Salep Mata Kloramfenikol

22
SALEP MATA KLORAMFENIKOL I. Nama Sediaan Nama Generik : Salep mata kloramfenikol Nama Dagang : Klofkol salep mata II. Kekuatan Sediaan Salep mata kloramfenikol 1 % III. Preformulasi Zat Aktif Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus P stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam eseton dan dalam etil asetat Ph Titik leleh : : Antara 4,5 – 7,5 149°C - 153°C Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara

description

farmasi

Transcript of Salep Mata Kloramfenikol

SALEP MATA KLORAMFENIKOL

I. Nama Sediaan

Nama Generik : Salep mata kloramfenikol

Nama Dagang : Klofkol salep mata

II. Kekuatan Sediaan

Salep mata kloramfenikol 1 %

III. Preformulasi Zat Aktif

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih

kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus

P stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dalam propilenglikol, dalam eseton dan dalam etil

asetat

Ph

Titik leleh

:

:

Antara 4,5 – 7,5

149°C - 153°C

Stabilitas : Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui

paling stabil dalam segala pemakaian. Stabilitas

baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2-7, suhu

25oC dan pH mempunyai waktu paruh hampir 3

tahun. Sangat tidak stabil dalam suasana basa.

Kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan

hidrofilik pada lingkungan amida. Stabil dalam

basis minyak dalam air, basis adeps lanae.

Inkompatibilitas : Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium

chloride, Carbenicillin sodium, Chlorpromazine

Penyimpanan :

HCl, Erythromycin salts, Gentamicin sulfat,

Hydrocortisone sodium succinate, Hydroxyzine

HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone

sodium succinate, Nitrofurantoin sodium,

Novobiocin sodium, Oxytetracycline, Phenytoin

sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine

salts, Promazine HCl, Prometazine HCl.

Chloramphenicol harus terlindung dari cahaya.

Tempat penyimpanan harus steril, dan disegel

( FI.IV 1995 halaman 189 & British

Pharmacopoeia 1993 vol II, hal 132)

IV. Pengembangan Formula

1. Pengawet

Sediaan ini harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk

mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk

secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunan sehingga perlu

ditambahkan klorobutanol sebagai pengawet.

2. Antioksidan

Penggunaan antioksidan dalam sediaan ini sangat pentik karena kloramfenikol

tidak stabil jika terkena paparan cahaya dan basis yang digunakan

mengandung lemak sehingga, antioksidan yang digunakan adalah EDTA.

V. Formula Akhir

Zat Aktif : Kloramfenikol

Basis : Vaseline Flavum

Setil alcohol

Adeps lanae (Lanolin)

Paraffin cair

VI. Preformulasi Eksipien

1. Setil alkohol

Pemerian : Berbentuk malam, putih, bergranul dan memiliki

bau yang khas, rasa yang lemah.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P dan eter,

kelarutan meningkat dengan peningkatan suhu,

praktis tidak larut dalam air. Misible ketika meleleh

dengan lemak, paraffin padat dan cair, dan

isopropyl miristat.

Titik didih : 316-344ºC (344ºC untuk bahan murni)

Bobot jenis : 242,44

Densitas : 0.811 – 0.830 g/cm3

Titik leleh : 45 -52ºC (49ºC untuk bahan murni)

Stabilitas : Stabil dengan adanya asam basa, cahaya, air dan

udara; serta tidak menjadi tengik. Setil alkohol

sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup

baik pada tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan pengoksidasi kuat.

Fungsi : Coating agent, bahan pengemulsi, stiffening agent.

Batas penggunaan sebagai pengental : 2-10%.

(Sumber Handbook of Pharmaceutical Exipients.

