Riset, analisis SWAT, dan pengembangan organisasi
Click here to load reader
-
Upload
fajarsahatasitorus3935 -
Category
Documents
-
view
162 -
download
0
Transcript of Riset, analisis SWAT, dan pengembangan organisasi
Panduan Singkat
Latihan Riset
Disusun oleh :
Tim Riset KSN
PP PMKRI
2008-2010
Kata Pengantar
Meminjam peribahasa asing, “practise make perfect”, kira-kira itulah semangat yang terkandung dalam
Panduan Singkat Latihan Riset yang disusun oleh tim riset KSN PP PMKRI 2008-2010. Tujuan kita
berorganisasi di PMKRI tiada lain adalah mengejar keutamaan (virtue), yang menempa kita menjadi insan
mumpuni, berkualitas, yang akhirnya dapat diandalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan mendunia.
Dalam upaya mencapai keutamaan, maka tidak ada upaya lain selain : berlatih. Berlatih memerlukan tekad,
semangat, disiplin, evaluasi dan refleksi.
Mengemban amanat dari Konferensi Studi Nasional (KSN) PMKRI, yang diadakan di Surakarta, Jawa Tengah,
pada tanggal 27-31 Januari 2010, untuk memberikan panduan riset bagi teman-teman PMKRI se-Indonesia.
Panduan Singkat Latihan Riset ini adalah upaya awal PP PMKRI 2008-2010 untuk memberikan suplemen bagi
teman-teman di cabang, yang diharapkan bisa membantu dalam melakukan riset di kampus masing-masing.
Mengapa panduan latihan riset yang disusun ? Mengapa tidak langsung masuk ke jantung permasalahan kampus
? Ada 2 pertimbangan utama yang dilihat oleh tim penyusun : pertama, masih tampak kegamangan dan
kebingungan sebagian peserta KSN PMKRI yang telah lalu dalam mengikuti muatan materi yang diarahkan
untuk langsung mengupas permasalahan kampus. kedua, masih ada kesenjangan pemahaman dan penguasaan
isu riset, yang dibahas di KSN, baik di antara peserta maupun panitia. Dua problem utama ini, yang menjadi
pertimbangan bagi tim penyusun untuk tidak langsung mengarahkan panduan kerja riset secara serentak di
PMKRI Nasional. Panduan Singkat Latihan Riset ini diharapkan mampu mengisi kekosongan pemahaman
tentang dasar-dasar riset pada ranah praktek.
Panduan Singkat Latihan Riset ini tidak detail dalam menguraikan dasar-dasar riset, walaupun begitu tim
penyusun berusaha menyajikan dengan bahasa dan kemasan praktis yang mudah dimengerti. Diawali dengan
pengantar singkat tentang Riset Aksi Partisipatoris dan tantangannya, diharapkan menyegarkan kembali metode
riset yang diangkat dalam KSN PMKRI 2010 lalu. Tim penyusun juga merasa tidak perlu berpanjang lebar
dalam penentuan tema dan desain riset, karena sedikit banyak telah diberikan dalam materi dan simulasi di
KSN. Panduan Singkat Latihan Riset ini diarahkan ke metode riset kualitatif. Alasan tim penyusun
memfokuskan dalam metode ini karena kelebihannya yang bersifat eksploratif , ketimbang sekedar pengujian
hipotesis. Metode ini juga mempunyai alur siklus yang lebih fleksibel sehingga asumsi dasar penelitian
(hipotesis) bisa dimodifikasi atau dirubah sama sekali selama proses penelitian, jika fakta di lapangan tidak
mendukung asumsi. Menurut tim penyusun inilah metode yang akan membentuk mental,hasrat dan kepercayaan
diri dalam meneliti yang lebih besar
Tim penyusun mengakui banyak sekali tantangan, kesulitan dan hambatan dalam penyusunan panduan latihan
riset ini. Mulai dari evaluasi di tim penyusun tentang hasil dan proses KSN yang lalu, memperdebatkan apa
yang harus disusun hingga dari mana harus mulai penyusunan, merupakan proses yang memakan banyak waktu,
melelahkan dan kadang mendekati putus asa. Proses membagi waktu dan tenaga juga menjadi masalah klasik
tersendiri, mengingat masing-masing pribadi mempunyai kesibukan mencari nafkah maupun studi lanjut.
Namun dengan menerima masukan, dorongan, kritik keras, hingga cacian dari berbagai pihak, telah mencambuk
tim penyusun untuk terus maju dan menyelesaikan penulisan. Dalam segala keterbatasan ini, tim penyusun
tidak lupa memanjatkan puji dan syukur kepada Yesus, sang teladan gerakan dan terima kasih semua pihak yang
membuat kami terdorong untuk penyusunan panduan ini.
Jakarta, 20 Mei 2010
Tim Penyusun
Riset Aksi
Partisipatoris Dan
Tantangannya
Pada dasarnya “Riset Aksi Partisipatoris” yang banyak dipopulerkan oleh pemikiran-pemikiran kritis seperti
halnya Paulo Freire, dan para pemikir kritis mazhab kritis Frankfurt adalah upaya keluar dari kebuntuan
mainstream analisis sosial dan riset yang mekanis dan positivistik. Prinsip pokok yang ingin diangkat dalam
riset ini adalah meletakan keterlibatan subjek masyarakat sebagai bagian penting dalam analisis sosial. Orientasi
riset diarahkan untuk melakukan usulan-usulan perubahan dalam nilai proses yang dialektikal yakni
dikembangkan dalam spirit “aksi - refleksi –aksi”.
Dalam proses riset ini tidak ada kesimpulan akhir, karena menyadari bahwa kondisi objektif masyarakat akan
selalu berkembang, berubah dan berdinamika dengan seluruh keterkaitan perubahan-perubahan kondisi objektif
yang ada. Menjadi jelas bahwa “Riset Aksi Partisipatoris” memang tidak diorientasikan untuk melakukan
kesimpulan atas hipotesa kita tentang masyarakat, melainkan menjadi “alat dan senjata analisis” untuk
mendorong berbagai perubahan sosial. Ada tiga pilar penting untuk membaca secara utuh dimensi riset aksi ini,
yakni : metodologi riset, dimensi aksi dan dimensi partisipatoris. Tiga pilar itu lebih jelasnya akan mengatakan
bahwa “Riset Aksi Partisipatoris” dikerjakan dengan memacu pada paradigma dan metodologi riset tertentu,
harus diorientasikan untuk melakukan aksi perubahan dan transformasi sosial, dan dalam praktiknya riset ini
harus melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses riset sosial.
Pemahaman-pemahaman dasar apa yang perlu untuk diketahui dalam metodologi riset ini? Mengapa riset ini
bisa dikatakan mempunyai berbagai ciri kelebihan? Bagaimana alur proses yang menjadi tahapan dan fase riset
aksi partisipatoris?Menjadi sangat penting untuk menjelaskan fundamen dasar yang menopang metodologi
analisis dan riset aksi partisipatoris..
Riset Aksi Partisipatoris secara sadar mengakui bahwa riset ini mempunyai kerangka dasar perspektif yang lebih
kritis dibandingkan dengan pola-pola riset “konvensional” yang masih menjadi mainstream penelitian saat ini.
Paradigma kritis tentu saja mendorong lahirnya sebuah riset sebagai cara membangun emansipasi. Riset ini
secara sadar mengakui adanya usaha wajib untuk keterlibatan penuh antara subjek peneliti dan subjek komunitas
(rakyat). Persentuhan dan keterlibatan peneliti dalam masyarakat bukan hanya dalam hal kedekatan jarak secara
fisik melainkan subjek peneliti menjadi bagian utuh dari proses hidup komunitas. Riset Aksi Partisipatpris
dilaksanakan secara partisipatoris di antara masyarakat dalam sebuah komunitas atau lingkup sosial yang lebih
luas untuk mendorong terjadinya aksi-aksi transformatif. Konsep transformasi yang ditawarkan minimal
membawa pesan pertama, membawa orang-orang yang terisolasi kedalam masalah dan kebutuhan bersama;
kedua, melakukan berbagai dialog dan validasi pengalaman untuk proses pemahaman dan refleksi kritis; ketiga,
menyajikan pengetahuan dan pengalaman peneliti sebagai informasi tambahan bagi upaya refleksi secara kritis;
keempat, mengkontekstualisasikan apa yang selama ini dirasakan setiap pribadi; kelima, menghubugkan
pengalaman pribadi dengan kenyataan-kenyataan sosial di sekitarnya.
Riset Aksi Partisipatoris sangat menolak peran intelektual yang berdiri sebagai “arsitektur sosial” yang berjarak
dengan komunitas. Asumsinya adalah bahwa riset bukan hanya sekedar ditempatkan sebagai alat untuk
memahami ketidakadilan dalam masyarakat melainkan berupaya membantu rakyat menuju upaya “emansipasi”.
