Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

39
Makalah MANAJEMEN KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU Oleh: Rian Apriza 080100387 Pembimbing: Dr. Syahrial Anas, MHA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/ ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN

description

fhjh

Transcript of Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Page 1: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Makalah

MANAJEMEN KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU

Oleh:

Rian Apriza

080100387

Pembimbing:

Dr. Syahrial Anas, MHA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/

ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 2: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, makalah

dengan judul “Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru” dapat diselesaikan tepat

waktu.

Penulisan ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,

untuk itu terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan

masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun atas makalah ini dengan

senang hati penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan

yang diperbuat dan semoga penyusun dapat membuat makalah yang lebih baik di

kemudian hari.

Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca.

Medan, November 2013

Penyusun

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara i

Page 3: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II ISI........................................................................................................ 3

2.1. Tuberkulosis.............................................................................................. 3

2.1.1. Definisi............................................................................................ 3

2.1.2. Epidemiologi.................................................................................... 3

2.1.3. Etiologi............................................................................................ 4

2.1.4. Patogenesis...................................................................................... 5

2.1.5. Manifestasi Klinis............................................................................ 6

2.1.6. Diagnosis......................................................................................... 7

2.1.7. Penatalaksanaan................................................................................ 7

2.2. Program Pencegahan Tuberkulosis............................................................ 12

2.3. Program Penanggulangan Tuberkulosis.................................................... 14

2.3.1. Visi dan Misi.................................................................................... 15

2.3.2. Tujuan dan Sasaran.......................................................................... 16

2.3.3. Kebijakan......................................................................................... 16

2.3.4. Strategi Nasional Program Tuberkulosis di Indonesia 2010-2014. . 17

2.3.5. Kegiatan........................................................................................... 18

2.3.6. Organisasi Pelaksanaan................................................................... 19

BAB III PENUTUP......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ii

Page 4: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan penyakit infeksi kronis

menular yang menjadi masalah kesehatan dan perhatian dunia. Diperkirakan

sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Ada beberapa hal yang

menjadi penyebab semakin meningkatnya penyakit TB paru di dunia antara lain

karena kemiskinan, maningkatnya penduduk dunia, perlindungan kesehatan yang

tidak mencukupi, kurangnya biaya untuk berobat, serta adanya epidemi HIV

terutama di Afrika dan Asia. Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat

dari beban TB paru global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Jumlah

penderita TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah penderita TB

dunia.1

Bakteri Mycobacterium tuberculosis menyerang sebagian besar perempuan

usia produktif (15-50). Penyebab kematian perempuan akibat TB paru lebih

banyak dari pada akibat kehamilan, persalinan dan nifas.2

Laporan TB dunia oleh WHO tahun 2006, pernah menempatkan Indonesia

sebagai penyumbang terbesar nomor tiga di dunia setelah India dan Cina dengan

jumlah kasus baru sekitar 539.000 jiwa dengan jumlah 101.000 jiwa per tahun.

Sedangkan pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke lima di dunia

setelah India, Cina, South Afrika dan Nigeria dengan jumlah prevalensi

285/100.000 penduduk (Sepertiga dari jumlah tersebut terdapat di sekitar

Puskesmas, pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktik swasta

dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.1

Di Sumatera Utara pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 14.158 orang

penderita TB Paru dan 264 orang diantaranya meninggal dunia. Sebagian besar

penderita TB Paru tersebut berusia 17 – 54 tahun (kelompok usia produktif)

dengan persentase jumlah mencapai 70%. Seorang penderita dengan BTA positif

dapat menularkan kepada 10 – 15 orang setiap tahunnya. Kondisi ini

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 1

Page 5: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

menyebabkan tingginya angka penderita TB Paru di Sumatera Utara. Sedangkan

prevalensi TB di kota medan pada tahun 2008 sebanyak 30.74%.1

Untuk menanggulangi kasus TB Paru di Indonesia pada tanggal 24 Maret

1999 mencanangkan dimulainya Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB

(Gerdunas TB) sebagai wahana untuk pemberantasan TB Paru. Penanggulangan

TB Paru dilaksanakan dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse

(DOTS) atau pengawasan langsung menelan obat, yang dilaksanakan di

puskesmas juga melibatkan rumah sakit. DOTS adalah strategi program

pemberantasan tuberkulosis paru yang direkomendasikan oleh WHO tahun 1995.2

BAB II

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2

Page 6: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

ISI

2.1. Tuberkulosis

2.1.1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis complex. Suspek TB adalah seseorang dengan gejala

atau tanda TB. Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari dua

minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) ada

atau tidak gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat

malam dam mudah lelah. Kasus TB pasti adalah pasien TB dengan ditemukan

Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasikan dari spesimen klinik

dan kultur.3

2.1.2. Epidemiologi

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh

Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB

baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB

dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.

Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian

karena kehamilan, persalinan dan nifas.2

Gambar 2.1. Angka Insidens TB didunia (WHO, 2009).2

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 3

Page 7: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara

ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan

kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada

kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia

meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.

Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya

secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Pada tahun 1990-an,

situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak

yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan

dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi

hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan

dunia (global emergency).2

2.1.3. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Morfologi dan identifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Bentuk.

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok

dengan ukuran 0,2- 0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk

identifikasi bakteri tahan asam.

2. Penanaman.

Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu

bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh

pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C. Medium padat yang biasa dipergunakan

adalah Lowenstein-Jensen. pH optimum 6,4-7,0.

3. Sifat-sifat.

Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20

menit. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam

dahak dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat

bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8

bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Myko

bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%,

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 4

Page 8: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh

jodium tincture dalam 5 menit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10

menit.4

2.1.4. Patogenesis

M. tuberculosis umumnya ditularkan secara langsung melalui percikan

dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan yang mengandung kuman TB, terhisap

oleh orang yang sehat melalui jalan napas dan kemudian berkembang biak di paru.

Dapat juga terjadi secara tidak langsung bila dahak yang dibatukkan penderita ke

lantai atau tanah kemudian mengering dan menyatu dengan debu, lalu

beterbangan di udara, bila terhisap orang sehat akan dapat menjadi sakit.

Berdasarkan cara penularan ini, TB paru juga dimasukkan dalam golongan

airborne disease. Ada sebanyak 3000 nuclei infeksius per batukan. Droplet yang

terkecil (<5-10mm dalam diameter) dapat bertahan tersuspensi di udara selama

beberapa jam dan mencapai aliran udara terminal ketika terinhalasi. Resiko

penularan dari pasien sumber infeksi ke penjamu dihubungkan dengan konsentrasi

potensial dari basil yang hidup terus di ruang udara. Risiko penularan menjadi

lebih besar pada ruangan yang kekurangan volume udara, udara segar, dan cahaya

alami atau cahaya ultraviolet.5

Selanjutnya, dikenal empat fase dalam perjalanan penyakitnya. Pertama

adalah fase TB primer. Setelah masuk ke paru, basil berkembang biak tanpa

menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini disebut afek primer.

Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe di hilus paru dan menyebabkan

limfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya granuloma sel

epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar limfe hilus. Afek

primer dan limfadenitis regionalis ini disebut kompleks primer yang bisa

mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, atau membentuk

fibrosis dan kalsifikasi.5

Sekalipun demikian, kompleks primer dapat mengalami komplikasi berupa

penyebaran milier melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus.

Penyebaran milier menyebabkan TB di seluruh paru-paru, tulang, meningen, dan

lain-lain, sedangkan penyebaran bronkogen langsung ke bronkus dan bagian paru,

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 5

Page 9: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

dan menyebabkan bronkopneumonia tuberkulosis. Penyebaran hematogen itu

bersamaan dengan perjalanan TB primer ke paru merupakan fase kedua. Infeksi

ini dapat berkembang terus, dapat juga mengalami resolusi dengan pembentukan

jaringan parut dan basil selanjutnya mengalami dormansi.5

Fase dengan kuman yang tidur/dorman ini yang disebut fase laten, fase

ketiga. Basil yang dorman ini bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba

fallopii, otak, kelenjar limfe hilus dan leher, serta di ginjal. Kuman ini bisa tetap

tidur selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup (infeksi laten), tetapi bisa

mengalami reaktivasi bila terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,

misalnya pada tindakan bedah besar, atau pada infeksi HIV.5

Fase keempat, dapat terjadi didalam atau luar paru. Dalam perjalanan

selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh dengan meninggalkan

fibrosis dan kalsifikasi, membentuk kavitas (kaverne), bahkan dapat menyebabkan

bronkiektasis melalui erosi bronkus.5

2.1.5. Manifestasi Klinis6

Gambaran klinis klasik terkait dengan TB paru aktif adalah sebagai berikut:

Batuk

Berat badan menurun / anoreksia

Demam

Berkeringat di malam hari

Hemoptisis

Nyeri dada

Kelelahan

Nyeri dada pada pasien dengan TB juga dapat diakibatkan dari TB perikarditis

akut. TB perikardial dapat menyebabkan tamponade jantung atau konstriksi.

