RUPTUR DIAFRAGMA
-
Upload
boetik-alifia -
Category
Documents
-
view
593 -
download
5
Transcript of RUPTUR DIAFRAGMA
![Page 1: RUPTUR DIAFRAGMA](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082316/55721304497959fc0b916a63/html5/thumbnails/1.jpg)
RUPTUR DIAFRAGMA
3% - 7% rupture atau laserasi diafragma terjadi pada pasien dengan trauma
tumpul dan 6% - 46% pada trauma tajam thoracoabdominal. Kebanyakan dari
cedera itu tidak terdiagnosa dengan cepat pada posttrauma karena biasanya tidak
membahayakan jiwa, dank arena tanda dan gejala pada pemeriksaan klinis
(dispneu, nyeri abdomen, penurunan suara nafas, dan perkusi yang redup pada
basis paru) serta temuan radiografi (efusi pleura, definisi kurang tegas, dan elevasi
diafragma) biasanya tidak spesifik dan frekuensi yang ditnjukkan oleh preses
tersebut, umumnya tidak dapat diperhitungkan.
Jika rupture tidak terdiagnosa dan tertangani dengan segera, pasien akan
masuk ke periode laten dalam beberapa bulan sampai tahun. Selama itu, pasien
menunjukkan gejala asimptomatis yang tidak lengkap, atau mungkin terasa
gangguan traktus gastrointestinal yang samar-samar, atau gejala cardiopulmonal
yaitu gejala cholecystitis, gastritis, angina dan lain-lain. Radigrafi dada di dalam
periode ini biasanya abnormal, tapi pada periode akut keabnormalannya biasanya
tidak spesifik dan frekuensinya dianggap seperti penyakit lain. Diagnosa pada saat
itu biasanya serendipitous.
Banyak pasien tidak pernah berkembang ke periode laten tapi itu tidak
menunjukkan laserasinya secara spontan. Gradasi tekanan yang normal terjadi
antara peritoneal dan ruang antar pleura (tekanan intraperitoneal positif, tekanan
intrapleural negative) sehingga memperpanjang perbaikan secara progresif pada
laserasi diafragma dan berlanjut ke herniasi intraabdominal selanjutnya masuk ke
thorax.Sesungguhnya struktur herniasi -terutama lambung, usus kecil dan colon-
menjadi terperangkap di thorax dan pasien masuk ke rupture diafragma tahap
obstruksi.
Tahap obstruksi pada rupture diafragma biasanya terjadi dalam 3 tahun
sejak kejadian awal. Secara klinis, pasien yang menunjukkan tanda dan gejala
yang diduga dari intraabdominal (obstruksi usus,infark) atau intrathorax (infark
miokard dan emboli paru) merupakan malapetaka. Ruptur diafragma dengan
herniasi intrathorax dan inkarserasi organ abdominal biasanya tidak terduga
karena episode dari trauma itu sekarang tidak disebut lagi atau tidak ada
pertimbangan yang relevan.
1
![Page 2: RUPTUR DIAFRAGMA](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082316/55721304497959fc0b916a63/html5/thumbnails/2.jpg)
Temuan radiology seperti kepadatan di basis, efusi pleura atau elevasi
hemidiafragma, sekali lagi, biasanya tidak spesifik dengan perubahan radiografi
pada atelektasis di lobus bawah atau pneumonia atau dengan infark paru. Jika
diagnosa dan terapi tidak tepat diberikan saat itu, infark usus, sepsis, syok, dan
kematian mungkin terjadi. Petunjuk diagnosanya termasuk obstuksi colon dan
usus halus atau gejala ketidaknyamanan pada pasien dengan bukti radiografi yaitu
atelektasis basis atau pneumonia atau efusi pleura yang tak terdeteksi.
Diagnosa dan terapi dini dari ruptur diafragma dibutuhkan, sejak operasi
perbaikan lebih mudah, saat fibrosis belum terbentuk di daerah cedera dan sejak
morbiditas serta mortalitas pada tahap laten dn obstruksi dapat dihindari. temuan
klinis biasanya tidak cukup membantu, tidak terdengarnya suara usus di thorax,
14%-40% pada lavage peritoneal sering memberikan hasil diagnostic yang
negatif. Diagnosa biasanya diduga ada ketidaknormalan basis pada radiografi dada
atau saat akan dilakukan laparotomi. Walaupun laparotomi adalah tes terbaik yang
dapat digunakan untuk mendiagnosa laserasi diafragma, meski tidak sensitif
100%. Sebagian kecil dari diafragma dapat hilang, terutama jika mereka tidak
aktif sebaiknya dicari dengan teliti. Ruptur diafragma sebaiknya tidak dianggap
mudah untuk disingkirkan setelah dilakukan laparotomi. Jika temuan radiologi
menduga suatu diagnosa, ahli bedah dan ahli radiologi harus memberikan dan
memutuskan, sementara dilakukan evaluasi lebih lanjut, termasuk mengulangi
laparotomi seharusnya perlu dipertimbangkan.