Hal 99-103)

2. Parafin Cair (Liquid Paraffin)

Sinonim : Avatech, Citation; heavy liquid

petrolatum; heavy mineral oil; liquid

petrolatum; paraffin oil; white mineral

oil

Pengertian Parafin Cair : Parafin cair adalah campuran dari cairan

jenuh hidrokarbon yang diperoleh dari

petroleum

Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan

kental, bebas dari flouresensi. Praktis

tidak berasa dan tidak berbau ketika

didinginkan, dan mempunyai bau yang

lemah ketika dipanaskan

Fungsi : Emolien, solvent, lubrikan tablet dan

kapsul, agen terapetis. Parafin cair

digunakan terutama sebagai eksipien

pada sediaan famasi topical sebagai

bahan pada basis salep. Secara terapetis,

paraffin cair digunakan pada sediaan

untuk mata karena efek lubrikannya.

Batas Penggunaan : 3-60 %

Titik Didih : >360oC

Densitas : 0.827-0.890 g/cm3

Viskositas (dinamik) : 110-230 mPa s (20oC)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 95%,

gliserin dan air, larut di aseton, benzene,

kloroform, karbon disulfide, eter, dan

petroleum eter. Kelarutan meningkat

dengan peningkatan suhu; praktis tidak

larut dalam air. Misibel ketika meleleh

dengan lemak, paraffin padat dan cair,

dan isopropyl miristat.

Stabilitas dan

Penyimpanan

: Paraffin cair teroksidasi ketika terpapar

panas dan cahaya. Parafin cair

disterilisasi dengan panas kering. Parafin

cair sebaiknya

disimpan dalam wadah kedap udara,

terlindung dari cahaya, pada tempat yang

sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan pengoksidasi

kuat

(Sumber: Handbook of Pharmaceutical

Exipients. Hal 314-315 & FI.III 1979

Hal : 474-475)

3. Klorobutanol (Chlorbutol)

Berat Molekul : 177,46 Klorobutanol terutama digunakan

pada sediaan optalmik atau parenteral

sebagai pengawet antimikroba

(antibakteri dan antijamur) pada

konsentrasi hingga 0,5 %. Aktivitas dapat

berkurang pada pemanasan, tetapi

aktivitas dapat ditingkatkan dengan

kombinasi dengan pengawet antimikroba

lainnya.

Fungsi : Pengawet antimikroba; plasticizer. Batas

penggunaan sebagai bahan pengawet : 0,5

%.

Pemerian : Mudah menguap, tidak berwarna atau

kristal putih dengan bau kamfer.

Titik Didih : 167oC

Densitas : 0.811-0.830 g/cm3

Titik Leleh : 95-97oC

Kelarutan : (20oC) sangat larut dalam kloroform,

etanol (95 %) 1:0,6, eter, gliserin (1:10),

minyak atsiri, praktis tidak larut dalam air

(1:125)

Stabilitas dan

Penyimpanan

: Klorobutanol mudah menguap dan

menyublim. Stabil pada pH 3 tetapi

menjadi buruk pada peningkatan pH.

Klorobutanol sebaiknya disimpan pada

wadah tertutup rapat pada suhu 8-15 Oc

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan vial lastik, bentonit,

magnesium trisilikat, polietilen dan

polihidrokdietilmetakrilat.

Label : Mengandung klorbutanol sampai 0,5 %

(Sumber: Handbook of Pharmaceutical

Exipients. Hal 111)

4. Vaselin Flavum

Pemerian : Masa seperti lemak, kekuningan hingga

amber lemah, berfluorensi sangat lemah

walaupun stelah melebur. Dalam lapisan

tipis transparan tifak atau hampir tidak

berbau , tidak berasa.

Kelarutan : Kelarutan tidak larut dalam air , mudah

larut dlam benzene, dalam karbon

disulfida, dalam kloroform, dan minyak

terpentin, larut dalam eter, dalam

heksana, dan umumnya dalam minyak

lemak dan minyak atsiri, tidak larut

dalam etanol dingin dan etanol panas dan

dalam etanol mutlak dingin.

