Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

14
KEIMANAN DALAM NASKAH DRAMA BALADA LANGGAR TUAKARYA ALFANUL ULUM F.S. *) (Faith in The Drama Script "Balada langgar Tua" by Alfanul Ulum F.S.) Rudi Universitas Muhammadiyah Malang Jalan Raya Tlogomas 246, Tlogomas, Malang, Indonesia Telepon Penulis (WhatsApp) +6281216835901 Pos-el: [email protected] *) Diterima: 27 Mei 2020, Disetujui: 2 Juli 2020 ABSTRAK Naskah drama ―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S. menggambarkan keimanan dalam kehidupan sehari-hari melalui tokoh dalam naskah drama. Kajian terhadap naskah drama ―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keimanan dalam naskah drama yang menggunakan konsep keimanan Ibnu Taimiyah dengan pendekatan pragmatik. Metode yang digunakan adalah analisis isi kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan terhadap naskah drama. Hasil penelitian menunjukkan bentuk keimanan tokoh dalam naskah drama ―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S, yakni: (1) Amaliah sebagai wujud keyakinan kepada Allah dalam bentuk merawat masjid yang mengandung nilai karakter tanggung jawab dan membantu sesama (tetangga) mengandung nilai karakter kepekaan sosial; (2) Percaya adanya neraka dan surga mengandung nilai karakter kedisiplinan; dan (3) Perasaan berdosa (tobat) sebagai bentuk ketakutan kepada Allah yang mengandung nilai karakter kejujuran. Kata kunci: keimanan, naskah drama balada langgar tua, pragmatik, al-iman ilmu taimiyah ABSTRACT The script of the drama "Balada Langgar Tua" by Alfanul Ulum F.S. illustrates faith in daily life, through characters in drama scripts. The study of the drama script "Balada Langgar Tua" by Alfanul Ulum F.S is a qualitative descriptive study. This study aims to describe faith in a drama script that uses the concept of Ibn Taymiyyah's faith with a pragmatic approach. The method used is qualitative content analysis. Data collection techniques through literature study on drama scripts. The results of the study show the shape of the character's faith in the drama script Balada Langgar Tua by Alfanul Ulum F.S is as follows (1) Charity as a form of belief in Allah in the form of caring for the mosque that contains the value of the character of responsibility, and helping others (neighbors) contains the value of the character of social sensitivity; (2) believe the existence of hell and heaven contains the value of the character of the discipline; and (3) feelings of sin (repentance) as a form of obedience to Allah, contains the value of honesty character. Keywords: faith, balada langgar tua's play script, pragmatic, al-iman science of taimiyah

Transcript of Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Page 1: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

KEIMANAN DALAM NASKAH DRAMA “BALADA LANGGAR TUA”

KARYA ALFANUL ULUM F.S. *)

(Faith in The Drama Script "Balada langgar Tua" by Alfanul Ulum F.S.)

Rudi

Universitas Muhammadiyah Malang

Jalan Raya Tlogomas 246, Tlogomas, Malang, Indonesia

Telepon Penulis (WhatsApp) +6281216835901

Pos-el: [email protected]

*) Diterima: 27 Mei 2020, Disetujui: 2 Juli 2020

ABSTRAK

Naskah drama ―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S. menggambarkan keimanan dalam

kehidupan sehari-hari melalui tokoh dalam naskah drama. Kajian terhadap naskah drama ―Balada

Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan keimanan dalam naskah drama yang menggunakan konsep keimanan Ibnu

Taimiyah dengan pendekatan pragmatik. Metode yang digunakan adalah analisis isi kualitatif. Teknik

pengumpulan data melalui studi kepustakaan terhadap naskah drama. Hasil penelitian menunjukkan

bentuk keimanan tokoh dalam naskah drama ―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S, yakni:

(1) Amaliah sebagai wujud keyakinan kepada Allah dalam bentuk merawat masjid yang mengandung

nilai karakter tanggung jawab dan membantu sesama (tetangga) mengandung nilai karakter kepekaan

sosial; (2) Percaya adanya neraka dan surga mengandung nilai karakter kedisiplinan; dan (3) Perasaan

berdosa (tobat) sebagai bentuk ketakutan kepada Allah yang mengandung nilai karakter kejujuran.

Kata kunci: keimanan, naskah drama balada langgar tua, pragmatik, al-iman ilmu taimiyah

ABSTRACT

The script of the drama "Balada Langgar Tua" by Alfanul Ulum F.S. illustrates faith in daily life,

through characters in drama scripts. The study of the drama script "Balada Langgar Tua" by Alfanul

Ulum F.S is a qualitative descriptive study. This study aims to describe faith in a drama script that

uses the concept of Ibn Taymiyyah's faith with a pragmatic approach. The method used is qualitative

content analysis. Data collection techniques through literature study on drama scripts. The results of

the study show the shape of the character's faith in the drama script Balada Langgar Tua by Alfanul

Ulum F.S is as follows (1) Charity as a form of belief in Allah in the form of caring for the mosque that

contains the value of the character of responsibility, and helping others (neighbors) contains the value

of the character of social sensitivity; (2) believe the existence of hell and heaven contains the value of

the character of the discipline; and (3) feelings of sin (repentance) as a form of obedience to Allah,

contains the value of honesty character.

Keywords: faith, balada langgar tua's play script, pragmatic, al-iman science of taimiyah

Page 2: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

188 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

PENDAHULUAN

Keimanan merupakan suatu

kepercayaan yang diyakini setiap

manusia. Keimanan dalam agama

Islam diartikan sebagai suatu

kepercayaan manusia kepada hal-hal

rohaniah, seperti percaya kepada

Allah, percaya kepada hal-hal yang

berhubungan dengan alam metafisika

(malaikat, jin, setan, dan iblis). Cara

mengimplementasikan keimanan

setiap individual memiliki tingkatan

yang berbeda. Keimanan (akidah)

sangat esensial dalam diri manusia

sebagai bekal kebahagian dunia dan

akhirat (Hidayat, 2018: 67–68).

Melemahnya kualitas keimanan dalam

diri seseorang mengakibatkan mudah

melakukan tindakan kriminal, salah

satunya korupsi (Sabrina, 2018: 88–

89).