75%-95% pasien dengan rupture diafragma mempunyai radiografi dada
abnormal, tapi hanya 17%-40% yang mempunyai dugaan kuat pada temuan
radiografi. Diagnosa abnormal dalam foto polos radiografi menunjukkan “gas
bubbles” (lambung atau usus) di thorax dan displace superior dari penampakan
intragastic nasogastric tube dalam ruang pleura. Tidak spesifik namun diduga
temuan radiografi itu termasuk efusi pleura yang tidak terdeteksi, kepadatan di
basis yang tetap yaitu menyerupai atelektasis atau massa supradiafragma,
ketidakmampuan secara tetap untuk menggambarkan diafragma, bentukan
diafragma yang bergumpal-gumpal atau tidak beraturan, dan fraktur dari tulang
iga bagian bawah serta ceera pada spleen dan liver.
Saat abnormalitas terdeteksi dengan tepat pada pemeriksaan akut,
laparotomi biasanya dilakukan untuk memastikan diagnosa dan untuk
2
![Page 3: RUPTUR DIAFRAGMA](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082316/55721304497959fc0b916a63/html5/thumbnails/3.jpg)
memperbaiki kerusakan. Menurut pengetahuan penulis, yang terbaik atau jalan
yang paling efisien untuk mengevaluasi pasien dengan temuan radiografi yang
tidak spesifik dan tidak didapatkan riwayat klinis yang tepat. 4 tipe pengetahuan
yang digunakan untuk mendiagnosa ruptur diafragma, yang pertama
menggambarkan pergerakan diafragma yang abnormal (fluoroskopi), yang kedua
menggambarkan hubungan bebas antara peritoneal dengan ruang pleura (diagnosa
pneumoperitoneal, radionuclide peritoneografi), yang ketiga menggambarkan
pergeseran intrathoracal dari organ abdominal (penelitian barium enema,
penelitian gastrointestinal barium, liver scan,CT) dan keempat menggambarkan
diafragma secara langsung dan dapat menunjukkan area dari ruptur atau laserasi
(CT, US, MRI).
Gambaran fluoroskopi dari diafragma abnormal merupakan nilai
diagnostic yang kecil, sejak paralysis dan parese diafragma dapat disebabkan oleh
proses inflamasi subprenichus, penyakit parenkim dan pleura serta gangguan
nervus prenichus, seperti halnya dengan cedera langsung diafragma.
Persamaannya, keduanya merupakan penelitian mengenai
pneumoperitoneum diagnostik – yang dilakukan dengan menginjeksikan karbon
dioksida ke dalam kavum peritoneum untuk memaksa terjadinya pneumothorax –
dan radionuclide peritoneografi – dilakukan dengan menginjeksikan technium
99m – yang menandai albumin makroagregasi ke dalam kavum peritoneum
kemudian thorax dibaca untuk mencari bukti perpindahan radionuclide ke ruang
pleura – hal itu mempunyai nilai klinis yang kecil. Hasil false negatif terjadi pada
20%-50% dari penelitian pneumoperitoneum diagnostik , hal itu kemungkinan
karena lemak omentum atau organ dalam abdominal, kemungkinan kecil, dari
lubang di diafragma. Pada penelitian false positif juga mungkin terjadi, sejak
hubungan peritoneal pleura merupakan kejadian rutin dan alami terjadi
kekosongan difragma bukan karena trauma. Terakhir, cairan atau gas yang masih
tersisa diinjeksikan di peritoneum untuk prosedur tambahan, perforasi usus adalah
komplikasi yang potensial dari tindakan ini, dan tension pneumothorax serta
emboli udara keduanya merupakan konsekuensi dari penelitian
pneumoperitoneum diagnostik ini.
