Robot Remote Kontrol Dengan Mikon Avr.

download Robot Remote Kontrol Dengan Mikon Avr.

of 52

description

Robot Remote Kontrol Dengan Mikon Avr.

Transcript of Robot Remote Kontrol Dengan Mikon Avr.

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak sekali kasus-kasus kejahatan dan teror yang terjadi. Oleh

    karena itu kita dituntut untuk menciptakan adanya suatu sistem keamanan yang dapat

    menjamin keamanan tersebut. Kemajuan teknologi memberi solusi yang bijak, agar

    suatu tempat dapat terpantau atau termonitoring dengan baik. Salah satunya adalah

    dengan menggunakan kamera pengaman sistem Closed Circuit Television (CCTV)

    sebagai pemantau keadaan. CCTV merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

    kamera dan beberapa unit televisi beserta perlengkapan lainnya. Perangkat ini

    dihubungkan dengan kabel atau bisa juga tanpa kabel. Akan tetapi kamera CCTV

    konvensional yang banyak digunakan tidak bekerja secara mobile dan tidak mampu

    memonitor tempat tempat yang tidak dapat dijangkau manusia yang menggunakan

    sinyal audio/video (A/V) sehingga membutuhkan receiver khusus.

    Untuk membuat kamera CCTV yang bekerja secara mobile dan mampu

    memonitor tempat yang tidak dapat dijangkau manusia ataupun tempat yang

    berbahaya bagi manusia, maka dibuatllah sebuah robot yang mampu dikendalikan

    dari jarak jauh menggunakan radio frekuensi yang membawa kamera dan pemancar

    mini VHF agar hasil dari penangkapan kamera dapat dilihat melalui tuner televisi

    konvensional. Aplikasi sistem keamanan mobile ini diberi nama Sistem Kendali

    TeleRobotik Berkamera dengan Pemancar VHF Berbasiskan Mikrokontroller AVR

    ATMEGA 8535 .

    1.2 Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang dibahas yaitu :

    1. cara kerja robot hanya pada bidang datar dan ada cahaya yang cukup

    2. jarak jangkauan pengendali robot hanya 10 meter

    1

  • 2

    3. penerima hasil penangkapan kamera melalui tuner televisi berfrekuensi VHF

    dengan jarak pancar 7 meter.

    1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan bagaimana cara kerja dari Sistem

    Kendali TeleRobotik Berkamera dengan Pemancar VHF Berbasiskan Mikrokontroller

    AVR ATMEGA 8535 sehingga bisa digunakan sebagai alat bantu pengawasan

    keamanan pada tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia maupun tempat yang

    berbahaya bagi manusia.

    1.4 Metode Penelitian Dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan beberpa metode penelitian,

    diantaranya adalah :

    a. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mengambil beberapa data yang berasal dari

    berbagai sumber seperti buku dan internet dimana isi dari sumber-sumber

    tersebut dijadikan referensi dan acuan dalam penulisan ilmiah ini.

    b. Percobaan, yaitu melakukan percobaan-percobaan dan pengambilan data

    terhadap beberapa alat yang digunakan seperti jarak jangkauan sistem

    komunikasi, sistim elektronika, mekanika, dan pemrograman yang

    dibutuhkan.

    c. Konsultasi, yaitu bertanya kepada beberapa personal yang ahli dalam

    bidangnya masing-masing.

    1.5 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, penulisan ini terdiri dari 5

    bab yaitu:

    Bab I : Pendahuluan, berisi tentang pendahuluan yang membahas latar belakang

    masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika

    penelitian.

  • 3

    Bab II : Landasan Teori, berisi tentang berbagai teori pendukung yang diterapkan

    atau dijadikan dasar untuk merangkai dan menganalisa alat yang dibuat untuk

    memenuhi tujuan penulisan.

    Bab III : Rancangan Sistem, berisi tentang pembahasan yang menjelaskan tentang

    rancangan sistem baik rancangan pada perangkat keras maupun perangkat lunak.

    Bab IV : Uji Coba dan Analisis, berisi tentang langkah-langkah pengoperasian alat

    dan analisa dari hasil yang didapat dari pengujian alat tersebut.

    Bab V : Penutup, berisi kesimpulan hasil kinerja serta terdapat saran yang dapat

    bermanfaat untuk analisa dan pengembangan lebih lanjut.

  • 4

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 MIKROKONTROLLER AVR ATmega8535

    2.1.1 Arsitektur AVR ATmega8535

    AVR merupakan seri mikrokontroller CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis

    arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi

    dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose,

    timer/counter fleksibel dengan mode compare, interupt internal dan eksternal, serial

    UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving. Beberapa

    diantaranya mempunyai ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System

    Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram

    ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI. Chip AVR yang digunakan

    untuk tugas akhir ini adalah ATmega8535.

    ATmega8535 adalah mikrokontroller CMOS 8-bit daya-rendah berbasis

    arsitektur RISC yang ditingkatkan. Kebanyakan instruksi dikerjakan pada satu siklus

    clock, ATmega8535 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat

    disainer sistem untuk mengoptimasi komsumsi daya versus kecepatan proses. Blok

    diagram dari mikrokontroller dapat dilihat pada gambar 2.1

    Mikrokontroller ATmega8535 memiliki sejumlah keistimewaan sebagai berikut :

    Advanced RISC Architecture

    o 130 Powerful Instructions Most Single Clock Cycle Execution

    o 32 x 8 General Purpose Working Registers

    o Fully Static Operation

    o Up to 16 MIPS Throughput at 16 MHz

    o On-chip 2-cycle Multiplier

  • 5

    Nonvolatile Program and Data Memories

    o 8K Bytes of In-System Self-Programmable Flash

    - Endurance: 10,000 Write/Erase Cycles

    o Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits

    - In-System Programming by On-chip Boot Program

    - True Read-While-Write Operation

    o 512 Bytes EEPROM

    - Endurance: 100,000 Write/Erase Cycles

    o 512 Bytes Internal SRAM

    o Programming Lock for Software Security

    Peripheral Features

    o Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Modes

    o One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and

    Capture Mode

    o Real Time Counter with Separate Oscillator

    o Four PWM Channels

    o 8-channel, 10-bit ADC

    - 8 Single-ended Channels

    - 7 Differential Channels for TQFP Package Only

    - 2 Differential Channels with Programmable Gain at 1x, 10x, or 200x

    for TQFP Package Only

    o Byte-oriented Two-wire Serial Interface

    o Programmable Serial USART

    o Master/Slave SPI Serial Interface

    o Programmable Watchdog Timer with Separate On-chip Oscillator

    o On-chip Analog Comparator

    Special Microcontroller Features

    o Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection

    o Internal Calibrated RC Oscillator

  • 6

    o External and Internal Interrupt Sources

    o Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-

    down,Standby and Extended Standby

    I/O and Packages

    o 32 Programmable I/O Lines

    o 40-pin PDIP, 44-lead TQFP, 44-lead PLCC, and 44-pad MLF

    Operating Voltages

    o 2.7 - 5.5V for ATmega8535L

    o 4.5 - 5.5V for ATmega8535

    Speed Grades

    o 0 - 8 MHz for ATmega8535L

    o 0 - 16 MHz for ATmega8535

    Gambar 2.1

    Blok Diagram Mikrokontroller ATmega8535

  • 7

    2.1.2 Pena - Pena ATmega8535

    Konfigurasi Pin Mikrokontroller ATmega8535 dengan kemasan 40-pin DIP

    (dual in-line package) dapat dilihat pada Gambar 2.2. Untuk memaksimalkan

    performa dan paralelisme, AVR menggunakan arsitektur Harvard (dengan memori

    dan bus terpisah untuk program dan data). Arsitektur CPU dari AVR ditunjukkan

    oleh gambar 2.3 Instruksi pada memori program dieksekusi dengan pipelining single

    level. Selagi sebuah instruksi sedang dikerjakan, instruksi berikutnya diambil dari

    memori program.

    Gambar 2.2.

    Konfigurasi Pin Mikrokontroller ATmega8535

    Gambar 2.3.

    Arsitektur CPU dari AVR

  • 8

    2.1.3 Deskripsi Mikrokontroller ATmega8535

    VCC (power supply)

    GND (ground)

    Port A (PA7..PA0)

    Port A berfungsi sebagai input analog pada A/D Konverter.

