Sak Hernia
-
Upload
andhy-pratama -
Category
Documents
-
view
64 -
download
13
description
Transcript of Sak Hernia
1
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS
A. Definisi
Hernia adalah merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
apeneurotik dinding perut
Hernia adalah proporsi abdnormal organ jaringan atau bagian organ melalui
stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada
rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental
atau didapat).
B. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly konginental atau karena sebab yang di
dapat. Hernia dapat di jumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki dari pada
perempuan. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia.
Pada hernia anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu juga diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernis inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur m. Obilikus internus abdominalis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi
trigonum hasseibach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadilah hernia. Faktor secara konginental adalah adanya proseus
vaginalis yang terbuka, dan secara yang di dapat adalah peningkatan tekanan di dalam
rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang
meninggi secara kronik, seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ansietas
disertai hernia inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak
tinggi dan kanalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi
Departement | Emergency_Nursing
2
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n. Ilioinguinalis dan iliofemoralis
setelah apendiktomi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
a. Batuk
b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
e. Kehamilan multi para dan obesitas
C. Tanda Dan Gejala
1. Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil
bila pasien berbaring.
2. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia
akan bertambah besar.
3. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan
mual.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
sakit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum
D. Patofisiologi
Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong
anulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau karena yang didapat faktor yang dipandang berperan kausal adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Lebih banyak pada laki- laki dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk hernia pada Anulus Internus yang cukup besar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka Departement |
Emergency_Nursing
3
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis, kelemahan dinding perut antara lain terjadi
akibat kerusakan inguinalis. Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh keadaan isi
hernia, pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang
muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau mengejan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri biasanya dirasakan di epigastium atau para umbilical berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesrentium sewaktu, satu segmen usus halus.
masuk kedalam kantung hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul
kalau terjadi inkarsesari karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
( R.Sjamsuhidayat,2004). Bila isi kantong hernia dapat di pindahkan ke rongga
abdomen dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia irredusibel dan hernia
inkarserta adalah hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan
manipulasi. Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan terisi transudat berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena
usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangrene. Pada hernia redusibel dilakukan
tindakan bedah elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi ( Sjamsuhidayat, 2004).
E. Klasifikasi Hernia
Letak kemunculan hernia terdapat di seluruh abdomen (daerah perut). Jenis-jenis
hernia juga umumnya terbagi berdasarkan letaknya, yaitu:
Hernia femoralis yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus yang
mencuat ke bagian atas paha bagian dalam atau ke selangkangan.
Hernia inguinalis yang terjadi saat ada sebagian usus yang menjulur dari abdomen
bawah dan mencuat ke selangkangan.
Hernia umbilikus yang terjadi saat ada jaringan lemak atau sebagian usus menjulur
keluar abdomen dan mencuat di dekat pusar.
Departement | Emergency_Nursing
4
Hernia insisi yang terjadi saat ada jaringan yang mencuat lewat luka operasi yang
belum sembuh di abdomen.
Hernia hiatus yang terjadi saat ada bagian perut yang masuk lewat celah pada
diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut) dan mencuat ke rongga dada.
Hernia Spigelian yang terjadi saat ada sebagian usus menjulur dari abdomen pada otot
perut bagian samping dan mencuat di bawah pusar.
Hernia epigastrik yang terjadi saat ada jaringan lemak yang mencuat keluar dari
abdomen di antara pusar dan tulang dada bagian bawah.
Hernia otot yang terjadi saat ada sebagian otot yang mencuat pada abdomen. Jenis
hernia ini juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera berolahraga.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Ultrasonografi
dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding
abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction
Departement | Emergency_Nursing
5
of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian
reduction of hernia en masse :
1. Retropubic
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule
G. Komplikasi
1. Terjadi pelekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasuki kembali, keadaan ini disebut hernia irrepponsibilis.
Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering
menyebabkan keadaan irreponsibel adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponsibel dari pada usus halus.Gagal Ginjal
Akut. Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat
dari syok yang tidak teratasi dengan baik.
2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk,
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
vaskular ( proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata.
Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah,
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah
benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah ( Arif Mansyoer, 2000).
H. Penatalaksanaan
1. Medik
Pada hernia inguinalis responibilitis dan hernia iresponibilitis dilakukan tindakan bedah
elektif karena ditakutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses
Departement | Emergency_Nursing
6
strangulasi tindakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya
nekrosis usus.