Riset ini sekaligus mempunyai keterikatan moral untuk menjadi “kritik” terhadap status quo dan menciptakan
kondisi masyarakat yang lebih adil. Riset ini sangat menghindari sikap-sikap dan praktik-praktik yang
memisahkan penelitian dalam keterkaitan subjek dan objek penelitian. Peneliti dan partisipan adalah aktor
bersama dalam proses investigasi, saling mempengaruhi, menginterpretasikan berbagai kejadian praktik
masyarakat, berbagi pengalaman atas pilihan aksi.
Sikap dasar riset ini selalu meletakkan dan menitikberatkan pada “kualitas proses” daripada “hasil” sehingga
mendorong kecenderungan analisis sosial tidak harus didesain secara baku sebelumnya. Kesahihan sebuah
analisis dan riset sosial tidak ditentukan oleh sejauh mana prosedur riset itu “objektif” atau tidak melainkan
ditentukan oleh sejauh mana proses“ dialektis bersama rakyat dilakukan dalam integrasi intersubjektif peneliti
dan rakyat. Riset Aksi Partisipatoris tidaklah dilakukan dalam ruang laboratorium melainkan dalam latar
alamiah bersama masyarakat. Kulaitas riset dan analisis berjalan tanpa melalui rekayasa buatan yang sudah
didesain sebelumnya.
Sebagai pilihan etisnya sesuai dengan kerangka “axiologis” yang dibawa oleh “paradigma kritis”, rumusan-
rumusan masalah selalu dilahirkan oleh subjek peneliti bersama masyarakat. Pendekatan kritis nselalu
menekankan peran penting “dialog” menyeluruh di antara subjek peneliti dan masyarakat. Hubungan yang
terbangun tidaklah dalam peran deterministik “subjek – objek” melainkan “subjek –subjek”. Riset Aksi
Partisipatoris lebih banyak juga dikenal sebagai “riset tindakan”. Pendekatan ini banyak diorientasikan untuk
“membongkar budaya bisu” masyarakat yang sudah sekian lama terbelenggu budaya-budaya yang dominan.
Budaya-budaya dominan banyak ditunjukan dalam budaya-budaya teknokratis dan mekanistis yang banyak
menjadi ciri menonjol masyarakat modern. Proses riset sekaligus sebagai “proyek pemberdayaan aktif”. Riset
Aksi ini sekaligus berperan penting untuk membongkar pengetahuan yang melegitimasi praktik pembangunan
yang berjalan timpang sambil melakukan proses transformasi sosial. Hasil yang diharapkan tentu saja adalah
adanya tindakan kritis untuk mendorong perubahan sosial dan memperkuat masyarakat yang hidup dalam
ketimpangan.
Riset ini lebih banyak dipengaruhi oleh perspektif teoritis “fenomenologis kritis” yang lebih memandang
masyarakat sebagai entitas yang kedudukannya sangat khas, subjektif dan kontekstual secara ruang dan waktu,
sehingga peneliti perlu memahaminya dengan cara lebih kritis segala fenomena masyarakat dalam konteksnya
yang khas. Ada situasi yang merajut dalam matarantai masyarakat yang serba kompleks. Proses perjalanan
masyarakat tidak hanya bisa dipandang sebagai proses yang alamiah. Masyarakat hidup dalam ketegangan-
ketegangan dan relasi dialektik di setiap unsur. Dalam banyak hal situasi di hadapan kita tidaklah berjalan lancar
tetapi penuh relasi keterkaitan kepentingan yang saling mempengaruhi.
Riset Aksi Partisipatoris dalam tahapan dan langkah awalnya dimulai dengan mengidentifikasikan masalah-
masalah sosial nyata dan kongkrit yang dihadapi masyarakat bersama subjek peneliti. Dari investigasi dan
penemuan masalah tersebut, pada akhirnya ada upaya menemukan pemecahan-pemecahan masalah yang keluar
sepenuhnya dari masyarakat melalui program-program aksi kongkrit. Karena arah dasarnya sebagai upaya
mendorong pembebasan terhadap struktur-struktur sosial yang tidak adil yang menindas, maka riset aksi
partisipatoris cenderung dan sering dilihat sebagai riset dengan “pendekatan politis”. Riset aksi ini selalu
melakukan apa yang disebut sebagai “kritik ideologi” yang mampu untuk melihat mana struktur sosial yang adil
dan mana yang tidak. Metode aksi partisipatoris secara sederhana bisa digambarkan melalui fase tahapan yakni :
interpretasi, analitis empiris, dialog kritis dan dilanjutkan dengan aksi.
Identifikasi persoalan awal dengan melakukan pemetaan potensi kelompok progresif adalah dimaksudkan untuk
menjawab kebutuhan bahwa hanya dengan bisa membangun potensi tersebut maka “Riset Aksi Partisipatoris”
akan sejak awal mampu mempersiapkan tujuan akhir dari sebuah riset kritis yakni pemberdayaan yang
berorientasi pada aksi perubahan.
Mempelajari kondisi struktur sosial yang menghambat aksi memberi pengertian bahwa sebuah riset aksi
berusaha untuk mampu membongkar “kesadaran kemapanan” dan jerat-jerat ideologi dominan. Tugas riset aksi
partisipatoris adalah menentang sebuah bentuk represi cara berpikir dan mampu bertindak secara manusiawi
baik secara individu maupun kekompok karena kepentingan dasar riset ini adalah “keperpihakan”. Mekanisme
tahapan Riset Aksi Partisipatoris dengan tahapan “ aksi – refleksi – aksi “ tentunya menjadi alur tahapan yang
tidak sederhana. Artinya untuk bisa memahami problem mendasar dari sebuah riset aksi, berarti subjek peneliti
juga harus mampu membongkar problem-problem riil yang ada dihadapi oleh masyarakat.
Panduan Latihan
Riset
Latihan 1 :
Tugas Wawancara Kualitatif
Rancang wawancara kualitatif berdasarkan studi pada tema sesuai pilihanmu.
Tuliskanlah panduan wawancara yang fokus pada tema ini, cukup untuk wawancara selama
30 menit.
Sebagai tambahan :
1. Pikirkan tentang bagaimana kamu mengidentifikasi target populasi, jelaskan mengapa
kamu cenderung fokus pada kelompok ini, dan jelaskan bagaimana gagasan yang kamu dapat
dari mereka masuk pada wilayah penelitian yang kamu pilih.
2. Diskusikan dan jelaskan metode pilihanmu kepada semua anggota yang masuk dalam
kelompok studimu.
3. Uraikan apa yang akan kamu lakukan dengan temuan dari anggota-anggota kelompok ini
4. Sarankan pengondisian suasana yang cocok untuk wawancara.
5. Jelaskan tentang akses, logistik atau tema etis untuk studi.
Bagaimana melakukan latihan ini :
1. Tuliskan beberapa pertanyaan terkait penelitianmu sebagai proyek, termasuk penjelasan
proyek standar (pernyataan umum tentang tema penelitian yang dapat kamu katakan kepada
responden).
2. Dengan menggunakan panduan ini, arahkan wawancara „pilot‟ (simulasi wawancara) yang
intensif dengan seorang yang kamu anggap menjadi target kelompokmu.
3. Buat catatan singkat selama wawancara
4. Periksa keakuratan dari catatanmu dengan si responden – buatlah catatan terpisah dari
koreksi yang disarankan si responden kepada kamu (mungkin responden mencatat beberapa
ketidakakuratan dalam catatanmu, atau mungkin kamu terlalu atau kurang memberi tekanan
pada pandangan responden).
5. Tulislah catatan-catatan dalam catatan penuh untuk rekaman lengkap segera setelah
wawancara selesai dilakukan.
6. Tuliskan 1-2 lembar catatan reflektif tentang proses penelitian itu sendiri. Ketrampilan apa
yang sudah kamu kuasai dan mana yang masih membutuhkan improvisasi ? Apa yang kamu
alami selama wawancara dan keakuratan dari catatan singkatmu yang awal (sebelum
dikoreksi responden) ? Seberapa baik kamu mendengarkan ? (kamu harus menangkap 80-
90% dari percakapan dengan responden)
7. Cobalah coding sementara
8. Identifikasi beberapa pertanyaan yang tidak relevan, juga beberapa pertanyaan baru yang
akan kamu masukkan dalam wawancara selanjutnya
Latihan 2 :
Tugas Observasi
Lakukan observasi selama 2 jam dalam setting sosial yang kamu pilih. Buat memo (catatan singkat).
Tuliskan catatan lapangan yang diperluas di atas 3-4 halaman kertas. Tuliskan 1-2 halaman catatan
reflektif tentang proses penelitian itu sendiri. Cobalah beberapa provisional coding. Identifikasikan 3-
4 pertanyaan yang akan kamu bawa kembali untuk sesi selanjutnya dalam kerja lapangan.
Identifikasikan sebuah tema dari penelitian sosial yang dapat ditindak lanjuti dalam penelitian.
Bagaimana melakukan latihan ini :
Observasi adalah semua tentang deskripsi – dalam beberapa hal cerita. Tulisan dari sebuah obsevasi
mengandung beberapa hal dasar : Apa yang menjadi seting dari observasi, tempat, bangunan dengan
kerangka aksi di dalamnya, bagaimana kamu mendapat akses, apa peranmu di sana, dan sebagainya ?
