Revisi

22
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i PERNYATAAN PERSETUJUAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ix BAB I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 4 1.3. Tujuan 4 1.3.1.Tujuan Umum4 1.3.2.Tujuan Khusus 5 1.4. Manaat 5 BAB II. PENGGUNAAN LARUTAN ISOTONIS SEBAGAI TERAPI RHINITIS ALERGIKA DITINJAU DARI KEDOKTERAN 2.1. !asar Te"ri #

description

revisi

Transcript of Revisi

DAFTAR ISI

HalamanABSTRAKiPERNYATAAN PERSETUJUANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR ISIivDAFTAR GAMBAR DAN TABELix

BAB I.PENDAHULUAN1.1.Latar Belakang11.2.Permasalahan41.3.Tujuan41.3.1.Tujuan Umum41.3.2.Tujuan Khusus51.4.Manfaat5

BAB II.PENGGUNAAN LARUTAN ISOTONIS SEBAGAI TERAPI RHINITIS ALERGIKA DITINJAU DARI KEDOKTERAN2.1.Dasar Teori72.1.1.Anatomi Hidung 72.1.2.Fisiologi Hidung122.2.Rhinitis Alergika162.2.1.Patofiologi Rhinitis Alergika162.2.2.Gejala dan Diagnosis Rhinitis Alergika192.2.3.Penatalaksanaan Rhinitis Alergika 202.3.Irigasi Larutan Isotonis232.3.1.Definisi Irigasi Hidung232.3.1.Mekanisme Kerja Irigasi Hidung252.3.2.Indikasi dan Efektifitas Irigasi Hidung252.3.3.Kontra Indikasi dan Efek Samping Irigasi Hidung272.3.4Irigasi Hidung pada Rhinitis Alergika272.4Pembahasan292.4.1Berbagai Penelitian mengenai Larutan Isotonis sebagai Terapi Rhinitis Alergika29BAB III. PENGGUNAAN LARUTAN ISOTONIS SEBAGAI TERAPI RHINITIS ALERGIKA DITINJAU DARI ISLAM3.1.Pengobatan Rhinitis Alergika menurut Islam353.2.Larutan Isotonis dalam Air Laut dan Hukum Penggunaannya Menurut Islam413.3.Tinjauan Islam terhadap Penggunaan Larutan Isotonis pada Pengobatan Rhinitis Alergika50

BAB IV. KAITAN PANDANGAN KEDOKTERAN DAN ISLAM TENTANG PENGGUNAAN LARUTAN ISOTONIS SEBAGAI TERAPI RHINITIS ALERGIKA55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1.Kesimpulan575.2.Saran 58

DAFTAR PUSTAKA?

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

GAMBAR 1Bagian luar hidung4GAMBAR 2Kartilago pada hidung6GAMBAR 3Sinus pada hidung7GAMBAR 4Hidung sebagai penghidu9GAMBAR 5Irigasi nasal9

TABEL 1Komposisi larutan isotonis4TABEL 2Indilkasi irigasi pada hidung6TABEL 3Indikasi irigasi dan efek yang terjadi pada hidung7

