riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

23
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN UJI TOKSISITAS JENIS BAHAN PENCEMAR LIMBAH TAHU TERHADAP SUATU SPESIES HEWAN AIR TAWAR (IKAN) NAMA : RIANY ANDITA PUTRI K. NIM : J1C108005 KELOMPOK : 1 ASISTEN : SYAHIDIYATI PROGRAM STUDI BIOLOGI

Transcript of riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

Page 1: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

LAPORAN PRAKTIKUM

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

UJI TOKSISITAS JENIS BAHAN PENCEMAR LIMBAH TAHU

TERHADAP SUATU SPESIES HEWAN AIR TAWAR (IKAN)

NAMA : RIANY ANDITA PUTRI K.

NIM : J1C108005

KELOMPOK : 1

ASISTEN : SYAHIDIYATI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2010

Page 2: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai

yang mempunyai

nilai gizi yang tinggi. Menurut Soedarmo dan Sediaoetama dalam

Dhahiyat (1990), didalam 100 gram kedelai yang merupakan

bahan tahu, mengandung 35 gram protein, 18 gram lemak dan

10 gram karbohidrat, sedangkan dalam 100 gram tahu terdapat

7,8 gram protein, 4,6 gram lemak dan 1,6 gram karbohidrat.

Selain kandungan gizi yang tinggi, tahu juga mudah diperoleh

dengan harga yang terjangkau sehingga banyak diminati oleh

masyarakat baik kalangan atas maupun menengah ke bawah.

Hal tersebut memacu pesatnya perkembangan industri tahu.

Industri tahu saat ini telah menjadi salah satu industri rumah

tangga yang tersebar luas baik di kota-kota besar maupun kecil.

Dalam proses produksinya, industri tahu menghasilkan limbah

cair dan padat. Limbah padat berupa ampas tahu umumnya

telah dapat ditanggulangi dengan memanfaatkannya sebagai

bahan pembuatan oncom dan bahan makanan ternak.

Banyaknya jumlah industri tahu akan berpengaruh terhadap

jumlah limbah cair yang dihasilkan. Jumlah limbah cair tahu yang

melimpah jika tidak ditangani secara tepat maka dikhawatirkan

akan menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan perairan

di sekitar industri tahu. Limbah cair industri tahu dapat

menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena

mengandung polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil

penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di

dalam air limbah industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara

7.000 - 10.000 mg/L, serta mempunyai keasaman yang rendah

yakni pH 4-5. Jika ditinjau dari Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang

Page 3: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

baku mutu limbah cair, maka industri tahu memerlukan

pengolahan limbah.

Sebagian besar industri tahu mengalirkan langsung air

limbahnya ke saluran-saluran pembuangan, sungai ataupun

badan air penerima lainnya tanpa diolah terlebih dahulu,

sehingga limbah cair yang dikeluarkan seringkali menjadi

masalah bagi lingkungan sekitarnya (Rossiana, 2006).

Pencemaran terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu

apabila laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat

tersebut. Pencemaran merupakan penambahan bermacam-macam bahan sebagai

aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh

berbahaya terhadap lingkungan (Setiawan, 2001).

Pemantauan pencemaran di air dapat dilakukan secara biologi analisis

dengan hewan air dapat dilakukan dengan uji hayati atau dengan bioassay,

metabolism individu, dinamika populasi dan struktur populasi. Uji hayati adalah

menguji suatu senyawa beracun dengan menggunakan organisme hidup. Tujuan

dari uji hayati adalah untuk menentukan respon organisme terhadap besarnya

konsentrasi senyawa beracun (Mark, 1981).

1.2 Tujuan

Umum :

Memberikan bekal keterampilan ilmiah para mahasiswa FMIPA

Biologi-Kimia UNLAM dalam salah satu cara monitoring suatu jenis

pencemaran lingkungan.