Siapa yang di sana ? Apa yang mereka lakukan dan/atau katakan dan bagaimana mereka
mengatakannya ? Tetapi ada juga sejumlah interpretasi dan analisa yang kamu observasi. Kamu butuh
untuk mengerti data, dengan menanyakan :
1. Masuk jenis kategori apa data-data ini (contohnya : tema jender, ras, pendidikan, kemarahan,
cinta, relasi dengan figur publik, humor dan sebagainya). Di sini kamu dapat terlibat dalam
coding tingkah laku.
2. Bisa jadi kamu ingin untuk mencari tema umum atau pola dalam kebiasaan yang kamu amati.
3. Dan akhirnya kamu akan menyusun semacam teori untuk menghitung tingkah laku yang
kamu amati.
Tema untuk mempertimbangkan dan pertanyaan yang ditanyakan dalam mengarahkan
partisipan studi observasi :
Buat kerangka fokus dan konteks dari studimu‟
Apa peranmu ?
Apa yang sesungguhnya kamu lakukan dengan partisipan studi observasi ? (Apa strategimu?
Bagaimana kamu mendapat akses ? Apakah kamu butuh untuk membangun relasi dengan
masyarakat yang sedang kamu pelajari ?)
Bagaimana kamu merekam datamu ? (Apakah kamu berpendapat bahwa kamu teliti ? Adakah
keterbatasan dalam metode pengumpulan data yang kamu lakukan ?)
Apa pendapatmu tentang sifat dasar (nature) data yang kamu kumpulkan ? Tentang
kredibilitas, subyektivitas, reabilitas, validitas.
Kredibilitas : Keabsahan atau kesahihan data menjadi tolok ukur, apakah simpulan dari
penelitian ini dapat dipercaya atau tidak ?
Keteralihan (validitas) : Data yang diperoleh hendaknya absah, karena akan terkait dengan
bagaimana hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi lain yang relatif sama, dilihat dari
kesamaan karakteristik latar dan konteksnya.
Kebergantungan (realibilitas) : Data yang diperoleh hendaknya reliabel. Artinya, bagaimana
peneliti dapat mengakses data secara konsisten dari waktu ke waktu. Konsistensi ini
menunjuk pada fokus yang menjadi perhatian utama, dari teknik dan cara cara yang
digunakan serta kaidah kaidah berfikir dalam melakukan interpretasi data.
Pertimbangkan persoalan reaktivitas, identifikasi berlebihan dan etika.
Apakah observasi adalah aktivitas yang imparsial ?
Bagaimana dengan menggunakan sumber data komplementer/alternatif dalam penelitian ini ?
Ketika kamu membuat analisa sementara dari data kamu, tema coding apa yang kamu
gunakan ?
Wilayah penelitian mana yang kamu gunakan selanjutnya ?
Pertanyaan apa yang akan kamu fokuskan dalam riset berikutnya ?
Apa yang kamu lakukan selanjutnya untuk mengembangkan penelitianmu (bila kamu
sungguh-sungguh berpikir penelitian ini dapat dikembangkan) ?
Latihan 3 : Tugas Analisis Data
Pertama-tama, buatlah daftar tipe yang berbeda dari lingkungan yang mempengaruhi sumber-sumber yang dapat
digunakan oleh seorang peneliti untuk memahami wilayah penelitian. Sekarang tanyakan pada dirimu sendiri
beberapa pertanyaan berikut, buatlah catatan terhadap setiap sumber yang sudah kamu identifikasi.
1. Tipe data apa yang dihasilkan dari sumber yang kamu identifikasi ?
2. Bagaimana data yang kamu identifikasi dalam pertanyaan no.1 membantu kamu menjawab pertanyaan
yang berkembang selama penelitian ?
3. Apakah ada keterbatasan-keterbatasan menggunakan sumber-sumber ini ?
Contoh-contoh data kualitatif :
Jenis contoh-contoh data
Tekstual : catatan kaki, jurnal reflektif, artikel koran, memo, transkrip, email/pesan tertulis
Audio : rekaman suara (contohnya : wawancara, pidato, siaran radio, musik)
Visual : televisi, sinema, foto, lukisan, ukiran , rekaman video (contohnya : fokus grup atau observasi, diary
video)
Strategi dan teknik dalam menyusun data kualitatif :
- Menyusun data interview
Biasanya lebih dipilih untuk memakai penggunaan rekaman karena menawarkan gambaran yang lebih
komplet dari apa yang dikatakan. Walaupun dalam beberapa kasus, proses perekaman tidak
memungkinkan. Kadangkala orang yang diwawancarai akan menolak bila pendiskusian direkam. Ada
pula peneliti yang berpendapat, perekaman akan mempengaruhi kejujuran dan dalam level tertentu
membuat grogi orang yang diwawancarai. Dalam kondisi tertentu, juga penting untuk menyadari
bahwa analisis dan interpretasi juga dibutuhkan selama kita mencatat proses wawancara. Peneliti harus
tangkas dalam mengambil keputusan tentang apa yang harus dicatat dan bagaimana
mengungkapkannya. Oleh karena itu penting untuk selektif dalam wawancara di lapangan, dan catatan
dibuat sedemikian rupa bahwa data dikumpulkan untuk merespon pertanyaan penelitian.
Dalam kasus dimana proses rekaman dimungkinkan, transkripsi menjadi alat yang penting untuk
analisis. Proses transkripsi dapat memakan waktu yang amat banyak karena kata-kata yang ditulis
membutuhkan lebih banyak upaya daripada ketika diucapkan. Tidak ada proses transkripsi yang netral
dan bebas nilai. Proses yang dilalui dari kaset rekaman ke kertas adalah hasil keputusan dari apa yang
harus dituliskan di atas kertas. Transkripsi yang ketat seringkali digunakan jika proses interaksi
merupakan fokus perhatian, misalnya analisa diskursus. Walaupun begitu, sebagian besar peneliti yang
secara sederhana fokus pada pokok pembicaraan, menuliskan kalimat sederhana selama proses
transkripsi. Beberapa transkripsi secara detail menuliskan ekspresi, aksen, gaya dari orang yang
diwawancarai untuk memberi gambaran pada situasi saat wawancara.
- Menyusun catatan lapangan dan jurnal
Pencatatan lapangan adalah proses interaksi peneliti dengan banyak orang selama penelitian, bisa dari
mengikuti kuliah, menuliskan hasil pertemuan diskusi, menuliskan pesan singkat (sms) yang diterima
atau dari ribuan contoh yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung gagasan kita dalam
penelitian. Dalam semua contoh pencatatan, tujuannya tetap sama : untuk menangkap intisari dari apa
yang kita observasi dan mencatatnya sebagai referensi. Dalam melakukan ini, tingkat akurasi
dibutuhkan dan liputan yang komprehensif dibutuhkan.Catatan lapangan harus dibarengi dengan
maksud untuk mengerti subyek yang sedang diteliti. Peneliti harus sudah mempunyai sejumlah pokok-
pokok pengamatan yang berasal dari perumusan masalah penelitian. Pokok-pokok pengamatan ini akan
membentuk dasar dari bangunan catatan lapangan.
Salah satu jenis catatan lapangan adalah jurnal reflektif. Jurnal reflektif adalah elemen dasar dari riset
aksi yang memungkinkan peneliti menyatukan informasi dan pengalaman yang membantu untuk
membentuk pemahaman dari proses dan perilaku penelitian. Jurnal juga merupakan alat yang berguna
dalam analisis, tidak hanya sebagai data, tapi keseluruhan proses penelitian.
- Merekam dan menyusun data kualitatif
Ketika menggunakan kaset tape atau video, penting untuk memastikan bahwa sudah dilabeli dengan
benar tanggal, lokasi rekaman, peserta dan informasi lain yang khususnya relevan dengan
penelitianmu. Juga sebaiknya untuk membuat salinan cadangan, bahkan bila rekaman sudah
ditranskrip, karena kamu mungkin menginginkan untuk kembali pada rekaman asli untuk menunjukkan
detail tertemtu yang mungkin belum diambil dalam transkrip awal. Penting untuk memproteksi file
transkrip yang disimpan dalam komputer. Tindakan ini sangat penting terutama bila partisipan yang
menjadi narasumber kita meminta agar nama dan identitas tidak disebutkan. Ini untuk menjamin
identitas partisipan tidak bocor oleh pihak yang tidak berhak mengetahuinya.
