulmonal, heart rate yang sangat tinggi/sangat rendah). 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi selanjutnya. Sebelumnya, kita juga harus melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Terdapat empat modus dasarnya, yaitu: Keadaan umum dan TTV dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang keadaan pasien (compos mentis, apatis, somnolen, sopor, atau koma). Hasil: kesadaran compos mentis, nadi 150x/menit (N 75-120x/menit), pernapasan 52x/menit (N 20-30x/menit), dan suhu 36.3°C.

description

persiapan

Transcript of Santi

Page 1: Santi

 Riwayat personal dan sosial terkait: gaya hidup, pola makan, keadaan lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya sangat sedikit. Apakah saat beraktifitas mengalami dispneu atau takipneu (karena inadekuat O2 ke jaringan). Ortopneu biasanya diakibatkan kongesti vena  pulmonary. Berkeringat secara abnormal biasanya disebabkan oleh gagal jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia pada otot jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta, hipertensi pulmonal, heart rate yang sangat tinggi/sangat rendah). 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan fisik juga penting untuk mengarahkan evaluasi selanjutnya. Sebelumnya, kita juga harus melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Terdapat empat modus dasarnya, yaitu: 

 Keadaan umum dan TTV dapat dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang keadaan pasien (compos mentis, apatis, somnolen, sopor, atau koma). Hasil: kesadaran compos mentis, nadi 150x/menit (N 75-120x/menit), pernapasan 52x/menit (N 20-30x/menit), dan suhu 36.3°C.

 Inspeksi yang membutuhkan penggunaan mata pemeriksa secara kritis, dimulai dengan pengamatan umum selama wawancara medik (anamnesis) dan merupakan modus utama pemeriksaan fisik. Hasil: sianosis dan diaforetik, clubbing finger.

 Palpasi yaitu mode meraba dan merasakan, dimana palpasi ringan digunakan untuk menilai kulit dan struktur permukaan, variasi dari suhu permukaan, kelembaban, serta kekeringan. Palpasi dilakukan di organ-organ visera, seperti  pada abdomen.   Hasil: jantung secara klinis tidak membesar tetapi aktivitas ventrikel kanan mudah teraba dan mungkin dapat

Page 2: Santi

thrill sistolik pada daerah pulmonal.

 perkusi yaitu menggunakan suara untuk menentukan densitas dan isi struktur. Perkusi dilakukan dengan mengetuk permukaan tubuh dan menimbulkan getaran, mendengar, dan merasakan adanya perbedaan dalam penghantaran gelombang suara.

 auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk menilai pergerakan gas, cairan, atau organ di dalam kompartemen tubuh. Hasil: bunyi jantung 1 dan 2 murni regular, murmur sistolik grade 2/6 di linea sternalis kiri ics 2. Pemeriksaan Penunjang. Pemeriksaan labditemukan adanya peningkatan Hb dan Ht akibat saturasi oksigen yang rendah. Terdapat juga peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi. Nilai juga faktor pembekuan darah (trombosit,  protombin time). Elektrokardiogram ditemukan deviasi sumbu QRS ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan hipertrofi atrium kanan. Pada anak mungkin gelombang T positif di V1, EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P pulmonal). Pada penderita tetralogi asianosis, hipertrofi biventrikuler kombinasi mula-mula dapat ditemukan, dengan progresivitas menuju hipertrofi ventrikel kanan seiring berkembangnya sianosis.  Foto rontgen toraks ditemukan gambaran jantung khas seperti sepatu boot, segmen  pulmonal yang cekung, apeks jantung terangkat (hipertrofi ventrikel kanan), dan gambaran vaskularisasi paru oligemi.  

Page 3: Santi

 4. Ekokardiogram digunakan untuk ekokardiogram 2-dimensi, overriding aorta, tentukan tipe VSD (perimembranus subaortik atau subarterial doubly committed), deviasi spetum infundibular ke anterior, dimensi dan fungsi ventrikel kiri, serta tentukan konfluensi dan diameter cabang-cabang arteri pulmonalis, 5. Ekokardiografi berwarna dan Doppler digunakan untuk hitung perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis (beratnya PS). Terdapat juga aliran ventrikel kanan ke aorta melalui VSD. 6. Sedap jantung digunakan untuk menilai konfluensi dan ukuran arteri pulmonalis serta cabang-cabangnya, mencari anomali arteri koroner, melihat ada tidaknya VSD tambahan, dan melihat ada tidaknya kolateral dari aorta langsung ke paru (anak besar/dewasa). 7. Angiografi ventrikel kanan atau arteri pulmonalis digunakan untuk menilai konfluensi dan diameter kedua arteri pulmonalis, serta ada tidaknya stenosis pada  percabangan arteri pulmonalis atau di perifer. 8. Angiografi Aorta dilakukan bilar diperlukan untuk melihat kelainan arteri koronaria atau  bila diduga ada kolateral. Diagnosis Working diagnosis Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan sekumpulan malformasi struktur jantung atau  pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Penyebab terjadinya PJB belumdapat diketahui secara Gambar 1. Foto rontgen toraks dari Tetralogi of Fallot

Page 4: Santi

   pasti, tetapi ada beberapa faktor resiko atau predisposisi yang diduga mempunyai pengaruh terhadap peningkatan angka kejadian PJB, yaitu: Tabel 1. Faktor Predisposisi Penyakit Jantung Bawaan.7 Faktor Prenatal A. Faktor Genetik  Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela  

Page 5: Santi

Ibu alkoholisme  Umur Ibu lebih dari 40 tahun  Ibu menderita penyakit diabetes melitus yang memerlukan insulin  Ibu meminum obat-obatan penenang atau  jamu  Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB  Ayah/Ibu menderita PJB  Kelainan kromosom, misalnya sindrom Down  Lahir dengan kelainan bawaan yang lain Penyakit Jantung bawaan dapat di bagi atas dua golongan besar, yaitu penyakit jantung  bawaan non sianotik, dan penyakit jantung bawaan sianotik. PJB non sianotik, yaitu Atrial Septal Defect (ASD), Ventricle Septal Defect (VSD), Persistent Ductus Arteriosus (PDA), dan Arterioventricular Septal Defect (AVSD/AV Canal Defect). Sedangkan yang termasuk PJB sianotik, yaitu Tetralogy of Fallot (TOF), Double Outlet Right Ventricle (DORV), Transposition of Great Arteries (TGA), serta Total Anomalous Pulmonary Venous Return (TAPVR). Tetralogi of Fallot (TOF) Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi (1) defek septum ventrikel yaitu adanya lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel, (2) stenosis pulmonal yang terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik menuju paru, selain itu bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan, (3) overriding aorta dimana katup aorta membesar dan bergeser ke kanan, sehingga terletak lebih kekanan, dan (4) hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat

Page 6: Santi

ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif, makin lama makin berat. Derajat stenosis pulmonal sangat

  menentukan gambran kelainan; pada obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat jelas. Pada pasien dengan TOF, stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan. Darah yang banyak mengandung CO2 seharusnya dipompakan ke  paru-paru, namun malah berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD, akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2. Hal tersebut menyebabkan adanya penurunan kadar O2 dalam darah yang akan dipompakan ke sirkulasi sistemik.8 Gambar 2. Tetralogy of Fallot.9 

Page 7: Santi

Job Board About Press Blog Stories Terms Privacy Copyright   We're Hiring!   Help Center

Academia © 2015