Rumusan Masalah Dhila Joned

43
RUMUSAN MASALAH MAKALAH Digunakan guna memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi Oleh: DHILA JONED 110210302033 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Transcript of Rumusan Masalah Dhila Joned

RUMUSAN MASALAH

MAKALAH

Digunakan guna memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi

Oleh:

DHILA JONED 110210302033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya maka,

penulisan makalah yang berjudul Jenis Penelitian, untuk memenuhi tugas matakuliah

Metodologi Penelitian Bidang Studi dapat diselesaikan.

Penulisan makalah ini, dilakukan untuk menjelaskan mengenai rumusan

masalah penelitian. Dalam prakteknya permasalahan yang kemudian dirumuskan

dalam rumusan masalah merupakan hulu dari suatu penelitian. Diharapkan makalah

ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan sumber informasi

tentangrumusan masalah penelitian bagi pembaca.

Tidak ada gading yang tak retak, maka dengan segenap kerendahan hati

penulis mohon kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi

penulis dan pembaca dalam memahami jenis penelitian.

Terima kasih.

Jember, 10 Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………. i

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1

1.3 Tujuan ..................................................................... 2

BAB 2. PEMBAHASAN ..................................................................... 3

2.1 Pengertian Rumusan Masalah ................................. 3

2.2 Sumber Memperoleh Masalah ................................. 5

2.3 Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah ............................................. 6

2.4 Karakteristik Rumusan Masalah yang Baik ................................... 7

2.5 Merumuskan Masalah ................................. 19

BAB 3. PENUTUP ..................................................................... 21

3.1. Kesimpulan ..................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti

aturan-aturan metodologi ilmiah misalnya observasi secar sistematis, dikontrol, dan

ikut mendasrkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada .Dalam

kehidupan manusia atau kehidupan kita sehari-hari banyak sekali permasalahan,

tetapi para peneliti khususnya peneliti muda menemui kesulitan dalam

mengidentifikasi permasalahan yang benar-benar layak untuk dijadikan penelitian.

Mencari bentuk permasalahan penelitian memang sangat sulit dan penting bagi para

peneliti, sebelum melangkah pada langkah kegiatan selanjutnya. Kesulitan tersebut

masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana

mencari permasalahan penelitian.

Berdasarkan fenomena diatas, maka makalah ini disusun untuk memaparkan

tentang rumusan masalah penelitian. Yang bertujuan untuk membantu para peneliti

untuk mengetahui bagaimana memilih dan merumuskan masalah yang benar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa arti dari rumusan masalah?

2. Darimana sumber memperoleh masalah?

3. Bagaimana bentuk-bentuk dari rumusan masalah?

4. Bagaimana karakteristik rumusan masalah yang baik?

5. Bagaimana cara merumuskan masalah?

1.3 Tujuan

Dari penjabaran rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian rumusan masalah.

2. Mahasiswa dapat mengetahui sumber untuk mendapatkan masalah.

3. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk rumusan maslah.

4. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik perumusan masalah yang baik.

5. Mahasiswa dapat mengetahui cara menyusun rumusan masalah.

BAB II. PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk mendapat data yang antara yang

dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Karena itu, setiap penelitian haruslah

brangkat dari masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Emory (dalam Sugiyono

2004:52) bahwa, “Baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari

masalah”. Untuk itu perlu kiranya memahami terlebih dahulu pengertian dari masalah

penelitian.

Permasalahan adalah suatu kesenjangan antara harapan dengan kenyataan,

perundang-undangan dengan pelaksanaan, peraturan dengan implementasinya, teori

dengan praktik, sehingga menarik minat dan perhatian untuk diteliti (Kartika, 2008).

Sedangkan pengertian masalah penelitian menurut Notoatmodjo secara umum dapat

diartikan sebagi suatu kesenjangan antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi

tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang

seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.

Menurut John Dewey, (1993); Kerlinger, (1989) mengidentifikasikan bahwa,

permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam

maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang

menghalangi tercapainya tujuan. Permasalahan dapat pula diartikan sebagai sesuatu

yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena sesuatu hal

target tidak dapat tercapai. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak tercapainya target

disebut masalah. Permasalahan dapat pula diartikan sebagai jarak antara sesuatu yang

diharapkan dengan sesuatu kenyataan yang ada.

