Rorik Purwanto 4613215041 - Link Budget Menghitung Jumlah Splicing Pada Serat Optik
description
Transcript of Rorik Purwanto 4613215041 - Link Budget Menghitung Jumlah Splicing Pada Serat Optik
SISTEM KOMUNIKASI OPTIK
LINK BUDGET
MENGHITUNG JUMLAH SPLICING
PADA SERAT OPTIK
Disusun Oleh:
NAMA : RORIK PURWANTO
NIM : 4613215041
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA
2016
Sistem Komunikasi Serat Optik Rorik Purwanto (1) [email protected]
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Pancasila
Jln. Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 indonesia
Abstrak – Serat optik merupakan media transmisi yang sudah banyak digunakan
pada jaringan telekomunikasi. Pada serat optik sebagai media transmisi terdapat
rugi-rugi serta optik, diantaranya rugi-rugi penyerapan, rugi-rugi pada inti dan
cladding, rugi-rugi penyambungan dan rugi-rugi konektor. Pengujian jaringan
dilakukan pada panjang gelombang 1310 nm, 1550 nm dan 1625 nm. Pengukuran
dilakukan pada power link budget dan rise time budget dengan ketentuan standar
KPI (Key Performance Indicator) yang mengindikasikan seluruh link yang telah
dibangun memiliki kinerja yang baik dan sesuai dengan standar.
Keywords – serat optik, OTDR, power link budget, rise time budget, rugi-rugi
serat optik.
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan komunikasi berkecepatan tinggi dan berkapasitas besar dalam
bidang telekomunikasi saat ini sangat besar dan mendukung perkembangan
teknologi informasi yang semakin berkembang di era masyarakat modern ini.
Kemajuan perekonomian serta berkembangnya teknologi telekomunikasi
merupakan titik tolak dan potensi besar untuk dapat meningkatkan dan
mewujudkan berbagai jenis pelayanan komunikasi yang lebih canggih dengan
akses yang cepat dan murah. Penerapan kabel serat optik sebagai media transmisi
dalam dunia telekomunikasi merupakan salah satu solusi dari berbagai
permasalahan di atas. Serat optik sebagai media transmisi mampu meningkatkan
pelayanan sistem komunikasi data, suara, dan video seperti peningkatan jumlah
kanal yang tersedia, tersedianya bandwidth yang besar, kemampuan mengirim
data dengan kecepatan yang tinggi, terjaminnya kerahasiaan data yang
dikirimkan, dan tidak terganggu oleh pengaruh gelombang elektromagnetik, petir
dan cuaca.
Pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi, maka perlu
dilakukan suatu perhitungan dan analisi power link budget dan rise time budget
sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu
sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan lancar dan baik, seperti adanya
rugi-rugi transmisi (loss) pada kabel serat optik yang dapat menurunkan kualitas
transmisi. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu
jaringan, biaya, dan prediksi lamanya usia suatu jaringan telekomunikasi serta
mengetahui kelayakan suatau jaringan dalam mengirim informasi. Serat optik
adalah alat suatu media komunikasi yang berguna untuk mentransmisikan
informasi melalui media cahaya. Teknologi ini melakukan perubahan sinyal listrik
kedalam sinyal cahaya yang kemudian disalurkan melalui serat optik dan
selanjutnya di konversi kembali menjadi sinyal listrik pada bagian penerima.
.
II. SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
Sistem komunikasi serat optik adalah suatu sistem transmisi untuk
mengirimkan data dari satu point (titik) ke point (titik) lainnya yang
perambatannya menggunakan cahaya (informasi ditumpangkan pada cahaya).
Di bawah ini dijelaskan sistem komunikasi serat optik melalui gambar,
proses, dan komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam sistem komunikasi
serat optik itu sendiri:
Gambar 1 Diagram blok sistem komunikasi serat optik
Elemen kunci dari sistem komunikasi serat optik adalah transmitter optik,
kabel optik, dan receiver optik. Komponen tambahan adalah: optical amplifier,
konektor,splice, kopler, dan regenerator. Kabel optik adalah salah satu elemen
terpenting dalam link serat optik. Sebagai tambahan dalam melindungi serat optik
selama instalasi dan layanan, kabel berisi kawat tembaga untuk memberi daya
pada amplifier atau regenerator sinyal. Seperti pada kabel tembaga, kabel serat
optik dapat diinstal baik di udara, dalam duct, di bawah laut, atau dikubur
langsung dalam tanah. Panjang segmen kabel terpendek cenderung digunakan
dalam duct. Untuk segmen yang lebih panjang digunakan dalam kabel udara,
kubur langsung dalam tanah atau aplikasi bawah laut.