Pendekatan untuk analisis data kualitatif
Data kualitatif seringkali dicirikan dengan kurangnya kaidah yang jelas. Peneliti kualitatif tidak diberi
kemewahan yang membantu untuk menjelaskan kebingungan dari masalah ketika akan menganalisa. Kurangnya
kaidah dapat membebaskan, karena pendekatan ini menilai bahwa tidak ada pendekatan benar atau salah;
bagaimanapun, ini dapat membawa pada ketidak pastian tentang bagaimana melakukan analisa. Walaupun
begitu, analisa kualitatif tetap mempunyai kerangka kerja yang terstruktur dan terorganisasi yang berguna untuk
menganalisis. Berikut ini adalah macam-macam analisa yang biasa digunakan dalam analisa data kualitatif :
Analisis Percakapan / Conversation Analysis (CA)
Conversation Analysis (CA) dipelopori oleh oleh Harvey Sacks dan mengakarkan pada bidang
etnometodologi. Analisis ini memperlakukan percakapan sebagai serangkaian ungkapan yang cenderung
menunjukkan fungsi tertentu, lebih dari laporan sederhana dari sebuah observasi. Analis percakapan mencari
pemahaman tentang bagaimana partisipan dalam percakapan dan menafsirkan elemen percakapan, dikenal
sebagai „logat bicara‟ (speech acts). Logat bicara dilihat mempunyai fungsi performatif dimana arti tersembunyi
dinyatakan secara tidak langsung. Arti ini seringkali tergantung pada interpretasi, maka konteks menjadi
perhatian utama dari analis. Analisa umumnya mengambil bentuk kaset rekaman sebagai sumber data.
Analisis Diskursus / Discourse Analysis (DA)
DA mempunyai kesamaan dengan CA dalam pengertian mempunyai perhatian pada membongkar
kerumitan struktur dan organisasi bahasa. Tetapi DA mempunyai wilayah penerapan yang lebih luas, karena
perhatian tidak hanya pada percakapan tapi juga dokumen tertulis yang mengikuti pola diskursif, seperti surat,
buku harian dan artikel. DA berhubungan dengan psikologi sosial karena mengeksplorasi bagaimana pilihan
bahasa diatur dan diperintah oleh respon psikologis. DA berguna khususnya untuk bagaimana nilai-nilai, seperti
kekuasaan diabadikan.
Analisa Semiotika / Semiotic Analysis
Analisa semiotika asalnya dikembangkan oleh ahli bahasa Swiss, Ferdinand de Saussure dan seringkali
disebut sebagai „ilmu sains tanda‟ (De Saussure 1983). Dalam bentuk awalnya, pendekatan ini disesuaikan
terhadap studi literatur, tetapi sejak analisa diperluas, terutama oleh Barthes (1967), sekarang seringkali
digunakan dalam menganalisa material yang lebih beragam, termasuk data visual seperti foto dan iklan majalah.
Premis utama dari pendekatan ini adalah tanda terdiri dari 2 elemen : „penanda‟, yang bisa berhubungan dengan
foto atau gambar tertentu dan „tertanda‟ yang berhubungan dengan bagaimana penanda ditafsirkan, atau makna
yang berasal dari orang yang mengamati „penanda‟. Tertanda terdiri dari makna permukaan (denotatif) dan
makna yang lebih dalam (konotatif). Aspek yang penting dari pengertian semiotika adalah makna hanya
dipahami ketika dilihat dalam relasi dengan tanda lain dalam „kode‟ yang sama. Ketika menganalisa teks
tertulis, kode dalam beroperasinya tanda adalah bahasa. Tetapi, wilayah kode dimana pendekatan diterapkan
adalah banyak dan bervariasi.
Busana adalah contoh yang baik dari kode. Dalam kode busana, tanda hadir dalam item busana
(penanda) dan ekspresi dari makna dengan menggunakan item tertentu yang dibawa (tertanda). Tanda yang ada
dalam pakaian yang dikenakan oleh punk mempunyai arti konotatif tertentu : „anarki‟, „pemberontakan‟,
„ketidakseragaman‟. Tetapi makna ini hanya dapat dimengerti dalam relasi dengan tanda lain dalam kode
busana. Dalam ruang isolasi, busana punk hanya busana sederhana, tetapi ketika dibandingkan dengan busana
lain (jin dan T-shirt) tanda menjadi kelihatan.
Grounded Theory /
Salah satu dari metode analisis data kualitatif yang paling umum adalah grounded theory. Digunakan
khususnya dalam penelitian eksploratif, yang dikenal sebagai fenomena dalam investigasi. Grounded theory
pertamanya dikembangkan oleh Glaser dan Strauss dan diuraikan dalam teks klasiknya yang paling awal The
Discovery of Grounded Theory : Strategies for Qualitative Research (Glasser and Strauss 1967).
Adalah penting untuk diperhatikan bahwa grounded theory adalah tentang pendekatan umum pada
proses penelitian dalam keseluruhannya dan tidak untuk hanya menganalisa. Ini melibatkan penerimaan dari
keterbukaan pada perkembangan gagasan dan bahkan menyatakan ulang dari perumusan masalah begitu
gagasan baru muncul. Proses dari grounded theory dimulai dengan hasrat untuk memahami area penelitian.
Perumusan masalah bisa luas, tanpa tujuan yang spesifik atau operasionalisasi konsep- ini akan datang ketika
proses berkembang. Sampling teoritis digunakan untuk mengidentifikasi partisipan atau kejadian dimana data
dapat dikumpulkan untuk mulai memahami wilayah dalam investigasi. Dari wawancara dengan partisipan atau
observasi kejadian tahap pertama dari pengumpulan data dimulai.
Dengan pendekatan grounded theory , tidak perlu untuk menumpuk sejumlah besar data lebih dahulu
untuk memulai analisa, dan terbukti, keraguan dalam memulai analisa dapat menimbulkan efek yang
mengganggu dalam keseluruhan proses. Segera setelah data awal dikumpulkan proses dari koding terbuka (open
coding) dimulai. Open coding termasuk membaca data dengan tujuan mengidentifikasi tema umum. Tema-tema
ini membentuk dasar bagi konsep utama yang akan mengarahkan analisa lebih jauh, dan membantu untuk
menginformasikan kriteria untuk sampling teoritis selanjutnya. Dengan mengidentifikasi konsep tertentu, kita
dapat menyetel strategi sampling kita. Jadi orang yang kita wawancara dan situasi yang kita amati akan menjadi
tempat terbaik untuk mencerahkan kita lebih jauh dalam menentukan area penelitian. Siklus sampling,
pengumpulan data dan coding diarahkan oleh metode constant comparative. Di sini peneliti mencari untuk
mengidentifikasi kategori. Kategori-kategori membuat kita untuk menghubungkan konsep dengan data.
Untuk menguji asumsi penting untuk mengumpulkan lebih banyak data dan mengulang proses analisa
yang yang kita uraikan. Pengembangan asumsi (hipotesis) juga memungkinkan kita untuk mendesain kembali
instrumen penelitian dalam kesesuaiannya dengan tujuan baru yang dibentuk dalam penelitian. Data baru yang
dikumpulkan akan mendukung atau menyangkal hipotesis kita, tapi akhirnya akan mencapai titik akhir, dikenal
sebagai kejenuhan teoritis. Ini berdampak bahwa kita telah sampai pada teori yang dekat dengan (oleh karena itu
diintisarikan oleh ) data dan yang tidak dapat lagi dikembangkan dengan data yang tersedia. Ini dikenal dengan
teori substantif.
Contoh : Penerapan grounded theory dalam situasi sehari-hari
Corbin dan Strauss (1990, hal. 63) menyediakan contoh sempurna dari coding yang diterapkan dalam situasi
sehari-hari, yang penggunaan dari kategori pilihan memungkinkan mereka untuk menghasilkan teori tentang
observasi. Observasi berlangsung di sebuah restoran yang mempunyai dapur terbuka. Dalam dapur seorang
perempuan berbaju merah yang awalnya tampak tidak melakukan apa-apa selain berkeliling, tapi, sebagaimana
pengamatan mereka, berdiam tanpa melakukan apa-apa dalam lingkungan yang sibuk seperti itu tidak dapat
dimengerti. Mereka mulai mengamati perempuan berbaju merah dan setelah beberapa waktu mulai menerapkan
coding terhadap perilakunya. Mereka mengamati bahwa di dalam situasi dapur yang sibuk, yang kemudian
dilabeli „tempat kerja‟. Dia juga tampak berkeliling di tengah kerja yang berlangsung di dalam dapur (diberi
label sebagai „mengamati‟), memperhatikan semua di sekitarnya. (dilabeli sebagai „perhatian penuh‟). Orang
lain yang bekerja di dapur sesekali bertanya kepadanya dan dia juga tampak bertanya pada mereka dan
memberikan saran. Ini dilabeli sebagai „penyampaian informasi‟. Mereka terus memberi label fenomena
berbeda : cara dia menjaga semua berjalan semestinya dilabeli „pengawasan‟, pengetahuan dan skill yang
disarankan olehnya disebut „experienced‟ dan sebagainya. Pentingnya label-label ini semuanya merujuk pada
konsep ketimbang kejadian yang spesifik, karena secara konseptual ini lebih efektif untuk digunakan dengan
istilah seperti „mengumpulkan informasi‟ daripada „membaca jadwal‟ karena istilah tersebut dapat digunakan
untuk melabeli 10 kejadian yang berbeda sebagai „mengumpulkan informasi‟- pertanyaannya (perempuan
berbaju merah) kepada salah seorang koki, memeriksa jumlah gelas bersih, memanggil seorang supplier, dan
sebagainya (Corbin dan Strauss 1990, hal. 65). Atas dasar observasi, dan pelabelan fenomena (konsep) seperti
ini, Corbin dan Strauss dapat menyimpulkan bahwa perempuan berbaju merah yang hanya berdiri di dapur
faktanya adalah „koordinator makanan (food orchestrator)‟, label lain yang melibatkan „tipe kerja‟ tertentu,
yang terdiri dari konsep awal yang dilabeli : „pengawasan‟, „pengumpulan informasi‟. Menyimpulkan bahwa
perempuan berbaju merah adalah „koordinator makanan‟ adalah contoh yang baik dari „teori substantif‟karena
kesimpulan ini datang sekaligus ketika semua data habis terpakai dan semua fenomena yang diamati telah diberi
label dan diletakkan dalam kategori-kategori.
Metode Analitis Induksi
Metode analitis induksi terdiri dari sejumlah tingkatan dimana perbaikan asumsi (hipotesis) dicapai
melalui analisa data, hingga asumsi dibuktikan atau dikuatkan oleh semua kasus. Peneliti mulai dengan
perumusan masalah yang luas. Perbedaannya dengan grounded teori, suatu asumsi juga disusun sebelum
melangkah ke pengumpulan data, yang mencoba memberikan jawaban kepada perumusan masalah. Data dari
tiap kasus kemudian diperiksa dan asumsi akan diperkuat atau disangkal. Bila ternyata menyebabkan ditolaknya
asumsi yang didasari data dari kasus tertentu, kemudian asumsi perlu untuk dimodifikasi.
Tujuan dari metode ini adalah mencapai situasi di mana semua kasus mendukung asumsi. Modifikasi
asumsi dapat ditempuh dalam salah satu dari dua cara, yaitu : 1) yang mendahulukan fenomena awal yang
ditemukan dalam investigasi , 2) Pengumpulan data baru. Dalam cara pertama, asumsi didefinisikan ulang untuk
memberi penjelasan dengan menghilangkan kasus-kasus observasi yang menyimpang dari perumusan masalah.
Dalam cara kedua, data baru dari kasus yang menyimpang dipertimbangkan dan asumsi diformulasikan ulang
seturut data baru ini. Diikuti dengan pengumpulan databaru lagi untuk memeriksa asumsi yang diformulasikan
ulang. Proses diulangi sampai tidak ada pertentangan data yang ditemui, atau dengan kata lain asumsi
didefinisikan ulang sedemikian sehingga kasus yang menyimpang dihilangkan.
Metode analitis induksi menawarkan cara memeriksa data dengan tujuan menguji asumsi. Walaupun
begitu muncul kritik terhadap metode ini karena :
Pertama, penjelasan final yang diambil dari metode analitik induksi menentukan kondisi yang cukup untuk
fenomena yang sedang terjadi, tetapi jarang menentukan kondisi yang perlu……Kedua, metode ini tidak
menyediakan panduan yang berguna (tidak seperti grounded theory), seperti berapa banyak kasus yang perlu
untuk diselidiki sebelum kita memutuskan untuk menyingkirkan kasus menyimpang dan memperkuat asumsi.
(Bryman 2001, hal.390)
Penggunaan analitik induksi telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, mungkin karena meningkatnya
minat pada grounded theory.
Ketika kita memutuskan untuk pendekatan analisa data kualitatif, kita harus mengorganisir data dan melakukan
coding terhadapnya. Sebagaimana disarankan dalam pertimbangan grounded theory, coding adalah proses
dimana tidak ada aturan baku, hanya panduan. Setiap kategori yang kita bangun dan setiap segmen data yang
kita pilih untuk kode dalam kategori adalah pilihan subyektif. Ini ternyata adalah hambatan terbesar yang
dialami peneliti kualitatif, dan hanya dapat diatasi dengan keyakinan. Keyakinan dapat meningkat dengan
kembali kepada perumusan masalah dan memastikan bahwa coding kita dapat dihubungkan dengan ini. Kita
harus bertanya pada diri kita sendiri : Apa yang kita amati ? Apakah ada relasinya dengan orang-orang ?
Apakah yang dilakukan orang dalam situasi ? Apakah yang dirasakan orang dalam mengalami situasi ? Apakah
alasan orang membuat pilihan tertentu ?
Apapun fenomena yang kita selidiki, keyakinan pada analisa kita dapat berasal proses coding data kita yang
mencerminkan fenomena tersebut.
Latihan 4 :
Menulis dan Mempresentasikan Hasil Riset
Puncak dari proyek riset adalah ketika semua kerja keras dituliskan di atas kertas dan buah dari kerja riset kita
dibagikan ke sidang pembaca yang lebih luas. Ini berarti penulisan riset kita mempresentasikan tidak hanya hasil
temuan kita, tetapi juga proses yang kita lalui selama penelitian. Ini membutuhkan kejujuran tentang penelitian
kita dan perspektif kita. Jadi orang lain dapat mengerti tidak hanya hasil penelitian yang kita capai, tetapi juga
cara bagaimana kita mencapainya. Pemikiran dasar dari penulisan ini adalah proyek riset tidak terjadi dalam
ruang isolasi, tetapi menyumbangkan bangunan pengetahuan yang sedang berkembang secara konstan.
Dalam mengeksplorasi proses penulisan,sangat berguna untuk mempertimbangkan saran Denscombe (2003, hal
286), yaitu :
Ada konsensus bersama ketika menuliskan penelitian, tujuannya adalah untuk :
1. Menjelaskan tujuan penelitian
2. Menguraikan bagaimana penelitian dilakukan
3. Menghadirkan temuan dari penelitian
4. Mendiskusikan dan menganalisa temuan-temuan
5. Mencapai kesimpulan
Pendekatan Induktif Terhadap Perumusan Masalah
Ketika menulis penelitian induktif, kita harus membuat lebih banyak pilihan tentang isu mana yang akan kita
masukkan. Karena perumusan masalah lebih terbuka dan eksploratif, kita harus membuat keputusan mana data
yang akan memampukan kita untuk menjawab perumusan masalah sebagai cara untuk menghasilkan
pengetahuan yang valid dan berguna. Dengan kata lain, apa yang perlu kita tulis untuk menyediakan jawaban
terhadap perumusan masalah ? Proses induksi menghasilkan data yang berjumlah besar yang pada gilirannya
akan menyusun teori.
Menghubungkan temuan penelitian dengan literatur dan teori yang ada
May (2001, p.29) menyatakan :
Gagasan teori, atau kemampuan untuk menjelaskan dan memahami temuan penelitian dalam kerangka
konseptual adalah tujuan studi sistematis terhadap fenomena tertentu.
Contoh : Berbagai sumber literatur
Ensiklopedi dan kamus
Berguna untuk menjelaskan istilah dan memberikan batasan gagasan kunci dan argumentasi dalam topik yang
kita pilih. Menggunakan ini membantu kita mengenal dengan istilah dan membangun gambaran umum dari
wilayah yang akan kita teliti.
Buku
Buku dapat menyediakan sumber yang pening dari literatur metodologis dan sumber berharga untuk memberi
informasi dari desain riset
Artikel jurnal
Menyediakan temuan penelitian terbaru dan perdebatan dalam bidang yang kita pilih. Beberapa jurnal
membantu kita dalam menyediakan bahan-bahan yang terkait dengan teori dalam wilayah penelitian kita, tapi
ada juga yang menyediakan lebih pada meng-update teori.
Makalah seminar/ konferensi
Makalah konferensi dapat berguna karena cukup sering perkembangan penelitian dipresentasikan dalam
konferensi, membuka cakrawala dalam penelitian terkini dalam praktek dan teori kontemporer. Penting untuk
waspada bahwa apa yang dipresentasikan berbeda dengan produk akhir, jadi hasil atau temuan perlu
diperlakukan dengan hati-hati. Makalah konferensi khususnya berguna untuk mengukur sejauh mana area
penelitian dewasa ini.
Statistik/ publikasi resmi
Statistik resmi dapat berguna dalam menyediakan bukti dari keberadaan suatu fenomena (misalnya : gambaran
angka pengangguran regional). Publikasi resmi dari pemerintah bisa menjadi panduan yang berguna dalam
kebijakan nasional atau regional.
Web sites
Web sites menyediakan banyak tipe literatur yang berbeda. Penting untuk diperhatikan bahwa penyebaran
teknologi internet, alat desain web, mengharuskan peneliti untuk mengevaluasi kualitas web site. Juga harus
diakui bahwa walaupun internet menyediakan banyak informasi berharga, ini tidak dapat menyediakan
segalanya. Kita masih harus menggunakan literatur dengan format tradisional yang lainnya.
Grup berita (news groups) and mailing lists
News groups dan forum diskusi dapat menyediakan tempat untuk mengakses debat terkini dari tema yang
diberikan. Walaupun kelompok tersebut sifatnya informal dan tidak akan menyediakan literatur yang konkret,
mereka bisa menyediakan akses ke peneliti lain di bidangnya yang mau menunjukkan kepada kita literatur yang
berguna.
Hart (2001) membedakan antara dua sumber literatur yang berbeda ‘literatur topik’ dan ‘literatur metodologis’.
