Rosita Pracima Fkik

download Rosita Pracima Fkik

of 72

Transcript of Rosita Pracima Fkik

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    1/72

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    PEMANFAATAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU

    (I pomea batatas(L.) Poir) SEBAGAI ZAT WARNA

    PADA SEDIAAN LIPSTIK

    SKRIPSI

    ROSITA PRACIMA

    1111102000041

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    OKTOBER 2015

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    2/72

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    PEMANFAATAN EKSTRAK UBI JALAR UNGU

    (I pomea batatas(L.) Poir) SEBAGAI ZAT WARNA

    PADA SEDIAAN LIPSTIK

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    ROSITA PRACIMA

    1111102000041

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    OKTOBER 2015

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    3/72

    iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    4/72

    iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    5/72

    v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    6/72

    vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRAK

    Nama : Rosita Pracima

    Program Studi : Strata-1-FarmasiJudul Skripsi : Pemanfaatan Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas(L.) Poir)

    sebagai Zat Warna pada Sediaan Lipstik

    Ubi jalar ungu memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai pewarna alami

    karena memiliki warna yang menarik. Warna ungu dari ubi jalar ungu disebabkan

    oleh adanya pigmen antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Pada

    penelitian ini dibuat sediaan lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang

    terkandung dalam ubi jalar ungu. Formulasi lipstik terdiri dari bahan-bahan

    seperti cera alba, carnauba wax, adeps lanae, vaselin, minyak jarak, propil

    paraben dan butil hidroksi toluen serta penambahan ekstrak ubi jalar ungu dengan

    konsentrasi 5%, 7%, dan 9%. Hasil evaluasi fisik menunjukkan bahwa sediaanlipstik yang dibuat berwarna merah muda, homogen, titik lebur 52-60oC, kekuatan

    lipstik 84,44134,44 gram, warna tidak menempel ketika dioleskan dan stabil

    pada kondisi penyimpanan suhu ruang (25oC) namun tidak stabil pada kondisi

    penyimpanan suhu tinggi (40oC) dan cycling test.

    Kata Kunci : ekstrak ubi jalar ungu, lipstik, stabilitas fisik.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    7/72

    vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ABSTRACK

    Name : Rosita Pracima

    Program Study : PharmacyTitle : The Utilization of Purple Potato Sweet (Ipomea batatas

    (L.) Poir) Extract as Lipstik Colouring Material

    Purple sweet potato has potential to be used as a natural coloring agent because its

    attractive colour. The purple color comes from the anthocyanin pigment which are

    flavonoid derivatives. The aim of this research is to formulate lipstick using a

    natural coloring agent contained in purple sweet potato. Lipstick formulation

    consists of components such as cera alba, carnauba wax, adeps lanae, vaseline,

    castor oil, propyl paraben and butylated hydroxytoluen also added with purple

    sweet potato extract using a concentration of 5%, 7%, and 9%. Lipstick physical

    evaluation results showed that the homogenity of the lipstick was excellent, themelting point was 52-60oC, the breaking point was 84,44134,44 gram, the color

    of its coloring agent wasnt visible when applied, and stable at room temperature

    (25oC) but unstable at high temperature (40oC) and cycling test.

    Keywords : purple potato sweet extract, lipstick, physical stability.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    8/72

    viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

    rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul Pemanfaatan

    Ekstrak Ubi Jalar Ungu (I pomea batatas(L.) Poir) Sebagai Zat Warna Pada

    Sediaan Lipstik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan,

    semangat, motivasi, bantuan baik moral maupun material serta doa dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada:

    1.

    Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt. dan Bapak Hefriyan Handra, M.Kes., M.Sc.,

    Apt. sebagai pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis

    dalam penelitian hingga penyusunan skripsi.

    2. Bapak Yardi, Ph.D., Apt. sebagai ketua Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

    3.

    Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt. sebagai pembimbing akademik yang telah

    membimbing dan memberikan dukungan dalam menghadapi permasalahan

    akademik.

    5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

    bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

    Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu tercinta yaitu Bapak Ihrom dan Ibu Sri

    Sumiyati yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti

    senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis,serta dukungan baik secara

    moril maupun materil. Kepada kakak ku tersayang Rosellian Pramuditha

    yang telah memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penulisan

    skripsi ini.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    9/72

    ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    7. Sahabat-sahabat tercinta, Tiara, Ririn, Asrul dan Didjah yang telah menjadi

    keluarga kedua yang telah menghabiskan waktu susah senang bersama dan

    mendengarkan segala keluh kesah penulis.

    8.

    Teman seperjuangan penelitian, Happy Rahma Yulin atas perhatian, kerja

    sama, kebersamaan dan waktu untuk mendengarkan segala keluh kesah

    selama penelitian.

    9. Seluruh laboran, Kak Eris, Kak Rani, Kak Rahmadi, Kak Lisna, Kak Tiwi,

    Kak Yaenap dan Kak Walid yang telah banyak membantu dalam penelitian

    ini.

    10. Teman-teman seangkatan Farmasi 2011 yang telah memberikan semangat

    dan doa selama ini.

    11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

    penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan

    dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

    dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berdoa

    semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis mendapat

    balasan dari Allah SWT., Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Ciputat, 8 Oktober 2015

    Penulis

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    10/72

    x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    11/72

    xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

    HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ vi

    HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvBAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    1.1

    Latar Belakang ........................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2

    1.3

    Tujuan Penelitian ....................................................................... 2

    1.4 Hipotesis .................................................................................... 3

    1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 42.1 Kosmetik .................................................................................... 4

    2.1.1 Kosmetik Dekoratif ......................................................... 4

    2.1.1.1 Pembagian Kosmetik Dekoratif ......................... 4

    2.1.1.2 Zat Warna dalam Kosmetik Dekoratif ................ 5

    2.2 Bibir ........................................................................................ 6

    2.3 Pewarna Bibir (Lipstik) .............................................................. 7

    2.3.1Persyaratan Lipstik ........................................................... 7

    2.3.2Komponen Utama Sediaan Lipstik .................................. 8

    2.3.3Zat Tambahan Sediaan Lipstik ......................................... 9

    2.4 Ubi Jalar Ungu ........................................................................... 10

    2.4.1

    Klasifikasi Tanaman ......................................................... 10

    2.4.2Kandungan ........................................................................ 10

    2.5

    Antosianin .................................................................................. 11

    2.6

    Ekstrak dan Ekstraksi ................................................................. 122.7 Komposisi Bahan Lipstik ........................................................... 14

    2.7.1

    Cera Alba .......................................................................... 14

    2.7.2Carnauba Wax ................................................................... 15

    2.7.3

    Vaselin Flavum ................................................................ 15

    2.7.4Minyak Jarak .................................................................... 15

    2.7.5

    Adeps Lanae ..................................................................... 16

    2.7.6Propil Paraben .................................................................. 16

    2.7.7Butil Hidroksi Toluen........................................................ 17

    BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 18

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 18

    3.2

    Alat Dan Bahan ........................................................................... 18

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    12/72

    xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.2.1Alat ................................................................................... 18

    3.2.2

    Bahan ................................................................................ 18

    3.3 Prosedur Kerja ............................................................................ 19

    3.3.1

    Determinasi Tanaman ....................................................... 19

    3.3.2

    Metode Ekstraksi .............................................................. 193.3.3Karakterisasi Ubi Jalar Ungu ........................................... 19

    3.3.3.1 Karakterisasi Non-Spesifik ................................... 19

    3.3.3.2 Uji Organoleptis .................................................. 20

    3.3.4Penapisan Fitokimia ......................................................... 20

    3.3.5Formulasi Sediaan Lipstik ................................................ 21

    3.3.6

    Pembuatan Sediaan Lipstik .............................................. 22

    3.3.7 Evaluasi Fisik Sediaan Lipstik ........................................... 22

    3.3.7.1Uji Organoleptis ................................................... 22

    3.3.7.2Uji Titik Lebur ....................................................... 22

    3.3.7.3Uji Kekuatan ......................................................... 22

    3.3.7.4

    Uji Homogenitas ................................................... 233.3.7.5Uji Daya Oles ........................................................ 23

    3.3.7.6

    Uji Stabilitas ......................................................... 23

    3.3.7.7Uji Cycling Test..................................................... 23

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 244.1 Determinasi Tanaman ................................................................. 24

    4.2 Metode Ekstraksi .......................................................................... 24

    4.3 Karakterisasi Ekstrak Ubi Jalar Ungu .......................................... 24

    4.4 Penapisan Fitokimia ..................................................................... 26

    4.5 Pembuatan Sediaan Lipstik .......................................................... 27

    4.6 Evaluasi Fisik Sediaan Lipstik ..................................................... 29

    4.6.1 Evaluasi Awal Sediaan Lipstik ........................................... 30

    4.6.2 Pemeriksaan Organoleptis ................................................... 30

    4.6.3 Uji Homogenitas ................................................................. 31

    4.6.4 Uji Titik Lebur .................................................................... 31

    4.6.5 Uji Kekuatan ....................................................................... 32

    4.6.6 Uji Daya Oles ...................................................................... 33

    4.6.7 Uji Cycling Test.................................................................. 34

    BAB 5. PENUTUP .......................................................................................... 375.1 Kesimpulan .................................................................................. 37

    5.2 Saran ............................................................................................ 37

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    13/72

    xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Ubi Jalar Ungu .......................................................................... 10Gambar 2.2 Antosianin .................................................................................. 12

    Gambar 2.3 Struktur Propil Paraben ............................................................. 16

    Gambar 2.4 Struktur Butil Hidroksitoluen .................................................... 17