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangRhinitis alergika merupakan penyakit umum dan sering dijumpai. Penyakit ini terjadi pada wanita dan pria dengan kemungkinan yang sama. Penyakit ini herediter dengan predisposisi genetik kuat. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi akan memberi kemungkinan sebesar 30% terhadap keturunannya dan bila kedua orang tua menderita akan diperkirakan mengenai sekitar 50% keturunannya (Nizar, 2007).Prevalensi penyakit rhinitis alergika pada beberapa negara berkisar antara 4.5-38.3% dari jumlah penduduk. Di Amerika merupakan satu diantara deretan atas penyakit umum yang sering dijumpai. Meskipun dapat timbul pada semua usia, tetapi dua pertiga penderita umumnya mulai menderita pada saat berusia 30 tahun. Rhinitis mengenai kira-kira 10-30% orang dewasa di Amerika dengan biaya pengobatan pertahun diperkirakan empat koma lima triliyun dolar Amerika. Rhinitis alergika meyebabkan hilangnya tiga koma lima juta hari kerja dan dua juta hari sekolah tiap tahunnya. Banyak komorbiditas yang dihubungkan dengan rhinitis alergika (Carr dkk,2008).Pada anak-anak rhinitis alergika dapat menyebabkan otitis media dan disfungsi tuba eusthacius. Gangguan tidur dan infeksi saluran pernafasan atas lebih sering terjadi pada pasien dengan rhinitis alergika. Rhinitis juga menyebabkan rhinosinusitis rekuren. Rhinitis alergika juga dikaitkan dengan peningkatan prevalensi asma (Carr dkk, 2008).Tujuan pengobatan rhinitis alergika adalah mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang utama adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan alergen. Kadang-kadang diperlukan terapi medikamentosa baik yang diminum atau dalam bentuk spray hidung antara lain: antihistamin dan obat-obat yang mengurangi pembengkakan selaput lendir hidung atau dapat juga dilakukan irigasi hidung dengan pemberian larutan isotonis (Nizar Dkk, 2007).Irigasi hidung pada awalnya digunakan di India untuk pemurnian sebelum yoga selama berabad-abad. Secara klinis, irigasi hidung pertama dipraktikan untuk sifilis yang mengenai hidung dan TBC selama tahun 1870-an sebagai terapi rumah. Arthut W. Proetz, pada tahun 1926, mengatakan bahwa irigasi garam isotonik bisa memperbaiki fungsi dari mucosilliar clereance. Konsep ini segera diadopsi oleh ahli rhinologi dan mereka secara rutin melakukan irigasi hidung dan sinus paranasal dari pasien yang pernah menjalani bedah sinus endoskopik selama puluhan tahun. Irigasi hidung telah diaplikasikan untuk mengobati penyakit sinonasal lainnya termasuk rhinosinusitis dan rhinitis alergi. Metode ini secara signifikan memperbaiki gejala sinonasal dan kualitas kesejahteraan. Metode ini juga mengurangi penggunaan obat-obatan rhinitis. Pada anak-anak, didapatkan hasil yang baik dalam rhinosinusitis kronis dan rhinitis alergi (Snidvongs K. et al., 2008).Pengobatan rhinitis alergika dengan medikamentosa seperti kombinasi antihistamin oral dengan dekongestan merupakan terapi pilihan pertama untuk rhinitis alergika, namun adanya efek samping tidak dapat dipungkiri diantaranya adalah sedasi, insomnia, dan yang jarang aritmia jantung (Mycek dkk, 2001). Obat-obat topikal yang dipakai contohnya adalah kortikosteroid intranasal. Kortikosteroid intranasal direkomendasikan untuk rhinitis yang sedang sampai berat (Plaut dan Valentine, 2005). Penggunaan obat topikal memang menurunkan efek sistemik tetapi terdapat juga efek yang merugikan dari oksimetazolin adalah sumbatan hidung berulang (rhinitis medikamentosa), hipertensi, palpitasi dan sakit kepala (Hill dkk, 2004). Obat-obatan tersebut merupakan pengobatan yang cukup mahal bagi kalangan dengan gaji di bawah rata-rata gaji pada umumnya. Pada daerah-daerah terpencil, obat-obatan tersebut tidak memungkinkan didapat. Pemberian aliran larutan isotonis pada penderita rhinitis alergika merupakan salah satu terapi yang murah. Larutan ini sedikit menimbulkan efek samping dan sangat aman digunakan untuk semua usia. Hal tersebut memicu penulis untuk mengungkap bagaimana mekanisme larutan isotonis tersebut pada mukosa nasal sehingga dapat menjadi terapi pada rhinitis alergika.Agama Islam mengajarkan umatnya agar bersyukur terhadap segala anugerah yang diberika Allah SWT baik itu berupa nikmat sehat dan nikmat sakit. Berdasarkan pandangan Islam kita wajib untuk selalu menjaga kesehatan dan berobat bila menderita sakit. Salah satu solusi untuk pengobatan pada rhinitis alergika yang murah dan aman adalah pengunaan larutan isotonis. Sehubungan dengan masalah tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut sehingga dibuatlah tulisan ini.