Literatur Topik
Literatur Topik merujuk pada sumber-sumber yang berhubungan dengan area topik yang kita pilih untuk
diselidiki. Literatur ini dapat memberi kita teori dan perdebatan yang sekarang ada tentang fenomena yang
sedang kita selidiki. Teori-teori ini mendasarkan diri pada penelitian yang telah ada sebelumnya, tapi yang
terpenting adalah identifikasi jurang dalam pengetahuan – area yang sampai sekarang belum dieksplorasi, atau
minimal perspektif yang lebih spesifik dengan menggunakan metode tertentu.
Seperti yang dinyatakan oleh Cuba dan Cocking :
Penelitian baru menyediakan benang merah dengan masa lalu, pada waktu yang bersamaan menunjuk arah
yang baru bagi masa depan. Ini dicapai dengan mencari jawaban terhadap permasalahan yang dewasa ini
diangkat, dan menuntut jawaban dari basis gagasan sekarang. (Cuba dan Cocking 1997, hal.54)
Untuk melakukan ini, kita perlu pendekatan dengan sejumlah pertanyaan di kepala :
Penelitian apa yang relevan dengan penelitian kita ?
Apa kesimpulan utama yang ditarik dari penelitian sebelumnya ?
Metode apa yang digunakan oleh penelitian sebelumnya ?
Di bagian mana kesimpulan dan metode dari studi sebelumnya mempunyai kesamaan ?
Di bagian mana kesimpulan dan metode dari studi sebelumnya mempunyai perbedaan ?
Di mana jurang kesenjangannya ?
Pendekatan terhadap literatur dengan cara yang ingin tahu seperti ini membantu kita untuk bersikap kritis
terhadap apa yang kita baca, kecakapan vital dalam mengevaluasi literatur. Kita tidak seharusnya mencerna apa
yang kita baca begitu saja. Ketika membaca penelitian sebelumnya kita harus mempertanyakan relevansi teori
yang digunakan, juga memeriksa dengan teliti metode yang digunakan untuk mencapai kesimpulan.
Literatur Methodologi
Ketika kita menjelaskan atau mengkritik metode kita, penulisannya harus membuat referensi akan literatur
metodologi dan perdebatan kunci metodologis. Pertama-tama, kita perlu untuk menunjukkan bahwa desain kita
dipertimbangkan dalam terang pembelajaran dan saran yang diberikan oleh orang lain.
Sebagai contoh dapat kita lihat dalam tulisan sebagai berikut :
Untuk riset kami ingin mengakses participants dari negara-negara lain, jadi kami dapat membuat
perbandingan lintas budaya. Untuk melakukan ini, kami menggunakan ruang ngobrol (chat rooms) internet
dimana kami menggelar diskusi kelompok fokus. Mann dan Stewart (2000, hal.17) menyarankan bahwa metode
ini adalah ‘cara praktis untuk wawancara, atau mengumpulkan cerita dari individu atau kelompok yang secara
geografis jauh’
Dengan menyokong desain penelitian kita dengan referensi literatur metodologi, kita dapat bertahan terhadap kritik.
Penelitian kita juga akan menambahkan serangkaian contoh yang membantu untuk membenarkan metode ini. Jadi
sekali lagi, kita melihat hubungan timbal balik antara riset dan literatur.
Kedua, kita harus menunjukkan dalam tulisan kita bahwa kita mengikuti perdebatan di seputar metodologi sekarang.
Contohnya ada dalam tulisan ini :
Sementara beberapa komentator masih mempertahankan bahwa metode kombinasi hanya sejumlah kompromi dari
suatu perspektif teoritis, kita semakin sering menemukan penggunaan baik pendekatan kualitatif maupun kuantitatif
sepanjang masing-masing diterima sebagai alat untuk meningkatkan validitas data.
Dengan masuk pada perdebatan metodologi kita membuat posisi yang jelas. Penelitian kita kemudian dapat dibaca
dengan pemahaman yang jernih akan pertimbangan teoritis, sebagaimana pertimbangan praktis, di balik metodologi
kita.
Strategi Penulisan
Penulisan riset tidak dapat disederhanakan hanya tentang menuliskan laporan, tetapi tentang meletakkan tulisan
kita dalam konteks teoritis yang lebih luas. Penulisan riset juga tidak hanya keahlian yang kita punya yang dapat
diterapkan dalam segala situasi yang membubuhkan kata di atas kertas. Penulisan riset mempunyai tujuan
berbeda, gaya, dan pertimbangan audiens. Kita tidak dapat menulis serampangan, kita perlu strategi.
Menguasai strategi penulisan memerlukan disiplin. Pada saat kita menghadapi hambatan dalam penulisan kita,
sangat mudah kita jatuh dalam keputus asaan. Saat seperti ini kita perlu berkata „stop‟, ini waktunya kita
mengambil rehat dan merefleksikan apa yang sudah kita lakukan sejauh ini. Strategi membantu kita bagaimana
melakukan pendekatan pada penulisan kita dan bekerja bagaimana menghadapi hambatan ketika kita tidak dapat
menghindar darinya. Sebelum kita melihat pada strategi penulisan, ada beberapa hal praktis yang dapat kita
lakukan selanjutnya untuk membuat proses lebih mudah. Cuba dan Cocking (1997, hal.11) menyarankan untuk
melakukan penilaian terhadap lingkungan dimana kita melakukan penulisan. Mereka menyarankan sejumlah
pertanyaan sehubungan dengan dimana, kapan, dan bagaimana kita menulis yang perlu dihadapi sebelum kita
duduk untuk menulis.
Beberapa pertanyaan yang disarankan adalah sebagai berikut :
Apakah ada lingkungan yang mendukung untuk kita menulis ?
Kalau kita cukup beruntung mempunyai kantor untuk kita bekerja, ini bisa jadi lingkungan yang ideal. Bila kita
akan menggunakan lingkungan bersama (kantor bersama, ruang komputer universitas, ruang keluarga,
perpustakaan), kita perlu memperkirakan pada jam berapa ruang dan waktu tersedia khusus bagi kita.
Diinterupsi selama waktu kita menulis dapat membuat kita frustasi, jadi penting bagi kita untuk merencanakan
waktu ketika interupsi tampaknya minimal.
Kapan waktu yang paling tepat untuk menulis ?
Bila kita tahu bahwa kita dapat bekerja lebih baik pada waktu tertentu, merencanakan menulis pada waktu ini
dapat membantu. Ini dapat mengorganisasi ulang aspek lain dalam hidup kita.
Bagaimana kita akan menyimpan tulisan kita ?
Kebanyakan tulisan formal dewasa ini disimpan dalam pengolah kata (word processor). Ini berarti memikirkan
tentang penyimpanan data elektronik dan pendukungnya seperti printer. Menyimpan pekerjaan secara reguler
adalah kebiasaan paling baik yang berguna. Membuat back up salinan secara reguler juga dapat menghindari
hilangnya waktu yang sudah kita habiskan untuk menulis. Mengirim e-mail kepada seseorang juga cara yang
baik dalam membuat back up salinan yang akan disimpan dalam server provider.
Seberapa baik kita menguasai program pengolah kata ?
Paket program pengolah kata punya banyak variasi fitur otomatis yang membantu pengorganisasian dan
produksi dokumen yang kompleks menjadi lebih mudah ditata. Sangat berguna untuk menguasai fitur ini
sebelum memulai untuk menulis, karena dapat menghemat waktu.
Mempertimbangkan Sidang Pembaca
Gaya penulisan banyak dan bervariasi, dan lebih banyak tergantung pada individu. Gaya penulisan
menunjukkan cara dimana kita menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengkomunikasikan gagasan. Pilihan
bahasa, ketepatan penggunaan dan struktur kalimat termasuk alat ini. Semua elemen ini mengkombinasikan
untuk menciptakan gaya yang mencerminkan kepribadian dan juga cerminan dari sidang pembaca yang disasar.
Ketika mempertimbangkan sidang pembaca, kita perlu memperhatikan 2 faktor : siapa sidang pembaca ?
bagaimana cara terbaik untuk mengkomunikasikan kepada mereka ?
Writing styles are many and varied, and very much depend on the individual. Penelitian dibaca oleh beragam
orang dan tidak selalu dibaca oleh peneliti atau ahli yang punya minat khusus dan pengetahuan di bidang yang
kita geluti.
Penelitian kita juga bersaing dengan kekayaan penelitian lain, dan pembaca tidak punya waktu untuk membaca
semuanya. Dengan pemikiran ini, Day (1996) menyarankan bahwa pembaca akan mendekati peneliti dengan 3
pertanyaan di kepala : apakah menarik ? dapatkah saya mengerti ? dan dapatkah saya menggunakannya ? Untuk
menulis bagi sidang pembaca, kita perlu untuk memastikan menjawab pertanyaan ini.
Memastikan bahwa penelitian kita adalah tempat menarik bagi pembaca terletak di bagian : pembukaan.
Pembukaan perlu dibuat untuk menarik pembaca dan membuat mereka ingin melanjutkan, bahkan bila pembaca
tidak mempunyai ketertarikan dalam bidang yang kita geluti. Membuat penelitian menarik tergantung pada gaya
penulisan kita. Untuk membuat penelitian kita dimengerti, perlu untuk membuat nyaman pembaca dengan
istilah dan struktur kalimat. Penggunaan bahasa rumit, yang tidak perlu, harus dihindari jika bahasa yang lebih
sederhana bisa digunakan.