Khusus :

Memberikan bekal keterampilan dalam menentukan toksisitas bahan

kimia atau pencemar terhadap suatu spesies hewan dan dalam memonitoring

efek bahan kimia pencemar tersebut terhadap kualitas lingkungan yang

bersangkutan.

Page 4: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah adalah bahan yang tidak diinginkan atau sisa dari suatu proses

produksi, atau dibuang dari pemukiman penduduk atau komunitas hewan. Limbah

juga merupakan sesuatu benda yang mengandung zat yang bersifat

membahayakan bagi kehidupan manusia, hewan,serta lingkungan, dan umumnya

muncul karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi (UU RI No.23

tahun 1997 pasal 1). Secara umum limbah dibagi 2 yaitu:

a) Limbah ekonomis, yaitu limbah yang dapat dijadikaan produk sekunder untuk

produk yang lain dan atau dapat mengurangi pembelian bahan baku.

b) Limbah non ekonomis, yaitu limbah yang dapat merugikan dan membahayakan

serta menimbulkan pencemaraan lingkungan.

Berdasar bentuknya limbah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a) Limbah cair

b) Limbah gas

c) Limbah padat

Bila zat toksik ini masuk ke dalam tubuh, dan menimbulkan efek, maka

hal ini yang dikatakan sebagai keracunan atau dengan kata lain adalah keadaan

tidak normal akibat efek racun karena kecelakaan, bunuh diri, tindak kriminal,

jabatan. Efek keracunan yang terjadi dapat bersifat akut, sub-akut, kronis, delayed.

Hal ini ditentukan oleh waktu, lokasi organ (lokal/sistemik). Kemampuan racun

untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ

yang rentan disebut toksisitas.

Page 5: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan

tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk

pemantauan rutin suatu limbah. Yang dimaksud dengan LC-50 (Median

Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian

sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan

perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC-50-48 jam, LC

50-96 jam (Dhahiyat dan Djuangsih, 1997) sampai waktu hidup hewan uji.

Suatu variasi dari LD50 adalah LC50 yaitu konsentrasi bahan yang

menyebabkan kematian 50% organisme yang terpapar. Parameter ini sering

digunakan jika suatu organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan tertentu

dalam air atau udara yang dosisnya tidak diketahui. Dalam hal ini waktu

pemaparan dan konsentrasi harus dinyatakan dengan jelas.

Pelaksanaan uji toksisitas suatu bahan uji dapat dilakukan menggunakan

salah satu dari empat cara berikut (Tandjung,1995):

a. Teknik statik ; larutan atau media uji ditempatkan pada satu bejana uji dan

digunakan selama waktu uji tanpa diganti.

b. Teknik resirkulasi ; larutan atau media uji tidak diganti selama waktu uji namun

diresirkulasi dari satu bejana uji ke bejana lain kembali ke bejana uji dengan

maksud memberikan aerasi, filtrasi dan atau sterilisasi.

c. Teknik diperbaharui ; setiap 24 jam hewan uji dipindahkan ke larutan uji yang

baru dan sama serta tetap konsentrasinya dengan larutan sebelumnya.

d. Teknik mengalir ; larutan uji dialirkan masuk maupun keluar ke dan dari bejana

uji selama masa uji.

Untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan dengan masa pajanan

penelitian toksikologi menurut Frank C. Lu (1995) dibagi dalam :

1. Uji toksisitas akut, dilakukan dengan memberikan zat toksik yang sedang diuji

sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas jangka pendek (penelitian sub akut atau sub kronik), dilakukan

dengan memberikan bahan toksik berulang-ulang biasanya setiap hari atau lima

kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10 % dari masa hidup hewan.

Page 6: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

3. Uji toksisitas jangka panjang, dilakukan dengan memberikan zat kimia

berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya

sebagian dari masa hidupnya.