Dewasa ini, marak terjadi

kriminalitas di masyarakat. Hal

tersebut dapat dilihat dari

pemberitahuan media sosial terkait

tindakan kejahatan di masyarakat.

Misalnya kasus penistaan agama yang

dilakukan oleh seorang pemuda

dengan membaca kitab suci agama

Islam tanpa menggunakan busana

(Garjito dan Nabilla, 2020). Adapun

kejahatan perundungan di Indonesia

dalam kurung waktu 9 tahun terakhir

mengalami kenaikan (Dwi, 2020).

Menurut data Mabes Polri bulan Mei

2020 menunjukan kejahatan di

masyarakat mengalami kenaikan dari

angka 3.244 kasus menjadi 3.473

kasus, yang mencangkup kejahatan

pencurian, narkotika, penggelapan,

dan penyebaran berita bohong (Lestari

dan Syaefullah, 2020). Fenomena

tersebut, mengindikasikan kualitas

keimanan masyarakat saat ini sangat

memprihatinkan. Oleh karena itu,

penelitian ini sangat penting dilakukan

untuk mengetahui nilai keimanan

dalam karya sastra dan memberikan

edukasi kepada masyarakat dalam

meningkatkan hubungan keimanan

kepada Allah maupun hubungan

kepada sesama.

Fenomena kehidupan, seperti

gambaran terhadap problematika

keimanan di masyarakat tercermin

dalam karya sastra. Melalui karya

sastra dapat dilihat problematika

dalam lingkungan masyarakat (Juwati,

2018: 138). Dalam reka cipta karya

sastra, pengarang menggunakan

bahasa untuk melukiskan fenomena

yang terjadi di masyarakat (Ardias,

Mulyono, dan Sumartini, 2019: 48).

Salah satu produk karya sastra adalah

naskah drama.

Pada dasarnya naskah drama

memiliki kedudukan yang sama

dengan genre karya sastra lainnya

(prosa dan puisi) (Waluyo dalam

Karlina, 2017: 29). Naskah drama

berisi petunjuk pementasan dan dialog

cerita yang harus dipatuhi oleh

pemain/aktor (Wiyanto, 2002: 3).

Dalam pementasan drama (modern)

unsur utama adalah naskah sebagai

panduan bagi aktor di atas panggung

(Oktavia, 2019: 2). Dengan demikian,

naskah drama sebagai salah satu

bentuk karya sastra, memiliki

relevansi dengan kehidupan

masyarakat.

Naskah drama ―Balada Langgar

Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S.

Page 3: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Keimanan dalam Naskah Drama “Balada Langgar Tua”... (Rudi) 189

merupakan salah satu naskah drama

dengan nuansa religi islami yang

mencerminkan keimanan. Naskah

drama itu mengisahkan sekelompok

manusia taat beribadah, tetapi masuk

neraka. Penyebab masuknya orang

yang rajin beribadah ke dalam neraka

karena tidak melaksanakan kewajiban

terhadap sesama. Genre naskah ini

religius dan dapat dikategorikan

sebagai sindiran terhadap masyarakat

yang memprioritaskan sikap

individualisme.

Naskah drama ―Balada Langgar

Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S. dipilih

untuk dikaji karena di dalam naskah

drama ini terdapat cerminan keimanan

yang dapat meningkatkan kualitas

keimanan masyarakat dan

diimplementasikan oleh pembaca

dalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu, naskah drama tersebut merupakan

pemenang Penghargaan Penulisan

Naskah Terbaik Festival Teater

SMA/MA se-Jawa Timur 2012.

Naskah drama ―Balada Langgar

Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S.

merupakan saduran dari cerpen

Robohnya Surau Kami karya A.A.

Navis yang diterbitkan dalam

kumpulan cerpen tahun 1965. Narasi

naskah drama ini tidak jauh berbeda

dengan yang digambarkan dalam

cerpen Robohnya Surau Kami karya

A.A. Navis. Narasinya mencangkup

peristiwa yang menggambarkan

tragisnya seorang kakek penjaga

langgar (surau/masjid kecil). Tokoh

Kakek memilih mengakhiri hidupnya,

setelah mendengar kisah Haji Saleh

yang masuk neraka meskipun rajin

beribadah. Kakek merasa kisah Haji

Saleh sama dengan apa yang

dikerjakan sehari-hari.

Sepengetahuan penulis, naskah

drama ―Balada Langgar Tua‖ karya

Alfanul Ulum F.S. belum pernah

dikaji. Adapun penelitian yang

berkaitan dengan keimanan telah

dilakukan oleh Thoyyibah (2016)

dengan judul ―Nilai-Nilai Pendidikan

Keimanan dan Ketaqwaan (Studi

Analisis Novel Pesantren Impian

Karya Asma Nadia)‖. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa keimanan

sangat penting untuk membentuk

personalitas seseorang menjadi baik

dan perlu ditanamkan sejak usia dini.

Nilai-nilai keimanan meliputi iman

kepada Allah, iman kepada kitab

Allah, dan iman kepada hari kiamat.

Adapun nilai ketakwaan, yaitu

syahadat, salat, puasa, dan tobat.

Selanjutnya penelitian oleh (Mudtakim

2018) dengan judul ―Nilai-Nilai

Pendidikan Keimanan kepada Allah

dalam Novel Jilbab Traveler Love

Sparks in Korea Karya Asma Nadia‖

menyimpulkan bahwa dalam

penelitian mengandung nilai-nilai

pendidikan keimanan, yaitu illahiyat,

nubuwat, ruhaniyat, dan sam’iyyat.

Nilai-nilai tersebut sebagai alternatif

dalam pembelajaran keimanan.

Penelitian sebelumnya tersebut

dan penelitian ini memiliki kesamaan

pada aspek kajian, yaitu keimanan

dalam sudut pandang agama Islam.

Perbedaannya pada objek kajian, yaitu

naskah drama. Penelitian sebelumnya

memfokuskan terhadap keimanan

secara umum, yaitu keimanan dalam

arti ‗percaya‘ kepada rukun iman.

Berbeda dengan penelitian

Page 4: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

190 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

sebelumnya, penelitian ini

mendeskripsikan keimanan yang

dilakukan tokoh tidak hanya dalam

ruang lingkup ‗percaya‘ melainkan

keimanan sebagai ‗ikrar‘.

Berdasarkan latar belakang

tersebut, penelitian ini mendiskusikan

bagaimana keimanan yang dilakukan

tokoh dalam naskah drama ―Balada

Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum

F.S. Penelitian ini penting dilakukan

dengan beberapa alasan. Pertama,

penelitian terhadap naskah drama

―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul

Ulum F.S., belum pernah dikaji.

Kedua, naskah drama ini memberikan

edukasi karakter keimanan kepada

pembaca/masyarakat. Nilai-nilai

keimanan penting diteliti untuk

menambah wawasan pembaca dan

dijadikan sebagai pedoman dalam

kehidupan bermasyarakat.

Pembahasan ini menggunakan

konsep Al-Iman. Konsep iman

menurut Ibnu Taimiyah dilihat dari

berbagai sudut pandang. Pertama, dari

pendapat Asy‘ariyah memaknai iman

sebagai pembenaran terhadap Allah

yang disebut ilmu (Taimiyah, 2012:

80). Kedua, makna iman menurut Al-

Isfirayainy adalah pembenaran yang

dapat terwujud melalui ma’rifat dan

isyarat terhadap orang-orang yang

tidak mampu mengucapkan secara

lisan (Taimiyah, 2012: 90). Ketiga,

menurut Al-Imam Ahmad bin Hambal

memaknai iman sebagai perkataan dan

amal (Taimiyah, 2012: 152).

Berdasarkan dari beberapa pendapat di

atas, makna yang paling dekat dengan

iman menurut Taimiyah adalah ‗ikrar‘

(Al-Qahthani, 2019: 55).

Berlandaskan pada hadis Nabi

Shalallahu Alaihi wa Sallam,

Taimiyah mengatakan pada dasarnya

keimanan merupakan pembenaran,

penetapan, dan ma’rifat yang

mencakup niat dan amal hati

(Taimiyah, 2012: 158). Senada dengan

pendapat Taimiyah, Fajriudin

menegaskan makna iman adalah

kepercayaan dalam nalar manusia

terhadap suatu kebenaran atau

kepastian (Fajriudin, 2018: 46).

Kebenaran yang dimaksud dalam

keimanan, mencakup kepada hal yang

gaib, segala ketentuan Allah, keesaan

Allah, keberadaan Allah melalui akal

manusia (Ash-Shufiy, 2007: 111).

Ruang lingkup iman berdasarkan

sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam, yaitu iman kepada Allah, para

malaikat-Nya, kitab-kitab Allah, para

nabi dan rasul Allah, hari kiamat, dan

qada yang baik dan buruk (Taimiyah,

2012: 2). Iman mencakupi tiga aspek.

Pertama, percaya kepada Allah, untuk

menyakini keesaan Allah tidak perlu

dapat melihat, meraba, dan

merasakan-Nya, melainkan melalui

tanda-tanda-Nya. Kedua, takwa

kepada Allah, artinya seorang hamba

wajib melaksanakan perintah-Nya, dan

menjauhi segala larangan-Nya. Ketiga,

tobat (perasaan berdosa), seorang

hamba melakukan suatu perbuatan

baik disengaja maupun tidak disengaja

yang menyimpang dari ajaran agama

dan adat istiadat lingkungannya maka

wajib meminta ampun (mengakui

dosanya) (Jauhari dalam Novianti dan

Munir, 2017: 75).

Wujud iman ada tiga. Pertama,

takut kepada Allah yang merupakan

Page 5: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Keimanan dalam Naskah Drama “Balada Langgar Tua”... (Rudi) 191

keharusan dalam keimanan seorang

manusia (Taimiyah, 2012: 18). Kedua,

ketaatan dalam diri manusia terhadap

perintah dan larangan Allah

(Taimiyah, 2012: 131). Ketiga, amal

sebagai bagian dari keimanan

(Taimiyah, 2012: 252).

Pendekatan pragmatik

digunakan untuk mengetahui

keimanan yang terdapat dalam naskah

drama ―Balada Langgar Tua‖ karya

Alfanul Ulum F.S.. Pendekatan

pragmatik merupakan pendekatan

untuk mengkaji karya sastra dari sudut

pandang pembaca (Endraswara, 2018:

2). Pendekatan pragmatik memandang

karya sastra sebagai sarana untuk

menyampaikan makna tertentu kepada

pembaca, seperti pendidikan, moral,

politik, dan agama (Supriatin, 2020:

83). Makna dalam perspektif

pragmatik ditentukan oleh pembaca

sebagai penikmat dari karya sastra

(K.S, 2009: 42).

Pendekatan pragmatik juga

mengajak pembaca terlibat dalam

karya sastra (Endraswara, 2013: 117).

Keberadaan karya sastra tidak nyata

sampai karya sastra tersebut dapat

dibaca dan dinikmati oleh masyarakat

(Siswanto, 2008: 190). Pendekatan

pragmatik memfokuskan terhadap

tanggapan pembaca. Pendekatan

pragmatik dapat digunakan untuk

mengatasi persoalan berbagai

tanggapan masyarakat terhadap karya

sastra, baik sebagai pembaca secara

eksplisit maupun implisit, dan

sinkronis maupun diakronis (Ratna,

2013: 72).

Penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif yang bertujuan

mengungkapkan keimanan yang

dicerminkan oleh tokoh dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata

(Sugiarti, dkk., 2020: 17). Data-data

yang diperoleh, diklasifikasikan sesuai

rumusan masalah, kemudian dilakukan

analisis untuk memperoleh gambaran

umum terhadap bentuk keimanan yang

dilakukan tokoh. Adapun metode

penelitian yang digunakan analisis isi

kualitatif untuk mengungkap aspek

pragmatik dalam naskah drama

―Balada Langar Tua‖ karya Alfanul

Ulum F.S. Menurut Ratna, metode

analisis isi merupakan metode yang

digunakan untuk menganalisis isi teks

dan makna dalam karya sastra, seperti

pesan moral, nilai pendidikan, dan

nilai budaya (Nisdawati, 2019: 18).

Penulis akan memperoleh catatan-

catatan berdasarkan sekuens cerita dan

dialog dalam naskah drama tersebut.

Data primer dalam penelitian ini

adalah naskah drama ―Balada Langgar

Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S. Data

berupa kalimat dan dialog naskah

drama yang menggambarkan

keimanan. Teknik pengumpulan data

menggunakan studi kepustakaan.

Adapun teknik analisis data dalam

penelitian ini menggunakan content

analysis kualitatif. Data tersebut

kemudian dianalisis, diinterpretasi,

dan diklasifikasi. Langkah-langkah

yang dilakukan adalah (1) membaca

naskah drama ―Balada Langgar Tua‖

secara utuh dan cermat; (2)

mendeskripsikan bentuk keimanan dan

kegiatan tokoh yang mengandung

makna pembelajaran dalam

kehidupan; dan (3) melakukan analisis

dan interpretasi terhadap bentuk

Page 6: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

192 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

keimanan dan kegiatan tokoh yang

mengandung makna pembelajaran

dalam kehidupan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan yang

dilakukan dalam naskah drama

―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul

Ulum F.S. menggambarkan keimanan

dalam diri manusia seperti, (1)

amaliah sebagai wujud keyakinan

kepada Allah, (2) percaya adanya

neraka dan surga, dan (3) perasaan

berdosa (tobat) sebagai bentuk ketakutan

kepada Allah. Keimanan dalam naskah

drama ―Balada Langgar Tua‖ karya

Alfanul Ulum F.S. dijelaskan sebagai

berikut.

Amaliah sebagai Wujud Keyakinan

kepada Allah

Amaliah merupakan suatu perbuatan

baik yang dilakukan manusia.

Kegiatan amaliah sebagai bentuk

ibadah kepada Allah yang bertujuan

mendapatkan kebahagian dunia dan

akhirat. Aktivitas dalam kegiatan

keagamaan (amaliah) dilakukan secara

nyata sebagai bentuk hubungan

kepada Allah sekaligus juga

merealisasikan hubungan kepada

sesama.

Dalam naskah drama ―Balada

Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum

F.S. menggambarkan kegiatan amaliah

yang dilakukan oleh tokoh. Kegiatan

amaliah yang dilakukan oleh tokoh

sebagai wujud keimanannya kepada

Allah. Adapun bentuk kegiatan

amaliah itu sebagai berikut.

Merawat Masjid

Masjid merupakan ikon keagungan

Islam. Oleh karena itu, sudah

semestinya tugas merawat masjid

sudah menjadi kewajiban umat

muslim. Memakmurkan masjid dapat

dilakukan dengan salat berjamaah,

menjaga kebersihan, dan menertibkan

lingkungan. Kegiatan itu seperti itu

telah dilakukan tokoh Kakek dalam

merawat masjid di lingkungan tempat

tinggalnya. Hal tersebut dapat dilihat

pada data berikut.

―Kakek menyapu langgar sendiri,

Kakek sholat sendiri di langgar,

sedangkan orang-orang hanya

sekedar lewat.

Kakek mengisi gentong air. Ada

beberapa anak yang berlarian di

sekitar surau. Kakek memarahi

mereka‖ (Ulum, 2012: 2).

Data tersebut menunjukkan kegiatan

amaliah yang dilakukan tokoh Kakek,

yaitu membersihkan masjid, salat,

mengisi gentong air, dan menjaga

ketertiban masjid. Hal tersebut

mencerminkan tokoh Kakek yang

memiliki karakter rasa bertanggung

jawab dengan berusaha memberikan

kenyamanan beribadah kepada orang

lain dengan cara merawat masjid.

Secara perspektif keagamaan,

perbuatan amaliah yang dilakukan

oleh tokoh Kakek merupakan wujud

keimanannya kepada Allah, dengan

cara merawat masjid. Masjid sebagai

titipan dari Allah dan menjadi

tanggung jawab masyarakat, harus

senantiasa dijaga dan dirawat.

Page 7: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Keimanan dalam Naskah Drama “Balada Langgar Tua”... (Rudi) 193

Kegiatan merawat masjid merupakan

bentuk keimanan manusia kepada

Allah (Putra dan Rumondor, 2019:

260).

Membantu Sesama (Tetangga)

Kegiatan amaliah dalam naskah

―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul

Ulum F.S. juga mencerminkan sikap

kepekaan sosial dalam membangun

hubungan yang baik dengan tetangga.

Sikap kepekaan sosial dicerminkan

melalui tokoh Mbah Man dan Joko

yang membantu tokoh Mak Yah yang

sedang kesusahan. Hal itu dibuktikan

pada data berikut.

(1) Datang Mak Yah dengan

tergopoh gopoh, nafasnya

tersengal-sengal.

Mak Yah: haduuhh.. haduuhh..

piyyee iki Mbaahh.. aduhhh…

joookkk.. ayooo Jok, pokok e kamu

harus ikut juga, ayo..

Joko: loh, sek, sek. Ada apa toh

Mak?

Mak Yah: haduuhhhh, ceritanya

nanti saja. Yang penting sekarang

berangkat dulu.

Joko: lho?

Mak Yah: ojo lah loh lah loh,

ayoooo….. (menyeret baju Joko).

Mbah Man: sek toh, sek. Ini ada

apa? Cerita dulu, diperjelas..

Mbah Yah: kebonya Pak Lurah

lepas gara-gara si Juki, tukang

angonnya, minggat. Sekarang

kebonya ngacak-acak tegalanku.

Joko: lha, sekarang Juki ke mana?

Mak Yah: ya gak tau. Namanya

saja minggat. Sudahlah ayo bantu

ngepung kebo.

Ketiganya bersama-sama

meninggalkan panggung. … (Ulum,

2012: 3–4).

(2) Mbah Man dan Joko datang.

Mbah Man basah kuyup.

Joko: sudah, Mbah. Ganti baju dulu

(Ulum, 2012: 7).

Kutipan di atas menggambarkan tokoh

Mak Yah sedang dalam keadaan yang

sulit dan membutuhkan pertolongan

dari orang lain. Data (1)

menggambarkan Mak Yah mencoba

meminta bantuan kepada Joko dan

Mbah Man. Joko dan Mbah Man

sebagai tetangga membantu Mak Yah

dengan memberikan jasa tenaganya

dalam mengusir kerbau dari kebun

Mak Yah. Data (2) menggambarkan

Mbah Man dan Joko selesai

memberikan bantuan kepada tetangga

(Mak Yah). Berdasarkan hal tersebut,

tindakan yang dilakukan Mbah Man

dan Joko mencerminkan perbuatan

amaliah. Kegiatan amaliah yang

dilakukan tokoh dalam hal kebajikan

sebagai cerminan sikap kepekaan

sosial.

Sikap tolong-menolong dalam

hal kebaikan yang dicerminkan oleh

tokoh tersebut, sangatlah penting

diwujudkan oleh masyarakat untuk

membangun hubungan yang baik

dengan sesama. Hubungan yang baik

dengan sesama, dapat mengurangi

kriminalitas di lingkungan sehari-hari,

seperti pembunuhan, penyebaran

fitnah, pencurian, dan kekerasan.

Perbuatan amaliah sangat

penting dilakukan oleh manusia. Salah

satu kewajiban tersebut adalah

membantu tetangga dalam

Page 8: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

194 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

kesusahannya. Kegiatan amaliah

tersebut dipercaya akan menjadi bekal

manusia kelak di akhirat.

Pentingnya sikap tolong-

menolong terhadap sesama dalam

sudut pandang agama Islam, dapat

dilihat dalam Al-Qur‘an: ―Dan tolong-

menolonglah kamu dalam

(mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan janganlah tolong-menolong dalam

berbuat dosa dan permusuhan.

Bertakwalah kepada Allah, sungguh,

Allah sangat berat siksa-Nya‖ (QS.

Al-Ma‘idah Ayat 2). Ayat tersebut

merupakan pedoman bagi umat

muslim untuk bekerja sama atau

tolong-menolong dalam hal kebajikan.

Percaya Adanya Neraka dan Surga

Neraka merupakan kediaman bagi

orang-orang kafir dan yang banyak

melakukan perbuatan maksiat.

Penghuni neraka dibagi menjadi dua

kelompok: (1) neraka bagi orang-

orang yang kafir dan (2) neraka bagi

orang yang beriman kepada Allah (di

dunia), tetapi durhaka terhadap

perintah dan larangan Allah (Ath-

Tharifi, 2020: 19). Neraka

digambarkan sebagai tempat yang

penuh dengan kesengsaraan. Adapun

surga merupakan tempat bagi orang-

orang yang bertakwa dan beriman

kepada Allah. Berbeda dengan neraka,

surga digambarkan tempat yang indah

dan penuh dengan kesenangan.

Keimanan terhadap neraka dan

surga digambarkan dalam naskah

drama ―Balada Langgar Tua‖ karya

Alfanul Ulum F.S. Naskah drama

tersebut menggambarkan keimanan

tokoh terhadap adanya neraka dan

surga. Keimanan terhadap neraka dan

surga yang direpresentasikan oleh

tokoh, dibagi menjadi dua aspek

pembahasan sebagai berikut.

Keimanan Tokoh terhadap Neraka

dan Surga

Keimanan terhadap adanya neraka dan

surga dicerminkan oleh tokoh Mbah

Man. Mbah Man mempercayai bahwa

neraka merupakan tempat untuk

orang-orang penuh dosa dan surga

untuk orang-orang yang banyak

melakukan perbuatan amal saleh. Hal

tersebut dapat dilihat pada kutipan

berikut.

Joko: Wah, di sana ada warung

kopi gak ya? Nunggu antrian bisa

sambil ngopi.

Hansip: Kalau aku mau bawa radio

saja. Bisa sambil mendengarkan

Kartolo.

Mbah Man: Hush! Ngawur. Di

akhirat tidak ada warung kopi,

apalagi radio. Di sana cuma ada

surga bagi orang yang taat

beribadah dan neraka bagi yang

suka mencuri (Ulum, 2012: 9–10).

Data di atas menunjukkan dialog

antara tokoh Joko, Hansip, dan Mbah

Man. Tokoh Joko dan Hansip bertanya

apakah di akhirat dapat melakukan

aktivitas layaknya di duniawi, seperti

minum kopi dan mendengarkan radio.

Sementara tokoh Mbah Man

menegaskan bahwa di akhirat hanya

ada surga bagi orang yang melakukan

banyak ibadah dan neraka bagi orang

yang melakukan dosa. Berdasarkan hal

Page 9: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Keimanan dalam Naskah Drama “Balada Langgar Tua”... (Rudi) 195

tersebut menunjukkan bahwa tokoh

Mbah Man percaya terhadap adanya

neraka dan surga. Keimanan Mbah

Man terhadap adanya neraka juga

dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dalam keadaan menangis, Mbah

Man tanpa sadar memegang pisau

cukur milik Cak Di. Ia menatapnya

agak lama.

Mbah Man: Ya Allah. Jika pada

akhirnya aku harus masuk neraka,

maka aku harus masuk neraka

karena dosa, bukan karena

ibadahku. Jika aku memang akan

masuk neraka, maka harus karena

dosa (Ulum, 2012: 13).

Makna iman terhadap keberadaan

neraka dan surga dalam diri manusia

sangat esensial. Melalui keimanannya

terhadap neraka, seseorang memiliki

perasaan takut melakukan perbuatan

berdosa. Adapun keimanan kepada

surga sebagai dorongan bagi manusia

untuk memperbanyak amal saleh dan

meningkatkan ketakwaan. Oleh karena

itu, keimanan terhadap neraka dan

surga sangat penting dihadirkan dalam

diri seseorang.

Keimanan terhadap neraka dan

surga dapat dijadikan upaya

membentuk karakter kedisiplinan

dalam diri seseorang. Seseorang yang

memiliki keimanan yang baik akan

takut jika melakukan perbuatan dosa.

Oleh karena itu, seseorang akan

bersikap disiplin terhadap perintah dan

larangan Allah dan norma-norma di

masyarakat.

Neraka bagi Orang-Orang Beriman

Penghuni neraka juga bukan hanya orang

kafir, melainkan orang yang beriman

kepada Allah. Sebagaimana yang

digambarkan dalam naskah drama

―Balada Langgar Tua‖ karya Alfanul

Ulum F.S. Naskah drama itu

menggambarkan tokoh Haji Saleh

sebagai orang yang beriman kepada

Allah (di dunia). Haji Saleh rajin

melaksanakan ibadah, seperti salat dan

berzikir kepada Allah, tetapi masuk ke

dalam neraka. Hal itu dapat dilihat pada

kutipan berikut.

(1) Cak Di: Wah, kasihan kalian.

Sini, kemari. Jangan sampai

terbakar di neraka. Tapi kalian tahu

tidak, di neraka itu bukan hanya

orang-orang berdosa saja yang ada

di sana.

Hansip: Lha, terus, siapa saja?

Cak Di: Macam-macam, mulai dari

garong sampai haji ada di sana.

Hansip: Haji? Kok ada haji juga?

Joko: Pasti haji dari hasil korupsi.

Hansip: Halah, kamu tahu apa

tentang korupsi?

Joko: Ya itu, orang jahat yang

kayak di tipi-tipi itu.

Mbah Man: Ngawur. Neraka itu

isinya batu, setan, orang kafir, dan

orang-orang yang banyak dosa.

Sudah jelas di al-Quran. Tidak ada

haji.

Cak Di: Lho, ada, Mbah. Bahkan

kyai juga ada.

Mbah Man : Lha kok bisa?

Cak Di : Begini ceritanya. Di

akhirat, ketika semua manusia

dikumpulkan di padang Mahsyar,

ada satu orang bernama Haji Saleh

yang sedang menunggu untuk

ditanyai oleh malaikat. Dulunya,

ketika di dunia, ia adalah orang

Page 10: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

196 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

yang sangat saleh dan rajin

beribadah. Setiap hari ia pergi ke

masjid, memukul bedug, adzan, dan

seterusnya. Ia juga rajin berdzikir

dan sholat tahajud. Nah, setelah

menunggu bertahun-tahun (Ulum,

2012: 9).

(2) Mbah Man: Terus? Apa yang

salah?

Cak Di: Nah, itu dia. Haji Saleh

juga bingung. Padahal yang

dikerjakannya benar semua

menurutnya. Tapi kenapa Tuhan

masih belum puas dengan jawaban

Haji Saleh. Nah, akhirnya, karena

Haji Saleh tidak bisa memberikan

jawaban yang memuaskan, Tuhan

pun memasukkannya ke neraka.

Hansip: Lho, kok masuk neraka?

Joko: Iya, Cak. Haji kok masuk

neraka?

Hasan dan Juki :

Astaghfirullahal‘adzim...

Mbah Man: Cerita ngawur. Orang

rajin ibadah, haji pula, kok masuk

neraka (Ulum, 2012: 11).

Data di atas menunjukan interaksi antara

tokoh Cak Di, Hansip, Joko, Hasan, dan

Mbah Man. Tokoh Cak Di dan Mbah

Man memiliki sudut pandang berbeda

dalam mengartikan hakikat neraka.

Tokoh Mbah Man memberikan

pandangan bahwa neraka hanya untuk

orang-orang kafir. Sementara dari

perspektif tokoh Cak Di, neraka juga

sebagai tempat bagi orang yang beriman.

Pendapat Cak Di, diperkuat

berdasarkan kisah Haji Saleh sebagai

orang yang beriman kepada Allah, tetapi

masuk ke dalam neraka. Haji Saleh

digambarkan sebagai manusia yang taat

melaksanakan perintah Allah, seperti

salat berjemaah ke masjid, memukul

beduk, azan, dan salat tahajud. Meskipun

Haji Saleh sudah melaksanakan

kewajibannya kepada Allah, pada

akhirnya dimasukkan ke dalam neraka.

Alasan dimasukkan Haji Saleh ke dalam

neraka, dapat dilihat pada data berikut.

―… Ya Tuhan kami. Kami yang

menghadap kepadamu ini adalah

para hambamu yang taat beribadah

dan taat menyembah-Mu. Kami

tahu jikalau Engkau Maha Tahu,

Maha Adil, dan Maha Bijaksana.

Kami yakin bahwa Engkau tidak

pernahg salah maupun ingkar

janji.‖

―Lalu, apa mau kalian?‖ Tanya

Tuhan.

―Kami kemari hendak menuntut

agar kami dimasukkan ke dalam

surga. Karena selama hidup di

dunia, kami sudah banyak

beribadah kepada-Mu.‖

Kemudian Tuhan bertanya, ―Kalian

berasal dari mana?‖

―Kami dari Indonesia,‖ jawab Haji

Saleh.

―Oh, negeri yang subur itu?‖

―Benar, Tuhanku.‖

―Negeri yang konon tongkat dan

batu saja bisa menjadi tanaman?‖

―Iya, Tuhanku.‖

―Negeri yang penuh dengan hasil

tambang, hasil alam, dan lautan?‖

―Tepat sekali, Tuhanku.‖ Jawab

Haji Saleh dengan gembira. Semua

teman-temannya juga sudah mulai

gembira karena sepertinya Tuhan

sudah salah memasukkan mereka

ke neraka. Kemudian Tuhan

bertanya lagi.

―Apakah negeri kalian juga lama

dijajah bangsa asing?‖

Page 11: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Keimanan dalam Naskah Drama “Balada Langgar Tua”... (Rudi) 197

―Iya, Tuhanku. Bahkan ketika

sudah merdeka pun, kami masih

dijajah secara ekonomi dan

teknologi.‖

―Dan kalian hanya diam saja?‖

―Anu, kami sudah berusaha

semampu kami...‖

―Dengan apa?‖

―Anu, dengan, dengan berdzikir dan

berdoa kepada-Mu.‖

―Berdzikir dan berdoa saja?‖ tanya

Tuhan.

―Anu, Tuhanku, kami semua tidak

peduli dengan harta benda kami.

Kami semua sudah meniggalkan

dunia. Yang kami pentingkan

adalah dzikir dan doa kepada-Mu.‖

―Tapi anak cucumu terlantar.

Rakyat di negerimu menderita dan

kalian diam saja. Kalian lebih

memilih berdzikir dan berdoa tanpa

bekerja, karena berdzikir dan

berdoa tidak mengeluarkan keringat

dan tenaga, iya kan?‖

Hansip : Terus apa jawab Haji

Saleh, Cak?

Cak Di : Haji Saleh diam saja

karena semua yang dikatakan

Tuhan memang benar. Dia hanya

beribadah dengan tujuan agar tidak

perlu bekerja (Ulum, 2012: 11–12).

Kutipan di atas menjelaskan alasan

masuknya Haji Saleh dan orang-orang

mukmin ke dalam neraka. Hal tersebut,

karena Haji Saleh tidak melaksanakan

kewajiban terhadap sesama. Haji Saleh

bersikap apatis terhadap lingkungan

sekitar. Haji Saleh hanya melakukan

ibadah, zikir, dan tidak berusaha

membantu lingkungannya dalam

keadaan yang susah. Sikap

individualisme Haji Saleh menjadi alasan

dimasukkan ke dalam neraka.

Cerminan perbuatan Haji Saleh

menunjukkan bahwa kesempurnaan

keimanan bukan ditinjau dari satu aspek.

Artinya seseorang dapat dikatakan

beriman, apabila menyeimbangkan

kewajiban kepada Allah dan sesama. Di

dalam Al-Qur‘an banyak

menggambarkan terhadap orang-orang

yang beriman dengan benar dan munafik

(Taimiyah, 2012: 105). Dua golongan

tersebut berbeda, orang yang beriman

dengan disertai amal adalah benar.

Sementara orang yang beriman hanya

dengan perkataannya, termasuk orang-

orang yang berdusta.

Perasaan Berdosa (Tobat) sebagai

Bentuk Ketakutan kepada Allah

Sebagaimana konsep iman menurut

Taimiyah, perasaan takut (berdosa)

hakikatnya sangat relevan dengan

keimanan dalam diri manusia. Kesadaran

terhadap perbuatan yang berdosa akan

menimbulkan perasaan tobat sebagai

bentuk keimanan seseorang. Timbulnya

perasaan tobat dalam diri manusia

didasari oleh keimanannya. Seseorang

yang melakukan perbuatan tercela dalam

agama maupun adat istiadat

masyarakatnya maka ia akan segera

melakukan tobat untuk mengakui dan

tidak mengulangi kesalahannya.

Dalam naskah drama ―Balada

Langgar Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S.,

menggambarkan suatu tindakan tobat

yang dilakukan tokoh Hasan dan Juki.

Kedua tokoh tersebut sadar atas

perbuatan dosa yang telah dilakukan

sehingga melakukan tobat. Hal itu dapat

dilihat pada data berikut.

Page 12: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

198 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

Hasan: Ampun! Ampun! Kami

tidak berniat mencuri. Ampun.

Mbah Man:

Astaghfirullahhal‘adzim. Lahaula

walaquwwata illa billah.. (menahan

marah).

Hasan : Ampun ya, Mbah.

Mbah, ampun.

Mbah Man : (berlalu masuk

ke dalam langgar berganti pakaian)

Astaghfirullahhal‘adzim. Anak

jaman sekarang, sudah tidak ada

lagi yang takut dengan dosa.

Cak Di : Wah, kualat kalian.

Kalau kalian tidak dapat maaf dari

Mbah Man, bisa meong-meong

sepanjang hidup. Sana, minta maaf.

(Mbah Man keluar bersama Hasan

dan Juki)

Hasan dan Juki:

Astaghfirullahhal‘adzim (berkali-

kali).

Mbah Man: Terus jangan berhenti.

Hansip: Lho, kenapa itu.

Mbah Man: Biar diampuni oleh

Allah. Biar gak dibakar di neraka.

Ayo, istighfar terus (Ulum, 2012:

8).

Data tersebut menggambarkan

penyesalan atas perbuatan yang

dilakukan oleh tokoh Hasan dan Juki.

Tokoh Hasan mengakui perbuatan

mencurinya kepada Mbah Man. Tokoh

Hasan dan Juki mengucapkan istigfar

sebagai bentuk permohonan ampun.

Tobat yang dilakukan tokoh

tersebut sebagai bentuk pengakuan

terhadap perbuatan yang melanggar

norma-norma agama dan sosial. Kedua

tokoh tersebut mengucapkan istigfar

sebagai ungkapan seseorang untuk

menyucikan diri dari dosa yang

diperbuat. Tobat sebagai langkah awal

seorang hamba untuk menjadi kekasih

Allah.

Perbuatan tobat juga dapat melatih

karakter kejujuran dalam diri seseorang.

Perbuatan tobat dapat melatih seseorang

bersikap jujur atas perbuatannya. Sikap

kejujuran sangat penting dalam

kehidupan, salah satunya untuk

membimbing seseorang ke arah yang

baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, keimanan

dalam naskah drama ―Balada Langgar

Tua‖ karya Alfanul Ulum F.S.,

digambarkan dalam tiga aspek: (1)

amaliah sebagai wujud keyakinan

kepada Allah yang terwujud dalam

bentuk merawat masjid yang

mengandung nilai karakter tanggung

jawab. Sementara kegiatan amaliah

dalam membantu sesama (tetangga)

mengandung makna nilai karakter

kepekaan sosial. Kedua nilai karakter

tersebut sangat penting direalisasikan

dalam kehidupan sehari-hari untuk

meningkatkan hubungan kepada Allah

dan sesama. (2) Percaya adanya neraka

dan surga, mengandung nilai karakter

kedisiplinan. Karakter kedisiplinan

penting untuk menjadikan seseorang taat

peraturan dalam kehidupan sehari-hari,

baik peraturan agama maupun norma

sosial. (3) Perasaan berdosa (tobat)

sebagai bentuk ketakutan kepada Allah,

mengandung nilai karakter kejujuran.

Nilai karakter kejujuran mampu

mengarahkan manusia ke arah yang

benar.

Keimanan sangat esensial

ditanamkan dalam diri manusia sebagai

Page 13: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

Keimanan dalam Naskah Drama “Balada Langgar Tua”... (Rudi) 199

pedoman dalam kehidupan sehari-hari,

yakni menjalin hubungan yang baik

kepada Allah dan masyarakat. Seseorang

dengan kualitas keimanan yang baik

dapat melakukan perbuatan yang baik

dan mengurangi perbuatan yang tercela

dalam agama, norma-norma, dan

masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qahthani, Sa‘id bin Musfir. 2019.

Buku Putih Syaikh Abdul Qadir

Al-Jailani. Diedit oleh Munirul

Abidin. Jakarta: Darur Falah.

Ardias, Afriza Yuan, Mulyono, dan

Sumartini. 2019. ―Konflik Sosial

dalam Novel Karena Aku Tak

Buta Karya Rendy

Kusmawanto.‖ Jurnal Sastra

Indonesia 8 (2): 47–5.

Ash-Shufiy, Mahir Ahmad. 2007.

Tanda-Tanda Kiamat, Tanda-

Tanda Besar (Asyrath As-Sa’ah

Al-Alamat Al-Kubra). Diedit oleh

Tim Love Pustaka. 1 ed. Solo:

Tiga Serangkai.

Ath-Tharifi, Syaikh Abdul Aziz

Marzuq. 2020. Akidah Salaf VS

Ilmu Kalam: Akar Konflik

Penyimpangan Akidah di Dunia

Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar.

Dwi, Agus. 2020. ―Duh, Kasus

Bullying Terus Meningkat Dalam

9 Tahun Terakhir.‖ Rmol.Id.

2020.

https://nusantara.rmol.id/read/202

0/02/09/420779/duh-kasus-

bullying-terus-meningkat-dalam-

9-tahun-terakhir.

Endraswara, Suwardi. 2013.

Metodologi Penelitian Sastra.

Yogyakarta: CAPS.

———. 2018. Metodologi Penelitian

Pragmatik Sastra. 1 ed.

Yogyakarta: Textium.

Fajriudin. 2018. Historiografi Islam:

Konsepsi dan Asas Epistemologi

Ilmu Sejarah dalam Islam. 1 ed.

Jakarta: Kencana.

Garjito, Dany, dan Farah Nabilla.

2020. ―Viral Video Aksi

Telanjang Sambil Baca Al

Fatihah, Panen Kecaman

Warganet.‖ Suara.com. 2020.

https://www.suara.com/news/202

0/05/07/171330/viral-video-aksi-

telanjang-sambil-baca-al-fatihah-

panen-kecaman-warganet.

Hidayat, M Mujib. 2018. ―Analisis

Bahan Ajar Akidah Madrasah

Ibtidiyah (Studi Kritis atas Buku

Membina Akidah Akhlak Karya

Wiyadi).‖ Edukasia Islamika 3

(1): 66–86.

https://doi.org/https://doi.org/10.2

8918/jei.v3i1.1679.

Juwati. 2018. Sastra Lisan Bumi

Silampari: Teori, Metode, dan

Penerapannya. Yogyakarta:

Deepublish.

K.S, Yudiono. 2009. Pengkajian

Karya Sastra Indonesia.

Semarang: Grasindo.

Karlina, Hani. 2017. ―Penggunaan

Media Audio-Visual untuk

Meningkatkan Kemampuan

Menulis Naskah Drama.‖ Literasi

1 (1): 28–35.

https://doi.org/http://dx.doi.org/1

0.25157/literasi.v1i1.82.

Lestari, Daurina, dan Syaefullah.

2020. ―Tingkat Kejahatan

Page 14: Rudi - alayasastra.kemdikbud.go.id

200 ALAYASASTRA, Volume 16, No. 2, November 2020

Meningkat di Saat Pandemi

COVID-19.‖ Viva.co.id. 2020.

https://www.viva.co.id/berita/nasi

onal/1215846-tingkat-kejahatan-

meningkat-di-saat-pandemi-

covid-19.

Mudtakim, Muhammad Ali. 2018.

―Nilai-Nilai Pendidikan

Keimanan kepada Allah dalam

Novel Jilbab Traveler Love

Sparks in Korea Karya Asma

Nadia.‖ Institut Agama Islam

Negeri Surakarta.

Nisdawati. 2019. Nilai-Nilai Tradisi

Dalam Koba Panglimo awang: :

Masyarakat Melayu Pasir

Pengaraian. Yogyakarta:

Deepublish.

Novianti, Nova, dan Sirojul Munir.

2017. ―Nilai Religius dalam

Novel Bulan Terbelah di Langit

Amerika Karya Hanum

Salsabiela Rais dan Rangga

Almahendra.‖ Literasi 1 (2): 73–

81.

https://doi.org/http://dx.doi.org/1

0.25157/literasi.v1i2.779.

Oktavia, Wahyu. 2019. ―Stilistika dan

Nilai-Nilai Pendidikan dalam

Naskah Drama Bunga Rumah

Makan Karya Utuy Tatang

Sontani.‖ Alayasastra 15 (1): 1–

12.

https://doi.org/https://doi.org/10.3

6567/aly.v15i1.263.

Putra, Ahmad, dan Prasetio

Rumondor. 2019. ―Eksistensi

Masjid di Era Rasulullah dan Era

Millenial.‖ Tasamuh 17 (1): 245–

64.

https://doi.org/https://doi.org/10.2

0414/tasamuh.v17i1.1218.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori,

Metode, dan Teknik Penelitian

Sastra dari Strukturalisme hingga

Postrukturalisme Perspektif

Wacana Naratif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sabrina, Anjarlea Mukti. 2018.

―Upaya Menanggulangi Tindak

Pidana Korupsi Ditinjau dari

Perspektif Kriminologi.‖ Al

Mabsut 12 (1): 83–94.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Penghantar

Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Sugiarti, Eggy Fajar Andalas, dan Arif

Setiawan. 2020. Desain

Penelitian Kualitatif Sastra.

Malang: UMM Press.

Supriatin, Eneng Sri. 2020. Kajian

Makna Puisi Keagamaan

(Metode Hermeneutika).

Guepedia.com.

Taimiyah, Syaikhul Islam Ibnu. 2012.

Al-Iman. Diedit oleh Kathur

Suhardi. Jakarta: Darur Falah.

Thoyyibah, Nur. 2016. ―Nilai-Nilai

Pendidikan Keimanan dan

Ketaqwaan (Studi Analisis Novel

Pesantren Impian Karya Asma

Nadia).‖ Universitas Islam

Negeri Sunan Walisongo

Semarang.

Ulum, Alfanul F.S. 2012. ―Balada

Langgar Tua.‖ Blogspot. 2012.

http://banknaskah-

fs.blogspot.com/2012/11/balada-

langgar-tua.html.

Wiyanto, Asul. 2002. Terampil

Bermain Drama. Jakarta:

Grasindo.