Gambar 2 Instalasi serat optik
A. Struktur Serat Optik
Karakteristik kabel jaringan serat optik yakni bagian dalamnya terdiri dari
inti yang terbuat dari serat kaca dengan beberapa lapisan yang memiliki
fungsinya sendiri-sendiri. Tak berbeda jauh dengan kabel jaringan lain seperti
kabel UTP atau kabel STP, pada kabel jaringan serat optik ini juga terdapat
insulator (disebut coating) yang dirancang dengan beraneka ragam warna.
1. Core
Tepat di tengah-tengah kabel serat optik terdapat bagian utama dalam
struktur kabel serat optik yakni core alias inti yang terbuat dari serat kaca.
Umumnya core ini memiliki diameter sekitar 2 μm – 50 μm (tergantung
dari jenis serat optiknya), dimana ukuran core ini sendiri berpengaruh
besar terhadap kualitas dan kemampuan dari sebuah kabel serat optik.
Fungsi core pada kabel serat optik ini adalah sebagai tempat
berlangsungnya perambatan cahaya dari satu ujung ke ujung kabel lainnya,
sehingga proses pengiriman cahaya dapat dilakukan. Ukuran core sangat
mempengaruhi karakteristik serat optik.
2. Cladding
Terbuat dari bahan gelas atau plastik dengan indeks bias lebih kecil dari
core, merupakan selubung dari core, hubungan indeks bias antara core dan
cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core
(mempengaruhi besarnya sudut kritis), berfungsi sebagai cermin, yakni
memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya. Diameter
cladding berkisar antara 5 μm – 250 μm serta berfungsi sebagai pelindung
core sekaligus menjadi cermin yang terpancar keluar kembali ke dalam
core.
3. Coating
Di bagian luar setelah cladding, terdapat mantel atau coating yang
umumnya terbuat dari bahan plastik. Adapun fungsi coating pada kabel
serat optik adalah sebagai pelindung mekanis yang menjagai serat optik
dari kerusakan yang dapat terjadi karena lengkungan kabel atau gangguan
luar lainnya seperti kelembaban. Coating ini memiliki warna yang
beragam untuk mempermudah dalam penyusunan urutan core.
Gambar 3 Struktur Serat Optik
B. Jenis Serat Optik
Berdasarkan variasi dari komposisi material (bahan) penyusun core-nya,
serat optik dibagi menjadi dua:
Gambar 4 Jenis serat optik
1. Step-index fiber: nilai indeks biasnya sama (uniform) dari center sampai
core boundary dan kemudian di bagian cladding.
2. Gradded-index fiber: indeks bias bervariasi secara radial dari center
sampai cladding.
Step dan gradded index fiber dibagi menjadi dua:
1. Single mode
Serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya sekitar 8,3
mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang gelombang
sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke
dinding selongsong (cladding). Jenis kabel serat optik yang satu ini
menggunakan tranmitter laser semi konduktor yang mengirimkan sinar
laser inframerah dengan panjang gelombang mencapai 1300 - 1550 nm.
Disebut ‘single mode’ karena penggunaan kabel serat optik ini hanya
memungkinkan terjadinya satu modus cahaya saja yang dapat tersebar
melalui inti pada suatu waktu. Berikut ini karakteristik kabel jaringan serat
optik jenis single mode:
Laju data: tinggi
Jarak pengiriman data: jauh
Masa pakai: sebentar
Sensitifitas suhu: substansial
Biaya: mahal
2. Multi mode
Serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di
dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat
menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini. Jenis
kabel serat optik yang satu ini memiliki inti yang lebih besar dibanding
milik kabel serat optik jenis single mode yakni berdiameter sekitar 0.0025
inch atau 62.5 micron. Dengan ukuran yang lebih besar, maka penggunaan
kabel serat optik jenis ini memungkinkan ratusan modus cahaya tersebar
melalui serat secara bersamaan. Kabel serat optik multi mode ini
menggunakan LED (Light Emiting Diode) sebagai media transmisinya,
serta lebih ditujukan untuk kepentingan komersil. Berikut ini karakteristik
kabel jaringan serat optik jenis multi mode:
Laju data: rendah
Jarak pengiriman data: pendek
Masa pakai: lama
Sensitifitas suhu: minor
Biaya: rendah (murah)
Keuntungan multi mode dibandingkan single mode serat optik:
1. Radius core yang lebih lebar mempermudah pada saat launching daya
optik ke serat (kopling) dan mempermudah saat penyambungan
(connecting).