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan

warna, bau dan rasa

2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat

kimia yang terlarut, perubahan pH

3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

Penyelidikan tentang hubungan antara dosis (atau konsentrasi) dan kerja

suatu obat dapat dilakukan dengan 2 cara : Menguji frekuensi efek yang timbul

pada satu kelompok objek percobaan dengan mengubah-ubah dosis (Hubungan

dosis-reaksi, “doseresponse relation”) atau dengan mengubah-ubah dosis,

mengukur intensitas kerja pada satu objek percobaan (Hubungan dosis-kerja,

“dose effect relation”). Dalam hal pertama, jumlah objek percobaan yang

menunjukkan efek tertentu akan bertambah sampai maksimum, dalam hal kedua,

intensitas efek yang bertambah.

Hubungan dosis dan respon dituangkan dalam bentuk kurva dimana

kurvanya sudah tipikal sigmoid. Semakin banyak jumlah hewan uji dan rentang

dosisnya, kurva sigmoid akan lebih teramati. Dosis yang terendah menyebabkan

kematian hewan uji sebesar 1%. Kurva sigmoid distribusi normal seperti ini

menunjukkan respon 0% pada dosis yang rendah dan respon sebesar 100% pada

dosis yang meningkat tetapi respon tersebut tidak akan melebihi rentang 0– 100

%.

Page 7: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx
Page 8: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Jum’at, 22-29 Oktober 2010 pukul 16.00-

18.00 WITA bertempat di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan UNLAM.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum kali ini yaitu bak

penampungan untuk aklimatisasi hewan uji, bejana untuk penelitian dari gelas,

alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran kualitas air, dan alat-alat untuk

pengumpul data.

Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini yaitu air uji,

limbah tahu 12 L dengan konsentrasi 5%, 10% dan 20%, dan hewan uji yaitu

Oreochromis nilotica.

3.3 Prosedur Kerja

1. Hewan uji yang akan digunakan dalam praktikum terlebih dahulu dipelihara

dalam kondisi laboratorik selama 2-3 hari.

2. Diisi masing-masing 4 buah akuarium dengan air uji sebanyak 30 liter air.

3. Dimasukkan hewan uji masing-masing 10 ekor ke dalam 4 akuarium dan

diaklimatisasi beberapa menit.

4. Diukur pH, temperature, warna, dan bau air sebelum dimasukkan limbah

tahu.

5. Dimasukkan limbah tahu dengan konsentasi sebagai berikut :

a. Akuarium I : 0% (kontrol)

b. Akuarium II : 5% (1,5 L limbah tahu)

c. Akuarium III : 10% (3 L limbah tahu)

d. Akuarium IV : 20% (6 L limbah tahu)

6. Diukur pH, temperature, warna, dan bau air setelah dimasukkan limbah

tahu.

7. Diamati efek sublethal yang meliputi :

Page 9: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

a. Pola pergerakan ikan dan dibandingkan dengan control

b. Perubahan struktur chromatophora dan guanophora pada squama

c. Perubahan morfologis lain yang terlihat seteliti mungkin

d. Kandungan hematologis

8. Diamati mortalitas hewan uji dan dianalisis dengan analisis regresi linier

pada waktu-waktu 0, 24, 48, 72, dan 96 jam atau lebih setelah perlakuan.

Page 10: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Parameter lingkungan & aktivitas ikan sebelum dan sesudah

dimasukkan limbah tahu

Parameter Dosis0% 5% 10% 20%

Sebelum Warna Jernih Jernih Jernih JernihSuhu 28oC 27oC 27oC 27oCpH 8,5 8,5 8,5 8,5Bau Tidak

berbauTidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Pergerakan Ikan

Tenang Tenang Tenang Tenang

Sesudah Warna Jernih Keruh Lebih keruh

Sangat Keruh

Suhu 26oC 26oC 26,5oC 26,5oCpH 8,5 6 5,5 5Bau Tidak

berbauAgak asam Asam Sangat Asam

Pergerakan Ikan

Tenang Tenang Aktif Sangat Aktif (ikan meloncat-

loncat kepermukaan)

Tabel 2. Perhitungan LD-70

Dosis

(g/100

mL)

n Jumlah

mati

Hidup a b a+b Ratio

kematian

(a/a+b)