    Gambar 4.1 Sediaan Lipstik Tidak Memenuhi Persyaratan .......................... 28

    Gambar 4.2 Sediaan Lipstik Memenuhi Persyaratan .................................... 28

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    14/72

    xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Kandungan Ubi Jalar Ungu ............................................................ 11

    Tabel 3.1 Formula Sediaan Lipstik Ekstrak Ubi Jalar Ungu .......................... 21

    Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak Ubi Jalar Ungu ................................... 25

    Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Ubi Jalar Ungu ....................... 26

    Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Awal Sediaan Lipstik ............................................. 30

    Tabel 4.4 Hasil Uji Titik Lebur Sediaan Lipstik ............................................ 32

    Tabel 4.5 Hasil Uji Kekuatan Sediaan Lipstik .............................................. 33

    Tabel 4.6 Hasil Uji Titik Lebur Kondisi Cycling Test................................... 36

    Tabel 4.7 Hasil Uji Kekuatan Kondisi Cycling Test...................................... 36

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    15/72

    xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Alur Penelitian .......................................................................... 42Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman ..................................................... 43

    Lampiran 3. Gambar Hasil Ekstrak Ubi Jalar Ungu ..................................... 44

    Lampiran 4. Gambar Alat Uji Kekuatan Lipstik ........................................... 44

    Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak ................................................ 45

    Lampiran 6. Perhitungan Parameter Non Spesifik ........................................ 45

    Lampiran 7. Gambar Hasil Penapisan Fitokimia .......................................... 46

    Lampiran 8. Gambar Hasil Penelitian ........................................................... 49

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    16/72

    1

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

    digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir

    dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut

    terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

    dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh

    pada kondisi baik (Anonim, 2010).

    Setiap wanita mempunyai kecendrungan serupa, yaitu ingin terlihat

    cantik dan menyenangkan untuk dipandang sehingga produk kosmetik

    merupakan kebutuhan mutlak bagi dirinya (Farima, 2009). Salah satu

    produk kosmetika yang sering digunakan khususnya bagi para wanita yaitu

    lipstik (Mamoto dan Fatimawali, 2013).

    Lipstik adalah salah satu sediaan kosmetika yang sangat umum

    digunakan oleh para wanita untuk mewarnai bibir karena bibir dianggap

    sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang (Farima, 2009).

    Lipstik digunakan oleh para wanita untuk menambah warna bibir sehingga

    tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir lebih kecil

    atau besar, tergantung warna yang digunakan. Biasanya wanita memilih

    lipstik terutama karena warnanya, dimana dapat meningkatkan estetika

    dalam tata rias wajah (Sinurat, 2011).

    Zat warna menurut asalnya terdiri dari zat warna sintetis dan zatwarna alami (Winarti, 2008). Ubi jalar ungu merupakan salah satu

    tanaman yang berpotensi sebagai sumber zat warna alami. Dibandingkan

    jenis ubi jalar lain, ubi jalar ungu memiliki keunggulan, salah satunya

    mengandung antioksidan dan pigmen antosianin yang lebih tinggi dari

    sumber lain seperti kubis ungu, blueberry dan jagung merah (Rosidah,

    2010). Ubi jalar ungu umumnya diperdagangkan dalam bentuk segar dan

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    17/72

    2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pemanfaatannya terbatas untuk konsumsi langsung (dikukus/digoreng)

    (Ginting et al., 2011).

    Jumlah antosianin yang terkandung dalam ubi jalar ungu yaitu

    sebesar 110,51 mg/100 gr (Rosidah, 2010). Antosianin memiliki banyak

    manfaat, salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai zat warna alami

    (Hardhi, 2013). Sebagai contoh, zat warna alami dapat digunakan sebagai

    pewarna pada formulasi lipstik. Penelitian yang dilakukan Adliani et al.

    (2012) menggunakan zat warna dari ekstrak bunga kecombrang

    menghasilkan warna merah muda hingga merah tua yang stabil pada

    sediaan lipstik. Begitu juga penelitian yang dilakukan Farima (2009)

    menggunakan zat warna dari ekstrak bunga mawar menghasilkan warna

    yang stabil pada sediaan lipstik.

    Berdasarkan perkembangan pewarna alami yang dapat digunakan

    sebagai zat warna lipstik dan masih sedikitnya pemanfaatan ubi ungu,

    maka dilakukan penelitian terhadap ubi jalar ungu dengan cara

    memanfaatkan ubi jalar ungu yang kemudian diaplikasikan untuk

    mengembangkan suatu formulasi lipstik dengan ubi jalar ungu sebagai zat

    warna dan melihat kestabilannya secara fisik.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut dapat

    dirumuskan suatu permasalahan yaitu sebagai berikut:

    1.2.1 Apakah ekstrak ubi jalar ungu dapat dimanfaatkan sebagai zat

    warna pada sediaan lipstik?

    1.2.2

    Bagaimana stabilitas fisik sediaan lipstik dengan ekstrak ubi jalarungu sebagai zat warna?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Mengetahui apakah ekstrak ubi jalar ungu dapat dimanfaatkan

    sebagai zat warna pada sediaan lipstik

    1.3.2 Mengetahui stabilitas fisik sediaan lipstik yang dihasilkan

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    18/72

    3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.4 Hipotesis

    Ekstrak ubi jalar ungu dapat dimanfaatkan sebagai zat warna pada

    sediaan lipstik dan menghasilkan sediaan yang stabil secara fisik.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Memanfaatkan ubi jalar ungu sebagai pewarna pada sediaan lipstik,

    memberikan informasi mengenai stabilitas fisik sediaan dan memberikan

    tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai sediaan lipstik.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    19/72

    4

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kosmetik

    Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

    digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir

    dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut

    terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan

    atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

    kondisi baik. (Permenkes, 2010).

    2.1.1 Kosmetik Dekoratif

    Kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-

    mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan

    noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak

    perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika

    tidak merusak kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit. Pemakaian

    kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit.

    Dengan memakai kosmetik dekoratif, seseorang ingin menyembunyikan

    kekurangan pada kulitnya atau ingin memberikan penampilan yang lebih

    cantik, lebih menarik kepada dunia luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

    Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah

    warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak

    menyebabkan kulit tampak berkilau, dan sudah tentu tidak merusak atau

    mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan adneksa lainnya (Tranggono

    dan Latifah, 2007).

    2.1.1.1 Pembagian Kosmetik Dekoratif

    Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu

    (Tranggono dan Latifah, 2007):

    1.

    Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    20/72

    5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi,

    eye-shadow, dan lain-lain (Tranggono dan Latifah, 2007).

    2.

    Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam

    waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

    pengriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan

    Latifah, 2007).

    2.1.1.2 Zat Warna dalam Kosmetik Dekoratif

    Dalam kosmetik dekoratif, zat warna memegang peran sangat

    besar. Zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok,

    yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

    1. Zat Warna Alam yang Larut

    Dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik daripada zat warna

    sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya,

    dan relatif mahal. Misalnya alkalain, zat warna merah yang dieksrak

    dari kulit akar alkana (Radix alcannae); carmine, zat warna merah

    yang diperoleh dari serangga Coccus cactiyang dikeringkan; klorofil

    daun-daun hijau; henna, yang diekstrak dari daun Lawsonia inermis;

    carotene, zat warna kuning (Tranggono dan Latifah, 2007).

    2. Zat Warna Sintetis yang Larut

    Zat warna sintesis pertama kali disintesis dari anilin, sekarang

    benzene, toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang

    berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam

    kelompok ini sehingga sering disebut sebagai zat warna dari coal tar

    yang berhasil diciptakan, tetapi hanya sebagian yang dipakai dalamkosmetik (Tranggono dan Latifah, 2007).

    3. Pigmen-Pigmen Alam

    Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat

    secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya

    tergantung pada kandungan besi oksida atau mangan oksidanya

    (misalnya kuning oker, coklat, merah bata, coklat tua). Zat warna ini

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    21/72

    6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    murni, sama sekali tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak-

    krim dan make-up sticks (Tranggono dan Latifah, 2007).

    4.

    Pigmen-Pigmen Sintetis

    Dewasa ini, besi oksida sintetis dan oker sintetis sering menggantikan

    zat warna alam. Warnanya lebih intens dan lebih terang. Pilihan

    warnanya antara lain kuning, coklat sampai merah, dan macam-

    macam violet. Pigmen sintetis putih seperti zinc oxide dan titanium

    oxide termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang

    terpenting. Zinc oxide tidak hanya memainkan suatu peran besar

    dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga dalam preparat

    kosmetik dan farmasi lainnya. Sejumlah senyawa cobalt digunakan

    sebagai pigmen sintetis warna biru, khususnya warna cobalt dan

    ultramarine. Cobalt hijau adalah pigmen hijau yang kebiru-biruan

    (Tranggono dan Latifah, 2007).

    5.

    Lakes Alam dan Sintetis

    Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna

    yang larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan

    mengikatnya sedemikian rupa (biasanya dengan reaksi kimia)

    sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak

    larut dalam air, minyak, atau pelarut lain. Kebanyakan lakes dewasa

    ini dibuat dari zat warna sintetis, kecuali Florentine lake yang

    diperoleh dari presipitasi carmine dan brasilin (zat warna dari sayuran)

    di dalam aluminum hidroksida. Lakesyang dibuat dari zat-zat warna

    asal coal-tar merupakan zat pewarna terpenting di dalam bedak,

    lipstik, dan make-upwarna lainnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

    2.2 Bibir

    Bibir adalah lipatan membran otot yang mengelilingi bagian

    anterior mulut. Bibir atas dan bawah masing-masing disebut sebagai

    "labium superius oris" dan "labium inferius oris". Titik di mana bibir

    bertemu kulit di sekitar daerah mulut adalah perbatasan merah terang.