1.2. Permasalahan 1. Mengapa pada beberapa penelitian, menyatakan bahwa rhinitis alergika x( tidak bisa)x (gagal) di terapi dengan menggunakan larutan isotonis?1. Bagaimana pandangan Islam terhadap penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika?1. Bagaimana kaitan antara kedokteran dan Islam terhadap penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika?

1.3. Tujuan 1.3.1.Tujuan Umum1. Mengetahui pandangan kedokteran terhadap penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.1. Mengetahui efektivitas penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.1. Mengetahui pandangan Islam terhadap penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.1. Mengetahui kaitan antara kedokteran dan Islam terhadap penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.

1.3.2.Tujuan Khusus1. Mengetahui cara penggunaan larutaan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.1. Mengetahui mekanisme kerja penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.1. Mengetahui efektivitas penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.1. Mengetahui pandangan Islam terhadap penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika.

1.4.Manfaat1. Bagi penulis: sebagai sarana latihan penulisan karya ilmiah yang baik dan benar serta menambah pengetahuan tentang penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika ditinjau dari kedokteran dan Islam.1. Bagi Universitas YARSI: memeberikan informasi kepada civitas akademika Univertas YARSI mengenai penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika ditinjau dari kedokteran dan Islam dan memberikan informasi kepada teman-teman sesama dokter untuk dapat menerapkannya saat berada di puskesmas baik kota besar atau pun daerah terpencil.1. Bagi masyarakat: memberikan masukan pada masyarakat mengenai penggunaan larutan isotonis sebagai terapi rhinitis alergika ditinjau dari kedokteran dan Islam.

BAB IIPENGGUNAAN LARUTAN ISOTONIS PADA PENGOBATAN RHINITIS ALERGIKA DITINJAU DARI KEDOKTERAN2.1.Dasar Teori2.2.Rhinitis Alergika2.3.Irigasi Larutan Isotonis2.3.4.Irigasi Hidung pada Rhinitis Alergika Irigasi larutan isotonis dilaporkan menguntungkan bagi pasien rhinitis alergika. Satu studi menilai pengaruh semprot molekul kecil, semprot molekul besar, dan irigasi hidung dengan larutan isotonis pada konsentrasi mediator inflamasi dalam sekresi nasal pada pasien dengan rhinitis alergika. Cairan dengan semprot molekul besar menunjukkan pengurangan secara signifikan, level histamin dan leukotrien. Pasien dengan rhinitis yang dipicu oleh serbuksari yang dilakukan pengobatan antihistamin dengan irigasi saluran hidung secara signifikan dapat mengurangi beratnya gejala alergi dan dapat mengurangi penggunaan pengobatan dengan antihistamin dibandingkan dengan pengobatan antihistamin saja (Rabago, dkk, 2009).Lendir yang melapisi rongga hidung merupakan salah satu pertahanan pertama tubuh yang merupakan lini pertama untuk melawan organisme yang menyerang secara potensial. Ini terdiri dari lapisan sol dan lapisan gel pada daerah yang lebih dangkal. Benda asing seperti bakteria dan alergen dapat terperangkap dalam lendir. Adanya silia dari epitel kolumnar hidung ke lendir. Pemukulan silia, dengan sangat dominan bertindak terutama pada lapisan gel, menyapu mundur lendir menuju nasofaring (Brown, dkk, 2004). Irigasi pada hidung dapat mempertinggi pergerakan lendir menuju nasofaring. Ini merupakan fisikal efek secara langsung. Pasien biasanya mengatakan bahwa irigasi yang kuat lebih efektif dibandingkan dengan pencucian yang lembut pada hidung. Kotoran hidung yang mengering terkait dengan berbagai macam kondisi akan sangat lunak dan hilang dengan irigasi pada hidung. Sekresi yang kuat dapat menyebabkan sedikit kental dan lebih meningkatkan pembersihan pada lendir (Brown, dkk, 2004).Lendir pada nasal terdiri dari banyak mediator inflamasi, seperti histamine, prostaglandin dan leukotrien. Pertahanan pada hidung terhadap peradangan ini dengan adanya pengisolasian dalam mukus di sinus hidung dan konsentrasinya menunjukkan peningkatan inflamasi. Protein yang lain juga terdapat pada lendir, irigasi pada hidung dapat menghilangkan mediator peradangan (Brown, dkk, 2004).Meningkatnya frekuensi pergerakan silia berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan mucociliary clereance. Jika irigasi pada hidung meningkatkan pergerakan silia dan mucociliary clereance, ini mungkin membantu memberi penjelasan bagaimana irigasi ini dapat bekerja (Brown, dkk, 2004). Irigasi nasal juga dapat menurunkan konsentrasi dari leukotrien C4 (mediator inflamasi) pada 2, 4, 6 jam setelah menggunakan irigasi pada hidung. Pemeriksa menyimpulkan bahwa irigasi pada hidung mempunyai efek jangka panjang pada produksi mediator dan terapi yang sangat menguntungkan pada pasien rhinitis alergika (Papsin, 2003).