2. Sumber optik yng bisa digunakan pada multi mode adalah LED source,
sedangkan single mode harus menggunakan laser diode, dimana dengan
menggunakan LED mempunyai daya optik rendah, lebih mudah fabrikasi,
lebih murah, masa berlaku operasinya lebih lama.
Kekurangan multi mode:
1. Menimbulkan dispersi intermodal
Deskripsi intermodal didiskripsikan; ketika pulsa optik di lauch ke dalam
serat optik, daya optik didistribusikan pada semua mode yang digunakan.
Masing-masing mode bisa berpropagansi dengan kecepatan yang berbeda
sehingga mode-mode yang membawa pulsa optik tadi datang sampai di
akhir serat optik dengan sedikit perbedaan waktu (delay). Hal ini
menyebabkan terjadinya pelebaran pulsa karena penjalarannya selama
melalui media serat optik tersebut (tersebar) dan hilang.
Efek dispersi intermodal tersebut bisa dikurangi dengan menggunakan
gradded index fiber.
Keuntungan single mode:
1. Memiliki bandwidth yang lebih lebar dan tidak ada efek dispersi
intermodal.
III. LINK BUDGET SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
Prinsip kerja dari serat optik ini adalah sinyal awal / source yang
berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh transducer elektro-optik
(dioda / laser dioda) menjadi gelombang cahaya yang kemudian ditransmisikan
melalui kabel serat optik menuju penerima / receiver yang terletak pada ujung
lainnya dari serat optik, pada penerima / receiver sinyal optik ini diubah oleh
transducer Opto-elektronik (photo dioda / avalanche photo dioda) menjadi sinyal
elektris kembali. Dalam perjalanan sinyal optik dari transmitter menuju receiver
akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel optik, sambungan-sambungan
kabel dan konektor-konektor di perangkatnya, oleh karena itu jika jarak
transmisinya jauh maka diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang berfungsi
untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman sepanjang
perjalanannya.
Ada beberapa komponen yang menjadi bahan pertimbangan dalam
mendesain suatu jaringan. Salah satunya adalah rugi-rugi transmisi serat optik
(attenuation). Rugi-rugi transmisi ini adalah salah satu karakterisktik yang penting
dari serat optik. Rugi-rugi ini menghasilkan penurunan dari cahaya dan juga
penurunan bandwidth dari sistem, transmisi informasi yang dibawa, efisien, dan
kapasitas sistem secara keseluruhan. Rugi-rugi serat optik meliputi: rugi-rugi
absorpsi, rugi-rugi pada inti dan cladding, dan rugi-rugi konektor dan splicing.
A. Rugi-rugi pada Serat Optik
Rugi-rugi pada serat optik dibagi berdasarkan darimana rugi-rugi tersebut
ditimbulkan, yaitu:
1. Rugi-rugi karena bahan
a. Absorption Loss
Rugi-rugi yang disebabkan karena masih banyaknya kotoran-kotoran
pada bahan gelas (terutama yang terbuat dari glass multi komponen).
Kotoran-kotoran tersebut dapat berupa logam (besi, tembaga) atau air
dalam bentuk ion-ipn yang dapat menyerap sinar yang melaluinya
akan berubah menjadi energi panas. Energi panas ini akan
menyebabkan daya berkurang.
Untuk memperkecil rugi-rugi akibat ion-ion kotoran karena adanya
unsur-unsur logam dan lain-lain pada serat optik, maka kebersihan dan
kemurnian bahan gelas sangat menentukan. Salah satu cara
memperkecil kerugian tersebut adalah dengan teknik pengendapan uap
kimia (Chemical Vapour Deposition), dimana dengan diendapkannya
ion-ion kotoran tersebut, redaman dapat diperkecil.
b. Rayleigh Scattering Loss
Peristiwa ini terjadi karena adanya berkas cahaya yang meengenai
suatu materi dalam serat optik yang kemudian menghamburkan /
memancarkan berkas-berkas cahaya tersebut ke segala arah. Hal ini
disebabkan ketidak homogenan materi yang terdapat dalam serat optik
tersebut yang mempunyai sifat menghamburkan suatu berkas cahaya.
2. Rugi-rugi karena penggunaan serat optik sebagai media transmisi
a. Macrobending Loss
Rugi-rugi ini terjadi pada saat sinar melalui serat optik yang
dilengkungkan, dimana sudut datang sinar lebih kecil dari pada sudut
kritis sehingga sinar tidak dipantulkan sempurna tapi dibiaskan.
Gambar 5 Macrobending loss
b. Microbending Loss
Rugi-rugi ini termasuk sebagai akibat adanya permukaan yang tidak
rata (dalam orde mikro) sebagai akibat proses perbaikan bahan yang
kurang sempurna.
Gambar 6 Microbending loss
c. Splicing Loss
Rugi-rugi ini timbul karena adanya gap antara dua serat optik yang
disambung. Hal ini terjadi karena dimensi serat optik yang demikian
kecil sehingga penyambungan menjadi tidak tepat sehingga sinar dari
bahan serat optik ke serat optik lainnya tidak dapat dirambatkan
seluruhnya. Ada beberapa kesalahan dalam penyambungan yang dapat
menimbulakn rugi-rugi splicing, yaitu:
Sambungan kedua serat optik membentuk sudut.
Kedua sumbu berimpit namun masih ada celah diantara keduanya.
Ada perbedaan ukuran antara kedua serat optik yang disambung.
d. Coupling Loss
Rugi–rugi ini timbul karena pada saat serat optik dikopel /
disambungkan dengan sumber cahaya atau photo detektor. Hal ini
dapat terjadi karena energi yang diradiasikan oleh sumber optik
dimasukkan ke dalam serat optik.
B. Link Budget Serat Optik
Power link bugdet merupakan perhitungan daya yang dilakukan pada
suatu sistem transmisi yang didasarkan pada karakteristik saluran redaman
serat optik, sumber optik dan sensitivitas detektor. Perhitungan daya penerima
diformulasikan dengan persamaan:
𝑃𝑡 − 𝑃𝑟 = 𝑀 + 𝐿𝑝𝑡 + 𝐿𝑝𝑟 + (𝑁𝑠 . 𝐿𝑠) + (𝑁𝑐. 𝐿𝑐) + (𝑍. 𝐿𝑓)
𝑃𝑟 = 𝑃𝑡 − [𝑀 + 𝐿𝑝𝑡 + 𝐿𝑝𝑟 + (𝑁𝑠 . 𝐿𝑠) + (𝑁𝑐. 𝐿𝑐) + (𝑍. 𝐿𝑓)]
𝐿𝑝𝑡 = 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 (𝑑𝐵)
𝐿𝑝𝑟 = 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑟 (𝑑𝐵)
𝐿𝑓 = 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑓𝑖𝑏𝑒𝑟 (𝑑𝐵/𝑘𝑚) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑍 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑓𝑖𝑏𝑒𝑟 (𝑘𝑚)
𝐿𝑠 = 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑠𝑝𝑙𝑖𝑐𝑒 (𝑑𝐵) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑁𝑠 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑝𝑙𝑖𝑐𝑒
𝐿𝑐 = 𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑛𝑒𝑐𝑡𝑜𝑟 (𝑑𝐵) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑁𝐶 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑛𝑒𝑐𝑡𝑜𝑟
𝑀 = 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 (𝑑𝐵)
𝑃𝑡 = 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 (𝑑𝐵𝑚)
𝑃𝑟 = 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑟 (𝑑𝐵𝑚)
Rise time budget merupakan metoda untuk menentukan batasan dispersi
pada saluran transmisi, tujuannya adalah untuk menganalisis kerja sistem
secara keseluruhan dan memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Rise time
budget sistem secara keseluruhan diberikan dengan persamaan sebagai
berikut:
𝑡𝑓 = 𝐷. 𝜎𝜆. 𝐿𝑠𝑖𝑠𝑡
𝑡𝑠𝑖𝑠𝑡2 = 𝑡𝑡𝑥
2 + 𝑡𝑟𝑥2 + 𝑡𝑓
2
𝑡𝑠𝑖𝑠𝑡 = √𝑡𝑡𝑥2 + 𝑡𝑟𝑥
2 + 𝑡𝑓2
𝑡𝑡𝑥 = 𝑟𝑖𝑠𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 (𝑝𝑠)
𝑡𝑟𝑥 = 𝑟𝑖𝑠𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑟 (𝑝𝑠)
𝜎𝜆 = 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑝𝑒𝑘𝑡𝑟𝑎𝑙 (𝑛𝑚)
𝑡𝑓 = 𝑟𝑖𝑠𝑒 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑓𝑖𝑏𝑒𝑟 (𝑝𝑠)
𝐷 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑝𝑠
𝑛𝑚.𝑘𝑚)
𝐿 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 (𝑘𝑚)
Nilai rise time budget sistem untuk line coding berbeda dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝑡𝑠𝑖𝑠𝑡 ≤0,7
𝐵𝑅 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑁𝑅𝑍
𝑡𝑠𝑖𝑠𝑡 ≤0,35
𝐵𝑅 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑅𝑍
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐵𝑅 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
C. Link Budget Menghitung Jumlah Splicing pada Serat Optik
Pada perhitungan link budget selanjutnya terkait pada pemeliharaan suatu
link serat optik. Suatu sistem serat optik akan mengalami penurunan
performasinya yang bisa disebabkan karena tingkat kehandalan perangkat
yang digunakan, kabel fiber optik itu sendiri, akibat perbuatan manusia seperti
pemotongan / penarikan / pembakaran / kegiatan penggalian gorong-gorong /
pekerjaan umum ataupun karena bencana alam sehinggan terjadi terputusnya
serat optik. Jika link serat optik putus maka perlu dilakukan splicing /
penyambungan serat optik, splicing inilah yang nantinya menambah nilai
redaman pada suatu link serat optik.
Berikut data parameter dari link serat optik PT Aplikanusa Lintasarta dari
POP Bekasi Horison – POP Mall Karawang yang telah diukur menggunakan
OTDR, terlihat data pengukuran dengan OTDR pada gambar 7 & 8 di bawah.
Pada hasil pengukuran menggunakan OTDR tersebut data yang akan
digunakan dalam perhitungan link budget; 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 51.7948 𝑘𝑚,
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑝𝑙𝑖𝑐𝑒 𝑙𝑜𝑠𝑠 0.196 𝑑𝐵.
Gambar 7 Hasil pengukuran serat optik PT Aplikanusa Lintasarta core Bekasi
Horison – Mall Karawang dengan OTDR
Gambar 8 Hasil pengukuran serat optik PT Aplikanusa Lintasarta core Bekasi
Horison – Mall Karawang dengan OTDR
Power transmit dan receive pada perangkat kedua sisi end point node di
Bekasi Horison dan Mall Karawang ditunjukan pada gambar 9 di bawah. Data
yang digunakan dalam perhitungan link budget 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 dari
perangkat di Mall Karawang 2.81 𝑑𝐵𝑚 dan 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 pada perangkat di
Bekasi Horison −24.685 𝑑𝐵𝑚.
Gambar 9 Parameter end point perangkat di Bekasi Horison dan Mall
Karawang
Tipe kabel serat optik yang digunakan Corning G652 D dengan
𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑓𝑖𝑏𝑒𝑟 0.23 𝑑𝐵/𝑘𝑚 dan tipe XFP Brocade 10GBase-ZR pada
𝑤𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 1550 𝑛𝑚 dengan data spesifikasi pabrikan 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑝𝑜𝑤𝑒𝑟 −20 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 − 8 𝑑𝐵𝑚 dan 𝑢𝑛𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑦 − 23 𝑑𝐵𝑚. Akan
digunakan nilai −24.685 𝑑𝐵𝑚 pada receive power di sisi perangkat Bekasi
Horison sebagai batas minimal recive power.