%

Kematian

0% 10 2 8 2 14 16 0,125 12,5

5% 10 4 6 6 6 12 0,5 50

10% 10 10 0 16 0 16 1 100

20% 10 10 0 26 0 26 1 100

Jarak proporsional : 70 %−(% ) terdekat yg lebih rendah

(% ) yg lebih tinggi terdekat−(% ) terdekat lebih rendah

:70−50

100−50 =

2050

= 0,4

Dosis : log (0,10/0,05) = log 2 = 0,301

Page 11: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

Dosis di atas 70% : 0,4 x 0,301 = 0,1204

Dosis di bawah 70% : log 0,05 = -1,301

-1,1806

LD 70 : antilog (-1,1806) = 0,0659 g/100 mL atau 0,066 g/100 mL

Grafik perbandingan antara konsentrasi senyawa dengan % kematian

4.2 Pembahasan

Pada praktiukum ini ikan yang digunakan adalah ikan Nila (Oreochromis

nilotica), yang mempunyai daya tahan rendah. Ikan-ikan yang digunakan dalam

uji biologi harus dipelihara di dalam laboratorium atau tempat uji sebelum

digunakan untuk bioassay, proses ini dinamakan aklimatisasi untuk penyesuaian

dengan lingkungan. Adapun klasifikasi dari ikan nila adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Acanthopterigii

Ordo : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis nilotica

Ikan nila yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan nila

anakan yang berukuran 3 sampai 5 cm. Sebelum ikan di gunakan

+

0 5 10 15 20 250

20

40

60

80

100

120

% konsentrasi senyawa

% k

emat

ian

Page 12: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

sebagai hewan percobaan dalam akuarium uji, dilakukan proses

aklimatisasi. Ikan nila dari kolam budidaya yang masih berada di

dalam plastik oksigen diletakkan di dalam bak aklimatisasi,

proses ini bertujuan untuk menyamakan suhu air dalam plastik

dengan suhu air di dalam bak, setelah terbentuk uap dalam

plastik, ikat plastik dibuka secara perlahan kemudian dibiarkan

hingga ikan keluar dengan sendirinya ke dalam bak aklimatisasi,

tujuannya agar ikan dapat lebih mudah beradaptasi dengan

lingkungan laboratorium sebelum digunakan sebagai hewan uji.

Akuarium yang akan digunakan sebagai tempat untuk

menguji toksisitas limbah masing-masing diisi dengan 30 liter air,

kemudian ke dalamnya dimasukkan 10 ekor ikan nila, kembali

dilakukan aklimatisasi ikan dalam akuarium selama 10 menit

baru kemudian ditambahkan limbah tahu dengan konsentrasi

yang berbeda. Akuarium 1 berfungsi sebagai kontrol, akuarium 2

ditambah limbah tahu dengan konsentrasi 5% yaitu sebanyak 1,5

Lt, akuarium 3 ditambah limbah tahu dengan konsentrasi 10%

yaitu sebanyak 3 Lt, sedangkan akuarium 4 diberi limbah tahu

dengan konsentrasi 20% yaitu sebanyak 6 Lt.

Tahu diperoleh melalui proses penggumpalan

(pengendapan) protein susu kedelai. Menurut Nuraida (1985),

bahan penggumpal yang lazim digunakan ialah batu tahu atau

cioko (CaSO4), asam cuka (CH3COOH), dan MgSO4. Menurut

PPRI No.82 tahun 2001, di dalam limbah cair tahu terdapat

komponen sebagai berikut (Tabel 1).

Page 13: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan

mengekstrak protein, kemudian mengumpulkannya, sehingga

terbentuk padatan protein. Pada pengolahan tahu diperlukan air

yang banyak, karena hampir semua tahap pada pembuatan tahu

memerlukan air. Hasil sampingan dari proses pembuatan tahu

yaitu “Whey”, berupa cairan dan ampas tahu berupa padatan.