    Port A juga berfungsi sebagai suatu Port I/O 8-bit dua arah, jika A/D

    Konverter tidak digunakan. Pin - pin Port dapat menyediakan resistor internal

    pull-up (yang dipilih untuk masing-masing bit). Port A output buffer

    mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan

    kemampuan sumber. Ketika pin PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan

    secara eksternal ditarik rendah, pin pin akan memungkinkan arus sumber

    jika resistor internal pull-up diaktifkan. Pin Port A adalah tri-stated manakala

    suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

    Port B (PB7..PB0)

    Port B adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

    (yang dipilih untuk beberapa bit). Port B output buffer mempunyai

    karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan

    sumber. Sebagai input, pin port B yang secara eksternal ditarik rendah akan

    arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin Port B adalah tri-stated

    manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

    Port C (PC7..PC0)

    Port C adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

    (yang dipilih untuk beberapa bit). Port C output buffer mempunyai

    karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan

    sumber. Sebagai input, pin port C yang secara eksternal ditarik rendah akan

    arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin Port C adalah tri-stated

    manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

    Port D (PD7..PD0)

  • 9

    Port D adalah suatu Port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

    (yang dipilih untuk beberapa bit). Port D output buffer mempunyai

    karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan

    sumber. Sebagai input, pin port D yang secara eksternal ditarik rendah akan

    arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin Port D adalah tri-stated

    manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

    RESET (Reset input)

    XTAL1 (Input Oscillator)

    XTAL2 (Output Oscillator) AVCC adalah pin penyedia tegangan untuk port

    A dan A/D Konverter

    AREF adalah pin referensi analog untuk A/D konverter.

    2.1.4. Port Sebagai Input / Output Digital

    ATmega8535 mempunyai empat buah port yang bernama PortA, PortB,

    PortC, dan PortD. Keempat port tersebut merupakan jalur bi-directional dengan

    pilihan internal pull-up.

    Tiap port mempunyai tiga buah register bit, yaitu DDxn, PORTxn, dan

    PINxn. Huruf x mewakili nama huruf dari port sedangkan huruf n mewakili

    nomor bit. Bit DDxn terdapat pada I/O address DDRx, bit PORTxn terdapat pada I/O

    address PORTx, dan bit PINxn terdapat pada I/O address PINx. Bit DDxn dalam

    regiter DDRx (Data Direction Register) menentukan arah pin. Bila DDxn diset 1

    maka Px berfungsi sebagai pin output. Bila DDxn diset 0 maka Px berfungsi sebagai

    pin input. Bila PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin input, maka

    resistor pull-up akan diaktifkan. Untuk mematikan resistor pull-up, PORTxn harus

    diset 0 atau pin dikonfigurasi sebagai pin output. Pin port adalah tri-state setelah

    kondisi reset. Bila PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin output

    maka pin port akan berlogika 1. Dan bila PORTxn diset 0 pada saat pin terkonfigurasi

    sebagai pin output maka pin port akan berlogika 0.

  • 10

    Saat mengubah kondisi port dari kondisi tri-state (DDxn=0, PORTxn=0) ke

    kondisi output high (DDxn=1, PORTxn=1) maka harus ada kondisi peralihan apakah

    itu kondisi pull-up enabled (DDxn=0, PORTxn=1)atau kondisi output low (DDxn=1,

    PORTxn=0). Biasanya, kondisi pull-up enabled dapat diterima sepenuhnya, selama

    lingkungan impedansi tinggi tidak memperhatikan perbedaan antara sebuah strong

    high driver dengan sebuah pull-up. Jika ini bukan suatu masalah, maka bit PUD pada

    register SFIOR dapat diset 1 untuk mematikan semua pull-up dalam semua port.

    Peralihan dari kondisi input dengan pull-up ke kondisi output low juga menimbulkan

    masalah yang sama. Maka harus menggunakan kondisi tri-state (DDxn=0,

    PORTxn=0) atau kondisi output high (DDxn=1, PORTxn=0) sebagai kondisi transisi.

    Lebih detil mengenai port ini dapat dilihat pada manual datasheet dari IC

    ATmega8535. Tabel 2.1.

    Konfigurasi Pin Port

    Bit 2 PUD : Pull-up Disable

    Bila bit diset bernilai 1 maka pull-up pada port I/O akan dimatikan walaupun register

    DDxn dan PORTxn dikonfigurasikan untuk menyalakan pull-up (DDxn=0,

    PORTxn=1).

  • 11

    2.1.5. Organisasi Memori AVR ATmega8535

    AVR arsitektur mempunyai dua ruang memori utama, Ruang Data Memori

    dan Ruang Program Memori. Sebagai tambahan, ATmega8535 memiliki fitur suatu

    EEPROM Memori untuk penyimpanan data. Semua tiga ruang memori adalah reguler

    dan linier.

    2.1.5.1. Program Memori

    ATmega8535 berisi 8K bytes On-Chip di dalam sistem Memori flash

    Reprogrammable untuk penyimpanan program. Karena semua AVR instruksi adalah

    16 atau 32 bits lebar, Flash adalah berbentuk 4K x 16. Untuk keamanan perangkat

    lunak, Flash Ruang program memori adalah dibagi menjadi dua bagian, bagian boot

    program dan bagian aplikasi program. Flash Memori mempunyai suatu daya tahan

    sedikitnya 10,000 write/erase Cycles. ATmega8535 Program Counter (PC) adalah 12

    bit lebar, alamat ini 4K lokasi program memori.

    Gambar 2.4.

    Pemetaan Program Memori

  • 12

    2.1.5.2. Data Memori

    608 lokasi alamat data memori menunjuk register file, I/O memori, dan

    internal data SRAM. Yang pertama 96 lokasi alamat file register dan I/O memori

    penempatan menunjuk Memori I/O dan yang berikutnya 512 lokasi alamat internal

    data SRAM.

    Lima perbedaan mode pengalamatan data memori cover: Langsung,Tidak

    langsung dengan jarak, Tidak langsung, Tidak langsung dengan Pre-Decrement, dan

    Tidak langsung dengan Post-Increment. Di dalam file register, register R26 ke R31

    memiliki fitur penunjukan pengalamatan register tidak langsung.

    Jangkauan pengalamatan langsung adalah keseluruhan ruang data. Mode

    Tidak langsung dengan jarak jangkauan 63 lokasi alamat dari alamat dasar yang

    diberi oleh Y- atau Z-Register. Manakala penggunaan register mode tidak langsung

    dengan pre-decrement otomatis dan postincrement, alamat register X, Y, dan Z

    adalah decremented atau incremented.

    32 tujuan umum kerja register, 64 I/O register, dan 512 bytes data internal

    SRAM di dalam ATmega8535 adalah semua dapat diakses melalui semua mode

    pengalamatan.

    Gambar 2.5.

    Pemetaan Data Memori

  • 13

    2.1.6. Instruksi Aritmatika

    Instruksi - instruksi dalam kelompok aritmatika selalu melibatkan akumulator,

    hanya beberapa saja yang melibatkan register seperti DPTR. Instruksi aritmatika yang

    umum digunakan adalah ADD (penjumlahan), SUBB (pengurangan), MUL

    (perkalian), dan DIV (pembagian). Contoh penulisan operasi aritmatika ADD adalah

    sbb:

    ADD A,7FH (direct addressing)

    ADD A,@R0 (indirect addressing)

    ADD A,R7 (register addressing)

    ADD A,#127 (immediate constant)

    2.2 BAHASA C

    Akar bahasa C adalah bahasa BCPL yang dikembangkan oleh Martin

    Richards pada tahun 1967. Bahasa C adalah bahasa standart, artinya suatu program

    yang ditulis dengan versi bahasa C tertentu akan dapat dikompilasi dengan versi

    bahasa C yang lain dengan sedikit modifikasi. Beberapa alasan mengapa bahasa C

    banyak digunakan, diantaranya adalah sebagai berikut :

    1. Bahasa C tersedia hampir di semua jenis komputer.

    2. Kode bahasa C sifatnya portabel.

    3. Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata kata kunci.

    4. Proses executable program bahasa C lebih cepat.

    5. Dukungan Pustaka yang banyak.

    6. C adalah bahasa yang terstruktur.

    7.Selain bahasa tingkat tinggi, C juga dianggap sebagai bahasa tingkat Menengah.

    8. Bahasa C adalah kompiler

  • 14

    2.2.1 Proses Kompilasi dan Linking Program C

    Agar suatu program dalam bahasa pemrograman dapat dimengerti oleh

    komputer, program haruslah diterjemahkan dahulu ke dalam kode mesin. Adapun

    penerjemah yang digunakan bias berupa interpreter atau kompiler. Interpreter adalah

    suatu jenis penerjemah yang menerjemahkan baris per baris instruksi untuk setiap

    saat.

    Proses dari bentuk program sumber C (source program, yaitu program yang

    ditulis dalam bahasa C) hingga menjadi program yang executable (dapat dieksekusi

    secara langsung) ditunjukkan pada gambar 2.6. di bawah ini.

    Gambar 2.6.

    Proses Kompilasi-Linking dari program C.

  • 15

    2.2.2 Struktur Penulisan Program C

    Untuk dapat memahami bagaimana suatu program ditulis, maka struktur dari

    program harus dimengerti terlebih dahulu. Tiap bahasa Komputer mempunyai

    struktur program yang berbeda. Struktur dari program memberikan gambaran secara

    luas, bagaimana bentuk dari program secara umum.

    Struktur dari program C dapat dilihat sebagai kumpulan dari sebuah atau lebih

    fungsi fungsi. Fungsi pertama yang harus ada di program C sudah ditentukan

    namanya, yaitu bernama main(). Suatu fungsi di program C dibuka dengan kurung

    kurawal ({) dan ditutup dengan kurung kurawal tertutup (}). Diantara kurung kurawal

    dapat dituliskan statemen statemen program C. Berikut ini adalah struktur dari

    program C.

    main()

    { Fungsi

    statemen statemen; Utama

    }

    Fungsi_Fungsi_Lain()

    { Fungsi-fungsi lain

    statemen statemen yang ditulis oleh

    } pemrograman komputer

    2.2.3 Dasar Dasar Pemrograman C

    2.2.3.1. Tipe Data Dasar

    Data merupakan suatu nilai yang biasa dinyatakan dalam bentuk konstanta

    atau variabel. Konstanta menyatakan nilai yang tetap, sedangkan variabel menyatakan

    nilai yang dapat diubah ubah selama eksekusi berlangsung.

  • 16

    Data berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yang

    dinamakan sebagai tipe data dasar. Kelima tipe data dasar adalah :

    1. Bilangan bulat (integer)

    2. Bilangan real presisi-tunggal

    3. Bilangan real-presisi ganda

    4. Karakter

    5. Tak bertipe (void)

    Tabel 2.3. memberikan informasi mengenai ukuran memori yang diperlukan

    dan kawasan dari masing masing tipe data dasar. Tabel 2.3.

    Ukuran Memori untuk tipe data Tipe Total Bit Kawasan Keterangan

    Char 8 -128 s.d. 127 Karakter

    Int 32 -2147483648 s.d. 2147483647 Bilangan Integer

    Float 32 1.7E-38 s.d. 3.4E+38 Bil. real presisi tunggal

    Double 64 2.2E-308 s.d. 1.7E+308 Bil. Real presisi ganda

    2.2.3.2 Operator

    Operator atau tanda operasi adalah suatu tanda atau simbol yang digunakan

    untuk suatu operasi tertentu. Operator untuk operasi aritmatika yang tergolong

    sebagai operator binary adalah :

    * (perkalian)

    / (pembagian)

    % (sisa pembagian)

    + (penjumlahan)

    - (pengurangan)

  • 17

    Adapun operator yang tergolong sebagai operator unary

    - (tanda minus)

    + (tanda plus)

    2.2.3.3 Fungsi Komunikasi Serial

    Untuk keperluan komunikasi serial, C menyediakan sejumlah fungsi.

    Beberapa diantaranya adalah berupa putchar() dan getchar().

    1. Fungsi putchar()

    Fungsi putchar() selain digunakan untuk menampilkan sebuah

    karakter di layar, digunakan juga pada komunikasi serial sebagai perintah

    untuk mengirimkan data.

    Contoh :

    data_transmit = PINC;

    putchar (data_transmit);

    2. Fungsi getchar()

    Fungsi getchar() selain digunakan untuk menerima masukan berupa sebuah

    karakter dari keyboard, juga digunakan pada komunikasi serial sebagai

    perintah untuk menerima data.

    Contoh :

    data_receive = getchar();

    PORTA = data_receive;

    2.2.3.4. Pernyataan Switch

    Pernyataan switch digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan

    terhadap banyak kemungkinan. Bentuk pernyataan switch adalah sebagai berikut :

  • 18

    Switch (ekspresi)

    {

    Case nilai_1 : pernyataan_1;break;

    Case nilai_2 : pernyataan_2;break;

    Case nilai_3 : pernyataan_3;break;

    }

    2.3. KOMUNIKASI SERIAL RS232

    Komunikasi data serial sangat berbeda dengan format pemindahan data

    paralel. Disini, pengiriman bit-bit tidak dilakukan sekaligus melalui saluran pararel,

    tetapi setiap bit dikirimkan satu persatu melalui saluran tunggal (perhatikan Gambar

    2.7). Dalam pengiriman data secara serial harus ada sinkronisasi atau penyesuaian

    antara pengirim dan penerima agar data yang dikirimkan dapat diterima dengan tepat

    dan benar oleh penerima. Salah satu mode transmisi dalam komunikasi serial adalah

    mode asynchronous. Transmisi serial mode ini digunakan apabila pengiriman data

    dilakukan satu karakter tiap pengiriman. Antara satu karakter dengan yang lainnya

    tidak ada waktu antara yang tetap. Karakter dapat dikirimkan sekaligus ataupun

    beberapa karakter kemudian berhenti untuk waktu yang tidak tentu, kemudian

    dikirimkan sisanya. Dengan demikian bit-bit data ini dikirimkan dengan periode yang

    acak sehingga pada sisi penerima data akan diterima kapan saja. Adapun sinkronisasi

    yang terjadi pada mode transmisi ini adalah dengan memberikan bit-bit penanda awal

    dari data dan penanda akhir dari data pada sisi pengirim maupun dari sisi penerima.

    Format data komunikasi serial terdiri dari parameter - parameter yang dipakai

    untuk menentukan bentuk data serial yang dikomunikasikan, dimana elemen-

    elemennya terdiri dari :

    1. Kecepatan mobilisasi data per bit (baud rate)

    2. Jumlah bit data per karakter (data length)

    3. Parity yang digunakan

  • 19

    4. Jumlah stop bit dan start bit

    Gambar 2.7.

    Format Pengiriman Data Serial

    Jalur komunikasi serial RS232 diperlihatkan pada gambar 2.8

    Gambar 2.8.

    Komunikasi Serial RS232

    RS232 sebagai komunikasi serial mempunyai karakteristik elektrik sebagai

    berikut :

    Space (logic 0) mempunyai level tegangan sebesar +3 s/d +25Volt.

    Mark (logic 1) mempunyai level tegangan sebesar -3 s/d -25 Volt.

    Level tegangan antara +3 s/d -3 Volt tidak terdefinisikan.

  • 20

    Arus yang melalui rangkaian tidak boleh melebihi dari 500 mA, ini

    dibutuhkan agar sistem yang dibangun bekerja dengan akurat.

    2.4 MOTOR DC

    2.4.1. Prinsip Kerja Motor DC

    Motor DC atau motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi untuk

    mengubah tenaga listrik arus searah menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, yang

    tenaga gerak tersebut berupa putaran dari rotor. Prinsip kerja dari motor DC hampir

    sama dengan generator AC, perbedaannya hanya terletak dalam konversi daya.

    Prinsip dasarnya adalah apabila suatu kawat berarus diletakkan diantara kutub

    kutub magnet (U- S), maka pada kawat itu akan bekerja suatu gaya yang

    menggerakkan kawat tersebut.

    Gambar 2.9.

    Prinsip Kerja Motor DC

    Apabila sebuah belitan terletak dalam medan magnet yang homogen, arah

    gerakan ditunjukkan seperti gambar diatas, karena kedua sisi lilitan mempunyai arus

    yang arahnya berlawanan.

  • 21

    2.4.2. Konstruksi Motor DC

    Bagian bagian penting dari motor DC ditunjukkan oleh gambar 2.10,

    statornya mempunyai kutub menonjol dan diterjal oleh satu atau lebih kumparan

    medan. Pembagian fluks celah udara yang dihasilkan oleh lilitan medan secara

    simetris berada di sekitar tengah kutub medan, sumbu ini dinamakan sumbu medan

    atau sumbu langsung.

    Gambar 2.10.