Selain pengertian permasalahan yang dijabarkan oleh Notoatmodjo dan John

Dewey, beberapa ahli juga menerangkan pengertian permasalahan penelitian

diantaranya sebagai berikut :

a. Vredenbreght (1978)

Masalah rancangan penelitian mempunyai tujuan untuk memberikan suatu

pertanggung jawaban terhadap semua langkah yang akan diambil dalam rangka

menyelesaikan suatu masalah secara efektif. Dengan demikian maka setiap penelitian

didasarkan atas suatu masalah dan pada perumusan masalah tersebut dapat dipakai

sebagai titik tolak untuk mengadopsi beberapa pendekatan yang berbeda-beda.

b. Leedy (1980)

Membedakan antara permasalahan yang tidak dapat diteliti dan permasalah

yang dapat diteliti. Permasalah yang tidak dapat diteliti adalah permasalahan yang

tidak memiliki metode ilmiah untuk menjawabnya, sedangkan permasalahan yang

dapat diteliti adalah permasalahan yang mempunyai metode ilmiah untuk

menjawabnya.

c. Mantra (1998)

Permasalah penelitian adalah suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya

dan apa yang ada dalam kenyataan, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

d. Yunus H.S (2010)

Permasalahan penelitian adalah suatu gejala tertentu yang memerlukan

jawaban ilmiah untuk menjelaskannya. Dengan demikian didalamnya terkandung

makna bahwa untuk menjelaskan ketersediaan metode ilmiah

e. Sekolah Pascasarjana UGM (2011)

Permasalah penelitian memuat penjelaskan mengenai alasan mengapa

masalah yang dikemukakan dalam usulan penelitian itu dipandang menarik, penting,

dan perlu diteliti. Selain itu, juga diuraikan kedudukan masalah yang akan diteliti

secara lebih komprehensif dan lebih luas.

f. Sugiyono, masalah merupakan suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan

dengan apa yang terjadi,

Merujuk pendapat Sugiyono rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan

yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Sedangkan M. Natsir

berpendapat rumusan masalah juga merupakan hulu dari suatu penelitian dan

merupakan langkah yang penting serta pekerjaan yang sulit dalam suatu penelitian.

Dari beberapa pengertian masalah dan rumusan masalah di atas maka dapat

disimpulkan bahwa rumusan masalah adalah suatu pertanyaan-pertanyaan pemandu

yang akan dijabarkan dasar atau landasan bagi seorang peneliti guna mendapatkan

jawaban dari suatu masalah yang telah diangkat sebelumnya dalam suatu penelitian.

2.2 SUMBER MEMPEROLEH MASALAH

Memilih masalah penelitian merupakan langkah awal dari suatu kegiatan

penelitian. Bagi seseorang yang belum berpengalaman melakukan kegiatan

penelitian, menentukan atau memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah atau

dengan kata lain merupakan pekerjaan yang sulit. Masalah masalah tersebut datang

dari berbagai arah contohnya diperoleh dari kehidupan sehari-hari, membaca buku,

ataupun mendapat inspirasi dari orang lain. Akan tetapi masalah yang paling baik

adalah masalah yang dating dari diri sendiri, sehingga akan memperoleh dorongan

untuk mendapatkan jawaban dari masalahnya. Dengan demikian penelitian akan

berjalan sebaik-baiknya karena penelitian menghayati dan mendalami masalahnya

(Nazir, 199:111).

Berkaitan dengan penelitian yang bersifat pendidikan Sumber masalah berasal

dari beberapa arah, antara lain:

a. Fenomena pendidikan di ruang kuliah, di sekolah, dan di masyarakat. Bagi

mereka yang jeli, penuh imajinasi, serta kuat rasa ingin tahunya tempat-tempat seperti

kampus, sekolah dan masyrakat merupakan gudang dari berbagai sumber masalah.

b. Perubahan teknologi dan pengembangan kurikulum, yang tentunya

mengandung berbagai problem baru dan kesempatan baru bagi peneliti. Inovasi-

inovasi pendidikan telah ikut memajukan pengelolaan kelas, bahan dan prosedur

belajar, dan penggunaan alat-alat serta perlengkapan teknik, kesemuanya perlu

dilakukan evaluasi secara teliti melalui penelitian.

c. Pengalaman-pengalaman akademisi, seharusnya bisa menstimulir sikap

bertanya terhadap berbagai praktek pendidikan yang berlaku luas di masyarakat.