Gambar 10 Spesifikasi serat optik Corning G652 D
Gambar 11 Spesifikasi Brocade 10GBase – ZR
Pada hasil OTDR terlihat sudah banyak dilakukan penyambungan di
sepanjang serat optik tersebut. Pada perhitungan kali ini, akan kita cari tahu
total splicing / joint-box yang ada sebagai batas maksimal banyaknya splicing
yang dapat dilakukan pada link tersebut.
𝑃𝑡 − 𝑃𝑟 = (𝑁𝑠 . 𝐿𝑠) + (𝑁𝑐. 𝐿𝑐) + (𝑍. 𝐿𝑓)
2,81 𝑑𝐵𝑚 − (−24,685 𝑑𝐵𝑚)= (𝑁𝑠 . 0,196 𝑑𝐵) + (6.0,5 𝑑𝐵) + (51,795 𝑘𝑚 . 0,23 𝑑𝐵/𝑘𝑚)
27,495 𝑑𝐵𝑚 = (𝑁𝑠 . 0,196 𝑑𝐵) + 3 𝑑𝐵 + 11,913 𝑑𝐵
27,495 𝑑𝐵𝑚 = (𝑁𝑠 . 0,196 𝑑𝐵) + 14,913 𝑑𝐵
𝑁𝑠 . 0,196 = 27,495 − 14,913
𝑁𝑠 =12,582
0,196
𝑁𝑠 = 64,19
Dari data perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahawa serat optik tersebut
sebnayak 64 penyambungan (splicing) dan dari data pengukuran OTDR span
loss 25,073 𝑑𝐵. Sesuai data spesifikasi receiver sensitivity −23 𝑑𝐵𝑚 berarti
kondisi saat ini sangat kritis (sinyal optik tidak akan tembus sampai receiver)
apabila dikemudian hari terjadi fiber cut kembali. Maka perlu dilakukan
maintenance dengan penambahan repeater, peningkatan spesifikasi /
kemampuan perangkat transmisi / receiver atau perbaikan pada serat optik itu
sendiri.
IV. KESIMPULAN
1. Teknologi serat optik menawarkan kecepatan data yang lebih besar sepanjang
jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem
konvensional menggunakan kawat logam (tembaga).
2. Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian: core (inti),
cladding (kulit), dan coating (mantel) atau buffer (pelindung).
3. Pada perhitungan link budget serat optik – 2:
Pada sistem serat optik PT Aplikanusa Lintasarta segmen link Bekasi
Horison – Mall Karawang total splicing sebanyak 𝑁𝑠 = 64,19.
Untuk menjaga kehandalan sistem serat optik perlu dilakukan maintenance
secara berkala, karena serat optik merupakan media transmisi yang mudah
mengalami kerusakan akibat bencana, ulah perbuatan manusia, bencana
alam ataupun lifetime serat optik dan perangkat itu sendiri.
4. Perhitungan link budget sangat penting dalam upaya membangun dan
memelihara suatu sistem komunikasi serat optik yang handal secara efektif
dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Nurman, Fauzi, “Pemeliharaan Perangkat dan Jaringan Kabel Optik”, 2009. Meyer, R. Jurgen, “Introduction to Classical and Modern Optics”, Prentice Hall,
Inc UnitedStates of America, 1989. Keiser, Gerd, “Optical Fiber Communication”, Mc Grow Hill, 1989. Purwanto, Rorik, “Pengukuran Serat Optik Mall Karawang – Bekasi Horison
dengan OTDR”, PT. Aplikanusa Lintasarta, Jakarta, 2016. PT. Telkom, Tbk., “Dasar Sistem Transmisi Serat Optik”, Bandung, 2000. Manolakis, Dimitris G and John G. Proakis, “Digital Signal Processing”, Principle,
Algoritms, and Applications, Third Edition, Prentice Hall inc, 1995. Mooney, J. William, “Optoelectronic devices and Principles”, Prenticce Hall
International inc. Brocade Communications System, Inc., “Brocade 10Gbps 80 km SFP+ Optical
Tranceiver”, 2012. Corning Incorporated, “Corning SMF-28e+ Optical Fiber”, Corning, NY., 2014.