Rupture Aorta

22
TINJAUAN PUSTAKA I. DEFINISI Trauma tumpul pada pembuluh darah toraks biasanya melibatkan robeknya aorta atau arteri innominata. Sejak ada laporan dari Armed Forces Institute of Pathology pada tahun 1958, telah banyak dokumen yang mendokumentasikan bahwa 15-23% korban yang meninggal pada kecelakaan lalu lintas memiliki ruptur pada aorta torakalis pada otopsi. Robekan ini paling sering mengenai istmus dari aorta torakalis yang berada di distal arteri subklavia sinistra, namun alasan tepatnya untuk frekuensi lokasi ini tidak diketahui. Beberapa ahli telah mengemukakan perbedaan pada fiksasi retropleural antara arkus transversus dan aorta torakalis descendens, pergeseran kardiak ke atas oleh kompresi sternum, peningkatan tekanan hidrostatik intraluminal, atau kelainan kongenital berupa kelemahan jaringan pada istmus merupakan penjelasan yang paling tepat untuk lokasi tersering dari lesi ini. Ruptur aorta, juga dinamakan traumatic aortic disruptions, terjadi ketika lesi melibatkan seluruh lapisan intima dan medial, dengan lapisan adventitia biasanya intak. Lesi ini juga disebut ruptur subadventitial. Kontur aorta dapat tampak membesar ireguler. Pasien –pasien dapat mati mendadak akibat ruptur lapisan adventitial sehingga perlu mendapat penanganan bedah sesegera mungkin. Pemeriksaan TEE (Trans Esofageal Ekokardiografi) dapat membantu membedakan antara robekan pada intima dengan diseksi dan ruptur aorta. Penting untuk membedakan kedua hal ini karena perbedaan strategi penanganan. 1

description

RUPTUR AORTA

Transcript of Rupture Aorta

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Trauma tumpul pada pembuluh darah toraks biasanya melibatkan robeknya aorta atau arteri

innominata. Sejak ada laporan dari Armed Forces Institute of Pathology pada tahun 1958, telah

banyak dokumen yang mendokumentasikan bahwa 15-23% korban yang meninggal pada

kecelakaan lalu lintas memiliki ruptur pada aorta torakalis pada otopsi. Robekan ini paling sering

mengenai istmus dari aorta torakalis yang berada di distal arteri subklavia sinistra, namun alasan

tepatnya untuk frekuensi lokasi ini tidak diketahui. Beberapa ahli telah mengemukakan perbedaan

pada fiksasi retropleural antara arkus transversus dan aorta torakalis descendens, pergeseran kardiak

ke atas oleh kompresi sternum, peningkatan tekanan hidrostatik intraluminal, atau kelainan

kongenital berupa kelemahan jaringan pada istmus merupakan penjelasan yang paling tepat untuk

lokasi tersering dari lesi ini.

Ruptur aorta, juga dinamakan traumatic aortic disruptions, terjadi ketika lesi melibatkan

seluruh lapisan intima dan medial, dengan lapisan adventitia biasanya intak. Lesi ini juga disebut

ruptur subadventitial. Kontur aorta dapat tampak membesar ireguler. Pasien –pasien dapat mati

mendadak akibat ruptur lapisan adventitial sehingga perlu mendapat penanganan bedah sesegera

mungkin. Pemeriksaan TEE (Trans Esofageal Ekokardiografi) dapat membantu membedakan antara

robekan pada intima dengan diseksi dan ruptur aorta. Penting untuk membedakan kedua hal ini

karena perbedaan strategi penanganan.

Gambar 1. Lokasi ruptur aorta berdasarkan urutan frekuensinya. A. Di sebelah distal arteri subklavia kiri setinggi ligamentum arteriosum. B. Aorta asendens. C. Aorta torakalis inferior di atas diafragma. D. Avulsi arteri innominata dari arkus aorta.

1

II. ANATOMI AORTA

Aorta adalah pembuluh darah besar (main trunk) dari segenap pembuluh darah. Cabangnya

berfungsi membawa darah teroksigenasi ke berbagai jaringan di tubuh untuk kebutuhan nutrisinya.