Titik lebur

Bobot jenis

:

:

38-60oC

Antara 0,815 dan 0,880 lakukan

penetapan dalam suhu 60°.

Stabilitas

Inkompatibilitas

:

:

Vaselin flavum adalah bagian stabil dari

komponen

hidrokarbon alam non-reaktif, banyak

masalah stabilitas terjadi karena adanya

sejumlah kecil kontaminan. Vaselin

dapat disterilisasi menggunakan panas.

Walaupun vaselin kuning dapat

disterilisasi dengan radiasi sinar gamma,

proses ini berpengaruh kepada fisik

vaselin seperti swelling, perubahan

warna,

bau, dan sifat rheologi.

Merupakan material yang lemah dengan

Penggunaan

Wadah dan penyimpanan

:

:

beberapa inkompatibilitas.

Vaselin digunakan sebagai basis salep

dan emolien pada pengobatan pada

penyakit kulit.

Dalam wadah tertutup baik

5. EDTA

Pemerian : Serbuk kristal warna putih

Kelarutan : 1:500 dalam air

Wadah dan Penyimpanan : wadah tertutup rapat, tidak tembs cahaya

Stabilitas : stabil dalam bentuk padat, bentuk garam

lebih stabil dari pada asam bebas

VII. Perhitungan dan Penimbangan

- Perhitungan

1. Kloramfenikol/tube = = 50 mg

Kloramfenikol/3tube =

2. Klorobutanol = = 0,025

Pemicikan :

Klorobutanol = 50 mg

Vaselin flavum = 200 mg

Hasil pemicikan =

Sisa Pemicikan = 100 - 50 = 50

Klorobutanol/tube = 0,05

Klorobutanol/3 tube = 0,0 3 = 0,15

3. EDTA =

Pemicikan :

EDTA = 50

Vaselin flavum = 500

Hasil Pemicikan =

Sisa Pemicikan = 500 - 50 = 440

EDTA/tube = 0,05

EDTA/3 tube = 0,05 3 = 0,15

4. Parafin liquidum/tube = 0,3

Parafin liquidum/3 tube = 0,3 3 = 0,9

5. Vaselin flavum/tube = 5 – (0,05 + 0,0 + 0,05 + 0,3

= 5 – 0,45

= 4,55 20 %

= 5,46

Adepslanae/3 tube = 5,46 3 = 16,38

VIII. Prosedur Pembuatan

Timbang bahan aktif

Timbang basis dalam cawan penguap yang dihampar kain kasa rangkap 2 dan telah

ditimbang

Tutup cawan penguap dengan kaca arloji besar

Sterilkan dalam oven suhu 150oC selama 30 menit

Sambil menyiapkan basis salep, maka peralatan steri lkan secara aseptis alat yang

akan digunakan

Peras basis salep yang sudah steril dalam keadaan panas (jepit ujung kain kasa

dengan dua pinset steril, satukan dalam satu jepitan, pinset lain digunakan menekan

bagian bawah jepitan mendesak leburan basis melewati kain kasa), timbang sejumlah

yang diperlukan

Timbang zat aktif dan zat tambahan sejumlah yang diperlukan

Gerus halus dalam mortar steril

Masukan basis salep steril dingin sedikit demi sedikit kedalam gerusan zat aktif dan

zat tambahan dan gerus hingga homogen

Timbang sediaan sejumlah yang diperlukan diatas kertas perkamen steril, digulung

dengan bantuan pinset steril. Gulungan harus sedemikian rupa agar dapat dimasukkan

dalam tube steril yang ujungnya telah ditutup

Cabut kertas perkamen dari tube jika zat aktif tersatukan dengan logam tube. Jika

tidak, maka kertas perkamen dibiarkan tinggal dalam tube sebagai perintang antara

zat aktif dengan logam tube

Lipat dasar tube minimal dua kali dengan penekuk logam

Lakukan evaluasi sediaan

IX. Evaluasi

1. Uji sterilitas

Metode uji sterilitas

a. Inokulasi langsung kedalam media uji

b. Teknik penyaringan membran

teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi menjadi 2 bagian) lalu

diinkubasi.