Sumber-sumber khusus seperti enseklopedia atau tesis, publikasi tentang penelitian,

pengajaran, serta bahan-bahan/publikasi serta lainnya, kesemuanya merupakan

sumber-sumber yang kaya bagi mereka yang mengupayakan pencarian masalah

penelitian

d. Berkonsultasi dengan dosen-dosen pengajar, dosen-dosen penasehat, juga

seorang guru besar juga berguna dan merupakan sumber dalam rangka menemukan

masalah penelitian. Para dosen relatif lebih berpengalaman dalam penelitian tentunya

layak diminta pertimbangan dalam proses mencari dan menemukan masalah

penelitian. Konsultasi dimaksutkan untuk membantu mahasiswa guna meminimalkan

rasa was-was atau bimbang yang berkaitan dengan masalah penelitian.1

2.3 BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH

Berkaitan dengan perumusan masalah ada beberapa jenis-jenis permasalahan

yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam penelitian. Jenis-jenis masalahah atau

problema terdiri dari:Permasalahan dalam penelitian sering pula dengan istilah

problema atau problematik. Secara garis besar, penelitian mempermasalahkan

fenomena atau gejala yang kemudian digolongkan menjadi 3 problema yaitu :

a. Permasalahan Deskriptif

Permasalah deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan

pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau

lebih ( variabel yang berdiri sendiri) atau problema untuk mengetahui status dan

mendeskripsikan fenomena. Sehubungan dengan jenis permasalahan ini terjadilah

penelitian deskriptif (termasuk di dalamnya survei), penelitian historis dan filosofis.

Contoh : Seberapa tinggi efektifitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran?

b. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema

Komparasi).

Permasalahan komparasi adalah permasalahan yang yang bersifat

membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang

berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti berusaha

1 John. W. Best, Metodologi Penelitian Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, hlm 52-56

mencari persamaan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari adanya persamaan

dan perbedaan yang ada.

Contoh : Adakah perbedaan kemampuan dan disiplin kerja antara guru sekolah

swasta dengan guru sekolah negeri?

c. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi).

Permasalahan korelasi adalah suatu permasalahan yang bersifat hubungan

antara dua variabel atau lebih.

Contoh :

1. Adakah hubungan banyaknya peminat calon mahasiswa masuk pendidikan

sejarah UNEJ dengan panen raya para petani? (korelasi sejajar)

2. Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru

terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (korelasi

klausal/sebab akibat)

3. Adakah hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan? ( korelasi timbal balik).

(Arikunto, 1996:28-29).

2.4 Karakteristik Masalah Penelitian Yang Baik

Masalah merupakan titik tolak untuk melakukan sebuah penelitian, akan tetapi

tidak semua masalah yang ditemui layak untuk diteliti. Hal ini sependapat dengan

Anggoro, yang mengatakan bahwa “ walaupun masalah merupakan titik tolak untuk

melakukan penelitian, namun tidak semua masalah dapat dijadikan objek untuk

diteliti”. Karenanya sebelum seorang peneliti dapat merumuskan masalah dalam

penelitiannya, mka ia terlebih sahulu harus mengidentifikasi dan memilih masalah-

masalah tersebut dengan memperhatikan ciri-ciri dari suatu masalah yang baik

sehingga masalah yang akan diangkat nantinya benar-benar layak untuk diteliti.

Secara fungsional masalah penelitian mempunyai arti penting bagi para peneliti.

Masalah penelitian dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan di lapangan.

Mengingat pentingnya posisi tersebut para peneliti dianjurkan untuk mengetahui ciri-

ciri permasalahan yang baik serta layak untuk diteliti. Beberapa karakteristik menurut

Sukardi, (2007) adalah sebagai berikut:

1. Dapat Diteliti

Suatu permasalahan dapat dikatakan diteliti atau researchable, apabila

masalah tersebut dapat diungkapkan kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan

kemudian dianalisis. Beberapa cara memperoleh jawaban melalui mencari informasi:

a. Bertanya kepada responden; dengan melakukan wawancara, dengan orang-

orang yang terlibat langsung, para pimpinan dikantor, tenaga kerja, atau

para pakar yang menguasai bidang ketenagakerjaan.

b. Melakukan observasi langsung diamana para pencari kerja berada; yaitu

ditempat-tempat pendaftaran tenaga kerja baik di Kabupaten maupun di

provinsi terdekat.

c. Melakukan studi kepustakaan dengan buku, selebaran, dan dokumentasi

lain yang berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja

d. Menggunakan angket dan menyebarkannya kepada responden yang terkait.

2. Mempunyai Kontribusi Signifikan

Maslah penelitian mempunyai kontribusi nyata, masalah penelitian dikatakan

baik jika itu mempunyai manfaat bagi peneliti yang bersangkutan maupun bagi

masyarakat pada umumnya. Ada 2 manfaat yang perlu diperhatikan dalam

mengidentifakasi masalah. Kedua masalah itu, yaitu manfaat teoritis yang berkaitan

erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan yang kedua, yaitu manfaat praktis

yang langsung dapat digunakan atau dirasakan oleh masyarakat

3. Dapat Didukung Dengan Data Empiris

Karakteristik yang ketiga yang juga penting untuk dipertimbangkan adalah

fenomena masalah tersebut dapat diukur baik secara kuantitatif maupun secara

empiris. Ukuran empiris atau ukuran yang didasarkan pada fakta yang dapat

dirasakan oleh orang yang terlibat mempunyai peranan penting. Karena dukungan

data empiris memberikan hubungan yang erat antara fakta dan konstruk suatu

fenomena. Permasalahan akan menjadi lebih kuat lagi perlunya untuk didukaung

dengan data empiris, jika peneliti ingin mendudukkan penelitian kuantitatif lebih

mendasarkan pada sesuatu variabel yang harus didasarkan hukum positif, empiris,

dan terukur. Permasalahan yang tidak didukung dengan data empiris dan tidak dapat

diukur hanya jatuh pada kategori common sense yang sulit untuk ditindaklanjuti

dalam proses pengumpulan data.

4. Sesuai Dengan Kemampuan dan Keinginan Peneliti

Karakteristik yang menganjurkan perlunya peneliti menyesuaikan

kemampuan dan sesuai dengan keinginannya. Permasalahan yang mempunyai tiga

karakteristik diatas akan memberikan keyakinan untuk dapat meneliti dan

mengumpulkan data pendukung. Sedangkan karakteristik terakhir memberikan

kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan di lapangan akan berhasil, karena

data yang ada di lapangan dan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan dan

kemudian menganalisisnya sampai hasil penelitaian dapat diperoleh. Keinginan

penulis juga mempunyai peranan penting dalam mendukung terselesaikannya

penelitian. Karena penelitian adalah kegiatan yang menyangkut kemampuan, dan

kemampuan tanpa ada kemauan mungkin saja proses penelitian berlarut-larut dan

akhirnya merugikan si peneliti sendiri.

Menurut Nana Syaodih, 2005 mengemukakan karakteristik permasalahan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Obyektifitas

Penelitian harus memiliki obyektivitas baik dalam karakteristik maupun

prosedurnya. Obyektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan

subyektivitas. Dalam prosedurnya, penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan

analisis data yang memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat

dipertanggungjawabkan. Obyektivitas juga menunjukkan kualitas data yang

dihasilkan dari prosedur yang digunakan, yang dikontrol dari bias dan subyektivitas

2. Ketepatan

Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (Precision), secara teknis

instrumen pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan realibilitas yang

memadai, desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik analisisnya tepat.

3. Vertifikasi

Penelitian dapat divertifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang

dengan cara yang sama atau berbeda. Vertifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda

dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif, vertifikasi

berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Vertifikasi juga

bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.

4. Penjelasan Ringkas

Penelitian mencoba memberiakan penjelasan tentang hubungan antar fenomena

dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu

penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks kedalam penjelasan yang singkat.

5. Empiris

Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang kuat. Secara

umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalam penelitian empiris

kesimpulan didasarkan atas dasar kenyataan-kenyataan yang diperoleh dengan

menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukan berdasarkan pendapat atau

kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntuk penghilangan pengalaman dan sikap

pribadi. Kritis dalam penelitian berarti membuat interpretasi berdasarkan kenyataan

dan nalar yang didasarkan atas kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data

yang diperoleh dari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi

dibuat.

6. Penalaran Logis

Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalaran merupakan

proses berfikir, menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif atau induktif. Penalaran

deduktif, bila premisnya benar maka kesimpulan otomatis benar. Logika deduktif

dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip,

kaidah) yang ada. Dalam penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan

berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa),

kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi

oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.

7. Kesimpulan Kodisional

Kesimpulan hasil penelitian tidak bersifat absolut. Penelitian boleh dikatakan

hanya mereduksi ketidaktentuan, misal pada penelitian ilmu sosial.

Pada dasarnya masing-masing penelitian memeliki karakteristik masalah yang

berbeda antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya.

2.4.1 Karakteristik Rumusan Masalah Pengembangan

Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang

digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-

langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari

mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan

dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian

dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk

memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam

program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji

menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.

Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai

suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi

program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas,

kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat

menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria tersebut.

Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan

berdasarkan dua tujuan yakni

1. Pengembangan prototipe produk

2. Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe

produk tersebut

Sedangkan Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas

dua tipe sebagai berikut.

Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau

program tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses

pengembangan serta mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi

program tersebut.

Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan

yang dilakukan sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh

gambaran tentang prosedur pendesainan dan evaluasi yang efektif.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang

dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan

sistem pengelolaan dalam pembelajaran

Penelitian pengembangan pada dasarnya memiliki rumusan masalah yang berisi dua

informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi pembelajaran,

model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan masalah

tersebut. Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah penelitian

pengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar.

Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja

dilakukan selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut,

misalnya tetap hanya akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran

dalam satu penelitian pengembangan. Rumusan masalah penelitian pengembangan

bisa dirinci menjadi beberapa sub-masalah apabila perangkat pembelajaran yang akan

dikembangkan bisa dibagi menjadi beberapa bagian.

2.4.2 Karakteristik Rumusan Masalah Penelitian Kebijakan

Masalah-masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-nilai, atau kesempatan-

kesempatan yang tidak terealisir tetapi yang dapat dicapai melalui tindakan publik.

Sebagaimana yang terlihat memliki informasi mengenai sifat, cakupan, dan

kepelikan/keruwetan suatu masalah dihasilkan dengan menerapkan prosedur analisis-

kebijakan dalam memahami masalah. Perumusan masalah, yang merupakan fase

penelitian kebijakan di mana para analis menelaah berbagai formulasi masalah yang

saling berbeda dari para pelaku kebijakan, tidak dapat dipungkiri merupakan kegiatan

yang paling penting dari para analis kebijakan. Perumusan masalah merupakan sistem

petunjuk pokok atau mekanisme pendorong yang mempengaruhi keberhasilan semua

fase analisis kebijakan dewasa ini. Memahami masalah kebijakan adalah sangat

penting, karena para analis kebijakan kelihatannya lebih sering gagal karena mereka

memecahkan masalah yang salah daripada karena memperoleh solusi yang salah

terhadap masalah yang tepat.

Permasalahan penelitian kebijakan memiliki cirri-ciri tersendiri. Cirri-ciri itu

meliputi:

1.      Saling ketergantungan dari masalah kebijakan. Masalah-masalah kebijakan di

dalam satu bidang (misalnya, energi) kadang-kadang mempengaruhi masalah-

masalah kebijakan di dalam bidang lain (misalnypa, pelayanan kesehatan dan

pengangguran). Dalam kenyataan masalah-masalah kebijalan bukan merupakan

kesatuan yang berdiri sendiri; mereka merupakan bagian dari seluruh sistem  masalah

yang paling baik diterangkan sebagai messes, yaitu, suatu sistem kondisi ekstenal

yang menghasilkan ketidakpuasan di antara segmen-segmen masyarakat yang

berbeda. Sistem masalah atau messes sulit atau bahkan tidak mungkin dipecahkan

dengan menggunakan pendekatan analitis—yaitu, pendekatan yang memecahkan

masalah ke dalam elemen-elemen atau bagian-bagian yang menyusunnya—karena

jarang masalah-masalah dapat didefinisikan dan dipecahkan secara sendiri-sendiri.

Kadang-kadang merupakan hal yang mudah "untuk memecahkan sepuluh masalah

yang saling terkait, daripada memecahkan satu masalah secara sendiri. Sistem

masalah yang saling tergantung mengharuskan suatu pendekatan holistik, suatu

pendekatan yang memandang bagian-bagian sebagai tak terpisahkan dari keseluruhan

sistem yang mengikatnya.

2.      Subyektivitas dari Masalah Kebijakan. Kondisi eksternal yang menimbulkan

suatu permasalahan didefinisikan, diklasifikasikan,  dijelaskan, dan dievaluasi secara

selektif. Meskipun terdapatr suatu anggapan bahwa masalah bersifat obyektif—

misalnya, polusi udara dapat didefinisikan sebagai tingkat gas dan partikel-partikel di

dalam atmosfer—data yang sama mangenai polusi dapat diinterpretasikan secara

berbeda. Masalah kebijakan “adalah suatu hasil  pemikiran yang dibuat pada suatu

lingkungan tertentu; Masalah tersebut merupakan elemen dari suatu situasi masalah

yang diabstrakskan dari situasi tersebut oleh analis. Dengan begitu, apa yang dialami

sesungguhnya adalah merupakan adalah suatu situasi masalah, bukan masalah itu

sendiri, seperti halnya atom atau sel, merupakan suatu konstruksi konseptual. Dalam

analisis kebijakan merupakan hal yang sangat penting untuk tidak mengacaukan

antara situasi masalah dengan masalah kebijakan, karena masalah adalah barang

abstrak yang timbul dengan mentransformasikan pengalaman ke dalam penilaian

manusia.