Pengamatan pertama dilakukan sebelum limbah tahu

dimasukkan dalam akuarium, dengan megukur parameter-

parameter fisik seperti suhu, bau, kekeruhan dan pH, serta

pengukuran biologi berupa pergerakan ikan. Suhu diukur dengan

menggunakan termometer, hasil pengukuran untuk tiap

akuarium secara berurutan adalah 28˚C, 27˚C, 27˚C, dan 27˚C.

Untuk pengukuran kekeruhan, menunjukkan hasil yang sama

yaitu jernih, pada pengukuran bau hasilnya untuk akuarium I, II,

III dan IV adalah tidak berbau. Sedangkan untuk pengukuran pH

didapat hasil secara berturut-turut untuk akuarium I-IV adalah

sama yaitu 8,5. Pengukuran biologi berupa pergerakan ikan

dalam air menunjukkan hasil ikan bergerak dengan tenang.

Pengamatan fisik dan biologi selanjutnya dilakukan 30

menit setelah limbah tahu dimasukkan dalam akuarium, dari

hasil pengukuran suhu di dapat hasil secara berturut-turut untuk

akuarium Idan II adalah 26˚C, sedang akuarium III dan IV adalah

26,5˚C. Hasil untuk pengukuran kekeruhan adalah akuarium I

jernih, akuarium II keruh, akuarium III lebih keruh dari akuarium

II, sedang akuarium IV sangat keruh. Kemudian hasil

pengamatan bau di dapat akuarium I tidak berbau, akuarium II

berbau agak asam, akuarium III asam, dan akuarium IV sangat

asam. Hasil pengukuran pH untuk akuarium I-IV secara berturut-

turut adalah 8,5; 6; 5,5; dan 5. Sedangkan untuk pengukuran

parameter biologi berupa pergerakan ikan dalam air didapat

hasil akuarium I tenang, akuarium II tenang, akuarium III aktif,

Page 14: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

dan akuarium IV sangat aktif (ikan melompat-lompat ke

permukaan air).

Organisme yang hidup di lingkungan yang tercemar bisa bertahan, tetapi

mengalami berbagai tingkat kerusakan alat atau sistem organ. Tingkat kerusakan

alat atau sistem organ pada organisme menjadi semakin parah pada konsentrasi

pencemar yang semakin tinggi, oleh karena itulah organisme yang dapat

memberikan petunjuk keadaan kualitas lingkungan dijadikan bioindikator atau

indikator biologi. Tetapi biasanya tidak semua organisme yang berada di

lingkungan yang tercemar dapat bertahan hidup atau dengan kata lain ada

sebagian yang mati. Dalam percobaan ini ikan Nila sebagai bioindikator,

sedangkan uji toksisitas yang dilakukan adalah toksisitas akut karena uji

dilakukan dengan lama waktu uji hanya sampai empat hari dihitung dengan jam

selama 96 jam, tidak sampai mencapai satu generasi organisme.

Ditentukan berapa persen dari suatu populasi (misalnya, pada sekelompok

hewan percobaan) memberikan reaksi efek tertentu terhadap dosis tertentu dari

satu zat. Banyaknya individu yang menunjukkan efek ini dengan demikian

merupakan fungsi dosis. % individu yang memberi reaksi digambarkan secara

linear terhadap dosis. Pada kurva demikian, dosis yang menyebabkan 50%

individu memberikan reaksi, digunakan sebagai besaran bagi aktivitas (ED50) atau

letalitas (kematian) (LD50) dari senyawa yang diperiksa. Kurva dosis-reaksi,

artinya hubungan antara % individu yang diperiksa, yang memberikan suatu efek

pada dosis tertentu, dan dosis (digambarkan secra linear).