    Konstruksi Motor DC

    Kumparan penguat dihubungkan seri, jangkar merupakan besi laminasi yang

    bergerak untuk mengurangi arus eddy. Letak kumparan jangkar pada slot besi

    disebelah luar permukaan jangkar. Pada jangkar terdapat komutator yang terbentuk

    silender dan isolasi sisi kumparan dihubungkan dengan segmen komutator pada

    beberapa bagian yang berbeda, sesuai dengan jenis lilitannya.

    2.4.3. Jenis Motor DC

    a) Berdasarkan sumber arus penguatan magnet

    1. Motor DC Penguatan Permanen.

    2. Motor DC Penguatan Terpisah (arus penguatan magnet diperoleh dari

    sumber DC diluar motor).

    3. Motor DC dengan Penguatan Sendiri (arus penguatan magnet berasal dari

    motor itu sendiri).

    b) Berdasarkan hubungan Lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar

  • 22

    1. Motor DC Shunt

    Motor Jenis ini memiliki kumparan medan yang dihubungkan secara

    parallel dengan kumparan jangkar sehingga akan menghasilkan kecepatan

    yang relatif konstan meskipun terjadi perubahan beban. Perubahan beban

    hanya sekitar 10 %.

    2. Motor DC Seri

    Motor jenis ini memiliki medan penguat yang dihubungkan seri

    dengan medan jangkar. Arus jangkar untuk motor jenis ini lebih besar

    daripada arus jangkar pada kumparan jangkar untuk motor jenis shunt, selain

    itu kumparan Ns lebih sedikit. Tahanan medan Rf lebih kecil disebabkan

    tahanan tersebut merupakan bagian dari jumlah lilitan yang sedikit. Pada

    waktu start bisa memberi momen yang besar dengan arus start yang rendah

    juga dapat memberi perubahan kecepatan atau beban dengan arus kecil

    dibandingkan mootr tipe lain, tetapi kecepatan akan besar bila beban rendah

    atau tanpa beban dan hal ini sangat berbahaya. Kecepatannya bisa diatur

    melalui tegangan supply.

    3. Motor DC Kompond

    Motor ini merupakan gabungan dari sifat sifatt dari motor DC shunt

    dan seri, tergantung mana yang lebih kuat lilitannya, umumnya motor jenis ini

    memiliki moment start yang besar seperti pada motor DC seri. Perubahan

    kecepatan sekitar 25% terhadap keceatan tanpa beban. Motor ini dibagi

    menjadi dua jenis yaitu :

    - Motor Kompond Panjang

    - Motor Kompond Pendek

    2.4.4. Karakteristik Motor DC

    Untuk menentukan karakteristik motor DC, hal yang harus diingat adalah dua

    persamaan dasar yaitu :

  • 23

    1. Karakteristik Kecepatan Putaran

    Dimana : n = Kecepatan Putaran

    Vs = Tegangan Shunt ( Volt)

    Ia = Arus Armature (Ampere)

    Ra = Resistansi Armature ( Ohm)

    C = Kopel

    = Fluks (Wb/m2)

    2. Karakteristik Torsi

    Dimana : = Torsi

    K = Konstanta

    Ia = Arus Armature (Ampere)

    = Fluks (Wb/m2)

    2.4.5. Pengaturan Motor Dc

    Berdasarkan persamaan 2.1 2.2 diatas dapat dilihat bahwa kecepatan (n),

    dapat diatur dengan mengubah ubah besaran , Ra,Vt.

    1. Pengaturan kecepatan dengan mengatur medan shunt ()

    Dengan menyisipkan tahanan variable yang dipasang secara seri

    terhadap kumparan medan (pada motor shunt), dapat diatur arus medan If

  • 24

    dan fluksnya. Cara ini mudah dan sederhana, selain itu juga memperkecil

    rugi panas. Akan tetapi besaran fluks yang bisa dicapai oleh kumparan

    medan terbatas, sehingga kecepatan yang diatur terbatas. Kecepatan

    terendah didapatkan dengan membuat tahanan variable sama dengan nol,

    sedangkan kecepatan tertinggi dibatasi perencanaan mesin dimana gaya

    sentrifugal maksimum tidak sampai merusak motor. Kopel maksimum ada

    pada kecepatan terendah. Cara ini biasanya diterapkan pada motor shunt

    atau motor kompond.

    2. Pengaturan dengan mengatur tahanan Ra.

    Tahanan jangkar bisa diatur dengan menyisipkan tahanan variable

    secara seri terhadap tahanan jangkar tersebut. Dengan tahanan yang bisa

    diatur ini maka kecepatannya bisa dikontrol. Cara ini kurang efisien dan

    jarang dipakai karena menimbulkan rugi panas yang besar.

    3. Pengaturan dengan mengatur tegangan Vt.

    Pengaturan dengan cara ini lebih dikenal dengan sebutan sistem

    Ward Leonard dan motor yang dipakai adalah motor berpenguatan bebas.

    Motor penggerak mulai dipakai untuk menggerakkan generator pada

    kecepatan yang konstan. Perubahan tahanan medan akan mengubah

    tegangan Vt yang diberikan pada motor. Dengan cara ini mempunyai

    batasan yang cukup halus. Satu kerugiannya adalah pembiayaan yang cukup

    besar akibat penambahan generator dan penggerak mula.

    2.5. PENGENDALI MOTOR DC

    Untuk menggerakkan dan mengubah putaran motor DC secara otomatis, kita

    membutuhkan suatu pengendali khusus. Pengendali yang dapat kita gunakan adalah

    IC L293D. IC ini mempunyai fungsi sebagai saklar otomatis karena di dalam IC

    tersebut terdapat beberapa transistor yang dirangkai sedemikian rupa sehingga

  • 25

    menjadi sebuah rangkaian saklar otomatis. IC ini mempunyai 4 input dan 4 output

    sehingga setiap 1 IC L293D bisa digunakan untuk 2 motor DC.

    Gambar 2.11. Schematic L293D

    IC L293D ini membutuhkan tegangan kerja sebesar 5 Volt dengan arus

    maksimal kurang lebih 1 Amper.

    2.6. CMOS Kamera

    CMOS merupakan sebuah sensor didalam kamera. CMOS adalah sebuah alat

    yang mengubah gambar optik ke sinyal-sinyal listrik menggunakan MOS (metal

    oxide semiconductor) transistor. Sensor gambar CMOS secara berurutan mendeteksi

    sinyal-sinyal listrik dari setiap unit pixel dalam sebuah switching mode untuk

    mewujudkan foto atau gambar melalui pembentukan yang dilakukan karena adanya

    transformasi dioda dan transistor MOS dalam setiap satuan pixel. Blok utama dari

    suatu gambar yang dibentuk oleh sebuah sensor gambar CMOS adalah pixel. Pixel

    dari sebuah sensor gambar CMOS adalah perangkat semikonduktor yang mengubah

    insiden tabrakan antara foton cahaya ke sinyal-sinyal yang dapat diproses. Sinyal

    yang dihasilkan oleh setiap pixel pada umumnya sangat kecil, namun berkaitan

    dengan jumlah insiden tabrakan cahaya foton.

  • 26

    Gambar 2.12. Proese Penangkapan Sinar RGB oleh Sensor

    Dalam sebuah sensor gambar CMOS, unsur-unsur aktif dari sel pixel

    melaksanakan fungsi yang diperlukan untuk mengkonversi sinar-sinar foton, yang

    diakumulasi menjadi gambar. Dalam bidang pencitraan, sensor gambar CMOS telah

    terbukti lebih murah dibanding sensor gambar lain seperti CCD.

    2.7. PEMANCAR TV VHF

    Sistem televisi terdiri atas pemancar, jalur transmisi, dan penerima. Pada

    pemancar, sumber informasi gambar dan suara diolah menjadi sinyal listrik untuk

    diumpankan ke jalur transmisi. Pada penerima, sinyal listrik yang diperoleh dari jalur

    transmisi diubah kembali menjadi informasi gambar dan suara seperti semula.

    Bayangan cahaya suatu gambar dapat diubah menjadi sinyal video dengan

    menggunakan tabung kamera. Tabung kamera ini merupakan tabung sinar katoda

    (CRT) yang berisi sensor photo-elektrik dan penembak elektron. Kamera

    akan menghasilkan sinyal video yang berupa sinyal listrik yang berisi informasi

    gambar sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima dari obyek.

