SOP Pencegahan-Penanggulangan Kebakaran Gedung Departemen Perindustrian
Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB
description
Transcript of Rian - Pencegahan Dan Penanggulangan TB
Makalah
MANAJEMEN KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU
Oleh:
Rian Apriza
080100387
Pembimbing:
Dr. Syahrial Anas, MHA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN/
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, makalah
dengan judul “Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru” dapat diselesaikan tepat
waktu.
Penulisan ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,
untuk itu terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun atas makalah ini dengan
senang hati penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan
yang diperbuat dan semoga penyusun dapat membuat makalah yang lebih baik di
kemudian hari.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Medan, November 2013
Penyusun
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara i
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II ISI........................................................................................................ 3
2.1. Tuberkulosis.............................................................................................. 3
2.1.1. Definisi............................................................................................ 3
2.1.2. Epidemiologi.................................................................................... 3
2.1.3. Etiologi............................................................................................ 4
2.1.4. Patogenesis...................................................................................... 5
2.1.5. Manifestasi Klinis............................................................................ 6
2.1.6. Diagnosis......................................................................................... 7
2.1.7. Penatalaksanaan................................................................................ 7
2.2. Program Pencegahan Tuberkulosis............................................................ 12
2.3. Program Penanggulangan Tuberkulosis.................................................... 14
2.3.1. Visi dan Misi.................................................................................... 15
2.3.2. Tujuan dan Sasaran.......................................................................... 16
2.3.3. Kebijakan......................................................................................... 16
2.3.4. Strategi Nasional Program Tuberkulosis di Indonesia 2010-2014. . 17
2.3.5. Kegiatan........................................................................................... 18
2.3.6. Organisasi Pelaksanaan................................................................... 19
BAB III PENUTUP......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ii
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan penyakit infeksi kronis
menular yang menjadi masalah kesehatan dan perhatian dunia. Diperkirakan
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Ada beberapa hal yang
menjadi penyebab semakin meningkatnya penyakit TB paru di dunia antara lain
karena kemiskinan, maningkatnya penduduk dunia, perlindungan kesehatan yang
tidak mencukupi, kurangnya biaya untuk berobat, serta adanya epidemi HIV
terutama di Afrika dan Asia. Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat
dari beban TB paru global yakni sekitar 38% dari kasus TBC dunia. Jumlah
penderita TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah penderita TB
dunia.1
Bakteri Mycobacterium tuberculosis menyerang sebagian besar perempuan
usia produktif (15-50). Penyebab kematian perempuan akibat TB paru lebih
banyak dari pada akibat kehamilan, persalinan dan nifas.2
Laporan TB dunia oleh WHO tahun 2006, pernah menempatkan Indonesia
sebagai penyumbang terbesar nomor tiga di dunia setelah India dan Cina dengan
jumlah kasus baru sekitar 539.000 jiwa dengan jumlah 101.000 jiwa per tahun.
Sedangkan pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke lima di dunia
setelah India, Cina, South Afrika dan Nigeria dengan jumlah prevalensi
285/100.000 penduduk (Sepertiga dari jumlah tersebut terdapat di sekitar
Puskesmas, pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta, praktik swasta
dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan.1
Di Sumatera Utara pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 14.158 orang
penderita TB Paru dan 264 orang diantaranya meninggal dunia. Sebagian besar
penderita TB Paru tersebut berusia 17 – 54 tahun (kelompok usia produktif)
dengan persentase jumlah mencapai 70%. Seorang penderita dengan BTA positif
dapat menularkan kepada 10 – 15 orang setiap tahunnya. Kondisi ini
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 1
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
menyebabkan tingginya angka penderita TB Paru di Sumatera Utara. Sedangkan
prevalensi TB di kota medan pada tahun 2008 sebanyak 30.74%.1
Untuk menanggulangi kasus TB Paru di Indonesia pada tanggal 24 Maret
1999 mencanangkan dimulainya Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB
(Gerdunas TB) sebagai wahana untuk pemberantasan TB Paru. Penanggulangan
TB Paru dilaksanakan dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse
(DOTS) atau pengawasan langsung menelan obat, yang dilaksanakan di
puskesmas juga melibatkan rumah sakit. DOTS adalah strategi program
pemberantasan tuberkulosis paru yang direkomendasikan oleh WHO tahun 1995.2
BAB II
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
ISI
2.1. Tuberkulosis
2.1.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Suspek TB adalah seseorang dengan gejala
atau tanda TB. Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari dua
minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) ada
atau tidak gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat
malam dam mudah lelah. Kasus TB pasti adalah pasien TB dengan ditemukan
Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasikan dari spesimen klinik
dan kultur.3
2.1.2. Epidemiologi
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian
karena kehamilan, persalinan dan nifas.2
Gambar 2.1. Angka Insidens TB didunia (WHO, 2009).2
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 3
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Pada tahun 1990-an,
situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak
yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan
dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi
hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan
dunia (global emergency).2
2.1.3. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Morfologi dan identifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Bentuk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok
dengan ukuran 0,2- 0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk
identifikasi bakteri tahan asam.
2. Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu
bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh
pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C. Medium padat yang biasa dipergunakan
adalah Lowenstein-Jensen. pH optimum 6,4-7,0.
3. Sifat-sifat.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20
menit. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam
dahak dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat
bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8
bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Myko
bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%,
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 4
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh
jodium tincture dalam 5 menit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10
menit.4
2.1.4. Patogenesis
M. tuberculosis umumnya ditularkan secara langsung melalui percikan
dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan yang mengandung kuman TB, terhisap
oleh orang yang sehat melalui jalan napas dan kemudian berkembang biak di paru.
Dapat juga terjadi secara tidak langsung bila dahak yang dibatukkan penderita ke
lantai atau tanah kemudian mengering dan menyatu dengan debu, lalu
beterbangan di udara, bila terhisap orang sehat akan dapat menjadi sakit.
Berdasarkan cara penularan ini, TB paru juga dimasukkan dalam golongan
airborne disease. Ada sebanyak 3000 nuclei infeksius per batukan. Droplet yang
terkecil (<5-10mm dalam diameter) dapat bertahan tersuspensi di udara selama
beberapa jam dan mencapai aliran udara terminal ketika terinhalasi. Resiko
penularan dari pasien sumber infeksi ke penjamu dihubungkan dengan konsentrasi
potensial dari basil yang hidup terus di ruang udara. Risiko penularan menjadi
lebih besar pada ruangan yang kekurangan volume udara, udara segar, dan cahaya
alami atau cahaya ultraviolet.5
Selanjutnya, dikenal empat fase dalam perjalanan penyakitnya. Pertama
adalah fase TB primer. Setelah masuk ke paru, basil berkembang biak tanpa
menimbulkan reaksi pertahanan tubuh. Sarang pertama ini disebut afek primer.
Basil kemudian masuk ke kelenjar limfe di hilus paru dan menyebabkan
limfadenitis regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya granuloma sel
epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar limfe hilus. Afek
primer dan limfadenitis regionalis ini disebut kompleks primer yang bisa
mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, atau membentuk
fibrosis dan kalsifikasi.5
Sekalipun demikian, kompleks primer dapat mengalami komplikasi berupa
penyebaran milier melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus.
Penyebaran milier menyebabkan TB di seluruh paru-paru, tulang, meningen, dan
lain-lain, sedangkan penyebaran bronkogen langsung ke bronkus dan bagian paru,
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 5
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
dan menyebabkan bronkopneumonia tuberkulosis. Penyebaran hematogen itu
bersamaan dengan perjalanan TB primer ke paru merupakan fase kedua. Infeksi
ini dapat berkembang terus, dapat juga mengalami resolusi dengan pembentukan
jaringan parut dan basil selanjutnya mengalami dormansi.5
Fase dengan kuman yang tidur/dorman ini yang disebut fase laten, fase
ketiga. Basil yang dorman ini bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba
fallopii, otak, kelenjar limfe hilus dan leher, serta di ginjal. Kuman ini bisa tetap
tidur selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup (infeksi laten), tetapi bisa
mengalami reaktivasi bila terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,
misalnya pada tindakan bedah besar, atau pada infeksi HIV.5
Fase keempat, dapat terjadi didalam atau luar paru. Dalam perjalanan
selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh dengan meninggalkan
fibrosis dan kalsifikasi, membentuk kavitas (kaverne), bahkan dapat menyebabkan
bronkiektasis melalui erosi bronkus.5
2.1.5. Manifestasi Klinis6
Gambaran klinis klasik terkait dengan TB paru aktif adalah sebagai berikut:
Batuk
Berat badan menurun / anoreksia
Demam
Berkeringat di malam hari
Hemoptisis
Nyeri dada
Kelelahan
Nyeri dada pada pasien dengan TB juga dapat diakibatkan dari TB perikarditis
akut. TB perikardial dapat menyebabkan tamponade jantung atau konstriksi.