Lambung dan colon adalah organ yang paling sering mengalami herniasi
ke thorax apabila terjadi ruptur hemidiafragma kiri. Radiografi polos dada dan
3
![Page 4: RUPTUR DIAFRAGMA](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082316/55721304497959fc0b916a63/html5/thumbnails/4.jpg)
abdomen seringkali diperlukan untuk menunjukkan terjadinya perpindahan gas
yang mengisi lambung atau usus yang terjerat dalam thorax, dan misalnya untuk
pemasangan selang nasogastric , cairan lambung yang mengisi ke dalam thorax
dapat dikenali hanya dengan penilitian yang sederhana. Bahan-bahan kontras –
dapat ditingkatkan untuk penelitian pada lambung, usus halus, dan colon untuk
menunjukkan lokasi herniasi dari organ abdominal di dalam thorax yang
mempunyai arti diagnostic yang jelas/nyata. Kekurangan dari penelitian ini adalah
tidat menilai diluar rupture diafragma, sejak kekurangan pengujian mempunyai
arti yang kecil mengenai struktur abdominal selain lambung, usus besar, usus
kecil yang mengalami robekan masuk ke thorax. Kelihatannya tidak adanya
kontras di gastrointestinal bagian atas- penelitian menambahkan ketika hanya
bagian fundus dari lambung mengalami herniasi ke dalam thorax. Dalam situasi
ini, bahan kontras masih dapat mengalir tanpa halangan dari esophagus melalui
esophagogastic junction masuk ke cardia, badan, dan antrum dari lambung, dari
sana masuk ke dalam usus kecil (tanda “amputated fundus”). Oleh karena itu
sangat penting,kontras pada gastrointestinal bagian atas menginterpretasikan-
penelitian menambahkan untuk memastikan bahwa fundus lambung diperlihatkan
secara adekuat sebelum memutuskan bahwa herniasi lambung tidak terjadi.
Rupture diafragma bagian kanan, sekali lagi harus difikirkan
kemungkinannya hanya 10% dari seluruh rupture diafragma, kemungkinan
terjadinya mempunyai frekuensi yang sama dengan ruptur diafragma bagian
kanan. Hal itu hanya lebih sering “silent” secara klinis” dan secara keseluruhan,
lebih sulit untuk didiagnosa. Kontras-mempunyai nilai kecil meningkatkan
penelitian, hal itu sejak hepar menjadi organ yang umumnya sering masuk melalui
lubang di hemidiafragma kanan. Pembacaan radionuclide pada spleen dan lien
mungkin memberikan informasi yang tidak spesifik mengenai perpindahan dari
cranial liver. Bagaimanapun, jika mereka menunjukkan bentuk hepar seperti nyala
api di bawah difragma, membatasi untuk membentuk pinggang yang relatif
photopenic melalui robekan, kemudian nampak nyala api lagi di atas diafragma,
maka didiagnosa rupture hepar dengan herniasi harus diduga dengan kuat.
CT scan jarang menunjukkan robekan di diafragma secara actual karena
gambar thoracoabdominal CT yang diperoleh hanya pada potongan axial.
Beberapa penemuan pada CT dengan rupture diafragma misalnya pergeseran
4
![Page 5: RUPTUR DIAFRAGMA](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082316/55721304497959fc0b916a63/html5/thumbnails/5.jpg)
struktur abdomen ke superior dan menunjukkan organ abdominal lateral, sebai
ganti medial, untuk diafragma biasanya diduga, bukan didiagnosa.
Sonografi, sarana gambar yang dilengkapi dengan jumlah/nomor yang
hampir tanpa batas, dapat digunakan untuk menunjukkan diafragma secara
langsung san dapat memperlihatkan gangguan secara nyata. Hal ini terutama
sangat berguna untuk mengevaluasi pasien yang diduga rupture hemidiafragma
kanan, selama hepar membentuk jendela akustik yang sempura. Pada pasien yang
gemuk, pasien dengan luka yang sangat besar pada seluruh tubuh atau emfisema
subcutan yang luas dan pasien dengan cedera dinding dada yang sangat nyeri pada
jaringan lunak atau tulang, sering kali tidak dapat dievaluasi secara adekuat
dengan US.
MRI saat ini telah digunakan untuk mendiagnosa rupture diafragma. MRI
mempunyai kemampuan untuk memperoleh gambaran langsung secara coronal,
axial, sagital yang mempunyai keuntungan utama yaitu, ketika digabungkan
dengan perbedaan kontras pada jaringan di atasnya pada MRI, yang akan memberi
gambaran dasar dalam pemilihan diagnosa untuk rupture diafragma yang
disebabkan oleh trauma. Seringnya pengalaman dengan MRI pada situasi seperti
ini diperlukan sebelum rekomendasi yang sah dibuat mengenai penggunaannya.
5