Aorta berada pada bagian atas dari ventrikel, di mana diameternya sekitar 3 cm, dan setelah naik

(ascending), ia melengkung (arch) ke belakang dan ke sisi kiri, tepat pada pangkal paru kiri,

kemudian turun (descending) dalam thorax pada sisi kiri kolumna vertebralis, masuk rongga

abdomen lewat hiatus diafragmatikus, dan berakhir, di mana diameternya mulai berkurang (1,75

cm). Setingkat dengan vertebra lumbalis ke IV, ia bercabang menjadi arteri iliaca comunis dekstra

dan sinistra.

Gambar 2. Dinding thorax

Dari uraian di atas maka aorta dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian: aorta ascenden,

arcus aorta, dan aorta descenden yang dibagi lagi menjadi aorta thoracica dan aorta abdominalis.

Aorta Ascendens —panjangnya sekitar 5 cm, menyusun bagian atas dari basis ventrikel

kiri, setinggi batas bawah kartilago kosta ke III di belakang kiri pertengahan sternum; ia

melintas ke atas secara oblik, ke depan, dan ke kanan, searah aksis jantung, setinggi batas

atas dari kartilago kosta ke II. Aorta ascenden terdapat dalam pericardium.

2

Batas-batas—aorta ascenden dilindungi oleh trunkus arteria pulmonalis dan aurikula

dekstra, dan, lebih tinggi lagi, terpisah dari sternum oleh pericardium, pleura kanan, margo

anterior dari pulmo dekstra, jaringan ikat longgar, dan sisa dari jaringan timus; di posterior

ia bersandar pada atrium sinistra dan arteri pulmonary dekstra. Pada sisi kanan, ia

berdekatan dengan vena cava superior dan atrium dekstra; pada sisi kiri dengan arteri

pulmonary.

Cabang-cabang—satu-satunya cabang dari aorta ascenden adalah arteria coronaria yang

mensuplai jantung.

Arcus Aorta—dimulai setinggi batas atas artikulasi sternokostalis ke II pada sisi kanannya,

dan berjalan ke atas, ke belakang, dan ke kiri di depan trachea; kemudian mengarah ke

belakang pada sisi kiri trachea dan akhirnya turun lewat sisi kiri tubuh pada setinggi

vertebra thoracic ke IV, pada batas bawahnya dan kemudian berlanjut menjadi aorta

descenden. Sehingga terbentuk dua kurvatura: satu dimana ia melengkung keatas, yang

kedua dimana ia melengkung ke depan dan kekiri. Batas atasnya kira-kira 2,5 cm di bawah

batas superior manubrium sterni.

Batas-batas—arcus aorta dilindungi oleh pleura di anterior dan margo anterior dari pulmo;

dan dengan sisa dari timus. Saat pembuluh melintang ke belakang, sisi kirinya bersentuhan

dengan pulmo sinistra dan pleura. Melintas ke bawah pada sisi kiri bagian tersebut pada

arcus terdapat 4 nervus: nervus phrenicus sinistra, cardiacus superior cabang nervus vagus

sinistra, cabang nervus cardiacus superior dari trunkus simpatikus sinistra, dan trunkus

vagus sinistra. Saat nervus terakhir tadi melintasi arcus, ia memberikan cabang recurrent,

yang melingkar di bawah pembuluh dan melintas ke atas pada sisi kanan. Vena intercostalis

melintas oblik ke atas dan ke depan pada sisi kiri arcus, di antara nervus phrenicus dan

vagus. Pada sisi kanan terdapat plexus cardiacus profunda, nervus recurrent sinistra,

esophagus, dan ductus thoracicus; trachea berada di belakang kanan dari pembuluh. Di atas

adalah arteri innominata, carotis comunis sinistra, dan arteri subclavia sinistra, yang mncul

dari lengkungan arcus dan bersilangan berdekatan di pangkalnya dengan vena innominata

sinistra. Di bawah adalah bifurkasio arteri pulmonalis, bronchus sinistra, ligamentum

arteriosum, bagian superfisial dari pleksus cardiacus, dan nervus recurrent sinistra.

Ligamentum arteriosum menghubungkan arteri pulmonary sinistra dengan arcus aorta.

Di antara awal arteri subclavia dan perlekatan ductus arteriosus, lumen aorta bayi sedikit

menyempit, membentuk bangunan yang disebut sebagai isthmus aorticus, yang pada saat di

atas ductus arteriosus pembuluh membentuk dilatasi yang disebut aortic spindle.