  • 27

    Bagian antena pada penerima menangkap sinyal yang dikirim pemancar

    dalam bentuk sinyal RF (Radio Frequency) yang sudah dimodulasi dengan sinyal

    video dan audio. Sinyal dikuatkan dan kemudian dideteksi untuk mendapatkan

    kembali sinyal video dan audionya. Sinyal video diumpankan ke tabung gambar

    untuk membentuk gambar dan sinyal audio diumpankan ke loud-speaker. Pemancar

    TV yang digunakan menggunakan gelombang radio VHF sebagai pembawa

    informasi. Gelombang VHF (very high frequency) memiliki frekuensi antara 30 300

    MHz dengan panjang gelombang kurang lebih 3 meter. Tabel 2.4. Klasifikasi Gelombang Radio

    Secara prinsip pemancar televisi tidaklah berbeda dengan pemancar radio,

    hanya pada pemancar televisi sinyal informasi yang dipancarkan berupa sinyal

    gambar (video) dan suara (audio). Sinyal gambar dimodulasi secara AM, sedangkan

    sinyal suara dimodulasi secara FM. Kemudian pemancar sinyal gambar dan suara

    digabung menjadi satu dalam jembatan diplexer untuk kemudian dipancarkan melalui

    satu antene (Roddy, 1984: 673).

  • 28

    Gambar 2.13. Pemancar TV VHF Mini

    Di dalam pemancar televisi terdapat modulator yang berfungsi untuk

    mengggabungkan antara getaran listrik suara dengan getaran gelombang pembawa

    frekuensi radio sehingga menghasilkan gelombang radio termodulasi. Modulator

    pemancar televisi VHF memproses amplitudo dari getaran-getaran pembawa dan

    getaran listrik suara, sehingga menghasilkan gelombang AM (Amplitude Modulation)

    sebagai pembawa informasi suara. Gelombang AM memiliki amplitudo yang

    berubah-ubah sesuai dengan amplitudo getaran listrik suara, sedangkan frekuensinya

    tetap. Selain memproses amplitudo, modulator dalam pemancar TV VHF juga

    memproses frekuensi dari getaran-getaran gelombang pembawa dan getaran listrik

    suara, sehingga menghasilkan gelombang FM (Frequency Modulation) sebagai

    pembawa informasi visual. Gelombang FM memiliki frekuensi yang herubah-ubah

    sesuai dengan frekuensi getaran listrik suara, sedangkan amplitudonya tetap.

  • 29

    BAB 3

    RANCANGAN SISTEM

    Sistem Kendali TeleRobotik Berkamera dengan Pemancar VHF Berbasiskan

    Mikrokontroller AVR ATMEGA 8535 dirancang untuk memonitor tempat yang tidak

    dapat dijangkau manusia maupun tempat yang berbahaya bagi manusia. Sistem

    monitoring ini diharapkan akan dapat membantu manusia memantau tempat-tempat

    yang tidak dapat dijangkau dan tempat-tempat yang dianggap berbahaya.

    Dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote kontrol RF secara wireless dan

    dipantau dari televisi konvensional melalui gelombang VHF.

    3.1. Blok Diagram Perangkat Keras

    Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami cara kerja dari

    sistem monitoring ini, maka perancangan dibuat berdasarkan diagram blok dimana

    tiap blok mempunyai fungsi dan kerja tertentu. Antara blok yang satu dengan yang

    lainnyasaling berhubungan dan mendukung, hingga terbentuklah suatu sistem yang

    mempunyai fungsi dan kerja khusus. Adapun diagram blok tersebut dapat dilihat pada

    gambar dibawah ini .

    Gambar 3.1. Blok diagram Sistem Kendali TeleRobotik Berkamera dengan Pemancar VHF

    Berbasiskan Mikrokontroller AVR ATMEGA 8535

    29

  • 30

    3.1.1. Unit Pengendali

    Pengendali yang digunakan pada alat ini adalah 4 (empat) buah saklar yang

    dikenal dengan sebutan tacticle switch dengan konfigurasi aktif low (tactile switch

    ditekan akan menghasilkan logika 0).

    Gambar 3.2. Rangkaian Pengendali

    3.1.2. Unit Mikrokontroller 1

    Unit ini terdiri dari mikrokontroller ATmega8535 yang merupakan CPU

    (Central Processing Unit) yang dilengkapi oleh memori, I/O tertentu dan unit

    pendukung seperti ADC (Analog to Digital Converter), USART (Universal

    Synchronous adn Ansynchronous Serial Receiver and Transmitter), master/slave SPI

    serial interface, dan serial TWI/I2C. ATmega8535 ini membutuhkan daya sebesar 5

    volt. Kelebihan utama dari mikrokontroller adalah tersedianya RAM dan peralatan

    I/O pendukung sehingga ukuran board mikrokontroller menjda ringkas.

    Pada pemrosesan data di mikrokontroller diperlukan suatu perangkat osilator

    agar dapat bekerja dengan baik. Mikrokontroller ini memiliki seluruh rangkaian

  • 31

    osilator pada chip, kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan frekuensi osilator.

    Oleh karena itu pada pin 12 dan 13 pada ATmega8535 dihubungkan dengan kristal 4

    MHz dan 2 buah kapasitor 100F sebagai penstabil pulsa. Pada Sistem Kendali

    TeleRobotik Berkamera dengan Pemancar VHF Berbasiskan Mikrokontroller AVR

    ATMEGA 8535 Port mikrokontroller yang digunakan adalah Port C dan Port D.

    Pada Port C yang digunakan yaitu Port C.0 sampai dengan Port C.3 dimana setiap

    port dihubungkan ke pengendali (dalam hal ini tacticle switch). Port D yang

    digunakan adalah port D.1 yang dihubungkan ke transmitter.

    Untuk memaksimalkan kinerja dari ATmega8535 maka digunakan DT AVR

    Low Cost Micro System yang merupakan suatu modul single chip dengan basis

    mikrokontroller AVR dan memiliki kemampuan untuk melakuakn komunikasi data

    serial secara UART RS-232 serta pemrograman memori melalui ISP (In System

    Programming).

    Gambar 3.3. Skematik DT AVR Low Cost Micro System

  • 32

    Spesifikasi dari DT AVR Low Cost Micro System ini adalah :

    1. Mikrokontroller Atmega8535 yang mempunyai 8 KB Flash Memory dan 8

    channel ADC resolusi 10 bit.

    2. Mendukung varian AVR 40 pin seperti ATmega8535, ATmega8515,

    AT89S8515, AT90S8535, dan lain sebagainya.

    3. memiliki jalur input/output hingga 35 pin.

    4. terdapat eksternal brown out detector sebagai rangkaian reset.

    5. Konfigurasi jumper untuk melakukan pemilihan beberapa model

    6. LED Programming Indikator.

    7. Frekuensi osilator sebesar 4 MHz

    8. Tersedia Port untuk pemrograman ISP

    9. Tegangan input Power Suply 9 12 VDC dan output tegangan 5 VDC.

    Skematik DT AVR Low Cost Micro System terlihat seperti pada gambar.

    3.1.3. Unit Transmitter

    Unit ini menggunakan kinerja dari transmitter Parallax 433 MHz yang akan

    mengirim data secara nirkabel kepada receiver-nya. Data yang dikirim akan

    membawa informasi yang unik. Jadi masing-masing kondisi atau keadaan akan

    mempunyai informasi yang berbeda satu sama lain. Nantinya data yang dikirim oleh

    unit inilah yang akan dijadikan acuan mikrokontroller penerima (unit mikrokontroller

    2).

    3.1.4 Unit Receiver

    Unit ini menggunakan kinerja dari receiver Parallax 433 MHz yang akan

    menerima masukan dari tarnsmitternya. Data yang diterima unit ini akan menjadi

    masukan pada mikrokontroller penerima untuk selanjutnya diolah seseuai dengan

    program yang ada.

  • 33

    3.1.5. Unit Mikrokontroller 2

    Unit ini terdiri dari mikrokontroller ATmega8535. Secara prinsip, kerja dari

    unit mikrokontroller 2 ini sama dengan unit mikrokontroller 1, hanya berbeda pada

    masukan dan keluarannya. Pada unit mikrokontroller 1 masukannya berupa data yang

    dari tacticle switch dan keluarannya berupa data yang dikirim secara nirkabel,

    sedangkan unit mikrokontroller 2 masukannya berupa data yang diterima secara

    nirkabel dan keluarannya adalah putaran motor dc.