2.4.Pembahasan2.4.1.Berbagai Penelitian mengenai Larutan Isotonis sebagai Terapi Rhinitis AlergikaPrinsip dari terapi rhinitis alergika adalah menghilangkan faktor-faktor yang mempengaruhi rhinitis alergika, memperbaiki drainase sekret (pembersihan) dari ostium sinus paranasalis, mengembalikan dan memperbaiki fungsi mukosilia menjadi normal lagi dan membuang mukosa yang telah mengalami kelainan patologis berupa penebalan atau polip (Evans, 1994; Lanza et al., 1997).Dalam penelitian yang dilakukan oleh Blake Papsin, MD, FRCSC dan Alison McTavish, MSC dalam jurnal yang diterbitkan pada tahun 2004 bahwa irigasi dengan menggunakan larutan isotonis telah dianjurkan sebagai terapi tambahan untuk rinosinusitis karena meningkatkan fungsi silia dan menurunkan edema. Juga ada bukti bahwa irigasi dengan menggunakan larutan isotonis membantu pembersihan bakteri. Irigasi hidung ditoleransi dengan baik oleh pasien rinosinusitis. Satu studi multisenter terbuka dari 209 pasien rinosinusitis yang diairi dua sampai enam kali sehari selama 20 hari dengan air laut isotonis dilaporkan hanya terdapat 2 angka ketidaksembuhan dan juga menemukan efek samping yang minimal. Dalam sebuah penelitian terbuka lain pada 44 orang dewasa yang dirawat dengan diagnosis rhinitis akut untuk melihat dalam 5 hari dengan terapi antibiotik dalam kombinasi dengan 12 hari dari hari irigasi hidung. Setelah 5 hari gejala pasien sudah mereda dan tingkat pemulihan adalah 93%. Para penulis menyimpulkan bahwa irigasi hidung dengan menggunakan larutan isotonis dapat mempersingkat terapi dengan menggunakan antibiotik, meningkatkan kepatuhan pasien, dan biaya yang lebih rendah dari pengobatan dan perawatan lainnya (Papsin, 2003).Rinosinusitis adalah umum pada anak-anak, terutama pada mereka dengan alergi dimana drainase terganggu sehingga meningkatkan kemungkinan infeksi. Sebuah studi dengan mengambil sampel acak dari 30 anak berusia 3 sampai 16 tahun (usia rata-rata 9,5 tahun) dengan gejala rhinitis kronik unutk membandingkan penggunaan irigasi hidung dengan menggunakan larutan hipertonis dengan larutan isotonis. Pengurangan signifikan seperti batuk, sekret hidung, dan postnasal drip dilaporkan untuk mereka yang menggunakan larutan hipertonis, mereka menggunakan larutan garam isotonis memiliki pengurangan yang signifikan dalam sekresi nasal. Para penulis menyimpulkan bahwa irigasi hidung mudah digunakan, ditoleransi dengan baik, aman digunakan pada pasein anak dan murah (Papsin, 2003).Irigasi hidung juga secara substansial menurunkan konsentrasi hidung leukotriene C4 (mediator inflamasi) pada 2, 4, dan 6 jam setelah perlakuan (P