Latihan : Berpikir sebagai pembaca (diadaptasi dari Day 1996)
Kegiatan ini membantu kamu untuk mengembangkan pandangan kritis untuk penulisan riset yang baik dan
berempati pada pembaca. Pilih salah satu riset yang belum pernah kamu baca sebelumnya. Pilihlah hasil riset
yang singkat, seperti artikel jurnal. Baca artikel dengan mempertimbangkan 3 pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah ini menarik ? Bila demikian, apa yang membuatnya menarik ? Apakah karena tema yang
diangkat atau cara penulisannya ? Apakah ini menantang teori yang sudah ada ? Apakah ini ditulis
dengan cara yang kritis ?
2. Apakah saya dapat memahaminya ? Apakah bahasanya sederhana atau rumit ? Apakah terorganisir
dengan baik ? Apakah paragraf dan bab mengalir dari satu ke selanjutnya ? Ataukah tidak berhubungan
? Apakah jelas bagian mana dari artikel yang menyangkut elemen penelitian ?
3. Dapatkah saya menggunakannya ? Apakah hasil dan implikasi penelitian jelas ? Apakah bingkai
budaya, sejarah, politik, ekonomi dan geografis membuatnya menjadi jelas ?
Struktur dan Gaya Penulisan Laporan Riset
Bagian yang kita uraikan disini ditawarkan sebagai panduan untuk struktur, dan sebaiknya tidak diambil sebagai
sesuatu yang final. Berikut ini dapat digunakan sebagai daftar yang harus diperhatikan ketika menulis laporan.
Judul Kadang elemen yang paling jelas diabaikan. Judul penelitian harus dibuat singkat, tetapi juga memberi cita rasa
terhadap tujuan penelitian. Judul tidak harus sama dengan perumusan masalah-ini dapat dibubuhkan sebagai sub
judul. Bersamaan dengan judul, halaman depan dibubuhkan nama pengarang, tanggal dan nama sponsor riset
Abstrak Abstrak, walaupun terletak di halaman depan laporan, sebaiknya ditulis paling akhir dari keseluruhan laporan. Pertimbangan bahwa pembaca mungkin mencari sesuatu dalam abstrak. Mereka ingin tahu tujuan penelitian, metode
yang digunakan, hasil dari penelitian, dan segala dampak penelitian. Pokok-pokok inilah yang kemudian harus
dimasukkan dalam abstrak, tetapi juga harus tetap singkat. Normalnya 200 kata sudah lebih dari cukup, dan seringkali
abstrak ditampilkan dalam satu paragaraf.
Sambutan Kesuksesan proyek penelitian adalah bagian tidak terpisahkan dari pelayanan atau panduan dari individu
tertentu atau organisasi. Bila kita membuat studi yang melibatkan observasi kegiatan kelas di sekolah, kita
dapat menyampaikan penghargaan kepada guru yang setuju untuk mempersilakan kita masuk di kelas.
Sambutan tidak seharusnya diberikan kepada partisipan yang menginginkan namanya tidak disebutkan
(anonim), karena akan menyangkut masalah etika dan keselamatan partisipan.
Pembukaan Pembukaan mempunyai dua tujuan yaitu menyediakan gagasan untuk isi laporan, dan meyakinkan pembaca
bahwa ini adalah bacaan yang berharga. Gilbert (2001, hal.370) berkata bahwa pembukaan seharusnya :
Penting dan menunjukkan bagaimana pendekatan yang kita ambil dalam penulisan laporan lebih maju daripada
laporan riset yang sudah ada sebelumnya. Singkatnya tujuan dari bagian pembukaan adalah untuk membuat
pembaca ketagihan. Ini berarti mulai dari pengetahuan pembaca dan mengarahkan mereka untuk melihat bahwa
mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk membaca.
Pentingnya untuk memikat pembaca jangan ditekankan secara berlebihan. Adalah salah konsepsi untuk bila kita
mengira penelitian akan lebih mudah dibaca karena penting dan bermanfaat. Kita harus meyakinkan pembaca bahwa
tulisan laporan riset kita akan memperdalam pengetahuan mereka tentang topik yang kita angkat dan juga menyajikan
tulisan yang menarik.
Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka menyediakan pembenaran bagi riset, juga penilaian kritis dari latar belakang teoritis dimana
data akan dianalisis. Tinjauan pustaka membantu untuk memahami riset. Ini harus menghapus keraguan
mengapa penelitian harus dilakukan dan harus menunjukkan bahwa kita mengenal dengan terminologi dan teori
yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki.
Desain Riset : Metode Ketika menjelaskan metode kita perlu untuk memberikan detail yang cukup sehingga
pembaca bisa meniru desain penelitian kita (jika tidak hasil kita). Hal ini memungkinkan
pembaca untuk menegaskan reliabilitas penelitian. Dalam mengejar tujuan ini, unsur-unsur yang relevan
dari daftar berikut ini harus disertakan:
Siapa yang terlibat dalam penelitian ini:
peserta / organisasi, dan bagaimana ini telah
telah dipilih.
Bagaimana data yang telah dikumpulkan.
Bagaimana data telah dianalisis (pilihan uji statistik atau model analitis).
Setiap hambatan praktis yang harus diatasi, seperti akses untuk sampel atau
potensi kesenjangan dalam data.
Pertimbangan etis yang timbul dari penelitian.
Agar pembaca memiliki kepercayaan dalam penelitian dan interpretasi kita akan data dia harus diberi tahu
tentang bagaimana riset berkembang. Kita perlu bertanya apakah metode yang diterapkan telah tepat untuk
belajar kita. isu-isu kunci yang telah dibahas di seluruh buku ini dapat digunakan untuk
bentuk evaluasi metodologis kita. Ini termasuk:
• Validitas
• Refleksivitas
• Objektivitas
• Etika
Dalam penawaran evaluasi adalah penting untuk mengakui segala kekurangan
dalam desain. Jika penelitian kita sedang dibaca secara kritis oleh pembaca.
Kemungkinan masalah yang harus diperhatikan adalah:
1. Keterbatasan sampel dalam hal ukuran, kecepatan respon, dan keterwakilan.
Pendekatan sampling yang telah menghasilkan lebih sedikit peserta yang ditemukan
belum secepat yang diharapkannya, atau kembali rendah dari survei pos mengakibatkan kesulitan
ketika subbagian kecil menganalisis data.
2. Keandalan tindakan, misalnya ambigu pertanyaan dalam survei, atau waktu
peristiwa
3. Validitas indikator, misalnya di mana data sekunder telah digunakan dan
variabel yang berhubungan dengan tingkat kejahatan dianggap telah dianalisis sebagai
representasi kejahatan sebenarnya.
4. Implikasi etis, misalnya di mana data yang dikumpulkan dalam sebuah wawancara mendalam
berpotensi bisa mengungkapkan identitas yang diwawancarai, kutipan sangat sedikit yang
telah dimasukkan dalam analisis dan diskusi hasil.
Pernyataan hasil
Ketika menulis tentang data kita perlu memutuskan apakah akan menyajikan data dulu,
dan kemudian membahasnya di bagian berikutnya, atau menggabungkan diskusi kita dengan
presentasi hasil. Pilihan pertama memiliki keunggulan yang memungkinkan para pembaca
untuk menafsirkan data sendiri dan menarik kesimpulan sendiri tentang
implikasi dari hasil. Hal ini dapat menguntungkan, karena memungkinkan kita untuk membela
laporan terhadap kritik dari interpretasi yang terlalu subjektif. Jika kita asumsikan ini
pendekatan, data harus disajikan sedemikian rupa untuk menggambarkan hasil. Kualitatif
menyajikan data tantangan yang agak berbeda. Hasil dapat digambarkan dengan
mengacu pada bagian tertentu dari data yang mencerminkan perumusan masalah kita. Namun,
itu sangat tidak mungkin, karena bentangan data penelitian kualitatif
menghasilkan bahwa kita akan dapat menawarkan gambaran lengkap dari semua itu. Dalam memutuskan
apa yang termasuk dan apa yang tidak boleh, kita harus menerima bahwa kita memakai
subjektivitas. Tidak ada cara yang mudah di sekitar ini, semua dapat kita lakukan adalah mencoba untuk
memastikan
bahwa gambar seimbang data disediakan, dengan memilih data dari berbagai
peserta yang menyediakan pertimbangan dari perspektif yang saling bersaing, yang ditemukan dalam
data.
Diskusi Dengan asumsi bahwa kita telah memilih untuk memberikan gambaran deskriptif yang terpisah dari
data, diskusi memberikan kesempatan untuk merefleksikan data, perumusan masalah, dan kontekstualisasi
temuan dalam teori dari literatur.
Bagian ini harus paling mencerahkan. Diskusi sangat bergantung pada kemampuan untuk menghubungkan
penelitian kami dengan teori, seperti yang dibahas sebelumnya.