Orang tua dengan TB mungkin tidak menimbulkan tanda-tanda khas dan gejala
infeksi TB, karena pada orang tua mungkin tidak meningkatkan respon kekebalan
tubuh yang baik. Infeksi TB aktif dalam kelompok usia ini dapat bermanifestasi
sebagai nonresolving pneumonitis.
2.1.6. Diagnosis2
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 6
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
Diagnosis TB ekstra paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan
atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena.
2.1.7. Penatalaksanaan2
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Jenis , sifat dan dosis OAT yang akan dijelaskan pada bab ini adalah yang
tergolong pada lini pertama. Secara ringkas OAT lini pertama dijelaskan pada
tabel dibawah ini:
Tabel 2.1. Pengelompokan OAT
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 7
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Tabel 2.2. Jenis, Sifat, dan Dosis OAT lini pertama
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 8
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia:
o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
o Kategori Anak: 2HRZ/4HR
o Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,
Capreomisin,Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS,
serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak.
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 9
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan
OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,
dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
pasiendalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat
menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT lini pertama dan peruntukannya.
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Tabel 2.3. Dosis untuk panduan OAT KDT untuk Kategori 1
Tabel 2.4. Dosis panduan OAT-Kombipak untuk Kategori 1
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 10
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 2.5. Dosis untuk panduan OAT KDT Kategori 2
Tabel 2.6. Dosis panduan OAT Kombipak untuk Kategori 2
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 11
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml.
(1ml = 250mg).
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 2.7. Dosis KDT untuk Sisipan
Tabel 2.8. Dosis OAT Kombipak untuk Sisipan
Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru
tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada
OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko
resistensi pada OAT lini kedua.
2.2. Program Pencegahan Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menyebar melalui udara dan
transmisi pada dasarnya dapat dicegah melalui ventilasi yang memadai dan kontak
terbatas dengan pasien tuberkulosis.7
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 12
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Banyak orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (Mtb) tidak
sakit atau menyebarkan bakteri kepada orang lain - ini dikenal sebagai TB laten.
Di Amerika Serikat dan banyak negara lain, penyedia layanan kesehatan mencoba
untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi Mtb sedini mungkin, sebelum
mereka maju dari laten untuk TB aktif.7
Beberapa orang yang berrisiko tinggi untuk mengembangkan TB aktif adalah:
Orang dengan infeksi HIV
Orang yang terinfeksi bakteri TB dalam 2 tahun terakhir
Bayi dan anak-anak
Orang yang menggunakan suntikan obat-obatan terlarang
Orang yang sakit dengan penyakit lain yang mengakibatkan sistem
kekebalan tubuh menurun
Orang tua
Orang-orang pernah menderita TB sebelumnya dan tidak di obati secara
tepat.7
Orang-orang dalam kelompok berisiko tinggi dapat ditangani dengan obat
untuk mencegah penyakit TBC aktif dan harus berkonsultasi dengan penyedia
layanan kesehatan untuk menentukan pengobatan yang tepat.8
Untuk menghindari infeksi TB aktif :
Jangan menghabiskan waktu yang lama di tempat yang pengap atau kamar
tertutup dengan siapa saja yang memiliki TB aktif sampai orang yang
telah dirawat selama minimal 2 minggu.
Gunakan upaya perlindungan seperti masker wajah.
Jika tinggal dengan seseorang yang memiliki TB aktif, maka berikan
batuan dan dorongan agar orang tersebuat mau untuk mengikuti
pengobatan.8
Di beberapa bagian dunia di mana penyakit ini umum, Organisasi
Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa bayi akan mendapat vaksin BCG
(Bacille Calmette-Guerin). BCG cukup efektif untuk melindungi anak-anak kecil
dari komplikasi TB berat. Vaksin ini tidak cukup baik untuk melindungi orang
dewasa dengan TB paru, karena TB paru merupakan bentuk TB yang paling
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 13
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
mudah menyebar ke orang lain.7 BCG saat ini tidak dianjurkan untuk bayi di
Amerika Serikat karena risiko terkena TB di Amerika Serikat rendah, vaksin yang
tidak efektif pada orang dewasa, dan vaksin BCG dapat menyebabkan tes
tuberkulin kulit untuk menunjukkan infeksi TB bahkan jika seseorang tidak
terinfeksi TB. Hal ini mempersulit penggunaan tes tuberkulin kulit untuk
memeriksa orang-orang yang terinfeksi TB.8
2.3. Program Penanggulangan Tuberkulosis2
Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak
zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah
perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru
Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui
Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalahpaduan standar
INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para Amino Acid
(PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan
OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Ethambutol selama 6
bulan.