Tindakan bedah yang dilakukan adalah herniotomi dan herniorafi :
1. Herniotomi
Herniotomi adalah operasi penyembuhan hernia dengan mengembalikan isi kantong
hernia kedalam posisi nya yang normal dan mengangkat kantong hernia tersebut.
2. Herniorafi
Herniorafi adalah operasi hernia dimana daerah yang lemah dikuatkan oleh jaringan
tubuh pasien sendiri atau oleh bahan lainnya
.
I. Pengkajian
Data subyektif
1) Sebelum operasi
1. Adanya benjolan di selangkangan
2. Nyeri
3. Mual muntah
4. Konstipasi
5. Pada saat bayi menangis atau mengejang dan batuk-batuk kuat timbul benjolan
2) Sesudah operasi
1. Nyeri
2. Mual
3. Muntah
Data objektif
1) Sebelum operasi
1. Nyeri bila benjolan di sentuh
2. Dehidrasi
3. Gelisah
d) Pucat
2) Sesudah operasi
Departement | Emergency_Nursing
7
a. Terdapat luka pada selangkangan
b. Puasa
c. Selaput mukosa mulut kering
d. Rewel
Pemeriksaan diagnostik
1) Rontgen
Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus
2) Tes laboratorium
a) Darah
b) Sel darah putih >10000-18000/mm3
c) Sel darah merah mungkin meningkat (N=13-16 9/dl)
d) Elektrolit serum : hipolkasemia mungkin ada (N=3,5 - 5,5 mmol)
e) Kultur : Organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah eksudat,
sekret / cairan asites
J. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1. Nyeri akut bd.kondisi hermia antara intervensi pembedahan
2. Ansietas bd.prosedur pra operasi post operasi
3. Kurang pengetahuan bd.kurangnya informasi
b. Post operasi
1. Resiko terhadap konstipasi kolonik bd. Penurunan peristaltik
2. Nyeri akut bd.trauma jaringan
3. Resiko terhadap infeksi bd.prosedur invasik
4. Resiko berkurangnya volume cairan bd.haluaran urine berlebih
Departement | Emergency_Nursing
8
Departement | Emergency_Nursing
9
K. Rencana Dan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri
berhubungan dengan :
Agen cedera fisik
Agen cedera
biologis
Agen cedera
psikologis
Agen cedera
zatkimia.
NOC :
Setelahdilakukantindakankeperawatanselama
……… jam nyeriterkontrol.
Kriteriahasil :
No. Kriteria Score
1. Mengenal faktor
penyebab nyeri
5
2. Mengenali tanda dan
gejala nyeri
5
3. Mengetahui onset nyeri 5
4. Menggunakan langkah-
langkah pencegahan
nyeri.
5
5. Menggunakan teknik
relaksasi
5
6. Menggunakan
analgesic yang tepat
5
KATEGORI :
1. Mempersiapkan dan melakukan EKG
2. Mempersiapkan alat dan mengukur TTV
3. Memberikan obat melalui kulit
4. Mempersiapkan dan mengambil sampling darah
untuk pemeriksaan DL,ureum kreatinin, gula
darah
5. Mempersiapkan alat dan memasang kateter
6. Memberikan oksigen
7. Memberikan obat melalui mulut
8. Merawat luka, mengganti balutan
9. Mempersiapkan dan memasang IV line
10. Memberikan obat suntikan melalui : SC, IC, IM,
IV, IV line
11. Mempersiapkan pasien pulang / MRS
KOMPLEKS :
1. Memeriksa adanya oedem sekitar luka operasi
Departement | Emergency_Nursing
10
7. Melaporkan nyeri
terkontrol
5
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
Selalu menunjukan.
atau luka robek lainnya
2. Mendeteksi skin tes positif
3. Menghitung GCS
4. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi
: skala nyeri, lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya
nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
5. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan.
6. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri.
7. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan.
8. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga.
9. Berikan informasi tentang nyeri, seperti :
penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan.
10. Motivasi klien untuk memonitor sendiri
nyerinya.
11. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi napas
dalam.
Departement | Emergency_Nursing
11
12. Mempersiapkan dan memasang NGT
13. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol
nyeri.
14. Tingkatkan tidur / istirahat yang cukup.
15. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau
terjadi keluhan.