    PORT yang digunakan pada unit mikrokontroller 2 ini adalah PORT D0 yang

    dihubungkan dengan receiver dan PORTA.0 sampai dengan PORTA.4 yang

    dihubungkan dengan pengendali motor.

    3.1.6. Unit Pengendali Motor

    Pengendali motor disini berfungsi seperti saklar otomatis karena motor akan

    bergerak tergantung dari keluaran yang dihasilkan oleh pengendali motor. Yang

    digunakan sebagai pengendali motor adalah IC L293D.

    Gambar 3.4. Diagram blok Pengendali motor

    Dengan melihat diagram blok dari pengendali motor, dapat dijelaskan ketika

    enable mendapatkan tegangan (kondisi logika 1) menyebabkan saklar 1 dan 2 aktif.

    Pada saat input 1 mendapatkan tegangan (kondisi logika 1) dan input 2 tidak

    mendapatkan tegangan (kondisi logika 0) maka saklar 1 akan aktif dan saklar 2 tidak

    aktif sehingga output 1 bernilai logika 1 dan output 2 bernilai logika 0. Hal ini

  • 34

    menyebabkan motor DC berputar secara searah jarum jam (counterwise). Begitupula

    sebaliknya.

    3.1.7. Unit Putaran Motor DC

    Seperti yang telah dijelaskan pada subbab pengendali motor. Putaran motor dc

    tergantung dari inputan yang diterima. Putaran motor dc menyebabkan robot ini dapat

    bergerak maju, mundur, ataupun belok baik belok kanan maupun belok kiri.

    Gambaran gerak putaran motor dc dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1.

    Gerakan Putaran Motor DC

    Putaran Motor DC No

    Motor Kanan Motor Kiri Gerakan Robot

    1 CW CW maju

    2 CCW CW belok kanan

    3 CW CCW belok kiri

    4 CCW CCW mundur

    3.1.8. Unit Kamera

    Seperti pada tujuan semula yaitu menciptakan sistem monitoring mobile, unit

    kamera merupakan salah satu bagian tepenting dari alat ini. Kamera digunakan agar

    kita dapat melihat kondisi lingkungan disekeliling robot. Kamera yang digunakan

    adalah kamera Super-mini Monochrome/Color CMOS Camera. Kamera dipasang

    pada muka robot dan langsung dihubungkan ke unit pemancar TV VHF dengan

    menggunakan kabel audio video.

  • 35

    Gambar 3.5. CMOS Kamera

    Spesifikasi dari Super-mini Monochrome/Color CMOS Camera yaitu :

    1. Photographing Device : 1/3 video sensor

    2. System : PAL/CCIR NTSC/EIA

    3. Effective Pixels : PAL:628*582 NTSC/EIA

    4. Image Area : PAL : 5,78x4,19mm NTSC : 4,69x3,45

    5. Reslution : 380 lines

    6. Scanning Frequency : PAL/CCIR : 50 Hz NTSC/EIA : 60Hz

    7. Lowest Illuminance : 0,2LUX

    8. Sensitivity : +18DB-AGCON-OFF

    9. Power Source : +6VDC - +12 VDC

    10. Power Comsuption : 200 mW

    3.1.9. Unit Pemancar TV VHF

    Unit Pemancar TV VHF digunakan untuk memancarkan hasil penangkapan

    dari kamera sehingga dapat dilihat melalui layar TV konvensional tanpa kabel.

    Pada pemancar TV VHF ini terdapat beberapa bagian yaitu :

    1. Modulator (sebagai penghasil gelombang frekuensi VHF)

    2. Penguat Sinyal

    3. Antena Pemancar

  • 36

    Gambar 3.6. Pemancar TV VHF

    3.2. Perancangan Perangkat Lunak.

    Perancangan perangkat lunak terdiri dari 2 bagian, yaitu perancangan pada

    flowchart atau diagram alur dan perancangan pada sistem program.

    3.2.1. Perancangan Flowchart atau Diagram Alur.

    Untuk memudahkan kita dalam membuat perangkat lunak, dalam hal ini

    adalah program sebagai pengendali dan pembuat keputusan dari data yang diterima,

    maka kita harus membuat flowchart atau diagram alur terlebih dahulu. Dalam alat ini,

    flowchart atau diagram alur terbagi menjadi 2 bagian yaitu pada bagian

    mikorokontroller 1 sebagai transmitter dan mikorkontroller 2 sebagai receiver.

    Flowchart atau diagram alur yang digunakan untuk membuat program ini tidak

    memiliki akhir, sehingga program akan berjalan terus selama kita tidak memutus

  • 37

    aliran sumber energi robot.

    Pada saat program pertama kali diaktifkan, maka masing-masing program

    akan melakukan inisialisasi awal, yaitu memberikan nilai pada masing-masing

    register, port, atau alamat memori. Kemudian pada mikrokontroller 1 program akan

    mulai mendeteksi apakah ada masukan berupa data dari tacticle switch. Sedangkan

    pada mikrokontroller 2 robot akan berada pada posisi awal, yaitu diam. Jika pada

    mikrokontroller 1 mendeteksi adanya masukan dari tacticle switch, maka

    mikrokonteoller tersebut akan mengirimkan data melalui wireless transmitter. Dan

    jika pada mikrokontroller 2 wireless receivernya menerima data, maka robot akan

    bergerak sesuai data yang diterima. Untuk lebih jelasnya flowchart atau diagram alur

    dapat dilihat pada gambar 3.7.

    Gambar 3.7. Flowchart atau Diagram Alur Program

  • 38

    3.2.2. Perancangan Sistem Program.

    Sistem program ini berfungsi sebagai pedoman robot untuk melakukan

    keputusan dari data yang diterima pada mikrkontroller. Program yang digunakan

    adalah bahasa C dengan perangkat lunak CodeVisionAVR. Bahasa C merupakan

    bahasa pemrograman level tinggi pada bidang mikrokontroller, sehingga lebih mudah

    digunakan karena perintahnya menggunakan bahasa manusia. CodeVisionAVR selain

    digunakan untuk membuat program pada mikrokontroller juga digunakan untuk

    mengubah menjadi bahasa mesin. Sistem program untuk membuat robot ini terdiri

    dari beberapa blok, yaitu :

    a. blok pustaka

    blok pustaka pada CodeVisionAVR berfungsi untuk mendeklarasikan nama-

    nama register yang akan digunakan.

    b. blok Inisialisasi

    Inisialisasi adalah proses pemberian nilai awal terhadap suatu register, port,

    atau alamat memori serta pengambilan file pada library program CodeVision

    AVR yang berguna untuk referensi alamat memory untuk konfigurasi port,

    register, akumulator, jenis IC, Oscilator, dan lainnya.

    c. Blok Program Utama

    Pada blok ini berisikan program yang akan dibuat baik itu perintah

    percabangan, pengulangan, dn lain sebagainya.

  • 39

    BAB 4

    UJICOBA DAN ANALISA

    Pada bab ini akan dibahas tentang ujicoba sekaligus analisa dari hasil ujicoba

    tersebut. Tahapan ujicoba kali ini, akan dilakukan pengujian terhadap robot, remote,

    dan pemancar TV VHF. Tujuannya yaitu :

    1. mengetahui seberapa jauh jarak jangkauan gelombang Radio Frekuensi yang

    dipancarkan oleh pemancar (Transmitter) pada remote

    2. mengetahui keakuratan penerimaan data pada robot

    3. mengetahui performa robot

    4. mengetahui jarak jangkau pemancar TV VHF dan kejernihan gambar.

    4.1. Pengujian Jarak Jangkauan Transmitter Remote Kontrol

    Pengujian jarak jangkauan pemancar (Transmitter) remote kontrol sangat

    diperlukan agar dapat diketahui apakah komunikasi nirkabel pada remote dapat

    mengendalikan robot secara jarak jauh dan dapat mengetahui jarak maksimal yang

    dapat dijangkau oleh robot dari pemancar pengendali. Dalam pengujian ini digunakan

    beberapa parameter, yaitu jarak jangkauan (meter), waktu respon (mili detik), dan

    waktu tanggap dari robot. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.1.