Orang tua dengan TB mungkin tidak menimbulkan tanda-tanda khas dan gejala

infeksi TB, karena pada orang tua mungkin tidak meningkatkan respon kekebalan

tubuh yang baik. Infeksi TB aktif dalam kelompok usia ini dapat bermanifestasi

sebagai nonresolving pneumonitis.

2.1.6. Diagnosis2

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 6

Page 10: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Diagnosis TB paru

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya

kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan

lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai

penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto

toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada

TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.

Diagnosis TB ekstra paru

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk

pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran

kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang

belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan

atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.

2.1.7. Penatalaksanaan2

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Jenis , sifat dan dosis OAT yang akan dijelaskan pada bab ini adalah yang

tergolong pada lini pertama. Secara ringkas OAT lini pertama dijelaskan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Pengelompokan OAT

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 7

Page 11: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Tabel 2.2. Jenis, Sifat, dan Dosis OAT lini pertama

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam

jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan

gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis

Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan

langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas

Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 8

Page 12: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian

Tuberkulosis di Indonesia:

o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

o Kategori Anak: 2HRZ/4HR

o Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di

Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,

Capreomisin,Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS,

serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini

terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya

disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu

paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak.

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 9

Page 13: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,

Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan

OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien

yang mengalami efek samping OAT KDT.

Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,

dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)

pasiendalam satu (1) masa pengobatan.

KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin

efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.

3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat

menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT lini pertama dan peruntukannya.

a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

Pasien baru TB paru BTA positif.

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

Pasien TB ekstra paru

Tabel 2.3. Dosis untuk panduan OAT KDT untuk Kategori 1

Tabel 2.4. Dosis panduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 10

Page 14: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati

sebelumnya:

Pasien kambuh

Pasien gagal

Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)

Tabel 2.5. Dosis untuk panduan OAT KDT Kategori 2

Tabel 2.6. Dosis panduan OAT Kombipak untuk Kategori 2

Catatan:

Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk

streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 11

Page 15: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan

khusus.

Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan

menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml.

(1ml = 250mg).

c. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif

kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel 2.7. Dosis KDT untuk Sisipan

Tabel 2.8. Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan

Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru

tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada

OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko

resistensi pada OAT lini kedua.

2.2. Program Pencegahan Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menyebar melalui udara dan

transmisi pada dasarnya dapat dicegah melalui ventilasi yang memadai dan kontak

terbatas dengan pasien tuberkulosis.7

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 12

Page 16: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Banyak orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Mtb) tidak

sakit atau menyebarkan bakteri kepada orang lain - ini dikenal sebagai TB laten.

Di Amerika Serikat dan banyak negara lain, penyedia layanan kesehatan mencoba

untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi Mtb sedini mungkin, sebelum

mereka maju dari laten untuk TB aktif.7

Beberapa orang yang berrisiko tinggi untuk mengembangkan TB aktif adalah:

Orang dengan infeksi HIV

Orang yang terinfeksi bakteri TB dalam 2 tahun terakhir

Bayi dan anak-anak

Orang yang menggunakan suntikan obat-obatan terlarang

Orang yang sakit dengan penyakit lain yang mengakibatkan sistem

kekebalan tubuh menurun

Orang tua

Orang-orang pernah menderita TB sebelumnya dan tidak di obati secara

tepat.7

Orang-orang dalam kelompok berisiko tinggi dapat ditangani dengan obat

untuk mencegah penyakit TBC aktif dan harus berkonsultasi dengan penyedia

layanan kesehatan untuk menentukan pengobatan yang tepat.8

Untuk menghindari infeksi TB aktif :

Jangan menghabiskan waktu yang lama di tempat yang pengap atau kamar

tertutup dengan siapa saja yang memiliki TB aktif sampai orang yang

telah dirawat selama minimal 2 minggu.

Gunakan upaya perlindungan seperti masker wajah.

Jika tinggal dengan seseorang yang memiliki TB aktif, maka berikan

batuan dan dorongan agar orang tersebuat mau untuk mengikuti

pengobatan.8

Di beberapa bagian dunia di mana penyakit ini umum, Organisasi

Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa bayi akan mendapat vaksin BCG

(Bacille Calmette-Guerin). BCG cukup efektif untuk melindungi anak-anak kecil

dari komplikasi TB berat. Vaksin ini tidak cukup baik untuk melindungi orang

dewasa dengan TB paru, karena TB paru merupakan bentuk TB yang paling

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 13

Page 17: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

mudah menyebar ke orang lain.7 BCG saat ini tidak dianjurkan untuk bayi di

Amerika Serikat karena risiko terkena TB di Amerika Serikat rendah, vaksin yang

tidak efektif pada orang dewasa, dan vaksin BCG dapat menyebabkan tes

tuberkulin kulit untuk menunjukkan infeksi TB bahkan jika seseorang tidak

terinfeksi TB. Hal ini mempersulit penggunaan tes tuberkulin kulit untuk

memeriksa orang-orang yang terinfeksi TB.8

2.3. Program Penanggulangan Tuberkulosis2

Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak

zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah

perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru

Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui

Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalahpaduan standar

INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para Amino Acid

(PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan

OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Ethambutol selama 6

bulan.

