Sak Tetanus

8
SAK TETANUS 1. Pengertian Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan (Hendarwanto, 1996). 1. Etiologi Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, dan berspora, termasuk golongan positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Clostridium tetani tersebar luas ditanah, dijumpai pada tinja manusia dan heawan. Perawatan luka yang kurang baik, disamping penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Tetanus dapat menyerang semua golongan, mulai dari bayi (tetanus neonatrum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik), sampai orang tua. 1. Parogenesis Berbagai keadaan yang menyebabkan keadaan anaerob yang disukai untuk tumbuhanya kuman tetanus : ü Luka dalam misalnya luka tusuk karena paku, kuku pecahan kaca atau kaleng, pisau dan benda tajam lainnya. ü Luka karena tabrakan atau kecelakaan kerja. ü Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil, gigitan serangga juga merupakan tempat masuk kuman penyebab tetanus . Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu : ü Toksin diabsortasi ujung sakat motorik dan melalui sumbu silindrik dibawa ke kornu anterior ssp. ü Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ssp.

description

z

Transcript of Sak Tetanus

SAK TETANUS1. PengertianPenyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan (Hendarwanto, 1996).1. EtiologiClostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, dan berspora, termasuk golongan positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.Clostridium tetani tersebar luas ditanah, dijumpai pada tinja manusia dan heawan. Perawatan luka yang kurang baik, disamping penggunaan jarum suntik yang tidak steril. Tetanus dapat menyerang semua golongan, mulai dari bayi (tetanus neonatrum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik), sampai orang tua.1. ParogenesisBerbagai keadaan yang menyebabkan keadaan anaerob yang disukai untuk tumbuhanya kuman tetanus : Luka dalam misalnya luka tusuk karena paku, kuku pecahan kaca atau kaleng, pisau dan benda tajam lainnya. Luka karena tabrakan atau kecelakaan kerja. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil, gigitan serangga juga merupakan tempat masuk kuman penyebab tetanus.Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu : Toksin diabsortasi ujung sakat motorik dan melalui sumbu silindrik dibawa ke kornu anterior ssp. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ssp.Toksin bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah, sangat mudah dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Jaringan luka biasanya hanya menampilkan reksi radang non. Spesifik dengan nekrosis jaringan. Jaringan saraf juga menampakkan reaksi non. Spesifik, dan terdiri atas pembengkakan sel-sel ganglion motorik yang berhubungan dengan pembengkakan dan lisis inti sel.1. Tanda dan Gejala Ketegangan otot terutama pada rahang dan leher. Timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spesme otot masseter. Kejang otot akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepasang tulang belakang. Tungkai dalam keadaan ekstensi. Lengan kaku dengan tangan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik. Kadang dapat asfiksia dan sianosis dan retensi urin. Timbul spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi.1. Pemeriksaan Penunjang LaburatoriumBiasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang didapatkan peninggian tekanan cairan otak1. Penata Laksanaan 1. Umum Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya. Diet TKTP, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan.Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap pasien. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.1. Obat-obatan Anti toksinTetanus imun globulin (TIG) lebih dianjurkan pemakaiannya dibandingkan dengan Anti Ttetanus Serum (ATS). Dodis TIG yang dianjurkan adalah 5000 u iantramuskular, dilanjutkan dosis harian 500-60000. pemberian baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersentivitas. Anti Kejang1234Jenis obatDiazepamMeprobamatKlorpromasinFenobarbitatDosis0,5-1,0 mg/kg BB/4 jam (IM)300-400 mg/4 jam (IM)25-75 mg/4 jam (IM)50-100 mg/4 jam (IM)Efek SampingSpoor, komaTidak adaHipotensiDepresi pernafasan

Anti BiotikPemberian pinisilin prokain 1,2 juta unit/hr atau tetrasiklin 1 g/hr scr IV1. PencegahanPencegahan Penyakit Tetanus, meliputi : Mencegah terjadinya luka Merawat luka secara adekuat. Pemberian Anti Tetanus Serum (ATS) dalam beberapa jam setelah luka akan memberikan kekebalan pasif, sehingga mencegah terjadinya tetanus.PENGKAJIAN 1. IDENTITAS2. KELUHAN UTAMA3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Pernah atau tidak terpapar tetanus neonatrum waktu kecil1. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA2. SRIWAYAT IMUNISASI TT3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL (GORDON) 1. Persepsi terhadap kesehata2. Pola aktivitas dan latihan3. Pola istirahat dan tidur4. Pola nutrisi metabolic5. Pola eliminasi6. Pola kognitif perseptual7. Pola konsep diri8. Pola koping9. Pola seksual reproduksi10. Pola peran berhubungan11. Pola niali dan kepercayaan12. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kepala (kesimetrisan, nyeri tekan atau tidak)2. Mata (kesimetrisan, ada polip atau tidak, isokor atau tidak)3. Hidung (kesimetrisan, ada polip atau tidak, kebersihan)4. Mulut (kebersihan, mukosa kering atau tidak, lidah kotor atau tidak)5. Telinga (kesimetrisan, ada serum atau tidak)6. Leher (ada pembesaran sel tiroid atau tidak)7. ParuI = SimetrisP = Taktil fremitus tidak terdengar pada seluruh lapang paruP = Sonor A = Vesikuler1. JantungI = Ictus cordis terabaP = Teraba di IC 5P = Konfigurasi jantung dalam batas normalA = S1 dan S21. AbdomenA = Peristaltik 12 x/mntP = TympaniP = H/L tidak terabaI = Kesimetrisan1. Genetalia : Tidak ada adema, tidak ada perdarahan terpasang DC2. Ekstremitas- Eks atas : terpasang infus- Eks bawah : terdapat luka- Eks terlihat flexi saat kejang.DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan koordinasi otot besar atau kecil intervensi.- Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu atau gigi palsu atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.- Letakan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.- Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada atau abdomen- Masukkan spatel lidah atau jalan nafas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi.1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perubahan respon motorik atau sensorik gelisah.Intervensi :- Tentukan factor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma atau penurunan perfusi jaringan otak dan potensial.- Patau atau cacat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar )misalnya skala koma glascow)- Evaluasi adanya pupil, catat ukuran ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan dan reaksinya terhadap cahaya.- Kaji perubahan pada penglihatan seperti adanya penglihatan yang kabur, ganda, lapang pandang menyempit dan kedalaman persepsi.- Kaji letak atau gerakan mata, cata apakah pada posisi tengah atau ada divisiasi pada salah satu sisi atau kebawah. Catat pula hilangnya refleks dolls eye (refleks ekulosefalik)1. Resti infeksi berhubungan trauma jaringan.Intervensi :- berika perwatan aseptic dan atiseptik, pertahankan teknik cuci tangan yang baik- observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (seperti luka, garis jahiotan) daerah yang terpasang alat invasi (terpasang infus dan sebagainya). Catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi- pantau suhu tubuh secara teratur. Catat adanya demam, menggigil, diaforesis dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran)- najurkan untuk melakukan nafas dalam latihan pengeluaran secret paru secara terus menerus. Observasi karakteristik sputum.- Berikan perawatan perineal. Pertahanhan integritas dari system drainase urine tertutup jika menggunakannya. Anjuran untuk minum adekuat.- Observasi warna atau kejernihan urine. Catat adanya bau busuk (yang tidak enak). Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi atau cegah pengunjung yang mengalami insfeksi saluran nafas bagian atas.REFERENSIv Ilmu Penyakit Dalam. FKUI Jakartav Doenges, Marilyn. 2000. Pedoman RencanaAsuhan Keperawatan dan dokumentasi. Jakarta : EGC