    Hasil Pengujian Pemancar dan Penerima Dalam Satu Ruangan

    No Jarak Jangkauan (meter) Waktu Tanggap

    (detik) Tanggapan Robot

    1 1 0.1 Robot Bergerak 2 3 0.1 Robot Bergerak 3 5 0.1 Robot Bergerak 4 7 0.1 Robot Bergerak 5 9 0.1 Robot Bergerak 6 11 - Robot Diam 7 13 - Robot Diam

    39

  • 40

    Dari tabel 4.1. dapat kita ketahui bahwa jarak jangkauan maksimal pemancar

    adalah 9 meter. Pemancar dan penerima dapat berkomunikasi dengan baik dan waktu

    response dari pemancar sangat cepat. Sehingga bisa dikatakan dapat bekerja secara

    realtime. Tabel 4.2.

    Hasil Pengujian Pemancar dan Penerima Dalam Beda Ruangan (Dipisahkan Oleh Satu Dinding)

    No Jarak Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Tanggapan Robot

    1 1 0.1 Robot Bergerak 2 3 0.1 Robot Bergerak 3 5 0.1 Robot Bergerak 4 7 0.1 Robot Bergerak 5 9 0.1 Robot Bergerak 6 11 - Robot Diam 7 13 - Robot Diam

    Dari tabel 4.2. dapat kita ketahui bahwa jarak jangkauan maksimal pemancar

    adalah 9 meter. Pemancar dan penerima dapat berkomunikasi dengan baik dan waktu

    response dari pemancar sangat cepat. Sehingga bisa dikatakan dapat bekerja secara

    realtime. Tabel 4.3.

    Hasil Pengujian Pemancar dan Penerima Dalam Beda Ruangan (Dipisahkan Oleh Dua Dinding)

    No Jarak Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Tanggapan Robot

    1 1 0.1 Robot Bergerak 2 3 0.1 Robot Bergerak 3 5 0.1 Robot Bergerak 4 7 0.1 Robot Bergerak 5 9 - Robot Diam 6 11 - Robot Diam 7 13 - Robot Diam

    Dari tabel 4.3. dapat kita ketahui bahwa jarak jangkauan maksimal pemancar

    adalah 7 meter. Pemancar dan penerima dapat berkomunikasi dengan baik dan waktu

  • 41

    response dari pemancar sangat cepat. Sehingga bisa dikatakan dapat bekerja secara

    realtime. Tabel 4.4.

    Hasil Pengujian Pemancar dan Penerima Dalam Beda 1 Lantai

    No Jarak Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Tanggapan Robot

    1 1 0.1 Robot Bergerak 2 3 0.1 Robot Bergerak 3 5 0.1 Robot Bergerak 4 7 0.1 Robot Bergerak 5 9 - Robot Diam 6 11 - Robot Diam 7 13 - Robot Diam

    Dari tabel 4.4. dapat kita ketahui bahwa jarak jangkauan maksimal

    pemancar adalah 7 meter. Pemancar dan penerima dapat berkomunikasi dengan baik

    dan waktu response dari pemancar sangat cepat. Sehingga bisa dikatakan dapat

    bekerja secara realtime.

    4.2. Pengujian Keakuratan Penerimaan Data Pada Robot

    Pengujian keakuratan penerimaan data pada robot juga sangat diperlukan agar

    dapat diketahui kinerja pengiriman data secara nirkabel. Cara pengujian hampir sama

    dengan pengujian terdahulu, hanya saja data diambil secara acak dan parameter yang

    digunakan ditambah yakni data yang dikirim dan lamanya data dikirim (detik).

    Data yang dikirim ada 4 yaitu data untuk maju, mundur, belok kanan, maupun

    belok kiri. Masing-masing data dikirim berulang-ulang dan terus menerus secara

    simultan. Sebagai contoh tombol maju pada remote ditekan terus menerus selama 5

    detik, tombol mundur pada remote ditekan terus menerus selama 10 detik, dan lain-

    lainnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut

  • 42

    Tabel 4.4.

    Hasil Pengujian Keakuratan Penerimaan Data Pada Robot Dalam Satu Ruangan

    No Jarak

    Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Data yang Dikirim

    Lamanya Saklar

    Ditekan (detik)

    Tanggapan Robot

    Maju 5 Maju Mundur 10 Mundur Kanan 7 Kanan 1 1 0.1

    Kiri 12 Kiri Maju 7 Maju

    Mundur 5 Mundur Kanan 4 Kanan 2 3 0.1

    Kiri 8 Kiri Maju 6 Maju lalu berbelok

    Mundur 8 Mundur lalu berbelok Kanan 9 Kanan 3 5 0.1

    Kiri 12 Kiri Maju 5 Maju lalu berbelok

    Mundur 7 Mundur lalu berbelok Kanan 9 Kanan 4 7 0.1

    Kiri 11 Kiri Maju 4 Maju lalu berbelok

    Mundur 6 Mundur lalu berbelok Kanan 8 Kanan 5 9 0.1

    Kiri 4 Kiri Maju 5 Diam

    Mundur 8 Diam Kanan 4 Diam 6 11 0.1

    Kiri 9 Diam

    Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa tidak selamanya robot dapat mengikuti

    perintah yang dikirimkan. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan dari lingkungan

    maupun ketidakstabilan dari sistem sehingga menyebabkan data yang diterima tidak

    sesuai dengan data yang dikirim.

  • 43

    Tabel 4.5.

    Hasil Pengujian Keakuratan Penerimaan Data Pada Robot

    Dalam Beda Ruangan (Dipisahkan Oleh Satu Dinding)

    No Jarak

    Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Data yang Dikirim

    Lamanya Saklar

    Ditekan (detik)

    Tanggapan Robot

    Maju 5 Maju Mundur 10 Mundur Kanan 7 Kanan 1 1 0.1

    Kiri 12 Kiri Maju 7 Maju lalu berbelok

    Mundur 5 Mundur lalu berbelok Kanan 4 Kanan 2 3 0.1

    Kiri 8 Kiri Maju 6 Maju tersendat

    Mundur 8 Mundur tersendat Kanan 9 Kanan tersendat 3 5 0.1

    Kiri 12 Kiri tersendat Maju 5 Maju lalu diam

    Mundur 7 Mundur lalu diam Kanan 9 Kanan tersendat 4 7 0.1

    Kiri 11 Kiri tersendat Maju 4 Diam

    Mundur 6 Diam Kanan 8 Diam 5 9 0.1

    Kiri 4 Diam Maju 5 Diam

    Mundur 8 Diam Kanan 4 Diam 6 11 0.1

    Kiri 9 Diam

    Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa halangan berupa satu dinding

    mempengaruhi komunikasi antara remote kontrol dengan robot. Robot kurang dapat

    berkomunikasi dengan baik pada jarak tertentu, sehingga keluaran tidak sesuai

    dengan data yang dikirim.

  • 44

    Tabel 4.6.

    Hasil Pengujian Keakuratan Penerimaan Data Pada Robot

    Dalam Beda Ruangan (Dipisahkan Oleh Dua Dinding)

    No Jarak

    Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Data yang Dikirim

    Lamanya Saklar

    Ditekan (detik)

    Tanggapan Robot

    Maju 7 Maju tersendat Mundur 5 Mundur tersendat Kanan 4 Kanan 1 3 0.1

    Kiri 8 Kiri Maju 6 Maju lalu berbelok

    Mundur 8 Mundur lalu berbelok Kanan 9 Kanan 2 5 0.1

    Kiri 12 Kiri Maju 5 Diam

    Mundur 7 Diam Kanan 9 Diam 3 7 0.1

    Kiri 11 Diam Maju 4 Diam

    Mundur 6 Diam Kanan 8 Diam 4 9 0.1

    Kiri 4 Diam Maju 5 Diam

    Mundur 8 Diam Kanan 4 Diam 5 11 0.1

    Kiri 9 Diam

    Dari tabel 4.6. dapat dilihat bahwa semakin banyak halangan (dalam hal ini

    adalah dua dinding) semakin memperpendek jarak jangkau komunikasi nirkabel. Hal

    ini berbanding lurus dengan hasil ujicoba pada tabel 4.5.

    Halangan yang semakin banyak, sangat mempengaruhi komunikasi antara

    remote dengan robot. Hal ini disebabkan daya yang digunakan untuk menembus

    halangan sangat besar sehingga mengurangi jarak daya pancar.

  • 45

    Tabel 4.7.