    Tepat di atas zona transisi antara kulit dan zona merah terang adalah

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    22/72

    7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    lengkungan cupid. Kulit bibir memiliki 3-5 lapisan, sangat tipis

    dibandingkan dengan kulit wajah yang memiliki hingga 16 lapisan. Kulit

    bibir membentuk perbatasan antara kulit luar wajah, dan selaput lendir

    interior bagian dalam mulut. Kulit bibir tidak berbulu dan tidak memiliki

    kelenjar keringat. Kulit bibir mengandung lebih sedikit melanosit (sel yang

    memproduksi pigmen melanin, yang memberikan kulit warna). Karena itu,

    pembuluh darah muncul melalui kulit bibir, yang memberikan warna

    merah bibir. Dengan warna kulit lebih gelap efek ini kurang menonjol,

    seperti dalam kasus ini kulit bibir mengandung lebih banyak melanin

    sehingga secara visual lebih gelap. Wilayah yang lebih dalam yang

    membentuk bibir terdiri dari lapisan otot lurik, otot orbicularis orbis, dan

    jaringan ikat longgar. Otot membuat daerah tepi zona merah terang

    memberikan bentuk bibir. Bibir memiliki kepekaan sentuhan yang bagus.

    Jaringan labial memiliki banyak reseptor sensorik, termasuk Meissner, sel

    Merkel, dan ujung saraf bebas (Draelos, 2010).

    2.3 Pewarna Bibir (Lipstik)

    2.3.1 Persyaratan Lipstik

    Persyaratan untuk lipstik yang dituntut oleh masyarakat, antara lain

    (Tranggono dan Latifah, 2007):

    a. Melapisi bibir secara mencukupi

    b. Dapat bertahan di bibir selama mungkin

    c. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket

    d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

    e.

    Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannyaf.

    Memberikan warna yang merata pada bibir

    g. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya

    h. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau

    berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    23/72

    8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.2 Komponen Utama Sediaan Lipstik

    Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari lilin,

    minyak, lemak dan zat warna (Tranggono dan Latifah, 2007).

    1.

    Lilin

    Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik

    dan menjaganya tetap padat walau keadaan hangat. Lilin yang biasa

    digunakan antara lain carnauba wax, paraffin wax, ozokerite, beeswax,

    candellila wax, spermaceti dan ceresine (Tranggono dan Latifah,

    2007).

    2. Minyak

    Minyak yang digunakan dalam sediaan lipstik harus memberikan

    kelembutan, kilauan dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat

    warna. Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak,

    tetrahydrofufuryl alkohol, isopropyl myristate, butyl stearat dan

    paraffin oil(Tranggono dan Latifah, 2007).

    3. Lemak

    Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang

    berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur

    yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, mengikat antara fase

    minyak dan fase lilin dan dapat mengurangi efek berkeringat dan

    pecah pada lipstik. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis

    lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin dan minyak tumbuhan

    yang sudah dihidrogenasi (Tranggono dan Latifah, 2007).

    4. Zat warna

    Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dyedan pigmen. Stanining dye merupakan zat warna yang larut atau

    terdipersi dalam basisnya, sedangkan pigmen adalah zat warna yang

    tidak larut tetapi tersuspensi dalam basisnya (Tranggono dan Latifah,

    2007).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    24/72

    9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.3 Zat Tambahan dalam Sediaan Lipstik

    Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam

    formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik yaitu dengan cara

    menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus

    inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur

    dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang biasa

    digunakan dalam sediaan lipstik antara lain (Tranggono dan Latifah,

    2007):

    1. Antioksidan

    Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh

    lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHA, BHT dan vitamin E

    adalah antioksidan yang paling sering digunakan. Antioksidan yang

    digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997):

    a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam

    kosmetika

    b. Tidak berwarna

    c. Tidak toksik

    d.

    Tidak berubah meskipun disimpan lama

    2. Pengawet

    Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan

    lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air.

    Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan

    terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi

    pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan

    pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakanyaitu metil paraben dan propil paraben (Tranggono dan Latifah,

    2007).

    3. Parfum

    Parfum digunakan untuk memeberikan bau yang menyenangkan,

    menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis dan dapat

    menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan

    penggunaan lipstik (Tranggono dan Latifah, 2007).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    25/72

    10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.4 Ubi Jalar Ungu

    Ubi jalar ungu berbentuk lonjong dan permukaan kecil rata, daging

    berwarna ungu ada yang keunguan dan ada yang berwarna ungu pekat.

    Teksturnya tergolong keras, rasanya manis namun tak semanis ubi putih

    (Rosidah, 2010).

    Gambar 2.1Ubi Jalar Ungu

    [Sumber: Ina et al., 2013]

    2.4.1 Klasifikasi Tanaman

    Kingdom : Plantea

    Devisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotylodonnae

    Ordo : Convolvulales

    Famili : Convolvulaceae

    Genus :Ipomoea

    Spesies :Ipomoea BatatasL.

    (Juanda, 2010)

    2.4.2 Kandungan

    Ubi jalar ungu mengandung vitamin (A, B1, B2, C, dan E), mineral

    (kalsium, kalium, magnesium, tembaga, dan seng), serat pangan, serta

    karbohidrat bukan serat. Total kandungan antosianin ubi jalar ungu

    berkisar 110,51 mg/100 gram. Pigmennya lebih stabil bila dibandingkan

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    26/72

    11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    antosianin dari sumber lain, seperti kubis merah, elderberi, bluberi, dan

    jagung merah. Kestabilan dan kandungan antosianin yang lebih tinggi pada

    ubi jalar ungu daripada sumber lain, menjadikannya sebagai pilihan

    alternatif pewarna alami (Ginting et al., 2011). Kandungan secara lengkap

    tercantum dalam tabel di bawah ini.

    Tabel 2.1.Kandungan Ubi Jalar Ungu

    No. Kandungan Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    Kalori

    Protein

    Lemak

    KarbohidratKalsium

    Fosfor

    Zat Besi

    Vitamin A

    Vitamin B1

    Vitamin C

    Air

    Gula reduksi

    Serat

    BDD

    Antosianin

    123 kal

    0,77 g

    0,94 g

    27,64 g30 mg

    49 g

    0,7 mg

    7.700 SI

    0,9 mg

    21,34 mg

    70,46 g

    0,3

    0,3

    86%

    110,51 mg/100 g

    Sumber: Sarwono (2005) dalam Rosidah 2010

    2.5 Antosianin

    Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada

    umumnya larut dalam air. Flavonoid mengandung dua cincin benzena

    yang dihubungkan oleh tiga atom karbon. Ketiga atom karbon tersebut

    dirapatkan oleh sebuah atom oksigen sehingga terbentuk cincin di antara

    dua cincin benzena. Warna pigmen antosianin merah, biru, violet dan

    biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan, dan sayur-sayuran (Koswara,

    2009).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    27/72

    12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 2.2 Antosianin

    [Sumber: Koswara, 2009]

    Antosianin dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu

    membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa dan

    kadang-kadang pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat,

    antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam)

    pigmen berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan

    kemudian menjadi biru. Antosianin banyak menarik perhatian untuk

    dipakai sebagai pengganti zat warna sintesis amaranth (FD & C Red No.

    2) yang dilarang di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya

    (Koswara, 2009).

    2.6 Ekstrak dan Ekstraksi

    Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

    menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, diluar

    pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstraksi adalah pemisahan bahan

    aktif sebagai obat dari jaringan tumbuhan ataupun hewan menggunakan

    pelarut yang sesuai melalui prosedur yang telah ditetapkan. Selama proses

    ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan

    dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan

    pelarutnya (Tiwari et al., 2011).

    Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan

    mempengaruhi kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak,

    antara lain (Tiwari et al., 2011):

    1. Tipe ekstraksi

    2. Waktu ekstraksi

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    28/72

    13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Suhu ekstraksi

    4. Konsentrasi pelarut

    5. Polaritas pelarut

    Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi

    menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Anonim, 2000).

    1.

    Ekstraksi Cara Dingin

    a. Maserasi

    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

    menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

    pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan ekstraksi

    dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang

    digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara

    pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak dan

    penyarian kurang sempurna (Anonim, 2000). Metode ini paling

    cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari et al.,

    2011).

    b. Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

    terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada

    temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap

    pengembangan bahan, tahap perendaman, tahap perkolasi antara,

    tahap perkolasi sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus

    menerus samp.i diperoleh ekstrak (perkolat). Ini adalah prosedur

    yang paling sering digunakan untuk mengekstrak bahan aktif

    dalam penyusunan tincture dan ekstrak cairan (Tiwari et al.,2011).

    2. Ekstraksi Cara Panas

    a. Sokletasi

    Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru,

    dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi

    kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

    pendingin balik (Anonim, 2000).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    29/72

    14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    b. Refluks

    Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

    temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah

    pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin

    balik (Anonim, 2000).

    c.

    Infusa

    Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC

    selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air

    pada temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam

    penangas air mendidih, temperatur yang digunakan (96-98oC)

    selama waktu tertentu (15-20 menit) (Anonim, 2000).

    d. Dekok

    Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur.

    Metode ini digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam

    air dan konstituen yang stabil terhadap panas dengan cara direbus

    dalam air selama 15 menit (Tiwari et al., 2011).

    e. Digesti

    Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinyu pada

    temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-

    30oC). Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang

    digunakan selama proses ekstraksi (Tiwari et al., 2011).

    2.7 Komposisi Bahan Lipstik

    2.7.1 Cera alba

    Cera alba dibuat dengan cara memutihkan malam yang diperoleh

    dari sarang lebahApis mellifera L.atau spesiesApislain. Cera alba berupa

    zat padat berwarna bening atau putih kekuningan dan memiliki bau khas

    lemah. Cera alba praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam

    etanol (95%) dingin dan larut dalam kloroform, eter hangat, minyak lemak

    dan minyak atsiri. Cera alba memiliki titik lebur antara 62o- 64oC. Ketika

    cera alba dipanaskan di atas 150oC, terjadi proses esterifikasi yang ditandai

    dengan penurunan bilangan asam. Cera alba inkompatibel dengan agen

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    30/72

    15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pengoksidasi (Rowe et al., 2009). Cera alba dalam formulasi ini sebagai

    agen pemberi struktur batang.

    2.7.2 Carnauba wax

    Carnauba wax diperoleh dari tunas daun dan daun kelapa carnauba

    Brasil, Copernicia cerifera. Daun kemudian dikeringkan dan diparut, dan

    lilin ini dihilangkan dengan penambahan air panas. Carnauba wax berupa

    serpihan berbentuk tidak teratur berwarna kuning pucat. Memiliki

    karakteristik bau hambar dan praktis tidak ada rasa. Hal ini menyebabkan

    bebas dari tengik. Titik lebur carnauba wax tinggi yaitu 85oC. Carnauba

    wax larut dalam kloroform hangat dan toluena hangat, sedikit larut dalam

    etanol (95%) mendidih, dan praktis tidak larut dalam air (Rowe et al.,

    2009). Carnauba wax dalam formulasi ini agen pemberi struktur batang

    dan meningkatkan titik lebur sediaan lipstik.

    2.7.3 Vaselin flavum

    Vaselin flavum merupakan campuran hidrokarbon setengah padat

    yang diperoleh dari minyak mineral. Vaselin flavum memiliki massa

    lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning dan sifat ini tetap

    setelah zat dileburkan bahkan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.

    Vaselin flavum tidak berbau, hampir tidak berasa dan dapat berfluoresensi

    lemah. Vaselin flavum praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) dan

    larut dalam kloroform, eter juga eter minyak tanah. Vaselin flavum

    melebur pada suhu antara 38o- 56oC. Ketika terpapar cahaya, vaselin

    flavum akan teroksidasi yang akan membuat berubah warna (Rowe et al.,2009). Vaselin flavum dalam formula ini sebagai agen pembentuk lapisan

    film pada bibir dan memberikan tekstur yang lembut.

    2.7.4 Minyak Jarak

    Minyak jarak merupakan minyak lemak yang diperoleh dengan

    perasan dingin bijiRicinus communis L.yang telah dikupas. Minyak jarak

    berupa cairan kental, jernih, berwarna kuning pucat atau hampir tidak

    berwarna, berbau lemah dengan rasa manis kemudian agak pedas,

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    31/72

    16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    umumnya memualkan. Minyak jarak dapat bercampur dengan kloroform,

    larut dalam etanol (95%) dan praktis tidak larut dalam air. Minyak jarak

    stabil dan tidak menjadi tengik dengan pemanasan. Pemanasan pada suhu

    300oC untuk beberapa jam, minyak jarak membentuk polimerisasi dan

    menjadi larut dalam minyak mineral. Ketika didinginkan pada suhu 0oC,

    menjadi kental (Rowe et al., 2009). Minyak jarak dalam formula ini

    digunakan sebagai medium pendispersi zat warna.

    2.7.5 Adeps Lanae

    Adeps lanae merupakan zat serupa lemak yang dimurnikan,

    diperoleh dari bulu domba Ovis aries (Fam Bovidae). Adeps lanae

    berbentuk liat, lekat, berwarna kuning muda atau kuning pucat, agak

    tembus cahaya dan bau khas lemah. Adeps lanae melebur pada suhu antara

    36o-42oC. Adeps lanae praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam

    etanol (95%), mudah larut dalam kloroform dan eter (Rowe et al., 2009).

    Adeps lanae dalam penelitian ini digunakan sebagai agen pembentuk

    lapisan film pada bibir dan memberikan tekstur yang lembut.

    2.7.6 Propil Paraben

    Gambar 2.3 Struktur Propil Paraben

    [Sumber: Rowe et al., 2009]

    Propil paraben digunakan sebagai pengawet antimikroba yang

    memiliki spektrum antimikroba luas. Propil paraben berbentuk serbuk

    hablur putih, tidak berbau dan tidak berasa. Propil paraben sangat sukar

    larut dalam air, larut dalam 40 bagian minyak lemak dan mudah larut

    dalam larutan alkali hidroksida. Aktifitas antimikroba propil paraben

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    32/72

    17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    berkurang dengan adanya surfaktan nonionik. Propil paraben berubah

    warna dengan adanya besi dan terjadi hidrolisis oleh alkali lemah dan

    asam kuat (Rowe et al., 2009). Propil paraben dalam formula digunakan

    sebagai pengawet agar sediaan tidak mudah terkontaminasi.

    2.7.7 Butil hidroksitoluen (BHT)

    Gambar 2.4 Struktur Butil Hidroksitoluen

    [Sumber: Rowe et al., 2009]

    BHT digunakan sebagai antioksidan. Karakteristik BHT berupa

    hablur padat berwara putih dan memiliki bau khas. BHT praktis tidak larut

    dalam air dan propilenglikol, mudah larut dalam etanol (95%), kloroform

    dan eter. BHT memiliki titik lebur 70oC. Ketika terpapar cahaya, lembab

    dan panas menyebabkan perubahan warna dan menghilangkan aktifitas.

    BHT inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida dan

    permanganat. Garam besi menyebabkan perubahan warna dan hilangnya

    aktifitas (Rowe et al., 2009). BHT dalam formula digunakan sebagai

    antioksidan agar sediaan tidak mudah teroksidasi dan berbau tengik.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    33/72

    18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi dan

    Fitokimia, Laboratorium Penelitian II, Laboratorium Sediaan Padat,

    Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Sediaan Steril, dan Laboratorium

    Kimia Obat Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu

    pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari-Agustus 2015.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    Peralatan yang digunakan antara lain oven (Etuves C 3000,

    Perancis), lemari pendingin (SANYO Medicool, Jepang), hot plate

    (Cimarec Thermo Scientific, Amerika), melting point (Stuart), alat uji

    kekuatan, timbangan analitik (KERN KB, Jerman), pH meter (Horiba F-

    52, Jepang), cetakan lipstik, wadah lipstik (roll up), tanur, botol timbang,

    termometer, sudip, alu dan alat gelas(Schoot Duran, Jerman).

    3.2.2 Bahan

    Bahan yang digunakan antara lain ubi jalar ungu yang diperoleh

    dari Garut, Jawa Barat, akuades, asam sitrat, minyak jarak, cera alba,

    vaselin flavum, adeps lanae, carnauba wax, butil hidroksi toluen (BHT),

    propil paraben, H2SO4 2 N, pereaksi mayer, pereaksi dragendorff, etanol,

    serbuk Mg, HCl, H2SO4pekat, asam asetat anhidrat, FeCl3 1%, dan H2SO4

    encer.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    34/72

    19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3 Prosedur Kerja

    3.3.1 Determinasi Tanaman

    Tanaman ubi jalar ungu diperoleh dari perkebunan ubi jalar ungu

    di Desa Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan dideterminasi di

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Puslit Biologi, Bogor.

    3.3.2 Metode Ekstraksi

    Sebanyak 1 kg ubi jalar ungu dibersihkan kulitnya lalu dipotong

    kecil-kecil dan dihancurkan dengan blender. Setelah itu, dimaserasi

    menggunakan 1,5 liter akuades dan ditambahkan 30 g asam sitrat

    kemudian ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya

    sambil sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 5 hari, disaring

    menggunakan kapas dan dilanjutkan dengan kertas saring sehingga

    diperoleh filtrat. Ampas yang tersisa kemudian dimaserasi ulang. Hasil

    filtrat yang diperoleh dicampur menjadi satu lalu di freeze dry

    menggunakan alat freeze dryer pada suhu -40oC dan dihitung persen

    rendemen dengan rumus (Risnawati, 2012):

    3.3.3 Karakterisasi Ekstrak Ubi Jalar Ungu

    3.3.3.1 Karakterisasi Non Spesifik

    Adapun karakterisasi non-spesifik yang dilakukan meliputi

    penetapan kadar air dan kadar abu.1. Kadar Air

    Dimasukan lebih kurang 1 gram ekstrak, dan ditimbang dalam

    wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105oC selama 5 jam,

    dan timbang. Lakukan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam

    sampai perbedaan antara jarak penimbangan bertururt-turut tidak lebih

    dari 0,25% (Anonim, 2000).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    35/72

    20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2. Kadar Abu

    Sebanyak 1 g ekstrak ditimbang dan dimasukkan ke dalam krus

    porselen yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditimbang. Setelah itu

    ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan

    (dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 25 C) hingga

    arang habis. Kemudian ditimbang hingga bobot tetap (Anonim, 2000).

    3.3.3.2 Uji Organoleptis

    Pemeriksaan secara fisik menggunakan panca indera yang

    meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa (Anonim, 2000).