Pada tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai

menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak

tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK terutama

Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.

Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat Indonesia, antara lain:

Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-5 di dunia

setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria (WHO,2009).

Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah

pasien TB didunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan

kematian 62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per

100.000 penduduk.

Pada tahun 2009, prevalensi HIV pada kelompok TB di Indonesia sekitar

2,8% kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 14

Page 18: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

resistance = MDR) diantara kasus TB baru sebesar 2%, sementara MDR

diantara kasus pengobatan ulang sebesar 20% (WHO, 2009).

Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan

bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah

penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua

kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi.

Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa

angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000

penduduk. Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia

dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1) wilayah Sumatera angka

prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk; 2) wilayah Jawa dan

Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk; 3) wilayah

Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk.

Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per

100.000 penduduk. Mengacu pada hasil survey prevalensi tahun 2004,

diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 %

setiap tahunnya.

Sampai tahun 2009, program Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS

menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit umum, Balai

Kesehatan Paru Masyarakat mencapai sekitar 30%.

2.3.1. Visi dan Misi

a. Visi

Menuju masyarakat yang bebas masalah TB, sehat, mandiri, dan

berkeadilan.

b. Misi

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan

masyarakat madani dalam penanggulanan TB

Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu,

dan berkeadilan.

Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya penanggulangan TB.

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 15

Page 19: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Menciptakan tata kelola program Tb yang baik.

2.3.2. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat TB dalam rangka

pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat

masyarakat.

b. Sasaran

Sasaran strategi nasional pengendalian TB ini mengacu pada rencana

strategis kementerian kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu

menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per

100.000 penduduk.

Sasaran keluaran adalah: (1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru

(BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan

prosentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif mencapai

88%; (3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai

50%; (4) meningkatkan prosentase provinsi dengan keberhasilan pengobatan di

atas 85% dari 80% menjadi 88%.

2.3.3. Kebijakan

a. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas

desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan Kabupaten/kota sebagai

titik berat manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana,

tenaga, sarana dan prasarana).

b. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS dan

memperhatikan strategi Global Stop TB partnership.

c. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerah

terhadap program pengendalian TB.

d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap

peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 16

Page 20: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah

terjadinya MDR-TB.

e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan

oleh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes), meliputi

Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah Balai/Klinik Pengobatan, Dokter

Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas kesehatan lainnya.

f. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan

kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan

masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB

(Gerdunas TB).

g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan

ditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan.

h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan secara

cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen logistk yang efektif demi

menjamin ketersediaannya.

i. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk

meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.

j. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan

kelompok rentan lainnya terhadap TB.

k. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

l. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.

2.3.4. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2010-

2014

Strategi nasional program penanggulangan TB nasional terdiri dari 7 strategi:

1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.

2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan

masyarakat miskin serta rentan lainnya.

3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat

(sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix

dan menjamin kepatuhan terhadap International Standards for TB Care

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 17

Page 21: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.

5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen

program pengendalian TB.

6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.

7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi

strategis.

2.3.5. Kegiatan

a. Tatalaksana dan Pencegahan TB

Penemuan Kasus Tuberkulosis

Pengobatan Tuberkulosis

Pemantauan dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis

Pengendalian Infeksi pada sarana layanan

Pencegahan Tuberkulosis

b. Manajemen Program TB

Perencanaan program Tuberkulosis

Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis

Manajemen Logistik Program Tuberkulosis

Pengembangan Ketenagaan Program Tuberkulosis

Promosi program Tuberkulosis

c. Pengendalian TB komprehensif

Penguatan Layanan Laboratorium Tuberkulosis

Public - Private Mix (Pelibatan Semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan)

Kolaborasi TB-HIV

Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TB

Pendekatan kolaborasi dalam kesehatan paru

Manajemen TB Resist Obat

Penelitian tuberkulosis

2.3.6. Organisasi Pelaksanaan

Aspek manajemen program

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 18

Page 22: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

a. Tingkat Pusat

Upaya penanggulangan TB dilakukan melalui Gerakan Terpadu Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas-TB) yang merupakan forum

lintas sektor dibawah koordinasi Menko Kesra. Menteri Kesehatan R.I.

