Ruptura Uteri

download Ruptura Uteri

If you can't read please download the document

description

dgfhtbdgfnhg

Transcript of Ruptura Uteri

RUPTURA UTERI

PengertianRuptura uteri adalah robekan dinding rahim akibat dilampaunya daya regang (Mochtar, 2011)

Klasifikasi Ruptur Uteri1) Menurut waktu terjadinya :a) Ruptura uteri gravidarum : Terjadinya pada waktu hamil, sering berlokasi pada korpusb) Ruptura uteri durante partum : Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada segmen bawah rahim, jenis inilah yang sering terjadi.2) Menurut lokasinya :a) Korpus UteriBiasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi, seperti seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.b) Segmen bawah rahim (SBR)Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju). SBR semakin lama semakin regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptura uteric) Serviks UteriBiasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep atau versi, sedang pembukaan belum lengkap3)Menurut robeknya peritonium :a) KompletaRobekan pada dinding uterus berikut peritoniumnya (perimetrium). Sehingga terdapat hubungan langsung antara rongga dan rongga uterus dan bahaya peritonitisb) InkompletaRobekan otot rahim tetapi peritoneum tidak ikut robek. Perdarahan terjadi subperitonium dan bisa meluas sampai ke ligamentum latum (Mochtar, 2011).

Etiologi ruptura uteriMenurut etiologinya ruptura uteri dapat dibagi 21) Ruptura uteri SpontaneaKarena dinding rahim yang lemah dan cacat dan dikarenakan peregangan yang luar biasa dari rahim2) Ruptura uteri violentaTrauma karena tindakan dan trauma lain seperti ekstraksi forsep. Versi dan ekstraksi forsep. Versi dan ekstraksi, embriotomi, manual plasenta, kuretase (Mochtar, 2011).Patofisiologi ruptura uteriPada umumnya rahim dibagi atas dua bagian besar yaitu korpus uteri dan serviks uteri. Batas keduanya disebut ismus uteri (2-3) pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira +20 minggu, dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, maka mulailah terbentuk segmen bawah rahim (SBR) ismus ini.Batas antara partus yang kontraktil dan segmen bawah rahim yang pasif disebut lingkaran daribandl. Lingkaranbandlini dianggap fisiologik bila terdapat tanda 2 3 jari di atas simfisis, bila meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya ruptura uteri mengancam (RUM).Ruptura uteri disebabkan oleh regangan yang luar biasa dari rahim. Sedangkan kalau uterus telah cacat, mudah di mengerti, karena adanyalokus minoris resistens.Rumus mekanisme terjadinya ruptura uteri :R = H + ODimana : R = Ruptura H = His kuat (tenaga) O = Obstruksi (halangan)Pada waktu inpartu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetapi pasif dan cervix menjadi lunak (effacementdan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka SBR yang pasif ini akan tertarik ke atas, menjadi bertambah regang dan tipis. Lingkaran Bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR tadi Ruptura Uteri.

Tanda dan Gejala Ruptura Uteri1) Tanda dan gejala akan terjadinya ruptura uteri antara lain :a) Gelisah, nafas dan nadi meningkatb) Perut bagian bawah terasa sakitc) Ligamentum rotondum tegangd) Terdapat lingkaran bandl mendekati pusate) Pada pemeriksaan dalam bagian janin terendah sulit didorong ke atasf) DJJ tidak teratur

Diagnosis Ruptura UteriDiagnosis banding ruptura uteri adalah solusio plasenta, plasenta previa dan ruptura uteri (Mochtar, 2011).

Komplikasi Ruptura UteriKomplikasi-komplikasi yang perlu diantisipasi meliputi fistula vesikovagina atau rektovagina yang disertai inkontinensia, infeksi sekunder yang disertai abses atau septikemia atau keduanya dan berkaitan dengan cedera tulang pelvis usus, kandung kemih dan kavum peritoneum.

Penanganan Ruptura UteriPenanganan ruptura uteri memerlukan tindakan spesifik dan hanya mungkin dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah (Manuaba, 2010).Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan transfusi darah, kardiotonika, antibiotika dan sebagainya. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparotomi dengan tindakan jenis operasi (Mochtar, 2003).Segera setelah diagnosis ditegakkan dilakukan persiapan untuk pembedahan. Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. Setelah luasnya perlukaan ditentukan. Ahli bedah dapat memilih antara memperbaiki kerusakan uterus dengan melakukan histerektomi.Keputusan tersebut berdasarkan pada :1) Tempat ruptur2) Sifat robekan3) Luasnya perdarahan4) Penyebab perdarahan5) Penyebab ruptur6) Adanya parut uterus7) Stadium kehamilan8) Keadaan umum pasien9) Keinginan pasien untuk hamil di kemudian hari

Bila robeknya halus beraturan dan tidak terlalu rapuh, tindakan yang dilakukan cukup dengan perbaikan, tapi bila robekan tidak beraturan, zig zag, edema dan rapuh pilihan penanganan satu-satunya adalah dilakukannya histerektomi.