    3.3.4 Penapisan Fitokimia

    a. Identifikasi golongan alkaloid

    Sampel dicampur dengan 5 mL kloroform dan 5 mLamoniak

    kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes

    asam sulfat 2 N pada masing-masing filtrat, kemudian dikocok dan

    didiamkan. Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji

    dengan pereaksiMeyer danDragendorff. Terbentuknya endapan putih

    dan jingga yang menunjukkan adanya alkaloid (Anonim, 2000).

    b. Identifikasi golongan flavonoid

    Sampel dicampur dengan 5 mL etanol, dikocok, dipanaskan, dandikocok lagi kemudian disaring. Kemudian ditambahkan serbuk Mg

    0,2 g dan 3 tetes HCl pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna

    merah pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid (Anonim,

    2000).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    36/72

    21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    c. Identifikasi golongan saponin

    Sampel dididihkan dengan 20 mLair dalam penangas air. Filtrat

    dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya busa yang

    stabil berarti positif terdapat saponin (Anonim, 2000).

    d. Identifikasi golongan steroid

    Sampel diekstrak dengan etanol dan ditambah 2 mL asam sulfat

    pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat. Perubahan warna dari ungu ke

    biru atau hijau menunjukkan adanya steroid (Anonim, 2000).

    e. Identifikasi golongan triterpenoid

    Sampel dicampur dengan 2 mL kloroform dan 3 mL asam sulfat

    pekat. Terbentuknya warna merah kecoklatan pada antar permukaan

    menunjukkan adanya triterpenoid (Anonim, 2000).

    f. Identifikasi golongan tannin

    Sampel didihkan dengan 20 mL air lalu disaring. Ditambahkan

    beberapa tetes FeCl3 1% dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau

    biru kehitaman menunjukkan adanya tannin (Anonim, 2000).

    3.3.5 Formulasi Sediaan LipstikTotal sediaan yang dibuat untuk satu formula adalah 5 g.

    Tabel 3.1 Formula Sediaan Lipstik Ekstrak Ubi Jalar Ungu

    KomposisiFormula (%)

    I II III

    Ekstrak ubi jalar ungu

    Cera alba

    Carnauba wax

    VaselinMinyak jarak

    Isopropil miristat

    Adeps lanae

    Propil paraben

    BHT

    5

    15

    9

    840,88

    10

    12

    0,1

    0,02

    7

    15

    9

    837,88

    10

    12

    0,1

    0,02

    9

    15

    9

    835,88

    10

    12

    0,1

    0,02

    Keterangan :

    Formulasi I : Sediaan dengan konsentrasi ekstrak 5%

    Formulasi II : Sediaan dengan konsentrasi ekstrak 7%

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    37/72

    22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Formulasi III : Sediaan dengan konsentrasi ekstrak 9%

    3.3.6 Pembuatan Sediaan Lipstik

    Lebur cera alba, carnauba wax, minyak jarak, propil paraben, BHT

    dan ekstrak ubi jalar ungu di atas hot plate. Setelah melebur, campuran

    digerus hingga homogen (M1). Lebur adeps lanae, vaselin dan isopropil

    miristat (M2). Campurkan M2 ke dalam M1 dan kemudian digerus hingga

    homogen (M3). Lebur M3 di atas hot plate dan setelah melebur segera

    dimasukkan ke dalam cetakan lipstik. Diamkan 10 menit sampai lipstik

    mengeras. Keluarkan lipstik dari cetakan dan dimasukkan ke dalam wadah

    lipstik.

    3.3.7 Evaluasi Fisik Sediaan Lipstik

    3.3.7.1 Uji Organoleptis

    Pengujian ini meliputi pemeriksaan warna, bentuk, dan bau sediaan

    yang dihasilkan (Anvisa, 2005).

    3.3.7.2 Uji Titik Lebur

    Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara

    melebur lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan

    titik lebur dengan suhu di atas 50C. Lipstik dimasukkan dalam pipa piler

    kaca hingga membentuk kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm

    hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin dengan cara mengetukkan

    secukupnya pada permukaan padat. Panaskan tangas hingga suhu lebih

    kurang 10

    o

    di bawah suhu lebur yang diperkirakan, dan naikkan suhudengan kecepatan 1o 0,5o per menit. Masukkan kapiler, bila suhu

    mencapai 5o di bawah suhu terendah yang diperkirakan, lanjutkan

    pemanasan hingga melebur sempurna. Catat jarak lebur (Anonim, 1995).

    3.3.7.3Uji Kekuatan

    Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara

    lipstik diletakkan horizontal kemudian digantungkan beban yang berfungsi

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    38/72

    23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10 gram).

    Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai

    lipstik patah, pada saat lipstik patah merupakan nilai kekuatan lipstiknya

    (Vishwakarma et al., 2011).

    3.3.7.4Uji Homogenitas

    Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat diperiksa

    homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada

    kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

    dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Risnawati, 2012).

    3.3.7.5Uji Daya Oles

    Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik

    pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang

    menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan. Sediaan lipstik dikatakan

    mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit

    punggung tangan banyak dan merata (Risnawati, 2012).

    3.3.7.6Uji Stabilitas

    Pengujian dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu tinggi

    (40oC) dan suhu kamar (25oC) selama 1 bulan, dan dilakukan pengamatan

    setiap 1 minggu sekali terhadap adanya perubahan warna, bentuk dan bau

    (Anvisa, 2005).

    3.3.7.7Uji Cycling TestPemeriksaan stabilitas dengan cara sediaan lipstik dari masing-

    masing formula disimpan secara bergantian pada suhu dingin (4C) pada

    24 jam pertama dan suhu tinggi (40oC) pada 24 jam berikutnya (1 siklus),

    pengujian ini dilakukan sebanyak 6 siklus. (Anvisa, 2005).

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    39/72

    24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Determinasi Tanaman

    Hasil determinasi tanaman yang telah dilakukan di Lembaga Ilmu

    Pengetahuan Indonesia (LIPI), Puslit Biologi, Bogor menunjukkan bahwa

    tanaman yang digunakan adalah ubi jalar ungu (Ipomea batatas(L.) Poir)

    famili Convolvulaceae. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

    4.2 Metode Ekstraksi

    Ekstraksi ubi jalar ungu dilakukan dengan cara maserasi

    menggunakan pelarut akuades. Akuades dipilih sebagai pelarut karena zat

    warna antosianin merupakan senyawa polar yang akan larut di dalam

    pelarut yang bersifat polar dan juga didasarkan pada keamanan ketika

    digunakan dalam sediaan lipstik.

    Saat proses maserasi ditambahkan pula asam sitrat sebanyak 30

    gram. Menurut Robinson (1995) dalam Surianti 2012), ekstraksi senyawa

    golongan flavonoid dianjurkan dilakukan pada suasana asam karena asam

    berfungsi mendenaturasi membran sel tanaman, kemudian melarutkan

    pigmen antosianin sehingga dapat keluar sel serta dapat mencegah oksidasi

    flavonoid yang berhubungan dengan kestabilan warna pigmen. Semakin

    rendah nilai pH maka semakin tinggi warna merah yang dihasilkan dan

    sebaliknya semakin tinggi nilai pH maka semakin rendah warna merah

    yang dihasilkan (Ali et al., 2013). Setelah proses maserasi, filtratkemudian di-freeze dry dan didapatkan ekstrak air kering dengan

    persentase rendemen ekstrak sebesar 7,4%.

    4.3 Karakterisasi Ekstrak Ubi Jalar Ungu

    Ekstrak yang telah didapat kemudian dilakukan karakterisasi yang

    meliputi parameter spesifik dan nonspesifik. Karakterisasi ini menandakan

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    40/72

    25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    bahwa ekstrak tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hasil

    karakterisasi ekstrak ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak Ubi Jalar Ungu

    Jenis Karakterisasi Hasil

    Parameter Spesifika.

    Identitas :

    b.

    Organoleptis:

    Warna

    Bau

    Rasa

    Bentuk

    Parameter Non Spesifika. Kadar air

    b.

    Kadar abu

    Ekstrak air ubi jalar ungu (Ipomea

    batatas(L.) Poir

    Merah

    Khas

    AsamEkstrak kering

    1,07%

    4,62%

    Pengamatan yang meliputi identitas dan organoleptis bertujuan

    untuk memberikan objektifitas dari nama dan spesifikasi tanaman serta

    sebagai pengenalan awal dengan mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan

    rasa menggunakan panca indra (Anonim, 2000). Berdasarkan hasil

    pengamatan yang didapat adalah ekstrak air ubi jalar ungu (Ipomea batatas

    (L.) Poir) dengan warna merah, berbau khas, memiliki rasa asam dan

    berbentuk ekstrak kering.

    Pengujian kadar air ekstrak ubi jalar ungu diperoleh hasil sebesar

    1,07%. Hasil ini telah sesuai dengan persyaratan dimana batas kadar air

    adalah 5%. Hal ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan

    jamur dalam ekstrak sehingga akan mempengaruhi stabilitas pada saat

    penyimpanan (Anam, 2011). Selanjutnya, pada pengujian kadar abu

    diperoleh hasil sebesar 4,62%. Hasil ini memenuhi persyaratan batasan

    kadar abu yaitu 16%. Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan

    gambaran kandungan mineral dan unsur anorganik.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    41/72

    26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.4. Penapisan Fitokimia

    Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui keberadaan

    golongan senyawa metabolit sekunder yang ada dalam ekstrak. Pada

    penelitian ini dilakukan penapisan fitokimia senyawa golongan alkaoid,

    flavonoid, tanin, saponin, steroid dan triterpenoid. Hasil penapisan

    fitokimia pada ekstrak ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Ubi Jalar Ungu

    Golongan Hasil

    Alkaloid

    Flavonoid

    TaninSaponin

    Steroid

    Triterpenoid

    -

    +

    --

    -

    -

    Keterangan: (+) = ada; (-) = tidak ada

    Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air ubi jalar

    ungu positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan terbentuknya

    warna merah pada lapisan amil alkohol. Flavonoid merupakan golongan

    pigmen organik yang membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan

    biji tanaman (I.D.A.D.Y, Dewi, 2013). Flavonoid memiliki sejumlah

    gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula yang menyebabkan

    flavonoid bersifat polar yang dapat terlarut dalam pelarut polar seperti

    etanol, metanol, dan air sehingga ekstrak yang dihasilkan mengandung

    flavonoid (Markham, 1988). Flavonoid merupakan senyawa yang juga

    memiliki potensi sebagai antioksidan (Bhat, 2009 dalam Putranti 2013).

    Dengan adanya antioksidan alami ini dapat memberikan keuntungan

    dalam aplikasi ekstrak ubi jalar ungu sebagai pewarna alami untuk

    mencegah atau menghambat oksidasi pada sediaan lipstik.

    Berdasarkan uji penapisan fitokimia yang telah dilakukan,

    memberikan hasil positif pada uji flavonoid sedangkan uji alkaloid,

    saponin, tannin, steroid dan triterpenoid memberikan hasil negatif karena

    tidak adanya endapan maupun perubahan warna yang terjadi saat

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    42/72

    27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    penambahan pereaksi. Hasil ini sesuai dengan literatur (Sulastri, 2013)

    yang menunjukkan bahwa dalam ubi jalar ungu terdapat kandungan

    flavonoid dan tidak mengandung alkaloid, saponin, tannin, steroid dan

    triterpenoid.

    4.5 Pembuatan Sediaan Lipstik

    Secara umum komponen utama sediaan lipstik terdiri dari minyak,

    lilin (wax), lemak dan zat warna. Dalam pembuatan sediaan lipstik

    dilakukan percobaan pendahuluan agar mendapatkan sediaan lipstik

    memenuhi persyaratan. Formula sediaan lipstik yang dibuat pada awalnya

    mengacu pada penelitian Risnawati (2012) yang menggunakan cera alba,

    lanolin anhidrat, vaselin, setil alkohol, carnauba wax, minyak jarak,

    propilen glikol, tween 80, BHT dan nipagin menghasilkan tekstur lipstik

    tidak lembab dan lengket ketika dioleskan. Kemudian coba dibuat dengan

    menggunakan bahan-bahan seperti cera alba, carnauba wax, vaselin, adeps

    lanae, minyak jarak, isopropil miristat, propil paraben dan BHT

    menghasilkan sediaan lipstik yang lembab dan tidak lengket ketika

    dioleskan.

    Pembuatan sediaan lipstik selanjutnya dicoba dengan 2 metode

    pembuatan. Metode pembuatan sediaan lipstik pertama dibuat dengan cara

    ekstrak ubi jalar ungu dilakukan dengan cara massa 1 (cera alba, carnauba

    wax, adeps lanae, vaselin dan isopropil miristat) yang dilebur bersama di

    atas hot platepada suhu 70oC dicampurkan dengan massa 2 (ekstrak ubi

    jalar ungu, BHT dan propil paraben yang telah dicampur dengan minyak

    jarak). Campuran kemudian diaduk dan dimasukkan dalam cetakan(Risnawati, 2012). Warna sediaan lipstik yang dihasilkan masih kurang

    terdispersi dengan baik karena ekstrak ubi jalar ungu yang mengendap di

    bagian bawah lipstik. Dengan menggunakan metode ini sediaan lipstik

    yang dihasilkan tidak homogen. Sediaan lipstik yang tidak memenuhi

    persyaratan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    43/72

    28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.1 Sediaan Lipstik Tidak Homogen

    [Sumber: Koleksi Pribadi]

    Metode pembuatan sediaan lipstik kedua dilakukan dengan cara

    meleburkan massa 1 (cera alba, carnauba wax, minyak jarak, propil

    paraben, BHT dan ekstrak ubi jalar ungu) di atas hot plate pada suhu

    70oC. Setelah melebur sempurna, campuran digerus hingga homogen.

    Selanjutnya massa 2 (adeps lanae, vaselin dan isopropil miristat) dilebur di

    atas hot plate. Massa 2 yang telah dilebur dicampurkan ke dalam massa 1

    dan kemudian digerus kembali hingga homogen. Campuran yang digerus

    ini berwarna merah muda dan berbentuk seperti pasta. Campuran

    kemudian dilebur di atas hot plate pada suhu 50o

    C dan dimasukkan kedalam cetakan. Sediaan lipstik yang dihasilkan berwarna merah muda dan

    terdispersi secara merata. Hasil sediaan lipstik dapat dilihat pada Gambar

    4.2.

    Gambar 4.2 Sediaan Lipstik Homogen

    [Sumber: Koleksi Pribadi]

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    44/72

    29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pembuatan sediaan lipstik dengan metode pertama menghasilkan

    sediaan yang tidak memenuhi persyaratan diduga disebabkan oleh cara

    pembuatan yang hanya menggunakan batang pengaduk saat proses

    pengadukan dan juga ketika proses memasukan campuran ke dalam

    cetakan yang dilakukan pada suhu tinggi ketika campuran berbentuk cair.

    Hal ini menyebabkan ekstrak cepat mengendap dan tidak terdispersi

    merata dalam sediaan. Berbeda halnya dengan cara pembuatan metode

    pertama, dimana dalam metode kedua dilakukan penggerusan dengan

    menggunakan alu. Tekanan yang dihasilkan dengan menggunakan alu

    lebih besar dibandingkan menggunakan batang pengaduk dan proses

    memasukan campuran ke dalam cetakan dilakukan pada suhu yang lebih

    rendah dan sambil terus diaduk sehingga dapat membuat ekstrak menjadi

    lebih mudah terdispersi merata dalam sediaan.

    Proses pengadukan pada pembuatan lipstik dengan metode pertama

    coba dilakukan penggantian dengan cara digerus namun pasta yang

    dihasilkan lebih kaku sehingga sulit untuk digerus sedangkan pada cara

    pembuatan metode kedua semua bahan tidak dilebur langsung menjadi

    satu. Adeps lanae, vaselin dan isopropil miristat yang telah dilebur

    ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam pasta sehingga ketika digerus

    tidak kaku. Berdasarkan sediaan lipstik yang dihasilkan maka dipilihlah

    metode pembuatan kedua untuk membuat sediaan lipstik ekstrak ubi jalar

    ungu.

    4.6 Evaluasi Fisik Sediaan Lipstik

    Evaluasi sediaan lipstik ini merupakan langkah pemeriksaan mutuuntuk melihat kestabilan sediaan selama penyimpanan. Evaluasi dilakukan

    terhadap masing-masing sediaan lipstik yang mengandung konsentrasi

    pewarna yang berbeda. Pada proses evaluasi, ketiga sediaan lipstik

    disimpan pada 3 kondisi yang berbeda yaitu pada suhu kamar (25oC), suhu

    tinggi (40oC), dan cycling test.

    Untuk penyimpanan pada suhu kamar (25oC) dan suhu tinggi

    (40oC) dilakukan selama 4 minggu dimana setiap 1 minggu sekali

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    45/72

    30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dilakukan pengamatan sedangkan cycling testdilakukan selama 12 hari (6

    siklus) pada suhu dingin (4oC) dan suhu tinggi (40oC) secara bergantian

    dengan masing-masing suhu selama 24 jam dan setiap pergantian siklus

    dilakukan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan meliputi organoleptis,

    homogenitas, kekuatan, titik lebur, dan daya oles. Kestabilan sediaan

    lipstik dapat dilihat dengan cara membandingkan kondisi sebelum

    penyimpanan dan sesudah penyimpanan.

    4.6.1 Evaluasi Awal Sediaan Lipstik

    Evaluasi awal sediaan lipstik masing-masing formula berwarna

    merah muda dengan aroma khas wax, homogen namun memiliki daya oles

    yang kurang baik karena ketika dioleskan warna tidak menempel.

    Kekuatan dan titik lebur yang dihasilkan dari tiap formula pun bervariasi.

    Adapun hasil evaluasi awal sediaan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Awal Sediaan Lipstik

    Parameter Formula I Formula II Formula III

    Organoleptis

    Homogenitas

    Kekuatan

    Titik lebur

    Daya oles

    Warna merahmuda dan

    beraroma khas

    wax

    Homogen

    94,44 gram

    55oC

    Kurang baik

    (warna tidak

    menempel)

    Warna merahmuda dan

    beraroma khas

    wax

    Homogen

    124,44 gram

    58oC

    Kurang baik

    (warna tidak

    menempel)

    Warna merahmuda dan

    beraroma khas

    wax

    Homogen

    134,44 gram

    60oC

    Kurang baik

    (warna tidak

    menempel)

    4.6.2 Pengamatan Organoleptis Sediaan Lipstik

    Hasil sediaan lipstik setelah dilakukan proses penyimpanan pada

    suhu kamar (25oC) dan suhu tinggi (40oC) tidak menunjukkan adanya

    perubahan organoleptis. Ketiga formula sediaan lipstik tetap berwarna

    merah muda dan beraroma khas waxsampai akhir penyimpanan. Adapun

    hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 8.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    46/72

    31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.6.3 Uji Homogenitas Sediaan Lipstik

    Sediaan lipstik dikatakan homogen apabila tidak terdapat butir-

    butir kasar ataugrityketika dioleskan pada kaca objek. Adanya butir-butir

    kasar atau grity menandakan sediaan lipstik tidak homogen karena tidak

    terdispersinya antar komponen lipstik (Utami, 2013). Hasil pengujian

    homogenitas menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang dihasilkan tidak

    memperlihatkan adanya butir-butir kasar atau grity saat dioleskan pada

    kaca objek. Selain diuji dengan cara tersebut, sediaan lipstik juga dilihat

    homogenitas warnanya sampai ke bagian dalam dengan cara sediaan

    lipstik dibelah membujur dan dilihat apakah warna merata sampai ke

    bagian dalam lipstik. Setelah sediaan lipstik dibelah terlihat bahwa seluruh

    sediaan lipstik memiliki warna yang merata sampai ke bagian dalam. Hal

    ini menujukkan bahwa sediaan lipstik homogen pada penyimpanan suhu

    kamar (25oC) maupun suhu tinggi (40oC). Hasil uji homogenitas sediaan

    lipstik dapat dilihat pada Lampiran 8.

    4.6.4 Uji Titik Lebur Sediaan Lipstik

    Berdasarkan hasil pengujian titik lebur pada suhu yang bebeda

    terlihat bahwa ketiga formula memiliki titik lebur yang bervariasi. Hasil

    uji titik lebur sediaan lipstik selama penyimpanan pada suhu ruang (25 oC)

    cenderung memiliki titik lebur yang tetap. Pada kondisi penyimpanan suhu

    tinggi (40oC) terlihat bahwa terjadi penurunan titik lebur sediaan lipstik

    bila dibandingkan dengan hasil uji kekuatan pada evaluasi awal. Hal ini

    kemungkinan karena kondisi penyimpanan dengan suhu tinggi (40oC)

    mendekati suhu lebur sediaan lipstik sehingga ketika dilakukanpenyimpanan selama 4 minggu sediaan lipstik sedikit melunak dan titik

    leburnya menurun.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    47/72

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    48/72

    33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    akan menambah jumlah cairan dalam emulsi dan sediaan lipstik yang

    terbentuk semakin lunak (Perdanakusuma dan Wulandari, 2003).

    Kekuatan sediaan lipstik dapat pula dipengaruhi oleh titik lebur

    dimana kekuatan akan meningkat seiring dengan titik lebur sediaan lipstik

    yang dihasilkan. Jika dilihat hasil antara uji kekuatan dan uji titik lebur

    sediaan lipstik memiliki kesinambungan yaitu pada formula I memiliki

    kakuatan paling rendah dibandingkan formula II dan formula III. Hal

    tersebut mungkin diakibatkan karena sediaan lipstik formula I memiliki

    titik lebur yang lebih rendah dibandingkan formula II dan formula III

    sehingga kekuatan yang dihasilkan juga lebih rendah.

    Tabel 4.5 Hasil Uji Kekuatan Sediaan Lipstik

    SuhuMinggu

    Ke-Formula I Formula II Formula III

    Ruang

    (25oC)

    Tinggi

    (40oC)

    1

    2

    3

    4

    1

    23

    4

    94,44 gram

    94,44 gram

    94,44 gram

    94,44 gram

    84,44 gram

    84,44 gram

    84,44 gram

    74,44 gram

    124,44 gram

    124,44 gram

    124,44 gram

    124,44 gram

    104,44 gram

    104,44 gram

    94,44 gram

    94,44 gram

    134,44 gram

    134,44 gram

    134,44 gram

    134,44 gram

    124,44 gram

    114,44 gram

    114,44 gram114,44 gram

    Hasil uji kekuatan sediaan lipstik selama penyimpanan pada suhu

    ruang (25oC) terlihat bahwa formula I, formula II, dan formula III

    cenderung memiliki kekuatan yang tetap bila dibandingkan dengan hasil

    uji kekuatan pada evaluasi awal. Berbeda dengan kondisi penyimpanan

    pada suhu tinggi (40

    o

    C) terlihat bahwa terjadi penurunan kekuatan sediaanlipstik bila dibandingkan dengan hasil uji kekuatan pada evaluasi awal.

    Hal ini dikarenakan titik lebur sediaan lipstik pada suhu tinggi (40oC)

    mengalami penurunan sehingga kekuatannya pun ikut mengalami

    penurunan.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    49/72

    34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.6.6 Uji Daya Oles Sediaan Lipstik

    Daya oles merupakan hal penting yang akan menjadi patokan

    dalam memilih sediaan lipstik karena banyak orang cenderug memilih

    lipstik yang warnanya menempel di bibir. Hasil pengujian daya oles

    sediaan lipstik pada suhu kamar (25oC) dan suhu tinggi (40oC) dapat

    dikatakan tidak memenuhi standar karena ketika sediaan lipstik dioleskan

    ke bagian punggung tangan warnanya tidak menempel di kulit hanya

    terlihat mengkilap. Hal ini kemungkinan disebabkan kurang optimalnya

    proses ekstraksi yang dilakukan. Salah satu faktor yang berpengaruh pada

    proses ekstraksi zat warna adalah jenis pelarut (Lestari et al., 2013). Pada

    ekstraksi dengan menggunakan air, umumnya menghasilkan rendemen

    yang cukup banyak namun kandungan zat warna yang didapat sedikit.

    Untuk mendapatkan ekstrak zat warna yang maksimal, maka perlu

    digunakan larutan pengekstrak yang cocok dengan sifat zat yang akan

    diekstrak (Putri, 2005 dalam Lestari et al. 2013). Dalam hal ini diduga zat

    warna dari ubi jalar ungu yaitu antosianin memiliki kepolaran yang

    berbeda dengan pelarut akuades sehingga proses ekstraksi antosianin

    menjadi tidak optimal.

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saati (2002), pelarut yang

    paling baik digunakan untuk ekstraksi antosianin dari Bunga Pacar Air

    adalah etanol 95%. Begitu juga dengan penelitian Wijaya (2001) tentang

    ekstraksi pigmen dari kulit buah rambutan. Hal ini disebabkan tingkat

    kepolaran antosianin hampir sama dengan etanol 95 % sehingga dapat

    larut dengan baik pada etanol 95 % (Samsudin dan Khoirudin, 2011 dalam

    Siregar et al., 2011).Penelitian yang dilakukan oleh Risnawati (2012), memformulasi

    sediaan lipstik dari ekstrak biji coklat. Biji coklat diekstrak dengan

    menggunakan pelarut etanol 95% yang telah dicampur dengan asam sitrat,

    menghasilkan sediaan lipstik dengan daya oles yang baik. Hal ini ditandai

    dengan 4 kali pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif,

    merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    50/72

    35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.6.7 Uji Cycling TestSediaan Lipstik

    Cycling test merupakan uji yang berguna sebagai simulasi apabila

    terjadi perubahan suhu setiap tahun bahkan setiap hari. Uji cycling test

    dilakukan pada suhu dengan interval waktu tertentu sehingga sediaan akan

    mengalami tekanan yang bervariasi.

    Hasil pengamatan selama uji cycling test menunjukkan bahwa

    ketiga formula sediaan lipstik tidak memperlihatkan adanya perubahan

    organoleptis. Warna sediaan lipstik dari awal hingga akhir siklus tetap

    merah muda dan aromanya pun tidak berubah. Hasil pengamatan

    organoleptis dapat dilihat pada Lampiran 8.

    Hasil pengujian homogenitas sediaan lipstik selama uji cycling test

    juga menunjukkan bahwa sediaan lipstik pada ketiga formula homogen.

    Hal ini terlihat ketika sediaan lipstik dioleskan pada kaca objek tidak

    menampakkan butir-butir kasar atau grity dan ketika sediaan lipstik

    dibelah membujur warnanya pun merata sampai ke bagian dalam sediaan

    lipstik. Adapun hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada Lampiran

    8.

    Pengujian titik lebur sediaan lipstik menunjukkan bahwa baik

    formula I, formula II maupun formula III cenderung mengalami penurunan

    namun masih memenuhi persyaratan titik lebur yang ideal yaitu di atas

    50oC. Penurunan titik lebur sediaan lipstik ini kemungkinan disebabkan

    oleh lamanya waktu penyimpanan dalam suhu yang berfluktuasi sehingga

    menyebabkan lipstik menjadi sedikit lunak. Hasil yang sama juga

    ditunjukkan dari uji kekuatan sediaan lipstik. Seiring terjadinya penurunan

    titik lebur sediaan lipstik, hasil pengujian kekuatan pun mengalamipenurunan.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    51/72

    36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.6 Hasil Uji Titik Lebur Kondisi Cycling Test

    Siklus Formula I Formula II Formula III

    1

    23

    4

    5

    6

    55 oC

    55o

    C55 oC

    54 oC

    54 oC

    54 oC

    58 oC

    58o

    C57 oC

    57 oC

    56 oC

    56 oC

    60 oC

    60o

    C59 oC

    58 oC

    58 oC

    58 oC

    Tabel 4.7 Hasil Uji Kekuatan Kondisi Cycling Test

    Siklus Formula I Formula II Formula III

    12

    3

    4

    5

    6

    94,44 gram

    94,44 gram

    94,44 gram84,44 gram

    84,44 gram84,44 gram

    124,44 gram

    124,44 gram

    114,44 gram114,44 gram

    104,44 gram104,44 gram

    134,44 gram

    134,44 gram

    124,44 gram104,44 gram

    104,44 gram104,44 gram

    Hasil daya oles sediaan lipstik pada uji cycling testdari awal siklus

    sampai siklus terakhir kurang baik karena warna tidak menempel ketika

    dioleskan. Hal ini tidak berbeda pada saat evaluasi awal sediaan lipstikdimana ketika dioleskan warna tidak menempel.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    52/72

    37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

    1. Sediaan lipstik dengan zat warna dari ekstrak ubi jalar ungu tidak

    mengeluarkan warna ketika dioleskan.