Pada tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai
menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak
tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di seluruh UPK terutama
Puskesmas yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.
Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat Indonesia, antara lain:
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-5 di dunia
setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria (WHO,2009).
Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah
pasien TB didunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan
kematian 62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per
100.000 penduduk.
Pada tahun 2009, prevalensi HIV pada kelompok TB di Indonesia sekitar
2,8% kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (multidrug
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 14
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
resistance = MDR) diantara kasus TB baru sebesar 2%, sementara MDR
diantara kasus pengobatan ulang sebesar 20% (WHO, 2009).
Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan
bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua
kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit infeksi.
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa
angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000
penduduk. Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia
dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1) wilayah Sumatera angka
prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk; 2) wilayah Jawa dan
Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk; 3) wilayah
Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk.
Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per
100.000 penduduk. Mengacu pada hasil survey prevalensi tahun 2004,
diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 %
setiap tahunnya.
Sampai tahun 2009, program Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS
menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit umum, Balai
Kesehatan Paru Masyarakat mencapai sekitar 30%.
2.3.1. Visi dan Misi
a. Visi
Menuju masyarakat yang bebas masalah TB, sehat, mandiri, dan
berkeadilan.
b. Misi
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani dalam penanggulanan TB
Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata, bermutu,
dan berkeadilan.
Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya penanggulangan TB.
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 15
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Menciptakan tata kelola program Tb yang baik.
2.3.2. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
masyarakat.
b. Sasaran
Sasaran strategi nasional pengendalian TB ini mengacu pada rencana
strategis kementerian kesehatan dari 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu
menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per
100.000 penduduk.
Sasaran keluaran adalah: (1) meningkatkan prosentase kasus baru TB paru
(BTA positif) yang ditemukan dari 73% menjadi 90%; (2) meningkatkan
prosentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru (BTA positif mencapai
88%; (3) meningkatkan prosentase provinsi dengan CDR di atas 70% mencapai
50%; (4) meningkatkan prosentase provinsi dengan keberhasilan pengobatan di
atas 85% dari 80% menjadi 88%.
2.3.3. Kebijakan
a. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan Kabupaten/kota sebagai
titik berat manajemen program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana,
tenaga, sarana dan prasarana).
b. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS dan
memperhatikan strategi Global Stop TB partnership.
c. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerah
terhadap program pengendalian TB.
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap
peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 16
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR-TB.
e. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan
oleh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes), meliputi
Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah Balai/Klinik Pengobatan, Dokter
Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas kesehatan lainnya.
f. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan
kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan
masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB
(Gerdunas TB).
g. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan
ditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan.
h. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan secara
cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen logistk yang efektif demi
menjamin ketersediaannya.
i. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk
meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
j. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan
kelompok rentan lainnya terhadap TB.
k. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
l. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.
2.3.4. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2010-
2014
Strategi nasional program penanggulangan TB nasional terdiri dari 7 strategi:
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan
masyarakat miskin serta rentan lainnya.
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat
(sukarela), perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix
dan menjamin kepatuhan terhadap International Standards for TB Care
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 17
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen
program pengendalian TB.
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi
strategis.
2.3.5. Kegiatan
a. Tatalaksana dan Pencegahan TB
Penemuan Kasus Tuberkulosis
Pengobatan Tuberkulosis
Pemantauan dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis
Pengendalian Infeksi pada sarana layanan
Pencegahan Tuberkulosis
b. Manajemen Program TB
Perencanaan program Tuberkulosis
Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis
Manajemen Logistik Program Tuberkulosis
Pengembangan Ketenagaan Program Tuberkulosis
Promosi program Tuberkulosis
c. Pengendalian TB komprehensif
Penguatan Layanan Laboratorium Tuberkulosis
Public - Private Mix (Pelibatan Semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan)
Kolaborasi TB-HIV
Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TB
Pendekatan kolaborasi dalam kesehatan paru
Manajemen TB Resist Obat
Penelitian tuberkulosis
2.3.6. Organisasi Pelaksanaan
Aspek manajemen program
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 18
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
a. Tingkat Pusat
Upaya penanggulangan TB dilakukan melalui Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas-TB) yang merupakan forum
lintas sektor dibawah koordinasi Menko Kesra. Menteri Kesehatan R.I.
sebagai penanggung jawab teknis upaya penanggulangan TB. Dalam
pelaksanaan program TB secara Nasional dilaksanakan oleh Direktorat
Pengendalian Penyakit Menular Langsung, cq. Sub Direktorat
Tuberkulosis.