Prosedur uji :

Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan. Volume tertentu spesimen

ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak kurang dari 14

hari. Waktu inkubasi dan suhu inokulasi : 7 hari pertama pada suhu 200-250C

untuk melihat pertumbuhan jamur, 7 hari kedua pada 300-350C untuk melihat

pertumbuhan bakteri (FI IV hal 855 dan CPOB, 2006).

2. Uji homogenitas sediaan

Menggunakan kaca arloji dengan cara mengambil sedikit sediaan dan

di letakkan diatas kaca arloji, kemudian di tetesi beberapa tetes aquadest dan

di tutup dengan kaca arloji lain, lalu d gosokkan memutar. Jika sediaan

tersebut dapat bercampur dengan aquadest tersebut, maka sediaan tersebut

dikatakan homogen.

3. Penetapan pH

Cek pH salep atau sediaan semipadat lainnya dengan cara ambil

sedikit sediaan dan masukkan ke dalam beaker glass, tambahkan sedikit

aquadest untuk melarutkan sediaan tersebut. Masukkan kertas pH ke dalam

sediaan yang telah dicampur aquadest tersebut, kemudian baca pada range pH.

pH mata adalah 7,4.

4. Penetapan partikel logam dalam salep

Uji ini bertujuan untuk membatasi jumlah dan ukuran partikel logam yang

diperbolehkan dalam salep mata.

Keluarkan isi 10 tube, masukkan maing-masing ke dalam cawan petri

terpisah ukuran 60 mm, alas datar, jernih, dan bebas goresan. Tutup cawan,

panaskan pada suhu 85oC selama 2 jam, jika perlu naikkan suhu sedikit lebih

tinggi sampai salep meleleh sempurna. Dengan menjaga kemungkinan

terjadinya gangguan terhadap masa yang meleleh, biarkan masing-masing

mencapai suhu kamar dan membeku.

Angkat tutup, balikkan cawan petri sehingga berada dibawah

mikroskop yang sesuai untuk perbesaran 30 kali yang dilengkapi dengan

micrometer pengukur dan dikalibrasi pada perbesaran yang digunakan.

Arahkan illuminator dari atas salep dengan sudut 45o, amati partikel logam

pada seluruh dasar cawan petri. Hitung jumlah partikel logam yang berukuran

50µm atau lebih besar pada setiap dimensi, persyaratan dipenuhi jika jumlah

partikel dari 10 tube tidak lebih dari 50 partikel dan jika tidak lebih dari 1 tube

mengandung 8 partikel.

(Farmakope Indonesia Ed. IV hal 1038-1039)

5. Uji bobot minimum

Dengan cara membersihkan etiket yang dapat mempengaruhi bobot

pada waktu isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan cara yang

sesuai dan timbang satu per satu. Keluarkan isi secara kuantitatif dari wadah,

potong ujung wadah, jika perlu cuci dengan pelarut yang sesuai, hati-hati agar

tutup dan bagian lain wadah tidak terpisah. Keringkan dan timbang kembali

wadah kosong beserta bagian-bagiannya. Perbedaan antar kedua penimbangan

adalah bobot bersih isi wadah. Bobot bersih tidak kurang dari bobot yang

tertera pada etiket dan tidak kurang 90% untuk bobot 60 g atau kurang, tidak

kurang 95% untuk bobot lebih dari 60 g dan kurang 150 g.

(Farmakope Indonesia Ed. IV hal. 997)

XI. DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook Of

Pharmaceutical Excipients 2nd Edition. Washington: The Pharmaceutical

Press. hal 45-47

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia.

Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 14-15

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia.

Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 112

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional

ed2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hal 315