    Hasil Pengujian Keakuratan Penerimaan Data Pada Robot Dalam Beda 1 Lantai

    No Jarak

    Jangkauan (meter)

    Waktu Respon (detik)

    Data yang

    Dikirim

    Lamanya Saklar

    Ditekan (detik)

    Tanggapan Robot

    Maju 6 Maju tersendat lalu berbelok

    Mundur 8 Mundur tersendat lalu berbelok Kanan 9 Kanan tersendat

    1 5 0.1

    Kiri 12 Kiri tersendat

    Maju 5 Maju tersendat lalu berbelok dan diam

    Mundur 7 Mundur tersendat lalu berbelok dan diam

    Kanan 9 Kanan tersendat lalu diam

    2 7 0.1

    Kiri 11 Kiri tersendat lalu diam Maju 4 Diam

    Mundur 6 Diam Kanan 8 Diam 3 9 0.1

    Kiri 4 Diam

    Dari tabel 4.7. dapat dilihat keakuratan penerimaan data pada robot dalam

    beda lantai tidak terlalu akurat dan jarak jangkau yang pendek.. Hal ini disebabkan

    banyaknya halangan yang harus dilewati gelombang frekuensi yang membawa data

    sehingga data yang sampai tidak sama dengan data yang dikirim.

    4.3. Pengujian Performa Robot

    Dalam tahapan pengujian kali ini, yang diuji yaitu waktu tempuh robot baik

    robot berjalan maju, mundur, melakukan manuver berbelok baik belok kanan maupun

    belok kiri. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut

  • 46

    Tabel 4.8.

    Hasil Pengujian Waktu Tempuh Robot Berjalan Maju dan Mundur

    No Jarak yang Ditempuh

    (meter)

    Waktu Tempuh

    (detik) Keterangan

    1 6 99,16 Robot berjalan maju

    2 6 90,48 Robot berjalan mundur

    Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa robot tidak bisa menempuh jarak 6 meter

    dengan waktu yang cepat. Hal ini dikarenakan motor yang digunakan tidak memiliki

    kecepatan putaran yang tinggi. Selain hal tersebut data yang diterima terkadang tidak

    sesuai dengan data yang dikirim sehingga robot terkadang melenceng atau berbelok.

    Tabel 4.9.

    Hasil Pengujian Waktu Tempuh Robot Berbelok

    No Derajat Belok

    (derajat)

    Waktu Tempuh

    (detik) Keterangan

    1 90 1,31 Robot belok kanan

    2 90 1,31 Robot belok kiri

    3 180 2,86 Robot belok kanan

    4 180 2,86 Robot belok kiri

    5 270 4,04 Robot belok kanan

    6 270 4,04 Robot belok kiri

    7 360 5,49 Robot belok kanan

    8 360 5 49 Robot belok kiri

    Dari tabel 4.9. dapat dilihat bahwa robot mampu melakukan manuver

    berbelok secara cepat. Hal ini dikarenakan roda robot berputar secara bertolak

  • 47

    belakang. Sebagai contoh jika robot berbelok ke kanan maka roda bagian kanan robot

    berputar secara ccw dan roda kiri robot berputar secara cw.

    4.4. Pengujian Jarak Jangkau Pemancar VHF dan Kejernihan Gambar

    Untuk Pengujian Jarak Jangkau Pemancar TV VHF digunakan parameter

    parameter seperti jarak jangkau (meter) dan kejernihan gambar.

    4.4.1. Pada Saat Robot Diam

    Pengujian ini dilakukan pada saat robot tidak aktif. Hasil pengujian dapat

    dilihat pada tabel. Tabel 4.10.

    Hasil Pengujian Jarak Jangkau Pemancar TV VHF (Robot Diam)

    No Jarak Jangkauan (meter) Kondisi Ruangan Kejernihan Gambar

    1 2 Satu ruangan jernih 2 5 Beda ruangan jernih 3 8 Beda lantai (dalam ruangan) jernih 4 10 Beda lantai (luar runagan) jernih

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa daya jangkau pemancar TV VHF mini

    mampu mengirimkan gambar yang jernih. Akan tetapi, terkadang gambar tampak

    buram. Dikarenakan adanya noise yang mengganggu seperti angin, manusia, dan

    posisi antena pemancar yang tidak sempurna. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar

    berikut ini.

  • 48

    Gambar 4.1. Kejernihan Gambar dari Pemancar TV VHF satu ruangan

    Gambar 4.2. Kejernihan Gambar dari Pemancar TV VHF beda ruangan

    Gambar 4.3. Kejernihan Gambar dari Pemancar TV VHF beda lantai dalam ruangan

    Gambar 4.3. Kejernihan Gambar dari Pemancar TV VHF beda lantai diluar ruangan

  • 49

    4.4.2. Pada Saat Robot Bergerak

    Pengujian ini dilakukan pada saat robot aktif bergerak. Hasil pengujian dapat

    dilihat pada tabel. Tabel 4.11.

    Hasil Pengujian Jarak Jangkau Pemancar TV VHF (Robot Bergerak)

    No Jarak Jangkauan (meter) Kondisi Ruangan Kejernihan Gambar

    1 2 Satu ruangan buram 2 5 Beda ruangan buram 3 8 Beda lantai (dalam ruangan) buram 4 10 Beda lantai (luar runagan) buram

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pemancar TV VHF mini mengirimkan

    gambar yang buram. Dikarenakan selain adanya noise yang mengganggu seperti

    angin, manusia, dan posisi antena pemancar yang sering berubah serta adanya

    goncangan yang menggoncang pemancar mini sehingga mengganggu kestabilan

    pengiriman sinyal. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

    Gambar 4.4. Tampilan Gambar dari Pemancar TV VHF satu ruangan

    Gambar 4.5. Tampilan Gambar dari Pemancar TV VHF beda ruangan

  • 50

    Gambar 4.6. Tampilan Gambar dari Pemancar TV VHF beda lantai dalam ruangan

    Gambar 4.7. Tampilan Gambar dari Pemancar TV VHF beda lantai luar ruangan

  • 51

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dari pengamatan dan analisa pada bab 4 dari Sistem

    Kendali TeleRobotik Berkamera dengan Pemancar VHF Berbasiskan

    Mikrokontroller AVR ATMEGA 8535 , maka dapat disimpulkan bahwa alat ini

    dapat berfungsi sebagai pemonitoran keamanan bergerak yang dapat bekerja secara

    realtime. Alat ini mampu bekerja secara jarak jauh dengan pengendalian melalui

    remote kontrol dan melihat situasi serta kondisi lingkungan menggunakan kamera

    Super-mini Monochrome/Color CMOS Camera yang ditampilkan menggunakan

    tuner televisi konvensional melalui pemancar TV VHF.

    Menurut hasil pengamatan, dapat disimpulkan ternyata kemampuan

    jangkauan komunikasi nirkabel yang digunakan kurang lebih 9 meter tanpa halangan

    dan 7 meter dengan banyak halangan. Performa robot dari data pengamatan bekerja

    secara baik. Hal ini dapat dilihat robot mampu mencapai tujuan yang diinginkan.

    Kemampuan jangkauan pemancar TV VHF dari data pengamatan juga bekerja

    dengan baik yaitu mampu memancarkan gambar dan suara dari kamera dengan jarak

    maksimal kurang lebih 10 meter.

    5.2. Saran

    Untuk memaksimalkan kinerja Sistem Kendali TeleRobotik Berkamera

    dengan Pemancar VHF Berbasiskan Mikrokontroller AVR ATMEGA 8535 dalam

    proses pertukaran data, disarankan menggunakan komunikasi dua arah (full duplex)

    sehingga mampu berkomunikasi lebih baik. Pada program pengirim dan penerima

    disarankan menggunakan metode checksum yaitu metode pemeriksaan kembali data

    51

  • 52

    yang dikirimkan oleh pemancar pada penerima apakah data yang ditransmisikan

    sesuai dengan data yang diterima sehingga dapat meminimalisasi kemungkinan error

    dalam transmisi data. Untuk pemancar remote maupun penerima pada robot lebih

    baik menggunakan selain Parallax 433Mhz sehingga jangkauan komunikasi nirkabel

    bisa lebih jauh, misalnya menggunakan DTMF Remote Control (RC) Radio Circuit.

    Agar performa jelajah robot lebih cepat disarankan menggunakan motor yang

    memiliki rasio gear dengan rasio kecepatan lebih tinggi. Untuk penggunaan kamera,

    agar dapat berfungsi optimal disarankan menggunakan kamera yang memiliki

    penangkapan dengan cahaya yang minim. Dan untuk pemancar TV VHF disarankan

    agar menempatkan seaman mungkin dari guncangan dan memberikan penguat sinyal

    agar sinyal yang dihasilkan lebih kuat sehingga daya pancarnya lebih jauh, selain itu

    gunakan antena khusus untuk pemancar VHF.