sebagai penanggung jawab teknis upaya penanggulangan TB. Dalam

pelaksanaan program TB secara Nasional dilaksanakan oleh Direktorat

Pengendalian Penyakit Menular Langsung, cq. Sub Direktorat

Tuberkulosis.

b. Tingkat Propinsi

Di tingkat propinsi dibentuk Gerdunas-TB Propinsi yang terdiri dari Tim

Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan

dengan kebutuhan daerah. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat

propinsi dilaksanakan Dinas Kesehatan Propinsi.

c. Tingkat Kabupaten/Kota

Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Gerdunas-TB kabupaten / kota yang

terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi

disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten / kota. Dalam pelaksanaan

program TB di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

Aspek Tatalaksana pasien TB

Dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, BP4/Klinik dan Dokter Praktek

Swasta.

a. Puskesmas

Dalam pelaksanaan di Puskesmas, dibentuk kelompok Puskesmas

Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis

(PRM), dengan dikelilingi oleh kurang lebih 5 (lima) Puskesmas Satelit

(PS). Pada keadaan geografis yang sulit, dapat dibentuk Puskesmas

Pelaksana Mandiri (PPM) yang dilengkapi tenaga dan fasilitas

pemeriksaan sputum BTA.

b. Rumah Sakit

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 19

Page 23: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

Rumah Sakit Umum, Balai/Baiali Besar Kesehatan Paru Masyarakat

(B/BKPM), dan klinik lannya dapat melaksanakan semua kegiatan

tatalaksana pasien TB.

c. Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas layanan lainnya

Secara umum konsep pelayanan di Balai Pengobatan dan DPS sama

dengan pelaksanaan pada rumah sakit dan Balai Penobatan (klinik).

BAB III

PENUTUP

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis complex. Suspek TB adalah seseorang dengan gejala

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 20

Page 24: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

atau tanda TB. Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari dua

minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) ada

atau tidak gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat

malam dam mudah lelah. Kasus TB pasti adalah pasien TB dengan ditemukan

Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasikan dari spesimen klinik

dan kultur.

Pencegahan TB dilakukan dengan cara pemberian vakksin BCG,

disarankan untuk tidak menghabiskan waktu yang lama di tempat yang pengap

atau kamar tertutup dengan siapa saja yang memiliki TB aktif sampai orang yang

telah dirawat selama minimal 2 minggu, gunakan upaya perlindungan seperti

masker wajah, dan jika tinggal dengan seseorang yang memiliki TB aktif, maka

berikan batuan dan dorongan agar orang tersebuat mau untuk mengikuti

pengobatan.

Kebijakan penanggulangan TB paru di Indonesia meliputi: Pengendalian

TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam kerangka

otonomi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang

meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin

ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana), pengendalian TB

dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS dan memperhatikan strategi

Global Stop TB partnership, penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan

komitmen daerah terhadap program pengendalian TB, penguatan strategi DOTS

dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,

kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan

rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB, penemuan dan pengobatan

dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Pelayanan

Kesehatan (Fasyankes), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah

Balai/Klinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas kesehatan

lainnya, pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan

kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat

dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB (Gerdunas TB),

pningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 21

Page 25: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

untuk peningkatan mutu dan akses layanan, Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk

pengendalian TB diberikan secara cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen

logistk yang efektif demi menjamin ketersediaannya, ketersediaan tenaga yang

kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan

kinerja program, pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin

dan kelompok rentan lainnya terhadap TB, pasien TB tidak dijauhkan dari

keluarga, masyarakat dan pekerjaannya, memperhatikan komitmen internasional

yang termuat dalam MDGs.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, 2010. Pengendalian TB di Indonesia mendekati target Millenium

Development Goals (MDGs).

2. Depkes, 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 22

Page 26: Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB

Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru

3. Isbaniyah F et al, eds, 2011. Tuberkulosis: Diagnosis & Penatalaksanaan

di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

4. Hiswani, 2002. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih

Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Medan; FK USU.

5. Karnadihardja, 2004 .Infeksi. Dalam: Sjamsuhidajat, R., Jong,W., Buku

Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC, 12-65

6. Herchline, TE, 2013. Tuberculosis. Emedicine. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/230802

7. National Institutes of Health, 2009. Tuberculosis Prevention. Available at:

http://www.niaid.nih.gov/topics/tuberculosis/understanding/pages/preventi

on.aspx

8. Webmd, 2011. Tuberculosis (TB). Available at:

http://www.webmd.com/lung/tc/tuberculosis-tb-prevention

Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 23