3.      Sifat buatan dari masalah. Masalah-masalah kebijakan hanya mungkin  ketika

manusia membuat penilaian mengenai keinginan untuk mengubah beberapa situasi

masalah. Masalah kebijakan merupakan hasil/produk penilaian subyektif manusia;

masalah kebijakan itu juga bisa diterima sebagai definisi-definisi yang sah dari

kondisi sosial yang obyektif; dan karenanya, masalah kebijakan dipahami,

dipertahankan, dan diubah secara sosial. Masalah tidak berada di luar individu dan

kelompok-kelompok yang mendefinisikan, yang berarti bahwa tidak ada keadaan

masyarakat yang "alamiah" di mana apa yang ada dalam masyarakat tersebut dengan

sendirinya merupakan masalah kebijakan.

4.      Dinamika masalah kebijakan. Terdapat banyak solusi untuk suatu masalah

sebagaimana terdapat banyak definisi terhadap masalah tersebut. “Masalah dan solusi

berada dalam perubahan-perubahan yang konstan; dan karenanya masalah tidak

secara konstan terpecahkan. Solusi terhadap masalah dapat menjadi usang meskipun

barangkali masalah itu sendiri belum usang."

Sistem masalah (messes) bukan merupakan kesatuan mekanis: melainkan

sistem yang bertujuan (teleologis), di mana (1) tidak ada dua anggotanya yang sama

persis di dalam semua atau bahkan setiap sifat-sifat atau perilaku mereka; (2) sifat-

sifat dan perilaku setiap anggota mempunyai pengaruh pada sifat-sifat dan perilaku

sistem secara keseluruhan; (3) sifat-sifat dan perilaku setiap anggota, dan cara setiap

anggota mempengaruhi sistem secara keseluruhan, tergantung pada sifat-sifat dan

perilaku paling tidak dari salah satu anggota system; dan (4) dimungkinkan sub

kelompok anggota mempunyai suatu pengaruh yang tidak bebas atau tidak

independen pada sistem secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa sistem masalah—

kejahatan, kemiskinan, pengangguran, inflasi, energi, polusi, kesehatan—tidak dapat

dipecah ke dalam rangkaian yang independen tanpa menimbutkan risiko

menghasilkan solusi yang tepat terhadap masalah yang salah.

Kunci karakteristik dari sistem permasalahan adalah bahwa seluruh sistem

lebih besar—yaitu, berbeda secara kualitatif—daripada sekedar jumlah dari bagian-

bagiannya. Suatu tumpukan batu dapat didefinisikan sebagai jumlah masing-masing

batu tetapi tidak sebagai suatu piramida. Demikian, manusia dapat menulis atau

berlari, tetapi satu anggota tubuh tidak dapat melakukannya sendiri. Selanjutnya,

keanggotaan dalam sistem dapat meningkatkan atau mengurangi kemampuan masing-

masing elemen; dan setiap anggota sistem tidak dapat membuat yang lain tidak

terpengaruh. Sebagai contoh, otak tanpa ada bagian-bagian tubuh lainnya tidak akan

dapat berfungsi. Individu yang merupakan bagian suatu bangsa atau perusahaan dapat

mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan anggota lain, dan dia tidak perlu

mengerjakan hal yang dapat dikerjakan orang lain."

Akhirnya, pengakuan terhadap ketergantungan, subyektivitas, sifat buatan dan

kedinamisan masalah-masalah kebijakan membuat kita berhati-hati terhadap

kemungkinan terjadinya konsekuensi-konsekuensi yang tidak terduga ketika suatu

kebijakan dibuat berdasarkan pada pemecahan/solusi yang tepat tetapi terhadap

masalah yang salah. Misalnya, situasi masalah yang dihadapi pemerintah-pemerintah

Eropa Barat dalam dasawarsa terakhir ini. Perancis dan Jerman Barat, yang berusaha

untuk meluaskan pasokan energi yang tersedia dengan membangun kompleks tenaga

nuklir pada Sungai Rhine, mendefinisikan masalah energi dengan berasumsi bahwa

tenaga nuklir tidak terkait dengan masalah-masalah lain. Sehingga hubungan antara

energi dengan item masalah yang lebih luas tidak masuk ke dalam perumusan

masalah. Seorang pengamat, yang menulis di tahun 1970-an, memperingatkan bahwa

malaria akan datang sebagai penyakit menular utama di Eropa di dalam sepuluh tahun

mendatang, beruntung ada keputusan pemerintah Jerman dan Perancis untuk

membangun generator atom yang memanfaatkan air sungai untuk sistem

pendinginnya sehingga suhu air tidak memungkinkan anopeles (nyamuk pembawa

malaria) berkembang biak."

2.4.3 Karakteristik Rumusan Masalah PTK

Rumusan masalah merupakan keberlanjutan dari latar belakang. Rumusan

masalah dalam penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik tersendiri. Berikut

contoh rumusan masalah PTK untuk mempermudah mengetahui karakteristik

masalah yang baik:

1. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VII SMP Negeri 4 Danau Panggang saat

mengikuti pembelajaran yang dalam perancangannya menggunakan task

analysis?

2. Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat

melaksanakan pembelajaran yang dalam perancangannya menggunakan task

analysis?

3. Apakah penggunaan task analysis dapat meningkatkan hasil belajar fisika

siswa kelas VII SMP Negeri 4 Danau Panggang?

Rumusan masalah di atas disusun dalam bentuk kalimat tanya, menunjukkan

adanya tindakan yang dilakukan (penggunaan task analysis pada perancangan

pembelajaran), dan menunjukkan hubungan jenis tindakan dengan variabel lain yang

berkaitan sebagai efek pelaksanaan tindakan (dalam hal ini aktivitas siswa,

pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan yang terpenting hasil belajar siswa). Selain

itu, tampak pula bahwa ketiga rumusan masalah tersebut bersifat operasional

(memungkinkan untuk diuji secara empirik melalui pengumpulan data aktivitas

siswa, data pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan data nilai siswa untuk variabel

hasil belajar).

Sehingga dapat disimpulkan rumusan masalah yang baik untuk PTK hendaknya:

1. Berupa kalimat Tanya

2. Rumusan masalah harus bersifat padat dan jelas

3. Rumusan masalah dalam PTK memiliki ruang Linkup yang berkaitan dengan

tindakan kelas.

2.4.4 Karakteristik Penelitian Kualitatif

Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua

faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanda dan

dengan sendirinya memmerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban (Guba, 1987 ;

Lincoln dan Guba, 1985 :218; Guba dan Lincoln, 1981 : 8 dalam Moleong, 2004 :93).

Faktor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data

empiris, pengalaman atau unsur lainnya. Tujuan suatu penelitian pada dasarnya

adalah terpecahkanya masalah yang dirumuskan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan

dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang

mengarah pada upaya untuk memahami atau menjelaskan faktor-faktor yang

berkaitan.

Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Ada 2 maksud tertentu

yang ingin dicapai oleh peneliti dalam menetapkan fokus. Pertama, penetapan fokus

dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.

Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau

memasukkan-mengeluarkan informasi yang baru diperoleh dari lapangan. Jadi

dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat

keputusan yang tepat tentang data mana yang akan dikumpulkan dan data mana yang

tidak perlu.

Pembatasan masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam

penelitian kualitatif walaupun sifatnya luas yang akan ditarik kesimpulan penting.

1.      Suatu penelitian tidak dimulai dari suatu yang vokum atau kosong.

Implikasinya, peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya yang bertumpu pada

fokus.

2.      Fokus pada dasarnya adalah masalh pokok yang bersumber dari pengalaman

peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah

ataupun kepustakaan lainnya.

3.      Tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang

dirumuskan.

4.      Masalah yang bertumpu pada fokus yang ditetapkan bersifat tentatif dapat

diubah sesuai dengan situasi latar penelitian

2.4.5 Karakteristik Masalah Penelitian Kuantitatif

Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam

perumusan masalah penelitian kuantitatif yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan

masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik

pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang

memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih

fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusaia.

Kriteria kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau

berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti

pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik

yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan

teori-teori yang sudah ada. Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah

yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang

sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang

relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi

kehidupan manusia.

Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati

beberapa variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal

dari suatu sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau

bersama-sama dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang

menempatkannya setelah tujuan penelitian.

Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu

penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena

yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan

memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya.

Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat

yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang

didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan

permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.