Kesimpulan Selain pengantar, kesimpulan sering menjadi bagian paling sulit dari
laporan untuk menulis. Ini menandakan akhir banyak kerja keras, jadi kita akan ingin mendapatkannya
benar. Hal ini juga, bersama dengan pengenalan dan abstrak, seringkali satu-satunya bagian dari
laporan yang akan dibaca. Kesimpulan yang harus menarik laporan dari
pertanyaan-pertanyaan berikut:
• Apa temuan utama penelitian ini?
• Bagaimana temuan ini duduk dalam konteks teori?
• Apa implikasi dari penelitian ini?
• Apa pelajaran yang dapat dipelajari dari pengalaman melakukan penelitian?
• Apa yang dapat dipelajari dari metode cara yang bekerja?
• Apa area yang terbuka untuk penelitian masa depan?
Referensi / bibliografi Sepanjang-menulis, kita akan membuat referensi ke sejumlah sumber.
Ini semua perlu untuk dimasukkan dalam daftar referensi. Ini dapat
masih dicantumkan sebagai daftar pustaka, karena menyediakan pembaca dengan daftar yang berguna
materi yang relevan.
Lampiran Lampiran harus hati-hati dan dipikirkan
relevan. Produk seperti copy dari kuesioner, jadwal wawancara, atau observasi
rencana adalah elemen yang berguna dari lampiran. tabel statistik dapat dikumpulkan bersama-sama
dalam lampiran, dengan hanya pilihan yang relevan dengan diskusi dibahas dalam
utama tubuh teks. Hal penting untuk diingat adalah bahwa lampiran harus
harus cross-referenced dalam teks. Lampiran hanya akan mengambil beberapa bentuk
informasi tambahan yang telah disertakan pada akhir untuk pada keluar laporan.
Referensi dan kutipan
Ada tiga pihak yang berkepentingan dengan
salam untuk referensi:
1. Pembaca - mengutip referensi mengarahkan pembaca ke sumber aslinya, karena itu
memungkinkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang penelitian dan pengembangan
ide. Tulisan kita mungkin mengandung asumsi berdasarkan teori didirikan. Itu
tidak cukup, namun hanya untuk mengasumsikan bahwa pembaca akrab dengan
tertentu teori dan sehingga dibutuhkan untuk menyediakan pembaca dengan cukup
informasi untuk memahami topik. Hal ini dapat dilakukan melalui literatur review, dan dengan menawarkan
petunjuk ke mana mereka dapat mengejar topik di lebih
mendalam melalui referensi kita.
2. Penulis - kita menunjukkan pengakuan kita dari karya yang lain individu,
apakah kita mendukung atau mengkritik itu. Hal ini dapat mengaktifkan konstruktif
dialog antara penulis. Selain itu, kadang-kadang ide mungkin
sudah menyuarakan begitu lancar itu akan tampak sia-sia untuk mencoba dan frase itu
berbeda. Dalam hal ini sangat berguna untuk langsung mengutip seorang penulis.
3. Diri kita sendiri - mengutip referensi tidak hanya untuk menambah kredibilitas pekerjaan kita, tetapi
juga dapat membantu untuk menghindari komplikasi hukum
Kapan sebaiknya Anda menyebutkan referensi? Ada dua faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan ketika harus mengutip referensi.
Pertama, kita perlu memutuskan pada tahap apa cocok untuk mengutip karya orang lain. Ini adalah sesuatu yang
akan sangat tergantung pada gaya kita sendiri. Selain memutuskan kapan saat yang tepat untuk mengutip
referensi, kita juga harus memutuskan kapan referensi itu diperlukan. Sebagai aturan umum, jika kita mengacu
kepada pekerjaan orang lain baik langsung atau tidak langsung, maka kita harus menyebutkan
referensi. Ketika kita melakukan penelitian tentang penyusunan teori, kita harus mengutip sumber teori ini.
Menempatkan referensi dalam konteks Memberikan titik acuan untuk pembaca juga sangat membantu dalam membantu eksplorasi lebih lanjut
topik, tapi akan sangat tidak biasa jika seorang pembaca berhenti di setiap kutipan menemukan
referensi relevan dan membaca tulisan yang relevan. Oleh karena itu tanggung jawab kita
untuk memperkenalkan kutipan dan menempatkannya dalam konteks yang masuk akal bagi pembaca.
Menempatkan sebuah frase dalam konteks yang salah dapat memberikan interpretasi yang sama sekali berbeda.
Demikian pula, statistik sangat terbuka untuk manipulasi dan keliru.
Sebagai penulis akademis, bukan wartawan, adalah kepentingan kita untuk memastikan bahwa kita tidak
melakukan hal ini.
Kita perlu menginformasikan pembaca dari setiap kemiripan atau
perbedaan dengan, antara konteks di mana penulis dikutip dan yang kita tulis.
Ketika menulis tentang budaya populer kontemporer kita mungkin ingin untuk memasukkan referensi
dari abad kesembilan belas yang relevan dengan argumen, tetapi penting untuk
mengakui sosial yang berbeda, politik, ekonomi, dan lingkungan budaya di
mana penulis menulis.
Ketika mengutip hasil penelitian, adalah sangat penting untuk memasukkan ringkasan
metode yang digunakan untuk menarik kesimpulan yang kita buat referensi.
Sistem referensi Setelah disusun mengapa kita harus mengutip referensi dan mengapa diperlukan, maka
penting bahwa kita melakukannya dengan cara yang konsisten dengan didirikan
pendekatan.
Contoh : Membuat referensi atas beberapa karya oleh pengarang yang sama
Hammersley, M. 1992a. On Feminist Methodology. Sociology, 26 (2), 187–206.
Hammersley, M. 1992b. What’s Wrong With Ethnography? London: Routledge.
Hammersley, M. and Atkinson, P. 1995. Ethnography: Principles in Practice, 2nd
edition. London: Routledge.
Hammersley, M. and Gomm, R. 1997. Bias in Social Research. Sociological
Research Online, [online], 2 (1). Available at
<http://www.socresonline.org.uk/2/1/2.html> [Accessed 20 June 2001].
Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan dari daftar referensi di atas. Pertama, sumber referensi di mana karya
Hammersley adalah pengarang tunggal ditulis terlebih dahulu sebelum karya dimana dia bergabung dengan
pengarang lainnya. Kedua, 2 sumber yang dipublikasi pada tahun 1992, diidentifikasi oleh huruf „a‟ dan „b‟
untuk membedakan. Daftar ini juga menunjukkan bagaimana buku-buku, artikel jurnal, dan referensi online
harus diformat. Yang umum dan ada pada semuanya adalah informasi dasar berkaitan dengan nama pengarang
dan tahun publikasi. Referensi utama adalah artikel jurnal dan termasuk nama artikel, juga nama jurnal.
Kemudian dinyatakan seri (volume) dan isu diikuti oleh halaman dimana artikel dapat ditemukan. Referensi
kedua dan ketiga adalah buku-buku, dimana judul dan lokasi dan nama perusahaan penerbitan dimasukkan.
Referensi terakhir adalah artikel online. Untuk artikel online, mengikuti prinsip yang sama dengan artikel cetak.
Tambahan alamat website setelah judul dimana artikel ditemukan dan tanggal mengaksesnya. Tanggal
mengakses adalah penting karena internet adalah media yang tidak konsisten. Halaman dapat tersedia atau
terputus dalam tempo tertentu. Judul seharusnya dicetak tebal, atau diberi garis bawah atau dicetak miring.
Rekomendasi Pustaka : Barthes, R. 1967. Elements of Semiology, trans. Annette Lavers and Colin Smith. London: Jonathan Cape.
Corbin, J. and Strauss, A. 1998. Basics of Qualitative Research: Techniques and Procedures for Developing Grounded Theory. London: Sage.
Dey, I. 1993. Qualitative Data Analysis: A User-Friendly Guide for Social Scientists. London: Routledge. Glaser, B. and Strauss, A. 1967. The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research. New York: Aldine. Salkind, N. 2003. Statistics for People Who (Think They) Hate Statistics. London: Sage. Silverman, D. 1998. Harvey Sacks: Social Science and Conversation Analysis. Oxford: Oxford University Press. Silverman, D. 2001. Interpreting Qualitative Data: Methods for Analysing Talk, Text and Interaction, 2nd edn. London: Sage. Wetherell, M., Taylor, S. and Yates, S. (eds) 2001. Discourse as Data: A Guide for Analysis. London: Sage.
Cuba, L. and Cocking, J. 1997. How to Write About the Social Sciences. Harlow: Longman. Day, A. 1996. How to Get Work Published in Journals. Aldershot: Gower. Gilbert, N. 2001.Writing About Social Research. In: N. Gilbert (ed.), Researching Social Life, 2nd edn. London: Sage. Hart, C. 2001. Doing a Literature Search: A Comprehensive Guide for the Social Sciences. London: Sage. Moxley, J. 1992. Publish, Don’t Perish: The Scholar’s Guide to Academic Writing and Publishing. London: Greenwood Press. Pryke, M., Rose, G., and Whatmore, S. (eds) 2003. Using Social Theory: Thinking Through Research. London: Sage. pp.125–82.