1.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
2 Resiko / kekurangan
volume cairan
berhubungan dengan:
□ kehilangan cairan
aktif (muntah, diare)
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
……..jam, tidak terjadi kekurangan volume
cairan / kekurangan volume cairan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
KATEGORI :
1. Mempersiapkan dan melakukan EKG
2. Mempersiapkan alat dan mengukur TTV
3. Mempersiapkan dan mengambil sampling
darah untuk pemeriksaan DL, ureum kreatinin,
gula darah, SGOT, SGPT, SE
Departement | Emergency_Nursing
12
□ kegagalan
mekanisme regulasi
No. Kriteria Score
1. Temperature : (36,5 – 37,5 °c) 5
2. Perubahan status mental (-) 5
3. Nadi dalam batas normal : 60 –
100 x/menit
5
4. RR : 12-20 x/ menit 5
5. Tekanandarah : (100 – 140/ 60-
90 mmHg)
5
6. Turgor kulit 5
7. Produksi urine 0,5 – 1 ml/Kg
BB/jam
5
8. Konsistensi urine normal
(kuning jernih, tidak ada
endapan)
5
9. CRT < 2 s 5
10. Mukosa membrane dan kulit
kering (-)
5
11. Hematokrit 35% - 50% 5
12. Penurunaan berat badan secara
signifikan (-)
5
13. Rasa haus berlebihan (-) 5
4. Mempersiapkan dan memasang kateter
5. Memberikan oksigen
6. Memberikan obat melalui mulut : oralit
7. Mempersiapkan alat dan memasang IV line
untuk resusitasi
8. Memberikan obat suntikan melalui : SC, IC,
IM, IV, IV line
9. Memeriksa GDA
10. Mempersiapkan pasien pulang / MRS
KOMPLEKS :
Monitoring :
1. Observasi status mental
2. Monitor output urine dan catat adanya
perubahan jumlah, warna dan konsentrasi urine
3. Monitor turgor kulit, membrane mukosa dan
perasaan haus klien
4. Mempersiapkan dan memasang NGT
5. Monitor adanya tanda dehidrasi
6. Ukur tanda-tanda vital dan MAP
7. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
Departement | Emergency_Nursing
13
14. Kelemahan (-) 5
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang – kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan.
8. Timbang berat badan sesuai indikasi
Mandiri :
1. Memasang dan mempertahankan akses vena
perifer (infus)
2. Berikan perawatan kulit pada bagian
penonjolan tulang
Pendidikankesehatan
1. Ajurkan klien untuk meningkatkan intake
cairan
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake
nutrisi untuk meningkatkan kadar albumin
dalam darah
Kolaborasi :
1. Beri terapi cairan sesuai instruksi dokter
2. Beri transfuse darah sesuai hasil kolaborasi
dengan medis
3. Berikan terapi farmakologi untuk
meningkatkan jumlah urine output
Departement | Emergency_Nursing
14
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3
3
Kurang pengetahuan
Berhubungan dengan :
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi
informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam
belajar
Kurang dapat mengingat
Tidak familier dengan
sumber informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selam ...x24 jam klien mengetahui proses
penyakit
Kriteria hasil
No Kriteria Score
1 Familier dengan proses penyaki 5
2 Mendeskripsikan proses
penyakit.5
3 Mendeskripsikan tandan dan
gejala.
5
4 Mendeskripsikan faktor
penyebab
5
5 Mendeskripsikan komplikasi 5
6 Mendeskripsikan tindakan
penengahan untuk mencegah
komplikasi.
5
Keterangan :
1. Tidak dilakukan sama sekali.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
Mengajarkan proses penyakit.
Intervensi :
tentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
observasi kesiapan klien untuk mendengar.
jelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi,
tanda, gejala, komplikasi)
Diskusikan tentang pilihan terapi/perawatan.
instruksikan pasien mengenal tanda gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan
dengan cara yang tepat
Departement | Emergency_Nursing
15
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
Departement | Emergency_Nursing
16
No Diagosa Keperawatan NOC NIC
4 Resiko infeksi
Faktor resiko:
Penyakit kronis
Pengetahuan yang
tidak cukup untuk
menghindari
pemajanan
pathogen
Pertahanan tubuh
primer yang
adekuat
Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder
Vaksinasi tidak
adekuat
Pemajanan
terhadap pathogen
lingkungan
meningkat
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24
jam tanda-tanda infeksi tidak tampak
Kriteria hasil:
No Kriteria Score
1 Nadi dalam batas normal :
60-100 mmHg
5
2 RR: 12-20 x/mnt 5
3 Temperature :
(36,5 – 37,5 °c)
5
4 Tekanan darah :
(100-140/60-90mmhg)
5
5 Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
5
6 Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
5
7 Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
5
8 Menunjukan perilaku
hidup sehat
5
Keterangan :
infektion protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap penyakit menular
c. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
e. Ajarkan cara menghindari infeksi
Departement | Emergency_Nursing
17
Prosedur invasive
Malnutrisi
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
Departement | Emergency_Nursing