2.5 Merumuskan Masalah

Setelah masalah dipilih, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah

merumuskan masalah yang telah telah dipilih. Prumusan masalah sifatnya sangat

penting, karena hasilnya nanti akan menjadi penentu pada langkah-langkah

selanjutnya dalam penelitian. Menurut Suryabrata(1998:65), tidak ada aturan umum

mengenai cara merumuskan masalah dalam suatu penelitian, melainkan dapat

disarankan pada hal-hal berikut:

1. Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya.

2. Rumusan hendaklah padat dan jelas

3. Rumusan hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data

guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan tersebut.2

Sedangkan menurut Subana dan Sudrajat (1996:67), proses perumusan

masalah dapat dilihat pada bagan berikut:

2. Metodologi  Penelitian, Suryabrata, sumardi, Raja Grafindo apersada, Jakarta, 1998 hal 65

Dari bagan di atas dapat dijelaskan :

1. Berangkat dari teori atau konsep serta hasil-hasil pnelitian sebelumnya.

2. Diperoleh suatu kesenjangan

3. Dari kesenjangan dipilih masalah yang benar-benar layak untuk diteliti yaitu

dengan memperhatikan ciri-ciri masalah yang baik.

4. Kemudian masalah identifikasi, diseleksi dan dirumuskan menjadi sebuah

rumusan masalah.3

3.  DasarDasar  Penelitian  Ilmiah, Subana  dan  Sudrajat,Universitas Terbuka, Jakarta, 1999 hal 67

TEORI/KONSEP HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

KESENJANGAN

MASALAH

IDENTIFIKASI, DISELEKSI, DAN DIRUMUSKAN

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permasalahan adalah suatu kesenjangan antara harapan dengan kenyataan,

perundang-undangan dengan pelaksanaan, peraturan dengan implementasinya, teori

dengan praktik, sehingga menarik minat dan perhatian untuk diteliti. Sehingga

rumusan masalah adalah suatu pertanyaan-pertanyaan pemandu yang akan dijabarkan

dasar atau landasan bagi seorang peneliti guna mendapatkan jawaban dari suatu

masalah yang telah diangkat sebelumnya dalam suatu penelitian.

Masalah masalah bisa datang dari berbagai arah contohnya diperoleh dari

kehidupan sehari-hari, membaca buku, ataupun mendapat inspirasi dari orang lain.

Akan tetapi masalah yang paling baik adalah masalah yang dating dari diri sendiri,

sehingga akan memperoleh dorongan untuk mendapatkan jawaban dari masalahnya.

Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian dapat diklasiikasikan dalam tiga

jenis yaitu:

1. Rumusan masalah deskriptif

2. Rumusan masalah komparasi

3. Rumusan masalah korelasi

Tujuan dari merumuskan masalah adalah:

4. Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang

5. Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru

6. Maletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian

sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya

7. Memenuhi keinginan sosial

Menyediakan sesuatu yang bermanfaat

Karakteristik Masalah yang baik adalah:

1.Dapat diteliti

2.Mempunyai Kontribusi Signifikan

3. Dapat Didukung Dengan Data Empiris

4. Sesuai Dengan Kemampuan dan Keinginan Peneliti

Selain katakteristis diatas juga terdapat katateristik masalah yang baik seperti:

1. Obyektifitas

2. Ketepatan

3. Vertifikasi

4. Penjelasan Ringkas

5. Empiris

6. Penalaran Logis

7. Kesimpulan Kodisional

Cara merumuskan masalah menurut Suryabrata adalah:

1. Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat tanya.

2. Rumusan hendaklah padat dan jelas

3. Rumusan hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan

data guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. PT

Rineka : Jakarta

John. W. Best. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Nazir. M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta

Subana  dan  Sudrajat.  1999.  Dasar-Dasar  Penelitian  Ilmiah.  Universitas 

Terbuka : Jakarta

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Jakarta

Suryabrata,  sumardi.  1998.  Metodologi  Penelitian. Raja  Grafindo

Apersada : Jakarta

SumberInternet:

Kartika, Heny. Perumusan Masalah. http: //hennykartika .wordpress .com /2008/ 01/

27/ perumusan-masalah/ (Diakses 30 September 2013)

Ahmad, Rofiq. Rumusan Masalah. http://rofiqahmad.wordpress.com/category/artikel/

(Diakses 30 September 2013)

http://pendidikangeo.blogspot.com/2013/05/pengertian-permasalahan-penelitian.html

(Diakses 30 September 2013)