    2. Sediaan lipstik dengan zat warna dari ekstrak ubi jalar ungu secara

    fisik stabil pada kondisi penyimpanan suhu ruang (25oC) tetapi tidak

    stabil pada kondisi penyimpanan suhu tinggi (40oC) dan cycling test

    (4oC dan 40oC).

    5.2 Saran

    1.

    Perlunya dilakukan pengkajian lebih dalam mengenai pemilihan

    pelarut yang tepat untuk proses ekstraksi sehingga dapat menghasilkan

    zat warna antosianin yang maksimal.

    2.

    Perlunya diperhatikan cara penuangan ke dalam cetakan lipstik agar

    zat warna ekstrak ubi jalar ungu tidak mengendap.

    3. Perlunya ditambahkan pewangi agar bau wax tertutupi.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    53/72

    38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR PUSTAKA

    Adliani, Nur., Nazliniwaty., Djendakita Purba. 2012. Formulasi Lipstik

    Menggunakan Zat Warna dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior(Jack) R.M..Sm.Journal of Pharmaceutics and PharmacologyVol. 1 (2): 87-94.

    Ali, Farida., Ferawati., Risma Arqomah. 2013. Ekstraksi Zat Warna Dari Kelopak

    Bunga Rosella.Jurnal Teknik KimiaNo. 1, Vol. 19.

    Anam, Syariful., Muhammad, Muhammad Yusran, Alfred Trisakti, Nurlina

    Ibrahim, Ahmad Khumaidi, Ramdanil, dan Muhammad Sulaiman Zubair. 2013.

    Standarisasi Ekstrak Etil Asetat KayuSanrego (Lunasia amaru Blanco). Online

    Jurnal of Natural ScienceVol. 2 (3): 1-8.

    Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen KesehatanRepublik Indonesia.

    Anonim. 1995.Materia Medika Indonesia Jilid VI. Depkes RI: Jakarta.

    Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Anvisa. 2005. Cosmetics Products Stability Guide Volume 1. Brasilia.

    Azwanida., Normasarah., Asrul Afandi. 2014. Utilization and Evaluation of

    Betalain Pigment from Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) as a Natural

    Colorant for Lipstick.Jurnal Teknologi (Sciences & Engineering)69:6, 134-142.

    Badan POM RI . 2006. Public Warning No. KH.00.01.3352.Tentang Kosmetik

    yang Mengandung Bahan dan Zat Warna yang Dilarang.

    I.D.A.D.Y, Dewi., Astuti, K. W., dan Warditiani, N.K. 2013. Skrining Fitokimia

    Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal

    Farmasi Universitas Udayana.

    Ina, PT., GAKD Puspawati, GA Ekawati. 2013. Efek Waktu Ekstraksi TerhadapAktivitas Antioksidan, Total Fenol dan Kadar Antosianin Ekstrak Ubi Ungu.

    Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Udayana.

    Draelos, Zoe Diana. 2010. Cosmetic Dermatology Products & Procedures. USA:

    Wiley-Blackwell.

    Farima, Devi. 2009. Skripsi: Karakterisasi dan Ekstraksi Simplisia Tumbuhan

    Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Serta Formulasinya dalam Sediaan Pewarna

    Bibir. Universitas Sumatera Utara, Medan.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    54/72

    39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Ginting, Erliana., Joko S. Utomo., Rahmi Yulifianti., M. Jusuf. 2011. Potensi Ubi

    Jalar Ungu Sebagai Pangan Fungsional.Iptek Tanaman PanganVol. 6 No. 1.

    Juanda, et al., 2000. Ubi jalar: Budi Daya dan Analisis Usaha Tani.Yogyakarta:

    Kanisius.

    Koswara, Sutrisno. 2009. Pewarna Alami Produksi dan Penggunaannya.

    Ebookpangan.com.

    Lestari, Puji., Susinggih Wijana., Widelia Ika Putri. 2013. Ekstraksi Tanin Dari

    Daun Alpukat (Persea americana Mill.) Sebagai Pewarna Alami. Fakultas

    Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

    Mamoto, Lidya Valda dan Fatimawali Gayatri Citraningtyas. 2013. Analisis

    Rhodamin B pada Lipstik yang Beredar Di Pasar Kota Manado. Jurnal Ilmiah

    Farmasi Vol. 2 No. 02.

    Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.

    Menkes RI. 2010. Permenkes Nomor 1175/Menkes/Per/VII/2010 Tentang Izin

    Produksi Kosmetika, Kementrian Kesehatan RI.

    Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

    445/Menkes/Per/V/1998 Tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet

    dan Tabir Surya Pada Kosmetik.

    Perdanakusuma, O., dan Wulandari, Z. 2003. Optimasi Proses Pembuatan Lipstik

    dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Malam Lebah. J. Tek. Ind. Pert.Vol.

    14 (3), 95-100.

    Putranti, Ristyana Ika. 2013. Skrining Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak

    Rumput Laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata dari Jepara. Tesis.

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

    Rosidah. 2010. Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan.

    TEKNUBUGAVolume 2 No.2

    Risnawati., Nazliniwaty., Djendakita Purba. 2012. Formulasi LipstikMenggunakan Zat Warna dari Ekstrak Biji Coklat (Theobroma cacao L.) Sebagai

    Pewarna.Journal of Pharmaceutics and Pharmacology Vol. 1 (2): 78-86.

    Rowe, C.R., Paul, J., Marian, E.Q. 2009.Handbook of Pharmaceutical Excipients

    6th Edition. USA: Pharmaceutical Press.

    Samsudin, A.S., dan Khoiruddin. 2011. Ekstraksi dan Filtrasi Membran dan Uji

    Stablitas Warna dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana). Fakultas Teknik.

    Universitas Diponegoro.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    55/72

    40

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Sinurat, Mangoloi. 2012. Analisa Kandungan Rhodamin B Sebagai Pewarna

    Pada Sediaan Lipstik yang Beredar Di Masyarakat Tahun 2011. Poltekes Medan.

    Siregar, Yusraini Dian Inayati, Nurlaela. 2013. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat

    Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dan BungaRosela (Hibiscus sabdariffa L).Valensi Vol. 2 No.3 ISSN: 1978-8193.

    Surianti, Nengah Sri. 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam Sitrat Terhadap

    Karakteristik Ekstrak Pigmen Limbah Selaput Lendir Biji Terung Belanda

    (Cyphomandra beatacea S.) Dan Aktivitas Antioksidannya. Jurnal Ilmu dan

    Teknologi Pangan Volume 1, No.1.

    Syarifuddin, dan Muhammad Umar. 2011. Kapasitas Antioksidan dan Stabilitas

    Ekstrak Pigmen Antosianin Kulit Kacang Gude Hitam (Cajanus cajan (Linn.)

    Millsp.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

    Maret.

    Tiwari, P. Kumar, B. Kaur, M. Kaur, G. Kaur, H. 2011. Phytochemical screening

    and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica ScienciaVol. 1. Issue.

    1.

    Tranggono, R.I dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

    Kosmetik. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.

    Utami, Putri. 2013.Pemanfaatan Ekstrak Kulit Melinjo Merah (Gnetum gnemon)

    Sebagai Pewarna Alami Pada Pembuatan Lipstik. Skripsi. Fakultas Sains dan

    Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Vishwakarma, B., Sumeet, D., Kushagra, D., Hemant, J. 2011. Formulation and

    Evaluation of Herbal Lipstick.International Journal of Drug Discovery & Herbal

    Research 1(1): 18-19.

    Wasitaatmadja, SM. 1997.Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press. Jakarta.

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    56/72

    41

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    LAMPIRAN

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    57/72

    42

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 1.Alur Penelitian

    Ubi jalar ungu

    Ekstrak ubi jalar

    Formulasi dan

    pembuatan sediaan

    Evaluasi fisik

    sediaan lipstik

    Karakterisasi

    Penapisan

    fitokimia

    Cycling test

    Stabilitas

    Daya oles

    Homogenitas Titik leleh

    Kekuatan

    Organoleptik

    Analisa hasil evaluasi

    fisik sediaan lipstik

    Determinasi tanaman

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    58/72

    43

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 2.Hasil Determinasi Tanaman

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    59/72

    44

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 3.Gambar Hasil Ekstrak Ubi Jalar Ungu

    Lampiran 4. Gambar Alat Uji Kekuatan Lipstik

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    60/72

    45

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 5.Perhitungan Rendemen Ekstrak

    Lampiran 6.Perhitungan Parameter Non Spesifik

    1. Kadar Air

    2. Kadar Abu

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    61/72

    46

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 7.Gambar Hasil Penapisan Fitokimia

    Golongan Hasil Keterangan

    Alkaloid

    Dragendorf

    Meyer

    Tidak terbentuk endapan

    putih

    Flavonoid

    Terbentuknya warna

    merah pada lapisan etanol

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    62/72

    47

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tanin

    Tidak terbentuk warna

    biru kehitaman

    Saponin

    Tidak terbentuk busa

    yang stabil

    Steroid

    Tidak terjadi perubahan

    warna menjadi biru atau

    hijau

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    63/72

    48

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Triterpenoid

    Tidak terbentuk warnamerah kecoklatan pada

    antar permukaan

  • 7/26/2019 Rosita Pracima Fkik

    64/72

    49

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 8.Gambar Hasil Penelitian

    1. Uji Stabilitas

    Suhu

    Minggu

    Ke- Formula I Formula II Formula III

    Ruang

    (25oC)

    1

    2

    3

    4

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Tinggi

    (40oC)

    1

    2

    3

    4

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merahmuda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merah

    muda dan

    beraroma khas

    wax

    Warna merahmuda dan

    beraroma