b. Tingkat Propinsi
Di tingkat propinsi dibentuk Gerdunas-TB Propinsi yang terdiri dari Tim
Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan
dengan kebutuhan daerah. Dalam pelaksanaan program TB di tingkat
propinsi dilaksanakan Dinas Kesehatan Propinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Gerdunas-TB kabupaten / kota yang
terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi
disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten / kota. Dalam pelaksanaan
program TB di tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Aspek Tatalaksana pasien TB
Dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, BP4/Klinik dan Dokter Praktek
Swasta.
a. Puskesmas
Dalam pelaksanaan di Puskesmas, dibentuk kelompok Puskesmas
Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis
(PRM), dengan dikelilingi oleh kurang lebih 5 (lima) Puskesmas Satelit
(PS). Pada keadaan geografis yang sulit, dapat dibentuk Puskesmas
Pelaksana Mandiri (PPM) yang dilengkapi tenaga dan fasilitas
pemeriksaan sputum BTA.
b. Rumah Sakit
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 19
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
Rumah Sakit Umum, Balai/Baiali Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(B/BKPM), dan klinik lannya dapat melaksanakan semua kegiatan
tatalaksana pasien TB.
c. Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas layanan lainnya
Secara umum konsep pelayanan di Balai Pengobatan dan DPS sama
dengan pelaksanaan pada rumah sakit dan Balai Penobatan (klinik).
BAB III
PENUTUP
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Suspek TB adalah seseorang dengan gejala
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 20
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
atau tanda TB. Gejala umum TB paru adalah batuk produktif lebih dari dua
minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas, nyeri dada, hemoptisis) ada
atau tidak gejala tambahan (tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat
malam dam mudah lelah. Kasus TB pasti adalah pasien TB dengan ditemukan
Mycobacterium tuberculosis complex yang diidentifikasikan dari spesimen klinik
dan kultur.
Pencegahan TB dilakukan dengan cara pemberian vakksin BCG,
disarankan untuk tidak menghabiskan waktu yang lama di tempat yang pengap
atau kamar tertutup dengan siapa saja yang memiliki TB aktif sampai orang yang
telah dirawat selama minimal 2 minggu, gunakan upaya perlindungan seperti
masker wajah, dan jika tinggal dengan seseorang yang memiliki TB aktif, maka
berikan batuan dan dorongan agar orang tersebuat mau untuk mengikuti
pengobatan.
Kebijakan penanggulangan TB paru di Indonesia meliputi: Pengendalian
TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam kerangka
otonomi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin
ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana), pengendalian TB
dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS dan memperhatikan strategi
Global Stop TB partnership, penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan
komitmen daerah terhadap program pengendalian TB, penguatan strategi DOTS
dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB, penemuan dan pengobatan
dalam rangka pengendalian TB dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Fasyankes), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah
Balai/Klinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta (DPS) dan fasilitas kesehatan
lainnya, pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama dan
kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat
dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB (Gerdunas TB),
pningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 21
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
untuk peningkatan mutu dan akses layanan, Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk
pengendalian TB diberikan secara cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen
logistk yang efektif demi menjamin ketersediaannya, ketersediaan tenaga yang
kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan
kinerja program, pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin
dan kelompok rentan lainnya terhadap TB, pasien TB tidak dijauhkan dari
keluarga, masyarakat dan pekerjaannya, memperhatikan komitmen internasional
yang termuat dalam MDGs.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes, 2010. Pengendalian TB di Indonesia mendekati target Millenium
Development Goals (MDGs).
2. Depkes, 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 22
Laporan kegiatan program pendidikan profesi dokter (P3D) Makalah Manajemen Kesehatan Tuberkulosis Paru
3. Isbaniyah F et al, eds, 2011. Tuberkulosis: Diagnosis & Penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
4. Hiswani, 2002. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih
Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Medan; FK USU.
5. Karnadihardja, 2004 .Infeksi. Dalam: Sjamsuhidajat, R., Jong,W., Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC, 12-65
6. Herchline, TE, 2013. Tuberculosis. Emedicine. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/230802
7. National Institutes of Health, 2009. Tuberculosis Prevention. Available at:
http://www.niaid.nih.gov/topics/tuberculosis/understanding/pages/preventi
on.aspx
8. Webmd, 2011. Tuberculosis (TB). Available at:
http://www.webmd.com/lung/tc/tuberculosis-tb-prevention
Departemen IKM/IKP/IKKFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 23