3

Cabang-cabang —arcus aorta mempercabangkan 3 buah pembuluh darah: arteri

innominata, carotis comunis sinistra, dan subclavia sinistra.

Aorta desenden—dibagi menjadi dua bagian, thoracica dan abdominalis, saat melewati dua

rongga besar tubuh.

Aorta thoracalis—terdapat dalam cavum mediastinum posterior. Dimulai pada batas bawah

dari vertebra thoracic ke IV dimana ia merupakan lanjutan dari arcus aorta, dan berakhir di

depan batas bawah dari vertebra thoracic ke XII pada hiatus aorticus diafragma. Dalam

perjalanannya, ia terdapat di sisi kiri kolumna vertebralis; ia mendekati garis tengah saat

turun; dan, saat terminasinya berada tepat di depan kolumna vertebralis.

Batas-batas—anterior, dari atas kebawah, berbatasan dengan pangkal pulmo sinistra,

pericardium, esophagus, dan diafragma; posterior, dengan kolumna vertebralis dan vena

hemiazigos; sisi kanan, dengan vena azigos dan ductus thoracicus; sisi kiri, dengan pleurae

dan pulmo sinistra.

Cabang-cabang—aorta thoracalis mempercabangkan antara lain:

o Cabang pericardial (rami pericardiaci)—terdiri dari beberapa pembuluh kecil yang

terdistribusi pada permukaan posterior pericardium.

o Arteri bronchialis (aa. bronchiales)—bervariasi jumlah, ukuran, dan asalnya.

Terdapat aturan baku bahwa hanya satu arteri bronchialis dekstra yang berasal dari

aorta intercostalis pertama, atau dari arteri bronchialis sinistra superior. Arteri

bronchialis sinistra terdapat dua buah, dan berasal dari aorta thoracalis. Bagian

superior arteri bronchialis sinistra muncul berlawanan dengan vertebra thoracic ke

V, bagian inferior terdapat tepat di bawah bronchus sinistra. Tiap-tiap pembuluh

berjalan di bagian belakang masing-masing bronchus, bercabang di sepanjang tube

bronchus, memvaskularisasinya. Juga pada jaringan jaringan longgar pulmo,

limfonodi bronchialis, dan esophagus.

o Arteri esophageal (aa. æsophageæ)—terdapat empat atau lima jumlahnya, berasal

dari bagian depan aorta, dan turun oblik ke bawah menuju esophagus, membentuk

rantai anastomosis di sepanjang tube, beranastomosis juga di bagian atas dengan

cabang esophageal dari arteri thyroidea inferior dan di bagian bawah dengan arteri

phrenica inferior sinistra dan arteri gastrica inferior.

o Cabang mediastinal (rami mediastinales)—adalah sejumlah pembuluh kecil yang

mensuplai kelenjar limfe dan jaringan ikat longgar pada mediastinum posterior.

4

o Arteri intercostalis (aa. intercostales)—terdapat sembilan pasang arteri intercostalis

aorta. Mereka berasal dari bagian belakang aorta, arteri intercostalis dekstra lebih

panjang dibanding yang sinistra sesuai dengan posisi aorta yang disebelah kiri

vertebra. Tiap arteri dibagi menjadi ramus anterior dan posterior.

o Ramus anterior—tiap pembuluhnya ditemani dengan vena dan nervus, yang

pertama terdapat di atas dan yang terakhir terdapat di bawah arteri. Kecuali pada

bagian atas di mana nervus terdapat di atas arteri. Arteri intercostalis aorta yang

pertama beranastomosis dengan cabang intercostal dari truncus costocervicalis.

Dua arteri intercostalis bagian bawah berlanjut ke anterior dari spatium intercostalis

ke dinding abdomen, serta beranastomosis dengan arteri subcostalis, epigastrica

superior, dan lumbalis.

Aorta abdominalis —dimulai pada hiatus aortikus diafragma, di depan batas bawah dari

korpus vertebrae thoracic terakhir, dan, turun di depan kolumna vertebralis, berakhir pada

korpus vertebra lumbalis ke IV, sedikit ke kiri dari garis tengah tubuh, kemudian terbagi

menjadi dua arteri iliaca comunis. Aorta semakin berkurang ukurannya dengan semakin

banyak ia mempercabangkan pembuluh darah.

Batas-batas—aorta abdominalis dibatasi, anterior, oleh omentum minus dan gaster, di

belakang cabang dari arteri celiaca dan plexus celiaca; di bawah vena lienalis, pankreas,

vena renalis sinistra, bagian inferior dari duodenum, pleksus mesenterium dan pleksus

aortikus. Posterior, dipisahkan dari vertebrae lumbalis dan fibrokartilago intervertebrae oleh

ligamentum longitudinalis anterior dan vena lumbalis sinistra. Pada sisi kanan terdapat vena

azygos, cisterna chyli, ductus thorasikus, crus dekstra diafragma yang memisahkan aorta

dari bagian atas vena cava inferior dan dari ganglion celiaca dekstra; vena cava inferior

bersentuhan dengan aorta di bawahnya. Pada sisi kiri adalah crus sinistra diafragma,

ganglion celiaca sinistra, bagian ascending dari duodenum dan sedikit bagian intestinum.

5

Gambar 3. Jantung dan percabangan

Gambar 4. Potongan melintang setinggi vertebra TIV. A. Diagram. B. CT aksial

Lapisan arteri yang kontak langsung dengan darah adalah tunica intima, sering disebut

intima. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothelial. Berdekatan dengan lapisan ini

adalah tunica media, disebut juga lapisan media terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and

6

jaringan elastik. Lapisan paling luar disebut tunica adventitia atau adventitia, tersusun oleh jaringan

ikat.8 

Gambar 5. Histologi aorta (kanan: perbesaran lemah; kiri: perbesaran kuat)

III. EPIDEMIOLOGI

Sekitar 85% pasien ruptur aorta traumatik meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Pada

pasien-pasien mengalami ruptur aorta traumatik yang selamat pada kejadian awal, 71-84% bertahan

dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, 49% meninggal dalam 24 jam, dan 90% meninggal

dalam 4 bulan tanpa penanganan. Pengemudi sekitar 50% lebih rentan terkena ruptur aorta

traumatik dibanding penumpang.

Terlempar dari kendaraan meningkatkan resiko.

IV. ETIOLOGI DAN MEKANISME

Sebagian besar terjadi akibat tubrukan kendaraan bermotor. Mekanisme lain: auto versus

pedestrian, tabrakan pesawat, jatuh dari ketinggian >10 kaki, trauma ledakan, ledakan langsung

pada dada.

Ruptur aorta disebabkan kekuatan deselerasi yang besar ketika terjadi benturan dan

kemudian kekuatan tersebut didistribusikan secara tidak merata di sepanjang aorta, mengingat

pelekatan aorta pada struktur interna. Ligamentum arteriosum ”memfiksasi” aorta pada bagian

proksimalnya, sedangkan bagian bawah aorta bergerak bebas (mobile). Kekuatan pelambatan

menyebabkan tekanan pada bagian yang terfiksasi,letaknya tepat di sebelah distal cabang arteri

subklavia kiri; dengan demikian tunika intima aorta dapat terkoyak. Jika tunika adventisianya masih

utuh, hematom yang terdapat di dalamnya akan mencegah mengalir darah ke luar (eksanguinasi).

7

Peningkatan mendadak tekanan dapat melemahkan tunika adventisia, dan setiap waktu pasien dapat

mengalami perdarahan ke dalam mediastinum. Trauma akselerasi-deselerasi vertikal seperti jatuh

dapat menyebabkan robeknya aorta asendens dengan tamponade perikardial akut.

Mekanisme yang menyebabkan ruptur adalah: (1) shear forces dalam hubungannya dengan

segmen mobile arkus aorta dan aorta torakalis desendens (mis titik fiksasi pada ligamentum

arteriosum); (2) kompresi aorta dan pembuluh darah besar lainnya pada kolumna vertebralis; dan

(3) hiperekstensi intraluminal yang cukup besar selama momen tubrukan.

V. GEJALA KLINIS

Nyeri dada substernal

Kontusio dinding dada anterior

Nyeri midskapular

Sesak, disfagia, stridor, serak (akibat perluasan hematoma)

Murmur sistolik midskapular

Sindrom koarktasio akut:

o Hipertensi ekstremitas superior

o Meningkatnya amplitudo pulsus pada ekstremitas superior

o Penurunan amplitudo pulsus ekstremitas inferior

o Sianosis ekstremitas inferior

Paraplegia, anuria, atau nyeri iskemik ekstremitas yang disebabkan gangguan aliran darah

spinal. Paraplegia dapat disebabkan hipotensi atau ruptur aorta.

Pembengkakan leher (ekstravasasi darah)

Nyeri punggung dengan tanda abdomen akut

Trauma pada aorta desendens jarang terjadi. Trauma aorta desendens biasanya datang

dengan paraplegia, iskemia mesenterium, anuria, atau iskemia ekstremitas inferior.

VI. DIAGNOSA

Trauma tumpul vaskuler toraks , khususnya yang menimbulkan trauma pada aorta torakalis

desendens, dapat hanya memiliki presentasi yang samar pada sejumlah pasien. Riwayat-riwayat

yang mengarahkan adanya trauma pada pembuluh darah tersebut adalah: (1) riwayat kecelakaan

kendaraan bermotor atau auto-pedestrian crash dengan kecepatan lebih dari 40-45mph; (2) riwayat

8

deselerasi mendadak, khususnya pada pengemudi atau tempat duduk depan pada kecelakaan

kendaraan bermotor, (3) riwayat tubrukan lateral, (4) meninggalnya korban lain pada kecelakaan

yang sama.

Kebanyakan pasien awalnya hanya asimtomatik setelah kejadian. Oleh karenanya, trauma

harus dicurigai pada orang yang mengalami deselerasi atau tabrakan dengan kecepatan tinggi.

Sekitar 33% pasien dengan trauma tumpul pada aorta tidak memiliki bukti eksternal adanya trauma

pada toraks. Pemeriksaan fisis yang mendukung ke arah trauma pada aorta meliputi onset akut dari

hipertensi ekstremitas atas, perbedaan amplitudo pulsus antara ekstremitas atas dan bawah, dan

adanya murmur sistolik yang kasar di daerah prekordium atau interskapular.

Anamnesis yang tepat mengenai riwayat kombinasi fraktur unilateral kosta dan klavikula,

adanya pergeseran fraktur kosta I, fraktur bilateral kosta I, multipel fraktur kosta, flail chest, fraktur-

dislokasi sternum, fraktur-dislokasi vertebra torakalis inferior, atau paraparesis/paraplegia

merupakan indikasi pemeriksaan lebih lanjut walaupun mediastinum superior tidak melebar pada

pemeriksaan foto toraks. Namun pada kasus di mana tidak ditemukan pelebaran mediastinum,

fraktur isolasi yang sederhana dari kosta I bukan merupakan indikasi untuk aortogram toraks.

Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto toraks bila didapatkan:

a) Mediastinum iga yang melebar ( > 8 cm anteroposterior supine pada tingkatan arkus aorta, >

6cm posteroanterior tegak lurus, atau > 0,25 rasio perbandingan lebar medistinum dengan dada)

b) Fraktur iga I dan II

c) Trakea terdorong ke kanan

d) Gambaran aorta kabur

e) Penekanan bronkus utama kiri

f) Hemothorax sinistra, efusi pleura, pneumomedistinum

g) Gambaran pipa lambung (NGT) pada esofagus yang terdorong ke kanan

Pemeriksaan foto toraks merupakan alat skrining primer/pertama; memiliki sensitivitas yang

tinggi dan nilai prediktive negatif >90%, namun spesifisitasnya rendah.

Lebar bayangan mediastinum pada foto rontgen diukur di katub aorta. Biasanya pelebaran

mediastinum terjadi akibat perdarahan atau hematoma di sekitar aorta. Gambaran penting lainnya

pada foto rontgen toraks adalah obliterasi katub aorta. Foto telentang dapat menimbulkan distorsi

gambar mediastinum yang tampak lebih lebar daripada keadaan sebenarnya; foto anteroposterior

juga dapat menimbulkan pelebaran artifisial medistinum, khususnya jika tabung sinar-X

ditempatkan terlalu dekat dengan pasien ketika pengambilan foto dilakukan.

9

Ketika keputusan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan telah diambil pada pasien dengan

kemungkinan trauma tumpul vaskuler toraks, maka terdapat beberapa pilihan pemeriksaan meliputi

CT spiral atau heliks, transesophageal echocardiography (TEE), digital subtraction angiography

atau aortografi (DSA), dan conventional biplane aortography.

Aortografi: masih dipertimbangkan untuk menjadi standar diagnostik

Menunjukkan lokasi dan luasnya luka

Juga dapat mendiagnosis trauma pada pembuluh-pembuluh darah besar selain aorta

Dapat menimbulkan hasil negatif palsu pada kasus trombosis pada false lumen

Aortografi biasanya digunkan untuk menkonfirmasi hasil penemuan lainnya atau untuk

suatu penelitian yang masih samar

Aortografi telah dipertimbangkan menjadi gold standar untuk mendiagnosis kondisi ini.

Pemeriksaan ini merupakan prosedur aman dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (masing-

masing >90%). Pemeriksaan ini juga invasif, mahal, dan memakan waktu untuk prosedurnya,

namun tidak tersedia di semua institusi atau selama bukan jam kerja.

CT konvensional

Dapat dipertimbangkan pada pasien dengan hemodinamik stabil dengan kecurigaan rendah,

namun pada pemeriksaan foro thorax menunjukkan adanya kerusakan.

Gambar 6. Ruptur aorta. CT axial menunjukkan disrupsi aspek anterior aorta, dengan psuedoanuerisma (panah).

Helical CT-angiography

Pada pasien-pasien stabil

Angka prediktif negatif yang tinggi, namun dapat memiliki hasil positif palsu

10

Pengenalan penggunaan teknologi CT helikal telah menyebabkan penggunaan CT meningkat

sebagai metode alternatif untuk diagnosis. Ketersediaannya lebih luas, lebih cepat, dan biasanya

dapat diakses 24 jam sehari. Beberapa studi prospektif menunjukkan pemeriksaan CT helikal

memiliki sensitivitas 100% dan angka prediktif negatif 100% untuk mendiagnosis ruptur aorta

traumatik.CT helikal juga dapat mendiagnosa trauma intima yang samar yang terkadang tidak

didapatkan pada aortografi. Kekurangan utama dari CT helikal adalah spesifisitas yang rendah

(85%-98%) jika dibandingkan aortografi.

Trans esophageal Echocardiography:

Dapat dilakukan secara cepat di UGD

Menunjukkan gambaran istmus dengan baik

Tidak dapat memvisualisasikan aorta asendens distal atau arkus aorta dengan baik

Pasien dengan fraktur servikal, maxillofasial, atau trauma esofagus bukan merupakan

kandidat untuk menjalani pemeriksaan ini

Dapat mendeteksi trauma kardiak lainnya (kontusio kardiak, efusi perikardial, dll)

Terdapat data yang signifikan mengenai penggunaan TEE dalam mendeteksi ruptur dari

aorta torakalis atau brachicephalica. Keuntungan primer dari TEE adalah memungkinkan

pemeriksaan aorta torakalis dilakukan di area mana saja di rumah sakit, termasuk ruang gawat

darurat, operasi, atau ICU.

TEE merupakan modalitas diagnostik yang sangat sensitif untuk mengevaluasi ruptur aorta

traumatik. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil di

UGD. Namun karena keterbatasan operator maka peranannya dalam evaluasi akut dari trauma aorta

belum ditetapkan. Generasi terbaru helical CT-scan dapat menawarkan modalitas diagnostik yang

lebih cepat untuk traumatik aorta; namun, pemeriksaan angiografi masih merupakan gold standar.

MRI:

Memiliki akurasi yang tinggi, namun memiliki beberapa keterbatasan

Sulit jika digunakan untuk memonitoring

Pasien-pasien trauma biasanya memiliki alat bantu di mana hal ini menyebabkan pasien

tidak dapat memasuki alat dengan medan magnetik

11

Tidak secara luas digunakan dalam diagnosis ruptur aorta traumatik5

Gambar 7. Pada pemeriksaan foto thorax, hematoma mediastinal, dan pemeriksaan transesophageal echo menunjukkan ruptur aorta traumatik di distal dari arteri subklavia sinistra (Gambar 1A). Pemeriksaan CT scan menunjukkan ruptur aorta dan hematoma mediastinal dengan hemothorax bilateral (Gambar 1B-E). Jarak lesi dengan arteri subklavia sinistra 20mm (Gambar 1F). Pada pemeriksaan angiogram diketahui bahwa ruptur aorta telah tertangani, dengan tanpa ekstravasasi (Gambar 1G). CT scan postoperativ menunjukkan peletakan endograft yang sukses terpasang (Gambar 1H-J).

IX. PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS

Pembedahan terbuka merupakan gold standar. Prosedur terdiri dari jahitan sederhana pada

aorta (simply suturing the aorta) atau clamp-and-sew repair, dengan interposisi graft prostetik,

kadang menggunakan tambahan (adjunct) untuk mempertahankan perfusi aorta distal dan

12

membatasi akibat distal dari aortic cross-clamping. Mortalitas tindakan operasi bervariasi antara

8% hingga 15%, tergantung keparahan trauma yang bersangkutan.

Endovascular stent-grafts dapat dipasang pada saat melakukan pemeriksaan angiografi

lewat arteri femoralis kiri. Stent tersebut disisipkan serta diarahkan secara retrograd ke dalam aorta,

kemudian dilepas pada daerah aorta yang tepat untuk menutup defek atau lubangnya; stent ini akan

menggelembung dan membuka lubangnya sebagai respon terhadap aliran darah aorta. Stent-graft

yang kedua dapat ditempatkan saling menumpuk dengan yang pertama jika penutupan defek

tersebut belum memadai. Akan tetapi, pemasangan yang keliru akan membuat penekukan atau

penyumbatan aliran darah yang keluar dari aorta dan dapat menimbulkan permasalahan serius.

Stabilisasi awal

Mengikuti protokol penanganan trauma

Menghindari manuver yang dapat menimbulkan respon Valsava (gagging, straining)

Penanganan di UGD

Konsultasi yang sesegera mungkin dengan ahli trauma dan bedah thoraks

Terapi medis pada pasien hipertensi harus dimulai untuk menurunkan resiko ruptur

pseudoaneurisma:

Inotropik negatif (beta-blocker, seperti esmolol atau labetalol) untuk mencapai target

denyut jantung 60 ± 5 per menit; tekanan darah sistolik 100-120mmHg; tekanan darah

arteri rata-rata 70-80mmHg

Pada pasien di mana beta blocker dikontraindikasikan (sinus bradikardi, blok AV derajat 2

atau 3, CHF, bronkospasme), dapat digunakan calcium channel blocker.

Menambahkan vasodilator (nitroprusside sodium) jika dibutuhkan setelah pemberian

inotropik negatif

Untuk hipotensi, pemberian expansi volume, termasuk darah harus diberikan.

Untuk hipotensi yang mengalami refrakter membutuhkan vasopressor, norepinefrin, atau

fenilefrin, dengan penggunaan dopamin untuk memperbaiki perfusi ginjal.

Kateter vena sentral

Kateter yang memonitoring tekanan arterial

Sindrom koarktasio akut merupakan kontraindikasi relatif terhadap terapi antihipertensi

TEE dapat dilakukan di ruang operasi sementara dilakukan koreksi trauma abdominal.

13

Pasien dengan ruptur aorta traumatik tekanan sistoliknya tidak boleh melebihi 120 mmHg

atau dilakukan manuver valsava

Pemberian cairan harus dimonitoring dengan hari-hati

NGT harus dimasukkan dengan hati-hati untuk menghindari tersedak atau batuk pada

pasien.

Trauma ruptur aorta memiliki prognosis jangka pendek yang sangat buruk dan untuk alasan

ini, aortografi darurat harus segera dilakukan.

Ruptur aorta merupakan kedaruratan bedah. Bagian aorta yang mengalami ruptur

digantikan dengan graft prostetik. Komplikasi dari ruptur aorta umumnya meliputi kegagalan multi-

organ, gagal ginjal akut, dan masalah pernapasan seperti pneumonia.

14

DAFTAR PUSTAKA

Hobson RW et al. Vascular Trauma. In: Vascular Surgery Principles and Practice. 3rd ed.

New York: Marcell Dekker; 1994. p. 1054-65.

Wilson WC et al. Transesophageal Echocardiography for Trauma and Critical Care. In:

Trauma Critical care Vol 2. New York: Informa Health Care; 2007. p. 396-8.

John Ma O et al. Cardiothoracic Trauma. In: Emergency Medicine Manual. 6th ed.

New York: McGraw-Hills; 2007.

Chung JC. Chest Trauma. In: Emergency Medicine Secrets. 3rd ed. p. 487.

15