Pengamatan dilakukan selama 4 hari (96 jam), hasil pengamatan terakhir

didapat hasil jumlah ikan yang mati pada akuarium I berjumlah 2 ekor, akuarium

II 4 ekor, akuarium III 10 ekor dan akuarium IV 10 ekor. Dari hasil tersebut dapat

ditentukan Lethal Dose 70 (LD70), dengan menentukan % kematian ikan per

dosis yang diberikan. Pada uji toksisitas limbah tahu di dapat LD70 berada

diantara dosis 5% dan 10% yaitu 0,066 g/100 mL yang artinya pemberian dosis

tersebut dapat mematikan 70% organisme di lingkungan tersebut. Hal yang sama

juga terjadi pada pemberian limbah detergent, dimana LD70 juga berada antara

dosis 5% dan 10%. Hal ini menunjukkan bahwa limbah industri dan limbah

Page 15: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

rumah tangga yang tidak dikelola dengan bijak dapat merusak ekosistem di

sekitarnya.

Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang

akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik

sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat

mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan

berakhir pada pH yang rendah.

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri

tahu pada umumnya sangat tinggi. Semakin lama jumlah bahan organik ini

semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena

beberapa zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu

tersebut. Banyaknya limbah cair yang dihasilkan dikhawatirkan

akan mencemari lingkungan perairan di sekitar industri tahu

sehingga terjadi penurunan kualitas air di perairan tersebut. Oleh

karena itu menurut hasil penelitian Dhahiyat (1990), diperlukan

suatu upaya untuk menanggulangi permasalahan limbah cair

tahu agar kualitas perairan pun dapat terjaga dengan cara

mengencerkan limbah tersebut. Sebelum dibuang ke perairan

umum terlebih dahulu limbah dimasukkan ke kolam yang

ditanami eceng gondok yang memanfaatkan tingginya

kandungan hara limbah tersebut.

Page 16: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa:

1. Dari data yang didapat LD70 limbah tahu berada pada konsentrasi 5%-

10%, yaitu 0,066 g/100 mL yang artinya pemberian dosis tersebut dapat

mematikan 70% organisme di lingkungan tersebut.

2. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya

proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Sedangkan limbah

tahu yang bersifat asam akan menambah jumlah nitrogen perairan

sehingga dapat membahayakan ekosistem perairan.

3. Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri

tahu pada umumnya sangat tinggi. Semakin lama jumlah bahan

organik ini semakin banyak, dalam hal ini akan menyulitkan

pengelolaan limbah, karena beberapa zat sulit diuraikan oleh

mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut.

4. Diperlukan suatu upaya untuk menanggulangi

permasalahan limbah cair tahu agar kualitas perairan pun

dapat terjaga dengan cara mengencerkan limbah

tersebut.

5.2 Saran

Sebaiknya asisten lebih teliti dalam prosedur percobaan, sehingga tidak

didapatkan kekeliruan, yang nantinya akan berpengaruh terhadap data yang

didapatkan.

Page 17: riHe_Toksisitas limbah tahu.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dhahiyat, Y dan Djuangsih. 1997. Uji Hayati (Bioassay); LC 50 (Acute Tixicity Tests) Menggunakan Daphnia dan Ikan. PPSDAL LP UNPAD. Bandung

Lu, Frank. C.1995. Toksikologi Dasar, Asas, Organ, Sasaran, dan Penilaian Resiko. Universitas Indonesia Press : Jakarta

Mark, Jr.H.B. 1981. Water Quality Measurement The Modern Analytical Techniques. Departments of Chemistry of Cincinate. Ohio

Rossiana, Nia. 2006. UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR TAHU SUMEDANG TERHADAP REPRODUKSI Daphnia carinata KINGhttp :// pustaka.unpad.ac.idwpcontentuploads200904uji_toksisitas_limbah_cair_tahu_sumedang.pdf uji_toksisitas_limbah_cair_tahu_sumedangDiakses tanggal 4 November 2010

Setiawan, Hendra. 2001. Pengertian Pencemaran Air Dari Perspektif Hukumhttp://www.menlh.go.id/airnet/Artikel01.htmDiakses tanggal 4 November 2010

Tandjung, HSD. 1995. Toksikologi Lingkungan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta